PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PETA KONSEP PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TIMPIK 04 KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
NASKAH PUBLIKASI
Penguji : Drs. Suwarno, M.Pd Drs. Saring Marsudi,SH., M.Pd Dra. Sri Hartini, M.Pd
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 2012
ABSTRAK
Latar belakang : Permasalahan yang terjadi di SDN Timpik 04 yaitu rendahnya hasil belajaran IPA materi benda dan sifatnya. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA dengan metode peta konsep pada siswa kelas IV SD Negeri Timpik 04 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/ 2012 Jenis penelitian : PTK (penelitian tindakan kelas). Subyek penerima tindakan adalah siswa kelas IV SD Negeri Timpik 04 yang berjumlah 20 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumen, tes dan wawancara. Untuk menjamin validitas data, digunakan teknik triangulasi. Teknik tiangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber dan metode. Teknik triangulasi sumber adalah teknik pengumpulan data yang berupa informasi dari guru, dan siswa tentang tindakan yang diterapkan. Triangulasi metode digunakan untuk mengumpulkan data dari hasil observasi, dokumen, tes dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah bersifat deskriptif kualitatif yang dianalisis melalui 3 alur yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan Hasil Penelitian : menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada materi benda dan sifatnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa yang sebelumnya hanya 61,5. Pada siklus I hasil belajar yang dicapai menjadi 68,5 ( mengalami peningkatan sebesar 11,38% dari kegiatan awal). Pada siklus II hasil belajar yang dicapai sebesar 78 (mengalami peningkatan sebesar 13,86% dari kegiatan siklus I). Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan Model Peta Konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi benda dan sifatnya.
PENDAHULUAN Dari
aspek
kualitas,
pendidikan
di
Indonesia
memprihatinkan
dibandingkan dengan kualitas pendidikan bangsa lain. Dari segi pengajaran, hasilhasil pengajaran dan pembelajaran berbagai bidang studi khususnya bidang studi IPA di Sekolah Dasar terbukti selalu kurang memuaskan berbagai pihak. Hal tersebut disebabkan oleh tiga hal yaitu: (1) metode pembelajaran yang digunakan tidak cocok / pas dengan kebutuhan siswa, (2) motivasi yang diberikan kepada siswa dalam memahami dan menguasai pelajaran sangat minimum, (3) kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di kelas maka seorang guru harus melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam pembelajaran IPA dibutuhkan keaktifan sebagai dasar untuk dapat memahami konsep-konsep IPA terutama banyak hafalan, hal tersebut dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan agar dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk aktif sehingga daya ingat siswa memahami konsep terhadap apa yang dipelajari akan lebih baik. Maka kreatifitas seorang guru dituntut dalam mengajar IPA agar pembelajaran menjadi mudah dan menyenangkan. Melihat kondisi rendahnya hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran salah satunya menggunakan model pembelajaran peta konsep dengan pemberian tugas berupa latihan soal kepada
siswa
untuk
dikerjakan
secara
kelompok.
