1. PrnBWLUAN
1.1. Latar Belakaw dan hiasalah
D a l a m GBHN (Garis-Garis Eesar Haluan ~ e ~ a r dicantumkan a) bahwa "jumlah penduduk gang sangat besar, apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan
me-
rupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha pembangunan d i segala bidang" (~eamPembinaan Penatar dan Bahan-bahan Penataran Pegawai Republik Indone-
sia, hal. 40-41).
Dengan tercantumya perkataan "apabila" da-
pat diartikan bahwa bagaimana cara membina tenaga kerja
yang
ef ektif masih menjadi masalah. Sumitro (1976, hal. 36) memperhitungkan bahwa sampai tahun 2001 rata-rata pertambahan tenaga kerja per tahun 920.000 d i Jawa dan 600.000 d i l u a r Jawa.
dikatakan
- "dari
Selanjutnya oleh
Sumitro
:
angkatan kerja secara menyeluruh, sekitar 85 persen
diperkirakan masih bemukin d i daerah pedesaan d a ? d a s i juml a h ini s e k i t a r 63 persen yang menda~~at mata pencahariannya
di sektor pertanian.
Banyak d i antara mereka yang mencari
nafkah tambahan yang bersmber pada kegiatan non-pertanian."
- "langkah pertama dalam kebijaksanaan k e r j a ialah indentifikasi terperinci tidak hanya mengenai jumlah angkatan kerja, melainkan juga lokasi penggolongan menurut lirgkwgan hidup, persebaran antar daerah, antar sektor, antar kota/pedesaan, dan sebagainya." 1
Peranan pembuat
kebijaksanaan sangat
bangan
peluang k e r j a d i masa
sedang
berkembang.
menduga
besar terhadap perkem-
mendatang, terutana d i negara
yang
Edgar Owens dan Robert Shaw (1979, hal.
bahwa terdapat penerapan konsep ketenagekerjaan
rang sesuai d i negara
sedang berkembang,
69)
yang ku-
h a l tersehut dikatakan
sebagai berikut :
- "sebagian
besar a h l i ekonomi dan perencanaan mengira bahwa semen-
t a r a pertumbuhan berlangsung, maka jumlah pekerjaan yang diperlukan akan t e r c i p t a juga.
Yang mereka pikirkan a d d & contoh d a r i
i n d u s t r i a l i s a s i Barat Abad ke- 19.
Dalam
contoh ini, pertanian
bertindak sebagai wadah simpanan cadangan untuk angkatan kerja, sementara pertumbuhan i n d u s t r i menciptakan cukup lapangan kerja, t e t a p i juga menarik para pekerja d a r i hid& sektor l a i n d a r i ekonomi.
pertanian ke sektor-
Dengan sederhana di- gap bahwa nega-
ra-negarra miskin akan mengikuti jalan yang sama, ternyata mereka tidak dasat melakukannya."
Cara b e r p w
yan@:
mempengaruhi c a r a bertindak tidak dapat
lepas d a r i struktur masyarakat yang ada.
Demikian pula masalah ke-
sempatan k e r j a yang e r a t hubungannya dengan kemiskinan t i d a k dapat lepas d a r i keadaan masyarakat.
Oleh Sinaga dan White ( 1976, hal.
19) d i k a t a h n bahwa salah s a t u sebab kemiskinan d i Indonesia disebabkan oleh s t r u k t u r masyarakat Indonesia yang b e r a r t i bahwa secara potensial tingkat Icemiskinan d i Indonesia masih b i s a diperkecil jum-
lahnya.
Atau secara tidak la~gsungdapat dikatakan bahwa Indonesia
masih memberikan peluang k e r j a bagi penduduknya dengan melaksanakan kebijaksanaan-kebi jaksaman tertentn.
1-2. !!h.iuan P e n e l i t i a n I d e n t i f i k a s i f a k t o r - f a k t o r yang memperbesar dan menper-
1.2.1.
k e c i l peluang k e r j a d i desa.
1.2.2.
blencoba menghubungkan f a k t o r - f a k t o r t e r s e b u t d i a t a s dengan perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan d i t i n g k a t d e s a dan t i n g k a t kecamatan.
