MONITORING SEDIMENTASI DAN PERUBAHAN GARIS PANTAI DI ESTUARI MUARA GEMBONG, BEKASI
HERMANSYAH PUTRA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Monitoring Sedimentasi dan Perubahan Garis Pantai di Estuari Muara Gembong, Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Hermansyah Putra NIM P052114021
2
RINGKASAN
HERMANSYAH PUTRA. Monitoring Sedimentasi dan Perubahan Garis Pantai di Estuari Muara Gembong Bekasi. Dibimbing oleh Lilik Budi Prasetyo dan Nyoto Santoso. Muara Gembong merupakan wilayah hilir DAS Citarum yang terletak di Kabupaten Bekasi. DAS Citarum termasuk priotas 1 dikarenakan tingkat degradasi lahan tinggi dan sedimentasi berat. Dampak sedimentasi tinggi dari DAS Citarum yang bermuara di estuari Muara Gembong mengakibatkan perubahan garis pantai. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa jenis spektral citra landsat yang memiliki hubungan terbaik dengan kondisi TDS in situ dan menganalisis perubahan garis pantai, juga menganalisis tingkat tekanan penduduk terhadap lahan di Muara Gembong. Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka (data sekunder) dan pengukuran lapangan (data primer). Analisis data dilakukan secara sistematik yang diawali dengan konversi atau mengubah data citra dari digital number (DN) menjadi top of atmosphere (TOA), lalu melakukan composit band, pan sherping, memisahkan darat, laut, dan mangrove (masking), melakukan validasi koordinat (GCP), melakukan penajaman citra(color balancing), melakukan digitized on screen, melakukan pengukuran (measured tools) untuk garis pantai, sedangkan analisis sedimentasi tahap terakhir, melakukan pemetaan distribusi TDS dengan model algoritma terpilih. Hasil penelitian di lapangan, data TDS memiliki nilai K-S 0,133 atau data terdistribusi normal. Sedangkan hasil analisis hubungan “r” reflectance citra dengan data lapangan, band 6 memiliki nilai hubungan kuat (positif) sebesar 0,782, lalu model algoritma yang terpilih atau memiliki nilai koefisien determinasi (R2 ) tertinggi adalah model eksponensial dengan persamaan y = 4E+06e-285,4x dan RMS error terkecil 3,98. Perubahan garis pantai di Muara Gembong mengalami kemunduran (abrasi) dan kemajuan (akresi) di beberapa lokasi pantai. Perubahan garis pantai abrasi terjadi rata-rata setiap tahun sepanjang 230,89 m/thn sampai 34,95 m/th atau sebesar 202.589 m2/thn sampai 15.911 m2/thn.Perubahan garis pantai yang mengalami akresi terjadi rata-rata setiap tahun sepanjang 22 sampai 172,39 m/thn atau seluas 7.044 m2 /thn sampai 47.205 m2/thn, Sedangkan hasil kajian tekanan penduduk terhadap lahan, kecamatan Muara Gembong mengalami tekanan lahan untuk budidaya tambak tinggi yaitu sebesar 10,6 atau tekanan penduduk d atas 2 (TP > 2). Kata kunci : akresi, abrasi, penginderaan jauh, sedimentasi
SUMMARY
HERMANSYAH PUTRA Monitoring of sedimentation and shoreline change in Muara Gembong estuary, Bekasi. Supervised by Lilik Budi Prasetyo and Nyoto Santoso. Muara Gembong is a downstream area Citarum Watershed (DAS Citarum), Citarum is considensed as the first priority one to high land, and degradation and high sedimentation. The high sedimention rate of DAS Citarum, causes change of shoreline in Muara Gembong Estuary needs the right of model for monitoring sedimentation and shoreline change. This research aims to analize landsat image spectral with the spectral type of the right image for the model and shoerline change over the last 10 years, also determine the level of population pressure on land in Muara Gembong in Situ TDS condition, shoreline change and the degree of population pressure to the land in Muara Gembong. Methods of data collection was carried through literature review and data collection obtained through literature study (secondary data observation. data analysis was carried out systematically preceded by radiometric and field observation (primary data) calibration. Conversion is done with the aim of changing the image data from the digital number (DN) to be Top Of Atmosphere (TOA), then conducting composite band, pan sharping, separating land, sea and mangrove, Ground Control Point (GCP), color balancing, digitized on screen, measurement of shoreline change, while the final phase of analysis sedimentation is the mapping sedimentation with the selected algorithm model. The results of research in the field, TDS data has a value of K-S 0.133 or normally distributed data, While the results of the analysis of the relationship "r" reflectance images with field data, band 6 has a positive correlation value amounted to 0,782, Then the algorithm model selected or have the highest coefficient of determination is a model of exponential formula y = 4E+06e-285,4x and the smallest RMS error of 3.98. Changes in Muara Gembong shoreline abrasion and accretion experience at several locations coast. shoreline change experienced an average abrasion along 231 m/year until 35 m/year or by 202.589 m2/year until 15.911 m2/year. Shoreline change experienced an average an average accretion experience along 22 until 172 m/year or by 7.044 m2 /year until 47.205 m2/year. While the results of the study population pressure on land, Muara Gembong districts have experienced the pressure of land for aquaculture higher at 10.6 or above population pressure d 2 (TP> 2).
Keywords : accretion, abrasion, remote sensing, sedimentation
2
Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
3
MONITORING SEDIMENTASI DAN PERUBAHAN GARIS PANTAI DI ESTUARI MUARA GEMBONG
HERMANSYAH PUTRA
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
4
Penguji luar komisi pada ujian tesis : Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana,MS
5
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Febuari 2015 ini adalah pemantauan lingkungan dengan judul “Monitoring Sedimentasi dan Perubahan Garis Pantai di Estuari Muara Gembong, Bekasi”. Penelitian ini merupakan syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo.M.Sc dan dan Dr. Ir. Nyoto Santoso, MS selaku pembimbing dan Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS selaku ketua program studi sekaligus penguji luar komisi pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ecih Sukiesih ,SE serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2016
Hermansyah Putra
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian 2. TINJAUAN PUSTAKA 3. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Kondisi Biofisik Sosial dan Ekonomi Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Prosedur Analisis Data 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Model Pendugaan TDS Nilai Top Of Atmosphere (TOA) Analisis Data In Situ TSS dan TDS Uji Asumsi Klasik Hasil Analisis Hubungan ( pearson ) Pengembangan Model Pendugaan TDS Pengujian dan Validasi Data Model Pemetaan konsentrasi TDS di Muara Gembong Perubahan Garis Pantai Perubahan Garis Pantai Abrasi Perubahan Garis Pantai Akresi Penggunaan Lahan di Muara Gembong Tekanan Penduduk Terhadap Lahan di Muara Gembong 5. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
iii iv v 1 2 3 3 4 11 11 11 13 14 14 15 25 25 25 26 28 29 31 32 33 34 35 37 40 42 45 45 45
ii
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
46
iii
DAFTAR TABEL 1.
Kecepatan Endapan Beberapa Fraksi Sedimen
7
2.
Jumlah RW dan RT Menurut Desa Di Kecamatan Muara Gembong
13
3.
Sensor Satelit Landsat 8
14
4.
Data Akuisisi Citra Landsat
15
5.
Bentuk Persamaan Model Regresi
20
6.
Hasil Nilai DN ke Nilai TOA pada data landsat-8
25
7.
Data Hasil Pengukuran In situ Ekosistem Estuari Muara Gembong
26
8.
Uji Asumsi Klasik
28
9.
Nilai korelasi antar Variabel
30
10. Algoritma Pendugaan TDS pada Reflektansi Citra Akuisisi Januari
31
11. Hasil Uji –t TDS in situ dengan TDS hasil pendugaan
32
12. Analisis Jarak Perubahan Garis Pantai Abrasi
36
13. Hasil Perubahan Luas Abrasi
37
14. Analisis Jarak Perubahan Garis Pantai Akresi
38
15. Hasil Perubahan Garis Pantai Luas Akresi
39
16. Luas Hutan Mangrove di Muara Gembong
40
17. Populasi Penduduk dalam Sepuluh Tahun Terakhir
42
18. Kebutuhan Lahan untuk Tambak
43
iv
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Diagram Alir Kerangka Berfikir Estuari Tercampur Sempurna (Tomczak,1998) Estuari Stratifikasi Sebagian (Tomczak,1998) Estuari Stratifikasi Tinggi (Tomezak,1998) Lokasi Penelitian Monitoring Sedimentasi dan Perubahan Garis Pantai Data citra landsat tahun (a) 2005, (b) 2007, (c) 2009, (d) 2011, (e) 2013, dan (f) 2015 Diagram Alir Penelitian Citra Landsat 8 dengan (a) sebelum koreksi TOA dan (b) setelah Koreksi TOA Lokasi Plot Pengukuran TDS / TSS Uji Normalitas TDS Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Scatterplot antara TDS dengan TOA Scatterplot antara TDS dengan TOA Hubungan TOA (band 6) dengan TDS In Situ Selang Wilayah Penerimaan atau Penolakan Hipotesis Sebaran Konsentrasi TDS di Muara Gembong Perubahan luas garis pantai tahun 2005 dengan (a) 2007, (b) 2009, (c) 2011, (d) 2013, (e) 2015, (f) Gabungan Perubahan Garis Pantai dari tahun 2005 sampai 2015 Perubahan Jarak Garis Pantai Per Tahun Perubahan Luas Garis Pantai Per Tahun Perubahan Jarak Garis Pantai Setiap Tahun Akresi Perubahan Luas Garis Pantai Setiap Tahun Kondisi hutan mangrove di Muara Gembong dalam periode 10 tahun Hutan mangrove mengalami penurunan di lokasi abrasi Penggunaan lahan Muara Gembong tahun 2015 Populasi Penduduk di Muara Gembong Periode 10 Tahun Kebutuhan Lahan Tambak di Muara Gembong dalam Periode Tahun 2005-2015
3 5 5 6 13 16 19 25 28 29 29 30 31 32 33 33 35 35 36 37 39 39 41 42 42 43 43
v
DAFTAR LAMPIRAN
1. 2. 3. 4. 5.
Hasil Analisis TSS dan Laboratorium ProLing IPB Analisis Model Terpilih Analisis Validasi dengan Exsponensial Analisis Uji-T Kondisi penggunaan lahan di Muara Gembong
48 52 53 54 55
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan garis pantai dipengaruhi berbagai macam faktor baik faktor dari alam maupun manusia. Faktor dari alam antara lain sedimentasi, erosi pantai, gelombang, sedangkan faktor dari manusia seperti penggalian, aktifitas manusia yang menyebabkan sedimentasi pantai dan laut, reklamasi (pengurugan pantai), perlindungan pantai (shore protection), penggundulan dan penanaman hutan pantai, pengaturan pola aliran sungai (Bird and Ongkosongo, 1980) Menurut Triatmodjo (1999) transpor sedimen sepanjang pantai merupakan penyebab utama terjadinya perubahan garis pantai. Perubahan garis pantai pada dasarnya meliputi proses abrasi dan akresi (sedimentasi) yang dapat terjadi secara alami karena faktor alam dan manusia. Akresi dan abrasi yang terjadi disertai dengan maju dan mundurnya garis pantai. Akibat pengaruh transpor sedimen sepanjang pantai, sedimen dapat terangkut sampai jauh dan menyebabkan perubahan garis pantai. Menurut Nybakken (1992) sedimen yang berasal dari daratan, dan masuk kedalam aliran sungai serta dibawa ke laut melalui estuari, juga akan menyebabkan terjadinya perubahan bentuk garis pantai. Akumulasi lumpur yang mengendap dan terperangkap vegetasi bakau selama bertahun-tahun akan menyebabkan timbulnya daratan. Tinggi sedimentasi dari darat bersumber dari daerah aliran sungai (DAS) Citarum. DAS Citarum masuk prioritas I dikarenakan tingkat degradasi DAS kategori berat. Adapun permasalahan yang ada di DAS Citarum yaitu di wilayah hulu DAS Citarum sangat Kritis ditinjau dari nilai koefesien aliran dan indeks muatan sedimen serta erosi aktual 95,29 ton/ha/thn dan daerah banjir setiap tahun di sekitar wilayah Bandung, Bekasi dan Karawang dengan ketinggian 0,5 – 3 meter lalu pencemaran BOD di sungai Citarum hulu 239.980 kg/hari dan telah di atas baku mutu, kemudian wilayah DAS Citarum diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar ± 2%/tahun dan luas lahan kritis DAS Citarum sebesar 125.692,20 Ha. (BP DAS Citarum – Ciliwung, 1999) Perubahan bentuk garis pantai akibat sedimentasi (akresi) menimbulkan masalah, antara lain meluasnya areal lahan, pendangkalan pelabuhan, pendangkalan pada mulut muara yang dapat mengakibatkan banjir di sekitar muara pada waktu debit air dari sungai tinggi atau terjadi banjir di hulu sungai. Selain itu, perubahan bentuk garis pantai disebabkan juga oleh adanya abrasi pantai. Abrasi yang terjadi lebih disebabkan oleh faktor manusia, peningkatan jumlah populasi manusia dan penggunaan lahan yang semakin intensif dan berkembang untuk lahan pertanian (Bird and Ongkosongso, 1980). Dampak abrasi terhadap ekologi dan sosial masyarakat dirasakan di Wilayah Pesisir Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Kecamatan Muara Gembong merupakan wilayah pesisir yang banyak mengalami perubahan penggunaan lahan,
2
terutama konversi hutan mangrove menjadi tambak. Perubahan lahan yang tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan di pesisir Pantai Muara Gembong mengakibatkan berkurangnya hutan mangrove pada tiga desa, yakni Desa Pantai Bahagia, Desa Pantai Mekar dan Desa Pantai Sederhana (Alimuddin, 2015). Menurut Susianti el al (2010) data penginderaan jauh tidak hanya dipakai untuk data atau inventarisasi saja tapi sekaligus untuk fungsi pemantauan. Hal ini dimungkinkan karena satelit merupakan salah satu sistem penginderaan jauh yang sudah dikembangkan landsat TM, ETM dan OLI. Penginderaan jauh sistem satelit sering digunakan dalam berbagai penelitian karena disamping kemampuan multispektral dari sensornya, juga karena begitu pesat perkembangan pengolahan dan analisis datanya. Data digital Landsat memiliki resolusi spasial 30 m x 30 m landsat TM, ETM sedangkan Landsat OLI sampai 15 m x 15 m juga data landsat tersedia real time, cepat, multi temporal, multi spektral, multi spasial, dan berkelanjutan. Sehingga data Landsat dengan pendekatan penginderaan jauh bisa menjawab kondisi perubahan garis pantai secara optimalisasi baik faktor alami dalam hal ini sedimentasi dan faktor manusia. Perumusan Permasalahan Perubahan garis pantai di pesisir Muara Gembong mengalami peningkatan dalam jangka sepuluh tahun terakhir. Peningkatan perubahan garis pantai di pesisir Muara Gembong salah satu sebabnya adalah sedimentasi. Peningkatan distribusi sedimentasi di pesisir Muara Gembong merupakan hasil limpasan sedimentasi dari hulu DAS Citarum. Menjadi penting untuk mengetahui seberapa besar tingkat perubahan garis pantai di pesisir Muara Gembong pada saat ini. Hal ini juga berhubungan dengan kondisi tingkat distribusi sedimentasi di estuari Muara Gembong. Sehingga diperlukan model monitoring yang paling baik untuk memberikan informasi kondisi distribusi sedimentasi di estuari dan tingkat optimalisasi perubahan garis pantai di pesisir Muara Gembong dalam waktu sepuluh tahun terakhir. Mengingat perubahan garis pantai di pesisir Muara Gembong terjadi oleh faktor sedimentasi (alam) dari DAS Citarum dan manusia disekitar pesisir yang mengalami peningkatan kebutuhan lahan untuk budidaya tambak.. Dengan uraian permasalahan di atas, perumusan masalah disajikan pada Gambar 1, adapun yang menjadi permasalahan adalah a. Bagaimana gambaran optimalisasi perubahan garis pantai akibat distribusi sedimentasi di Muara Gembong b. Jenis data spektral citra landsat mana yang terbaik yang dapat digunakan dalam melakukan monitoring Total Dissolve Solid (TDS) di estuari Muara Gembong c. Bagaimana tekanan dan ketergantungan penduduk terhadap lahan di Muara Gembong
3 PERMASALAHAN WILAYAH HULUH DAS CITARUM
PENDEKATAN
OUTPUT
WILAYAH HILIR DAS CITARUM
WILAYAH PESISIR
PENGINDERAAN JAUH ( REMOTE SENING)
TINGKAT TEKANAN TERHADAP LAHAN PESISIR
SEDIMENTAI PERSAMAAN MODEL SEDIMENTASI
ALIFUNGSI LAHAN
BIOFISIK BIOFISIK
Perubahan Garis Pantai
MODEL SPASIAL MONITORING
TINGKAT DISTRIBUSI SEDIMENTAI
TINGKAT OPTIMALIASI PERUBAHAN GARIS PANTAI
GARIS TRANSEK ( AKRESI PANTAI)
HABITA MANGROVE SEDIMENTASI SEDIMENTASI
POLA PERTANIAN DAN BUDIDAYA INTENSIF
SOSIAL SOSIAL
TEKANAN TERHADAP LAHAN KETERGANTUNGAN TERHADAP LAHAN
Gambar 1 1. 2. 3.
