Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 2, Juli 2015
MULTIMEDIA ANIMASI (MMA) DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BIDANG GESER ATOM PENENTU SIFAT MEKANIK MATERIAL M Komaro, A Djohar, A Setiawan, B Hasan, MM Muharrom.
[email protected] Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung 40154 ABSTRAK Pembelajaran teoritis berupa simbol-simbol verbal yang ada tidak cukup representatif menjelaskan konsep system yang diperlukannya, sehingga kemungkinan tidak terjangkau (inaccessible) oleh peserta didik yang efeknya kurang menimbul kanpengalaman belajar. Hal ini berimplikasi terhadap kesalahan pembangunan sistem material teknik yang utuh baik system struktur mikro atom maupun system perubahan sifat material sesuai aplikasi realnya. Penelitian iniberkaitan erat dengan usaha meningkatkan kualitas pembelajaran material teknik khususnya penguasaan konsep bidang geser atom penentu sifat mekanik material. Penelitian bertujuan membandingkan peningkatan kualitas pembelajaran yang berupa peningkatan penguasaan konsep mahasiswa yang menggunakan multimedia animasi dengan media gambar. Metode penelitian adalah metode eksperimen yang dilakukan pada dua kelas yaitu: eksperimen menggunakan multimedia animasi dan kelas kontrol menggunakan media gambar. Hasil penelitian menunjukkan: Perbedaan signifikan antara peningkatan penguasaan konsep pada mahasiswa yang menggunakan multimedia animasi dengan media gambar, dimana peningkatan penguasaan konsep lebih tinggi dengan menggunakan multimedia animasi. Hal ini terjadi akibat adanya memory jangka panjang yang dihasilkan dari pembelajaran menggunakan multimedia animasi. Kata kunci: penguasaan konsep, multimedia animasi, bidang geser atom, sifat mekanik material. ABSTRACT Theoretical learning in the form of verbal symbols is not representatively enough to explain the concept of needed system, so the chances are not affordable (inaccessible) by students that effect less cause learning experience. It has implications for the fault development of completed systems engineering material which is both systems intact atomic microstructure and material properties of the system changes according the real applications. This research is closely related to make improving the quality of learning materials engineering in particular concept mastery the atomic crystal structure determining the mechanical properties of the material. The purpose of this study to reveal the comparative understanding of students of vocational teachers candidate using animation multimedia with images media. The research method is experiments conducted on two classes of experimental class using animation multimedia and control class using images media. The study results an animations multimedia increases concepts comprehension. This is higher than the use of static images or handouts that reach the lower categories. The study also found that the use of animation multimedia is accessible and effective in improving the comprehension of abstract concept in Engineering Material. This occurs due to long-term memory that result from learning using multimedia animation. Keywords: concepts comprehension animation multimedia, atomic slide fields, mechanical properties of the material. 146
M Komaro, dkk., Multimedia Animasi
Pendahuluan Kondisi suatau negara ditentukan oleh pendidikannya. Kejayaan, kemakmuran dan kedamaian suatu negara berhubungan erat dengan kemajuan sektor pendidikannya (Hadi; 2014). Indikator pengukuran kemakmuran penduduk dalam suatu negara atau propinsi dapat dilihat dari beberapa kajian diantaranya pendidikan. Kondisi suatu negara dikatakan makmur apabila tidak ada atau jarangnya permasalahan secara kolektif yang muncul bergejolak dalam berbagai sektor, termasuk sektor pendidikan, bahkan prestasi pada bidang-bidang yang ada, termasuk pendidikan justru cenderung meningkat. Maka negara yang mengalami kondisi tersebut dapat dikatakan makmur (Manik; 2013). Pendidikan yang baik ditentukan oleh baiknya guru-guru dalam bekerja atau mengajar. Guru yang baik memiliki bekal pengetahuan atau keterampilan yang baik pula yang sudah dia dapatkan dari hasil belajarnya. Dalam hal ini, berarti pula bahwa apa yang dilakukan oleh guru atau calon guru dalam belajar akan mentukan apa yang akan dia lakukan dalam mengajar, termasuk kesungguhan, dan budaya kerja dalam mengajarnya. