MOTIVASI IBU BEKERJA DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI PT. DEWHIRST MEN’S WEAR INDONESIA 1
Ade Lestari1 Mira Trisyani1 Restuning Widiasih1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran
ABSTRAK Menyusui eksklusif merupakan tanggung jawab ibu postpartum. Namun, kembalinya ibu untuk bekerja merupakan kendala menyusui eksklusif. Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran motivasi ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif di PT. Dewhirst Men’s Wear Indonesia. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan metode purposive sampling kepada 32 responden pada bulan Mei-Juni 2012. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner motivasi berdasarkan self-determination theory. Data dianalisa dengan rumus mean. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu bekerja, dalam memberikan ASI eksklusif termotivasi secara ekstrinsik dengan integrated regulation sebagai level motivasi yang paling dominan dimana integrated regulation merupakan motivasi dalam memberikan ASI eksklusif karena nilai, kepercayaan, dan keyakinan. Selanjutnya secara berturut-turut diikuti oleh identified dan intrinsic regulation, external regulation, introjected regulation, dan amotivasi. Untuk meningkatkan motivasi para karyawatinya, perusahaan dapat mempertimbangkan diadakannya training motivasi, pemberian reward eksternal, dan fleksibilitas waktu dan beban kerja. Kata Kunci: ASI Eksklusif, Ibu bekerja, Motivasi. ABSTACTSTRAK Exclusively breastfeed is mother’s responsibility after delivery. But, mother’s return to work can be a barrier to continued exclusively breastfeed. Motivation is one of factor influenced exclusive breastfeeding practice. This study aims to determine working mother’s motivation to exclusively breastfeed at PT. Dewhirst Men’s Wear Indonesia. This research is a descriptive quantitative with purposive sampling to 32 working mothers at May-June 2012. Motivational questionnaire with self-determination theory was used. The data was analized by calculated the average of the scores. Results showed that working mothers were extrinsically motivated to exclusively breastfeed, with integrated regulation being the most dominant, which integrated regulation is the motivation on exclusive breastfeeding because of values and beliefs. Then followed by identified and intrinsic regulation, External regulation, introjected regulation, and amotivation. To increase female employees’s motivation, the efforts that can be done are motivation training, external reward, and flexible scheduling and load at work. Keyword : Exclusively breastfeeding, Motivation, Working mothers.
1 Ade Lestari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jln. Raya Bandung-Sumedang, km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected]
PENDAHULUAN Salah satu tugas perkembangan ibu postpartum adalah menyusui. Namun, tidak semua ibu dapat memenuhi tugas tersebut karena berbagai kondisi, salah satunya karena ibu bekerja (Rejeki, 2008). Padahal, ASI memiliki banyak manfaat diantaranya dapat mencegah diare dan pneumonia, dua penyebab utama kematian anak di seluruh dunia (WHO, 2010). Hal ini didukung oleh penelitian Mihrshahi et al. (2007) yang menyatakan bahwa prevalensi diare dan ISPA secara signifikan berhubungan dengan kurangnya pemberian ASI eksklusif. Menurut SDKI 2007, AKB di Indonesia sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Penyebabnya adalah 42% diare, 24% pneumonia, 9% meningitis/ensefalitis, 7% kelainan saluran pencernaan, 6% kelainan jantung kongenital dan hidrosefalus, 4% sepsis, 3% tetanus, dan 5% lain-lain (Riskesdas, 2007). Penyebab kematian tersebut erat kaitannya dengan status nutrisi. Menurut WHO kurangnya pemberian ASI eksklusif memberikan kontribusi lebih dari satu juta kematian anak yang dapat dihindari setiap tahunnya. Di seluruh dunia, kurang dari 40% bayi <6 bulan menyusu eksklusif (WHO, 2011). Sedangkan di Indonesia menurut Riskesdas 2010, bayi yang menyusu eksklusif hanya 15,3%. Persentase di perkotaan sebesar 25,2% dan 29,3% di pedesaan. Menurut Dirjen Gizi dan KIA (2011) masalah utama masih rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan, jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PP-ASI,
2 Ade Lestari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jln. Raya Bandung-Sumedang, km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected]
gencarnya promosi susu formula dan kurangnya dukungan masyarakat, termasuk institusi yang memperkerjakan perempuan (Depkes RI, 2011a). Kembali bekerja setelah cuti melahirkan merupakan kendala suksesnya PP-ASI. Chatterji dan Frick (2005) menyatakan bahwa kembali bekerja dalam tiga bulan pertama setelah melahirkan sangat berhubungan dengan penurunan untuk memulai menyusui sebesar 16%-18%, dan pengurangan durasi menyusui sekitar 4-5 minggu. Weber, et al. (2011) menyatakan bahwa kembali bekerja adalah alasan utama berhenti menyusui, dari 60% wanita yang berniat terus menyusui namun hanya 40% yang melakukannya. WHO merekomendasikan masa cuti setidaknya 16 minggu (WHO, 2010). Sedangkan
di
Indonesia,
menurut
UU
No.