TINGKAT KETERGANTUNGAN TERHADAP LAHAN PESISIR
ZONA ZONAESTUARI ESTUARI
SISTEM INFORMASI GIOGRAFIS (SIG)
Diagram Alir Kerangka Berfikir
Tujuan Penelitian Menganalisa jenis spektral citra landsat yang memiliki hubungan terbaik dengan kondisi in situ dalam memonitoring sedimentasi (TDS) Menganalisis perubahan garis pantai akibat distribusi sedimentasi di Muara Gembong Menganalisis tingkat tekanan penduduk terhadap lahan di Muara Gembong
Manfaat Penelitian Penelitian analisis spasial memberikan salah satu teknik alternatif yang dapat digunakan untuk memonitor sedimentasi di estuari yang bersumber dari limpasan sedimentasi dari DAS Citarum dan perubahan garis pantai. Salah satu kelebihan analisis spasial adalah dapat menduga (estimasi) nilai dan sebaran sedimentasi dan jarak perubahan garis pantai dengan pendekatan penginderaan jauh ( remote sensing).
4
2 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Penelitian Estuari Menurut Dyer (1979) estuari adalah suatu perairan tempat pertemuan air tawar dengan air laut yang mengakibatkan adanya gradient salinitas di sepanjang badan estuari mulai dari sepenuhnya air laut (33 – 37 ppt) di bagian mulut sampai dengan sepenuhnya air tawar pada bagian hulu. Percampuran akan terjadi bila kedua massa air tersebut bersentuhan, air tawar akan terapung di atas air laut karena densitas air tawar lebih ringan dibandingkan densitas air laut. Densitas air laut dipengaruhi oleh salinitas dan temperatur, tetapi di estuari, peranan salinitas dalam perubahan densitas lebih dominan dibandingkan dengan temperatur. Hal ini disebabkan karena dua alasan, yaitu kisaran salinitas yang lebih lebar dibandingkan dengan kisaran temperatur dan perairan yang relatif dangkal. Menurut Elliot et al (1984) perairan estuari terdapat tiga gaya hidrolik yang mempengaruhi tingkat percampuran dan pola sirkulasi air, yaitu: Adanya aliran dua arah sebagai hasil interaksi antara aliran air tawar dan pergerakan pasang surut air laut. Perbedaan densitas antara air yang masuk ke estuari dengan air yang keluar ke estuari secara periodik. Adanya gaya coriolis menyebabkan terjadi perubahan bentuk muara sungai yang cenderung melebar dan perubahan pola sirkulasi air. Dari ketiga gaya tersebut, sirkulasi dan tingkat percampuran antara air tawar dan air laut akan membentuk stratifikasi salinitas. Stratifikasi menyebabkan terbentuk distribusi salinitas yang dalam hal ini tergantung atas beberapa faktor, antara lain; Pasang surut air laut. Pasang surut merupakan suatu gaya eksternal utama yang membangkitkan pergerakan massa air serta perilaku perubahan tinggi muka air secara periodik pada daerah estuari. Ketika pasang surut terjadi, seluruh massa air di estuari bergerak karah hulu dan ke laut dalam periode tertentu. Adanya arus pesut menyebabkan terjadi gesekan antara massa air dengan dasar estuari yang menghasilkan pergolakan. Pergolakan ini memiliki kecenderungan untuk mencampur kolom air dengan lebih efektif. Perubahan debit air sungai. Debit air sungai akan berubah secara musiman antara maksimum dan minimum. Perubahan debit air sungai tersebut menjadi penentu derajat percampuran antara air laut dan air tawar. Arus dan gelombang. Arus air pada perairan estuari berasal dari arus air sungai akibat perbedaan topografi dan arus air laut yang dipengaruhi oleh pasang surut, angin dan gelombang. Menurut Tomczak (1998) klasifikasi sirkulasi air dan pola stratifikasi di estuari ada 4 tipe yaitu: a) Estuari yang tercampur secara vertikal atau sempurna (Vertically mixed estuary), biasanya dangkal dan airnya bercampur secara vertikal sehingga massa airnya menjadi homogen dari permukaan sampai ke dasar estuari. Salinitas meningkat dengan jarak sepanjang estuari dari hulu sampai kemulut atau hilir. Pada tipe estuari tercampur sempurna, energi pesut lebih besar daripada debit sungai dang mengakibatkan suatu proses pengadukan dan
5
percampuran yang sangat efektif. Airnya bercampur secara vertikal. Gambar 2 dibawah ini menunjukkan bagaimana estuari yang tercampur secara vertikal atau sempurna.
b)
c)
Gambar 2 Estuari Tercampur Sempurna (Tomczak,1998) Estuari stratifikasi sebagian (Partially stratified estuary) terjadi pada suatu wilayah yang mempunyai debit sungai lebih kecil atau setara dengan energi pesut seperti tersaji pada Gambar 3. Energi pasang akan menstimulir terjadinya pengadukan dan percampuran kedua massa air sungai dan laut estuari. Tipe estuari tercampur sebagian mempunyai sifat antara lain: salinitas meningkat dari kepala sampai mulut pada semua kedalaman, massa air masing-masing berada pada 2 lapisan, dimana lapisan atas salinitasnya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan yang lebih dalam serta tidak terbentuk gradients densitas. Pada tipe ini ada jaringan masuk mengalir di lapisan yang lebih dalam.
Gambar 3 Estuari Stratifikasi Sebagian (Tomczak,1998) Estuari stratifikasi tinggi (Highly stratified estuary), lapisan atas salinitas meningkat dari dekat nol pada sungai sampai mendekati di luar mulut perairan yang lebih dalam. Pada estuari ini ada halocline diantara perairan atas dan bawah khususnya di bagian kepala estuari. Gambar 4 di bawah ini memperlihatkan kondisi estuari berstratifikasi tinggi.
6
Gambar 4 Estuari Stratifikasi Tinggi (Tomezak,1998) d) Estuari Baji Garam (Salt wedge), air bersalinitas tinggi menyusup dari laut seperti baji di bawah air sungai. Estuari baji garam mempunyai penampakan yang hampir sama dengan estuari stratifikasi sedang dan tinggi. Ada gradient horisontal dari salinitas didasar seperti pada partially stratified estuary dan sebuah gradien salinitas vertikal yang tegas pada high stratied estuari. Tipe estuari baji garam umumnya terjadi di wilayah yang mempunyai aliran air sungai yang lebih dominan dari pada energi pesut, sehingga sirkulasi masa air didominasi oleh energi massa air yang masuk dari sungai dan mengakibatkan terbentuk gradient densitas nyata pada batas pertemuan massa air sungai dan massa air laut yang disebut baji garam. Adanya gradient densitas menyebabkan proses pengadukan dan percampuran kurang efektif . Sedimentasi Estuari merupakan tempat bertemunya arus sungai menuju ke laut dan arus pasang surut air laut yang menuju sungai. Kedua aktivitas ini menyebabkan proses sedimentasi di Estuari juga semakin efektif, baik sedimen dari laut maupun sedimen dari sungai. Menurut Supriharyono (2000) proses sedimentasi ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kecepatan arus sungai, kondisi dasar sungai, turbulensi, dan diameter sedimen berdiameter 104 μm akan tererosi oleh arus dengan kecepatan 150 cm/dt, dan terbawa arus pada kecepatan antara 90 – 150 cm/dt, dan akan mengendap pada kecepatan arus < 90 cm/dt . Untuk sedimen yang halus atau dengan ukuran diameter 102 μm, akan tererosi pada kecepatan arus > 30 cm/dt dan terendapkan pada kecepatan < 15 cm/dt. Menurut Supriharyono (2000) kondisi seperti tersebut di atas, maka di estuari, seluruh ukuran partikel sedimen akan mengalami erosi dan terbawa arus Apabila arus melemah, maka sedimen berukuran besar seperti pasir, akan mengendap terlebih dahulu, sedangkan sedimen yang berukuran kecil seperti clay atau lempung masih terbawa oleh arus. Partikel halus ini akan mengendap setelah arus sudah cukup lemah dan akan mengendap di tengah estuari. Menurut King (1976) laju sedimentasi tergantung pada ukuran partikel dan sedimen yang terbawa sampai ke daerah estuari berada dalam bentuk suspensi dan berukuran kecil. Partikel-partikel itu umumnya berdiameter < 2 μm, dan merupakan
7
komposisi dari clay mineral, yaitu illite, kaolinite, dan montmorilonit, yang bersumber dari sungai. Semakin kecil diameter partikel, maka akan semakin sulit untuk mengendap. Pasir dan pasir kasar mengendap secara cepat diperairan. Sedimen ini dapat mengendap dalam satu siklus pasang, sementara sedimen yang lebih halus seperti silt dan clay, kecepatan endapnya sangat lambat, tidak dapat mengendap dalam satu siklus pasang. Tabel 1 berikut memperlihatkan beberapa tipe sedimen dengan laju kecepatan endapnya. Tabel 1 Kecepatan Endapan Beberapa Fraksi Sedimen Fraksi Sedimen Diameter (um) Kecepatan Endap (cm/dt) 62 – 250 0,3484 – 1,2037 Pasir 31,2 - 3,9 0,0870 – 0,0014 Lumpur 1,95 - 0,12 3,47 x10-4 – 1,16x10-6 Lempung (clay) Material padatan tersuspensi dalam air laut berasal dari ; a)
Sungai Material ini berasal dari pelarutan batuan (seperti kwarsa, mineral lempung), bahan-bahan organik di daratan (contoh sisa-sisa tanaman, material humus) dan berbagai macam polutan (sewage). b) Atmosfer Bahan pencemar di udara yang melayang sebagai debu c) Laut Berasal dari komponen biogeneus yang berasal dari organisme laut (skeletal debris/tulang, mineral organik) dan komponen anorganik (berasal dari sedimen maupun yang terbentuk dalam kolom air laut itu sendiri). d) Estuari itu Sendiri Material ini merupakan hasil dari proses yang terjadi di estuari, diantaranya adalah; penggumpalan, presipitasi, dan adanya proses produksi biologi yang menghasilkan material organik. Penginderaan Jauh (Remote Sensing) Penginderaan jauh merupakan cara memperoleh informasi atau pengukuran dari objek dengan menggunakan alat pencatat, tanpa ada hubungan langsung dengan objek tersebut. Sistem ini didasarkan pada prinsip pemanfaatan gelombang elektromagnetik yang dipantulkan dan dipancarkan oleh objek. Alat penginderaan jauh ditempatkan pada suatu wahana yang dioperasikan pada suatu ketinggian tertentu yang disebut sebagai platform. Ketinggian platform tersebut dapat berupa ketinggian pesawat terbang, balon udara atau satelit (Sutanto, 1986). Sistem penginderaan jauh dengan menggunakan satelit sangat menguntungkan, karena wilayah yang sangat luas dan sulit dijangkau dapat diliput. Keuntungan ini dapat dirasakan bagi negara-negara dengan wilayah yang sangat luas seperti Indonesia, selain itu perekaman data penginderaan jauh dari satelit dapat berlangsung secara terus-menerus selama waktu tertentu, peliputan suatu lokasi tertentu di permukaan bumi dapat dilakukan berulang-ulang dengan periode tertentu. Oleh
8
karena itu data penginderaan jauh dari satelit dapat digunakan untuk memantau suatu daerah. Pengamatan muka bumi, samudera, atmosfer dan interaksi ketiganya dengan satelit berlangsung secara kontinyu, cepat dan selalu dapat diperbaharui dengan segera. Jenis satelit pada dasarnya ada 5 yaitu satelit sumberdaya alam dan lingkungan (contohnya LANDSAT); satelit meteorologi (contohnya METEOSAT); satelit navigasi (contohnya NAVSTAR); satelit mata-mata (spy) yang namanya sangat dirahasiakan, dan satelit komunikasi (contohnya PALAPA) (Susilo dan Gaol, 2008). Pada masa sekarang ini pemerintah Indonesia telah memanfaatkan sistem penginderaan jauh. Sistem ini telah banyak digunakan sebagai salah satu sarana penelitian oleh para peneliti untuk tujuan tertentu, misalnya memantau perkembangan suatu daerah, penentuan daerah penangkapan ikan dan lain sebagainya. Berdasarkan sifat sensor, citra dan aplikasinya, maka pemanfaatan penginderaan jauh sangat membantu dalam penelitian kelautan yang mencakup wilayah pesisir karena kenampakan dan gejala yang terjadi di kedua wilayah tersebut terjadi dengan sangat cepat dan memerlukan pengamatan yang terus menerus. Penginderaan jauh dari satelit mampu menjangkau daerah yang cukup luas, daerahdaerah terpencil serta dapat diperoleh dalam periode waktu tertentu, sehingga data tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan pemantauan yang efisien dalam rangka pengelolaan sumberdaya di perairan dan lahan pantai. Proses alami di wilayah pesisir yang dapat dikenali dari data penginderaan jauh adalah akresi pantai, perubahan muara sungai, pendangkalan perairan, kekeruhan air di sekitar muara sungai, erosi pantai dan pembentukan dune (Purwadhi, 1990). Penelitian mengenai perubahan daratan pantai telah banyak dilakukan oleh para ahli dengan beberapa metode, seperti pengukuran langsung di lapangan atau dengan cara mengumpulkan pustaka-pustaka yang ada, sedangkan pemanfaatan sistem penginderaan jauh masih sedikit diterapkan. Salah satu data penginderaan jauh dari satelit yang dapat digunakan untuk melihat perubahan garis pantai adalah data penginderaan jauh satelit Landsat 7 ETM+ (Purwadhi, 1990). Radiasi Gelombang Elektromagnetik Media yang sangat penting dalam penginderaan jauh adalah gelombang elektromagnetik. Sebagian energi gelombang elektromagnetik yang mencapai permukaan bumi akan diserap oleh obyek dan sebagian lagi akan dipancarkan dan dipantulkan hingga mencapai sensor yang dipasang pada satelit, pesawat terbang, atau wahana lainnya (Sutanto, 1986). Energi elektromagnetik tidak dapat diamati oleh mata, kecuali energi tersebut berinteraksi dengan benda (debu, uap air, benda lain di atmosfir atau di permukaan bumi). Pada saat mengenai obyek, energi akan mengalami interaksi-interaksi seperti dipantulkan, diserap atau mengalami transmisi. Dalam teknik penginderaan jauh terdapat empat komponen penting yaitu sumber energi, obyek (target), sensor dan atmosfir. Matahari merupakan sumber utama energi elektromagnetik. Matahari memancarkan energi elektromagnetik ke segala arah, sebagian dari energi elektromagnetik itu mencapai bumi dengan cara radiasi.
