Jpaabnm mqw werttyuio opasdfgghjk klzxccvbn nm rtyu uiop pasd dfgh hjklz zxcv vbnm mqw werttyuiop asd dfgh hjklzzxcvbnm mqw werttyuio opassdfgghj klzxxcvb bnm mqw werty yuio sdfgghjkllzxccvb opas nm mqweerty yuiopasdfgh vbnmqw we hjklzxcv TIGA serup pa tap pi TAKmqw SAMA A tyuiop rtyu uiop pasd dfgh hjklz zxcv vbnm wert The e Legendaary G5RV V, W6JJZZ Suburbaan Multiibander , The Misstery Antenna asd dfgh hjklzzxcvdaan W5GI, bnm mqw werttyuio opassdfgghj klzxxcvb bnm mqw werty yuio opassdfgghjkllzxccvb nm mqweerty yuiopasdfgh hjklzxcv vbnmqw we rtyu uiop pasd dfgh hjklzzxcv vbnm mqw werttyuiop asd dfgh hjklzzxcvbnm mqw werttyuio opassdfgghj klzxxcvb bnm mrty yuiopasd dfgh hjklzzxcv vbnm mq [b bam, yb0 0ko] wertyu uiop pasd dfghjjklzxcvb bnm mqw werty yui opaasdffghjk klzxxcvb bnmqweerty yuiopasdfg hjk k lzxccvbn nmq qweertyu uiop pasd dfgh hjklzzxcv vbn mq qwerrtyu uiopasdfghjjklzxxcvb bnm mqw wert
Disuntiing ulang: Mei 2013 3
1/9
G5RV Antenna Antena Multibander ”paling populer” untuk lahan terbatas Nama antena ini merujuk dan 'ngikuti call sign dari penemunya: Louis Varney, G5RV (SK, 28/06‐2000) dari West Sussex, UK ‐ yang untuk pertama kali merelease rancangannya di RSGB Bulletin tahun 1966, dan memperkenalkannya sebagai sebuah 80 – 10m Multiband antenna. Mengulas antena ini, dari awal harus di”cam”kan bahwa Varney merancang‐kembangkan antena ini dari niatan untuk punya antena yang berkinerja optimum di band 20m, yang dia kembangkan dari rancangan center‐fed Zepp 3/2λ di 20m dengan memakai parallel wire sebagai saltran‐nya. Kalau pada antena Zepp panjang feeder line‐nya boleh sebarang (any length), pada G5RV feedernya (bisa dari open wire atau feeder TV 300 ohm) sengaja dipotong sebagai HALF‐WAVE Matching Transformer (atau stub) 1:1 pada band 20m. Rancangan asli G5RV dibuat dengan memakai penyalur transmisi yang seumur‐umur tidak pernah dijumpai di kawasan sini ‐‐ macam twin‐lead 75 ohm, coax 80‐ohm dsb. ‐‐, tetapi sejak diperkenalkannya versi yang memakai coax 50 ohm biasa sebagai feeder line (di majalah Ham Radio 06/77) antena ini jadi populer di mana‐mana.
Bentuk dasar sebuah G5RV seperti yang diulas di majalah Ham Radio edisi bulan Juni 1977 Varney memakai frekwensi 14.150 MHz sebagai design frequency rancangannya, dan mendapatkan ukuran panjang flat‐top sepanjang 102’ (dibulatkan jadi 31 mtr atau 2 x 15.5 mtr) sebagai pembulatan dari hasil perhitungan berdasarkan rumus: LENGTH (ft) = 492(n‐.05)/f (MHz) = (492 x 2.95)/ 14.15 = 102.57 ft (31.27 mtr) dimana n = jumlah kelipatan half‐wave lengths pada design frequency (dalam hal ini = 3) STUB (matching transformer): Seperti disebut duluan, matching section dipotong dengan ukuran ELECTRICAL half‐wave (1/2λ) pada 14 MHz, yang dihitung dengan rumus: L= (150 x VF)/f (MHz), dimana VF adalah velocity factor dari feeder yang dipakai. Velocity factor dari berbagai jenis feeder yang bisa dijumpai di pasaran adalah 0.97 (Open wire), 0.90 (untuk Window type open wire) dan 0.82 (Twinlead TV), sehingga dengan mengaplikasikan rumus di atas untuk design frequency 14.150 MHz didapatkan ukuran masing‐masing 10.36, 9.32 dan 8.5 mtr untuk Open wire, Window line dan Twinlead TV. Ukuran‐ukuran tersebut tentu akan berubah jika dipakai open wire/balanced lines biksen (bikinan sendiri) yang tidak diketahui pasti berapa VF dan impedansinya, walaupun yang disebut belakangan sebenarnya bisa dihitung dengan rumus: Zohm = 276 log (2S/d) dimana Z = impedansi S = jarak antara as konduktor, d = diameter konduktor (S dan d diukur dalam satuan ukur yang sama) Tapi itulah, rasanya bakal ribet karena jarang pembiksen yang punya sigmat yang cukup presisi untuk mengukur diameter kawat serta jarak/spasi antar konduktornya. Karenanya, sebaiknya potong saja open wire biksenan tersebut sepanjang 10 mtr, dan ukuran persisnya dicari saat proses penalaan/tuning. Stub ini langsung di solderkan ke feed point, dan seyogyanya bisa bener‐bener tergantung vertikal paling tidak sepanjang 6 meteran sebelum dibelokkan kemana‐mana (sesuai kondisi setempat) dan di splice (disambung) dengan coaxial feeder‐nya.