1.3. Kerangka Pemikiran Untuk rnernperbesar peluzng k e r j a d i pedesaan a n t a r a l a i n dapat ditempuh dengan dua j a l a n : pertama memperbesar permint a a n tenaga k e r j a s e c a r a langsung misal memperbesar l u a s tanam usahatani padi dengan membuat
gasi;
dan memperbaiki f a s i l i t a s hi-
kedua, membina individu-individu d i pedesaan sehingga
mereka mampu
mempergunakan kesempatan k e r j a yang
ada. Kisal
pembinaan diarahkan menjadi penysaha-pengusaha k e c i l sehingga penduduk mampu menciptakan pekerjaan untuk d i r i n y a s e n d i r i .
Cara pertama cenderung, memperbesar prosentase buruh daripada usahatani
.
Bedasarkan c a r a b e r p i k i r s e p e r t i t e r s e b u t d i a t a s penduduk d e s a dapat digolmgkan dalam t i g a golongan :
1) golongan "pasif", orang-orang yang mendapatksn pekerjaan karena adanya permintaan langsung d a r i pengusaha.
Contoh
buruhtani, biasanya sifat pekerjaannya t i d a k banyak berva-
riasi.
2) golongan flaktifll, orang-orang yang mendapatkan pekerjaan karena daya lrreatifitasnya sendiri. ging,
N i s a l pengusaha da-
biasanya riwayat pekerjaannya bervariasi.
3) golongan "innovator",
orang-orang yang menciptakan lapa-
ngan pekerjaan baru dengan memperkenalkan jenis pekerjaan baru atau teknologi baru d i desa.
Kemungkinan para "inno-
vator" tersebut tidak bekerja secara t e t a p pada usaha yane diperkenalkan.
Ada kemungkinan seseorang termasuk ke dalam dua golongan atau babkan t i g a golongan biasanya. temasuk golo-
miskin.
Umunnya golongan yang pertama
Sedangkan sebagian d a r i golongan
kedua dan ketiga temasuk golongan miskin t e t a p i karena keaktifannya dapat ke l u a r d a r i masalah kemiskinan. Seseorang bisa l e b i h aktif d a r i yang l a i n karena adanya perbedaan tingginya motivasi dan kemampuan.
Tingginya moti-
vasi salah s a t u yang mempengaruhi adalah tingkat pengetahuan tentang apa yang h a r m dikerjakan dan bagaimana harus berbuat
(punya keterampilan)
.
Faktor-f &tor yang mempengaruhi terlaksanakanya proses
pembangrman i a l a h : m ~ t i ~ a s keterampilan, i, kelembagaan, pot e n s i dan modal.
Dari kelima f a k t o r tersebnt dua yang pert*
ma sangat erat hubuugarmya demham kondisi p e r o r w a n .
Sedang-
kan ketiga yang l a i n merupakan sebagian dasi faktor lin#cmgan.
Peningkatan proses pembangunan menuutut dipakainya tekn d o g i baru, t e t a p i secara langsung biasanya berpengamh neg a t s terhadap jumlah pemakaian tenaga kerja. Contoh : p gunaan huller menghilangkan tenaga permmbuk padi.
e
Dilain
pihak dengan timbulnya huller-huller tersebut ada peluang kerja baru karena pedagang-pedagang k e c i l diperlukan untuk mengmpulkan padi.
Keadaan tersebut merupakan salah s a t u ka-
sus d a r i kasus-kasus peluang kerja yang lain.
Tetapi siapa-
siapa yang manpergunakan pelnang tersebut, mungkin hanya sebagian kecil penduduk yang r e l a t i f sudah berpengalaman dan sudah b e m u r ( l e b i h d a r i
35 tahun)
.
Hal ini b e r a r t i bahwa
sejumlah besar angkatan kerja yang baru masuk angkatan kerja tidak dapat mempergmakan pelwng tersebut karena kurang tahu dan terampil (faktor perorangan) atau tidak adanya f a k t o r lingkxngan (kelembagaan, potensi dan modal) yang dapat memperbesar/mendukung kesempatan tersebut.
Secara singkat da-
pat dikatakan bahwa untuk meperbesar peluang k e r j a d i pedesaan dibutuhkan pendidikan pengetahuan berwiraswasta ("enterpreneurship") dan keadaan lingkungan (suasana) atau fasilitas yang menuju ke arah suasana kewiraswastaan.
Dalam mengebapkan konsep pembangunan antara pendekatan produksi dan pendekatan kemakmuran ("production approach" dan iiweLfare approachti) terdapat perbedaan.