Dengan
pemberian
permasalahan sebagai latihan memecahkan masalah di kelas secara berkelompok maka diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi pemahaman dan penguatan terhadap materi yang diberikan di sekolah dengan harapan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar yang baik salah satunya didukung oleh penggunaan model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang baik adalah yang disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Oleh karena itu perlu
menginstruksikan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat saling bekerja sama dan akan menghasilkan pembelajaran yang baik. Prestasi belajar IPA siswa SD Negeri Timpik 04 rata-ratanya 60, padahal KKM 70. Peneliti mempunyai pandangan untuk menggunakan metode pembelajaran yang lebih variatif dan menyenangkan guna meningkatkan penguasaan materi pelajaran IPA pada siswa. Didalam penelitian ini peneliti menggunakan metode peta konsep untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan metode tersebut dalam penguasaan materi belajar siswa. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan judul penelitian di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah metode Peta Konsep dapat meningkatkan hasil belajar
IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Timpik 04
Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/ 2012?” Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah ”Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA dengan metode peta konsep pada siswa kelas IV SD Negeri Timpik 04 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/ 2012”
LANDASAN TEORI Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar dalam istilah hampir disama artikan dengan prestasi belajar. Mencerminkan sejauh mana seseorang telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan disetiap bidang tertentu. Sedangkan Menurut Arifin (Sofyatiningrum, 2001: 45), bahwa “hasil belajar merupakan hasil prestasi dari suatu usaha, kemampuan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal di suatu bidang”. Misal siswa mampu mengidentifikasi benda cair, padat dan gas serta mampu menguasai konsep perbedaan benda cair, padat dan gas. Hal inilah yang termasuk hasil belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar Sofyatiningrum (2001: 45) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dbedakan menjadi dua golongan sebagai berikut: 1. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. 2. Faktor ekstern yaitu faktor keluarga, sekolah dam masyarakat. METODE PETA KONSEP Pengertian Peta Konsep Menurut Aunurrahman (2009: 158) “model peta konsep adalah model pembelajaran yang dirancang untuk menata atau menyusun data sehingga konsep-konsep penting dapat dipelajari secara tepat dan efisien model ini memiliki pandangan bahwa para siswa tidak hanya dituntun untuk mampu membentuk konsep melalui proses pengklasifikasian data akan tetapi mereka juga harus dapat membentuk susunan konsep dengan kemampuannya sendiri”. Langkah-langkah menyusun Peta Konsep Adapun langkah-langkah menyusun peta konsep sebagai berikut: 1) Memilih suatu bahan bacaan. 2) Menentukan konsep-konsep yang relevan. 3) Mengelompokkan (mengurutkan) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif. 4) Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut. Kelebihan pembelajaran dengan metode Peta Konsep Lie (2008: 86) menyatakan kelebihan dan kekurangan kelompok berpasangan adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran 2. Cocok digunakan untuk tugas yang sederhana. 3. Memberikan lebih kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok. 4. Interaksi antar pasangan lebih muda. 5. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya
Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu: a. Idawati, Idawati. (2011). Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Peta Konsep Dengan Menggunakan Media Gambar Pokok Bahasan Sistem Perencanaan Manusia Siswa Kelas V SD N 2 Sorogaten Klaten. b. Triningsih, Nanik. (2011). Meningkatkan Hasil Belajar IPA tentang Daur Air dan Peristiwa Alam Melalui Peta Konsep Siklus pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Ngepungsari Jatipuro Karanganyar. c. Endang Woro Hastuti dengan judul Peningkatan hasil belajar IPA melalui strategi peta konsep pada siswa kelas IV SD Negeri Timpik 04 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Hasil penelitian akan dapat menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dengan penerapan peta konsep di kelas IV. Hal tersebut ditandai dengan ketercapaian indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas dan peningkatan rata-rata hasil belajar dari siklus I dan siklus II. Perbedaan dengan peneliti adalah terletak pada materi pembelajaran dan indikator yang digunakan. Sedangkan persamaannya terletak pada hasil yang dicapai yaitu terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus. Kekhususan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian yang terdahulu lakukan dengan penelitian terdahulu terletak pada: i.
Tempat penelitian SD Negeri Timpik 04 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang.
ii.
Tahun penelitian Meneliti tentang Hasil Belajar IPA pada siswa kelas IV tahun 2011/2012.
iii.
Variabel Penelitian Meneliti tentang Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan materi Benda dan Sifatnya.
METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu pada bulan desember 2011 sampai dengan maret 2012 pada semester II tahun pelajatan 2011/2012. Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Timpik 04 Susukan Semarang, dengan jumlah murid 20 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Peneliti sebagai pelaku tindakan dan siswa sebagai pembelajaran. Peneliti sebagai subjek yang bertugas merencanakan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan penelitian. Teknik pengumpulan data Teknik
pengumpulan
data
dalam
penelitian
ini
menggunakan
teknik
observasi/pengamatan, wawancara, dokumentasi dan metode test VALIDASI DATA Kunandar (2008: 103) mengemukakan bahwa, ”penelitian tindakan kelas yang tergolong bertradisi kualitatif dengan sifat deskriptif dan naratif memiliki caracara tersendiri dalam melakukan validasi dan reliabilitas”. Validasi menunjuk pada derajat keterpercayaan terhadap proses dan hasil penelitian tindakan kelas, sedangkan reliabilitas menunjuk pada sejauh mana kajian dapat direplikasi, artinya apakah seorang peneliti dengan menggunakan metode yang sama akan mendapatkan hasil yang sama seperti kajian terdahulu. Untuk menjadikan data yang akurat dan tepat maka menggunakan dua macam triangulasi, yang pertama triangulasi sumber data yang berupa informasi dari guru dan siswa tentang tindakan yang diterapkan. Kedua triangulasi teknik atau metode pengumpulan data dari hasil observasi dan dokumentasi.