9
Menurut Sutanto (1986), jumlah energi matahari yang mencapai bumi di pengaruhi oleh waktu, lokasi dan kondisi cuaca. Matahari sebagai sumber energi memancarkan gelombang elektromagnetik ke permukaan bumi. Gelombang ini akan di pengaruhi oleh lapisan atmosfir. Sifat dari partikel-partikel yang terdapat di lapisan atmosfir akan menyerap dan menghamburkan gelombang-gelombang tersebut pada panjang gelombang tertentu. Dalam mekanisme penginderaan, pantulan gelombang elektromagnetik yang datang dari obyek diterima dan direkam oleh sensor. Sensor ini dipasang pada ketinggian tertentu. Makin tinggi letak sensor, maka areal yang terliput akan semakin luas tetapi data yang di peroleh kurang detail. Sebaliknya semakin rendah letak sensor maka data yang dihasilkan menjadi lebih detail namun cakupannya menjadi lebih sempit (Sutanto,1986) Karakteristik Landsat Satelit Landsat pada mulanya disebut ERTS (Earth Resources Technology Satellite), kemudian namanya diubah kembali menjadi Landsat pada Tahun 1974. Ada tujuh satelit Landsat yang diluncurkan. Landsat 1 diluncurkan tanggal 22 Juli 1972 yang dihentikan pengoperasiannya pada tanggal 6 Januari 1978. Landsat 2 yang diluncurkan pada tanggal 22 Januari 1975, kemudian pengoperasiannya dihentikan pada tanggal 22 Januari 1980, kemudian dikembalikan kembali ke bumi pada tanggal 21 Juni 1980 atas dasar stabilisasi magnetiknya; Landsat 3 diluncurkan pada tanggal 3 Maret 1978, kemudian dikembangkan masalah di dalam sensor MSS pada bulan Agustus 1978 untuk mengatasi masalah keterlambatan pengiriman sinyal ke bumi (Purwadhi, 2001). Sistem Landsat generasi pertama (Landsat 1, Landsat 2, dan Landsat 3) didesain untuk membuat pengamatan secara otomatis menggunakan satelit sistem kamera RBV (Return Beam Vidicon) dan MSS (Multi Spektral Scanner). Sistem RBV pada Landsat 1 dan 2 dioperasikan dengan 3 kamera pengatur cahaya yang terpisah, masing-masing band memiliki nilai spektral berbeda dalam selang 0,48- 0,83 μm. Sistem RBV Landsat 3 telah diubah menjadi 2 kamera, Pankromatik RBV yang dioperasikan dalam selang 0,51-0,75 μm. Kamera ini menghasilkan 2 bagian citra dengan mencakup permukaan bumi kira-kira 183 x 98 km. Sistem RBV menggunakan fokus sepanjang 25 cm didapatkan resolusi bumi kira-kira 30m. Stasiun satelit Landsat dioperasikan dekat orbit Sun-Synchronous dekat kutub orbit dengan ketinggian 915 km. Satelit Landsat mengelilingi bumi setiap 103 menit, mencapai 14 orbit per hari dan memperlihatkan permukaan bumi secara keseluruhan setiap 18 hari. Orbit dari satelit telah dipilih sehingga satelit bumi tersebut dapat mengulang peliputan wilayah di bumi pada waktu setempat yang sama pada setiap periode 18 hari dengan jarak 37 km dari orbit sebelumnya (Purwadhi, 2001 ). Perubahan Garis Pantai Perubahan garis pantai terjadi akibat dari dua proses yaitu akresi dan abrasi. Akresi adalah kondisi semakin majunya pantai karena penambahan materi dari hasil endapan sungai. Sedangkan abrasi adalah kerusakan pantai yang mengakibatkan semakin mundurnya pantai karena kegiatan laut (Pardjama,1977 dalam Permono 199).
10
Perubahan garis pantai pada dasarnya meliputi proses abrasi dan akresi (sedimentasi) yang dapat terjadi secara alami karena faktor alam. Akresi dan abrasi yang terjadi disertai dengan maju dan mundurnya garis pantai. Perubahan garis pantai tersebut dapat diprediksi dengan membuat model matematik yang didasarkan pada keseimbangan sedimen pantai yang ditinjau. Akibat pengaruh transpor sedimen sepanjang pantai, sedimen dapat terangkut sampai jauh dan menyebabkan perubahan garis pantai. Proses pengembalian garis pantai pada kondisi semula memerlukan waktu cukup lama. Bahkan apabila gelombang dari satu arah lebih dominan daripada gelombang dari arah yang lain, sulit untuk mengembalikan garis pantai pada posisi semula. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa transpor sedimen sepanjang pantai merupakan penyebab utama terjadinya perubahan garis pantai (Triatmodjo, 1999). Berdasarkan alasan tersebut maka dalam model perubahan garis pantai ini hanya memperhitungkan transpor sedimen sepanjang pantai. Transpor sedimen lain yang diberikan dalam keseimbangan sedimen pantai tidak diperhitungkan dalam pemodelan perubahan garis pantai ini. Pendekatan umum untuk membangun model komputer perubahan garis pantai hampir serupa dengan model komputer aliran air. Persamaan kontinuitas untuk air digantikan dengan hubungan kontinuitas untuk pasir/sedimen sehingga menjaga arah volume atau massa pasir total dan memastikan bahwa tidak ada penambahan atau Pada model, pantai dibagi menjadi sejumlah sel (ruas). Pada tiap sel ditinjau angkutan sedimen yang masuk dan keluar. Sesuai dengan hukum kekekalan massa, jumlah laju aliran massa netto di dalam sel adalah sama dengan laju perubahan massa di dalam sel tiap satuan waktu (Triatmodjo, 1999). Menurut Triwahyuni et al. (2010) juga memperoleh hasil model dan hasil citra tidak sama pada daerah yang terdapat sungai dan intervensi manusia. Hal tersebut terjadi karena faktor masukan sedimen dari sungai dan intervensi manusia tidak diperhitungkan dalam model. Menurut Dewi (2011) telah membuat model transformasi gelombang dari laut dalam menuju ke pantai serta perubahan garis pantai di pantai Teritip hingga Ambarawang. Bentuk garis pantai model cenderung mengikuti bentuk garis pantai awal (garis pantai citra Landsat tahun 2000). Perbandingan hasil model dengan hasil citra Landsat tahun 2007 memperlihatkan bentuk garis pantai yang mirip.
11
3 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Kawasan Hutan Gembong memiliki luas + 5.311,15 Ha. Kawasan hutan ini membentang di sepanjang pantai Ujung Kerawang (Muara Gembong) yang terletak di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak antara 107o 00’ 00’’ BT sampai 107o 06’ 00’’ BT dan 5o 55’ 00’’ LS sampai 6o 05’ 30’’ LS. Secara administratif, kawasan ini berbatasan dengan: Utara : Laut Jawa. Timur : Kabupaten kerawang. Selatan : Kota Bekasi, Kecamatan Tambun. Barat : DKI Jakarta. Secara administrasi kehutanan, kawasan ini termasuk di dalam BKPH Ujung Kerawang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Adapun letak lokasi penelitian disajikan pada Gambar 5. Kondisi Biofisik Sejarah Penggunaan Lahan di Muara Gembong Konversi lahan di Muara Gembong telah terjadi sebelum terbit surat Keputusan Menteri Kehutanan SK.475/Menhut-II/2005 tanggal 16 Desember 2005 yang mengubah fungsi kawasan dari hutan lindung menjadi hutan produksi tetap seluas 5.170 hektar. Surat Keputusan Menteri Kehutanan ini terbit atas usulan Bupati Bekasi. Kalau dari sejarahnya, hutan lindung Muara Gembong berawal dari tanah negara bebas pada tahun 1949. Bupati Bekasi kemudian menyerahkan tanah seluas 9.311 ha tersebut kepada Kepala Dinas Kehutanan Jakarta Raya. Menteri Pertanian Kemudia menetapkan lahan eks partikelir Cabangbungin, Pondok Tengah, Babakan, Pangkalan, dan Terusan sebagai hutan tetap seluas 9.311 ha. Berita Tata Batas (BATB) kelompok hutan Ujung Karawang KPH Bogor dibuat tanggal 2 Febuari 1957 dan disahkan 31 Mei 1957 seluas 10.481,1 ha. Pemerintah kemudis menambah kawasan hutan tersebut seluar 1.123 ha karena ada tanah timbul (beting) (Forestian, 2011) Kondisi penutupan lahan Kawasan Hutan Lindung Ujung Kerawang (Muara Gembong) berdasarkan Citra Ikonos Tahun 2002 adalah bakau 682,10 ha (6,51%), semak/rumput/rawa 2.703,96 ha (25,80 %), tambak/empang 4.709,59 ha (44,93 %), sawah 1.116,98 (10,65 %), ladang/kebun 428,60 ha (4,09 %), tegalan 547,61 ha (5,23 %), dan pemukiman/perkampungan 292,31 ha (2,79 %) (Forestian, 2011) Kondisi Hutan Mangrove Menurut Forestian (2011) kawasan pesisir pantai hutan mangrove Muara Gembong ditemukan jenis tumbuhan mangrove sejati terdiri dari 23 jenis yang didominasi oleh Api-api (Avicennia spp.), Bakau (Rhizophora spp.), Pedada (Sonneratia caseolaris). Sedangkan hutan mangrove ikutan terdiri dari 13 jenis yang didominasi oleh Bintan (Cerbera odollam), Kiser (Fimbristylis verruginea) dan Ketapang (Terminalia catappa). Adapun jenis tumbuhan di muara air tawar terdiri
12
dari 11 jenis yang didominasi oleh Kiser (Fimbristylis verruginea) dan Nipah (Nypha fruticans). Gelombang Gelombang-gelombang yang timbul karena angin adalah gelombang ditimbulkan oleh perubahan turun naiknya air (pasang surut). Dalam musim barat, terutama bulan Desember sampai Maret, sering dialami gelombang agak besar antara 0,5 s/d 1 meter. Pada waktu terjadi “sguall” gelombang dapat mencapai 1,5 s/d 1,75 meter. Bulan April dan Mei terjadi gelombang lebih kecil sekitar 0,5 meter atau kurang. Dalam periode musim timur dialami gelombang antara 0,5 s/d 1 meter. Dalam periode ini gelombang lebih besar daripada periode pancaroba April/Mei dan Oktober/November. (Hartati, 2009) Pola Arus Arus umum di Teluk Jakarta dan Sekitarnya pada musim barat, antara bulan Oktober sampai April, arus pantai pada musim barat berpengaruh pada pantai yang menghadap ke arah barat, terutama di daerah pantai antara Cilincing dan Ujung Kawang (Muara Gembong). Arus tersebut berpadu dengan arus dari aliran sungai Citarum, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan bentuk pantai disekitar dengan terjadinya endapan-endapan atau beting-beting serta berpindahpindahnya garis kedalaman. Arus laut pada musim barat di daerah Cilincing dan Ujung Karawang (Muara Gembong) berkecepatan maximum 1,5 knot dengan arah timur – tenggara. (Hartati, 2009) Kecepatan Angin Menurut Syahbana (2011) perubahan musim menyebabkan perubahan arah dan kecepatan angin. Kecepatan angin di Muara Gembong maksimum terjadi pada bulan Desember 2001 sebesar 14,1 km/jam. Kecepatan angin minimum terjadi pada bulan Mei sebesar 2 km/jam. Kecepatan angin yang besar dapat menyebabkan gelombang yang menuju pantai menjadi besar dan kuat. Gelombang yang besar dan kuat dapat membahayakan tanggul sehingga rentan untuk rusak. Berdasarkan pemantauan awan melalui Satelit MTSAT tampak bahwa awan-awan konvektif yang terbentuk pada 9 Februari masuk dalam kategori awan-awan dingin konvektif tinggi. Ketinggian Pasang Menurut Syahbana (2011) ketinggian pasang rata-rata di perairan teluk Jakarta termasuk Muara Gembong mengalami fluktuasi. Ketinggian pasang surut harian di perairan Teluk Jakarta meliputi Muara Gembong berkisar antara 10-120 cm. Sedangkan ketinggian pasang surut menurut bulan berkisar antara 59,8460,80 cm. Ketinggian maksimum terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 60,80 cm. Ketinggian minimum terjadi pada bulan November sebesar 59,84 cm. Ketinggian pasang surut rata-rata maksimum biasanya terjadi pada bulan Februari dan Maret. Namun pada tahun 2001, ketinggian maksimum terjadi pada bulan Desember. Pada tahun 2009, ketinggian rata-rata maksimum terjadi dua kali yaitu pada bulan Febuari dan Desember.