Cara yang pertarna
mengutamakan produksi tbgi dengan ongkos serendah-rendahnya dengan konsekuensi pemakaian jumlah tenaga kerja sesedikit mungkin.
ut-,
Cara kedua peningkatan produksi bukan p r i o r i t a s
t e t a p i kemakmuran atau kesempatan kerja dengan penda-
patan yang w a j a r merupakan p r i o r i t a s ntama. dua sesuai dengan kondisi Indonesia.
hngkin o a r a ke^
Sesuai dewan apa
yan&
dikemukakan oleh Ek3gar O w a s dan Robert Shaw ( 1977, hal. 74) : 'I.....
d i mana t e r d a p a t s e d i k i t modal dan banyak s e k a l i tena-
ga k e r j a , maka h a s i l dapat didatangkan dengan
meningkatkan
jumlah orang yang memegang pekerjaan produktif.
Betapam
j e l a s tanpaknya hal ini, namun j u s t r u ha1 i n i l a h yang diabai-
kan berhubung anggapan pola pembangunan Barat akan terulang". Dengan perkataan lain untuk memperbesar peluang k e r j a d i Indonesia dapat dilakukan dengan menciptakan pagusaha-pengusah a k e c i l sebagai a l t e r n a t i f pengusaha-pengusaha
besar s e p e r t i
yang terdapat di Barat.
Peaerapan pendekatan produksi biasanya ditanda5 dengan menonjolnya pemakaian teknologi baru, dimana "teknologi baruf' dapat d i a r t i k a n : dipakainya c a r s dan sarana produksi yang re-
latif barcl, berbeda dengan cara yang t r a d i s i o n a l .
Selain
cenderung untuk memperkeoil jumlah tenaga yang d i p a k a i t&ol o g i barn dipergunakan karena menhgkatkan produktivitas yang dapat b e r a r t i meniagkatkan pendapatan pengusaha. Ad-
kele
bihan pendapatan memungkinkan timbulnya usaha-usaha lab, sehingga t e r j a d i a k i b a t berantai ( " m u l t i p l i e r e f f e c t " ) dasi
t&
nologi baru yang juga menyediakan kesemptan k e r j a barn. Pel
ang t e r s e b u t seharusnya &pat dipergunakan oleh tenaga ker yaag s e c a r a langsuxg t e r g e s e r ke lu8r oleh teknolagi bila
tenaga-tenaga tersebut mempunyai kceatif itas.
B
tas t e r s e b u t dapat dibina a n t a r s lain dengan pandidik
an a t a u menyediakan sasana, misalnya den* d i t u n k k nsaha ("diberikan perlakuan").
menyediakan he-
Gambar 1 h d a n a n 8
menunjukkan adanya arus perpindahan t m q a k e r j a d a r i usaha-
tani petan1 k e c i l , s e t e l a h adanjra perlakuan diharapkan "petani guremn dapat mempergunakan kesmpatan k e r j a yang m e r u m "multiplier e f f e c t " d a r i teknologi barn.
I
i1 i
d
1.4.
I
Rypothesa dan Metoda P e n e l i t i e n
i I
1.4.1.
!
Hypothesa Faktor-faktor yang mempengzmhi pananfaatan peluang k e r j a dapat dibagi &lam
dua golongan, i a l a h f a k t o r
perorangan dan f a k t o r lingkungan.
Pengaruh f a k t o r perorangan : 1.4.1.1.
Peluang k e r j a ditentukan oleh
:
a) s f f a t a k t i f a t a u pasif s e s e o r a n g dalW mendspatkan pekerjaan, b) p y a tidaknya pengalaman bekerja sebagai
"bujang sax&" dan a t a u membantu orang tna
&lam
u s a h a t m i s a h paling s e d i k i t lima
tahm, c ) buta huruf latin,
a) -, e ) punya keterampilan berdagang,
f ) "nilai" bekerja menuruti ajaran agama Islam, g) "nilai" bekerja menurnti nasehat dukun.
i
*
"disguised unemployment" atau "push out"
Sebelum Perlakuan
pemba-
usaha pokok pertanian kec i l dan usaha lain yang kecil
katan k e r j a
faktor
-+
angkatan kerja
X
- usahatan. pa-
Sesudah Perlakuan
--.
I
Gambar 1.
/'
'--
Arah Usaha Pembangunan s e r t a Brus Angkatan Eerja ' (~~pothesa da ) r i Tahun 1970 sampai 1980.
d i dan l a i n usaha, keduanya dalam skdla gurem serta berburuh tani. sebagian besar merupakan lapangan pekerjaan baru y a w merup* "multiplier effect" d a r i pemakaian teknologi baru
1.4.1.2.
