1
NASKAH PUBLIKASI
PROACTIVE COPING MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN TUGAS AKHIR DITINJAU DARI SELF EFFICACY
Oleh: Khoirun Nisa’ Rina Mulyati
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006
2
NASKAH PUBLIKASI
PROACTIVE COPING MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN TUGAS AKHIR DITINJAU DARI SELF EFFICACY
Telah Disetujui Pada Tanggal
_____________________
Dosen Pembimbing Utama
(Rina Mulyati, S.Psi, M.Si)
3
PROACTIVE COPING MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN TUGAS AKHIR DITINJAU DARI SELF EFFICACY Khoirun Nisa’ Rina Mulyati
INTISARI SKRIPSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan proactive coping dengan self efficacy pada mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir. Untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian ini, subjek penelitian yang diteliti adalah mahasiswa-mahasiswi UII dari berbagai fakultas, baik exact maupun non exact yang sedang mengerjakan tugas akhir. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan positif antara self efficacy dengan proactive coping pada mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir. Semakin tinggi tingkat self efficacy individu akan semakin tinggi pula kecenderungannya menggunakan proactive coping dalam menghadapi masalah tugas akhir. Sebaliknya semakin rendah tingkat self efficacy individu akan semakin rendah pula kecenderungannya menggunakan problem focused coping dalam menghadapi masalah tugas akhir. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang terdiri dari Skala Proactive Coping dan Skala Self Efficacy. Adapun analisis yang digunakan adalah analisis product moment dari Pearson. Dari hasil analisis korelasi yang dilakukan diperoleh nilai korelasi antara proactive coping dan self efficacy pada mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir adalah sebesar 0.222 dengan taraf signifikansi p = 0.168 (p > 0.05). Berdasarkan hasil analisis korelasi yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada ada hubungan antara proactive coping dengan self efficacy pada mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir. Kata kunci : Proactive Coping, Self Efficacy
4
PENGANTAR
Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam kehidupan bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitarnya. Kehidupan manusia senantiasa terlibat dalam siklus pemenuhan kebutuhan dan menurut teori adaptasi kognitif, jika kebutuhan terpenuhi maka tercipta keseimbangan dan kepuasan, namun bila tidak terpenuhi maka akan timbul konflik (www.bali-travelnews.com). Mahasiswa yang umumnya berada pada masa dewasa awal dalam tahap perkembangan manusia (Cole, 1963) memiliki kebutuhan yang bisa memunculkan masalah dalam pemenuhannya. Masalah-masalah yang umumnya dihadapi mahasiswa adalah masalah studi, hambatan ekonomi, masalah keluarga, kesehatan dan hubungan dengan lawan jenis atau pacar.
Menurut penelitian Jung (1993)
masalah akademis menunjukkan prosentase yang paling besar dibandingkan masalah yang lainnya. Masalah akademik yang paling kompleks yang dirasakan mahasiswa adalah saat menyusun tugas akhir atau skripsi di mana menurut Danim (1997) bentuk masalahnya adalah kesulitan merumuskan masalah secara jelas, kesulitan dalam menemukan referensi yang up-to-date, penulusuran pustaka yang tidak akurat, ketidaksesuaian antara permasalahan dengan metode penelitian yang mana masalah tersebut bisa menghambat proses penyusunan tugas akhir. Tiap mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir atau skripsi dibimbing oleh dosen pembimbing
skripsi. Tugas dosen pembimbing skripsi adalah
1
5
membantu membantu dan membimbing mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir sehingga diharapkan kesulitan-kesulitan yang dirasakan oleh mahasiswa bisa lebih mudah diatasi. Apabila dosen pembimbing skripsi sudah membimbing dengan baik dan benar, tapi dari dalam diri mahasiswa sendiri tidak ada kemauan keras dan keyakinan akan berhasil, maka tujuan untuk menyelesaikan tugas akhir sesuai target yang sudah ditentukan tidak akan tercapai. Hal ini disebabkan karena dalam menyelesaikan tugas akhir, peran utama dipegang oleh mahasiswa. Mahasiswa yang sedang dalam
proses menyusun tugas akhir umumnya
merasa tegang dan tertekan yang jika tidak direspon secara proporsional
bisa
memunculkan reaksi yang lebih parah seperti depresi sehingga mahasiswa tidak bisa menyelesaikan studinya sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan. Tetapi pada kenyataannya, tidak semua mahasiswa gagal memenuhi target waktu walaupun mereka menghadapi masalah yang sama terkait dengan proses penyelesaian tugas akhir. Melihat fenomena tersebut, maka muncul pertanyaan apa yang menjadi faktor mahasiswa mampu menyelesaikan tugas akhirnya sesuai target sementara mahaiswa yang lainnya gagal? Harapan mahasiswa untuk menyelesaikan tugas akhir tepat waktu terkadang tidak sama dengan realitas yang terjadi, karena ada sebagian mahasiswa yang tidak mampu menyelesaikan tugas akhir tepat waktu.