13
Sosial dan Ekonomi Menurut kategori kesejahteraan, keluarga di kecamatan Muara Gembong terbagi menjadi 5.507 keluarga pra sejahtera (Pra KS), 3.890 keluarga sejahtera-1 (KS-1), 2.324 keluarga sejahtera-II (KS-II), 481 keluarga sejahtera-III (KS-III) dan 90 keluarga sejahtera-III plus (KS-III+). Kemudian ekonomi rumah tangga di Muara Gembong, tercatat rumah tangga usaha jasa pertanian sebanyak 209 rumah tangga. Sebanyak 58% adalah rumah tangga jasa pertanian tanaman pangan, dan 38% jasa perikanan. Pada sektor perikanan, Kecamatan Muara Gembong memiliki jumlah rumah tangga usaha budidaya ikan sebanyak 1.492 rumah tangga. Budidaya terbanyak dilakukan di tambak yaitu sebanyak 99,13%. Rata –rata luas baku budidaya ikan di tambak sebesar 33.689,14 m2/rumah tangga. Jenis komoditas utama yang dibudidayakan adalah bandeng dan udang windu. Selain itu tercatat pula sebanyak 1.509 sebanyak 84,43% rumah tangga menangkap ikan di laut. Pada tahun 2014 jumlah rukun tetangga (RT) sebanyak 137, tersebar di 22 Dusun dan 42 Rukun Warga (RW). (BPS Kabupaten Bekasi, 2015) Tabel 2 Jumlah RW dan RT menurut Desa di Kecamatan Muara Gembong Desa Pentaiharapanjaya Pantaimekar Pantaisederhana Pantaibakti Pantaibahagia Jayasakti Kec. Muara Gembong Sumber : BPS Tahun 2015
Gambar 5
Dusun 4 4 4 3 4 3 22
RW 14 8 5 6 6 6 46
RT 27 23 16 19 32 20 137
Lokasi penelitian monitoring sedimentasi dan perubahan garis pantai
14
Waktu Penelitian Pengumpulan data lapangan sedimentasi dan Ground Poin cek (GPC) perubahan garis pantai dan sedimentasi dilakukan pada bulan Febuari 2016. Data landsat liputan bulan Febuari 2016 untuk perubahan garis pantai sebagai acuan dalam penapisan GPC untuk landsat liputan tahun 2005, 2007, 2009, 2011, 2013, dan 2015. Data citra landsat yang digunakan dari USGS yaitu data satelit landsat generasi ke-5, ke-7 dan ke-8 (Landsat 8). Landsat 8 memiliki kemampuan untuk merekam citra dengan resolusi spasial yang bervariasi, dari 15 meter sampai 100 meter, serta dilengkapi oleh 11 kanal. Dalam satu harinya satelit ini akan mengumpulkan 400 scenes citra atau 150 kali lebih banyak dari Landsat 7. Sensor satelit landsat ke-8 disajikan pada Tabel.3 Tabel 3 Sensor satelit landsat 8 Kanal Spektral Resolusi Spasial Band 1 Visible (0.433 – 0.453 µm) 30 m Band 2 Visible (0.450 – 0.515 µm) 30 m Band 3 Visible (0.525 – 0.600 µm) 30 m Band 4 Near-Infrared (0.630 – 0.680 µm) 30 m Band 5 Near-Infrared (0.845 – 0.885 µm) 30 m Band 6 SWIR 1(1.560 – 1.660 µm) 30 m Band 7 SWIR 2 (2.100 – 2.300 µm) 30 m Band 8 Panchromatic (PAN) (0.500 – 0.680 µm) 15 m Band 9 Cirrus (1.360 – 1.390 µm) 30 m Band 10 TIRS 1 (10.3 – 11.3 µm) 100 m Band 11 TIRS 2 (11.5 – 12.5 µm) 100 m Sumber : Landsat.Usgs.gov; nature.com; en.wikipedia.org Bahan dan Alat Penelitian Bahan dalam penelitian ini membutuhkan data raster resolusi sedang (Citra Landsat generasi ke-5, ke-7 dan ke-8) dan data vektor kawasan lindung Muara Gembong. Dalam pengumpulan data primer di lapangan membutuhkan peralatan untuk mendukung pemantauan sedimentasi dan perubahan garis pantai, adapun peralatan yang dibutuhkan yaitu; 1. TDS Meter dengan merk Eutech CON 700. 2. Global positioning system (GPS), digunakan untuk menentukan posisi Perahu motor untuk menjangkau titik sampel atau stasiun pemantauan yang 3. telah ditetapkan 4. Kamera untuk mendokumentasikan lokasi dan proses kegiatan pengumpulan data primer 5. Sofware ERDAS Imagine untuk menganalisa data raster resolusi sedang (Citra Landsat OLI) 6. Sofware Arcgis untuk melakukan mapping 7. Sofware Microsoft Office untuk menyusun laporan dan analisa
15
Prosedur Analisis Data Data Spasial Penelitian ini membutuhkan data raster resolusi sedang wilayah Muara Gembong dalam melakukan analisa sedimentasi di perairan. Data raster resolusi sedang berupa citra satelit landsat ke-5, ke-7, dan ke-8 OLI path/row 122/064 yang dikeluarkan oleh pihak USGS. Adapun data akuisisi citra satelit landsat digunakan seperti disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 6. Data Tahun 2015 2013 2011 2009 2007 2005
Tabel 4 Data akuisisi citra landsat Akuisisi Landsat 8 OLI ; 18 Oktober 2015 Landsat 8 OLI ; 18 Oktober 2013 Landsat 7 ETM+ ; 18 September 2011 Landsat 5 TM ; 15 November 2009 Landsat 5 TM. ; 15 September 2007 Landsat 7 ETM+ ; 20 November 2005
Sumber : Data Satelit USGS
(a)
(c)
(b)
(d)
16
(e)
Gambar 6
(f)
Data citra landsat tahun (a) 2005, (b) 2007, (c) 2009, (d) 2011, (e) 2013, dan (f) 2015
Desain Plot dan Pemilihan Data Contoh Desain plot dilakukan menggunakan data sample sedimentasi sebanyak 30 sample yang terbagi menjadi 2 jenis sample yaitu sedimentasi di estuari dan di zona mangrove. Data yang diolah di estuari 30 sample yang tersebar di ( estuari yang tercampur secara vertikal, stratifikasi sebagian, stratifikasi dan baji garam) dan di zona mangrove. Jumlah data tersebut, kemudian dibagi menjadi 2 kelompok secara berselang-seling, yaitu 20 sampling (stasiun) plot digunakan untuk membangun model dan 10 sampling lagi untuk validasi model. Analisis Data Total Sedimentasi Tersuspensi (TSS) Contoh sedimen dari pengambilan data di lapangan (In Situ) dianalisis untuk mendapatkan besarnya kandungan sedimen dalam satu liter air. Prosedur untuk analisa data sedimen tersuspensi adalah sebagai berikut: 1. Kertas saring dioven terlebih dahulu pada suhu 100oC -103o selama 24 jam untuk memperoleh berat konstan 2. Sampel air disaring dengan kertas saring 3. Hasil penyaringan yang tertahan di kertas saring (kertas + sedimen) dikeringkan dengan dioven pada suhu 105o C selama 24 jam, kemudian dimasukkan ke dalam desikator sebelum ditimbang. Hasil yang diperoleh dimasukkan ke dalam formula sebagai berikut : ⁄
X 100
Keterangan A = Berat kering kertas sering dan sedimen setelah penyaringan (mg) B = Berat kering kertas saring sebelum penyaringan (mg) C = Volume air yang disaring (I)
17
Analisis Data Total Dissolved Solid (TDS) Total Dissolve Solid (TDS) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic maupun anorganik, mis : garam, dll) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per Million (PPM) atau sama dengan milligram per Liter (mg/L). Umumnya berdasarkan definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 micrometer (2×10-6 meter). Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan kertas saring millipore dengan ukuran pori 0,45 μm. Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya TDS adalah bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian. . Total padatan terlarut (Total Dissolved Solid) adalah bahan-bahan terlarut (diameter < 10 -6 mm) dan koloid (diameter < 10 -6 mm - < 10 -3 mm) yang berupa senyawa kimia dan bahan-bahan lain yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 µm. Sampai saat ini ada dua metoda yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas suatu larutan. Ada pun dua metoda pengukuran TDS (Total Dissolve Solid) tersebut adalah Gravimetry dan Electrical Conductivity. Sedangkan dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk pengukuran TDS adalah “Electrical Conductivity” Penentuan TDS digunakan alat TDS Meter dengan merk Eutech CON 700. Alat ini bisa digunakan juga untuk pengukuran konduktivitas dan suhu. Pertamatama tekan tombol power untuk menyalakan alat kemudian elektroda dibilas menggunakan aquades dan dikeringkan dengan tisu. Setelah itu dicelupkan kedalam sampel hingga batas elektroda dan ditekan tombol CAL/MEAS untuk melakukan pengukuran terhadap TDS. Ditunggu nilai pembacaan TDS hingga stabil dan dicatat nilai TDS yang muncul pada layar. Diulangi 3 kali dan dilanjutkan pengukuran TDS dengan sampel berikutnya. Proses Pengolahan Data Citra Satelit Pengolahan data dari citra satelit hingga menghasilkan output kajian secara umum terlihat pada Gambar 7. Kanal-kanal pada satelit Landsat 8 yang digunakan hanya band 2, band 3, band 4, band 5, band 6, dan band 7 memperoleh nilai reflektansi. Perairan Estuari Muara Gembong merupakan daerah penelitian yang dikaji, oleh karena itu data citra satelit Landsat 8 OLI di potong (cropping) terlebih dahulu untuk mempersempit daerah kajian yang akan di olah. Citra yang telah di potong kemudian dilakukan koreksi atmospheric. Citra satelit Landsat 8 yang diperoleh melalui situs USGS sudah terkoreksi secara geometrik, sehingga tidak perlu dilakukan koreksi geometrik. Konversi bit coding merupakan langkah pertama yang harus dilakukan saat mengolah data citra satelit. Tujuan utama dari konversi bit coding adalah untuk
18
mengubah data pada citra yang disimpan dalam bentuk Digital Number (DN) menjadi TOA radiance. Data citra yang digunakan landsat 8 path 122 row 64, kemudian sun elevation C81220642016006LGN00, 2016-01-06, sun elevation 57.31804764 dan LC81220642016070LGN00, 2016-03-10, sun elevation 59.72343082. Menurut USGS (2014) pendekatan yang digunakan untuk konversi Digital Number (DN) ke radince Top of Atmosphere (TOA) dan Konversi dilakukan untuk setiap band multispectral yang akan digunakan dalam analisis (band 2-7) adalah sebagai berikut: ρλ' = Mρ*Qcal + Aρ ρλ' = TOA Planetary Spectral Reflectance, tanpa koreksi sudut matahari. (Watt cm-2 sr-1 µm-1) Mρ = Faktor pengali reflektansi untuk masing-masing band (REFLECTANCEW_MULT_BAND_n from the metadata). Aρ = Faktor penambah reflektansi untuk masing-masing band (REFLECTANCE_ADD_BAND_N from the metadata). Qcal = Nilai dijital citra Level 1
ρλ θ
= =
TOA Planetary Reflectance. (Watt cm-2 sr-1 µm-1) Sudut ketinggian matahari (dari metadata)
19
CITRA LANDSAT
Kalibrasi Atmosferik
Composit Band 531
Composit band 2-7
Pan Sharping
Uji Asumsi Klasik Masking Darat, Laut dan Mangrove
DATA IN SITU SEDIMENTASI (TDS) 15 : 10
Analisis Hubungan “r” Data In Situ dan Reflektansi Citra (band)
Ground Control Point (GCP)
Citra Terkoreksi
Analisis Model Reflektansi Citra (band) terpilih
VALIDASI
TIDAK
Memenuhi Syarat
Penajaman Citra (Color balancing)
Penajaman Citra (Color Balancing)
YA PETA DISTRIBUSI TDS
Gambar 7
Perubahan Garis Pantai
Diagram Alir Penelitian
Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan analisis regresi terhadap data penelitian, perlu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji heteroskedastisitas. Uji Normalitas Ada bermacam-macam cara untuk mendeteksi normalitas distribusi data salah satunya menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas adalah dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Menurut Ghozali (2005) dasar pengambilan keputusan:
20
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Uji Heteroskedastisitas Menurut Ghozali (2005) pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homokedastisitas. Sebaliknya, jika varians berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2005) dasar pengambilan keputusan:
