NASKAH PUBLIKASI
KAJIAN POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI SURYA DALAM MENUNJANG PROGRAM AGROPOLITAN DI PROVINSI GORONTALO
SKRIPSI
Oleh: Dedi Ferinawan NIM. 521 409 001
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2014
KAJIAN POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI SURYA DALAM MENUNJANG PROGRAM AGROPOLITAN DI PROVINSI GORONTALO Dedi Ferinawan, Lanto Moh. Kamil Amali, Ervan Hasan Harun Program Studi S1 Teknik Elektro, Jurusan Elektro F. TEKNIK Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar potensi energi surya melalui pengukuran langsung intensitas radiasi matahari pada 10 (sepuluh) titik lokasi lahan pertanian di daerah agropolitan dan untuk mengetahui spesifikasi komponen-komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini metode pengukuran langsung digunakan untuk mengetahui besarnya intensitas radiasi matahari pada 10 (sepuluh) titik lokasi lahan pertanian di daerah agropolitan Provinsi Gorontalo.Hasil penelitian pada tiap lokasi lahan pertanian di daerah agropolitan, diperoleh besar potensi energi surya adalah sebagai berikut desa Pontolo Atas 440,72 W/m2, desa Tutuwoto sebesar 425,96 W/m2, desa Tupa sebesar 342,416 W/m2, desa Meranti sebesar 364,544 W/m2, desa Bongohulawa sebesar 415,32 W/m2, desa Polohungo sebesar 353,384 W/m2, desa Tapadaa sebesar 296,288 W/m2, desa Polohungo sebesar 348,056 W/m2, desa Maleo sebesar 377,896 W/m2, desa Molamahu sebesar 363,792 W/m2. Sedangkan untuk spesifikasi komponen Pembangkit Listrik Tenaga Surya untuk melayani beban energi listrik sebesar 72,705 kWh per hari, dengan menggunakan panel surya 100 Wp, dibutuhkan 304,88 panel surya, kapasitas baterai sebesar 8415 Ah, kapasitas Charge Controller 1929,89 A, dan kapasitas inverter disesuaikan kapasitas daya yang dilayani yaitu 30503,24 W. Kata kunci: energi surya, agropolitan, PLTS ABSTRACT This study aims to determine how much solar energy potential through direct measurement of the intensity of solar radiation at 10 (ten) point location of agricultural in the Agropolitan area and to determine the specifications of the Solar Power Plant components. In this study the direct measurement method is used to determine the intensity of solar radiation at 10 (ten) point location of agricultural in the agropolitan area of Gorontalo Province.The results of the study at each location of agriculturalin agropolitan area, acquired the potential of solar energy respectively: Pontolo Atas 440.72 W/m2, Tutuwoto 425.96 W/m2, Tupa 342.416 W/m2, Meranti 364.544 W/m2, Bongohulawa 415.32 W/m2, Polohungo 353.384 W/m2, Tapadaa 296.288 W/m2, Polohungo 348.056 W/m2, maleo 377.896 W/m2, Molamahu 363.792 W/m2. As for specs of Solar Power Plant components to serve the electrical energy demand of 72.705 kWh per day, by using solar panels 100 Wp, it required 304,88 solar panels, battery capacity of 8415 Ah, the capacity of Charge Controller is 1929.89 A, and the capacity of inverter customized to power capacity be served i.e. 30503,24 W. Keywords: solar energy, agropolitan, solar power plant
PENDAHULUAN Energi merupakan kebutuhan utama sepanjang peradaban umat manusia. Sehingga dalam penyediaan energi listrik yang menjadi salah satu infrastruktur sudah menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat. Kebutuhan energi khususnya energi listrik, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga, perkantoran atau industri, akan tetapi juga dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan lainnya misalnya perikanan dan pertanian. Penyaluran energi di Indonesia khususnya energi listrik belum sepenuhnya merata sampai ke pelosok-pelosok desa yang mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian dalam bidang pertanian dan bercocok tanam. Khususnya di Provinsi Gorontalo, masih banyak diberbagai pelosok desa yang belum dapat menikmati energi listrik, sedangkan