Ketidakmampuan inilah yang
menimbulkan masalah yang bisa mengakibatkan stress. Mahasiswa dituntut memiliki beberapa kemampuan untuk dapat menyelesaikan tugas akhir tepat pada waktunya, Mahasiswa dituntut memiliki beberapa kemampuan untuk dapat menyelesaikan
6
tugas akhir tepat pada waktunya, salah satu diantaranya adalah kemampuan mengatasi permasalahan secara aktif (pola coping proactive). Proactive coping merupakan gaya coping aktif dengan beberapa elemen yang kuat dari kontrol internal, strategi - strategi yang didasarkan pada inisiatif pribadi dan perbaikan diri (Greenglass, 2001). Greenglass (2001) mengatakan bahwa proactive coping diarahkan oleh sikap yang proaktif. Sikap proaktif merupakan kepercayaan yang ada dalam diri inidividu, yang apabila terjadi perubahan – perubahan yang berpotensi maka kepercayaan diri tersebut mampu memperbaiki diri dan lingkungannya. Banyak akal, bertanggung jawab serta memiliki nilai dan visi merupakan contoh sikap proaktif (Schwarzer dalam Taubert, 1999). Sikap proaktif yang dimiliki oleh individu tercermin dari tindakan yang dilakukan. Banyak penelitian tentang coping yang menekankan bahwa sebenarnya tidak ada satu metode yang sempurna untuk mengatasi semua situasi stres. Ruter (Smet, 1994) mengatakan bahwa coping yang paling efektif bagi individu adalah yang sesuai dengan jenis stres dan situasi yang dihadapi oleh individu yang bersangkutan. Oleh karena itu peneliti menganggap bahwa masa menjadi mahasiswa adalah model ideal untuk mempelajari proses coping, terutama coping terhadap masalah tugas akhir yang menjadi ciri khas mahasiswa tingkat akhir.
Pengertian Proactive Coping Sebelum membahas mengenai definisi proactive coping, tentunya diawali dengan pembahasan mengenai coping terlebih dahulu. Lazarus dan Folkman (dalam Aldwin & Reverson, 1987) mendefinisikan coping sebagai suatu bentuk
7
usaha yang dilakukan untuk menghadapi situasi eksternal dan internal yang dinilai mengancam individu. Selain itu Folkman dan Lazarus (Greenglass, 2001) mengatakan bahwa coping merupakan sebuah respon atas tuntutan situasi yang bersifat stressful. Menurut Schwarzer (Greenglass, 2001) proactive coping adalah suatu pencapaian tujuan menuju sikap mandiri dan perbaikan diri dan berusaha merealisasikan tujuan tersebut, dengan proses pengaturan diri untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan juga menjelaskan apa yang memotivasi seseorang dalam mencapai tujuan tersebut serta
berkomitmen terhadap diri sendiri untuk
manajemen kualitas masing-masing pribadi. Greenglass (2001)mendefinisikan proactive coping sebagai strategi coping yang multidimensional dan lebih banyak melihat pada pencapaian tujuan akhir.
