Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 218-226
Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908
MUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS EXPERIENTIAL LEARNING DALAM KONSELING KELOMPOK Heru Mugiarso, Banun Sri Haksasi Universitas Negeri Semarang, IKIP Veteran Semarang E-mail:
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Pendidikan karakter sangat penting untuk diterapkan di sekolah. Beberapa kasus penyimpangan perilaku siswa akhir-akhir ini ditengarai akibat kurang serius dan intensifnya pendidikan karakter di sekolah. Pembelajaran di sekolah terkesan bermuara kepada capaian akademik yang unggul bukannya pribadi yang unggul. Bimbingan dan Konseling sebagai komponen dan pilar pendidikan di sekolah sesungguhnya dapat mengambil peranan dalam pengembangan karakter siswa. Salah satu layanan bimbingan dan konseling yang sarat muatan pendidikan karakter adalah konseling kelompok. Hal ini dikarenakan pada setiap tahapan konseling kelompok penuh dengan muatan pengembangan karakter. Namun demikian, dalam implementasinya harus dipadukan dan berbasis pendekatan experiential learning agar muatan itu menjadi lebih bermakna pada didi klien dalam mengembangkan perilaku yang dikehendaki. Kata Kunci: pendidikan karakter, experiential learning, konseling kelompok
terhadap
PENDAHULUAN Isu
tentang
pentingnya
pendidikan
mengemuka.
mampu
berempati
Apabila
kita
ingin
jujur
,
bahwa
ini
sebenarnya kegagalan ini tidak bisa begitu
sekolah
saja ditumpukan kepada sekolah. Pertama,
berhasil
dalam
berapa proporsi waktu anak di sekolah di
peserta
didik.
banding di luar sekolah? Bukankah anak lebih
Kegagalan itu ditandai oleh munculnya
banyak menghabiskan waktunya di tengah-
berbagai perilaku siswa yang agaknya dinilai
tengah keluarga dan di masyarakat dibanding
semakin menjauh dari norma-norma etika dan
di sekolah? Bahkan secara tegas Ki Hajar
agama. Untuk sekedar memberikan contoh
Dewantoro
misalnya : gejala kekerasan dan agresifitas di
pendidikan itu berlangsung di tri pusat
kalangan siswa (bullying), pergaulan bebas
pendidikan yakni : Keluarga, Sekolah dan
muda-mudi
yang
Masyarakat. Namun demikian, hampir pasti
mencontek
sewaktu
sesungguhnya dianggap
Permasalahan
tidak
terhadap teman dan masih banyak lagi.
karakter bagi siswa di sekolah akhir-akhir ini kembali
guru,
muncul
tidak
mengembangkan
manakala
cukup karakter
kebablasan, ujian
yang
perilaku sudah
dalam
menjadi kebiasaan, sikap kurang hormat
menekankan
berbagai
bahwa
wacana
proses
tentang
kecenderungan munculnya perilaku negatif pada siswa khalayak awam selalu mengaitkan
218
Mugiarso, Haksasi, Muatan Pendidikan Karakter... 219
dengan peran dan tugas sekolah. Menyikapi
Ketika
kita
membicarakan
tentang
hal demikian kita sebagai pendidik mesti
pendidikan di sekolah, ada kecenderungan
berlapang dada dan berpikir positif seraya
melihat dari sisi mutu akademis. Sebagai
introspeksi : jangan-jangan ada sesuatu yang
contoh misalnya : rata-rata nilai UN dijadikan
tidak beres dalam proses pendidikan di
dasar peringkat sekolah. Bahkan lebih jauh
sekolah-sekolah kita?
oleh masyarakat dijadikan sebagai ukuran
Harus diakui bahwa sekolah dewasa ini
favorit atau tidaknya suatu sekolah.
berupaya sedemikian rupa untuk mengejar
Sementara itu kenyataan membuktikan
ketinggalan mutu pendidikan di bandingkan
betapa mutu akademis mudah patah apabila
negara
kualitas
tidak dibarengi dengan terbentuknya karakter
akademis. Artinya, kita niscaya sejajar dengan
yang utuh dan kuat pada diri peserta didik.
bangsa lain kalau sama mutu pendidikannya.