<< bam ybØko ‐ TIGA serupa tapi TAK SAMA: G5RV, W6JJZ dan W5GI, hlmn 2/9 >>
Perakitan G5RV dan cara instalasinya sama dengan antena Dipole biasa, hanya saja feed point tidak langsung disambungkan ke coax, tapi disela dulu dengan Matching Stub tadi. Adjustment (kalau perlu) dilakukan di ujung bawah Matching Stub. Mengacu skema potokopian dari majalah Amateur Wireless edisi lawas yang secara estafet didapat dari OM Alriyanto YBØFH … yang mendapatkannya dari OM Syukri YB1HF …, sejak awal 80‐an ybØko selalu memakai (dan menganjurkan) ukuran 2 x 15.50 mtr untuk segmen horizontal (flat‐top), dengan Matching Stub dari 9 mtr feeder TV 300 ohm (selama ini saya sering memakai p/n 15‐1175 dari Radio Shack) sebagai sisi vertikal yang disambung‐serie dengan (paling tidak) 10.50 mtr RG58A/U ke TX (ukuran‐ukuran inilah yang juga disebut pada artikel di majalah Ham Radio edisi 06/77 yang disebut diatas; yang sepertinya tidak terlalu concern untuk berpathokan dengan “harus match di 14.150 Mhz” seperti pada rancangan aslinya). Karena tidak ada trap atau loading coil apapun (untuk membuatnya resonan pada berbagai band selain 20m) di sayap‐sayapnya, segmen horizontal ini secara elektris menjadi bertambah panjang (becomes progressivily longer in electrical length) dengan naiknya frekuensi, yang akan memberikan beberapa kelebihan/advantage karena di samping ada some dB gain over a simple dipole pada band‐band atas sebagai akibat bertambahnya electrical length tersebut, penambahan panjang (yang jadi kelipatan n dari 1/2λ) akan menurunkan radiation atau take–off angle pancarannya, sehingga di band 20m ke atas sinyal akan dipancarkan dengan radiation angle <200, yang cukup ideal untuk DX‐ing. Inilah yang sebenarnya jadi selling point rancangan G5RV kalau dibandingkan dengan antena multiband lain macam Trap Dipole, Antena KUMIS KUCING (Fan Dipole) dll., di mana pada tiap band masing‐masing elemen sekedar bekerja sebagai sebuah dipole biasa. Walaupun SWRnya bakal ‘ngejeplak di 80m, jumlah panjang elemen (horisontal + vertikal) yang dekat‐ dekat ukuran Dipole 1/2λ biasa membuat polar diagram di band ini tidak akan jauh berbeda dengan Dipole 80m biasa ‐‐ tentunya yang dipasang dengan kondisi instalasi yang sama. Di band 40 (+ 30) m antena bekerja sebagai 2x half‐wave in phase atau collinear antenna (dengan F/S Gain teoritis sebesar 1.9 dBd), sedangkan kinerja optimum (seperti diniatkan Varney) bisa didapati di 20m, yakni sebagai 3x halfwave collinear atau extended‐Double‐Zepp yang teoritis menjanjikan Gain sekitar 3 dBd (faktor penguatan 2x lipat ketimbang pancaran dengan dipole biasa). Di band‐band atas lainnya (15m up) pola pancarannya akan sama dengan pola yang dihasilkan sebuah long‐wire antenna (rincian lebih lanjut tentang polar diagram antena kolinear, longwire dsb. bisa dilihat di ARRL Handbook, Antenna Handbook atau literatur tentang antena lainnya). BalUn Banyak pengguna yang menanyakan apakah perlu diselakan BALUN di ujung (atas) coax dan pangkal matching stub. Selama beberapa dekade kontroversi BALUN or NO BALUN ini berkembang, tetapi pengenalan lebih dekat atas karakteristik G5RV (dan Balun‐nya sendiri) akhirnya menyimpulkan: DON'T USE BALUN ON THE G5RV, karena dikhawatirkan balun macam manapun tidak akan bisa menolerir reactance yang cukup tinggi di pangkal matching stub, karena selain di 20m antena ini memang tidak akan resonant di band manapun. Singkat cerita, pada band‐band selain 20m kalau balun dibebani SWR > 2: 1 maka internal losses‐nya akan meningkat, yang bisa menyebabkan core‐nya menjadi jenuh (saturated) dan panas. Disamping hal ini memberi berbagai dampak negatip pada karakteristik sinyal yang melewatinya, seperti berubahnya pola radiasi, timbulnya pancaran harmonisa dll., pada kondisi ekstrim bisa aja menyebabnya terbakar habisnya balun itu sendiri, sehingga terjadi short atau kortsluit yang bisa menyebabkan jebolnya rangkaian final pada transceiver. Menimbang hal‐hal tersebut, untuk men”jinak” kan SWR yang cenderung tinggi, dari awal memang harus di siapkan ATU/Antenna Tuning Unit yang dapat melayani load dan reactance yang saling berbeda pada tiap band. Kalau tidak ada ATU “lepasan” (sebagai unit terpisah), automatic ATU yang built‐in pada transceiver generasi sekarang biasanya cukup “aman” untuk dipakai dengan G5RV.
