NASKAH PUBLIKASI
DINAMIKA PSIKOLOGIS ANGGOTA SAR SAAT MELAKUKAN TUGAS KEMANUSIAAN
Disusun oleh :
Walid Jumlad Rr. Indah Ria Sulistyarini
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA PRODI PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
1
NASKAH PUBLIKASI DINAMIKA PSIKOLOGIS ANGGOTA SAR SAAT MELAKUKAN TUGAS KEMANUSIAAN
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing Utama
( Rr. Indah Ria Sulistyarini, S.Psi., Psikolog)
2
DINAMIKA PSIKOLOGIS ANGGOTA SAR SAAT MELAKUKAN TUGAS KEMANUSIAAN
Walid Jumlad Rr. Indah Ria Sulistyarini
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dinamika psikologis anggota SAR. Saat anggota SAR menjalankan tugas, dalam kenyataannya memiliki perubahan emosional yang disebabkan oleh situasi dan kondisi yang dihadapi saat proses penyelamatan dan pencarian berlangsung. Diawali dengan pengungkapan latar belakang menjadi anggota SAR, bagaimana situasi dan kondisi yang harus dihadapi, apa saja yang menjadi hambatan dan tantangannya serta apa yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Responden penelitian ini adalah lima orang subjek yang tercatat sebagai anggota SAR. Jenjang usia 30-60 tahun, pendidikan dari setingkat SMP- S1 dengan karakterisitik pekerjaan subjek adalah wiraswasta, pedagang, nelayan dan pengusaha. Wilayah kerja subjek terbagi ditiap-tiap posko dengan spesifikasi keahlian SAR gunung, rimba dan laut. Pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam terhadap responden dan beberapa informan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yang berusaha mengeksplorasi dinamika psikologis anggota SAR. Sehingga didapatlah gambar bagan yang utuh mengenai proses dinamika yang terjadi. Faktor pendorong menjadi anggota SAR adalah adanya prestise sebagai anggota SAR, individu yang menyukai tantangan, adanya perasaan ataupun keinginan untuk membantu orang lain. Faktor yang memperkuat anggota SAR untuk terus bertahan didalam SAR adalah adanya perasaan puas saat berhasil menemukan korban dan terjadi peningkatan kemampuan dalam SAR. Anggota SAR akan tidak puas saat korban tidak ditemukan, sistem koordinasi tidak maksimal, dan anggaran yang minim. Hambatan-hambatan berupa komitmen yang kurang pada anggota dan sistem koordinasi yang belum tertata dengan baik, serta tingkat kesulitan di lapangan yang tidak bisa dikendalikan dari proses penyelamatan korban. Adanya keterlibatan emosi yang berlebihan saat penanganan korban sehingga terjadi pelanggaran prosedur penanganan. Kondisi di lingkungan kerja yang kurang positif tersebut berusaha
3
direspon/diatasi oleh para responden dengan cara bekerjasama, membagi beban kerja, kontrol diri, berusaha menikmati keadaan yang ada, dan dengan mengembalikan fokus penanganan pada korban. Tentunya melalui perencanaan yang lebih cermat dan lebih integratif mengenai kesiapan dan ketersediaan perlengkapan dan perbekalan SAR.
Kata kunci : Dinamika psikologis, hambatan, pengatasan masalah.
4
Pengantar Latar Belakang Masalah
Setiap bencana akan meninggalkan luka yang mendalam secara fisik dan psikologis bagi korban. Korban yang kemungkinan mengalami trauma pasca bencana, kehilangan sanak saudara, tempat tinggal dan harta benda menjadikan situasi tempat kejadian seringkali tidak terkendali. Petugas-petugas yang diterjunkan untuk melakukan upaya penyelamatan dan pencegahan harus dihadapkan pada situasi tidak terkendali tersebut. Kesulitan dalam menolong korban akibat cedera yang cukup serius, kesulitan melakukan pencarian akibat area pencarian yang luas, kesulitan melakukan evakuasi penyelamatan akibat kurangnya perlengkapan dan tenaga bantu, diperparah lagi adanya ancaman akan terjadinya bencana susulan menjadikan petugas penyelamat menjadi bertambah tekanan fisik dan psikisnya. Salah satu petugas penyelamat yang dikenal secara aktif dalam penanganan setiap musibah dan bencana adalah SAR. SAR yang berasal dari istilah asing, search and rescue merupakan salah satu petugas yang mendapatkan pelatihan dan bekal penagnan dalam setiap penagnmagan musibahn maupun bencana. Namun, proses penanganan yang berbeda dan kesulitan dan kemudahannya yang juga berbeda. Karakteristik korban juga berbeda saat ditemui di lapangan, ada yang kooperatif namun juga ada yang non kooperatif. Dinamika situasi yang terjadi seperti ini seringkali menimbulkan dampak psikologis yang cukup mengena bagi anggota SAR. Hill (2002) menyebutkan ada beberapa sumber stres anggota SAR saat menghadapi
5
proses penanganan musibah maupun bencana.
