PERSEBARAN DAN STATUS HABITAT BEKANTAN (Nasalis_ Wunnb) DI KABUPATEN TABALONG, KAUMANTAN SELATAN
Distribullon and Habitat SlaWs of Proboscis Monkey /Nasalis larvatus Wumrb) In Tabalong DIstrict, South KaHmantan AbstnlCt Distribution of //Je proboscis monkey (Nasalis larvatus Wunnb) needed 10 be mapped. The objectives of /he resean:h were 10 map /he distribution of /he proboscis monkey and identify //Je status and type of its habitat Data were collected //Jrough surveying. identifying qualitatively its habitat and measuring
diameter trees. ProboscJs monkeys were distributed among lBlocatiOns in /he Tabalong District Sou/IJ Kalimantan. They were found in rubber forests and o/her habitat types (namely swamp. riparian.
katsli adjacent 10 or sunoundecl by rubber
forests. It was estimated //Jat /hey had adapted //Jose habitat types tor a minimum
of 25 yeatS. These habitats _18 categoriZed as cultivated ama The presence of the proboscis monkey in Taba/ong District showed that the monkeys wel8 still found in inland forests of Bomeo.
Keywonls: proboscis monkey. distribution. habitat status, adaptation. rubber torest
Pendahuluan Bekantan (Nasalis larvaius wunnb) adalah primata endemik Borneo (Kalimantan. Sabah. Serawak. Brunei Darussalam). Primala yang dikategorikan
rentan ini adalah satwa dilindungi menurut peraturan perundangan yang ber1aku baik di Indonesia maupun di dunia intemasional. Salama ini habitat bekantan yang Iebih dikenal dan seringkali monjadi rujukan adalah hulan mangrove. hutan
rawa
gambut, sef1a hulan riparian
(pasisir). Banyak publikasi yang menunjukkan _ _ bekantan dan banyak
penelttian yang dilakukan
_81'
bekantan dl ketiga tipe habitat tersebut
(A1ikadra 1997. AJikadra dan MuSiari 1994. Bennett 1988. Bennett dan Sebastian 1988. Bismar1< 1981. 1986. 1987. Boonralana 1994. 2000. JeIfrey 1979. SaHer dan Aken 1983. SaHerata/. 1985. Yeager 1991. Y_dan Blondall992).
Publikasi dan penelitian tidak hanya
~
khazanah ilmu
pengetahuan yang berXaitan dengan kehidupan bekantan. tetapi juga sangat membantu program pelestarian primata dilindungi. Namun. pert\atian ber1ebihan pada tipe-tipe hutan tersebut berdampak merugikan. Perhatian lebih terarah
12
pads habitat tersebut, sehingga keberada8fl dan perilaku bekantan di tipe habitat Jain tidak pemah diketahui. Pada gilirannya. program pelestarian bekantan secara menyeluruh pun akan gaga!. Selain itu pelestarian bekantan di tipe t
habitat lain tersebut lidak pemah direncanakan, padahal pada saat bersamaan ber1>agai masalah terus bennunculan
(~oto
2002),
Kedua hal itu dikhawatirkan bisa tetjadi pada bekantan di huta" galam
Melaleuca cajuputi dan hutan karet Heves btasiliensis. Perilaku bekantan di kedua tipe huts" ini tidak diketahui banyak orang dan peiestariannya tidak pemah direncanakan. walaupun keberadaannya telah dipublikasikan o&eh Soendjoto et al. (2001, 2002). OIeh sebab itu, penelitian halUS telUs dilakukan dan
pertu dipertajam. Upaya ini mendesak, karena intensitas interaksi
masyarakat temadap huts" galam dan huta" karet semakin tinggi. Hutan ini
merupakan surnber pendapatan masyarakat. Penelitian tentang
persebaran
dan
status
habitat bekantan
yang
dHaksanakan di Kabupaten Tabalong merupakan langkah awal untuk penelitian
berikutny8. Tujuannya adalah untuk memetakan dan mengkaji ulang persebaran
bekantan. menQidentifikasi tipe dan status habitat. serta rnenj~askan mekanisme edaptasi bekantan terhadap habitat tersebut.
Bahan dan Metoda Pengambilan dais dilakukan pada April - Mel 2003. Prosedur kelja diawali dengan
mensl.lVei lokaSi--Iokasi yang
menentukan koordinat tapak.
merupakan
habitat bekantan
dan
tempat bekantan tersebut dijumpai. Jarak
a _ dan koncIisi lingkungan sekitar diperti,,-,gkan untuk menghindari kemungkinan dijumpainya kelompok bekantan di IokasI
tertentu
merupakan
kelompok yang sarna yang k-.mon bereda di Iokasi lain, Prosedur seiar1u1nya adalah mengidentifikasi _
secara kuaIitatif, mandata status habitat, dan
mengukur diametar (setinggi d_) tumbuhan di tapak Iokasi. Tumbuhan yang diukur _lah tumbuhan berkayu tingkat pohon (diameter lebih bessr 20 an) yang dOl11k1an di tapak Iokasi seluas 0,1 ha, Uji _
(korelasi Spaarman)
dipergunakan untuk mengetahui hubungan antara populasi bekantan dan luas bidang dasar tumbuhan dominan.