MODIFIKASI Sejak Varney memperkenalkan hasil eksperimennya di RSGB Bulletin thn. 1966, boleh dibilang perlu waktu 20 tahunan bagi G5RV untuk mendapatkan kepopuleran yang mendunia sebagai antena pertama yang terpikir untuk dinaikin amatir bermodal pas‐pasan yang ‘pingin bekerja Multiband, dan dirujuk serta diulas hampir di semua literatur tentang antena di lingkungan amatir. Sepanjang kurun waktu tersebut berbagai modifikasi telah dilakukan untuk memperbaiki kinerjanya, terutama untuk bisa menekan SWR tinggi di band selain 20m: 1. G5RV sendiri (di majalah Radio Communication, 06/84) menganjurkan untuk memakai 25.6 mtr (84') open wire, langsung dari terminal keluaran/output ATU sampai ke feed point untuk memudahkan penalaan (sebagai tuned feeder) di semua band.
<< bam ybØko ‐ TIGA serupa tapi TAK SAMA: G5RV, W6JJZ dan W5GI, hlmn 3/9 >>
2. Bill, GØFAH (di QST 06/95) dengan flat‐top sepanjang 2x 14.32 mtr (total 28.65 mtr) dan 12.5 mtr open wire stub + RG58A/U any length berhasil menekan SWR 2.4 : 1 di 40 dan 10m, 2 : 1 di 17m, 1.5 : 1 di 20 dan 12m, walaupun di 80m tetap tidak bisa kurang dari 7.6 : 1 (sehingga bagaimanapun tidak bisa dioperasikan tanpa ATU). 3. ZS6BKW (di majalah Ham Radio, 03/96) memendekkan lagi elemen flat‐top jadi 2x 13,75 mtr (total 27.5 mtr) dengan open wire 12.2 mtr atau 2x 14.5 mtr (total 28.1 mtr) dengan 11.2 mtr TV feeder sebagai stub, baru disambungkan dengan RG58A/U panjang sebarang. Menurutnya, penunjukan SWR yang lebih baik bisa didapat di 40m dan sebagian 10m, walaupun di 80 dan 15m SWR tetap melonjak > 10 : 1. 4. Di mailist QRP‐L (tgl. 22/10‐2002) Glenn, WA4AOS memperkenalkan modifikasi sbb.: 4.1. Feedpoint diposisikan paling tidak 13 mtr DPT/dari permukaan tanah. 4.2. Flat‐top (segmen horizontal) dan matching stub (+ coax) dibentangkan pada satu bidang horizontal sehingga membentuk sudut 1200 antar segmen dengan feedpoint sebagai titik pusat. Glenn menggunakan ketiga kaki element (2 segmen horizontal + sisi vertikal) tersebut sebagai guy wires bagi tiang yang 13 mtr tadi, atau – kalau takut solderan pada copot kalau elemen‐elemen tersebut sepenuhnya difungsi‐kan sebagai guy wire – bisa dipakai non‐conductive material (senar pancing, bungee cord, tambang plastik dsb.) sebagai guy wire, kemudian tambatkan/tempelkan (dengan lakban, tie‐wrapper atau cable ties) ketiga elemen pada guy wires tsb. 4.3. Ujung bawah ketiga “guy‐wires” diikat atau ditarik ke tiang dengan ketinggian sekitar 6 meteran (sehingga sepintas kelihatan seperti Inverted Vee dengan tiga kaki). Pada sisi vertikal (stub) ketinggian ini diukur pada titik sambung (splicing point) antara stub dengan kabel coax. 4.4. Coaxial feeder dipotong dengan ukuran yang non‐resonant pada band manapun (walaupun kelihatan sepele, Glenn percaya hal ini bisa meningkatkan kinerja G5RV), dengan ukuran 10.50 mtr sebagai titik awal. Kalau perlu lebih panjang, bisa diambil angka perkalian berikutnya, misalnya 21 mtr. Kalau ini lantas jadi kepanjangan, sebelum disambungkan ke matching stub bagian yang berlebih tersebut bisa digulung saja dengan diameter gulungan +/‐ 30 cm. Kalau bisa mendapetkan toroid beads yang inner diameternya deket‐deket diameter kabel coax, sisipkan barang 4‐6 buah di ujung dekat splicing point dengan stub. Gulungan atau selongsong toroid ini akan berfungsi sebagai choke balun, SATU‐SATUnya jenis balun yang direkomendasikan pada instalasi G5RV. [I see performance that rivals an 80m Dipole. On 40m the other station will be as much as an S unit higher (over a 40m full size dipole) for close in and DX. On 20m … WOW …. It’s 2 S units over a 20m dipole anywhere I have used it. On 15 and 10 meters are also an S to 2 units above comparable Dipoles. In my opinion, this is the perfect antenna for someone who just wants one antenna. Apparently the combination of non resonant coax length, 300 ohm feed line, toroid beads, height, and spacing of the 3 segments of the G5RV makes a significant improvement in the efficiency of this antenna. I can say that from an imperial approach to antenna configuration this arrangement works very well and to the point that I was VERY IMPRESSED ‐ Glenn, WA4AOS]