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Rosnah (2013) bahwa guru yang memiliki motivasi tinggi untuk belajar, memiliki motivasi tinggi dan menunjukkan kesungguhan dalam pembelajaran, dan akibatnya melaksanakan budaya kerja yang baik. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 Bab XI Pasal 39 – Ayat (2), Guru sebagai pendidik dirumuskan bahwa: Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
berdasarkan isi UU Sisdiknas tersebut di atas, guru sebagai tenaga profesional dengan pengetahuan dan kemampuannya, mampu melaksanakan tugasnya. Dalam hal kebermaknaan pendidikan, pada UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 Bab XI Pasal 40 - Ayat (2), guru selaku Pendidik memiliki berkewajiban: “a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; b. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan...”. Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran meliputi: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dalam hal keterampilan, seorang guru harus menguasai keterampilan mengajar, yaitu: membuka dan menutup pelajaran, bertanya,memberi penguatan, dan mengadakan variasi mengajar. Dalam proses belajar-mengajar, guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor dan merupakan faktor yang sangat dominan dalam menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar di kelas. (Saragih; 2008) Harapan ideal terhadap guru dalam dunia pendidikan tidaklah berlebihan karena guru merupakan ujung tombak, dan pelaksana di lapangan. Namun masih ada kelemahankelemahan guru sebagaimana diungkap dari hasil penelitian sebelumnya. Diantara kelemahan guru sains/fisika adalah pada aspek komunikasi verbal dan representasi visual, karena pengalaman belajar sebelumnya guru fisika dalam mengajar secara monoton diawali dengan memberikan definisi, menjelaskan rumus, memberikan contoh soal, ngerjakan latihan dan terakhir ulangan, yang tidak banyak melakukan komunikasi verbal dan visual (Sarwanto; 2012). Pada sisi lain, hasil penelitian menunjukkan bahwa baru 52% guru yang memahami konsep dari materi yang diajarkan (Leksono; 2013). Kelemahan-kelemahan guru/calon guru di atas, merupakan keresahan penulis secara umum, yang juga merupakan 147
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 2, Juli 2015
kelemahan pembelajaran yang terjadi secara global dimanapun diakibatkan oleh keterbatasan manusia yang memiliki sistem pengolahan informasi visual dan verbal yang terpisah. Kapasitas sistem memori kerja visual dan auditori sangat terbatas, sehingga pembelajaran yang hanya melibatkan informasi visual dan verbal tidak bertahan lama, dan tidak efektif untuk menyerap banyak informasi (Mayer, 1999). Kelemahan pembelajaran dipastikan terjadi pada semua bidang, dan semua negara, seperti hanya pada pembelajaran bahasa Inggris di negara Nepal untuk calon guru bahasa Inggris yang tidak berasal dari negara berbahasa Inggris, yang memerlukan peningkatan kualitas pembelajarannya (Pun, 2013). Namun ada keresahan penulis yang lebih menukik pada permasalahan yang digeluti, yang berhubungan dengan kelemahan calon guru/ mahasiswa pada mata kuliah Material Teknik di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI. Material teknik merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari semua bidang teknik, seperti halnya: logam pada bidang teknik mesin, keramik semi konduktor pada bidang teknik elektronika dan informatika, kayu serta keramik beton pada bidang teknik sipil. Pada bidang teknik mesin secara umum berhubungan dengan logam. Berdasarkan fakta tersebut maka peningkatan kualitas pengetahuan logam atau ilmu logam merupakan langkah strategis yang harus dilakukan sebagai usaha transformasi teknik agar mampu menguasai kompetensi bidang teknik mesin yang mampu berkompetisi secara global. Studi pendahuluan dilakukan terhadap dosen-dosen di Jurusan pendidikan Teknik Mesin yang mengampu mata kuliah lanjutan di atas, diperoleh informasi bahwa pengetahuan tentang material teknik diperlukan secara bervariasi sesuai karakteristik mata kuliahnya. Secara umum material teknik diperlukan terutama berhubungan dengan sifat-sifat mekanik, dan sifat-sifat teknologi dari material khususnya logam. 148