13 Hasll dan Pembahasan Persebaran dan Tipe Habitat
8ekantan menghuni 18 Iokasi yang masuk ke dalam 8 dari 11 kecamatan wilayah administrasi Kabupaten Tabalong (Tabe! 2, Lampiran 1). Dari 18 Iokasi ini, bekantan dijumpai langsung di 14 Iokasi dan tak-langsung (beRI_an intonnasi masyarakat) di 4 Iokasi. Tipe habitat dari 18 Iokasi secara umum
ber1
dikeHlingi kebun. sawah. dan hutan karet, 1 huta" raws dikelilingi hutan karet, 1 huta" riparian yang berbatasan dengan hutan karet, dan 14 sisanya hutan karef. Jumlah lokasi hunian bekantan pada penetitian ini lebih besar daripada jumlah Iokasi yang ditenK.lkan pads survei terdahulu dan telah dilaporkan ok!h Soendjoto st 81. (2002). laporan terdahulu menyebutkan bahwa bekantan dijumpai secara langsung di 10 Iokasi dan tak-langsung di 3 Iokasi. Bahkan,
jumlah takasi kemungkinan besar bertambah. Masyarakat menginformasikan bahwa bekantan juga dapat dijurnpai di daerah hulu Sungsi Tabalong Kiwa;
daerah ini tidak disurvei oIeh peneliti. Temuan tentang kehadiran bekantan di Tabalong menunjukkan bahwa primata ini masih ada sampai saat ini di pedalaman Kalimantan; Tabalong adalah
utara dalam Provinsi Kalimantan Seiatan dan ibukotanya (yaitu Tanjung) ter1e1ak lebih dari 250 km dari pantai Laut Jawa. kabupaten yang ter1etak paling
Temuan ini sekaligus juga menjawab 1) keraguan Payne st 81. (2000) bahwa kondisi bekantan di padataman
Y_
Kalimantan tidak menentu, 2) pamyataan
dan Blandal (1992) bahwa bekantan dijumpai pads tipe
_ita! terbatas yang berupa hulan mangrove, IBW8 gambill, dan hutan riparian (pesisir), dan 3) pamyataan
Bennett dan Gombek (19!13) bahwa
a) bekanlan dljumpai - . pada hutan
rawa
pesisir dan pada hutan-
hutan dakat sungai _ , dan pada umumnya lidak jauh ke dalam, b) bekanlan sangat jarang di padalaman dan mungkIn primata demlkian
tersendiri dan nomaden. PuI>Iikasi tentang hulan rawa dan hulan riparian (paslsir) sebagai habitat bekantan sudah cukup banyak. sehingga tipe habitat ini dtkenal secara luss.
Namun. publikasi tentang bukit kapur atau hutan karet sebagai habitat bekantan sangat terbatas. Kalaupun publikasi itu ada, bahasan tentang tipe habitat ini pun
14 masih relatif sediki1. Jeffrey (1979) hanya mengernukakan adanya bekantan yang tidur di pepohonan di atas bukit kapur. Alikodra (1997) melaporkan bahwa di Samboja Kuala karet menempati peringkat terendah dan lima jenis tumbuhan dominan, tetapi daun. pucuk. dan buahnya dimakan oIeh bekantan. Laporan ini tidak membahas lebih jauh pengaruh karet pada bekantan. Soendjolo
et a/.
(2002) metaporkan lima aspek dan hasil inventarisasi bekantan di dalam wilayah administrasi Kabupaten Tabalong, yang mencafwp adanya 13 lokasi hunian bekantan. karakteristik habitatnya yang sebagian besar berupa hutan karel.
pemanfaatan karet sebagai salah satu sumber pakan, dugaan populasi. dan masalah kelestar1an bekantan. Namun. laporan tidak dilengkapi dengan lokssi hunian tersebut secara tepat (menurut astronomis) dan tidak membahas pengadaptasian hulao karet oleh bekantan.
Tabel2. Lokasi persebaran, populasi, dan kondisi habitat bekantan di Kabupaten Tabalong Lokasi dan I
No.
•
8+3A
•
±
• lahan dl kaki hingga puncak buKiI dilumbuhi semak belukaf. Vegeta61 ini turnbutl, selelah hutan sekundef
terbaI<ar 2tatwn IlIIu. • Harnp.wan lahln eli sekeliling kakI bukj (radius 300 m) dilUmbuli hLtan !ant, persawahan, dan kebun. • Menurut ~ blJdidaya tanaman di hamparan Iahan ini 1iUCIeh ~ sejak tahun 1970-8n. • Kawasan reIaIIf aman. UreM bukit kapur berstatUs hWIn Indung den dimal'lfaellal sebagai penghasll S8l'8f1g walet. • Bekartan dij..npal eli hutIIn uret. tidak di vegtJtasI di
ates bukit.
2
• Suitt Balu Buli, Desa Lumbang,
• BeIaIrtan temnati: • BukI kapur yang keIiIingnya (kIIkI) ± 3 km dan tingglnya ,.. Grup1"'13{2J+7 ±300m.