5. Di tempat lain, Stuart K5KVH menawarkan alternatip instalasi yang lebih sederhana bagi modifikasian Glenn, WA4AOS yang disebut duluan. Alih‐alih menaruh ketiga kaki elemen dengan sudut 1200 antar kaki (‘nggak kebayanglah bagaimana ribetnya kalau mesti sendirian ‘ngerjakan yang beginian), Stu menaikkan ketiga kaki JUGA pada bidang horizontal, tetapi dengan kaki stub TEGAK LURUS terhadap segmen flat‐top (lihat gambar berikut), dan dengan bangga meng claim: …. One of the best DX antennas I have ever had (tapi dia tidak menyebut di band mana …). Stu mengambil ukuran yang mirip ukuran pada versi ZS6BKW tersebut diatas, dengan 12.2 mtr 450 ohm open wire sebagai matching stub. Menjawab pertanyaan ybØko yang meminta konfirmasinya bahwa “itung‐itungan” yang mengkonversikan ukuran‐ukuran dalam satuan foot dan inches ke satuan metrik serta beberapa points tentang instalasinya Stu menjawab sbb.: [Hi Bam, no problem with the metric dimensions! Yes, the K5KVH is identical (with G5RV), but (during installation) the doublet wire (flat top) and matching stub (450 ohm ladder line in mine) describes a letter "T" if you look down on it from an airplane. Thus,that is what I meant by the dipole and the feeder being in same reference plane,they are all horizontal above earth at same elevation.
Stuart, K5KDV’s style of G5RV (Tampak atas, drawing NOT to scale) The parallel feeder ties off in a tree, then the coax leads 65 feet to the shack, using RG 8x.
<< bam ybØko ‐ TIGA serupa tapi TAK SAMA: G5RV, W6JJZ dan W5GI, hlmn 4/9 >>
The pattern was about as omnidirectional as it would be if the wire was altered to 1200 spacing to the feeder … the way Glenn, WA4AOS did [bam] …, I think. Contrary to most of G5RV users believe, there is no requirement that the first section of feeder be vertical from center of the antenna! When I realized that, I could put it up on the short trees I had. The wire dimensions of doublet part are 92 ft over all, fed in center. The ladder line is 40 ft. and the coax is whatever is needed to go to shack. (IF using 300 ohm line, the flat top becomes 90 ft as I recall, the 300 ohm twin lead 32 (34?) feet. Sorry I do not have the metric conversions at hand, but it follows exactly the paper by ZS6BKW as quoted in "CQ" (and later in his Antenna book by Bill Orr, W6SAI). My invention was putting the parallel feeder and antenna wire all horizontal for ease of use of short supports. One example of its utility was on 20m where from my QTH in central TX (Texas) I was in round table with VK, ZL, a KL7 and a CE station (in Chile), all at same time and was only one to hear all with S9 signals, and they could hear me that well also. The antenna played super well for DX on 40m to such as Norfolk Island (SSB at 100 watts or less), and was low in SWR except on 15m (was 3:1 with poorer pattern into Pacific rim – most likely caused by lobing). It is a good antenna, and was found better with my final modification (by installing a 15m dipole, run off same feeder, and supported off the longer doublet). Mine worked all that DX at only average height of 15 to 20 feet! Was not in the peak of sunspot cycle either, with max. power of 100 watts SSB. [Stuart K5KVH] ■
<< bam ybØko ‐ TIGA serupa tapi TAK SAMA: G5RV, W6JJZ dan W5GI, hlmn 5/9 >>