13
tahun
2003
tentang
Ketenagakerjaan, masa cuti setelah melahirkan hanya 1,5 bulan, jauh lebih sebentar dibanding dengan rekomendasi WHO. Begitu juga di PT. Dewhirst Men’s Wear Indonesia mengikuti UU tersebut. Jumlah pekerja perempuan di Indonesia, mencapai sekitar 40,74 juta jiwa, 25 juta jiwa diantaranya berada dalam usia reproduksi. Karena itu, dibutuhkan perhatian yang memadai agar status ibu bekerja tidak lagi menjadi alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif (Depkes RI, 2011b). PT. Dewhirst Men’s Wear Indonesia adalah perusahaan yang memberikan fasilitas berupa ruang laktasi untuk memerah ASI dan sarana untuk menyimpan ASI. Dengan jumlah karyawan sebanyak 5.200 orang yang 93% adalah perempuan dan sebagian besar masih berada dalam usia reproduksi sehingga
3 Ade Lestari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jln. Raya Bandung-Sumedang, km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected]
memungkinkan terjadi proses kehamilan, melahirkan, dan menyusui, perusahaan ini menyadari pentingnya dukungan bagi ibu hamil dan menyusui. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 30 Januari 2012 dengan manajer HRD PT. Dewhirst Men’s Wear Indonesia, bentuk dukungan bagi ibu hamil yang diberikan oleh perusahaan ini berupa pemeriksaan kehamilan rutin, suplemen vitamin, pembentukan tim Pendamping Minum Vitamin (PMV), pemeriksaan USG, pemeriksaan Hb, imunisasi TT, dan semuanya diberikan secara gratis, serta penyuluhan tentang antenatal care. Sedangkan bentuk dukungan bagi ibu menyusui yang diberikan yaitu berupa dua buah ruangan laktasi untuk memerah ASI selama ibu bekerja dan lemari es, serta penyuluhan tentang menyusui. Oleh karena dukungan tersebut, perusahaan ini mendapatkan predikat sebagai “perusahaan sayang bayi” dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia. Meskipun dukungan yang diberikan sudah sangat besar, namun masih banyak karyawati yang tidak memanfaatkannya secara optimal, hal ini dikemukakan oleh manajer HRD PT. Dewhirst Men’s Wear Indonesia pada saat wawancara yang menyatakan jumlah kunjungan ke ruang laktasi hanya 6–10 orang per harinya pada bulan Maret 2012, sedangkan jumlah karyawati yang memiliki bayi usia 0–6 bulan berjumlah sekitar 200 orang. Meskipun ada dukungan pemerintah dan perusahaan bagi ibu menyusui, namun belum tentu dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dipengaruhi motivasi, dimana motivasi sangat berpengaruh dalam memberikan ASI eksklusif. Dari studi pendahuluan kepada 16 karyawati menyusui hanya 5 orang yang memberikan ASI eksklusif, sisanya 11 orang memberikan ASI saja kurang
4 Ade Lestari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jln. Raya Bandung-Sumedang, km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected]