Seperti: The sense of isolation
(perasaan terisoloasi), spatial orientation (perasaan berjarak), extremes in temperature (suhu yang ekstrim), death of victims (kematian korban), stress of command (Stress dari perintah), prolonged incidents (peristiwa yang panjang). Hal inilah yang kemudian mempengaruhi kinerja SAR dalam melakukan upaya penyelamatan. Minimnya penyediaan alat-alat/perlengkapan pencarian dan penyelamatan yang masih dibawah standar juga ikut mempengaruhi tekanan keselamatan anggota SAR. Seringkali anggota SAR harus berhadapan dengan resiko yang tinggi ketika menghadapi respon darurat. Sebagai contoh: saat evakuasi korban bencana merapi yang terjebak dalam bunker, Anggota SAR masih belum memiliki baju tahan panas dan harus meminjam pada Instansi Pemadam kebakaran. Tidak hanya itu, kebutuhan dalam pencarian bawah air yang membutuhkan tabung oksigen dan selang oksigen, Anggota SAR masih harus meminjam alat kepada unit selang UGM dan Lanal. Untuk evakuasi korban runtuh bangunan akibat gempa juga, SAR sering mengalami kesulitan karena tidak memiliki perlengkapan seperti treker dan sinso sehingga menyulitkan proses evakuasi (sardiy_org.htm). Temuan dilapangan mengungkapkan, adanya hambatan dan tantangan yang berasal dari situasi dan kondisi saat berada dalam posko maupun di lapangan seperti komitmen anggota yang naik dan turun, koordinasi yang sering mengalami kendala apalagi berkaitan dengan kegiatan skala besar pelibatan potensi SAR dimasyarakat,
6
minimnya anggaran, situasi dan kondisi berbahaya, yang kesemuananya itu harus dihadapi oleh anggota SAR. Ditengah suasana sulit tersebut anggota SAR harus melaksanakan proses penyelamatan yang cepat dan efektif dengan standar keberhasilan kinerja yang berupa kecepatan (time reduction), ketepatan penanganan dan kompetensi. Dengan tolok ukur keberhasilan cepat menanggapi informasi musibah, mampu melakukan tindakan awal yang cepat, mencapai lokasi musibah dengan cepat dan tepat serta berhasil melakukan operasi yang efektif dan efisien. (Basarnas.gov.id) Disatu sisi, keberanian dan pengorbanan menghadapi setiap kendala dalam melakukan operasi tidaklah mengurangi kadar pemenuhan tanggung jawab sebagai anggota SAR. Di sinilah patut kita hargai kecintaan mereka terhadap profesi sebagai anggota SAR. Kekuatan bertahan mereka dengan sumber stress seperti yang dikemukakan di atas adalah sebagian dari permasalahan yang kerap terjadi di saat merespon keadaan darurat. Faktor kelelahan, tekanan pemimpin, waktu yang terbatas, situasi yang belum menentu ditambah lagi kondisi korban yang harus segera tertangani merupakan sumber stress utama pada diri anggota SAR. Tentunya hal ini merupakan fenomena menarik yang patut ditelaah dan diteliti lebih lanjut, terutama perilaku ataupun cara anggota SAR menghadapi atau tantangan dan hambatan saat mereka bertugas. Dengan harapan, penulis dapat menemukan sejauh apa seseorang anggota SAR dalam mengatasi stress atau tekanan ketika mereka melakukan pencarian dan penyelamatan.