PROSEDUR PENELITIAN Penelitian Tindakan Kelas yang pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. Menurut Kurt Lewin bahwa dalam siklus terdiri dari
empat langkah yaitu: perencanaan tindakan (planning), tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Keempat langkah tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut: Permasalahan
Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
Permasalahan Baru (Hasil Refleksi) Perencanaan
Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan
Dilanjutkan ke Siklus Berikunya
Gambar.1 Siklus PTK (Sumber; Rubiyanto dkk., 2008: 120) Setiap penelitian selalu dimulai dari masalah dan bertujuan untuk memecahkan masalah tersebut. Mengacu pada teori tentang penelitian tindakan kelas, maka rancangan penelitian ini disusun menggunakan prosedur sebagai berikut: 1. Dialog Awal 2. Perencanaan Tindakan (Planning) 3. Tindakan ( Action ) 4. Observasi ( Observation ) 5. Refleksi ( Reflection )
HASIL TINDAKAN Hasil Nilai IPA Pra Siklus No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Siswa Suryati Heri Apriyanto Yuda Aulia Setiawan Safiq Saifullah Muhfud Khairudin Muhammad Yaskur Kla Fitriyani Suryono Ulfi Septiani Nugrahani Devi Apritasari Wahyu Puji Rahayu Diki Doni Nugraha Handika Galuh Hartadi Ayu Purwaningsih Nia Wiwik Lestari Tri Midayanti Uswatun Khasanah Tri Sutrisno Anisa Sukmawati Aurela Mega Agustina JUMLAH RATA-RATA
KKM 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
Nilai 70 60 40 60 50 70 50 60 60 60 60 70 60 60 80 70 70 60 80 40 1230 61.5
Ketuntasan Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas
Berdasarkan hasil analisis tes pada mata pelajaran IPA menunjukkan bahwa nilai siswa rata-rata kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 7 siswa atau 35%. Sedangkan yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 13 siswa atau 65%. Untuk memahami hal tersebut perlu dikembangkan model pembelajaran yang efektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Timpik 04. Adapun model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu Peta Konsep.
Deskripsi Siklus I Daftar Nilai Hasil Belajar IPA Siklus I No.
Nama Siswa
KKM
Nilai
Ketuntasan
1
Suryati
70
80
Tuntas
2
Heri Apriyanto
70
70
Tuntas
3
Yuda Aulia Setiawan
70
50
Belum Tuntas
4
Safiq Saifullah
70
70
Tuntas
5
Muhfud Khairudin
70
70
Tuntas
6
Muhammad Yaskur
70
70
Tuntas
7
Kla Fitriyani
70
60
Belum Tuntas
8
Suryono
70
70
Tuntas
9
Ulfi Septiani Nugrahani
70
60
Belum Tuntas
10
Devi Apritasari
70
50
Belum Tuntas
11
Wahyu Puji Rahayu
70
60
Belum Tuntas
12
Diki Doni Nugraha
70
70
Tuntas
13
Handika Galuh Hartadi
70
60
Belum Tuntas
14
Ayu Purwaningsih
70
70
Tuntas
15
Nia Wiwik Lestari
70
90
Tuntas
16
Tri Midayanti
70
80
Tuntas
17
Uswatun Khasanah
70
80
Tuntas
18
Tri Sutrisno
70
60
Belum Tuntas
19
Anisa Sukmawati
70
90
Tuntas
20
Aurela Mega Agustina
70
60
Belum Tuntas
JUMLAH
1370
RATA-RATA
68,5
Distribusi Nilai IPA Siklus I No
Interval
Kategori
Jumlah
Prosentase
1.
91-100
Istimewa
0
0
2.