dari 6 bulan, bahkan satu orang tidak memberikan ASI eksklusif sama sekali melainkan kombinasi ASI dengan susu formula. Mereka yang tidak memberikan ASI eksklusif beralasan karena bekerja dan satu orang menyatakan bahwa ASI yang keluar sedikit. Dari 16 orang tersebut 8 orang pernah memanfaatkan fasilitas laktasi, sedangkan 8 orang lainnya tidak pernah dengan alasan tidak ada waktu, banyak kerjaan, jarak rumah jauh dengan tempat kerja, dan ASInya sedikit. Selain itu, peneliti juga melakukan studi pendahuluan kepada 7 orang karyawati yang memiliki anak kurang dari dua tahun. Dari 7 orang tersebut, 3 orang pernah mengikuti penyuluhan tentang menyusui. Dari 7 orang tersebut semuanya mengetahui manfaat ASI dan dapat menyebutkan dua sampai lima manfaat ASI juga semuanya berpendapat bahwa ASI itu penting. Selain itu ketujuh orang tersebut juga berpendapat bahwa ibu yang sedang bekerja masih dapat memberikan ASI kepada bayinya. Hasil yang didapatkan dari studi pendahuluan, dengan segala dukungan yang diberikan oleh perusahaan, maka sungguh ironis karena ternyata masih cukup banyak karyawati yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran motivasi ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif di PT. Dewhirst Men’s Wear Indonesia.
METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan variabel tunggal yaitu motivasi ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif. Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawati PT. Dewhirst
5 Ade Lestari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jln. Raya Bandung-Sumedang, km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected]
Men’s Wear Indonesia yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yang berjumlah sekitar 200 orang. Sampel yang didapat sebanyak 32 orang dengan purposive sampling, dimana sampel dibatasi dengan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : Karyawati PT. Dewhirst Men’s Wear Indonesia yang memiliki anak berumur 0-6 bulan, lama kerja 18 bulan atau lebih, tidak sedang dalam masa cuti melahirkan. Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: ibu yang berhenti bekerja selama waktu penelitian, tidak bersedia menjadi responden. Teknik pengumpulan data menggunakan metode kuesioner yang mengacu pada self-determination theory. Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi 15 pertanyaan tentang karakteristik responden. Bagian kedua berisi pernyataan tentang motivasi ibu dalam memberikan ASI eksklusif sebanyak 30 pernyataan, meliputi amotivasi (tidak adanya motivasi), external regulation (motivasi karena imbalan, tekanan, dan hukuman), introjected regulation (motivasi karena harga diri dan menghindari rasa malu), identified regulation (motivasi karena sesuatu yang dianggap penting), integrated regulation (motivasi karena sesuatu yang dianggap nilai dan keyakinan) dan motivasi intrinsik (motivasi karena kepuasan dalam diri). Kuesioner tersebut diberikan kepada responden baik secara langsung oleh peneliti maupun secara tidak langsung kolektor data. Sebelumnya peneliti melakukan penyamaan persepsi dengan kolektor data. Responden diminta untuk datang ke klinik perusahaan sesaat setelah jam kerja. Kemudian responden diberi inform consent, setelah besedia menjadi responden kemudian diberikan penjelasan tentang cara mengisi kuesioner. Selama pengisian kuesioner, responden diberi waktu untuk menjawab
6 Ade Lestari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jln. Raya Bandung-Sumedang, km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected]
pertanyaan hingga selesai, setelah itu kuesioner yang telah diisi dikumpulkan kembali. Selanjutnya data dianalisa dengan rumus mean.