Kec. Muara Uya • 01°54'05,5" LS;
B + 4 A); • Deli old bukit . . . .h puncak _Iah 5emak belukar ,.. Grup 2:: 5 (2 J + 3 clan huIan """-(karMeyII. B) • Hamperen Iahan di ......ng klIkI bukit (radius 300 m) dlumbuti 1aImIen penpI (nwk:8, kopi~ hWWl karet, peraMlihan, dan MIMk belukar. • f'ersMWhen diaIirI*.aaluran irigali seIebar 1,5m yang manurul: ~ 5Udah ada sejakjaman Jepang (Gar1"IW3). • Kawasan b'dek amlin. 8ebI bukit diQaIi me... tahan NIw bangunan dan pondeSi jaIan. • Bekanlan dijumpai di veg«asi Ii atas bu~
115"38'07.5" BT
3
wI_>..
• tManMabai,Oesl" Bekantanteramati: • Simpung Layung, ). GNp 1:: 10 (2 J + 6 B. 2 KI); • Kec. M.... Uya • 01"54'21.9" LS; .. GNp 2 '" 17 (4 J + 9 115"35'29,9" BT
8 + 4 KT)
HUtlinkaret;iZJ.-=34.58an(29,61-38.21:n:61~ lbd$: 57.57 m21t1a(42.01-6G,M) Hutan yang luaanye ± 1.200 na berada dI beIaQng permukimen 0_ MuenI Uya dan Simpung lAYUn9 sene terielak anta"a JU8S jalan Tanjung - Balikpapan (timur), Jalan Bangkaf (Wira). Pelapi - Muara Uya (baral) dan Jelan Manglwpum (selatan).
15 4
• Hutan Ballam,
Desa UWI, Kec. Muara Uya
• 01°54'09," LS; 115"34'54,9' BT
5
• 8ekantan teramati: • Hutan kllret; " - : : 30,76 em (28,34 - 33,41; n:: 60); ,. 10:: 1 J + 3 B + 2 A l.bds:: 44,67 m'tha (31,84-52.67) + 4 K1); • Di MbeIah timUr berblltaan Iang&ung dengan Sungai Uwi (leba!" ± 30 rn)
• Hutan karet Oesa • BeI(anIan leramati: • Hulen karet; " - - : : 33,27 an (29,30 - 40,31; n:: 47); Pasar BaIu, Kec. ,. 14 (2 J + 5 B + 2 A l..bda:: 41,27 nilha (31,67-69,88) Muara Uya + 5 KT) • Oi sebelah tImUr berbabtSan langsung deogan SUngai • 01°56'29,8' LS;
Ayu{Iebar±25m) • Di Desa Pasar e.u lni Sungai Ayu dan Suogai UWI
115"33'30,0' BT
berT;alu menjadi 5ungIl1 Tabalong Kanan
6
• Hulan karet Kampung Ulan, Oesa Binjai, Kec. MuaraUya
• 01"53'01,6" lS; 115"32'07," BT 7
• Hulen karat; " - " " 33,20 cm(31,85- 39,17; n:: 51); • Bekantan tidak lbds:: 49,43 ~Jha (45,38-88,88) d,lSt"Ipai IIngsung. Manurut penyaclap • Di sabeIah uta... dan tImUr b«batasan langsung dengan kafet &tau peladang Iii Sungai Ayu IOkasi, pcpuJasi 15-50
""".
• Hulan RantaUnaltJ, • Bekanlan teramati: • Hutan sek\.Ind_ (campuran) di tepi sungai clan Desa Salikung, ,. 16 (2 J + 6 B + 3 A bertopogre1l CSarTl Kec. Muara Uya + 5 KT) • Di sebelah band berbetasan langsung dengan Sungei • 01°48'40 Z' LS· Ayu dan eli sebelsh timUr berbataun dengan hutan
115"31'21,4"
aT
kar« • Diametefkaretticlakdiukur
8
• Hutan kareI: Oesa Mangkupum, Kec. MuaraUya • 01"51'15,4"LS; 115'"35'07,6' BT
9
• Bekantan tidak dijlSt"lpai langsung.
• Hulan
kar«; 0-:: 32,27 an (28,34 -
lbds:: 40,91
nrlha (31,53-46,00)
34,25; n:: 50);
Menurut penyadap • OJ &ebelah selatan berbatas8n langsung dengan Sungai karat &tau peladaflg dI MangkUpum (Iebar ± 15 rn). anek sungai Tabalong Iokui, popuIasi 15-50 Ka~ 01<<<. • Terdelpat potion nwnbung (Flew) dan tiwadak banyu (Mocarpus 1eysmMii1 yang merupak8n pohon t8'TIp8I: tidur bekantan
• Rawa Panepetl, • Bekantan teramati: • HuUln r.wa (± 30 he); didornlnasi oIah jingah (GUa ,. 18 (2 J + 2 B + 2 A ~) dan dik:eliMngi hutan karel Oesa Kaong, Kec. + 12 KT) • LirM potion jingah yang dlsampel tingginya ~j Upa" 25 m dan diametemya 96 - 118 an. • 02"05'50,5" LS; 115"35'35,3" BT • RaoM tiOak tervenggu. ~ dlblarkan tetap ada, tiOak cfj~dantid8k~.
• Rewa diQlilingi tMan karet;,,~:: 34,16 an (33,41 40,30; n:= 55); \..Dds:: 52,21 m Iha (48,2&-70,01). • u..,..,.Qt....",... melaporkan bahwa bekanbln iii 1oka5i in! dlb..-u dan dikonsumsi oIeh masyatakat Oayak yang tinggIIl ell Upau.