81-90
Baik sekali
2
10%
3.
71-80
Baik
3
15%
4.
61-70
Cukup
7
35%
5.
51-60
Hampir cukup
6
30%
6.
41-50
Kurang
2
10%
7.
31-40
Kurang sekali
0
0
8.
Jumlah
20
100%
Dari tabel di atas maka ditemukan beberapa hal penting sebagai berikut: a. Rata-rata nilai IPA siklus I pada kompetensi dasar “Mengidentifikasi wujud benda padat, cair dan gas yang memiliki sifat tertentu” SD Negeri Timpik 04 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2010/2011 sebesar 68,5. b. Siswa yang memperoleh nilai hasil test dengan kategori baik sekali sebanyak 2 siswa atau 10% dari jumlah 20 siswa. c. Siswa yang memperoleh nilai hasil test dengan kategori baik sebanyak 3 siswa atau 15% dari jumlah 20 siswa. d. Siswa yang memperoleh nilai hasil test dengan kategori cukup sebanyak 7 siswa atau 35% dari jumlah 20 siswa. e. Siswa yang memperoleh nilai hasil test dengan kategori hampir cukup sebanyak 6 siswa atau 30% dari jumlah 20 siswa. f.
Siswa yang memperoleh nilai hasil test dengan kategori kurang sebanyak 2 siswa atau 10% dari jumlah 20 siswa.
Berdasarkan analisis hasil test siklus I di atas menunjukkan bahwa masih ada siswa yang nilainya kurang dari Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70. Siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 12 siswa atau 60% , sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 8 siswa atau 40%.
Deskripsi Siklus II Daftar Nilai Hasil Belajar IPA Siklus II No.
Nama Siswa
KKM
Nilai
Ketuntasan
1
Suryati
70
90
Tuntas
2
Heri Apriyanto
70
80
Tuntas
3
Yuda Aulia Setiawan
70
70
Tuntas
4
Safiq Saifullah
70
80
Tuntas
5
Muhfud Khairudin
70
60
Belum Tuntas
6
Muhammad Yaskur
70
80
Tuntas
7
Kla Fitriyani
70
60
Belum Tuntas
8
Suryono
70
80
Tuntas
9
Ulfi Septiani Nugrahani
70
70
Tuntas
10
Devi Apritasari
70
80
Tuntas
11
Wahyu Puji Rahayu
70
70
Tuntas
12
Diki Doni Nugraha
70
100
Tuntas
13
Handika Galuh Hartadi
70
80
Tuntas
14
Ayu Purwaningsih
70
70
Tuntas
15
Nia Wiwik Lestari
70
100
Tuntas
16
Tri Midayanti
70
80
Tuntas
17
Uswatun Khasanah
70
90
Tuntas
18
Tri Sutrisno
70
70
Tuntas
19
Anisa Sukmawati
70
90
Tuntas
20
Aurela Mega Agustina
70
60
Belum Tuntas
JUMLAH
1560
RATA-RATA
78
Distribusi Nilai IPA Siklus II No
Interval
Kategori
Jumlah
Prosentase
1.
91-100
Istimewa
2
10%
2.
81-90
Baik sekali
3
15%
3.
71-80
Baik
7
35%
4.
61-70
Cukup
5
25%
5.
51-60
Hampir cukup
3
15%
6.
41-50
Kurang
0
0
7.
31-40
Kurang sekali
0
0
8.
Jumlah
20
100%
Dari tabel di atas maka ditemukan beberapa hal penting antara lain: a. Rata-rata nilai IPA siklus II pada kompetensi dasar “Mengidentifikasi wujud benda padat, cair dan gas yang memiliki sifat tertentu ” SD Negeri Timpik 04 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2011/2012 sebesar 78. b. Siswa yang memperoleh nilai hasil test dengan kategori istimewa sebanyak 2 siswa atau 10% dari jumlah 20 siswa. c. Siswa yang memperoleh nilai hasil test dengan kategori baik sekali sebanyak 3 siswa atau 15% dari jumlah 20 siswa. d. Siswa yang memperoleh nilai hasil test dengan kategori baik sebanyak 7 siswa atau 35% dari jumlah 20 siswa. e. Siswa yang memperoleh nilai hasil test dengan kategori cukup sebanyak 5 siswa atau 25% dari jumlah 20 siswa. f. Siswa yang memperoleh nilai hasil test dengan kategori hampir cukup sebanyak 3 siswa atau 15% dari jumlah 20 siswa. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa pada siklus II hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan jika dibandingakan dengan siklus I. Pada siklus II rata-rata nilai siswa 78. Dalam siklus II ini nilai siswa yang sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ada 17 siswa atau 85%.