Aspek-aspek Proactive Coping Greenglass,
Schwarzer,
Jakubiec,
Fiksenbaum
&
Taubert,
1999a,
Greenglass et al (1999a) (Greenglass, 2001) mengatakan bahwa proactive coping terdiri dari 6 aspek, diantaranya: 1. Proactive coping: strategi coping yang mengkombinasikan antara kognitif dan behavior individu untuk mencapai tujuan dengan cara mengatur diri. 2. Reflective coping: mekanisme penanganan stress yang mengacu pada ranah kognitif secara maksimal untuk berimajinasi ataupun melakukan refleksi atas pengalaman yang telah lalu berkaitan dengan pencarian solusi.
8
3. Strategic planning: coping yang memfokuskan pada proses pencapaian tujuan yang berorientasi pada aksi yang telah terjadwal yang telah disusun dengan cara memecahkan masalah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil. 4. Preventive coping: coping yang sifatnya mencegah segala bentuk kemungkinan buruk atau stressor yang sewaktu-waktu dapat menekannya, yang dilakukan dengan usaha memaksimalkan potensi diri yaitu dari pengalaman, antisipasiantisipasi dari pengetahuan yang dimiliki. 5. Instrumental support seeking: bentuk coping yang memfokuskan pada masalah yang dihadapi dengan pencarian dukungan berupa nasehat atau masukan dari orang lain, informasi-informasi yang ada dan mendapatkan timbal balik dari orang lain ketika dalam keadaan tertekan atau dalam menghadapi masalah. 6. Emotional support seeking: coping yang berupa pencarian dukungan emosional ketika dalam keadaan distress dengan lebih memfokuskan pencarian dukungan emosional untuk mengatur diri daripada pemecahan masalah itu sendiri dengan melakukan poendekatan perasaan, membangkitkan empati, mencari dukungan dari orang-orang terdekat
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proactive Coping Greenglass (2001) memaparkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan proactive coping, yaitu: 1. Faktor internal Menurut Greenglass (2001), dalam hal ini meliputi self efficacy dan optimis. Bandura mengatakan bahwa self efficacy merupakan keyakinan seseorang
9
terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk melatih mengontrol keberfungsian diri dari kejadian-kejadian yang nantinya akan mempengaruhi hidupnya (www.des.emory.edu/mfp/BancEncy.html).
Optimis
dalam
encyclopedia
of
psychology edisi enam didefinisikan sebagai sikap orang yang mengharapkan sesuatu yang baik agar hal tersebut terjadi pada dirinya. 2. Faktor Eksternal Yang termasuk dalam faktor eksternal adalah adanya dukungan sosial (social support) yang berupa informasi-informasi yang diperoleh, pengalamanpengalaman yang dialami dirinya sendiri maupun orang lain serta dukungan emosional dari luar (Greenglass, 2001). Berdasarkan uraian diatas penulis berpendapat bahwa self efficacy menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam proactive coping.
Pengertian Self Efficacy Self efficacy merupakan keyakinan individu tentang kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau melakukan suatu tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu (Bandura dalam Lopez & Snyder, 2003). Self efficacy adalah bagian dari self concept yang merupakan keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk menangani tugas secara efektif dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk menangani masalah. Individu yang mempunyai self efficacy tinggi akan mengarahkan individu pada prestasi yang lebih baik dalam berbagai bidang karena self efficacy tersebut mengaktifkan perubahan psikologis untuk mengurangi rasa sakit dan membuat stres lebih dapat ditoleransi (Baron and Byrne, 1997).