W6JJZ’s “the Suburban Multibander” Antenna Kalau sudah tergantung diatas sono, dilihat sepintas Suburban Multibander rancangan Charles A Lofgren, W6JJZ ini mirip banget sama antena G5RV modifikasian ZS6BKW di atas; namun kalau diamati cara kerjanya, baru terlihat bahwa pendekatan Lofgren berbeda dengan Varney, karena W6JJZ memilih frequency di band 40m (dibanding G5RV yang memilih band 20m) sebagai design frequency antena rancangannya. Perbedaan lain adalah kalau pada G5RV panjang flat top TIDAK perlu dirubah kalau sisi vertikalnya – yang sama‐sama berfungsi sebagai Matching stub ‐‐ diganti dari feeder TV ke open wire atau sebaliknya, seperti juga pada modifikasian ZS6BKW Lofgren justru mengsyaratkan perubahan ukuran flat top tersebut kalau bahan pembuatan sisi vertikal‐nya diganti. Sama‐sama bisa bekerja dari 80‐10m, pendekatan Lofgren yang memilih 40m sebagai design frequency justru akan lebih pas untuk amatir di YB‐land, karena jarang (atau bahkan ‘nggak ada) amatir sini (biarpun sudah tingkat Penegak) yang menjadikan band 20m sebagai band utama, karena begitu lulus ujian dan dapat IAR yang kepikir untuk dijajal duluan adalah bekerja di 40m (untuk lokal‐lokalan, disamping di 80m) dan 15m untuk ‘ngeDX. Dengan mengambil 7.055 MHz sebagai design frequency, di ybØko W6JJZ dibuat dengan bentangan flat top 2x 12,44 mtr dengan TV Feeder (p/n 15‐1175 dari Radio Shack) sepanjang 11.34 mtr sebagai sisi vertikal (di literatur disebutkan flat top sepanjang 2 x 13.30 mtr dengan sisi vertikal dari OPEN WIRE sepanjang 12.74 mtr (lihat rumus perhitungan di gambar berikut) L HOR = 180/f; LVERT = 80/f, (dengan feeder TV 300 ohm sebagai stub) L HOR = 192/f; LVERT = 90.47/f (dengan OPEN WIRE feeder sebagai stub) dimana L HOR = panjang segmen flat‐top dalam meter, LVERT = panjang matching stub dalam meter, f = frekwensi di band 40m.
Pada kedua rumus, dalam menghitung sisi tegak/matching stub (LVERT) Velocity Factor untuk masing‐ masing jenis feeder line SUDAH diperhitungkan. JANGAN lupa untuk mengurangi sekitar 2 ‐ 3% dari ukuran hasil perhitungan rumus kalau memakai kabel berisolasi (ingat capacitive effect dari salut plastik pada kabel) sebagai segmen flat‐top. Kalau punya tuner dengan balanced output (seperti Z‐matcher), feeder line bisa langsung dihubungkan ke situ, tetapi kalau lebih demen pakai coax maka coax tersebut dikonèk di pangkal stub (seperti pada G5RV) baru masuk ke tuner atau LANGSUNG KE TX. Dari sisi footprint, terlihat bahwa W6JJZ lebih hemat lahan ketimbang G5RV. Kelebihan lain adalah posisi feedpoint yang lebih tinggi (karena elemen vertikal yang lebih panjang) akan membuat take‐off angle W6JJZ sedikit lebih rendah dari rancangan pesaingnya. Disini kelebihan W6JJZ ketimbang G5RV – kalau dibuat dengan pas dan ditala dengan baik dan benar, di 40 dan 20m W6JJZ bisa langsung dipakai TANPA tuner karena SWR di kedua band ini bisa di bawah 1,3 : 1 (di ybØko penunjukan SWR di 40m bisa ditekan sampai ketemu 1:1, dan dengan setting seperti itu di 20m ‐‐ from edge‐to‐edge (dari pojok bawah segmen untuk mode CW sampai pojok atas phone segment yang sepanjang 350 KHz ‐‐ penunjukan SWR “jatuh”nya bisa ‘nggak lebih dari 1.4 : 1. Di 80, 15 dan 10m SWR memang bisa ‘nglunjak tinggi, makanya dianjurkan untuk menyisipkan Choke Balun di titik sambung feeder line dengan coax, supaya ‘nggak terjadi kebocoran RF lewat dinding luar outer braid (=imbalance current atau I4) sepanjang coax ini. Catatan: Tidak seperti dengan G5RV yang pernah menemani ybØko selama belasan tahun (sewaktu masih di Jakarta, dari tahun 80an sampai kepindahan ke Bogor di tahun 1999), tak banyak yang bisa di ulas tentang W6JJZ – yang paling banter hanya 2 ‐ 3 tahun dipakai sebagai antena pertama yang dinaikin di QTH di Bogor. Sekedar informasi, untuk versi dengan Twinlead TV sebagai feeder line Lofgren sendiri baru menguthak‐ athiknya dengan simulasi di komputer, dan BELUM pernah mempraktekkan untuk membuatnya sendiri. Sebaliknya, ybØko justru membuatnya dulu dengan mengacu ke rumus yang diberikan Lofgren, dan sesudah yakin berhasil baru me”lapor”kan hasilnya lewat pertukaran surel japri‐to‐japri dengan W6JJZ pribadi ... ■
<< bam ybØko ‐ TIGA serupa tapi TAK SAMA: G5RV, W6JJZ dan W5GI, hlmn 6/9 >>