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika ada pola garis yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengembangan Model
Pendugaan konsentrasi TDS di Estuari Muara Gembong dilakukan pada bulan Februari. Pengembangan model untuk menduga konsentrasi TDS dilakukan dengan kombinasi dari nilai-nilai reflektansi pada band 2, band 3, band 4, band 5, band 6, dan band 7. Reflektansi spektral atau perbandingan reflektansi yang digunakan untuk menduga parameter TDS dapat berupa reflektansi pada kanal tunggal, rasio antar kanal, maupun transformasi kromatisiti antar kanal dari citra Landsat. Model yang digunakan berupa persamaan regresi yang diharapkan memiliki koefisien determinasi (R2) tertinggi, dimana y merupakan nilai parameter yang di uji (data in situ konsentrasi TDS) dan x merupakan reflektansi tunggal pada kanal yang digunakan (TOA). Contoh – contoh bentuk persamaan regresi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5
Bentuk persamaan model regresi
No
Model Hubungan
Bentuk Model
1
Regresi Linear
y = a + bx
2
Eksponensial
y = a*exp(bx)
3
Polynomial (orde 2)
y = a + b*x2 + b1*x
4
Logaritmik
y = a*ln(x) + b
5
Power
y = a*xb
21
Asumsi dan Hipotesis Model Setelah terpilih persamaan regresi dari pengembangan model kemudian dibuat suatu hipotesis dan asumsi untuk mempermudah dalam penerapan dan pengujian model tersebut. Sebuah hipotesis atau asumsi yang dibuat saat pengembangan model akan di uji apakah dapat diterima atau ditolak (sesuai hipotesis), yang artinya apakah model tersebut dapat digunakan untuk menduga konsentrasi TDS estuari Muara Gembong atau tidak. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa kondisi di estuari Muara Gembong pada saat pengambilan data lapangan maupun data penginderaan jauh dengan citra satelit Landsat tidak banyak berubah. Hipotesis secara umum adalah nilai pendugaan konsentrasi TDS estuari Muara Gembong dari data Landsat melalui hasil pengembangan model akan sama dengan hasil pengukuran TDS in situ. Pendugaan Model Pendugaan model dilakukan dengan satu parameter kualitas perairan, yaitu TDS estuari zona mangrove yang dilihat berdasarkan nilai pantulan (reflektansi) cahaya tampak dari badan air sesuai pada kanal-kanal citra satelit Landsat. Kondisi estuari Muara Gembong sangat dinamis sehingga pengembangan model dilakukan pada waktu bulan basah. Model hubungan yang dikembangkan adalah model empiris menggunakan persamaan regresi antara konsentrasi TDS in situ dengan nilai TOA. Pendugaan konsentrasi TDS menggunakan TOA dengan beberapa persamaan regresi model yaitu linear, eksponensial, logaritmik, polynomial orde 2, dan power. Dari beberapa model pendugaan yang dihasilkan, kemudian dipilih model hubungan terbaik yang memiliki koefisien determinasi (R2) tertinggi dan simpangan akar nilai tengah (RMS error) terkecil untuk analisis lanjutan. Koefisien determinasi (R2) merupakan kriteria kecocokan model yang berkisar antara 0 hingga 1, dalam keadaan ideal koefisien determinasi mendekati angka 1. Nilai R2 sebagai pengukur keeratan hubungan antara peubah y sebagai peubah respons (variabel tak bebas) dan peubah x (variabel bebas). Semakin dekat nilai R2 dengan nilai 1, maka semakin dekat pula titik pengamatan ke garis regresinya dan model tersebut semakin baik (Aunuddin, 1989). Nilai R2 dan RMS error akan berbanding terbalik, yaitu apabila nilai R2 tinggi maka harus dihasilkan RMS error yang kecil. Nilai RMS error mendekati angka nol (0) menunjukkan model dugaan semakin baik. RMS error =√ Keterangan : n nilai sesungguhnya nilai duga
: merupakan jumlah data : TDS : TOA Model
22
Validasi Data Setelah diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dan RMS error yang paling baik, untuk meyakinkan apakah model yang digunakan benar-benar teruji, maka dilakukan validasi data. Validasi data bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara nilai pendugaan konsentrasi TDS dari pengembangan model yang terbentuk dengan data in situ konsentrasi TDS. Dalam kajian ini digunakan uji beda nilai tengah dua arah (uji-t). Hipotesis yang digunakan dalam uji-t adalah (Walpole, 1995): H0: µ1 =µ 2 H1: µ1 ≠ µ2 dimana: H0 adalah apabila nilai tengah konsentrasi TDS in situ sama dengan nilai tengah pendugaan model konsentrasi TDS H1 adalah apabila nilai tengah konsentrasi TDS in situ perairan tidak sama dengan nilai tengah pendugaan model konsentrasi TDS µ1 adalah nilai tengah konsentrasi TDS in situ µ2 adalah nilai tengah pendugaan konsentrasi TDS Dari hipotesis tersebut diharapkan bahwa antara nilai tengah konsentrasi TDS in situ dengan nilai tengah pendugaan konsentrasi TDS tidak berbeda nyata ( 1 = 2) atau terima H0 sehingga model hubungan yang terbentuk tervalidasi dengan baik untuk menduga konsentrasi TDS estuari Muara Gembong. Analisis Perubahan Garis Pantai Muara Gembong Pengelolaan Data Data spasial menggunakan citra satelit 10 tahun terakhir dengan interval perdua tahun (per-2/thn) (tahun 2005, 2009, 2011, 2013, dan 2015) untuk melihat perubahan garis pantai. Pengolahan citra awal dengan melakukan koreksi geometrik (uji akurasi antara citra ke citra) menggunakan GQGIS Desktop 2.12.0, ERDAS Imagine 9.1 dan ArcGIS 10.1 dilakukan pada citra tahun 2005 dan 2015. Citra tahun 2016 dijadikan sebagai acuan dan diasumsikan memiliki informasi yang benar. Pengambilan titik kontrol Ground Control Point (GCP) diambil secara menyebar pada pengamatan lapang dan peta referensi, memiliki geometrik tetap dengan nilai Root Mean Square Error (RMSE) diperoleh < 0,5 dan mudah dikenali baik pada citra maupun keadaan aslinya dengan sistem WGS 1984 SUTM 48. Analisis Perubahan Garis Pantai Data spasial menggunakan citra satelit 10 tahun terakhir untuk melihat perubahan garis pantai. Pengolahan citra awal dengan melakukan koreksi geometrik (uji akurasi antara citra ke citra) menggunakan ArcGis Desktop V.10.1, ERDAS Imagine 9.1 ,GQGIS Desktop 2.12.0 dilakukan pada citra tahun 2005 sampai 2015. Citra tahun 2015 dijadikan sebagai acuan dan diasumsikan memiliki informasi yang benar. Pengambilan titik kontrol lapangan (Ground Control Point) diambil secara menyebar pada pengamatan lapang, memiliki geometrik tetap dengan nilai Root Mean Square Error (RMSE) diperoleh < 0,5 dan mudah dikenali baik pada citra
23
maupun keadaan aslinya dengan sistem WGS 1984 SUTM 48. Penetapan garis pantai yang digunakan dalam penelitian ini adalah interpretasi visual dari kenampakan objek. Komposit Citra Landsat 8 OLI tahun 2005, 2007,2009,2011,2013, dan 2015 yang digunakan 531 (RGB) karena batas tegas antara air laut dan daratan yang ada dapat digambarkan dan sesuai untuk mendeteksi perubahan garis pantai. Kemudian dilakukan pan sharping yang menghasilkan resolusi spasial 15 m Setelah citra terkoreksi proses selanjutnya penajaman citra (Colour balancing) untuk menyamakan warna antar scene menjadi seragam ketika akan digabungkan, tujuannya untuk meningkatkan kemampuan interpretasi citra secara visual dengan mempertinggi perbedaan kenampakan objek. Sebelum dilakukan digitized on –screen, data citra tahun 2005 sampai 2015 dilakukan pembuatan grid 1,5 km x 1,5 km sebagai lokasi trayek pengukuran jarak dan luas perubahan garis pantai. Jumlah trayek pengukuran perubahan garis pantai di Muara Gembong sebanyak 14 trayek yang terbagi 7 trayek bagian timur dan 7 trayek bagian barat pesisir. Kemudian, proses digitized on-screen dilakukan karena lebih mudah dilakukan, tidak memerlukan tambahan peralatan lainnya dan lebih mudah untuk dikoreksi apabila terjadi kesalahan. Proses digitasi menggunakan image analysis yang dapat menampilkan data raster dan data vektor secara bersamaan. Setelah tahap digitasi selesai, proses selanjutnya adalah tumpang-susun (overlay) untuk mengetahui seberapa besar perubahan garis pantai yang mengalami abrasi dan akresi. Pembuatan polygon/line untuk menghitung jarak dan luas area perubahan garis pantai dalam kurun waktu menggunakan fitur measured tools program ArcGis. Jarak dan luas area dihitung berdasarkan jumlah piksel yang terklasifikasi sebagai objek di kalikan dengan tingkat ketelitian ukuran (15x15 m). Tahap analisis data dalam penelitian ini ditunjukan pada Gambar 7. Analisis Klasifikasi Penutupan Lahan Menurut Muttaqin (2011) klasifikasi liputan lahan pada citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan interpresentasi data inderaja secara visual, dimana interpresentasi visual adalah cara untuk memperoleh informasi kualitatif dan kuantitatif dari data citra satelit menggunakan interpresentasi bentuk objek, lokasi ukuran, bayangan-bayangan, rona (tune), warna, pola, tektur dan asosiasi hubungan antar objek yang ada disamping menggunakan pengetahuan dan pengalaman manusia. Interpretasi dilakukan dengan mendigitasi batas/ciri kenampakan liputan lahan dengan cara mendigitasi langsung citra satelit pada layar komputer. Pengelompokan hasil digitasi dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelas, dalam penelitian ini yang di interpresentasi jenis mangrove, daratan, dan air. Analisis Tingkat Tekanan dan Ketergantungan penduduk Terhadap Lahan Menurut RLPS (2009) masalah kependudukan baik kuantitas maupun kualitas penduduk mempunyai pengaruh penting terhadap lingkungan. Salah satu permasalahan penduduk di DAS adalah tekanan penduduk (TP). Dengan meningkatnya jumlah penduduk akan berakibat pada permasalahan lapangan kerja,
24
pendidikan, pangan bergizi, kesehatan, dan degradasi lingkungan. Makin besar jumlah penduduk, makin besar pula kebutuhan akan sumberdaya sehingga tekanan terhadap sumberdaya yang ada juga meningkat. Dengan kualitas penduduk yang rendah, kenaikan tekanan terhadap sumberdaya akan meningkat sebanding dengan kenaikan jumlah penduduk. Jika kualitas penduduk dapat dinaikkan, efisiensi penggunaan sumberdaya dapat lebih rendah dari laju pertumbuhan penduduk. Menurut RLPS (2009) tekanan penduduk terhadap lahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
T = waktu dalam 5 tahun Z = Luas lahan pertanian minimal untuk hidup layak petani tambak F = Proporsi petani terhadap populasi penduduk di Muara Gembong Po = Jumlah penduduk tahun 0 L = Luas lahan pertanian R = Pertumbuhan penduduk/thn Tingkat Tekanan penduduk terhadap lahan memiliki tingkat yaitu ; TP < 1 ringan TP < 2 Sedang TP > 2 Berat
25
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Model Pendugaan TDS Nilai Top of Atmosphere (TOA) Hasil data landsat 8 OLI yang telah dikalibrasi TOA dapat dilihat pada Gambar 7. Hasil konversi bit coding Top of Atmosfer (TOA) dilakukan dengan cara mengubah nilai digital number (DN) ke nilai reflektansi. Apabila dibandingkan dengan data sebelumnya, penampakan secara visual, data tersebut tidak berbeda secara signifikan, data landsat 8 yang telah konversi TOA, nilai DN-nya telah berubah menjadi nilai reflektansi.