Apa
Parameter ini begitu menjadi obsesi bahkan
berbohong serta berani kepada orang tua dan
dijadikan acuan strategi pendidikan nasional.
guru? Apa untungnya anak berprestasi belajar
PEMBAHASAN
tinggi tetapi takabur, egois dan tidak memiliki
Pendidikan Karakter sebagai Landasan
empati apalagi sifat menolong?
lain
melalui
paradigma
artinya
siswa
cerdas
tetapi
suka
Sejak dari dahulu pembangunan karakter
Untuk membangun pendidikan berbasis
menjadi kebutuhan suatu bangsa. Sejatinya
karakter ada tiga pilar yang hendaknya
pembangunan karakter itu dilakukan di tiga
dijadikan pijakan(Sulhan, 2010 ). Ketiga pilar
pilar pendidikan. Namun demikian, utamanya
itu
sekolah sebagai pendidikan formal hendaknya
Keterpaduan pilar yang ada dapat dilihat pada
menjadikan pembangunan karakter melalui
rumah karakter berikut ini :
pendidikan
Gambar 1 : Rumah dan Pilar Pendidikan Karakter
( selanjutnya
dinamakan :
pendidikan karakter ) sebagai sesuatu misi yang harus dilaksanakan. Banyak kalangan yang mempertanyakan : mengapa harus karakter? Bukankah selama ini sekolahsekolah kita lebih mengedepankan akademis? Mengapa
sekolah
memasuki
ranah
pembangunan karakter anak? Bagaimana strategi dan implementasinya?
memadukan
potensi
dasar
anak.
220 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 218-226
Seperti terlihat pada gambar bangunan
Namun demikian , apabila dijabarkan akan
rumah karakter di atas, ada beberapa landasan
muncul banyak indikator karakteristik. Antara
yang harus dimiliki oleh sebuah sekolah.
lain sebagaimana yang dikemukakan dalam
Landasan paling kuat yang harusnya dipunyai
Konferensi Aspen ( Sulhan, 2010) , sekolah
oleh sekolah adalah : visi, misi dan tujuan.
sebagai
Landasan kedua di atasnya adalah komitmen,
hendaknya mengembangkan kepada peserta
motivasi dan kebersamaan. Sedangkan pilar
didiknya enam poin utama karakter yaitu:
yang digunakan untuk mewujudkan sekolah
1. Trustworthy, meliputi : jujur, menepati
berkarakter adalah : membangun watak,
janji, memiliki loyalitas tinggi, integritas
kepribadian
pribadi ( komitmen, disiplin, selalu ingin
dan
mengembangkan
moral. kecerdasan
Kedua majemuk,
lembaga
pendidikan
formal
berprestasi)
ketiga : kebermaknaan pembelajaran . Agar
2. Menghormati orang lain, meliputi perilaku
ketiga pilar itu tetap pada landasan yang
untuk mementingkan kepentingan umum
kokoh maka diperlukan kontrol, evaluasi dan
di atas kepentingan pribadi, siap dengan
perbaikan yang berkelanjutan
perbedaan, dan tidak merasa diri paling
Hakikat Karakter Peserta Didik
benar.
Menurut
pengertian
karakter sering diartikan
secara
umum,
sebagai sifat-sifat
3. Bertanggung jawab, meliputi : berpikir sebelum
bertindak,
berani
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
mempertanggungjawabkan
membedakan seseorang dari yang lainnya.
perbuatan, dapat memberikan keteladanan,
Ada yang mengartikan bahwa karakter itu
melakukan
tabiat yakni perangai atau perbuatan yang
semangat, dan tidak mudah menyerah,
selalu dilakukan atau menjadi kebiasaan.
pengendalian diri.
hal
yang
segala
terbaik,
rajin,
Karakter juga sering dimaknai sebagai sifat
4. Adil, meliputi : sikap terbuka, tidak
batin manusia yang mempengaruhi segenap
memihak, mau mendengarkan orang lain,
pikiran dan tingkah laku atau kepribadian.
memiliki empati, tidak mau mencari
Berbeda dari temperamen yang merupakan
keuntungan dari kesalahan orang lain.
hasil bawaan , karakter merupakan hasil pendidikan.