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi hasil penelitian ditampilkan dalam tabel berikut: Tabel 1
Karakteristik Ibu bekerjadi PT. Dewhirst Men’s Wear Indonesia Karakteristik
Usia
Suku Agama Tingkat Pendidikan
Lama Kerja Usia Anak Terakhir Pemberian ASI Saja Pengalaman Menyusui Keikutsertaan dalam Penyuluhan Pemanfaatan Ruang ASI
Kategori <20 Tahun 20-35 Tahun >35 Tahun Sunda Jawa Islam Kristen SMP SMA Perguruan Tinggi 1,5–4 Tahun >4 Tahun 2-4 Bulan >4 Bulan Masih Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
F 0 30 2 26 6 31 1 5 26 1 8 24 25 7 17 15 24 8 29 3 24 8
% 0% 93.75% 6.25% 81.25% 18.75% 96.88% 3.12% 15.63% 81.25% 3.12% 25% 75% 78.13% 21.87% 53.13% 46.87% 75% 25% 90.63% 9.37% 75% 25%
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa hampir seluruh responden berada pada rentang usia 20-35 tahun, bersuku Sunda, beragama Islam, dan berpendidikan SMA. Lama kerja responden sebagian besar lebih dari 4 tahun. Anak terakhir responden sebagian besar berusia 2-4 bulan. Responden yang masih memberikan ASI saja 53.13%. Sebagian besar responden memiliki pengalaman 7 Ade Lestari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jln. Raya Bandung-Sumedang, km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected]
menyusui sebelumnya dan hampir seluruh responden pernah mengikuti penyuluhan serta sebagian besar pernah memanfaatkan ruang laktasi di tempat kerja sebanyak 75%. Tabel 2
Rata-rata Skor Motivasi Ibu Bekerja terhadapPemberian ASI Eksklusif di PT. Dewhirst Men’s Wear Indonesia Level Motivasi
Amotivasi External regulation Introjected regulation Identified regulation Integrated regulation Intrinsik
Mean 1.84 3.00 2.85 3.15 3.25 3.15
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa ibu bekerja, dalam memberikan ASI eksklusif termotivasi secara ekstrinsik dengan integrated regulation sebagai level motivasi yang paling dominan dengan nilai rata-rata tertinggi yaitu 3.25 dan diikuti oleh identified dan intrinsic regulation, External regulation, introjected regulation, dan amotivasi yang memiliki nilai rata-rata terendah yaitu 1.84. Berdasarkan hasil penelitian, hampir seluruh responden berada pada rentang usia 20-35 tahun. Rentang usia ini termasuk pada dewasa muda, dimana pada periode ini pertumbuhan fungsi tubuh berada pada tingkat yang optimal (Long, 1996). Dengan fungsi tubuh optimal, ibu bekerja dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka dengan sedikit kendala fungsi tubuh. Menurut Arini (2012) pada umur 35 tahun lebih, ibu melahirkan termasuk berisiko karena erat kaitannya dengan anemia gizi yang dapat mempengaruhi produksi ASI. Dibanding ibu yang usianya lebih muda, ibu yang berusia lebih dari 35 tahun akan 8 Ade Lestari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jln. Raya Bandung-Sumedang, km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected]
lebih banyak menemukan kendala seperti produksi ASI kurang dan mudah lelah. Akibatnya motivasi akan berkurang. Menurut Pechlivani, et al. (2005) terdapat hubungan yang signifikan antara usia maternal dengan menyusui eksklusif, usia muda (25-34 tahun) menunjukkan angka yang lebih tinggi untuk menyusui eksklusif dibanding dengan usia yang lebih tua (≥35 tahun). Dari hasil penelitian, sebagian besar responden berpendidikan SMA. Ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih mungkin untuk memberikan ASI eksklusif, terlebih sebagian besar responden pernah mendapatkan penyuluhan tentang ASI yang diadakan di tempat kerja. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ogunlesi (2009) yang menyatakan bahwa terdapat proporsi yang lebih tinggi pada ibu yang berpendidikan minimal sekolah menengah menyusui eksklusif dibanding ibu yang berpendidikan lebih rendah. Selain pengetahuan, sosial budaya juga berpengaruh dalam memberikan ASI eksklusif. Menurut Basri (2009), sosial budaya dan pengetahuan berpengaruh terhadap tindakan pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian ini, hampir seluruh responden berasal dari suku Sunda dan beragama Islam, dimana kedua karakteristik tersebut berpengaruh terhadap sosial budaya. Secara umum, suku Sunda tidak memiliki budaya yang melarang pemberian ASI eksklusif. Selain itu, secara agama pun, agama Islam menganjurkan pemberian ASI eksklusif karena memiliki banyak manfaat. Sebagian besar responden memiliki pengalaman menyusui sebelumnya, dimana pengalaman ini akan memperbesar kemungkinan ibu untuk memberikan