kebutuhan energi listrik sangat dibutuhkan dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat secara luas, termasuk akan kebutuhan listrik pada sektor pertanian. Dalam rangka mewujudkan revitalisasi pertanian di Gorontalo, ada 9 (sembilan) faktor yang dikenal sebagai 9 (sembilan) pilar yang perlu dilakukan oleh pemerintah, masyarakat/petani dan stakeholder yang sekaligus menjadi indikator pertanian modern dalam pembangunan pertanian melalui program agropolitan berbasis jagung. Salah satu dari 9 (sembilan) pilar tersebut adalah pengembangan dan penyediaan peralatan dan mesin pertanian serta angkutan agropolitan. Berbagai peralatan dan mesin pertanian tersebut merupakan tuntutan yang yang harus dipenuhi dalam upaya memberikan pelayanan kepada petani baik untuk kegiatan prapanen maupun pascapanen. Akan tetapi peralatan dan mesin pertanian yang dibutuhkan lebih banyak menggunakan bahan bakar minyak (BBM) dalam pongoperasianya. Dari hasil wawancara dengan petani, pada saat melakukan aktivitas pasca panen untuk mengoperasikan mesin pertanian pasca panen dalam sehari membutuhkan ± 10 liter BBM. Mahalnya biaya operasional kegiatan pasca panen menjadi salah satu faktor masih banyaknya lahan yang belum dimanfaatkan. Dalam (Muhammad, 2007) hanya 45% dari 220.406 Ha areal pertanian yang telah dimanfaatkan yaitu sekitar 99,176 Ha saja. Apabila pemerintah dapat menyediakan energi listrik secara terpusat di daerah yang dekat dengan lokasi lahan-
1
lahan pertanian, tentulah masyarakat dengan sendirinya akan termotivasi untuk melaksanakan aktivitas di lokasi tersebut, sehingga lokasi-lokasi potensi di Provinsi Gorontalo dapat dimanfaatkan secara maksimal, untuk dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan wilayah Provinsi Gorontalo melalui pengembangan konsep agropolitan. Dengan demikian dilakukan suatu kajian tentang potensi Pembangkit Listrik Energi Surya untuk menunjang program agropolitan di daerah Provinsi Gorontalo untuk mengtetahui seberapa besar potensi energi surya
guna
pengembangan penyediaan energi listrik alternatife pembangkit listrik tenaga surya. Matahari adalah sumber energi utama yang memancarkan energi yang luar biasa besarnya ke permukaan bumi. Matahari memasok energi ke bumi dalam bentuk radiasi. Tanpa radiasi dari matahari, maka kehidupan di bumi tidak akan berjalan. Untuk cuaca yang cerah pada siang hari, irradiant yang mencapai permukaan bumi adalah 1.000 w/m2. Nilai ini relatif terhadap lokasi. Insolasi (energi radiasi) maksimum terjadi pada hari yang cerah namun berawan sebagian. Ini karena pemantulan radiasi matahari oleh awan sehingga insolasi (energi radiasinya) dapat mencapai 1.400 W/m2 untuk periode yang singkat (Muchammad dan Yuhana, 2010). Energi matahari dapat dimanfaatkan dengan berbagai cara yang berlainan, bahan bakar minyak adalah hasil fotosintesis, tenaga hidro elektrik adalah hasil sirkulasi hujan tenaga angin adalah hasil perbedaan suhu antar daerah dan sel surya (sel fotovoltaik) yang menjanjikan masa depan yang cerah sebagai sumber energi listrik. Pembangkit
Listrik
Tenaga
Surya
merupakan
pembangkit
yang