(a)
(b)
Gambar 8
Citra Landsat 8 dengan (a) sebelum koreksi TOA dan (b) setelah kalibrasi TOA Data yang digunakan untuk membuat model adalah data landsat – 8 path/row 122/064. Berdasarkan hasil konversi nilai digital number (DN) menjadi TOA, band 2 sampai 7 disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Kode_ Sampel
Hasil nilai DN ke nilai TOA pada data landsat-8
B2_Jan
B3_Jan
B4_Jan
B5_Jan
B6_Jan
B7_Jan
11
0.17978
0.16769
0.13668
0.06100
0.02122
0.01183
12
0.18221
0.16845
0.14062
0.06420
0.02143
0.01269
13
0.18080
0.16807
0.14999
0.07205
0.02022
0.01198
14
0.18418
0.17648
0.15633
0.07720
0.02324
0.01314
15
0.18463
0.17710
0.15593
0.07271
0.02374
0.01359
16
0.18496
0.17610
0.15336
0.06988
0.02155
0.01283
17
0.18446
0.17603
0.15184
0.06689
0.02129
0.01324
18
0.18214
0.17037
0.14343
0.06447
0.02210
0.01321
19
0.17484
0.15664
0.12546
0.06166
0.02129
0.01257
20
0.16560
0.14167
0.10134
0.05228
0.01918
0.01053
21
0.16122
0.13445
0.08984
0.05178
0.01906
0.01072
22
0.16127
0.13585
0.09141
0.05118
0.01818
0.01003
26 Kode_ Sampel
B2_Jan
B3_Jan
B4_Jan
B5_Jan
B6_Jan
B7_Jan
23
0.16125
0.13627
0.09305
0.05204
0.01823
0.00977
24
0.16334
0.13780
0.09899
0.05375
0.01922
0.01048
25
0.16919
0.14744
0.11237
0.05703
0.01865
0.01022
26
0.17363
0.15578
0.12620
0.06539
0.02058
0.01202
27
0.17277
0.15621
0.12720
0.06658
0.01977
0.01074
28
0.16698
0.14345
0.10767
0.05800
0.01965
0.01088
29
0.16234
0.13666
0.09605
0.05337
0.01727
0.00896
30
0.16424
0.14043
0.10374
0.05660
0.01815
0.00901
10
0.18145
0.16850
0.13794
0.06126
0.02041
0.01162
9
0.18183
0.16757
0.14046
0.06713
0.02248
0.01371
8
0.17591
0.15906
0.12922
0.06371
0.02272
0.01350
7
0.17265
0.15284
0.11727
0.05727
0.02017
0.01152
6
0.18145
0.16764
0.13825
0.06242
0.02295
0.01381
Analisis Data In situ TSS dan TDS Rencana sampel pemantauan TSS (Total Suspended Solid) dan TDS (Total Dissolve Solid) di Estuari Muara Gembong sejumlah 30 titik stasiun pemantauan, namun dari 30 titik stasiun pemantauan TSS dan TDS tersebut hanya 25 titik stasiun pemantauan yang dapat dilakukan pengukuran TSS dan TDS. Sedangkan 5 titik stasiun pemantauan yang tidak dapat dilakukan pengukuran TSS dan TDS yaitu titik stasiun pemantauan 1,2,3,4,dan 5. Adapun sebaran dan letak titik stasiun pemantauan yang tidak dapat dilakukan pemantauan digambarkan pada Gambar 9. Kendala tidak dapat dilakukan pengukuran TSS dan TDS di 5 titik sampling adalah kondisi permukaan air laut surut. Sehingga kapal tidak dapat menjangkau titik sampling yang telah ditetapkan keterwakilanya. Adapun hasil analisis Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan (Proling) Institut Pertanian Bogor Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan hasil analisis Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan (Proling) Institut Pertanian Bogor Faktultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, data TSS menunjukkan ketidak normalan sehingga tidak dapat dilanjutkan analisis pemodelan antara hasil pengukuran in situ TSS dengan TOA. Tabel 7
Data hasil pengukuran in situ ekosistem estuari Muara Gembong
ID
Kode Lab
Kode Sampel
TDS
TSS
1
P.7018-6
11
18.560
1.192
2
P.7018-7
12
11.360
52
3
P.7018-8
13
22.900
336
27
ID
Kode Lab
Kode Sampel
TDS
TSS
4
P.7018-9
14
2.840
19
5
P.7018-10
15
3.180
26
6
P.7018-11
16
5.280
14
7
P.7018-12
17
13.040
112
8
P.7018-13
18
10.640
51
9
P.7018-14
19
11.730
856
10
P.7018-15
20
14.980
296
11
P.7018-16
21
17.560
96
12
P.7018-17
22
18.380
121
13
P.7018-18
23
19.000
176
14
P.7018-19
24
15.760
396
15
P.7018-20
25
12.900
980
16
P.7018-21
26
12.280
1.884
17
P.7018-22
27
19.040
520
18
P.7018-23
28
16.570
720
19
P.7018-24
29
18.830
246
20
P.7018-25
30
15.720
276
21
P.7018-5
10
10.800
69
22
P.7018-4
9
5.480
61
23
P.7018-3
8
6.020
364
24
P.7018-2
7
9.790
249
25
P.7018-1
6
8.840
52
Sumber : Data lapangan (in situ) tahun 2016
28
Gambar 9
Lokasi plot pengukuran TDS / TSS Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas dan uji heterokedastisitas. Hasil analisis uji asumsi klasik menyatakan seluruh uji asumsi klasik diterima. Hal ini berarti analisis uji regresi sederhana dapat dilakukan. Adapun hasil uji asumsi klasi disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Jenis Uji Uji Normalitas
Uji Heterokedastisitas
Uji asumsi klasik Alat Ukur Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Nilai K-S adalah 0,133 dan tidak signifikan pada 0,819 disajikan pada Gambar 10 Grafik scatter plot titik- titik tersebar di bawa o pada sumbu Y dan tidak terbentuk suatu pola disajikan pada Gambar 11
Hasil Analisis Ho diterima yang berarti data terdistribusi normal Model regresi tidak terdapat heterokedastisitas
29 Probability Plot of TDS Normal
99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
13207 5944 15 0,133 >0,150
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
0
5000
10000
15000 TDS
Gambar 10
Gambar 11
20000
25000
30000
Uji normalitas TDS
Scatter plot uji heteroskedastisitas
Hasil Analisis Hubungan (Pearson) Pearson (r), atau yang lebih lengkap dikenal dengan pearson product moment correlation coefficient, adalah cara mengukur hubungan dua variabel yang ingin diketahui hubungannya. Nilai r berkisar -1 sampai dengan +1. Nilai r yang sama dengan nol (0) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan, sedangkan semakin besar dari nol (positif) atau semakin kecil dari nol (negatif) menunjukkan semakin ada hungungan. Nilai r yang positif menunjukkan bahwa hubungannya adalah positif,
30
sedangkan nilai r yang negatif menunjukkan bahwa hubungan adalah negatif. (Kuntur, 2006) Hubungan antara konsentrasi TDS perairan in situ dengan TOA disajikan pada Tabel 9 Gambar 12 dan13, analisis korelasi antara konsentrasi TDS di perairan in situ dengan TOA menunjukkan TOA (band 6) memiliki nilai r sebesar -0,782 menunjukkan hubungan yang kuat dibandingkan dengan TOA yang lain. Kemudian korelasi antara konsentrasi TSS di perairan in situ dengan TOA, TOA (band 3) menunjukkan memiliki nilai r sebesar -0,168 menunjukkan hubungan yang kuat dibandingkan dengan TOA yang lain. Nilai hubungan r sebesar 0,168 menunjukkan hubungan yang lemah, nilai yang kecil dari 0,5 atau yang lebih besar dari –0,5 (-0,5 ≤ 0,5) menunjukkan hubungan yang lemah dengan kata lain semakin r mendekati nol semakin tidak ada hubungan. (Kuntur, 2006)
Salinity Conductivity TSS B2_Jan B3_Jan B4_Jan B5_Jan B6_Jan B7_Jan
Tabel 9 Nilai korelasi antar variable TDS TSS B2_Jan B3_Jan B4_Jan 1 0.996 0.261 -0.625 -0.162 -0.614 -0.168** 0.996 -0.59 -0.139 0.987 0.992 -0.559 -0.077 0.874 0.892 0.934 -0.782** -0.163 0.865 0.859 0.846 -0.723 -0.162 0.877 0.86 0.843
B5_Jan
B6_Jan
0.789 0.754
0.964
Keterangan : ** Nilai r yang terpilih Matrix Plot of TDS, B2_Jan, B3_Jan, B4_Jan, B5_Jan, B6_Jan, B7_Jan 0.16
0.17
0.18
0.100 0.125 0.150
0.018
0.021
0.024
20000 10000
TDS
0 0.18 B2_Jan
0.17 0.16
0.18 0.16
B3_Jan
0.14 0.150 0.125
B4_Jan
0.100 0.07 B5_Jan
0.06 0.05
0.024 0.021
B6_Jan
0.018
0.014 0.012
B7_Jan
0.010 0
10000
20000
0.14
Gambar 12
0.16
0.18
0.05
0.06
0.07
0.010
Scatterplot antara TDS dengan TOA
0.012
0.014
31 Matrix Plot of TSS, B2_Jan, B3_Jan, B4_Jan, B5_Jan, B6_Jan, B7_Jan 0.16
0.17
0.18
0.100 0.125 0.150
0.018
0.021
0.024
2000 1000
TSS
0 0.18 B2_Jan
0.17 0.16
0.18 0.16
B3_Jan
0.14 0.150 0.125
B4_Jan
0.100 0.07 B5_Jan
0.06 0.05
0.024 0.021
B6_Jan
0.018
0.014 0.012
B7_Jan
0.010 0
1000
2000
0.14
Gambar 13
0.16
0.18
0.05
0.06
0.07
0.010
0.012
0.014
Scatterplot antara TSS dengan TOA
Pengembangan Model Pendugaan TDS Pendugaan konsentrasi TDS di Muara Gembong melalui pengembangan model menggunakan lima persamaan regresi, yaitu model linear, eksponensial, polynomial orde2, logaritmik, dan power. Persamaan regresi yang terbentuk pada bulan Januari dari hubungan antara nilai reflektansi transformasi kromatisiti band 6 dengan konsentrasi TDS perairan in situ. Penggunaan transformasi kromatisiti kanal biru berdasarkan pada pola sebaran antara nilai TOA kanal biru terhadap data in situ TDS perairan menunjukkan korelasi yang paling tinggi (Tabel 10). Persamaan regresi yang memiliki koefisien determinasi (R2) terbaik dan RMS error terkecil adalah model eksponensial dengan RMS error sebesar 3,987.631 seperti disajikan pada Gambar 14. Tabel 10
Algoritma pendugaan TDS pada reflektansi citra akuisisi Januari Pengujian No Model Hubungan R2 RMS error 1 Linear : 0,5766 316.460 y = -3E+06x + 65764 2 Eksponensial : 0,6168 3,987.631 -285,4x y = 4E+06e 3 Logaritma: 0,5584 65.523 y = -51874ln(x) - 188438 4 Polynomial orde2: 0,6654 5.6E+15 y =-6E+08x2 + 2E+07x – 197542 5 Power : 0,5907 4,179 -5,7636 y = 2E-06x Keterangan : y = data In situ konsentrasi TDS
32
X = reflektansi band 6 Model Terpilih 25000 y = 4E+06e-285,4x R² = 0,6168
TDS
20000 15000
TDS
10000
Expon. (TDS)
5000 0 0,017
0,019
0,021
0,023
0,025
TOA
Gambar 14
Hubungan TOA (band 6) dengan TDS in situ
Pengujian dan Validasi Data Model Uji-t dilakukan pada variabel yang tidak memiliki keterkaitan saling mempengaruhi melainkan hubungan antara nilai tengah suatu variabel berbeda nyata atau tidak dengan nilai tengah dari variabel lainnya. Uji –t Setelah diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) dan RMS error yang paling baik yaitu model eksponensial dengan koefisien determinasi R2 0,6168 dan RMS Error 3,987.631, untuk meyakinkan apakah model yang digunakan benar-benar teruji maka dilakukan validasi data untuk mengetahui perbedaan antara nilai tengah (µ) TDS in situ. dan TDS hasil pendugaan Transformasi reflektansi citra (band 6) menggunakan model hubungan yang terbentuk dengan data in situ TDS dan TDS hasil pendugaan, menggunakan uji beda nilai tengah dua arah (uji-t). Penggunaan uji-t dua arah karena belum diketahui dan diprediksi apakah nilai tengah (µ) variabel yang satu lebih besar atau lebih kecil dari nilai tengah (µ) variabel yang lainnya. Uji-t atau uji beda nilai tengah digunakan pada variabel yang saling bebas atau tidak memiliki hubungan saling mempengaruhi. Tabel 11 memperlihatkan hasil Uji-t yang dilihat dari nilai t-hitung dan t-tabel dari masing-masing uji (lampiran 1). Hasil yang diharapkan adalah antara nilai tengah konsentrasi TDS in situ dengan TDS hasil pendugaan tidak berbeda nyata (µ1= µ2) atau terima Ho sehingga model hubungan yang terbentuk tervalidasi dengan baik dapat digunakan. Tabel 11 Pengujian
Hasil uji –t TDS in situ dengan TDS hasil pendugaan t-hitung
TDS in situ dengan TDS hasil -0,389938578 pendugaan
t-tabel
keterangan
1,734063607
Terima H0
33
Hasil dari masing-masing uji-t dilakukan menunjukkan t-hitung berada pada selang antara nilai ± t –tabel [(-) t-tabel
Gambar 15
Selang wilayah penerimaan atau penolakan hipotesis
Pemetaan Konsentrasi TDS di Muara Gembong Konsentrasi TDS menggunakan model Eksponensial dengan persamaan y = 4E+06e-285,4x. Gambar 16 merupakan sebaran distribusi TDS dan hasil pengembangan dilihat secara visual menunjukkan konsentrasi yang tinggi yaitu berkisar 22.075 sampai 148.140 mg/l (berwarna coklat sampai ungu). Kondisi pola distribusi TDS tidak merata lebih besar distribusi di wilayah barat dibandingkan wilayah timur. Menurut ( MLH, 2004) baku mutu air laut untuk biota laut padatan tersuspensi total coral ( wilayah karang) 20 mg/l, wilayah lamun 20 mg/l, wilayah mangrove 80 mg/l. Maka kondisi sedimentasi hasil model menunjukkan di atas baku mutu.
Gambar 16
Sebaran konsentrasi TDS di Muara Gembong
34
Perubahan Garis Pantai Adanya intervensi manusia terhadap kawasan pesisir akan mengganggu kestabilan bentuk pantai yang telah terbentuk akibat dari keseimbangan alam. Terganggunya kawasan pantai menyebabkan berbagai masalah antara lain terjadinya abrasi dan akresi. Tumpang-susun (overlay) ketiga garis pantai hasil digitasi citra dan pengambilan data lapang dilakukan untuk mengetahui perubahan garis pantai pada tahun 2005 sampai 2015 dengan interval setiap dua tahun. Garis pantai tahun 2005 digunakan sebagai garis pantai awal untuk melihat seberapa besar jarak perubahan garis pantai yang terjadi selama tahun 2007, 2009, 2011, 2013 sampai 2015. Garis pantai di Muara Gembong mengalami kemunduran (abrasi) dan kemajuan (akresi) di beberapa lokasi pantai. Hal ini ditunjukkan oleh perubahan yang terlihat pada garis pantai coklat muda tahun 2007(a), merah tahun 2009 (b), kuning tahun 2011 (c), coklat tahun 2013 (d), dan hijau tahun 2015 (e) yang disajikan pada Gambar 17 dan 18.