7
Metode Penelitian Metode Pengumpulan Data Penelitian ini mengambil lima orang responden sebagai subjek penelitian dan menggunakan wawancara sebagai metode pengumpulan data. Wawancara adalah pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suau topik tertentu (Esterberg dalam Sugiyono, 2005).
Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan
cara
mengkoordinasikan
data
kedalam
kategori,
menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2005). Jorgensen (Poerwandari, 2005) menjelaskan yang dimaksud analisis adalah memecah, memisahkan, atau menguraikan materi penelitian ke dalam potongan-potongan, bagian-bagian, elemen-elemen atau unit-unit. Setelah data dipecah, peneliti memilah dan menyaring data untuk memperoleh tipe, kelas, pola atau gambaran yang menyeluruh.
8
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilalui, didapatkanlah suatu gambaran dinamika psikologis anggota SAR saat menjalankan tugas. Sebelum menguraikan dinamika tersebut, ada baiknya penulis mengemukakan alasan dan latar belakang mengapa para responden tertarik dalam kegiatan SAR.
Pada awalnya semua
responden tertarik dengan SAR karena ada keinginan dalam diri
untuk dapat
membantu dan menolong orang lain. Menganggap SAR merupakan hobi dan pekerjaan yang menyenangkan sekaligus membanggakan. Namun ada juga yang beralasan terlibat dalam SAR karena merupakan tanggung jawab tempat tinggal yang rawan bencana maupun kewajiban institusi hansip yang mewajibkan aparat hansip mendapatkan pengetahuan SAR. Kedua-duanya memiliki alasan yang kuat dalam menentukan pilihan untuk terjun dan telibat dalam kegiatan SAR. Sebelum berstatus menjadi anggota SAR, dalam perjalanannya responden telah mengalami berbagai
kegiatan yang berkaitan dengan upaya-upaya
penyelamatan dan pencarian. Semua responden diketahui telah aktif melakukan kegiatan SAR sebelum aktif berstatus angggota SAR. Kemudian setelah itu, para responden coba direkrut oleh lembaga masayarakat baik pemerintah maupun swadaya masyarakat dengan membekali para responden melalui pelatihan-pelatihan yang bermateri search and rescue.
Dengan melewati tahapan-tahapan pelatihan dan
perkrutan para responden kemudian berstatus sebagai anggota SAR.
9
Didalam lembaga SAR sendiri para responden mengungkapkan dua perasaan yang berbeda, yaitu puas dan tidak puas. Kepuasan yang diungkap responden berasal dari keberhasilan upaya pertolongan. Ada perasaan puas ketika berhasil menemukan korban dalam upaya pencarian selama berhari-hari dengan berbagai kesulitan yang ada dan akhirnya ketemu dan berhasil dievakuasi. Rasa puas ini juga dapat berasal dari kepercayaan responden atas kemampuan dan pengetahuannya di SAR yang semakin meningkat. Responden beranggapan dengan aktif di dalam SAR, responden mendapatkan
pelatihan-pelatihan
dan
pengetahuan
yang
berkaitan
dengan
kemampuan SAR terutama kemampuan di Laut. Perasaan tidak puas responden muncul akibat komitmen personelnya yang kurang. Kurangnya komitmen personel yang ditunjukkan dengan intensitas kemunculan yang tidak aktif seperti kadang datang dan kadang pergi, kesulitan dalam mengkoordinasi dan posko merupakan kesulitan-kesulitan yang muncul di saat-saat tidak ada kegiatan dan operasi. Padahal, dalam masa inilah salah seorang responden menngungkapkan pentingnya upaya menjaga. Karena kadangkala bila ada informasi masuk tidak dapat ditanggapi bukan karena tidak peduli tetapi karena tidak terdengar beritanya. Sehingga penanganan korban juga terlambat. Sistem koordinasi yang berlaku juga kadang tidak memuaskan anggota SAR. Koordinasi saat-saat operasi penyelamatan tidak jarang menemui kendala dan kesulitan serta tekanan emosi yang berlebihan. Beberapa potensi SAR yang dilibatkan tidak memapu bekerja sama dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya keinginan semua potensi SAR ingin cepat