5. Cinta
dan
perhatian,
meliputi
:
menunjukkan perilaku kebaikan, hidup
Pada hakikatnya dalam kerangka yang
dengan nilai-nilai kebenaran, mau berbagi
pokok manusia mempunyai dua karakter yang
kebahagiaan, bersedia menolong orang
berlawanan yaitu karakter baik dan buruk.
Mugiarso, Haksasi, Muatan Pendidikan Karakter... 221
lain, tidak egois, tidak kasar, sensitif
Konseling
di sekolah adalah pendekatan
terhadap perasaan orang lain.
belajar dari pengalaman ( experience learning
6. Menjadi Warga masyarakat yang baik,
). Model pendekatan ini sesungguhnya sangat
meliputi : berperilaku sesuai aturan, patuh
klasik namun demikian masih tetap relevan
hukum.
kewenangan
untuk diaplikasikan. Contoh paling aktual
yang lemah, murah hati,
dewasa ini tentang penerapan pendekatan
Menghormati
melindungi
bergotong royong, memelihara lingkungan
tersebut
dan tidak sewenang-wenang.
Menjadi” pada program tayangan Trans TV.
Pendekatan Experiential Learning dalam Pembelajaran Perilaku Ciri khas yang menjadi pembeda antara Bimbingan dan Konseling dengan profesi bantuan lainnya adalah pada paradigma yang dipakai. Paradigma pelayanan Bimbingan dan konseling adalah Psikopaedagogis berbingkai budaya. Makna dari paradigma tersebut sekalipun dalam praktiknya menggunakan disiplin ilmu psikologi pada prinsipnya Bimbingan dan Konseling pendidikan
adalah upaya
(paedagogi).Selaras
dengan
rumusan tentang pendidikan dalam UU tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan adalah mewujudkan “suasana belajar” dan “ proses pembelajaran”, maka tugas seorang konselor atau guru Bimbingan dan konseling adalah menciptakan suasana dalam
layanan
BK
kearah
meaningful
learning dalam proses pembelajaran
yang
efektif.
materi
pada
acara
tayangan
“Jika
Aku
tersebut
pada
umumnya bertujuan agar seseorang selebritis lebih bisa berempati dan peka terhadap kehidupan masyarakat kelas bawah melalui pengalaman
bergaul
sehari-hari
dengan
mereka. Pendekatan Belajar dari Pengalaman ditempuh melalui tahapan sebagai berikut: 1) Penyajian pengalaman, yakni melibatkan individu pada suatu kegiatan dirancang
atau
tidak)
( yang
sehingga
ia
memperoleh pengalaman tertentu. 2) Refleksi atas pengalaman, yakni mengajak individu
untuk
merenungkan
dan
mengungkapkan kembali hasil belajar yang diperoleh
dari
pengalaman
mengikuti
kegiatan. 3) Pembentukan konsep, yakni menemukan makna atau insight dari pengalaman yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan dalam mengikuti kegiatan tersebut.
Dalam dunia pendidikan kita banyak mengenal
Dalam
adalah
berbagai
jenis
pendekatan
pembelajaran. Salah satu yang ingin kita kaitkan dengan pelayanan Bimbingan dan
4) Pengujian konsep, yakni mendiskusikan tentang sejauh mana
konsep yang telah
222 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 218-226
terbentuk itu untuk diterapkan dalam
experiential learning dari teori-teori belajar
kehidupan sehari-hari.
lainnya. Istilah “experiential” di sini untuk
Experiential learning theory (ELT), yang kemudian
menjadi
pembelajaran
dasar
pendekatan
experiential
learning,
membedakan antara teori belajar kognitif yang cenderung menekankan kognisi lebih daripada afektif.