mengkonversikan energi foton dari surya menjadi energi listrik. Konversi ini terjadi pada panel surya yang terdiri dari sel-sel surya. PLTS memanfaatkan cahaya matahari untuk menghasilakan listrik DC (Direct Current), yang dapat diubah menjadi listrik AC (Alternating Current) apabila diperlukan. Panel surya akan beroperasi secara maksimum jika temperatur yang diterimanya tetap normal yaitu pada temperatur 25oC. Kenaikan temperatur lebih tinggi dari temperatur normal pada panel surya akan mempengaruhi berkurangnya teganga (Voc) yang dihasilkan oleh panel surya. Setiap kenaikan temperatur panel
2
surya 1oC dari suhu normalnya (25oC) maka kinerja panel surya akan berkurang sekitar 0,5% pada total tenaga (daya) yang dihasilkan (Foster dkk., 2010). Efisiensi sel surya η juga dapat dinyatakan dengan perbandingan antara daya listrik maksimum sel surya atau daya output yang dikeluarkan sel surya dengan daya pancaran (radiant) atau daya input yang berasal dari cahaya matahari pada sel surya (Afifudin dan Hananto, 2012): η=
P MPP GxA
x 100% ……….…………………...…….....………..………….. 1
Dimana : η
= Menunjukan nilai efisiensi dalam persen (%)
PMPP
= Output yang dihasilkan panel surya (Wp)
G
= Intensitas irradiasi matahari (1000 w/m2)
A
= Luas permukaan modul sel surya (m2)
Untuk
mendapatkan
keluaran
energi
listrik
yang
maksimal,
dalam
pengoperasian panel surya salah satunya dipengaruhi oleh temperatur. Berkurangnya daya panel surya saat temperatur mengalami kenaikan: Psaat t naik oC = 0,5% /oC x PMPP x kenaikan temperatur (oC) ........................... 2 Dimana : Psaat t naik oC = Daya pada saat temperatur naik oC dari temperatur standarnya. PMPP
= Daya keluaran maksimum panel surya (Wp)
Daya keluaran maksimum panel surya pada saat temperaturnya naik menjadi toC dari temperatur standarnya: PMPP saat naik menjadi toC = PMPP - Psaat t naik oC ........................................................ 3 Dimana :
PMPP saat naik menjadi toC adalah daya keluaran maksimum panel surya pada saat temperatur di sekitar panel surya naik menjadi toC dari temperatur standarnya. Faktor koreksi temperatur (Temperature Correction Factor): TCF = PMPP saat naik menjadi t oC / PMPP ................................................................ 4 Sistem PLTS dapat dibedakan sesuai dengan pengoperasian PLTS itu sendiri. Sistem tersebut umumnya diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan, fungsi
3
operasional, konfigurasi komponen, dan bagaimana PLTS terhubung ke sumber daya listrik lain yaitu PLTS yang berdiri sendiri (Stand Alone) dan PLTS yang terhubung dengan jaringan listrik (PLTS-Grid Connected). Daya (Wpeak) yang dibangkitkan PLTS untuk memenuhi kebutuhan energi, diperhitungkan dengan persamaan-persamaan sebagai berikut (Nafeh, 2009): PV Area =
𝐸𝐿 𝐺𝑎𝑣 𝑥 𝜂 𝑃𝑉 𝑥 𝑇𝐶𝐹 𝑥 𝜂 𝑜𝑢𝑡
……………...…………….…...……... 5
Dimana:
E L = Pemakaian energi (kWh/hari) Gav = Insolasi harian matahari rata-rata (kWh/m2/hari)
PV = Efisiensi panel surya
TCF = Temperature correction factor
out = Efisiensi keseluruhan PLTS Besar daya yang dibangkitkan area array panel surya (Watt peak): PWatt peak = area array x PSI x ηPV ……………….…..………….…….……… 6 Dimana: PSI (Peak Solar Insolation)
= adalah 1000 W/m2
PV
= Efisiensi panel surya
Untuk jumlah penel surya yang diperlukan: Jumlah Panel Surya =
P Watt 𝑝𝑒𝑎𝑘 P MPP
…………………...….....…...............…….. 7
Dimana: PWatt peak
= Daya yang dibangkitkan (Wp)
PMPP
= Daya maksimum keluaran (output) panel surya (W)
Charge controller diperlukan untuk melindungi baterai dari pengosongan dan pengisian berlebih. Untuk menghitung kepasitas charge controller yang akan digunakan dalam sistem PLTS stand-alone, haruslah mengetahui karakteristik dan spesifikasi dari panel surya yang akan digunakan, yaitu dengan memperhatikan angka Isc (short circuit current) pada panel surya dan nilainya dikalikan dengan jumlah panel surya yang akan digunakan.