9 Ade Lestari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jln. Raya Bandung-Sumedang, km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected]
ASI eksklusif. Ibu yang memiliki pengalaman akan lebih mampu menghadapi kendala yang dirasakan karena sebelumnya sudah pernah menemui kendala yang sama. Menurut Pechlivani, et al. (2005) ibu multipara menunjukkan angka yang lebih tinggi dalam memberikan ASI eksklusif dibanding ibu primipara. Dari hasil penelitian, sebagian besar responden sudah bekerja lebih dari 4 tahun. Dengan lamanya masa kerja maka kemampuan ibu dalam beradaptasi dengan lingkungan kerja akan lebih besar. Hal ini terbukti dari jumlah ibu yang memanfaatkan ruang laktasi lebih banyak. Selain itu, jumlah ibu yang sampai saat penelitian ini dilakukan masih memberikan ASI eksklusif lebih banyak dibanding ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian, secara umum didapatkan data bahwa ibu bekerja berada pada rentang motivasi yang dipengaruhi secara ekstrinsik dalam memberikan ASI eksklusif dengan integrated regulation yang merupakan level motivasi yang paling dominan dimana integrated regulation merupakan regulasi yang paling terinternalisasi dari motivasi ekstrinsik. Integrated regulation adalah motivasi ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif karena sesuatu yang dianggap nilai, kepercayaan dalam dirinya. Dalam hal ini berarti ibu bekerja meyakini bahwa memberikan ASI eksklusif merupakan nilai yang ada pada diri mereka. Menurut Basri (2009) nilai/norma berpengaruh dalam memberikan ASI eksklusif. Apabila nilai yang dianut suatu keluarga dan masyarakat mendukung untuk memberikan ASI eksklusif, maka kemungkinan besar perilaku tersebut akan dapat dilaksanakan dengan baik.
10 Ade Lestari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jln. Raya Bandung-Sumedang, km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected]
Keyakinan seseorang juga berpengaruh terhadap motivasi pemberian ASI eksklusif. Seorang ibu yang yakin akan manfaat ASI eksklusif akan termotivasi memberikan ASI eksklusif. Motivasi yang paling dominan selanjutnya adalah identified regulation dan motivasi intrinsik. Identified regulation yaitu motivasi ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif karena sesuatu yang dianggap penting bagi dirinya. Hal ini berarti ibu bekerja menganggap bahwa memberikan ASI eksklusif adalah hal yang penting bagi mereka. Seorang ibu bekerja yang termotivasi secara identified regulation secara sadar menilai dan memutuskan bahwa memberikan ASI eksklusif merupakan suatu perilaku yang penting bagi dirinya. Sedangkan motivasi intrinsik merupakan motivasi ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif karena kepuasan atau kesenangan. Menurut Deci dan Ryan motivasi intrinsik dipandang sebagai bawaan individu dan mucul karena adanya tiga kebutuhan dasar psikologis. Kebutuhan dasar psikologis tersebut yaitu: otonomi diri (self-autonomy), kompetensi, dan keterikatan. Self-autonomy dapat didefinisikan sebagai sejauh mana ibu bekerja menganggap pemberian ASI eksklusif sebagai aktivitas yang diprakarsai oleh diri sendiri tanpa dikendalikan oleh orang lain. Persepsi terhadap self-autonomy ini akan meningkatkan motivasi sehingga dapat mempertahankan aktivitas tersebut dalam jangka waktu lama. Kebutuhan kompetensi melibatkan kemampuan untuk melihat diri sendiri sebagai seseorang yang sepenuhnya mampu mendapatkan hasil yang diinginkan. Seseorang ibu bekerja yang menganggap dirinya lebih kompeten akan memiliki