dikembangkan oleh David Kolb sekitar awal
Pendekatan experiential learning adalah
1980-an. Pendekatan ini menekankan pada
suatu pendekatan proses belajar mengajar
sebuah
yang
pendekatan
pembelajaran
yang
holistik dalam proses belajar.
mengaktifkan
pembelajar
untuk
membangun pengetahuan dan keterampilan
Menurut konsep ini belajar adalah proses
melalui pengalamannya secara langsung.
bagaimana pengetahuan diciptakan melalui
Dalam
perubahan bentuk pengalaman. Pengetahuan
menggunakan pengalaman sebagai katalisator
diakibatkan oleh kombinasi pemahaman dan
untuk menolong pembelajar mengembangkan
mentransformasikan pengalaman. Gagasan
kapasitas dan kemampuannya dalam proses
tersebut akhirnya berdampak sangat luas pada
pembelajaran.
perancangan dan pengembangan pendekatan
hal
ini,
experiential
Experiential learning adalah untuk
). Experiential learning adalah proses belajar
pengalaman
mengajar yang menggabungkan pengalaman
mengalami perubahan guna meningkatkan
langsung yang bermakna kepada seseorang
keefektifan dari hasil belajar itu sendiri.
dipandu dengan refleksi dan analisis. Hal ini
Pendekatan ini bertujuan
membuat seseorang fokus untuk aktif dalam
siswa dengan tiga cara, yaitu: 1) mengubah
mengambil
inisiatif,
struktur kognitif siswa; 2) mengubah sikap
tanggung jawab dalam mengambil keputusan.
siswa; dan 3) memperluas keterampilan-
Experiential learning merupakan pendekatan
keterampilan siswa yang telah ada. Ketiga
belajar dari pengalaman yang konkrit, dengan
elemen tersebut saling berhubungan dan
cara bermain, bermain peran, simulasi, dan
memengaruhi
diskusi kelompok. Dimana terjadi kombinasi
terpisah-pisah, karena apabila salah satu
antara mendengar, melihat dan mengalami.
elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya
serta
Dalam experiential learning, pengalaman
sesuatu
tindakan
pembelajaran seumur hidup (lifelong learning
kesempatan
mencapai
learning
berdasarkan
yang secara terus menerus
secara
mempengaruhi
keseluruhan,
tidak
tidak akan efektif.
dalam proses
Experiential learning menunjuk pada
belajar. Penekanan inilah yang membedakan
pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa.
mempunyai
peran sentral
Mugiarso, Haksasi, Muatan Pendidikan Karakter... 223
Kualitas
belajar
experiential
learning
saja
memiliki
kepraktisan
dalam
mencakup: keterlibatan siswa secara personal,
pelaksanaannya, namun juga karena memiliki
berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri dan
keunggulan dan kelebihan yang tidak dimiliki
adanya efek yang membekas pada siswa.
oleh jenis layanan lainnya. Salah satunya
Dalam konteks pelayanan bimbingan dan konseling pendekatan
experiential learning
adalah
strateginya
dinamika
yang
kelompok
diwadahi
menyentuh
oleh secara
memberi kesempatan kepada siswa untuk
komprehensif pada tiga ranah manusia yakni
memutuskan pengalaman apa yang menjadi
kognitif, afektif dan konatif.
fokus mereka, keterampilan-keterampilan apa yang
mereka
ingin
kembangkan,
Secara langsung individu yang berperan
dan
sebagai anggota kelompok belajar berperilaku
bagaimana cara mereka membuat konsep dari
melalui mengalami sendiri. Melalui kelompok
pengalaman yang mereka alami tersebut. Hal
kecil
ini berbeda dengan pendekatan bimbingan
mengembangkan
dan konseling yang bersifat
interpersonal
tradisional di
mereka
beirnteraksi hubungan
dengan
dan multi
sesama.