10
Dimensi Self Efficacy Bandura (dalam Dimyati, 2000) mengemukakan bahwa dimensi-dimensi tersebut adalah: a) Magnitude, berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas yang dilakukan. Jika dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitan, maka efficacy expectancynya akan jatuh pada tugas-tugas yang mudah, sedang atau sulit sesyuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untyuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing-masing tingkat. b) Generality, berkaitan dengan luas bidang tugas yang dilakukan. Efficacy expectancy individu yang satu mungkin hanya terbatas pada tugas tertentu, sementara pada individu yang lain meliputi beberapa bidang tugas. c) Strength, berkaitan dengan kemantapan atau tingkat keyakinan individu. Individu dengan self efficacy yang rendah lebih mudah menyerah pada pengalamanpengalaman ketidakberhasilan, sementara individu yang mempunyai self efficacy yang tinggi akan tetap berusaha meskipun menemui pengalama yang menghambat.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy Bandura (dalam Rizvi dkk, 1997) menjelaskan bahwa perbedaan derajat self efficacy dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Sifat tugas yang dihadapi. Situasi-situasi atau jenis tugas tertentu menuntut kinerja yang lebih sulit dan berat daripada situasi tugas yang lain.
11
2. Insentif eksternal. Insentif berupa hadiah (reward) yang diberikan oleh orang lainuntuk merefleksikan keberhasilan seseorang dalam menguasai atau melaksanakan suatu tugas (competence contingent insentif). Misalnya pemberian pujian, status sosial (kebangsawanan, sarjana), materi (uang, hadiah) dan lain-lain. 3. Status atau peran individu dalam lingkungan. Derajat status sosial seseorang mempengaruhi penghargaan dari orang lain dan rasa percaya dirinya. Informasi tentang kemampuan diri. Self efficacy seseorangakan meningkat atau menurun jika ia mendapat informasi yang positif atau negatif tentang dirinya. 4. Informasi mengenai kemampuan seseorang.
12
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti dan yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian (Azwar, 2003). Subjek yang diambil datanya dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi UII (Universitas Islam Indonesia) yang sedang mengerjakan tugas akhir dari berbagai fakultas.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket, dengan alat ukur berbentuk skala. Dua jenis data yang dikumpulkan melalui skala, yaitu proactive coping dan self efficacy Sebelum dilakukan pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan uji coba alat ukur. Uji coba alat ukur dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisir kelemahan-kelemahan alat ukur data ini. Hasil uji coba menunjukkan sejauh mana pemahaman subjek terhadap penyusunan kalimat dalam item-item skala dan diketahui pula nilai validitas dan reliabilitas kedua skala tersebut.
Alat Ukur Skala yang digunakan dalan penelitian ini adalah: 1. Skala Proactive Coping
9
13
Skala proactive coping ini digunakan untuk mengetahui tingkat proactive coping subjek. Seluruh pernyataan yang terdapat dalam skala ini merupakan adaptasi dari PCI (Proactive Coping Inventory) rancangan Esther R. Greenglass (2001). 2. Skala Self Efficacy Skala self efficacy ini bertujuan untuk mengungkap sejauh mana tingkat self efficacy subjek terhadap kemampuannya menyelesaikan tugas akhir. Item-item skala self efficacy disusun peneliti berdasarkan elisitasi yang dilakukan oleh penulis berdasarkan konteks tugas akhir.
Metode Analisis Data Alat ukur yang digunakan untuk mengambil data harus dipastikan dulu validitas dan reliabilitasnya .Seleksi butir item yang digunakan dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan indeks daya beda item, yang dapat melalui pengujian statistic dengan bantuan SPSS 11,5 for Windows sehingga didapat koefisien korelasi pada setiap item dengan skor total tes itu sendiri . Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat keajegan alat ukur yang pada dasarnya menunjukkan sejauhmana suatu pengukuran dapat memberikan hasil yang relative tidak berbeda bila dilakukan pengukuran ulang pada subjek yang sama (Azwar, 2004). Pengujian reliabilitas skala ini memakai teknik Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS 11,5 for Windows. Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik product moment dari Pearson dengan alasan bahwa peneliti bertujuan mencari korelasi antara dua variable
14
penelitian yaitu, proactive coping dan self efficacy mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir. Seluruh perhitungan dilakukan dengan computer menggunakan SPSS 11.5 for Windows.