Sifat mekanik yaitu sifat material yang dikaitkan dengan kelakuan material tersebut ketika dibebani dengan beban mekanik, baik beban statik yakni beban yang tidak berubah terhadap waktu, ataupun beban dinamik yakni beban yang berubah terhadap waktu. Sifat mekanik yang perlu dikuasai meliputi; kekuatan, kekerasan, keuletan, dan ketangguhan. Kekuatan meliputi; kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan lentur, kekuatan puntir, dan kekuatan bentur. Di sisi lain sifat teknologi yaitu sifat yang dikaitkan dengan kemudahan meterial untuk diproses. Sifat teknologi meliputi; mampu mesin (machining ability), mampu las (welding ability), dan mampu bentuk (forming ability). Semua sifat material di atas ditentukan oleh struktur atom-atomnya secara mikro atau ditentukan oleh struktur mikronya. Sifat material khususnya logam dibangun atas dua konsep utama yaitu konsep struktur kristal atom dan konsep perlakuan logam. Konsep struktur kristal atom menjelaskan bagaimana atom-atom tersusun pada setiap jenis logam dan pada kondisi yang berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan sifat. Sementara konsep perlakuan logam menjelaskan interaksi antar atom dan perubahan struktur atom yang mengakibatkan perubahan sifatsifat (properties) logam tersebut. Penjelasan konsep-konsep tersebut direpresentasikan dalam gambar, dan teori yang secara umum menggambarkan kejadian yang abstrak karena tidak bisa dilihat dengan mata telanjang akibat kecilnya ukuran atom-atom. Kesulitan memahami konsep yang abstrak, komplek dan dinamis merupakan permasalah dalam pembelajaran material teknik. Data terakhir prosentasi mahasiswa yang mampu menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan struktur atom, perubahan struktur atom, dan interaksi atom yang menyebabkan perubahan-perubahan sifat logam, rata-rata 41,6% sebagaimana terlihat pada tabel 1. Masalah lain, mahasiswa tidak semuanya memiliki buku referensi
M Komaro, dkk., Multimedia Animasi
dikarenakan harganya yang relatif mahal terutama buku teks aslinya yang harganya sekitar Rp.585.000,00. Selain itu juga adanya kendala bahasa yang secara umum tidak menguasai bahasa Inggris pada teks aslinya. Data terakhir, prosestasi Mahasiswa JPTM yang memiliki buku referensi berbahasa indonesia rata-rata 59%, namun masih ada mahasiswa yang belum memiliki buku referensi sebagaimana terlihat pada tabel 2. Data lain hasil penelitian awal yang dilakukan terhadap 32 mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI sebagai calon guru SMK, tingkat kesulitan mata kuliah material teknik pada tiap pokok bahasan bervariasi, yakni; 68,8% mengalami kesulitan pada pokok bahasan diagram fasa, yakni; jenis-jenis serta gambar diagram fasa, perubahan fasa, jenis fasa yang terjadi, prosentase fasa, dan gambar fasa masingmasing dari paduan pada tiap perubahan temperatur dari temperatur cair sampai ke temperatur kamar atau sebaliknya. 25,0% mengalami kesulitan pada pokok bahasan yang berhubungan dengan pergeseran atau
pergerakan atom, dan struktur kristal (18,8% mengalami kesulitan pada bidang geser, yaitu; bidang tempat berbesernya atomatom untuk setiap sel satuan yang berbeda, begitupula aplikasinya pada kehidupan nyata, dan 6,3% mengalami kesulitan pada struktur kristal, yakni; jenis sel satuan berikut karakteristiknya). Sedangkan sisanya 6,3% mengalami kesulitan pada pokok bahasan lainnya. Pada pokok bahasan diagram fasa, mahasiswa mengalami kesulitan paling banyak pada perhitungan fasa-fasa yang terjadi, yakni 59,4%. Dalam hal ini masalah mahasiswa terjadi akibat; tidak suka rumus atau hitungan, dan susah menghapal rumus atau rumus sering tertukar. Sedangkan yang lainnya mengalami kesulitan pada gambar diagram fasa sebesar 21,9%, dan 18,8% mengalami kesulitan dalam hal urutan pengerjaan serta kesulitan lainnya. Hasil studi pendahuluan tersebut menunjukan bahwa mahasiswa yang mengambil mata kuliah material teknik mengalami kesulitan pada materi hitungan