10 • Hutan Salihin, Desa BIIas, Kec.
• Bekantanteramati: • Hutan uret;0,.,. = 28.B4an (25, 16-31,53; n = 47}: ,. 11 (1 J + 3 B + 2 A Lbds:: 3O,:W ~Iha (23,35-36,68). + 5 KT) • Di sebeleh timur, tenIapaI: hutlIn ka'" yang 1eIah
.--Upo"
• 02'"07'18,3" LS;
115"33'47,4' BT
11 • Hulan kanII: milk kalu.ga Sedil,
""'.""""
• 02"01'07,1' LS; 11S032'D6,2' 8T
12 • Hulan kareI: millk
Hasbullah, De58 Batupulut, Kec..
Haruai
• 02"00'34 4" LS· 115"31'55,2"
8T
,. 2(1J+1B)
ditebang 2 minggu lau dan dira"lc8nakan untuk JWMW8han (iligasl). • HuIan UnIt; Z-=2B,42 an (24,68-35,01; n:: 43);
Lbds:: 29,44 nfIba (20,56-41,43). • Dt ....... baJ3t twdapIIC parrn'*iman serta jaIIIn yang rn.ngbubungken Tanjung - BaCu NuI- MUII/1I Uy.;
......
• Bakertan ter.mati: • HutIIn'" t8fIat8k pada IIeIokan Sungai TabaIong ,. 12 (1 J . 6 B. 5 KanIIn;"--=2B,76cm(26.91-34,87:n::56I.lbds KT) = 39,10 m Z".. (31,84-63,416) • Ter. . . pepohonan rembung unt~ \okasI tidur
yang dtf,enangl ~n
16 13 • Hutan Pulau Giar, • Bekartan teramah. ... 5 (1 J + 4 B) Deslil Argom~, Kec. HanJli • 01"58'181"LS'
115"2T42.1"
eT
• Hulen Iunt (tinggal ± 10 hIiI): 0 _ = 33,26 an (30,5741,40; n:: 36~ lbds:: 31,51 m2Jha (26,42-"'8,44). • Oi seIBtan dan bini terdlilpat sawah beMgasi dan rawa berbItU kaptr, di t1mur terdapet permukimRn, dii utars terdapm lahan yang baN dibuka untuk kebun kareI: dan sawah beru
• Rewa berOatU kBpUr dltumbuhi kartwaya. • Permukiman tnw1smis;,asi, bani diihuni tahun 1982i1Q83
14 • Hutan karet Oesa Jabeng, Kec. HaNei
• 02"01'08,2" LS;
115"'27'05, r BT
• 8ekantan teramati: • Beka...... djumpIi memakan buah terung di Ladlilng. .. 1011 J + 1 9 + 3 A. Ledeng diikelling h~an karet 0~ :: 27,96 em (26,75 + 5 KT) - 28,67; n =60); lJ:Ids;. 36,89 m Iha (33,71-38,69). • 5ebagian hutan karat termasuk. dalam Per1(ebuoan Inti Rakyat: (PlR)
=
15 • Hulan Manunggul, • Sakartan teramati: • Hutan kareI: " - 30,84 em (28,63 - 35,32; n .. 21 (3 J + 15 B + 3 lbds" 43,40 nfl'ha (37,4().56,90). Oesa Jalng HiIir, Kec.
~Nng
A)
P ....,
=58);
• DI sebeIaI selatan berbatlilsan IIIngsung dengan Sungai Jaing (Ieber ± 15 m~ anak Sungai Tabalong Kanan'
• 02"06'54,7 LS; 115"26'42,5" BT
16 • Hutan MandU, Oesa MlilngkusIp, Kec. Tama • 02"1758,6" LS: 115"22'51,1' BT
• Hutan karet; " - = 29,55 an (28,36 - 32,16; n = 49): L.bd5:: 33,63 m2/ha (30,9().39,80). M8fl~ penyadap • Di I&ara t8nIapat pennukiman dan jaIall ylilng karet dan pencluduk menghUbungkan Kecamatan Tante. 6engan jalan rs)'8 yang hulan di belakang Patingin - T .,.ung, dii seIatan terdapat sawah yang rumahoya menjali baru diiblb (± 50 ha),
• BtIkantan lidak
dij...npai langsung.
bekalltan. Pohon ini benyak ditebangi umuk bon baku
""""
• Masyarakat &etemi* melapoOOln behwll bekentan di IokasIIni dibInI dan dikonsumsi oIeh masyarsklilt Oayak (dan wiayah Bintot, !