10
menemukan dengan membawa identitas bendera masing-masing malah menjadikan operasi pencarian dan penyelamatan seringkali terkendala dalam koordinasi. Responden juga mengungkapkan anggaran yang tidak mencukupi akan berpengaruh pada kesejahteraan personel dal;am penanganan korban. Dikarenakan setiap anggaran disesuaikan dengan operasional. Selain juga adanya perasaan terbebankan saat-saat anggota SAR tidak berhasil menolong ataupun menemukan korban yang telah dilakukan suatu proses pencarian. Selain kepuasan dan ketidak puasan yang terjadi didalam diri anggota SAR, anggota SAR diharuskan lagi menghadapi tantangan dan hambatan tugas yang dapat berasal dari suasana tugas yang ada. Pada umumnya responden mengalami tekanan ketika menghadapi situasi dan kondisi yang berbahaya sewaktu operasi SAR. Situasi dan kondisi ini dapat disebabkan oleh kondisi alam serta situasi lingkungan yang tidak diharapkan. Ancaman bencana susulan, kerawanan perang dan konflik menjadi tekanan yang tidak lepas dari situasi yang harus dihadapi anggota SAR. Kondisi korban baik dalam keadaan hidup maupun sudah mati merupakan bagian dari tekanan atau masalah bagi mental anggota SAR. Pada korban meninggal, anggota SAR dihadapakan pada kondisi mayat yang mebusuk dan pada kasus besar seperti pada penyelamatan di Aceh, anggota SAR dihadapkan pada banyaknya mayat-mayat yang mebususk dan hal itu haru segera ditangani dengan baik. Berbeda dengan kondisi korban yang masih hidup, pada anggota SAR yang bertugas di wilayah pantai, korban terseret ombak seringkali mengalami kepanikan yang
11
berlebihan.. Ketika korban panik, korban akan selalu berusaha merangkul penyelamat. Sampai penyelamat sendiri mengalami kesulitan untuk berenang melawan arus. Waktu penyelamatan yang panjang, disertai medan penyelamatan yang sulit dan korban yang panik tentunya mempengaruhi beban masalah anggota SAR saat melakukan upaya penyelamatan. Bagi anggota SAR, pelibatan emosi yang berlebihan akan dialami ketika berhadapan dengan korban yang merupakan teman sendiri.
Seorang reponden
mengungkapkan bahwasannya menolong orang yang tidak dikenal dan orang yang dikenal memiliki problem emosional yang berbeda. Kesadaran sebagai salah satu bagian dari keluarga korban menjadikan anggota SAR tersebut memiliki pelibatan emosi dalam penyelamatan. Perasaan ingin cepat menemukan, kepanikan secara kelembagaan, hal inilah yang kemudian akan mengakibatkan proses penyelamatan menjadi tidak mengikuti prosedur keselamatan yang ditentukan. Untuk mengatasi semua masalah, hambatan dan ketidakpuasan
diatas
beberapa reponden mengungkapkan perlunya kerjasama berbagai pihak dalam potensi SAR untuk mengatasi kendala-kendala di lapangan. Manajemen tugas dengan membagi tugas-tugas yang ada kepada personel. Menyesuaikan tugas dengan kemampuan yang ada, membentuk rencana yang berkelanjutan akan memperjelas tanggung jawab masing-masing anggota. Responden mengatasi pekerjaan yang sulit dengan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki.