4
Pada pemilihan inverter, diupayakan kapasitas kerjanya mendekati kapasitas daya yang dilayani. Hal ini agar efisiensi kerja inverter menjadi maksimal (Foster dkk., 2010). Besar kapasitas baterai yang dibutuhkan untuk memenuhi konsumsi energi harian menurut Lynn (2010), dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : C = N x Ed / DOD x ηinv ……………………………....…….……………… 8 Dimana : C
= Kapasitas baterai (Ah)
N
= Hari-hari otonomi (hari)
Ed
= Konsumsi energi harian (kWh)
DOD = Kedalaman maksimum untuk pengosongan baterai η
= Efisiensi inverter
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengukuran langsung yaitu dengan melihat titik koordinat bujur dan lintang, dan juga pengukuran intensitas radiasi matahari secara langsung untuk memperoleh besar potensi energi surya disetiap lokasi lahan pertanian (tempat pengambilan data) di daerah agropolitan di Provinsi Gorontalo, yaitu pada 5 (lima) kabupaten dan 10 (sepuluh) titik lokasi pengukuran intensitas radiasi matahari secara langsung. Prosedur Pengumpulan Data Berikut akan diuraikan mengenai prosedur pengumpulan data sebagai berikut : a. Pengukuran Langsung terhadap koordinat bujur dan lintang lokasi potensil dan Mengukur intensitas radiasi matahari. b. Studi Literatur Sebagai bahan referensi untuk teori dasar dalam penelitian ini, diperlukan bahan referensi dari jurnal-jurnal, buku dan artikel yang relevan dengan topik penelitian. c. Wawancara Pengumpulan data dengan wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai penggunaan mesin pertanian yang umum digunakan oleh para petani dalam kegiatan pasca panen (jagung). 5
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Untuk mengetahui prospek potensi pembangkit listrik energi surya sebagai sumber energi alternatif dalam menunjang program agropolitan di Provinsi Gorontalo, maka dilakukan observasi dan pengumpulan data karateristik intensitas radiasi matahari di lokasi penelitian. Pengukuran radiasi matahari dilakukan selama 12 jam dimulai dari pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 WITA. Dari rentang waktu tersebut alat yang digunakan untuk pengukuran intensitas radiasi matahari (actinograph) mulai melakukan pembacaan terhadap adanya intensitas radiasi matahari mulai dari pukul 06.30 sampai dengan 17.30 WITA. Sehingga bisa dilihat untuk lamanya penyinaran matahari dalam 1 (satu) hari kurang lebih mencapai waktu 11 jam. Dari data intensitas radiasi harian matahari pada setiap lokasi penelitian diperoleh besarnya nilai rata-rata intensitas radiasi matahari di Provinsi Gorontalo dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1 Nilai rata-rata radiasi matahari tiap lokasi penelitian
No. Kabupaten Kecamatan
1.
GORUT
2.
Bone Bolango
3.
Gorontalo
4.
Boalemo
5.
Pohuwato
Kwandang Anggrek Bulango U. Tapa Limboto Limboto Botumoito Dulupi Paguat Paguat Rata-rata
Desa Pontolo Atas Tutuwoto Meranti Tupa Polohungo Bongohulawa Tapadaa Polohungo Maleo Molamahu
Intensitas Radiasi Matahari (W/m2)
Insolasi Harian Matahari (kWh/m2/hari)
440,72 425,96 364,544 342,416 353,384 415,32 296,288 348,056 377,896 363,792 372,84
4,85 4,65 4,01 3,77 3,89 4,57 3,26 3,83 4.16 4,00 4,099
Dalam kegiatan pasca panen (jagung) terhitung mulai pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 WITA mesin pertanian akan membutuhkan energi untuk mengoperasikanya. Apabila dikalkulasikan dari pengoperasian mesin pertanian
6
membutuhakan energi listrik secara keseluruhan ± 72,705 kWh per hari. Pada tebel 2 akan diperlihatkan data pemakaian energi listrik dalam penggunaan sebagai berikiut:
No. 1. 2.