rrrlha
pada musim !Qemarau panjang
18 • Hutan Punggur, Oed Panpanan, Kec. Pugun. • 02"19'56,5" LS; 115"20'35,5" BT
• Bekantan teramati: • Hutan Iant; 0...... =32,14 an (29,30- 38,53; n::: 38): ). 14 (2 J + 7 B + 3 A lbcIs" 30,98 m21ha (25.61-44,30). + 2 KT) • MaayanIbIt 88tiImpIt rneIapofXan behwa beKar1tan di IokaIi ini dibInI dMI dikonsumsi oIeh masyaralalt Oayak (dan MIIy8h Bintd, Kab. Barto Tnnur, KaIimant.e1'I
Tengah). Catatan: 11 Kec. = "",*,~"'I; Keb. ::: kabUpaten; J = jartan: B = bIItir-: A:::.nat; KT ::: kelamin tak-taridentifikasi: l..bd5 ::: I..... bIdang dnar. 2) PoputaIi t«wnd alah popuIasi bekarUn yang dijwnpai e.npung dan sempat dihltUng. f'oJMHIi in sebenIrnyII ~ indikaIor batwrM bekanllln hIIdIr di IokMi au. Manurvt sekitar (peIadang, penyadap kanIt, atau pemancing iKan~ popuIai ~ tergoIong banpk (seIID' 1~ ekor).u ...... IIIlusen 1Ikor. F*« IrIlAIkst bIsII d~ unIuk rnendup~; mIIaInya, 1,5 .tau 2,5. AsI.mIinp adalah ~ MIain beIr.anIan JWIII ....,. aIetl panellI, . . . , . beIr.anIan lain yang ~ .... .tau sedikit Iebih .,.. MdMg ___ di bIigien banh pohOn. NanuI, faklor koreIcsi Ini tidilk diperg....kan. u.s.lahnya, epabila dipeI1IunakIn pede popuIMIleI1ImIIi yang jurnlehnya hanye Hdlki, popuI8si dugean menj8di ...gat jeutl cI t.Mh popuIaIi yang a.zm djumpal pHIl kelornpok bekanten. Uzimnya, jumlah indMdu per subkeIompok .... kaIompok eli . . . 10.tor. 3) Oi IokaIi nomor e, 8, 16, 17, bekarrtan tidak dI~ . . . . 1enpUng. Ketika ~ungan dMakukan, bekIIntan dperklrakan beristiral1at . .u beradII di tapek lain. 4) OJ dill .... hutan kMet di semua Iokasi terdapM Iahan-Iahan yang dimanfaatkan untuk \aclang Idllanami padi~ kebun. tanafNn pangan (seperti merioa. terung. ~). kebun. buah lpisang. pampakin Durio kulejemIs, langut. duMn, oempedak), dIInf. . . semak bel..... Semak beltKar tumbuh
rnar-.....
lainnya kering. Baruh padlil umumnya ticlak ditanami.
17
Gambar 3. Persawahan beririgasl di sebelah timur Bukit Batubuli Populasi dan Adaptasi
Populasi yang dijumpai di semua Iokasi adalah 197 ekor atau rerata 10,94 ekorlk>kasi. Populasi ini lebih kedl daripada populasi dugaan Soendjoto et a/. (2002) yang mencapai 193 ekor di 13 I_si atau rerata14.85 ekorllokasi. Bahkan populaoi tersebut sangat keciI. apabila dibandingkan dangan populasi di seliap I_oi yang diaporkan oIeh masyarakal MasyarWat mengatakan bahwa populasi b e _ sangat banyak; paling
sadik~
15 ekor dan bahkan mencapai
ratusan ekor. Da~m
penelitian ini besaran populasi dan tuas k)kast bukan tujuan utama.
Kahadiran atau _
tidaknya keIompoI< bel
ini menjadi petunjuk awal dan merupakan infonnasi berharga yang menunjukkan kemampuan bekantan untuk ~i di tips habitat yang berupa hutan kareI. Todak di_ui dangan past! sejak kapan bekantan memiiki kemampuan beradaplasl di ingkungan hutan kare\. N.......n. berdasarkan empal indikalor berikut ini. bekantan diduga hldup di hutan kareI paling sadikit sejak 25 lahun yang Ialu. Pertama. orang-orang (dewasa) meng_n _
hutan kare! sudah
ada sejak jaman kakek-nenek mereka atau !drs-lOra 40 tahun yang talu. Oengan kalimat lain, masyarakat sudah membudidayakan karet lebih dan 40 tahun yang lalu. Kedua, dengan asumsi bahwa umur orang dewasa ini 25 tahun, maka umur hulan diduga lebih dari 25 tahun. KeHge, karet sudah dibudidayakan oleh
18 masyarakat sejak tahlm 1970-&0 &tau sejak: 3O-an tahun yang laIu etas inisiatif pemerintah
untuk meningkatkan hasil-hasH dan
pendapatan dari seldor
pertanian. Bahkan menurul Chen (1998), kareI sudah dibudidayakan di Kalimanlan sejak tahun 195O-an atau sejak 55 tahun lalu. Keempal, data
diameter
~
Tabel 2 menunjukkan bahwa pohon . . - mamiUki diamaler
(setinggi dada) rerata minimal 27,98
an
(24,68-41,<10). Dengan asumsi bahwa
nap diameter baIang karet adalah 1 cmIIahun, maka urn... huIan sudah lebih dan
25 tahun. Denga" demikian, sejak tebih dari 25 tahun yang lalu bekantan
mempalajari ingkungan sekitar mereka sacara ballahap. Mempelajan lingkungan merupakan upaya bekantan untuk mengadaptasi lingkungan dan sagals
perubahannya. Mekanismenya disajikan pads Gambar 4.