Tabel 1. Data Mahasiswa JPTM yang menguasai materi struktur kristal atom dan karakteristiknya pada kuliah Material Tehnik No. 1 2
No 1 2 3 4
Waktu Ujian
UTS UAS Rata-rata
Persentase mahasiswa yang menguasai materi struktur kristal atom dan karakteristiknya 2008 2009 2010 2011 2012 52 57 63 44 50 24 25 24 42 35 38 41 43,5 43,0 42,5
Tabel 2. Data Mahasiswa JPTM yang memiliki buku referensi utama pada mata kuliah Material tehnik. Buku Referensi
Material Science and Engineering, an Introduction Principles of Material Scioence Engineering Mechanical Metallurgy Ilmu dan Teknologi Bahan
Bahasa Inggris
Prosentase mahasiswa yang memiliki buku 2008 2009 2010 2011 2012 0 0 0 0 0
Inggris
0
0
0
0
0
Inggris Indonesia
0 48
0 55
0 59
0 58
0 76
149
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 2, Juli 2015
dan pergerakan atom yang abstrak, sehingga berdasarkan permasalahan dan pentingnya mata kuliah di atas sangatlah diperlukan usaha untuk memecahkannya. Diantara usaha untuk memecahkan permasalahan diatas, yaitu diperlukan media pembelajaran yang tidak hanya dalam tataran teoritis, tetapi sebuah media praktis, ekonomis, dan mudah dijangkau (acceessible) yang mampu mengkonlidasikan konsep struktur kristal atom dan konsep mekanisme prubahan sifat-sifat logam. Upaya memenuhi kriteria accessible akan ditempuh dengan manipulasi model teoritis (gambar) menjadi model realistis agar mudah diajarkan (teachable) dalam bentuk multimedia. Berdasarkan hasil penelitan Purnawan (2006), penyebabnya diakibatkan model teoritis berupa simbolsimbol verbal maupun media/alat bantu pembelajaran yang tersedia, tidak cukup representatif untuk dapat menjelaskan konsep suatu sistem secara realistis, sehingga kemungkinan tidak terjangkau (inaccessible) oleh peserta didik yang efeknya kurang menimbulkan pengalaman belajar. Usaha lain yang berhubungan dengan masalah buku teks asli dan kendala bahasa, diperlukan media pembelajarkan berbahasa Indonesia untuk materi yang diperlukan yang diambil dari buku teks aslinya. Berdasarkan uraian di atas berupa harapan-harapan ideal, dan data-data atau fakta-fakta yang belum memenuhi harapan, maka nampak jelas permasalahan yang terjadi pada penelitian ini yang berhubungan mata kuliah Material Teknik, yakni: pertama, belum dikuasainya materi struktur kristal atom dan karakteristiknya, padahal idealnya ini dikuasai secara utuh karena menentukan sifat-sifat material yang berhubungan dengan aplikasi realnya; kedua, tidak dimilikinya buku referensi utama akibat mahal dan berbahasa inggris, padahal materi utama terdapat pada buku sumber tersebut, dan bahasa Inggris sangat diperlukan pada era global ini karena secara umum sumber pengetahuan berbahasa Inggris; 150
ketiga, masih banyak mahasiswa kesulitan memahami materi diagram fasa karena tidak suka hitungan dan tidak menghafal rumus, padahal materi ini memerlukan hitungan untuk menyelesaikannya. Berdasarkan kenyataan di atas, agar calon guru dapat menguasai materi mata kuliah material teknik yang dianggapnya sulit, perlu dilakukan upaya perbaikan perkuliahannya yang tidak lagi susah, walaupun tidak langsung bisa dipahami, namun setidaknya tidak membosankan jika diulang-ulang atau dipelajari sendiri sehingga akhirnya bisa dikuasai. Salah satu teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk maksud ini sebagaimana dikemukakan oleh Widodo (2010) yakni teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dengan pertimbangan bahwa saat ini secara umum mahasiswa bisa mengakses dengan mudah terhadap komputer untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran atau perkuliahan. Diantara alternatif pemanfaatannya adalah dalam bentuk e-learning, realitas virtual, dan multimedia interaktif (MMI). Penelitian e-learning telah dilakukan, dimana media pembelajaran e-learning berbasis browser training dengan menggunakan program content management system (CMS) JOOMLA telah teruji dengan hasil baik ketika digunakan pada pembelajaran mata diklat pemeliharaan/ servis transmisi manual dan komponen di SMK (Prabowo dkk., 2009). Pembelajaran e-learning berbasis browser training terbukti efektif dalam meningkatkan prestasi belajar di SMK (Bisri dkk., 2009). E-learning berbasis Web tidak hanya meningkatkan efisiensi belajar tetapi juga menginspirasi siswa pada interes yang kuat dalam belajar (Huang dkk., 2011). Penelitian tentang pemanfaatan multimedia interaktif (MMI) telah terbukti mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. MMI terbukti meningkatkan keterampilan generik sains dan pemecahan masalah calon guru SMK (Widodo, 2010), meningkatkan