Pengaruh pola t a m padi dua k a l i setahun mengakibatkan : a) sistem pengupahan penggarapan tanah cenderung ke arah sistem bomngan pada t i a p jenis kegiatan (tahap) usahatani padi, b) upah berburuhtani cenderung nzik,
c) usahatani padi yang mempergunakan curahan t e naga l e b i h banyak ( i n t e n s i f ) terutama dalam pengatwan air dan penjagaan terhadap hana. Hal ini menyebabkan terjadinya kecenderungan memecah usahatani padi dalam bagian-bagian yang l e b i h kecil. Sebelum pola tanam padi dua kali pola tanam padi hanya s e k a l i setahun.
Pola tanam padi dua
k a l i setahun ( b i b i t u n g g u l / 1 ~dan tanam serempak) dan sistem p e w a n d i mana diadakan p e r g i l i r a n p g a i r a n pada blok-blok pengairan
1.4.2.
.
Metodologi P e n e l i t i a n 1.4.2.1.
*
Batasan Pengetian
Rluaw K e r j a
: kenampnaa seseorang dalsm
menggunakan kesenpatan k e r j a sebagai buruh maupun sebagai pengusaha.
Miskin addah keadaan yang tidak dikehendaki oleh semua orang, sehingga dengan bekerja d i h a r a p ksn akan terhindar d a r i k e r n i s m .
Peluang k e r j a
pads hakekabya suatu keadaan di mana orang berupaya untuk menghindari kerniskinan.
Perubahan
keadaan ekonomi rumah tangga adalah sebagian akibat d a r i h a s i l bekerja kepdla rumah tang@.
Kea-
daan ekonomi nmLah tangga secara umum (persepsi kepala rumah tangga contoh/responden) dapat dibedakan miskin dan tidak miakin. kepala rumah
tang@;a
SehingBa usaha
dalam mempergrmahan peluang
k e r j a dapat d i l i h a t hasilnya dengan melihat perubahan miskin dan tidak miskin rumah tangganya da-
lam rirayst hiduplya, dengan skala pengukuran tinggi, sedang dan rendah seperti yang t e r l i h a t
pada Tabel 1.1.
Dengan demikian pengamatan untulr
melihat peluang kerja d i b a t a s i pada r i r a y a t bek e r j a kepdla rumah tangga. Tabel 1.1.
Perubahan Keadaan Ekonomi Kepala Rumah Tangga dan Tingkat Peluang Kerja
Perubahan Kesdaan Ekonomi Kepala Bumah Taugga Contoh
Tingkat PelKerja
1.
Miakin ke ti& miskin
t i n g g i
2.
Tidak miskin ke tidak miskin
s e d an g
3.
Niskin ke miskin
s e d a n g
4.
Tidak miskin ke miskin
r e n d a h
Perbed-
h a s i l peluang k e r j a disebabkan ad+
nya perbedaan kenampnan yang dipmyai oleh seseorang. Kemampuan perorangan dapat dianggap sebagai variabel penyebab keberhasilan pemanfaatan peluang k e r j a se-
perti dalam hypothesa 1.4.1.1.
dengan cara pengukur-
annya tercantum pada Tabel 1.2. a
n : adalah pembantu usaha rumah tangga da-
l a m mengelola (me"manage").
Bayaran biasanya d i l a -
kukan paling singkat setahun s e k a l i , kebutuhan sehari-hari berupa makan-minum, pakaian dan tempat tingg a l seorang bujang ditanggung oleh majikan. Sistem borongan : adalah sistem pengupahan
un-
tuk suatu j e n i s pekerjaan y a i t u pengolahan tanah dibayar se-bligus kepada seseorang atau sekelompok orang dengan perjanjian t e r t e n t u , misal : borongan mengolah (mencangkul) sawah s a t u hektar dengan b*
y a m Eq 20.000,OO.
1.4.2.2.
Cars pengambilw Contoh dan Sumber D a t a Sebagai desa kasus diambil desa Wargabinangun, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon dengan alasan: a ) sejak tahun 1975 dipakai sebagai salah s a t u desa contch penelitian SDP-SAE karena i t u d a r i desa tersebut b i l a diperlukan t e r s e d i a sejumlah data yang t e l a h dikumpulkan secara berkdla.
Tabel 1.. 2.