W5GI – the Mistery Antenna Seperti juga G5RV dan W6JJZ yang menggunakan callsign penemunya sebagai nama, demikian juga rancangan antena multibander paling anyar (ketimbang kedua antena yang disebut duluan) ini. Pantas dibilang “paling anyar”, karena baru diwedar John P Basiloto W5GI ‐ penemunya ‐ di majalah CQ edisi July 2003. Footprint dan tongkrongannya ‘nggak jauh beda dengan G5RV (sama‐sama memakai 1/2λ matching stub), dan juga sama‐sama menjadikan frequency di band 20m sebagai design frequency. Walaupun pada band ini sama‐sama merupakan 3x half wave collinear antenna, perbedaan utama adalah Varney mengharapkan rancangannya menghasilkan pola pancar (radiation pattern) berbentuk 4‐lobes dengan Gain yang merata di 20m, sedangkan Basiloto lebih menginginkan sebuah broadside array dengan 6‐lobes radiation pattern. Untuk mendapatkan karakter pancaran tersebut W5GI menggunakan potongan coaxial kabel sebagai pembalik fasa pada masing‐masing sayap (pada G5RV satu sayap berbeda fasa dengan yang satunya), sehingga secara diagram, tongkrongan W5GI adalah sbb.:
Satu sayap terdiri dari 3 segmen, masing‐masing segmen A = B dari kawat atau kabel biasa sepanjang 1/4λ pada design frequency di 20m (+/‐ 5mtr), sedangkan segmen yang di tengah dibuat dari coax RG‐58 yang dipotong SAMA PANJANG dengan segmen A dan B (TANPA memperhitungkan VF/Velocity Factor). Berikut adalah detail satu sayap dari W5GI:
Perhatikan bahwa hanya satu ujung outer braid dari coax (ujung ke arah luar) yang dishort/dikonèk ke titik sambung antara inner conductor dengan segmen B. Untuk mereka yang mau cepet‐cepetan bikin sendiri, Basiloto menganjurkan untuk membuat sebuah dipole 20m biasa saja dulu (ukuran satu sayap bisa dihitung dengan rumus L = 71.3/f), yang langsung difeed dengan coax feeder dan ditala untuk bisa resonan pada design frequency. Untuk matching stub‐nya W5GI menggunakan 300 ohm window‐type TV feeder dengan VF/velocity factor 0.91 (yang susah didapat di sini), tetapi dia juga bilang bahwa any parallel balanced wire bisa dipakai. Kalau tidak ketahuan berapa VF‐nya (seperti pada open wire biksen) tentunya ukuran yang pas mesti dicari dengan cara trial & error. Langkah berikut adalah selakan TV feeder atau balanced line di antara feedpoint dan coax, kemudian coba cek apakah penunjukan SWR tidak berubah – atau kalau perlu adjust kembali ukuran matching stub sampai ditemukan SWR yang terbaik. Sesudah didapat ukuran yang pas untuk sayap‐sayap atau segmen flat‐topnya (yang merupakan segmen A), tinggal jiplak saja ukuran tersebut untuk memotong coax dan segmen B. Seperti Varney G5RV, untuk instalasinya Besoloto juga menganjurkan ketinggian feedpoint sekitar 8 mtr (25 feet) sebagai ketinggian minimal waktu penalaan pertama (lihat comment ybØko tentang ketinggian feedpoint ini di lembar Rangkum Sari di halaman 9/9). Kinerja Pada prototype‐nya, Basiloto yang ‘ngebahan antenanya dari kawat #14 (1.6 mm) mendapatkan pola SWR sbb.: 80m 40m 20m 15m 10m 6m
1: 1.5‐3.5 (500 KHz) sekitar 1: 1.9 sekitar 1: 1.5 1: <3 1: 1.8 (di 28.35 MHz) 1: 1.2 – 2.3 (2.5 MHz)
<< bam ybØko ‐ TIGA serupa tapi TAK SAMA: G5RV, W6JJZ dan W5GI, hlmn 7/9 >>
Di WARC‐band pun (kecuali di 30m, di mana SWR bisa melonjak sampai 1: >5) penunjukkan SWR bisa 1: <1.9. Bandingkan dengan pada G5RV, di band‐band yang disebut di atas ‐‐ kecuali di 20m ‐‐ tanpa ATU penunjukan SWR susah untuk diturunkan di bawah 1: >7. The Mistery Antenna Tertarik hasil uji‐coba G5WI dengan prototypenya, Dean W9ZLS menempa sekitar selusin duplikat dengan menggunakan bahan yang berbeda‐beda untuk elemen dan stub‐nya. Semua rekan yang mencoba untuk menggunakan berbagai versi W5GI tersebut selama beberapa waktu juga mengkonfirmasikan kinerja yang setara atau tidak jauh berbeda dari versi aslinya. Rod, WA9GQT yang QRP‐er menjajalnya di topband (160m) sebagai sebuah top‐loaded Marconi, dan melaporkan kemampuan receiving yang cukup baik dan lebih hening (less noisy) ketimbang antena 160m lain yang pernah dipakainya. Lho, kalau hasilnya memang begitu menjanjikan, lantas kenapa W5GI menyebut