M Komaro, dkk., Multimedia Animasi
kemampuan membaca gambar proyeksi siswa SMK (Anam dkk., 2009), dapat meningkatkan hasil belajar kompetensi perakitan dan pemasangan sistem rem siswa SMK (Harsono dkk., 2009). Multimedia animasi material teknik telah dibuat oleh Callister namun animasinya masih terbatas pada: 1) struktur kristal berupa bentuk-bentuk sel satuan, namun belum memuat karakteristik tiap sel satuan yang justru menentukan sifat mekanik material; 2) bidang serta arah kristal, namun belum memuat bidang geser kristal yang justru menentukan mudah tidaknya material dibentuk, atau menentukan lunak dan kerasnya material. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep bidang geser atom penentu sifat mekanik material pada mata kuliah material teknik dengan mengimplementasikan multimedia animasi bagi mahasiswa calon guru SMK program keahlian mesin produksi. Metode Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Rancangan penelitian eksperimen semu yang digunakan adalah dengan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design. Hal ini dikarenakan subjek yang dijadikan penelitian adalah manusia yang kompleks dan sulit mengontrol faktor internal atau eksternalnya yang dapat mempengaruhi variabel. Karena alasan itu maka metode ini dianggap memiliki kemantapan untuk memberikan perkiraan informasi yang diperoleh dengan tepat dan mendekati penelitian eksperimen sungguhan yang syarat-syaratnya sulit dipenuhi pada penelitian pendidikan. Eksperimen yang dilakukan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen menggunakan multimedia animasi dan kelas kontrol menggunakan media gambar. Dalam desain penelitian ini, terdapat dua kelompok yang terdiri
dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pola desain pada penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut . Tabel 3. Nonequivalent Control Group Design Group Eksperimen Kontrol
Pre-test TE1 TK1
Treatment X Y
Post-test TE2 TK2
Keterangan : TE1/TK1 = Tes awal yang diberikan pada mahasiswa. X = Pembelajaran dengan menggunakan E-MMA. Y = Pembelajaran dengan pemakaian Gambar dan Handout. TE2/TK2 = Tes akhir yang diberikan pada mahasiswa.
Uji perbedaan dua rerata dari dua sampel dilakukan untuk mengetahui apakah antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terdapat perbedaan N-Gain (gain temormalisasi) menurut Hake (dalam Widodo, 2010 ),yakni:
Pada penelitian ini dilakukan pula analisis deskriptif N-Gain dengan menggunakan kriteria N-Gain menurut Hake (dalam Widodo, 2010), yakni: 1) Peningkatan dengan “gain-tinggi”, jika ( > 0,7; 2) Peningkatan dengan “gain-sedang”, jika 0,7 > ( ) > 0,3; dan 3) Peningkatan dengan “gainrendah”, jika ) < 0,3. Hasil dan Pembahasan Data pre test dan post test pada kelas kontrol dan eksperimen digunakan untuk menghitung nilai N-Gain yang merupakan peningkatan kemampuan mahasiswa. Nilai N-Gain ini disajikan pada pada Tabel 4.
151
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 2, Juli 2015
Tabel 4. Hasil perhitungan pre test, post test, dan N-Gain Penguasaan Konsep Bidang Geser Atom Data
Pre Test
Post Test
N-Gain (%)
Skor
Tertinggi Terendah Rata-rata Tertinggi Terendah Rata-rata Tertinggi Terendah Rata-rata
Kelas Kontrol Eksperimen 50,00 45,00 15,00 5,00 26,94 23,25 60,00 85,00 25,00 55,00 38,23 71,88 38,46 77,78 6,67 38,46 15,52 62,82
Pengolahan data bidang geser atom ditampilkan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 1.
Gambar 1. Grafik hasil perhitungan pre test, post test, dan N-Gain penguasaan konsep bidang geser atom.