C a r a Pengukuran Variabel-variabel Perorangan Kepala Rumah Tangga Contoh
-
Variabel Perorangan Ke:epa;LaRumah Tangga Contoh (Variabel Penyebab) '
1.
Aktif atau pasif dalam mendapatkan pekerjaan.
2.
Pernah tidaknya bekerja sebagai "bujang" sawah dan a t a u pernah menbantu orang t u a dalam usahatani padi pal i n g singkat lima tahun.
3.
Buta huruf atau melek huruf latin.
molren yang Dipakai
-
aktif =
+
Sudah ditentukan l e b i h dahulu dalam pemilihan contoh.
- pasif = -
- salah s a t u pernah atau keduanya pernah = +
- keduanya tidak pernah = - melek huruf = + - buta humf = - umur
35 tahun atau d i atas =
+
5.
Punya keterampilan berda8-3.
- umur kurang dari 35 tahun = - pernah bekerja -
Keterengan
atau sedang bek e r j a sebagai pedageng = + tidak pernah bek e r j a sebagai pedagang =
Digali d a r i rivrayat hidup.
Digali d a r i riwayat hidup. Digali d a r i r i s a y a t hidup.
Di@i dari riwayat hidup.
-
6.
" N i l a i l ' bekerja menur u t i ajaran agama Islam.
- punya n i l a i be-
k e r j a agama Islam = +
- punya n i l a i be-
k e r j a yang tidak ada hubungan dengan agama Islam
--
D i g a l i dari riwayat hidup.
7.
"Nilai" bekerj a menum t i nasehat d u b .
- mengikuti nasehat dukun dalarn bekerja =
+
D i g a l i dari riwayat hidup.
- tidak pernah berhubungan dengan dukun dalan bekerja =
-
b) t a b 1980/1981 dipakai sebagai salah s a t u desa cantoh penelitian LPSP/ILO, karena adanya tandatanda perubahan dalam sistem pengupahau ber?mruh-
tani.
Data penelitian L~SP/ILOdipakai sebagai
bahan penulisan. D i l i h a t d a r i sumber d a t a dan cara pengambilan
1 !
contoh dapat digolongkan :
1) d a t a d a r i riwayat hidup kepala rumah tangga sejumlah 30 rumah tangga distribusinya berdasarkm golona;annaktifn, "pasif" dan innovator s e r t a m i s -
kin dan t i d a k m i s k i n dapat d i l i h a t pada Tabel 1.3.
Golaugan pasif, a k t i f dan innovator d i p i l i h
atas petunjnk informan d i mana b i t e r i a n y a seper-
ti yang tercantum pada Warnan tiga &an empat. Keadaan ekonomi rumah tangga miskin dau tidak miakin ditentukan oleh para informan dengan krit e r i a apakah Nmah tangga tersebut dalam menenu-
h i kebutuhan sehari-hari r e l a t i f cukup atau tidak
j
1 i
Tabel 1.3.
Jvmlah Kepala Rumah Tangga Contoh lrienurut Xeadaan Ekonomi Rumah Tangga dan Tingkat Kemampuan blempergunakan Kesempatan Kerja
Tidak
uskin
bliskin
2. Golongan "&if"
10
10
5
3. Golongan "innovator"
4. Jumlah contoh
cukup (miskin).
30
Ketidakcukupamya d i t a n d a i dengan
seringnya rumah tan-
t e r s e b u t berhutang d i warung-
waruug, keadaan rumah s e r t a j e n i s pekerjaan sebagai penghasilan utamaqya (lihat halaman 33).
Pengumpul-
an d a t a dilakukan dengin kunjungan dalam seininggu dalam t i a p bulan selama bulan J u l i 1980 sampai Desember 1980 dengan me-
pedoman wawancara ("open
questionair").
2) c a t a t a n h a r i a n terutama peristiwa-peristiwa penting sehubungan dengan peluang k e r j a di desa, yang dida-
pat d a r i wawancara dengan informan.
Pengumpulan da-
t a dilakukan bersamaan dengan pengumpulan riwayat hidup dan pengumman d a t a rumah tangga contoh LPSP/
ILO
.
3) "questionair" nrmah tangga contoh (100 rumah tangga) LRP/ILO MH 1979/1980 dan MK 1980.
Contoh diambil
d a r i populasi sensus rumah tangga LPSP/ILO. n a i r " berbentulr "structured questionair".