(a)
(b)
(c)
(d)
35
(e)
Gambar 17
(f)
Perubahan luas garis pantai tahun 2005 dengan (a) 2007, (b) 2009, (c) 2011, (d) 2013, (e) 2015, (f) Gabungan
Gambar 18
Perubahan garis pantai dari tahun 2005 sampai 2015
Perubahan Garis Pantai Abrasi Menurut Lantuit et al (2010) abrasi merupakan pengurangan garis pantai dipengaruhi oleh dinamika gerak air laut dan kegiatan manusia yang bersifat merusak. Abrasi merupakan salah satu masalah yang mengancam pesisir, mengalami kemunduran garis pantai sehingga merugikan bagi penduduk Muara Gembong. Abrasi dapat merusak bangunan-bangunan yang difungsikan sebagai penunjang wisata dan rumah penduduk yang berada di pinggir pantai. Abrasi pantai disebabkan adanya angkutan sedimen menyusur pantai sehingga mengakibatkan berpindahnya
36
sedimen dari satu tempat ke tempat lainnya. Hasil overlay garis pantai pada citra landsat diperoleh 3 lokasi yang mengalami abrasi yaitu lokasi trayek 1 sampai 3. Perubahan garis pantai dihitung menggunakan fitur “Measured Tools” program ArcGIS. 10.1 dalam pembuatan line pada digitasi citra landsat. Tingkat ketelitian ukuran 25x25m/piksel. Tabel 12 dan Tabel 13 menunjukkan jarak dan luas perubahan garis pantai yang mengalami abrasi pada tiap lokasi di garis pantai Muara Gembong. Nilai rata-rata dari 3 lokasi trayek yang mengalami abrasi 230,89 m/thn sampai 34,95 m/thn atau sebesar 202.589 m2/thn sampai 15.911 m2/thn. Berdasarkan perubahan jarak garis pantai pada Gambar 19 dan 20, trayek 1 dan 2 menunjukkan peningkatan setiap tahun dan rata-rata perubahan jarak garis pantai pada trayek 1 sebesar 236,89 m/thn atau seluas 202.589 m2/thn dan pada trayek 2 sebesar 169,26 m2/thn atau seluas 61.927 m2/thn . Peningkatan abrasi di trayek 1 dan 2 dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang menimbulkan dampak abrasi adalah manusia. Peningkatan populasi penduduk di Muara Gembong mengalami peningkatan dalam 10 tahun terakhir. Peningkatan populasi rata-rata mengalami peningkatan sebesar 4,77% (BPS Kabupaten Bekasi, 2015). Peningkatan populasi penduduk di Muara Gembong berkorelasi dengan peningkatan kebutuhan lahan untuk sektor pertanian dalam hal ini budidaya tambak dan peningkatan luas tambak di Muara Gembong 6,0% dalam sepuluh tahun terakhir. (BPS, 2015). Menurut Setiani (2010) penggunaan lahan di Muara Gembong tahun 1946 sebesar 13% dan tahun 2008 meningkat 94%. Tabel 12
Analisis jarak perubahan garis pantai abrasi
Perubahan garis pantai pertahun (m) 2007 2009 2011 2013 2015 57,8 231,33 267,5 263 364,8 47,7 144,2 177,9 226 250,5 20,75 28 29,25 35,75 61
Lokasi 1 2 3
Rata-Rata m/thn 236,89 169,26 34,95
400
Jarak Garis Pantai
350 300 250 200
Trayek 1
150
Trayek 2
100
Trayek 3
50 0 2005
2007
2009
2011
2013
2015
Tahun
Gambar 19
Perubahan jarak garis pantai per tahun
37
Loka si 2007
Tabel 13 Hasil perubahan luas abrasi Perubahan luas garis pantai pertahun (m2) 2009 2011 2013 2015
Rata-Rata m2/thn
1
13.677
212.694
226.237
275.057
285.280
202.589
2
23.399
59.277
56.886
78.123
91.953
61.927
3
16.418
35.112
7.486
7.419
13.119
15.911
300.000
Luas Daratan baru
250.000 200.000 Trayek 1
150.000
Trayek 2
100.000
Trayek 3
50.000
0 2005
2007
2009
2011
2013
2015
Tahun
Gambar 20
Perubahan luas garis pantai per tahun
Perubahan Garis Pantai Akresi Menurut Satyanta (2010) akresi atau sedimentasi adalah pendangkalan atau penambahan daratan baru yang cenderung semakin ke arah laut akibat adanya pengendapan sedimen yang dibawa oleh air laut. Akresi dapat merugikan masyarakat pesisir karena mempengaruhi ketidakstabilan garis pantai. Akresi secara terusmenerus dalam jangka waktu relatif lama dapat mengubah permukaan menjadi daratan yang lebih tinggi dan luas. Perubahan jarak garis pantai dihitung menggunakan fitur “Measured Tools” dalam pembuatan line pada digitasi citra. Tingkat ketelitian ukuran sebesar 25x25 m/piksel. Tabel.14 dan 15 menunjukkan jarak dan luas perubahan garis pantai pada lokasi trayek 4 sampai 14. Perbandingan jarak perubahan garis pantai yang mengalami akresi dari tahun 2007 sampai 2015 dengan nilai rata-rata berkisar 22 sampai 172,39 m/thn. Lokasi trayek 4 sampai trayek 8 di sebelah timur, sedangkan trayek 9 sampai 14 berada di sebelah barat. Sedangkan wilayah estuari berada antara trayek 7, 8, 9, dan 10. Pada
38
wilayah estuari menunjukkan jarak perubahan garis pantai akresi yang paling tinggi dengan nilai rata-rata berkisar 34 sampai 172,39 m/thn. Berdasarkan perubahan jarak pada Gambar 21, tahun 2013 sampai 2015 mengalami peningkatan akresi secara konsisten, tahun 2013 mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 117,905 m dan tahun 2015 mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 170,206 m atau mengalami peningkatan dari tahun 2013 sampai 2015 sebesar 30,7% atau 144 m/thn. Sedangkan perubahan luas garis pantai pada Gambar 21, tahun 2013 sampai 2015 mengalami peningkatan akresi sebesar 25,1% atau 6.372 m2/thn. Lokasi atau trayek yang mengalami peningkatan perubahan akresi secara signifikan adalah lokasi atau trayek 7 dan 8. Trayek 7 dan 8 merupakan Muara Citarum hilir atau zonasi estuari Muara Gembong. Sedangkan DAS Citarum adalah DAS masuk prioritas I dengan indeks muatan sedimen serta erosi aktual 95,29 ton/ha/thn (BAPPEDA Jabar, 2007). Perubahan akresi pantai di wilayah estuari Muara Gembong di ikuti dengan pertambahan permudaan hutan mangrove. Pertumbuhan hutan terus berlangsung dengan adanya pertambahan daratan yang terus menerus sepanjang tahun. Mangrove tumbuh lebat di Muara Bendera dan Muara Sorong. Jenis mangrove didominasi oleh Avicennia sp dan Rhizophora sp. Jenis Avicennia sp mempunyai pertumbuhan yang cukup cepat dan merupakan permudaan alam yang banyak ditemui pada bagian pantai sedangkan jenis Rhizophora sp banyak ditemui di bagian muara. (Setiani, 2010) Tabel 14 Analisis jarak perubahan garis pantai akresi Perubahan garis pantai pertahun (m) Lokasi 2007 2009 2011 2013 2015 Rata-Rata m/thn 4 30,5 21,5 22,75 17,5 17,75 22 5 30 30 18,66 20,2 75 34,77 6 42,25 33,5 47,75 33,75 131 57,65 7 0 0 49,25 175,33 394 123,72 8 -15,97 -16 -11,9 396,7 421,4 172,39 9 -32 -26 -25 -25,66 65 34,73 10 20 -13,9 70,33 90,33 124 63,71 11 25,75 -42 114,66 172 201 111,08 12 0 0 70,66 105,33 116 58,40 13 0 0 41,5 84 95,66 44,23 14 8 8 22,4 58,25 61,25 31,58 Keterangan: (-) ke arah darat dan (+) ke arah laut, tingkat ketelitian ukuran 15x15 m (0) tidak terjadi Perubahan
Jarak Graris Pantai (m)
39 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
Th 2007 Th 2009 Th 2011 Th 2013
Th 2015 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Trayek 4-14
Gambar 21
Perubahan jarak garis pantai setiap tahun akresi Hasil perubahan garis pantai luas akresi
Tabel 15
Perubahan luas garis pantai pertahun (m2) Rata-rata m2/thn 2007 2009 2011 2013 2015 4 29.206 2.832 7.568 7.689 7.689 10.997 5 31.138 1.878 3.091 3.127 10.286 9.904 6 37.020 5.446 8.251 9.940 38.718 19.875 7 0 0 13.181 68.682 109.347 38.242 8 44.938 5.983 5.863 41.883 60.349 31.803 9 5.883 9.890 5.718 5.542 8.188 7.044 10 3.319 1.111 30.482 48.086 69.550 30.510 11 10.063 13.420 56.201 77.755 78.587 47.205 12 0 0 24.187 41.895 49.658 23.148 13 0 0 15.818 32.454 33.683 16.391 14 189 177 10.577 43.145 41.602 19.138 Keterangan: (-) ke arah darat dan (+) ke arah laut, tingkat ketelitian ukuran 15x15 m (0) tidak terjadi Perubahan
Luas Garis Pantai
Lokasi
120000 100000 80000 60000 40000 20000 0
Th 2007 Th 2009 Th 2011 Th 2013 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Trayek 4-14
Gambar 22
Perubahan Luas Garis Pantai Setiap Tahun
Th 2015
40
Penggunaan Lahan di Muara Gembong Berdasarkan tingkat perubahan lahan basah selama sepuluh tahun terakhir di Muara Gembong, hutan mangrove mengalami perubahan, baik perubahan peningkatan luas dan penurunan luas. Pada lokasi atau trayek penelitian perubahan garis pantai juga mengalami penurunan dan peningkatan luas hutan mangrove seperti disajikan pada Tabel 16. Pada tahun 2005 luas mangrove seluas 4.612 ha, tahun 2007 mengalami penurunan luas sebesar 935 ha atau 20%, tahun 2009 mengalami penurunan luas sebesar 517 ha atau 14%, tahun 2011 mengalami peningkatan luas sebesar 3.240 ha atau 102%, tahun 2013 mengalami peningkatan luas sebesar 1.629 ha atau 25%, dan tahun 2015 mengalami peningkatan luas sebesar 1.216 ha atau sebesar 15%. Adapun rincian data mangrove dalam periode 10 tahun di Muara Gembong pada lokasi atau trayek perubahan garis pantai digambarkan Gambar 23. Tabel 16 Tahun 2005 632 1.334 983 351 140 281 281 242 89 47 122 34 42 36 4.612
Tahun 2007 124 679 656 394 286 394 175 149 62 93 373 93 116 84 3.677
Luas hutan mangrove di Muara Gembong Mangrove Tahun 2009 Tahun 2011 137 319 365 673 151 262 160 171 210 303 306 416 128 142 344 358 403 461 206 461 520 1.318 54 461 54 527 122 527 3.160 6.401
Tahun 2013 668 935 668 401 520 840 334 626 784 478 897 332 255 293 8.030
Tahun 2015 248 279 218 234 503 656 312 1.097 1.286 863 1.151 863 671 863 9.246
41
Mangrove 10.000 8.000 6.000 4.000
Mangrove
2.000 2005
2007
2009
2011
2013
2015
Tahun
Gambar 23
Kondisi hutan mangrove di Muara Gembong dalam periode 10 tahun
ha
Perubahan hutan mangrove di Muara Gembong berkorelasi dengan perubahan garis pantai. Berdasarkan hasil pengukuran perubahan garis pantai, wilayah pantai Muara Gembong terjadi abrasi dan akresi. Lokasi yang mengalami abrasi di Muara Gembong berada di trayek 1, 2, dan 3 seperti disajikan pada Tabel 12 dan 13. Perubahan garis pantai di trayek atau lokasi penelitian juga diikuti dengan terjadinya penurunan hutan mangrove dalam periode 10 tahun terakhir, seperti digambarkan dalam grafik pada Gambar 24. Tahun 2005 luas hutan mangrove di lokasi abrasi sebesar 2.948 ha, kemudian pada tahun 2007 hutan mangrove mengalami penurunan luas sebesar 1.488 ha, pada tahun 2009 mengalami penurunan seluas 807 ha, namun pada tahun 2011 hutan mangrove mengalami peningkatan luas sebesar 602 ha, pada tahun 2013 mengalami peningkatan luas sebesar 1.016 ha, tetapi pada tahun 2015 hutan mangrove mengalami penurunan luas sebesar 1.524 ha, seperti disajikan pada Gambar 24. Adapun gambaran perubahan kondisi lahan di lokasi abrasi dan akresi disajikan pada Gambar 25. 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
Trayek 1 Trayek 2
Trayek 3 2005
2007
2009
2011
2013
2015
Tahun
Gambar 24
Hutan mangrove mengalami penurunan di lokasi abrasi
42
Gambar 25
Penggunaan lahan Muara Gembong tahun 2015
Tekanan Penduduk terhadap Lahan di Muara Gembong Penduduk Kecamatan Muara Gembong tahun 2014 mencapai 36.824 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 18,947 dan perempuan sebanyak 17,877. Rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 105,99 atau untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 105 penduduk laki-laki. Dengan Luas wilayah sekitar 140,09 km2, maka rata-rata kepadatan penduduk tiap km2 sebanyak 263 orang. Berdasarakan tingkat populasi penduduk selama periode 10 tahun terakhir, Kecamatan Muara Gembong mengalami peningkatan setiap tahun seperti tahun 2005 sampai tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 5% atau 1.815 jiwa, tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 6,2% atau 2.429 jiwa, tahun 2011 mengalami penurunan jumlah penduduk sebesar 9,8% atau 3.464 jiwa, tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 0,7 atau 233 jiwa dan tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 3% atau 1.088 jiwa. Adapun grafik data tingkat populasi penduduk sepuluh tahun terakhir di Muara Gembong disajikan pada Tabel 17 dan Gambar 26. Tabel 17 Tahun Jumlah Penduduk
Populasi penduduk dalam sepuluh tahun terakhir 2005
2007
2009
2011
2013
2015
34.723
36.538
38.967
35.503
35.736
36.824
Sumber : BPS Kabupaten Bekasi
43
Jumlah penduduk
40.000 39.000 38.000 37.000 Penduduk
36.000 35.000 34.000 2005
2007
2009
2011
2013
2015
Tahun
Gambar 26
Populasi penduduk di Muara Gembong periode 10 tahun Tabel 18
Kebutuhan lahan untuk tambak
Tahun
2005
2007
2009
2011
2013
2015
Tambak
9.252
9815
9.814
9.815
9.815
9.815
Sumber : BPS Kabupaten Bekasi
Luas Tambak (Ha)
9.900 9.800 9.700 9.600 9.500
Tambak
9.400 9.300 9.200 2005
2007
2009
2011
2013
2015
Tahun
Gambar 27
Kebutuhan lahan tambak di Muara Gembong dalam periode tahun 2005-2015 Pada sektor perikanan Kecamatan Muara Gembong memiliki jumlah rumah tangga usaha budidaya ikan sebanyak 1.492 rumah tangga. Budaya terbanyak dilakukan di tambak yaitu sebanyak 99,13 persen. Rata-rata luas baku budidaya ikan di tambak sebesar 33.689,15 m2/rumah tangga. Peningkatan kebutuhan lahan peruntukan tambak seiring dengan peningkatan tingkat populasi penduduk. Selama 10 tahun terakhir kebutuhan lahan peruntukan untuk tambak mengalami peningkatan seperti tahun 2005 sampai tahun 2007 mengalami peningkatan luas tambak sebesar 5,7% atau 563 ha sedangkan tahun berikut tidak mengalami perubahan secara signifikan. Adapun grafik dan data luas tambak 10 tahun terakhir tersajikan pada Tabel 18 dan Gambar 27.
44
Kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Muara Gembong yang menggantungkan sektor ekonomi pada usaha pertanian sebesar 96,17% . Tingginya penggunaan lahan untuk sektor pertanian, baik tanaman pangan maupun perikanan memiliki hubungan langsung dengan jumlah penduduk di Kecamatan Muara Gembong. Dengan kondisi tersebut perlu di analisis tingkat tekanan penduduk terhadap lahan (TP) . Tekanan penduduk (TP) memiliki indeks tekanan penduduk yaitu TP < 1 ringan, TP < 2 Sedang, dan TP > 2 Berat. Berdasarkan hasil analisis tingkat tekanan penduduk terhadap lahan (TP), Kecamatan Muara Gembong memiliki tingkat tekanan penduduk sebesar 10,6. Dengan tingkat tekanan penduduk (TP) di atas 2 (TP > 2) tersebut, maka tekanan lahan untuk budidaya tambak dan tanaman pangan cukup besar di Kecamatan Muara Gembong.