11 Ade Lestari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jln. Raya Bandung-Sumedang, km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected]
motivasi intrinsik yang lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif. Selain itu, umpan balik positif akan meningkatkan kompetensi yang dirasakan. Oleh karena itu, ibu bekerja harus diberi reinforcement positif oleh orang-orang disekitarnya sehingga motivasi intrinsik akan meningkat. Keterikatan berarti perasaan untuk terhubung secara emosional dengan dunia sosial dan melihat diri sendiri sebagai seseorang yang layak untuk dicintai dan dihormati. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk memiliki pertalian dengan orang lain, merasakan perasaan terhubung dan kebersamaan dengan orang lain. Integrated, identified, dan intriksic regulation merupakan motivasi otonom yaitu motivasi yang ditentukan oleh diri sendiri. Dengan motivasi otonom yang tinggi, ibu akan mampu menghadapi kendala dalam memberikan ASI eksklusif. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa external regulation, introjected regulation, dan amotivasi merupakan tiga level motivasi yang memiliki skor ratarata paling rendah. External regulation merupakan motivasi ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif karena adanya imbalan, hukuman, atau tekanan dari luar dirinya. Dalam hal ini berarti imbalan (kesehatan anak, dan gratisnya ASI) dan tekanan dari luar (keharusan mengikuti penyuluhan, saran petugas kesehatan) belum cukup memotivasi ibu bekerja untuk memberikan ASI eksklusif. Introjected Regulation adalah motivasi ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif karena harga diri, menghindari rasa malu, atau rasa bersalah. Dalam hal ini berarti ibu bekerja tidak menganggap pemberian ASI eksklusif sebagai harga diri mereka. Motivasi ini merupakan tahap awal dari proses internalisasi di
12 Ade Lestari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jln. Raya Bandung-Sumedang, km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected]
mana individu mengambil nilai-nilai dari lingkungannya dan membawanya masuk ke dalam diri. Individu mulai menginternalisasikan alasan dari perilaku mereka namun tidak benar-benar menerimanya sebagai kemauan sendiri. Individu yang mengalami introjected regulation menampilkan perilaku dengan perasaan tertekan untuk menghindari perasaan bersalah atau cemas atau untuk memperoleh kebanggaan. Perilaku individu diperkuat melalui tekanan internal diri seperti rasa bersalah dan rasa cemas. Seorang ibu bekerja yang termotivasi secara introjected regulation untuk memberikan ASI eksklusif akan merasa bersalah apabila tidak melakukannya. Amotivasi dalam penelitian ini yaitu tidak adanya motivasi ibu bekerja untuk memberikan ASI eksklusif. Amotivasi mewakili kurangnya niat untuk terlibat dalam suatu perilaku, dalam hal ini perilaku pemberian ASI eksklusif. Ibu yang amotivasi selalu disertai dengan perasaan ketidakmampuan dan kurangnya merasakan hubungan antara perilaku yang dilakukan dengan hasil yang diharapkan. Seorang ibu yang amotivasi seringkali memerlukan konseling karena mereka sangat rentan untuk tidak memberikan ASI eksklusif. Dari hasil penelitian diketahui bahwa amotivasi merupakan level motivasi yang paling tidak dominan pada responden. Artinya ibu bekerja masih memiliki motivasi dalam memberikan ASI eksklusif.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada ibu bekerja di PT. Dewhirst Men’s Wear Indonesia, dapat disimpulkan bahwa motivasi ibu bekerja
13 Ade Lestari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jln. Raya Bandung-Sumedang, km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected]
dalam memberikan ASI eksklusif berada pada rentang motivasi yang dipengaruhi secara ekstrinsik dengan integrated regulation sebagai level motivasi yang paling dominan, dimana integrated regulation merupakan motivasi ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif karena nilai, kepercayaan, dan keyakinan.
SARAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi yang dapat dijadikan bahan rekomendasi dan evaluasi terhadap program yang telah dilaksanakan oleh PT. Dewhirst Men’s Wear Indonesia. Sehingga dapat dipertimbangkan untuk diadakannya training motivasi bagi para karyawati dalam memberikan ASI eksklusif dengan cara meyakinkan ibu bekerja akan manfaat pemberian ASI eksklusif, diadakannya pemberian reward sebagai motivator bagi ibu bekerja yang berhasil dalam memberikan ASI eksklusif, diadakannya evaluasi terhadap pengetahuan ibu bekerja yang telah diberikan penyuluhan sehingga dapat diketahui efektivitas penyuluhan yang telah dilakukan, fleksibilitas beban dan waktu kerja bagi ibu yang sedang menyusui.
UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada PT. Dewhirst Men’s Wear Indonesia yang telah memberikan izin penelitian.
DAFTAR PUSTAKA Arini. 2012. Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui. Jogjakarta : Flashbooks.
14 Ade Lestari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jln. Raya Bandung-Sumedang, km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email :
[email protected]
Basri, H. 2009. Pengaruh sosial budaya masyarakat terhadap tindakan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskessmas kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Tesis. Medan. Chatterji, P. and Frick, K. D. 2005. Does Returning to Work After Childbirth Affect Breastfeeding Practices?. Review of Economics of the Household 3, 315–335, 2005. Depkes RI. 2011a. Banyak sekali manfaat ASI bagi bayi dan ibu. melalui
[13/01/12] __________. 2011b. Ibu bekerja bukan alasan menghentikan pemberian ASI eksklusif. melalui [04/02/12] Long, B. C. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan). Alih Bahasa : Yayasan IAPK Pajajaran. Bandung : Yayasan IAPK Pajajaran. Mihrshahi et al. 2007. Prevalence of exclusive breastfeeding in Bangladesh and its association with diarrhoea and acute respiratory infection: results of the multiple indicator cluster survey 2003. Journal of Health, Population, and Nutrition; 25(2):195-204. Ogunlesi, T. A. 2009. Maternal socio-demographic factors influencing the initiation and exclusivity of breastfeeding in a Nigerian semi-urban setting. Matern Child Health Journal 14:459–465. Pechlivani, et al. 2005. Prevalence and determinants of exclusive breastfeeding during hospital stay in the area of Athens, Greece. Acta Paediatrica, 2005; 94: 928–934. Racine, et al. 2009. How motivation influences breastfeeding duration among low-income women (includes abstract). Journal of Human Lactation, 2009 May; 25 (2): 173-81. Rejeki, S. 2008. Studi fenomenologi: pengalaman menyusui eksklusif ibu bekerja di wilayah Kendal jawa tengah. Media Ners, Volume 2, Nomor 1, Mei 2008, hlm 1 – 44. Widyaningrum, N. 2011. Tempat kerja sayang bayi : contoh langka dari Sumedang. AIMI-Jawa Barat. melalui [02/11/11) Weber D., Janson, A., Nolan M., Wen L. M. & Rissel, C. 2011. Female employees’ perceptions of organisational support for breastfeeding at work: findings from an Australian health service workplace. International Breastfeeding Journal; 6:19. World Health Organization. 2010. Infant nutrition. melalui [12/01/12] ______________________. 2011. 10 facts on breastfeeding. melalui [12/01/12]
15 Ade Lestari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (Jln. Raya Bandung-Sumedang, km. 21 Jatinangor-Sumedang) Email : [email protected]