Tabel 2 Data penggunaan energi listrik Spesifikasi Mesin Mesin pertanian Hp kW kWh/hari Perontok/Pemipil Jagung 6,5 4,847 33,929 Pengering Jagung 6,5 4,847 38,776 Total 9,694 72,705
Dalam mendukung program agropolitan daerah potensi yang belum mendapatkan aliran listrik PLN maka sudah pasti pengembangan PLTS pada daerah potensi akan mensuplai energi listrik untuk mengoperasikan mesin pertanian dalam kegiatan pasca panen (jagung) adalah sistem PLTS Stand-Alone atau yang berdiri sendiri. Sistem PLTS yang berdiri sendiri ini terdiri dari komponen PV array, Charge Controller, Baterai dan Inverter. a. Menghitung area array Berdasarkan pemakaian energi listrik (EL) daerah potensi yang akan disuplai oleh PLTS adalah sebesar 72,705 kWh. Secara umum untuk nilai insolasi harian matahari (Gav) akan dipergunakan nilai insolasi harian matahari terendah dari hasil pengukuran pada setiap lokasi penelitian yaitu sebesar 3,26 kWh/m2 (data dapat dilihat pada tabel 1). Dengan tujuan pemilihan nilai terendah dari intensitas radiasi matahari, agar pada saat radiasi matahari berada pada nilai yang paling rendah, dengan harapan PLTS akan tetap dapat memenuhi besar kapasitas yang dibangkitkan. Efisiensi panel surya (ηPV) yang akan digunakan mengacu pada efisiensi panel surya Monokristal Silikon (Mono-crystalline Silicon) yang memiliki efisiensi 14-18 %. Dalam hal ini diambil salah satu dari type panel surya tersebut yaitu panel surya dengan type Mono-crystalline Silicon dengan daya 100Wp. Tabel 3 Data spesifikasi panel surya 100 Wp Sell Type Max Power (Pmax) Voltage at Pmax (Vmpp) Current at Pmax (Impp) Short circuit current (Isc) Open circuit voltage (Voc) Dimension Number of cells Weight
Monocrystalline 100 W 17,4 V 5,75 A 6,33 A 21,6 V 1200 x 540 x 30 mm 36 cells 8,5 kg
Sumber: Sentradaya 7
Dengan melihat spesifikasi panel surya di atas maka efisiensi panel surya : η
= =
𝑃𝑀𝑃𝑃 𝐺𝑥𝐴
x 100% 100
1000 𝑊/𝑚 2 𝑥 0,65 𝑚 2
x 100%
= 15,38% Besarnya daya yang berkurang pada saat temperatur di sekitar panel surya mengalami kenaikan 9,2oC dari temperatur standarnya: Psaat t naik oC = 0,5% /oC x PMPP x kenaikan temperatur (oC) = 0,5% /oC x 100 x 9,2oC = 4,6 W Sehingga untuk daya maksimum yang dikeluarkan panel surya disaat temperaturnya mengalami kenaikan menjadi 34,2oC: PMPP saat naik menjadi toC
= PMPP - Psaat t naik oC = 100 W – 4,6 W = 95,4 W
Maka nilai TCF: TCF
= PMPP saat naik menjadi t oC / PMPP =
95,4 W 100 W
= 0,95 Untuk nilai (ηout) dihitung berdasarkan efisiensi komponen-komponen yang melengkapi sistem PLTS. Dalam sistem PLTS Stand-Alone yaitu yang berdiri sendiri yakni dilengkapi dengan Charge Controller, Baterai dan Inverter maka besar nilai (ηout) adalah hasil perkalian dari efisiensi Charge Controller, Baterai dan Inverter yaitu sebagai berikut: ηout
= ηc x ηb x ηi = 0,95 x 0,9 x 0,9 = 0,77
Sehingga apabila EL, Gav, ηPV, TCF dan ηout dimasukan ke dalam rumus akan diperoleh hasil: PV Area
=
𝐸𝐿 𝐺𝑎𝑣 𝑥 𝜂 𝑃𝑉 𝑥 𝑇𝐶𝐹 𝑥 𝜂 𝑜𝑢𝑡
8
=
72,705 kWh 3,26 kWh /m 2 𝑥 0,1538 𝑥 0,95 𝑥 0,77