-"-
-- .-._'"
- . . 4. Mekanisme pengadaptasian huIan karol oIeh bekantan TIP<' habital bekanlan yang berada di wilayah padalaman pulau adalah huta" riparian atau hutan primerlsekunder yang tertetak di tepi sungai. Huts"
demiklan menyediakan pakan, tempat bermain. dan air bagi bekantan. Namun, karena tetaknya di tepi sungai dan sungai merupakan prasarana transportasi utama sebelum dibangunnya jals" darat, hutan ini pun mudah dijangkau oleh manusia. Ketika huta" ditebang dan dijadikan ladang oleh manusia, bekantan
19
harus bennigrasi ke arah pedalaman &tau ke huts" yang kondisinya masih baik. Karena luas huts" yang ditebang terbatas (sekitar dua hektar setiap satu kepala keluarga), jarak migrasi bekantan pun tidak teI1alu jauh. Migrasi merupakan
lI'aya bekan1an untuk mempertahankan kehidupannya atau kelangsungan hidup
spesiesnya. Selama migrasl, bekantan tidak hanya memperhitungkan ketersedfaan sumberdaya pakan, tetapi juga h8IUS memperh~ungkan keberadaan sumberclaya
lain yang sangat penting. yaitu air. Secara staHstik populasi teramati berkorelasi
positif dengan tuas bidang dasar tumbuhan dominan, tetapi tidak signifikan (t. = 0,332; p > 0,05; n = 15). Beberape peneliti (Bennett dan Sebastian 1988, Jeffrey 1979, Payne et al. 2000, Saller et al. 1885, Yeager 1991) menyatakan bahwa
bekantan biasanya hidup di pinggir sungai, sangat bergantulg pads sungai. serta menghabiskan sebagian besar waktunya (bahkan untuk tidur sekalipun) dekat
perairsn. Bekantan tidak mencari sumber air lain. apabila di habitat baru atau habitat tujuan migrasi itu terdapat sumber air (seperti baruh dan sungai).
Sebaliknya, penjelajahan dilakukan untuk mencari sumber air. apabila di habitat
itu tidak ada perairan. Oalam penjelajahan, attematif pertama yang dipilih adalah 5umber air yang sudah dikenal. yang pada dasamya merupakan bagian dan habitatnya terdahulu. Mekanisme fu mmp dengan penjelasan Primack ot al. (1998) bahwa pada
periOOe tak-menguntungkan di sua1u wilayah, populasi yang ada di wilayah fu dapat punah. Namun. pada periode baik dan sesuai, individu-tndividu yang berkembang dari populasi inti dan yang telah bennigrasi dapat kembali menghuni wilayah itu. Penjelajahan tenlunya menghabiskan energi. Manurut Bismark (1994), bekan1an dengan berat8,54 kg menghablskan energi 781,595 kcal per hari untuk bergerak arbOreal (2 x 133,761 kcaI), mefabolisme baaal (358,890 kcal), makan (14,383 kcal),lstirahal (92,888 kcaI), dan bermsin (47,912 kcaQ.
Untuk mengganti energi tersebut,
bekantan
mencoba
memakan
tumbuhan yang dijumpai di habitat jelajahannya Ini dan tentunya bel1Jeda dengan sumbar pakan terdahulu (ketika habitat masih berupa hutsn primerlsekunder). Perbedaan ini merupakan konsekuensi dan perubahan kondisi habitat. walaupun habitat berada pada tapak takasi yang sarna dengan tapak lokasi terdahulu. Merujuk pada McFartand (1981). bekantan mulai belajar memakan sumber pakan
20 di habitat yang telah berubah, dan hutan primerlsekunder ke hutan karet. Menurut Parakkasi (1999), hewan mengadaptasi -dalam hal ini. mulai memakan atau tidak sarna sekali- beberaps bahan pakan yang belum diperoleh
sebelumnya dan sekali hewS" itu memakannya, maka (biasanya) terus memakan pekan tersebul. Beberapa pubUkasi menunjukkan bahwa hutan karet ternyata bukan hanya habitat human bagi bekantan saja, melalnkan juga bagi primata lain, baik
dan subfamifi CoIobinae (genus PteSbylis atau Trachypithews) maupun subfamili Cercopilhecinae (Afacaca). Ekologi dan parUaku koi
Status Habitat
_ n pad_ Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tabalong, hampir
semus lokasi hunian bekantan ini tennasuk dalam kawasan budidaya. Pengecuallan berlaku untuk dua lokaSi. 1) BukH Batu Kumpal bendalus sebagai hutan lindung, menurut SK Menten Pertanian No. 819lKpts/lJml11/19B2 tanggeI 10 Nopernber 1982. Walaupun
vegeI88i di bukH ini _
beruiang kaU, bukH ini berpeluang bessr unluk
lestan. III bukK Ini teRlapat gua-gua yang merupekan habitat wale! sarangpu\ih (Co/IocaIia fuciphaflUS). Panj8gaan gua-gua dIafwkan
secara ketet oIeh
pengusaha sarang yang lIS8hanya mendapat ijin dan Deparlemen Kehutanan (Balal Konservasi Sumber Daya AlaIn Kafimantan Selaten). 2) Status bukH Batu Bufi lidak jelas, walaupun dan kal
berupa
karst) dapat dikalegorikan
Keberadaan bukH Batu Buli _
sebagai
kawasan
lindung.