Dengan
mana siswa menjadi pendengar pasif dan
demikian pada satu sisi mereka belajar dari
hanya konselor yang mengendalikan proses
pengalaman langsung, di sisi lainnya mereka
bimbingan
belajar
tanpa
melibatkan
siswa
seutuhnya.
proses
perilaku
melalui
munculnya faktor terapetik seperti yang
Experiential learning hakikatnya adalah suatu
mengubah
siswa
mengkonstuksi
atau
dikemukakan oleh Yalom (1985). Yalom mengatakan
dalam
terdapat
nilai dari pengalaman langsung. Prosedur
membangkitkan harapan, (2) universalitas (3)
pembelajaran experiential learning menurut
penyampaian informasi , (4) altruisme, (5)
Kolb (1984:42) terdiri dari 4 tahapan, yaitu:
rekapitulasi kelompok keluarga primer, (6)
1) tahapan pengalaman nyata; 2) tahap
pengembangan teknik sosialisasi, (7) perilaku
observasi refleksi; 3) tahap konseptualisasi;
imitatif, (8) pembelajaran interpersonal, (9)
dan 4) tahap implementasi.
kohesivitas kelompok, (10) katarsis, (11)
Muatan Pengembangan Karakter dalam Konseling Kelompok
faktor eksistensial. Setidaknya dari sebelas
Konseling kelompok adalah salah satu
yang
menyumbang
faktor
kelompok
menyusun pengetahuan keterampilan dan
faktor
sebelas
konseling
muncul
terapetik:
tersebut
terjadinya
(1)
ikut proses
layanan bimbingan konseling di sekolah yang
perkembangan nilai karakter pribadi, sosial
mendapat julukan layanan primadona. Ia tidak
dan spiritual pada anggota kelompok.Sebagai
224 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 218-226
contoh, dalam proses kelompok seorang
tahapan yaitu : (1) beginning group, (2) the
anggota belajar tidak saja mengembangkan
transition on a group , (3) the working stage
karakter
on a group dan (4) the transition of a group.
tanggung
keterbukaan,
jawab,
kejujuran
kemandirian, aspek
Pada keempat tahapan konseling kelompok
karakter pribadi namun juga belajar aspek
ini jika dianalisis akan kita temukan bahwa
karakter
,
pada masing-masing tahapan itu mengandung
normatif
pembelajaran dan pengembangan karakter.
sosial
seperti
sebagai
:
menolong
menghormati orang lain, empati, dan sebagainya.
Berikut ini hasil analisis terhadap masing-
Proses terkembangnya karakter anggota
masing tahapan dan muatan pembelajaran dan
kelompok terjadi pada keseluruhan sesi
pendidikan
konseling kelompok. Glading ( 1995 )
kelompok.
karakter
individu anggota
membagi konseling kelompok menjadi empat Tabel 1 : Tahapan Konseling Kelompok dan Jenis Karakter yang dikembangkan Tahapan Konseling Kelompok Pembentukan (beginning group)
Kegiatan dalam Kelompok
Peralihan (the Transition on A Group)
1. Mendengarkan pengarahan konselor sebagai pemimpin kelompok 2. Mempersiapkandiri memasuki kegiatan inti konseling kelompok 1. Mengungkapkan masalah pribadi 2. Mendengarkan anggota lain berbicara 3. Mengemukakan pendapat 4. Mencarikan solusi 5. Berbagi pengalaman 6. Menjaga kebersamaan kelompok 7. Menenggang rasa terhadap sesama anggota 8. Mematuhi norma
Kegiatan (The Work stage on a Group)
Pengakhiran (The Termination of A Group)
1. 2. 3. 4.
Membuka konseling dengan doa Perkenalan Penstrukturan Permainan
1. Merangkum hasil konseling kelompok 2. Menyampaikan kesan dan pesan 3. Evaluasi diri 4. Pengakraban
Aspek Karakter yang Terkembangkan 1. Keimanan dan ketaqwaan 2. Kejujuran dan keterbukaan 3. Komitmen pribadi, ketaatan terhadap norma 4. Percayadiri, konsekuen
1. Respek 2. Tanggung jawab , peka, komitmen
1. Keterbukaan dan kejujuran 2. Respek, sabar, demokratis, empati 3. Percaya diri 4. Altruis 5. kerjasama 6. Solidaritas sosial 7. Pengendalian diri, demokratis, sabar 8. Tanggung jawab, normatif dan kepekaan sosial 1. Kepercayaan diri 2. Mawas diri, kejujuran, keterbukaan 3. Mawas diri, tanggung jawab, kejujuran 4. Silaturahmi
Mugiarso, Haksasi, Muatan Pendidikan Karakter... 225
Dari hasil analisis di atas terlihat bahwa
disebabkan
lemahnya
karakter
individu.