= 198,23 m2 b. Menghitung jumlah panel surya Jumlah panel surya dengan luas area array 198,23 m2 untuk spesifikasi panel surya 100 Wp, terlebih dahulu diketahui berapa daya yang dibangkitkan area array panel surya tersebut (Watt peak). PWatt peak = area array x PSI x ηPV Diketahui nilai area array adalah 198,23 m2, dengan Peak Sun Insolation (PSI) adalah 1000 W/m2 dan efisiensi panel surya adalah 15,38% maka: PWatt peak
= 198,23 m2 x 1000 W/m2 x 0,1538 = 30487,8 Watt peak
Dengan demikian untuk panel surya yang memiliki spesifikasi PMPP = 100Wp dengan luas area array 198,23 m2, maka jumlah panel surya: Jumlah Panel Surya = =
P Watt 𝑝𝑒𝑎𝑘 P MPP 30487 ,8 W 100 W
= 304,88 panel surya c. Menghitung kapasitas baterai Dengan menentukan hari otonomi satu hari dengan artian baterai hanya mensuplai energi hanya pada hari itu saja. Besarnya Deep Of Discharge (DOD) pada baterai adalah 80% (Mark Hankins, 1991:68 dalam Bien, dkk. 2008) sebagai berikut: C
= N x Ed / DOD x ηinv =
1 x 72,705 kWh 0,8 x 0,9
= 100,98 kWh Jika baterai yang digunakan dalam sistem PLTS dengan tegangan 12 V, maka kapasitas Ah baterai yang diperlukan adalah 100980/12 = 8415 Ah.
9
d. Menghitung kapasitas Charge Controller Beban pada sebuah sistem PLTS dari baterai akan dan melewati Charge Controller. Dengan mengetahui spesifikasi dan jumlah panel surya yang digunakan, maka kapasitas arus yang mengalir pada Charge Controller. Yaitu dengan nilai Short Circuit Current (Isc) = 6,33 A pada panel surya dikalikan dengan jumlah panel yang digunakan yaitu 304,88
buah panel surya. Maka dapat dikalkulasikan sebagai
berikut: (Isc) = 6,33 x 304,88 = 1929,89 Ampere. e. Menghitung kapasitas inverter Dalam pemilihan inverter, diusahakan kapasitas daya dari inverter mendekati kapasitas daya yang dilayani. Dengan maksud agar efisiensi kerja inverter akan menjadi maksimal. Sesuai dengan spesifikasi penel surya yang memiliki VMPP = 17,4V, IMPP = 5,75A dan PMPP = 100Wp per panel dan jumlah panel surya yang digunakan 304,88 panel, maka kapasitas inverter yang digunakan adalah 17,4V x 5,75A x 304,88 = 30503,24 W. Orientasi dari rangkaian panel surya (array) ke arah matahari adalah hal yang penting untuk diperhatikan, agar panel surya (array) dapat menghasilkan energi maksimum. Letak geografis Provinsi Gorontalo antara 0o19’ – 1o15’ Lintang Utara dan 121o 23’ –123o 43’ Bujur Timur, menunjukan bahwa wilayah Provinsi Gorontalo terletak di belahan bumi bagian Utara. Dengan demikian untuk pemasangan panel surya (array) untuk wilayah Provinsi Gorontalo berorientasi mengarah ke Selatan dengan sudut kemiringan berkisar 0o – 1o. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Berdasarkan hasil pengukuran intensitas radiasi matahari diperoleh besarnya potensi energi surya pada setaip lokasi lahan pertanian di daerah agropolitan adalah sebagai berikut: a) Kabupaten Gorontalo Utara, potensi energi surya untuk desa Pontolo Atas adalah 440,72 W/m2 dan desa Tutuwoto adalah 425,96 W/m2. b) Kabupaten Bone Bolango, potensi energi surya untuk desa Meranti adalah 364,544 W/m2 dan desa Tupa adalah 342,416 W/m2.