Hasil perhitungan untuk Penguasaan konsep struktur kristal atom kelas kontrol yang dinyatakan dalam katagori nilai keberhasilan mahasiswa berdasarkan pedoman akademik (UPI, 2014), dengan hasil perhitungan data untuk penguasaan konsep Bidang Geser atom kelas kontrol, diperoleh hasil sebagai berikut: (a) skor pretest: 15,00 untuk skor minimal, 50,00 untuk skor maksimal, dan 26,94 untuk rata-ratanya, yang kesemuanya berada pada kemampuan awal dengan katagori nilai 152
belum lulus; (b) skor postest: 25,00 untuk skor minimal yang berada pada katagori nilai belum lulus. 60,00 untuk skor maksimal yang berada pada katagori nilai cukup/C, dan 38,23 untuk rata-ratanya yang berada pada kemampuan dengan katagori nilai belum lulus; (c) persentase N-gain: 6,67 untuk skor minimal yang berada pada katagori rendah, 38,46 untuk skor maksimal yang berada pada katagori sedang, dan 15,52 untuk rataratanya yang berada pada katagori rendah. Sementara itu, untuk kelas eksperimen, diperoleh hasil sebagai berikut: (a) skor pretest: 5,00 untuk skor minimal, 45,00 untuk skor maksimal, dan 23,25 untuk rata-ratanya, yang kesemuanya berada pada kemampuan awal dengan katagori nilai belum lulus. (b) skor postest: 55,00 untuk skor minimal yang berada pada katagori nilai kurang/D, 85,00 untuk skor maksimal yang berada pada katagori nilai hampir istimewa/A-, dan 71,78 untuk rata-ratanya yang berada pada katagori nilai cukup baik/B-.. (c) persentase N-gain: 38,46 untuk skor minimal yang berada pada katagori sedang, 77,78 untuk skor maksimal yang berada pada katagori tinggi, dan 62,82 untuk rata-ratanya yang berada pada katagori sedang. Peningkatan penguasaan konsep materi bidang geser atom dengan menggunakan MMA mencapai rata-rata 62,82% atau mencapai katagori sedang. Hal ini lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan penguasaan konsep dengan menggunakan media gambar yang peningkatannya mencapai rata-rata 15,52% atau mencapai katagori rendah. Dengan demikian, MMA struktur kristal atom terbukti meningkatkan penguasaan konsep struktur kristal atom sampai tingkatan atau katagori sedang. MMA pada materi bidang geser atom bisa menggambarkan kondisi atom yang tidak terjangkau mata dan pikiran peserta didik menjadi terlihat nyata, sehingga memberikan pengalaman belajar yang kongkrit, dan tidak lagi abstrak. Gambar nyata dalam pembelajaran akan
M Komaro, dkk., Multimedia Animasi
memberikan dampak hasil yang jauh lebih baik. “Sebuah gambar bernilai lebih dari seribu kata”, mengacu pada kesan bahwa konsep yang kompleks dapat disampaikan dengan hanya satu gambar (Nazir 2012). Dampak dari pengalaman belajar tersebut di atas terbukti meningkatkan penguasaan konsep lebih baik sampai katagori tinggi. Hal ini sesuai dengan tingginya hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran sebagaimana dikemukakan oleh Munadi (2013) yang menyatakan bahwa media yang berupa gambar hidup atau animasi memiliki hubungan tinggi terhadap belajar konsep. Lebih spesifik, penggunaan multimedia animasi pada penelitian ini bisa meningkatkan penguasaan konsep Material Teknik, dan hal ini sesuai dengan apa yang dikemukan oleh Falvo (2008) bahwa Animasi dari struktur dan proses dapat membantu guru menyampaikan konsep-konsep ilmiah yang penting. Hasil utama pendidikan adalah belajar konsep, karena konsep merupakan batu pondasi atau pembangun berpikir. Konsep merupakan dasar untuk proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui aturanaturan yang relevan , dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya (Dahar 2011). Konsep itu sendiri dikemukakan oleh Dahar (2011) sebagai suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Pengelompokan konsep dibedakan oleh Dahar (2011 ) dalam tujuh dimensi, yaitu: 1. Atribut. Setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda. Contoh-contoh konsep harus mempunyai atribut-atribut relevan, termasuk juga mempunyai atribut-atribut yang tidak relevan. 2. Struktur. Struktur menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atributatribut itu. Ada tiga macam struktur yang dikenal yaitu; :62