12
Perlunya koordinasi disetiap penanganan operasi akan
mempermudah
penanganan operasi. Bekerja bersama dan berusaha melibatkan banyak pihak yang berkompeten akan dapat membagi beban kerja yang ada. Anggapan banyak pihak yang membantu seharusnya menjadi lebih efektif dan mempercepat penanganan adalah bagian penting dari penangnan operasi. Hambatan, tantangan, masalah dan ketidakpuasan dengan mencoba mengendalikan emosinya ketika berhadapan dengan situasi dan kondisi yang tidak diharapkan. Mengendalikan emosi anggota SAR dilakukan dengan cara berusaha menikmati keadaan yang telah terjadi, bersikap tegar, berfikiran dingin, tenang, fokus, dan kemudian berusaha ikhlas. Sebagai penutup, sudah semestinyalah anggota SAR dituntut untuk selalu menyiapkan segala sesuatunya berkaitan dengan operasi SAR. Memiliki perhitungan yang baik agar mengurangi resiko kecelakaan pada anggota SAR. Hal ini menjadi penting karena disetiap operasi penyelamatan membutuhkan hitungan-hitungan yang cermat mengenai ketresediaan logistik dan perlengkapan, medan evakuasi, dan perhitungan proses penyelamatan serta tanggung jawab operasional. Agar proses penyelamatan dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
13
Kesimpulan SAR adalah singkatan dari search and rescue, yaitu suatu tugas pencarian dan pertolongan pada setiap kecelakaan maupun bencana alam yang menimbulkan korban jiwa. Anggota SAR adalah orang-orang yang mengemban tanggung jawab sebagai pencari dan penolong. Hambatan, masalah, dan ketidakpuasan
yang dialami tersebut kemudian
diatasi dengan beberapa usaha dan cara seperti manajemen tugas, control diri, persiapan dan perencanaan serta penyesuaian kerja dengan kemampuan masingmasing anggota SAR. Sehingga beberapa usaha tersebut dirasakan sesuai dengan kebutuhan anggota SAR dalam mengatasi setiap masalah atau tekanan ketika tugas.
Saran 1. Bagi Responden Anggota SAR diharapkan untuk selalu menjalin kerjasama yang baik dengan seluruh pihak. Baik secara internal maupun eksternal. Anggota SAR juga diharapkan untuk selalu
mendapatkan penyegaran pelatihan-pelatihan dalam persiapan
menghadapi situasi operasi, karena dengan pelatihan-pelatihan mengenai ke-SAR-an adalah salah satu cara untuk mengurangi masalah atau tekanan dalam operasi. Pengendalian emosi serta kebutuhan menyesuaikan diri atas setiap tugas dan kerja SAR adalah bagian terpenting dalam keberhasilan suatu operasi. Sehingga
14
diperlukanlah suatu pemahaman atas situasi yang bakal dihadapi beserta tanggung jawabnya yang harus diemban oleh anggota SAR
2. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi para peneliti selanjutnya, penelitian ini masih terdapat kekurangan dalam hal informasi tambahan dari orang-orang terdekat yang berhubungan langsung dengan responden yang dapat menguatkan data yang diperoleh Peneliti yang tertarik pada permasalahan yang sama disarankan untuk mencari responden lebih banyak serta menarik kiranya apabila diteliti pada konteks motivasi dan loyalitas dalam bekerja pada anggota SAR.
15
Daftar Pustaka Arikunto Suharsimi (1998) Prosedur Penelitian: Suatu Praktek. Jakarta. Rineke Cipta. Cresswell, John. W (1998) Qualitative Inquiry and Research Design. Choosing Among Five traditions. California. Sage Publications. Hill, 2002. Preventing Stress in Wilderness SAR. Pdf. Googlesearching. ---------, Pedoman SAR Nasional. 1995. Depaetemen Perhubungan RI. http: //sardiy_org.htm// http://id.wikipedia.org/wiki/SAR http:Pusat data & Analisa (2004): Indonesia Rawan Bencana.htm http:BASARNAS (2008) : jenis musibah.htm http:BASARNAS (2008) : kondisi yang diharapkan.htm http:BASARNAS (2008) : sistem SAR.htm Lazarus, R.S (1976) Patterns of adjustment (3rd ed). Tokyo:Mc Grawhill Kagakusha, ltd Lester, Stand. (1999) An Introduction to Phenomenological research. Stand Letter Developments. Moustakas, Clark (1994) PhenomenologicalResearch Methodes. New Delhi. Sage publications.
16
Poerwandari,2005. Metode Penelitian Kualitatif dan Pendekatan Kualitatif, LP3I Universitas Indonesia, Jakarta Strauss & Coben, 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Pustaka pelajar. Jogjakarta. Sugiyono, Prof. Dr, 2005. Memahami penelitian kualitatif, Alfabeta Bandung
17