10
c) Kabupaten Gorontalo, potensi energi surya untuk desa Polohungo adalah 353,384 W/m2 dan desa Bongohulawa adalah 415,32 W/m2. d) Kabupaten Boalemo, potensi energi surya untuk desa Tapadaa adalah 296,288 W/m2 dan desa Polohungo adalah 348,056 W/m2. e) Kabupaten Pohuwato, potensi energi surya untuk desa Maleo adalah 377,896 W/m2 dan desa Molamahu adalah 363,792 W/m2. 2. Untuk mesin pertanian yang diketahui membutuhkan energi listrik sebesar 72,705 kWh per hari dengan menggunakan panel surya yang memiliki PMPP 100 Wp, setelah dikalkulasi dengan data insolasi harian matahari terendah diperoleh komponen PLTS dengan jumlah panel surya sebanyak 304,88 panel kapasitas baterai sebesar 8415 Ah, kapasitas Charge Controller 1929,89 A, serta kapasitas inverter disesuaikan kapasitas daya yang dilayani 30503,24 W. Saran 1. Perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai pemanfaatan PLTS sebagai sumber energi alternatif untuk program desa mandiri pangan di wilayah Provinsi Gorontalo. 2. Perlu dilakukan kajian analisis ekonomi dalam pemanfaatan PLTS dengan pembangkit energi alternatif lainya. DAFTAR PUSTAKA Afifudin, F., dan Hananto, S. Farid., (2012). Optimalisasi Tegangan Keluaran dari Solar Cell Menggunakan Lensa Pemfokus Cahaya Matahari. Jurnal Neutrino Vol.4, No. 2 April 2012 Bien, Ek., Liem. dkk., (2008). Perancangan system hibrid pembangkit Listrik tenaga surya dengan jala-jala Listrik pln untuk rumah perkotaan. JETri, Volume 8, Nomor 1, Agustus 2008, Halaman 37-56, ISSN 1412-0372. Foster, R. dkk., (2010). Solar Energy Renewable Energy and The Environment. Boca Raton, FL, CRC Press. Lynn, P.A., (2010). Electricity from Sunlight : An Introduction to Photovoltaic. 1nd edition. John Wiley & Sons, Ltd. London. Mohamad, Fadel., (2007). Mewujudkan Revitalisasi Pertanian Melalui Pembangunan 9 (Sembilan) Pilar Agropolitan Menuju Pertanian Modern Di Gorontalo. Gorontalo.
11
Muchammad. dan Yohana, Eflita., (2010). Pengaruh Suhu Permukaan Photovoltaic Module 50 Watt Peak Terhadap Daya Keluaran Yang Dihasilkan Menggunakan Reflektor Dengan Variasi Sudut Reflektor 00, 50, 600, 700, 800. ROTASI – Vol. 12, No. 4, Juli 2010: 14−18 Nafeh, A.E.A., (2009). Design and Economic Analysis of a Stand-Alone PV System to Electrify a Remote Area Household in Egypt. The Open Renewable Energy Journal 2 : 33-37. Sentradaya. Diakses tgl 29 Desember 2013, pukul 05:25 WITA. http://sentradaya.com/importir-distributor-solar-sell-akan-jual-murah-solarsell-panel-surya-atau-listrik-tenaga-surya
12