secara tidak langsung muatan pengembangan
Dengan demikian kontribusi bimbingan dan
karakter terkandung dalam setiap proses
konseling sangat dibutuhkan.
konseling kelompok. Ini sejalan dengan
Konseling adalah salah satu layanan
tujuan konseling kelompok bahwa di samping
bimbingan dan konseling yang berfungsi
mengentaskan
terkandung
mengentaskan siswa dari masalahnya. Namun
Hanya saja,
di samping itu juga tidak lepas dari fungsi
masalah
juga
tujuan pengembangan diri.
selama ini para konselor sekolah kadang-
pengembangan,
kadang lupa untuk mengakhiri sesi konseling
langkahnya
dengan upaya refleksi pada tiap-tiap individu
pengembangan karakter individual, sosial dan
dengan menanyakan selama proses konseling
spiritual yang mulia. Lebih efektif lagi jika
berlangsung nilai-nilai karakter apa sajakah
dalam rangka mengefektifkan pendidikan
yang telah mereka pelajari dan terapkan?
karakter, layanan konseling kelompok di
Manfaat apa sajakah yang mereka peroleh
sekolah dipadukan dengan model strategi
dari mengaktualisasikan nilai karakter itu
pembelajaran experiential learning yang di
dalam
dalamnya memuat siklus belajar siswa yang
kelompok?
Bagaimana
komitmen
terbukti
pada
mengandung
muatan
mereka setelah keluar dari kelompok?
mengacu refleksi atas pengalaman.
PENUTUP
Saran Dalam
Kesimpulan Bimbingan dan konseling adalah upaya
setiap
penyelenggaraan
layanan
konseling kelompok, seorang konselor di
pendidikan, oleh karena itu tujuannya tidak
samping mematuhi tahapan
boleh
hendaknya tidak lupa menyisipkan kegiatan
menyimpang
apalagi
bertentangan
dengan pendidikan .Muara segala upaya
refleksi
pendidikan
karakter yang sejatinya terkandung dalam
adalah terbentuknya karakter.
Maka bimbingan dan konseling di sekolah harus
mengarahkan
terbentuknya
karakter
karimah
Ini
).
tujuannya mulia
sejalan
pengembangan
pada
(
dengan
pada akhlakul fungsi
layanannya
sebagai
prosedural ,
peneguhan
pendidikan
layanan konseling kelompok. Perlunya gagasan
riset
konseptual
mendalam tentang
terhadap muatan
pendidikan karakter dalam layanan konseling kelompok
dengan
berbasis
experiential
Persoalannya menjadi sangat urgen pada saat
learning.
sekarang ini problem sosial yang terjadi
DAFTAR RUJUKAN
dalam
Elfindri dan kawan-kawan. 2010. Soft Skills untuk Pendidik. Baduose Media.
masyarakat
kita
lebih
banyak
226 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 218-226
Gladding, S.T. (1995). Group Work: A Counseling Specialty. New Jersey: Englewood Cliffs, Prentice-Hall. Kolb, DA. (1984). Experiential Learning Experience as A The Source of: Learning and Development. New York : Prentice Hall. Najib Sulhan. 2010. Pendidikan Berbasis Karakter. Jepe Press Media Utama : Surabaya. Prayitno dan Manullang, B. 2010.Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa. Medan : Penerbit Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Silberman, Mel. (2014).Handbook Experiential Learning : Strategi Pembelajaran dari Dunia Nyata. ( terj. M . Khozim). Bandung: Nusa Media. Yalom, I.D. (1985). The Theory and Practice of Group Psychotherapy. New York: Basic Book, Inc. Publishers.