Questio-
Vawancara
dilakukan dua Mi.
4) data upah dan harga bahan-bahan kebutuhan pokok d i desa Sm)-SAE.
Pendapatan upah dan harga bahan-bahan
pokok dilakukan dua mir i e s " d a r i t&m
s e k a l i secara "time se-
1975 sampai dengan tahun 1980. Di-
lakukan dengan sistem surat.
1.4.3. Kerangka Analisa Dalam menganalisa pengaruh f a k t o r perorangan d i mana variabel-variabel d i ukur dengan dua ukuran : + dan
-
dengan mempertimbangkan jumlah yang ada (dalam
jumlah k e c i l ) malm. u j i yang s e s u a i adalah u j i Binomial ( ~ i e ~ e 1956, l, hal. 36 dan
250).
Untuk a n a l i s a pengarah f a k t o r lingkungan d i u j i sec a r a t i d a k langsung dengan melihat keadaan lingkungan d a r i aspek ketenagakerjaan.
Hypothesa c a r a pengolahan
dan kesimpulan yang b i s a d i t a r i k dirangkai dalam Tabel
I .&. 1.4.4.
Jadwal Kegiatan Fiaktu s e r t a pelaksanaan p e n e l i t i a n dicantumkan pada
Tabel
1.5.
Tabel 1.4.
No. 1.
2.
Hypthesa, C a r a Pengolahan dan Kesimpulan yang Bisa DitariL
Sistem pengairan s e r t a penggnnaan telmologi baru dalam usahatani (bib i t U I I ~ ~ U ~ / I Rtanam , serentak) menyebabkan sistern pengupahan penggarap an tanah cenderung ke arah sistem borongan pada s e t i a p jenis kegiatan (tahap) usahatani padi. Sistem pengairan s e r t a penggunaan tekuologi baru ddam usahatani (bib i t unge;ul/I~, tanam serentak) menyebabkan upah berburuhtani cenderung naik
- Dihitung r a s i o an- - Apabila
Sistem pengSian serta penggunaan telmologi baru dalam usahatani (bib i t u n g g u l / l ~ , tanam serentak) menjadikan usahatani padi makin intensif terntama dalam pengaturan a i r dan penjagam terhadap hama, hal ini menyebabkan terjadinya kecenderungan memecah ueahatani padi dalam bagian-bagian yang l e b i h kecil
.
rasio berkisar pada angka s a t u maka sistem penggarapan cendem g berbentuk borongan.
tara
jumlah h a r i k e r j a dan orang pada t i a p jenis kegiatan usahatani p;adi untuk tenaga upahan ( l u a r rumah tw3za).
- blemperbandingkan
- Apabila upah aari tahun 1977
upah mencangkul (laki-laki) dan menyiang s e r t a tanam padi (perem~uan) dalam s e t a r a kilogram beras tahun 1977, 1978, 1979, 1980 pada mush kemarau dan hujan.
.
3.
Kesimpulan yang Bisa Ditarik
C a r a Pengolahan
Hypothesa
- Xemperbandingkan tingkat kegagalan panen petani l u a s dan petani sempit dengan memperbandingkan prosentase produksi dibanding keadaan normal ( 10%) pada b5Et dan
I a .
-
Xemperbandingkan jumlah petani sawah LCK clan iB s e r t a luas garapan rata-r+ ta.
ada kecendemgan naik sampai tahun 1980 ha1 ini b e r a r t i bahwa upah berburuhtani r e l a t i f dipengaruhi oleh besarnya pasaran.
-
Apabila d a l a m perkiraan para petani produldiv i t a s petani kec i l tinggi daripada petani luas maka &a kecenderungan memecah usahatani dalam bagian-bagian yang l e b i h kecil.
Tabel 1.5.
No.
man
Waktu dan Tahap Kegiatan P e n e l i t i a n
Jenis Kegiatan
1.
April 1980
2.
M e i 1980
3.
J u n i
arrl/
Persiap
Pengambilan Data
1980
4. 3 u 1 i 1980 5. Aguatus 1980 6.
September 1980
7.
Oktober 1980
8. Nopember 1980 9.
Desember 1980
10.
Januari 1981
11.
Pebruari 1981
12.
Maret
1981
13.
A
1981
14.
M e i 1981
15.
J u n i
1981
Bemamaan dengan pelaksanaan poyek LPSP/ILO.
Pengolahan Data
Konsultasi
Penulisan Laporan
Ujian dan Seminar