15
HASIL PENELITIAN Tabel 1. Deskripsi Data Penelitian Hipotetik Variabel Min Maks Rerata SD Proactive 47 188 117.5 23,5 Coping Self 22 88 55 11 Efficacy Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti
Min 115 46
Empirik Maks Rerata 184 144.35 80
58.17
SD 13.74 7.77
menggolongkan subjek ke dalam
lima kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Tabel 2. Kategori Subjek Proactive Coping Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Skor X = 159.8 131.6 = X < 159.8 103.4 = X < 131.6 75.2= X < 103.4 X < 75.2
Jumlah 3 31 6 0 0
Prosentase 7.5% 77.5% 15% 0% 0%
Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa sebagian besar subjek (52.5%) memiliki tingkat proactive coping pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek mempunyai kecenderungan tingkat proactive coping yang tinggi. Tabel 3. Kategori Subjek Self Efficacy Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Skor X = 74.8 61.6 = X < 74.8 48.4 = X < 61.6 35.2 = X < 48.4 X < 35.2
Jumlah 2 9 26 3 0
12
Prosentase 5% 22.5% 65% 7.5% 0%
16
Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa sebagian besar subjek (55%) memiliki tingkat self efficacy pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek mempunyai kecenderungan tingkat self efficacy yang sedang. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Hasil uji normalitas terhadap kedua skala menunjukkan sebaran yang normal dengan koefisien KS-Z 0.497 dengan p = 0.966 (> 0.05) untuk skala proactive coping. Sedangkan skala self efficacy mempunyai koefisien KS-Z 1.164 dengan p = 0.133 (> 0.05). Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa kedua skala tersebut memiliki sebaran normal. Tabel 4. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Proactive Coping 40 144.3500 13.74036 .079 .079 -.074 .497 .966
Self Efficacy 40 58.1750 7.77863 .184 .184 -.103 1.164 .133
17
b. Uji Linearitas Uji asumsi linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua variabel memiliki hubungan yang linier. Ini diperlukan untuk dapat menemukan taraf hubungan antara keduanya secara tepat. Hasil uji asumsi linieritas menunjukkan koefisien F sebesar 1.981 dengan p = 0.176 (> 0.05). Hal ini berarti bahwa hubungan antara kedua variabel proactive coping dan self efficacy memenuhi asumsi linieritas. Tabel 5. Tabel Uji Linearitas Case Processing Summary
Included N Percent Proactive Coping * Self Efficacy
40
Cases Excluded N Percent
100.0%
0
.0%
Total N
Percent 40
100.0%
ANOVA Table Sum of
Measures of Association Squares Proactive Coping * Self Efficacy
Between Groups
Proactive Coping * Self Efficacy
Within Groups Total
(Combined) R R Squared Linearity Deviation .222 from Linearity .049
4057.850 Eta 363.804 3694.046 .742 3305.250 7363.100
df
Mean Square 21 193.231 Eta Squared 1 363.804 20 .551 184.702 18 183.625 39
F 1.052 1.981 1.006
Uji Hipotesis Data penelitian ini adalah data interval, maka untuk menganalisis hipotesisnya peneliti menggunakan teknik korelasi Product moment dari Pearson. Hasil analisis korelasi product moment dari Pearson antara proactive coping dan
Sig. .461 .176 .498
18
dengan self efficacy menghasilkan koefisien korelasi r sebesar 0.222 dengan taraf signifikansi p = 0.168 (p > 0.05). Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara proactive coping dan self efficacy. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis penelitian ini ditolak. Tabel 6. Tabel Uji Hipotesis Correlations
Proactive Coping
Self Efficacy
Proactive Coping 1 . 40 .222 .168 40
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Self Efficacy .222 .168 40 1 . 40
Uji t Hasil analisis dengan menggunakan uji t untuk mengetahui perbedaan proactive coping mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir, pada laki-laki dan perempuan menghasilkan nilai t sebesar -1.204 (p=0.236 > 0.05). Hasil analisis demikian berarti menunjukkan tidak ada perbedaan proactive coping mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir pada mahasiswa laki-laki dan perempuan. Tabel 7 Tabel Uji Beda Jenis Kelamin Terhadap Proactive Coping Group Statistics
Proactive Coping
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki
N 20 20
Mean 141.7500 146.9500
Std. Deviation 8.81909 17.19080
Std. Error Mean 1.97201 3.84398
19
Independent Samples Test Levene's Test for
of Variances t-test formengetahui Equality of Means Hasil analisisEquality dengan menggunakan uji t untuk perbedaan 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
proactive coping mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir mahasiswa Mean pada Std. Error F Proactive Coping
Equal variances assumed Equal variances not assumed
4.866
Sig. (2-tailed)
Difference
-1.204
38
.236
-5.2000
-1.204
28.353
.239
-5.2000
Sig.