1) Konsep konjunktif adalah konsepkonsep di mana terdapat dua atau lebih sifat-sifat sehingga dapat memenuhi syarat. 2) Konsep disjunktif adalah dimana satu dari dua atau lebih sifat-sifat harus ada. 3) Konsep relasional adalah konsep yang menyatakan hubungan tertentu antara atribut-atribut konsep. 3. Keabstrakan. Konsep-konsep dapat dilihat dan kongkret, atau konsep-konsep itu terdiri dari konsep-konsep lain seperti konsep keabstrakan. 4. Keinklusifan. Ini ditunjukan pada jumlah contoh-contoh yang terlibat dalam konsep itu. 5. Generalisasi atau keumuman. Bila dikelompokkan, konsep-konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat dan subordinatnya. 6. Ketepatan. Ketepatan suatu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan untuk membedakan contoh dengan selain contoh dari suatu konsep. 7. Kekuatan. Kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting. Berdasarkan uraian, dan hasil penelitian di atas, penggunaan multi media animasi bisa meningkatkan penguasaan konsep. Hal ini sesuai dengan pendapat Wohl (2010), yang menyatakan bahwa pendidikan berbasis animasi berpengaruh besar memperbaiki kesalahan kognisi, dan pendapat Yarden (2006) yakni animasi sebelumnya terbukti dapat meningkatkan pemahaman dan meningkatkan pembelajaran. Hasil yang lebih baik ini dijelaskan juga oleh Munadi (2013) bahwa hubungan antara media yang berupa gambar hidup atau animasi memiliki hubungan yang tinggi terhadap belajar konsep. Hal inipun lebih baik karena tidak hanya membaca dengan capaian 10% tetapi ditingkatkan hingga 60% dengan multimedia (Munir, 2010), yang memadukan teks yang dibaca, suara yang didengar, gambar diam dan bergerak atau animasi yang dilihat. 153
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 2, Juli 2015
Hasil belajar lebih dalam karena adanya ingatan jangka panjang (Long-term Memory) sebagaimana dikemukan oleh Mayer (2008), dan Berk (2009). Kesimpulan dan Saran Multimedia animasi (MMA) dapat meningkatkan penguasaan konsep pada materi bidang geser atom hingga mencapai katagori sedang. Hal ini lebih tinggi dibandingkan dengan dengan menggunakan media gambar, yang peningkatannya mencapai katagori rendah. MMA bersifat Accessible, terjangkau oleh mata dan nalar peserta didik, dan tebukti meningkatkan daya serap materi yang abstrak pada Material Teknik. Hasil belajar dengan MMA juga lebih dalam karena masuk pada ingatan jangka panjang (Long-term Memory). Implikasi dari penelitian ini adalah dampak posistif dalam meningkatkan hasil belajar pada materi yang abstrak dan susah difahami dengan menggunakan multimedia animasi untuk mata kuliah lain yang memiliki karakteristik yang sama. Ucapan Terima Kasih Terima kasih kepada Universitas Pendidikan Indonesia dan Direktorat Pendidikan Tinggi yang telah mendukung pembiayaan penelitian melalui skim hibah inovasi pembelajaran dan hibah bersaing. Daftar Rujukan Anam C. Khumaedi M. dan Basyirun. (2009). Pembelajaran Ceramah dengan Media Animasi untuk Mengingkatkan Kemampuan Siswa Dalam Membaca Gambar Proyeksi, Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, Volume 9, No. 1, Juni 2009: 7 - 13.(1) Berk, R. A. (2009). Multimedia teaching with video clips: TV, movies, YouTube, and mtvU in the college classroom. International Journal of Technology in Teaching and Learning. Volume 5, No.1. Pp. 1–21. Bisri K. Samsudi. dan Supraptono. (2009). 154
Effektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran E-Learning Berbasis Browser Based Training Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Kompetensi Pemeliharaan/Servis Transmisi Manual dan Komponen. Jumal Pendidikan Teknik Mesin, Volume 9, No. 1, Juni 2009: 37 42.(6). Dahar RW. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Falvo, DA. (2008). Animations and simulations for teaching and learning molecular chemistry. International Journal of Technology in Teaching and Learning. Vol. 4, No.1. pp. 68–77. Hadi A. (2014). Dinamika Sistem Institusi Pendidikan di Aceh. Jurnal Ilmiah Peuradeun, JIP-International Multidisciplinary Journal. Vol. 2, No. 3, September 2014. pp. 179-194 Harsono B. Soesanto dan Samsudi. (2009). Perbedaan Hasil Belajar antara Metoda Ceramah Konvensional dengan Ceramah Berbantuan Media Animasi pada Pembelajaran Kompetensi Perakitan dan Pemasangan Sistem Rem. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, Volume 9, No. 2, Desember 2009: 71 - 79.(2). Huang CH. (2011). A Web-based E-learning Platform for Physical Education. Journal of Network, Vol. 6. No. 5. May 2011: 721 - 727. (8). Leksono SM, N Rustaman, S Redjeki . (2013). Kemampuan profesional Guru Biologi dalam Memahami dan Merancang Model pembelajaran Konservasi Biodiversitas di SMA. Cakrawala Pendidikan, November 2013, Th. XXXII, No. 3. pp. 408-419. Manik Tumpal. (2013). Analisis Pengaruh Kemakmuran, ukuran Pemerintah Daerah, Inflasi, Intergovermental revenue dan Kemiskinan Terhadap Pembangunan manusia dan Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 9, Nomor 2, September 2013, pp.107-124 Mayer, R.E. et al., 1999. Maximizing
M Komaro, dkk., Multimedia Animasi
constructivist learning from multimedia communications by minimizing cognitive load. Journal of Educational Psychology, 91(4), pp.638–643. Mayer, R.E. (2008). Applying the science of learning: evidence-based principles for the design of multimedia instruction. The American psychologist, 63(8), pp.760– 769. Munadi Y. (2013). Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Jakarta: Referensi. Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan komunikasi. Bandung: Alfabetha. Nazir M I J, Aftab Haider Rizvi, Ramachandra V Pujeri. (2012). Skill development in Multimedia Based Learning Environment in Higher Education: An Operational Model. International Journal of Information and Communication Technology Research.Volume 2, Number 11. Pp. 820-828. Prabowo RS. Aris Budi. dan Aryadi W. (2009). Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis Broser Training dengan menggunakan software Content Management System JOOLLA pada Mata Diklat Pemeliharaan/ Servis Transmisi Manual dan Manual. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, Volume 9, No. 2, Desember 2009: 107 - 113.(4). Pun M. (2013). The Use of Multimedia Technology in English Language Teaching: A Global Perspective. Crossing the Border: International Journal of Interdisciplinary Studies, Volume 1, Number 1. Pp. 29-38. Purnawan. (2006). Desain Model Komponen Pneumatik untuk Media Pembelajaran Mekanisme Komponen Pneumatik, Jurnal INVOTEC, Volume III, No. 9, Agustus 2006 : 116 – 124. Rosnah Binti Ishak, Muhammad Faizal Bin A Ghani. (2013). Amalan Pembelajaran dalam kalangan Guru Sekolah Berprestasi Tinggi. Jurnal Kurikulum & Pengajaran Asia Pasifik, April 2013, Bil. 1 Isu 2. Pp.
52-60. Saragih AH. (2008). Kompetensi Minimal Seorang Guru dalam Mengajar. Jurnal Tabulasa PPS UNIMED. Vol.5 No.1, Juni 2008. Pp. 23-34. Sarwanto. (2012). Analisis Kemampuan Representasi Mahasiswa Pendidikan sains PPS UNS. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika. jurnal.fkip.uns. ac.id. pp. 16-24. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). (2014). Peraturan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Nomor 4517/ UN40/HK/2014. Tentang Pedomanan Penyelenggaraan Pendidikan UPI Tahun 2014. Bandung: UPI. Widodo W. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran “Mikir” pada Perkuliahan Fisika Dasar untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Pemecahan Masalah Calon Guru SMK Program Keahlian Tata Boga, Disertasi. Sekolah Pascasarjana UPI, tidak diterbitkan. Wohl M. J. A. , Kelly-Lyn Christie, Kimberly Matheson, Hymie Anisman. (2010). Animation-Based Education as a Gambling Prevention Tool: Correcting Erroneous Cognitions and Reducing the Frequency of Exceeding Limits Among Slots Players. Journal of Gambling Studies. September 2010, Volume 26, Issue 3, pp 469-486. Yarden A, dan Yarden H. (2006). Supporting learning of biotechnological methods using interactive and task included Animations. SIG 2 Bi-Annual meeting, “Text and Graphics Comprehension”. 30th of Augst - 1st September 2006. University of Nottingham. (19). ___________. (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kementriann Agama. Diunduh dari: http://www.kemenag.go.id/file/dokumen/ UU2003.pdf. 26 Januari 2015; 13:45.
155