Pada kondisi awal dapat kita lihat nilai rata-rata hasil belajar siswa 61,5. Pada siklus I belum mencapai hasil yang memuaskan, karena hasil belajar dengan rata-rata 68,5 masih berada di bawah nilai rata-rata yang telah ditargetkan walaupun jika dibandingkan dengan hasil belajar pada kondisi awal sudah mengalami peningkatan sebesar 11,38%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas 78 dapat kita lihat adanya peningkatan hasil belajar siswa 13,86% jika dibandingkan dengan hasil belajar siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Peta Konsep dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA materi benda dan sifatnya dengan hasil belajar yang dicapai siswa
PENUTUP
Kesimpulan Penerapan model pembelajaran Peta Konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPA Materi Benda dan Sifatnya siswa kelas IV SD Negeri Timpik 04 Tahun Pelajaran 2011/2012, hal ini ditunjukan pada nilai rata-rata kognitif untuk nilai awal adalah 61,5, siklus I 68,5, dan siklus II 78.
Saran Saran kepada guru, Guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran Peta Konsep serta memberi bimbingan dan motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar. Guru diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan melalui strategi peta konsep sehingga siswa dapat terlibat aktif dan termotivasi dalam proses pembelajaran sehingga dapat tercapai hasil yang maksimal. Saran kepada siswa yang belum tuntas, Siswa diharapkan untuk dapat memfokuskan konsentrasi sehingga dapat menerima pelajaran dengan baik. Siswa diharapkan untuk lebih meningkatkan belajar khususnya pada pelajaran IPA supaya dapat mengejar ketinggalan
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan ( Edisi Revisi). Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rhineka Cipta. Arikunto, Suhrsimi, Dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Dahar. Peta konsep untuk mempermudah konsep selit dalam pembelajaran, Jurnal vol. 2 (desember 1988), p. 153. Diakses 08 Febuari 2012 dari wordpress. http://paudanakceria.wordpress.com/2012/02/08/peta-konsep-untukmempermudah-konsep-sulit-dalam-pembelajaran/ Idawati, Idawati. 2011. Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Peta Konsep Dengan Menggunakan Media Gambar Pokok Bahasan Sistem Perencanaan Manusia Siswa Kelas V SD N 2 Sorogaten Klaten Tahun Ajaran 2011/ 2012. Skripsi UMS (tidak diterbitkan) Kunandar. 2008. Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Rubiyanto, Rubino. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: FKIP UMS Rubiyanto, Rubino dan Saring Marsudi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas keSDan dan Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: FKIP UMS Samino & Marsudi,S.2011.Layanan Bimbingan Belajar Pedoman Bagi Pendidik dan Calon Pendidik.Surakarta:Fairuz Media Sofyatiningrum, Etti. 2001. Pengaruh Umpan Balik Guru Terhadap Siswa Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar di SLTP Muhammadiyah 22 Pamulang. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Depdikbud Sugandi, Achmad dkk.2006. Teori Pembelajaran, Semarang: UNNES PRESS
Sugianto,2009.Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:Panitia Sertivikasi Guru (PSG) Raayon 13 Surakarta Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuntitatif, Kulitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar Surtikanti & Santoso,J.2008.Strategi Belajar Mengajar.Surakarta: BP-FKIP UMS Sutikno, M Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect. Suwandi, Sarwiji.2009. Model Assesmen Dalam Pembelajaran. Surakarta. Panitia Sertivikasi Guru (PSG) Rayon 13 Surakarta. Syaiful, Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Triningsih, Nanik. 2011. Meningkatkan Hasil Belajar IPA tentang Daur Air dan Peristiwa Alam Melalui Peta Konsep Siklus pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Ngepungsari Jatipuro Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi UMS (tidak diterbitkan)