t
.034
df
Difference
exact dan non exact menghasilkan nilai t sebesar 1.422 (p=0.163 > 4.32030 0.05).-13.94599 Hasil 4.32030
-14.04477
3.54599 3.64477
analisis demikian berarti menunjukkan tidak ada perbedaan proactive coping mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir pada mahasiwa exact dan non exact. Tabel 8. Uji Beda Fakultas Terhadap Proactive Coping Group Statistics
Proactive Coping
Fakultas Non Exact Exact
N 20 20
Mean 147.4000 141.3000
Std. Deviation 15.36024 11.48958
Std. Error Mean 3.43465 2.56915
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
D. Pembahasan F Proactive Coping
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Sig. .516
.477
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
1.422
38
.163
6.1000
4.28922
-2.58306
14.78306
1.422
35.192
.164
6.1000
4.28922
-2.60587
14.80587
20
PEMBAHASAN Hasil analisis uji hipotesis dengan teknik korelasi Product moment dari Pearson yang dilakukan untuk mengolah data penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara proactive coping dan self efficacy. Hasil penelitian ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi r sebesar 0.222 dengan taraf signifikansi p = 0.168 (p > 0.05). Dari hasil uji t, dimana untuk mengetahui perbedaan proactive coping antara laki-laki dan perempuan serta proactive coping antara mahasiswa exact dan non exact didapat hasil tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan serta mahasiswa exact dan non exact. Hasil penelitian ini ditunjukkan dengan nilai t sebesar -1.204 (p=0.236 > 0.05) pada perbedaan proactive coping antar laki-laki dan perempuan. Sedangkan perbedaan proactive coping pada mahasiswa exact dan non exact ditunjukkan dengan nilai t sebesar 1.422 (p=0.163 > 0.05). Tidak ada hubungan antara proactive coping dan self efficacy pada mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir bertentangan dengan Greenglas (2001) yang mengatakan bahwa proactive coping dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, dimana dalam faktor internal salah satunya adalah self efficacy. Bandura (1988) menjelaskan bahwa peran self efficacy sebagai mekanisme kognitif memunculkan fungsi control individu dalam bereaksi terhadap stress. Individu yang yakin dengan kemampuannya mengontrol stress secara efektif cenderung tidak gelisah. Sebaliknya jika individu tidak yakin akan fungsi kontrolnya menghadapi situasi yang tidak menyenangkan cenderung akan mengalami stress. Hal ini berarti bahwa self efficacy berpengaruh pada emosi individu, yang
17
21
berimplikasi pula pada kemampuannya menghadapi stresor. Self efficacy akan ikut menentukan jenis perilaku pengatasan (coping skill), yaitu seberapa keras usaha yang dilakukan individu untuk mengatasi persoalan atau menyelesaikan tugas, serta berapa lama individu mampu bertahan terhadap hambatan yang tidak diinginkan. Setiap individu sebenarnya memiliki kecenderungan untuk menghindari situasi yang menurutnya sulit atau tidak dapat dihadapi. Namun demikian pada individu yang memiliki self efficacy tinggi akan melakukan cara pengatasan masalah yang aktif dan juga jarang menggunakan cara menghindar bila dibandingkan dengan individu yang memiliki self efficacy rendah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa self efficacy yang dimiliki individu mempunyai pengaruh dalam menentukan tindakan pengatasan masalah yang aktif untuk menghadapi stressor. Dalam hal ini self efficacy yang tinggi bukan dengan sendirinya menghilangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi, tetapi self efficacy yang tinggi mendorong individu berusaha lebih keras untuk mengatasi semua semua kesulitan tugas. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penjelasan Bandura diatas. Self efficacy memang bukan satu-satunya yang mempengaruhi proactive coping. Masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi proactive coping, diantaranya adalah faktor internal yaitu optimis dan faktor eksternal yaitu dukungan sosial (social support) yang berupa informasi-informasi yang diperoleh, pengalaman-pengalaman yang dialami diri sendiri maupun orang lain serta dukungan emosional dari orang lain. Secara keseluruhan, penulis mengakui bahwa penelitian ini tidak terbukti juga disebabkan karena masih banyak kekurangan dan kelemahan antara lain
22
jumlah subjek yang dipakai dalam penelitian ini tergolong sedikit apabila dibandingkan dengan populasinya. Seluruh item proactive coping adalah hasil adaptasi atau terjemahan dari Proactive Coping Inventory (PCI), dimana antara subjek penelitian ini dan subjek penelitian terdahulu mempunyai perbedaan kebudayaan. Skala self efficacy yang dipakai oleh penulis kurang mewakili, dalam arti item-itemnya kurang jelas dan kurang sederhana kalimatnya dan juga alternatif jawaban kurang tepat. Selain itu ada kemungkinan
item mengandung social
desirability, yaitu item yang isinya sesuai dengan keinginan sosial umumnya atau dianggap baik oleh norma sosial, sehingga cenderung untuk disetujui oleh semua orang karena semata-mata orang berfikir normatif, bukan karena isi item itu sesuai dengan dirinya (Azwar, 2004).
23
KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan penelitian terhadap mahasiswamahasiswi Universitas Islam Indonesia
yang sedang mengerjakan tugas akhir
adalah bahwa a. Tidak ada hubungan antara proactive coping dan self efficacy pada mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir. b. Tidak ada perbedaan proactive coping pada mahasiswa laki-laki dan perempuan dalam mengerjakan tugas akhir. c. Tidak ada perbedaan proactive coping pada mahasiswa exact dan non exact dalam mengerjakan tugas akhir. SARAN .
Penelitian ini merupakan salah satu wujud untuk memperkaya ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu Psikologi. Berkaitan dengan proses dan hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat penulis berikan. Saran tersebut antara lain: 1. Bagi Mahasiswa Mahasiswa-mahasiswi yang sedang mengerjakan tugas akhir hendaknya menjaga
self
efficacynya,
banyak
belajar
dari
pengalaman,
menambah
pengetahuan dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Hal tersebut hendaknya dilakukan agar target kelulusan yang akan di raih bisa tercapai. 2. Saran untuk Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya jika hendak melakukan penelitian yang sejenis dengan tema serupa, penulis memberikan saran hendaknya :
20
24
a. Mengganti subjek penelitian serta memperbanyak jumlahnya. b. Mengacak aitem-aitem yang sudah disusun supaya subjek tidak dengan mudah menebak pertanyaan selanjutnya. c. Apabila membuat skala proactive coping yang baru, indikatornya bisa diambil dari dimensi proactive coping karena lebih mewakili proactive coping. d. Apabila membuat skala self efficacy yang baru, dalam penyajian item disederhanakan dan diperjelas kalimatnya dan alternatif jawaban diganti. e. Selain itu, karena penelitian tentang proactive coping termasuk baru, disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lain dengan mengganti variabel bebas yang berbeda.