terancam. Bukit yang lidek menghasilkan
sarang waIeIlni dief<spfoitesi sebagai sumber penghasA balu. Balunya dijual
ofeh masyarakat untuk fondasi jalan atau bahan bangunan. Volume yang diangkut minimal 5 truklhari stau 20 mJlhari. Volume meningkat seiJing
dengan peningkatan proyek pembangunan. Di Batu Buli, bekantan sering
21 berada di perbatasan antara kaki bukit dan ladang di tuar bukit. Bukit merupakan lokssi yang tepat bagi bekantan untL* bersembunyi atau
melarikan diri, apabila bekantan menemui gangguan atau ancaman. Di kawasan budidays yang berupa hutan karet, pengonv.....n lahan
terjadi setiap tahUn. Pengonversian dipicu oIeh penurunan produksi komoditas utama (yaitu getah karet) atau adenya fatdor-fatdor lain (misalnya, kainginan
penguasa lahan untuk meningkatkan slmpanan. mernperoleh cadangan tanaman pangan, atau memperoleh uang tunal segera). Pengonversian diawali dengan penabangan pohon karel Setelah pohon
ditebang, batsng karet disisihkan untuk kayu bakar dan lahan diberSihkan untuk ladang (konversi sementara) alau untuk kebun bush (konversi pennanen), Di ladang, jenls lanaman biasanya padi gunung (padi ladah hujen) alau tanaman
pangan lain, seperti terung, merica. kacang-kacangan. Oi kebun bush, tanaman
yang ditanam antara lain pampakin. durian, cempedak. rambutan. dan langsat. Kira-klra dua tahun kemudian (setelah dua kali tanam dan dua kali
panan), lahan bekas ladang dikeloia seper1unya. Apabila mengharapkan pohon
pem~ik
lahan
karet yang berasal dart tunggul, tunas yang tumbuh di
tunggul akan dibiarkan terns tumbuh. Oi bagfan lahan yang kosong. bibit karet disulamkan. Sementara itut apabila pemilik lahan tidak mengharapkan adanya
pohon karet dari tunggul, lahan dibersihkan dan bibit-llibit karet yang balk alau unggul ditanam. Setelah kagialan itu dilakukan, Iahan dibiar1
umUf tujuh tahun. Setama pembiaran ini, lahan pun ditumbuhi semak belukar. OaIam kaftan dengan pelestarian satwa dilindungi. pengonversian hula" karet menlmbulkan dUema. Masyarakat mangonversl Ishan dengan harapan peningkatan kesejehteraan. Pads sis! lain, pengonversian lahan mempengaruhi kehidupan bekantan, apaIagi apabiIa lahan konverslan tersebut I118RIp8kan bagian dan daerah jelajeh bekantan. Ada dua pilihan bagi bekantan agar talap hid up, yaitu mengubah daerah jelajah (tennasuk bem1ig"'s" alau beradaplasi
dengan lingkungan baru.
Dilema kedua ber1
dan buah yang berakibat pada patahnya ranting atau batang beberapa jenis tanaman (seperti karet, pampakin. terung. pisang). Anggapan itu merupakan
stigma buruk delam program kelestarian bekantan, walaupun serangan primata
22 ini tidak seganas serangan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan bangkui (M. nemes/rinB). Untuk mengeodalikan serangan baksntan. masyarakal
biasanya meracuni bekantan dengan racun tilrus atau menembak bekantan dengan senjata. Dilema di kaWasan budktaya pet1u diatasi. Kesejahteraan masyarakat
pads satu sisi dan kelestarian bekantan pada sisi lain seharusnya berjalan seiring. Salah satu attematif untuk hal itu adalah per1unya pelibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan kelestarian bekantan di
kawasan tersebut.
Simpulan dan Saran Populasi bekantan tersebar di 18 Iokasi yang sebagian besar berupa hulan karet di wilayah Kabupaten Tabalong. Lokasi-lokasi Ief1etak di padalaman Kalimantan. yang jauhnya 25Q..300 kin dan
taut.
Kabaradaan bekantan di Iokas~
Iokasi yang tipe habitalnya berupa hutan karet tersebtJt diperhitungkan sajak
lebih dan 25 tahun yang latu. Dalam kuru" waktu ini, bekantan mengadaptasi perubahan lingkungan
mela4ui pembelajaran.
Hutan karet tersebut tennasuk dalam kawasan budidaya. Kawasan ini mudah berubah, sa/ingga terdapal dilema entara palestarian bei
satu sisi dan kesejahteraan masyarakat pada sisi lain. Penelitian masih periu dilakukan untuk:
1) meogetahtJi hubungan antara kehadiran beksntan dan perairan, 2) meogidentifikasi sumber paksn yang diadaptasl oIeh bekantan.
Dalla, Pustaka Alikodra HS. 1997. Populasi dan perlaku beksntan (Nasans ialVatus) di Samboja Koala, Kalimantan Tomu,. MedIa Konsatvas/5(2):67-72. AIikodra HS, Mustari AH. 1994. Sludy on ecology and COI1sent8tion of proboscis monkey (Nasalis tarvatus Wurmb) at Mahakam River Della, East Kalimantan: Behaviour and Habitat Function. Annual Report of Pusrehut
5:28-38. Bennett EL. 1988. Proboscis monkeys and thei' swamp forests in Sarawak. Otyx
22(2):69-74. Bennett EL, Gombek F. 1993. Proboscis Monkeys of Borneo. Kuma lumpur: Natural Histcxy Publications (Borneo) Sdn. Bhd. & Koktas Sabah Berhad.