rancangannya sebagai Mistery Antenna? Ini lantaran dia sendiri tidak bisa menerangkan bagaimana dan darimana antena ini bisa bekerja sebagai an excellent performer seperti itu (semula dia kan cuma mengharapkan sebuah G5RV yang di 20m bisa bekerja sebagai sebuah 6‐lobes broadside array seperti disebut di depan). Salah satu akal‐akalan yang orisinil darinya (sesudah ter‐korban‐kan sekian puluh meter coax) adalah tidak seperti biasanya (pada urusan yang berkaitan dengan panjang coax), dalam memotong coax sebagai pembalik fasa tersebut TIDAK perlu diperhitungkan faktor VF‐nya. Setidaknya tiga orang rekan yang mencoba mengsimulasikan antena ini di komputer mereka dengan berbagai parameter yang berbeda (bahan, ketinggian feedpoint, jenis tanah dibawah bentangan antena, dll.) ternyata mendapatkan “bacaan” yang disamping saling berbeda, juga cukup jauh dari hasil uji‐coba nyata dan praktek lapangan yang dilakukan Besoloto, yang menguatkan argumennya bahwa memang ada misteri yang belum bisa terungkapkan dibalik keberhasilannya tersebut. Pengamat per‐antena‐an seperti Claudio Re, I1RFQ dan Jan Gunmar, SMØAQW mencoba mengaitkan temuan W5GI ini dengan rancangan lawas sleeve antennas, yang sudah disebut‐sebut di literatur per‐ antena‐an sejak dekade 40an (a.l. buku Antennas, Transmission Lines and Waveguides dari RWP King cs., besutan tahun 1946), yang diagramnya seperti gambar berikut:
Gambar di atas (diambil dari situs AntenneX) sepintas memang menunjukkan kemiripan dengan W5GI, tetapi tidak didapat penjelasan tentang fungsi coaxial cable yang diselipkan diantara dua segmen dan bagaimana detil penyambungannya. Yang agak mirip justru cara penyambungan coax (sebagai elemen radiator) ke pigtail pada rancangan double bazooka, tapi rasanya ini lebih relevant untuk menerangkan sifat broadband dari rancangan antena (manapun) yang menggunakan potongan coax sebagai elemen (atau bagian dari elemen). So, bagi yang masih ragu untuk ‘ngejajal rancangan misterious ini rasanya lebih baik ya lakukan aja eksperimen anda sambil meresapi anjuran W5GI sendiri di baris‐baris akhir tulisannya: … just enjoy what for many has been a fun project and an excellent performer .. serta komentar dari redaksi CQ: .. the antenna confounds the antenna modelling software, but passes the most important test of all: It works … WELL !!! ■
<< bam ybØko ‐ TIGA serupa tapi TAK SAMA: G5RV, W6JJZ dan W5GI, hlmn 8/9 >>
Rangku um sari Ketiga m macam anten na yang diweedar di depan n, tentunya ssudah melew wati serangkaian masa pe engkajian daan uji‐coba lapangan seebelum secarra resmi dipu ublikasikan d di buletin, majalah ataup pun jurnal yaang beredar di lingkunggan amatir seejagad. Varney, G5RV sudah h ‘nguthak‐athik rancanggannya sejakk tahun‐tahu un 50an (malah ada yang bilang sejaak ofgren, W6JJJZ tahun 1946) sebelum resmi meempublikasikkannya lewaat RSGB Bullletin di tahun 1966. Lo mengem mbangkan Su uburban Mu ultibander‐nyya dari ranccangan T Nicholson dari era pemaancar tabung, dengan mengfokuskan perhatian nnya pada up paya memod difikasi rangkkaian input rrancangan assli supaya bissa mengako omodir outp put pemancaar masa kini (yang unbalaanced dengaan low imped dance) dengan menggan nti feederlin ne dari balan nced open w wire menjadi kabel coax, serta menyelakan matcching stub dii antara ujun ng coax dan n feedpoint, yang kemud dian dipublikasikannya lewat Jurnal/p publikasi ARR RL # 112 di taahun 1989. Di era komunikasi Internet yang y nyaris instant daan realtime, John Bessoloto W5GI yang lebih mengandalkan praktek lapangan, metoda trial t and errror (coba daan coba lagi, sampai ketemu diman na n antar rekaan (Dean W9 9ZLS cs, Rod d WA9GQT) ketimbang itung‐itungaan salahnyaa) serta kerja gropyokan menurutt teori memang memerlukan waktu yang relatip p lebih pendek (bilangan n bulan) sebe elum “beran ni” mempub blikasikan haasil eksperim mennya di maajalah CQ ediisi July 2003.. Lepas dari d