25
DAFTAR PUSTAKA
Aldwin, C. M & Reverson, T. A. 1987. Does Coping Help? A Reexamination Between Coping & Mental Health. Journal of Personality and Social Psychology. 53. 337-348. Azwar, S. A. 2002. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. A. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bandura, A. Self efficacy. (www.des.emory.edu/mfp/BanEncy.html) 05/01/06 Bandura, A. & Shunk, D. H. 1981. Cultivating Competence, Self Efficacy and Intrinsic Interest Through Proximal Self Motivation. Journal of Personality and Social Psychology. 41. 586-598. Bandura, A. Cioffi, D. Taylor, C.B. & Brouillard, M.E. 1988. Perceived Self Efficacy in Coping With Cognitive Stressors and Opioid Activation. Journal of Personality and Social Psychology. 55. 3. 479-488 Baron, R. A. & Byrne, D. 1997. Social Psychology. 8 Edition. Massachussets. A Viacom Company. Betz, N.E. & Hackett, G. 1981. The Relationship of Career-Related Self-Efficacy Expectation to Perceived Career Option in College Women and Man. Journal of Counseling Psychology. 28. 5. 399-410. Cole, L. 1963. Psychology of Adolescence. United State of America: Hot, Renelast and Winston. Danim, S. 1997. Metode Penelitian dan Ilmu-ilmu Perilaku. Jakarta : Bumi Aksara. Dimyati. 2000. Kohesivitas Tim dan Efikasi Diri Sebagai Prediktor Prestasi Olahraga Tim. Psikologika. 10, 33-46. Encyclopedia of Psychology, Volume 6. American Psychology Assosiation. Oxford University. Press: 2000. Encyclopedia of Psychology, Volume 7. American Psychology Assosiation. Oxford University. Press: 2000. Greenglass, E. R. 2001. Proactive Coping, http://wwwisma. Org./17014.cfm. 25/12/05.
22
Work
Stress
and
Burnout.
26
Greenglas. E. R. 2001. Proactive Coping, Chapter 3. http://www.diss.fu.berlin.de/2003/44/guttieress.pdf#search=proactive % 20 copingresearch’25/1/06. Harjanto, 1997. Hubungan Efikasi Diri dan Sikap Kompetitif Superiority. Skripsi (Tidak Diterbitkan) Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. Holahan, C.J & Moos, R.H. 1987. Personal an Contextual Determinant of Coping Strategies. Journal of Personality and Social Psychology. 52. 5. 946-955. Jung, 1993. The Relationship of Worrying, Coping and Simptoms AMONG College Men and Women. Journal of General Psychology. 120. 2. 139-148. Kountur, R. 2004. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: Penerbit PPM. Lopez and Snyder. 2003. Positive Psychological Assesment A Handbook of Models and Measure. American Psychological Association. Panduan Masuk UII Tahun Akademi 2006/2007. Rizvi, A. Prawitasari, J.E. & Soetjipto, H.P. Pusat Kendali dan Efikasi Diri Sebagai Prediktor Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Psikologika. 3, 5166 Schunk, D.H. 1983. Ability Versus Effort Attributional Feedback: Differential Effects on Self Efficacy and Achievement. Journal of Education Psychology. 75. 6. 848-856. Schwarzer & Taubart. Tenacious Goal Pursuits and Striving Toward Personal Growth: Proactive Coping . http//www.igilturarchive. librry.uu.nl/edisertation/2006-0320-200417/indeks.htm25/1/06 Smet. B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Widisarana Indonesia. Stein, S. J. & Book, H. E. 2004. Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses. Bandung: Kayfa. Taubert, S. 1999. Development and Validation of a Psychometric Instrument for the Assesment of Proactive Coping. Thesis. Taubert proactive http://www.userpage.fuberlin.de/~health/materials/s coping, pdf.28/12/05 Widyarto, 1997. Kemampuan Mengoperasikan Komputer Ditinjau Dari Bakat Komputer dan Perceived Self Efficacy. Skripsi (Tidak Diterbitkan) www.bali-travelnews.com
27
Nama
: Khoirun Nisa’
Alamat
: Jl.Garuda buntu No.11a Plemburan, Sariharjo, Sleman, Yogyakarta.
No HP
: 081578870789
Ngaglik,