23 Bennett EL, Sebastian AC, 1988, SociaIOflj8l1ization and ecology of p - . monkeys (Nasalis lalValUs) in mixed coastal forest in Sarawak, Int J. Prim. 9(3):233-255. Bismar1<. 1981. PrelIminary suNey of the proboscis monkey at Tanjung Puting R"""",e, Kalimantan. Tlg8lJ)Bper8(l):26. Bismar1< M. 1988. Studl hab/IaI dan tingkahlaku bekanlan (Nasalis IalValUs) di Taman Nasional Kula!. Bul. Penelitian Hutan (474):67-79.
Bismark M. 1987. Strategi dan tingkahlaku makan bekantan (Nasalis lalVatus) di huts" bakau, Taman Nasional Kutai. Kalimantan Timur. SuI. Penelitian Hutan (492):1-10. Bismar1< M. 1994. EIcoIogi Mak_n dan Perilaku BM_ntan (Nasaos 1a1V_1Us Wunnb) eli Hutan Bakeu Taman Nasional Kutai, KaHmantan Tunur [disertasij. Bogar. Program Pascasarjana IPB. Boonratana R. 1994. The ecology and behaviour of the probosCis monkey (Nasalis latvalUs) in the Lower Kin_gan, Sabah. Asian Primates
4(1):13-14. Boonratana R. 2000. Ranging behaviour of proboscis monkeyS (NasaHs laNatus) in the Lower Kinabatangan, Northern Borneo. Int J. Prim. (21 ):497-518. Chen X. 1998. Regionsllmbalance in Exploitation at Natural ResouteeS for Crap Farming In Indonesia, A Study in Agricultural Geography in Jawa, Sumateta, and Kalimantan. Jakarta: UI Pro Indrawsn M, Rangkuti F. 2001. Development, biodiversity, and the consetvation status of bandad langu, in Natuna Islands, Indonesia. Trap. Biodiv. 7(2-
3):151-163. Jeffrey SM. 1979. The probosCis monkey, some preliminary obselvations, TlgelJ)Bper6(1 ):5-6. Mcfarland D. 1981. The Oxford Companion
to Animal Behaviour. Oxford: Oxford
Univ.Pr. Megantara EN. 19811. Ecology, behavior, and sociality at Presbyfis femoralis in Eastoentral Sumatra. Di dalam: Ehara A, Kawamura S, editor. Comparative Primat%gy Monographs (2):171-301.
Parakkasi A. 1999. Ilmu NutI15i dan Afakanan Temak Rumlnan. Jakarta: UI Pro Payne J, Francis CM, PhU"pps K, Kartikasari SN. 2000. MamaO_ eli Kalimantan, Sabah, SSlBWsk & Brunei Darussalam. Jakarta: WC5-lndonesia Program.
Primack RB, Supriatna J,lndrawan M. Kramadibrata P. 1998. Biologi Konsetvasi. Jakarta: Yayasan Qbor Indonesia.
24 Rangkuti FN. 1999. Kekah Natuna retlJncam Punab. hltp1twww. conservation.or.id/sHeJmodutes/detaii.dally.php?textld=374431292132101
3. 116 Aprtl 2005). Saner RE, Aken KM. 1983. The probods rnonf<ey in Bako National Park. Sarawak. Ttgerpaper 1 0(3):6-8. Saner RE, MecKenzie NA. Nightingale N, Aken KM, Chai P. 1985. Habitat uses, ranging behaviour, and food ~ of the probosCis monkey, Nasalis /arvatus (van Wunnb), in Sarawak. Ptimates 26(4):436-451. Soendjoto MA 2002. Persebanln Bekanlan (NasaDs /aNatus) di Kalimanlan Se/alan dan Masalab Petas/ariannya. hltp1twww.rudycl.25Ox.comIsem2_ 0121m_a_soel)djoto.htm. 131 Janua~ 2005). Soendjota MA, Akhdiyal M, Hailami, Kusumajaya I. 2001. Persebaran dan tips
habitat bekantan (Nasalis lalV8tus) di Kabupaten Sarito Kuala, Kalimantan Saiatan. Media KonseNasi 7(2): 55-61. Soendjoto MAo Djami'at, Johansyah, Hairani. 2000. InvenlaTisasi Bekanlan di
Kabupaten Tabalong. Banjarbaru: laporan Penelitian. Balai Konservasi SUmber Oaya Alam Kalimantan Selatan. Soendjoto MA, Djami'al, Johansyah, Hairanl. 2002. Bekantan juga hidup di hulan karel. Warta Konsetvasi Lahan Basah 10(4): 27-28.
Yeager CP. 1991. Possible antipredator behavior associated with river crossings by proboscis monkeys (Nasalis /arvatus). Am J. Prim. (24):61-66. Yeager CP, Blondsl TK. 1992. Conservation stabls of the proboscis monkeys (Nasalis /aNatuo) at Tanjung Puting National Park, Kalimantan Tengah, Indonesia. Di dalam: IsmaH G, Mohamed M, Omar S, ednor. FoIest Biology and Consatvation in Bomeo. Cen1ar for Borneo StudIes Publication (2):220-228.
• ••