itu sem mua, keberhaasilan atau kinerja seb buah antenaa ‐‐‐ sebagu us apapun desainnya ‐‐‐ ‐ bagaimaanapun akan terpulang ju uga pada siko on setempatt dimana antena akan dib bentang. Hubungaan dan komu unikasi antarr tetangga, aadanya kaplin ng yang belu um dibangun n di sebelah aatau belakan ng rumah d dlsb. tentunyya akan berpengaruh pad da instalasi aantena yang bentangannya setara de engan deretaan 4 kaplingg BTN ukuran n sedang yan ng 10 x 20 m m2 itu. Salah satu "aksiomaa" per‐antena‐an HF men nyebutkan: tthe higher iss the better ‐ makin tingggi kian bagu us d point di se ekitar ketingggian free spa ace pada band terrendah, hasilnya. Tapi, kecuaali anda bisaa ‘naruh feed dapatkan dirrectivity (pen ngarahan) di 80 dan 40m m, karena taambah rendaah JANGAN HARAP bakkal bisa mend bah cenderun ng omni direcctional pula arah pancaraannya. posisi feed point (terrhadap free sspace) tamb 0m dimana rata2 amatir anak negri paling pol hanya bisa ‘mbentang antenanya di Jadi, unttuk band 80 ketinggiaan 10 meterran itu ya ‘n nggak usah terlalu t conceern dengan arah a bentanggan antena, karena kalaau untuk co overage (cakkupan) dari Sabang di NAD N (Nangro oe Aceh Darussalaam) d di barat utaara sampai ke k Meraukee di bumi Pandanus cono oideus (buah h merah) di timur sono dari titik manapun di nege eri ini rasanyya dengan a average pow wer sekitar 100 watt‐an ttoh bakal nyampé juga (ttentunya dengan mempertimbangkaan band con ndition, prop pagasi, time o of the day dssb). Walaupu un G5RV, W5GI, K5KVH dll. mengujii coba rancangannya dengan ketingggian sekitar 8 mtr (25 ftt), untuk dii YB‐land (kaarena dekat dengan gariis katulistiwaa ??) pengallaman di ybØ Øko membu uktikan bahw wa dengan ketinggian segitu s hasilnya marginall atau pas‐paasan sekali, sehingga ad da baiknya dicoba ‘ngiku uti Glenn W WA4AOS yangg mengambill ketinggian 13 mtr sebaggai titik awall bereksperim men. [+/‐ 3thn terakhir ini – taarohlah sejak 2 2010 – ybØko o mengèrèk feeedpoint ham mpir semua an ntena yang lagi diujicobanya paada ketinggian 11 mtr, di pucuk “mast//tower” yang dibuat teleskkopis dari pipa PVC dia. 4‐3‐2‐1,5” + potongan jo oran pancingg fiberglass (aslinya 9 mtr, dipotong/dibuang beberaapa seksi di b bagian ujung ssehingga didaapatkan seksi dengan diam meter 1” di ujung aatas]
Kalau memang m pancaran omni‐‐directonal murni m yang dicari (tanp pa memperh hitungkan take‐off anglee), bentanggan pada horrizontal plan ne seperti yaang dijajal WA4AOS W dan n K5KVH kaya’nya pantas dan cuku up menantaang untuk dijajal, karena instalasi model m beginii TIDAK mem merlukan kettinggian yan ng berlebihan, cukup gu unakan tiangg dari bambu u tali atau an ndong yang tingginya rataa‐rata sekitar 7‐8 mtr itu. Terakhirr yang perlu dipertimban ngkan adalah h pemakaian n ATU atau M Matching uniit, yang mem mang SANGA AT dianjurkan untuk meemastikan m maximum tra ansfer enerji RF dari output rig (yangg unbalanced dengan low nce) ke matcching stub, karena padaa ke tiga de esain di atas ukuran elemen meman ng tidak akaan impedan resonan di band manapun (kecu uali pada dessign frequency), sehingga akan didap pat nilai REA ACTANCE yan ng u bawah h matching stub, s yang cuma c bisa dijinakkan d deengan ATU/M Matching un nit cukup tiinggi pada ujung yang sessuai. BTW, deengan beberaapa kelebihannnya seperti dimensi d flat‐top yang lebih pendek, peenalaan yang relatip mudaah untuk meendapatkan penunjukan SW WR awal yang “langsung” re endah, NO ATTU di 40 & 20m … kalau tid dak ada temuaan lain denggan dimensi yang lebih “beersahabat” dan proses penggerjaan yang lebih mudah namun dengaan kinerja yan ng lebih baiik … ybØko akan a selalu lebih merekomendasikan W6JJZ (ketim mbang G5RV dan W5GI) sebagai s anten na mutiband der pertama b bagi rekans yaang berprefix YYC/YE dan YB//YF … ■
73 3 n PSE ENJO OY (!!!), de bam ybØko
A serupa tap pi TAK SAMA: G5RV, W6JJZ dan W5GI, hlmn 9/9 >>> << bam ybØko ‐ TIGA