45
5 SIMPULAN DAN SARAN
1.
2.
3.
1.
2.
Simpulan Reflektansi citra band 6 memiliki nilai hubungan terbaik dengan nilai TDS in situ dan Model algoritma empiris yang sesuai untuk menduga konsentrasi TDS adalah model eksponensial dengan persamaan y = 4E+06e-285,4x Terjadi akresi dan abrasi pantai di wilayah estuari Muara Gembong dengan jarak perubahan abrasi rata-rata sepanjang 230,89 m/thn sampai 34,95 m/thn atau seluas 202.589 m2/thn sampai 15.911 m2/thn dan akresi rata-rata berkisar sepanjang 34 sampai 172,39 m/thn atau seluas 7.044 m2 /thn sampai 47.205 m2/thn. Kemudian terjadi perubahan luas hutan mangrove dalam periode 10 tahun terakhir. Pada tahun 2005 luas mangrove seluas 4.612 ha, tahun 2007 mengalami penurunan luas sebesar 935 ha atau 20%, tahun 2009 mengalami penurunan luas sebesar 517 ha atau 14%, tahun 2011 mengalami peningkatan luas sebesar 3.240 ha atau 102%, tahun 2013 mengalami peningkatan luas sebesar 1.629 ha atau 25%, dan tahun 2015 mengalami peningkatan luas sebesar 1.216 ha atau sebesar 15%. Tekanan lahan untuk budidaya tambak dan tanaman pangan cukup besar di Kecamatan Muara Gembong sebesar 10,6 atau TP > 2 Saran Perubahan garis pantai di Muara Gembong terjadi akresi dan abrasi yang diakibatkan oleh faktor alam dan manusia, sehingga diperlukan upaya penanggulangan terjadinya abrasi dan akresi. Upaya pengelolaan dampak dari faktor alam dengan melakukan rehabilitasi mangrove dan pembangunan breakwater, sedangkan dampak dari faktor manusia perlu dilakukan penanganan konflik lahan. Penelitian lanjutan diperlukan untuk meningkatkan jumlah sampling dan luasan wilayah penelitian di Muara Gembong.
46
DAFTAR PUSTAKA Aunuddin. 1989. Analisis Data. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Tesis), Bogor (ID), Institut Pertanian Bogor Alimuddin. 2015. Alternatif Bangunan Penanggulangan Abrasi di Pantai Muara Gembong, Bekasi {Tesisi}. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. BP DAS Citarum –Ciliwung. 1999. Laporan Penyusunan Urutan Prioritas DAS di BP DAS Citarum –Ciliwung. BAPPEDA Prov. Jawa Barat. 2007. Laporan akhir atlas pesisir dan Laut Utara Jawa Barat. Bandung. Bird E.C.F. and R. Ongkosongo. 1980. Enviromental Changes on The Coasts Of Indonesia. The United of University. Japan. Dewi IP. 2011. Perubahan Garis Pantai dari Pantai Teritip Balikpapan sampai Pantai Ambarawang Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dyer KR. 1979. Estuaries : A Physical Introduction. London: John Willey&Sons. Elliot DJ James A. 1984. An Introduction to Water Quality Modelling . Department of Civil Engineering UK: University Upon Tyne. Forestian. 2011. Estimasi Biomassa dan Kerapatan Vegetasi Mangrove menggunakan Data Landsa ETM+ [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Ghozali I, 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 21. Edisi 7, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Harti. 2009. Perubahan Garis Pantai Teluk Jakarta (skripsi), Depok (ID) Universitas Indonesia. Kontur. 2006. Statistik Praktis. Jakarrta (ID) : PPM Kusmana. 1999. Respon Mangrove Terhadap Pencemaran. Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB King CM. 1976. Introduction Marine Geology and Geomorphology. Arnold, London. Lantuit H, Overduin PP, Couture N, Wetterich S, Aré F, Atkinson D, Brown J, Cherkashov G, Drozdov D. 2010. The arctic coastal dynamics database: a new classification scheme and statistics on arctic permafrost coastlines. Estuaries and Coasts. doi: 10.1007/s12237-010-9362-6 Maglione P, Parente C, Vallario A. 2014. Coastline extraction using high resolution WorldView-2 satellite imagery. European Journal of Remote Sensing. 47: 685699. doi: 10.5721/EujRS20144739 Muttaqin S, Aini Q. 2011. Analisis perubahan penutupan lahan hutan dan perkebunan di Provisi Jambi Periode 2009-2008. Jurnal Sistem Informasi. 4 (2), 2011, 1-8 Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi (Terjemahan) Muh. Eidman dan Koesoebiono. Gramedia. Jakarta. Ongkosongo O.S.R. 1982. The Nature Of Coastline Change in Indonesia. The Indonesia Journal Of Geography. Volume 12 Nomor 43.
47
Syahbana N. 2011. Analisis Dampak Perubahan Iklim Lokal Terdapat Kesejahteraan Petambak Udang (skripsi), Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Satyanta P. 2010. Deteksi perubahan garis pantai melalui citra penginderaan jauh di Pantai Utara Semarang Demak. Jurnal Geografi. 7(1): 30-38. Setiani D.H. 2010. Pengelolaan Lahan Basah Pesisir di Daerah Citarum Hilir Secara Berkelanjutan, Lahan Basah Muara Gembong Kabupaten Bekasi [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Susianti H, Kusratmoko E, Poniman A. 2010 . Pola Sebaran Sedimen Tersuspensi Melalui Pendekatan Penginderaan Jauh di Perairan Pesisir Semenanjung Muara Jepara [ulas balik]. J Teknologi Pengelolaan Limah 2010; 13:1:6. Supriharyono 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Triatmodjo B. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta (ID): Beta Offset. Tomczak M. 1998. An Introduction Of Physical Oceanography. Estuaries. Australia:Pergamon Press Takfiqurohman A, Ismail FA.M, 2012. Analisis Spasial Perubahan Garis Pantai di Persisir Kabupaten Subang Jawa Barat. J Ilmu dan Teknoligi Kelautan Tropis 2012: 4:2:289-289. USGS. 2014. Using the USGS Landsat 8 Product. http://landsat.usgs.gov/Landsat8_Using_Product.php [Februari 2014] Rahayu, Candra DS. 2014. Koreksi Radiometrik Citra Landsat-8 Kanal Multispektral Menggunakan Top Of Atmosphere (TOA) untuk Mendukung Klasifikasi Penutup Lahan . Seminar Nasional Penginderaan Jauh. LAPAN [RLPS] Rehabilitasi lahan dan Perhutan Sosial. 2009. Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutan Sosial Nomor P.04/V-SET/2009 Tentang Pedoman Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai, Jakarta (ID) : RLPS Walpole. R.E. 1995. Pengantar Statistik. Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Susianti H, Kusratmoko E, Poniman A. 2010 . Pola Sebaran Sedimen Tersuspensi Melalui Pendekatan Penginderaan Jauh di Perairan Pesisir Semenanjung Muara Jepara [ulas balik]. J Teknologi Pengelolaan Limah 2010; 13:1:6.
48
LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Analisis TSS dan TDS dari Laboratorium ProLing IPB
49
50
51
52
Lampiran 2 Analisis Model Terpilih
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
B6_Jan TDS 0,02122 18560 0,02143 11360 0,02022 22900 0,02324 2840 0,02374 3180 0,02155 5280 0,02129 13040 0,0221 10640 0,02129 11730 0,01918 14980 0,01906 17560 0,01818 18380 0,01823 19000 0,01922 15760 0,01865 12900
Model Terpilih 25000
y = 4E+06e-285,4x R² = 0,6168
TDS
20000 15000
TDS
10000
Expon. (TDS) 5000 0 0,017
0,019
0,021 TOA
0,023
0,025
53
Lampiran 3 Analisis Validasi dengan Expon insitu 12280 19040 16570 18830 15720 10800 5480 6020 9790 8840
model 11251,68213 14178,00245 14671,98129 28939,04265 22511,80054 11811,05125 6542,09624 6108,99112 12648,41158 5720,86284
Model Terpilih 25000
TDS
20000
15000 TDS
10000 5000
y = 4E+06e-285,4x R² = 0,6168
0 0,017
0,019
Expon. (TDS)
0,021 TOA
0,023
0,025
54
Lampiran 4 Analisis Uji-T t-Test: Paired Two Sample for Means
Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
insitu model 12337 13438,39 24939667,78 54839884 10 10 0,801387949 0 9 0,769147082 0,2307566 1,833112933 0,461513199 2,262157163
55
Lampiran 5 Kondisi Penggunaan lahan di Muara Gembong Trayek 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1
Tahun 2005 Class_Name 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan
Ket Mangrove Pantai Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan
Hectares_1 Tahun 2007 Class_Na_5 70,19 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan
Ket_12_131 Pantai Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Daratan Mangrove Daratan
Hectares_6
Tahun 2009 Class_Na_1 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 43,74 2009 Daratan 43,74 2009 Daratan 43,74 2009 Daratan 13,42 2009 Daratan 0,00 2009 Daratan 1375,80 2009 Daratan 13,42 2009 Daratan 1375,80 2009 Daratan 0,00 43,74 1375,80 43,74 1375,80 13,42 1375,80 43,74 43,74 1375,80 13,42 1375,80 43,74 43,74 13,42 43,74 1375,80 43,74 43,74 13,42 1375,80 1375,80 1375,80 1375,80 43,74 1375,80 1375,80 1375,80 1375,80
`
Ket_1 Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Daratan
Hectares_2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 22,80 1229,61 22,80 22,80 22,80 22,80 1229,61 22,80 22,80 22,80 22,80 1229,61 22,80 22,80 1229,61 1229,61 1229,61 1229,61 22,80 22,80 7,41 7,41 15,33 1229,61 1229,61 22,80 22,80 22,80 0,00 0,00 0,00 15,33
Tahun 2011 Class_Na_2 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan
Ket_12 Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai
Hectares_3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 35,42 35,42 35,42 35,42 35,42 35,42 35,42 35,42 35,42 1261,00 1261,00 35,42 35,42 35,42 35,42 7,41 7,41 35,42 35,42 35,42 35,42 35,42 35,42 0,00 0,00 0,00 0,00
Tahun 2013 Class_Na_3 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan
Ket_12_13 Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai
Hectares_4 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 66,76 66,76 66,76 66,76 66,76 1221,20 66,76 1221,20 66,76 66,76 66,76 66,76 6,70 66,76 1221,20 66,76 1221,20 66,76 66,76 0,00 0,00 0,00 0,00
Tahun 2015 Class_Na_4 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan
Ket_12_13_ Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai
Hectares_5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1224,17 31,05 1224,17 31,05 31,05 31,05 31,05 6,70 31,05 1224,17 31,05 1224,17 31,05 31,05 0,00 0,00 0,00 0,00
56
Trayek 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Tahun 2005 Class_Name 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan
Ket Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Daratan Daratan Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Mangrove Pantai Mangrove Pantai Pantai Mangrove Pantai Daratan Daratan Mangrove Mangrove Pantai Mangrove Pantai Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan
Hectares_1 Tahun 2007 Class_Na_5 70,19 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan
Ket_12_131 Mangrove Daratan Daratan Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan
Hectares_6 13,42 1375,80 1375,80 13,42 1375,80 1375,80 1375,80 1375,80 13,42 13,42 1375,80 1375,80 1375,80 1375,80 43,74 13,42 1375,80 0,00 43,74 43,74 43,74 43,74 0,00 43,74 43,74 43,74 1375,80 43,74 43,74 0,00 43,74 43,74 43,74 43,74 43,74 1375,80 43,74 1375,80
Tahun 2009 Class_Na_1 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan
Ket_1 Mangrove Daratan Daratan Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Daratan Daratan Mangrove Daratan Daratan Daratan
Hectares_2 22,80 4,93 4,93 22,80 4,93 4,93 4,93 4,93 22,80 22,80 7,41 4,93 4,93 15,33 22,80 22,80 4,93 0,00 0,00 0,00 31,97 31,97 0,00 0,00 0,00 31,97 1229,61 31,97 31,97 0,00 0,00 0,00 1229,61 1229,61 31,97 1229,61 1229,61 1229,61
Tahun 2011 Class_Na_2 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan
Ket_12 Pantai Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Daratan Daratan Daratan
Hectares_3 0,00 35,42 4,67 35,42 4,67 35,42 4,67 4,67 35,42 35,42 7,41 35,42 4,67 35,42 35,42 35,42 4,67 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28,46 28,46 28,46 28,46 1261,00 28,46 28,46 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1261,00 1261,00 1261,00
Tahun 2013 Class_Na_3 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan
Ket_12_13 Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Pantai Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove
Hectares_4 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 66,76 66,76 0,00 66,76 66,76 6,70 66,76 66,76 66,76 66,76 66,76 66,76 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 66,76 66,76 66,76 66,76 1221,20 66,76 66,76 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 66,76
Tahun 2015 Class_Na_4 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan
Ket_12_13_ Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Pantai Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai
Hectares_5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 31,05 0,00 31,05 6,70 31,05 31,05 31,05 31,05 31,05 31,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 38,96 38,96 38,96 38,96 1224,17 38,96 38,96 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
57
Trayek 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Tahun 2005 Class_Name 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan
Ket Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai
Hectares_1 Tahun 2007 Class_Na_5 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 1372,87 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 70,19 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan 0,00 2007 Daratan
Ket_12_131 Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai
Hectares_6 43,74 43,74 43,74 1375,80 1375,80 1375,80 1375,80 43,74 43,74 43,74 43,74 43,74 43,74 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 43,74 43,74 43,74 43,74 0,00 0,00 0,00 0,00 43,74 43,74 43,74 0,00 0,00 0,00 0,00
Tahun 2009 Class_Na_1 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan
Ket_1 Daratan Daratan Mangrove Daratan Daratan Daratan Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai
Hectares_2 1229,61 1229,61 31,97 1229,61 1229,61 1229,61 31,97 1229,61 1229,61 1229,61 1229,61 22,80 31,97 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 31,97 31,97 31,97 31,97 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 31,97 0,00 0,00 0,00 0,00
Tahun 2011 Class_Na_2 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan
Ket_12 Daratan Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove
Hectares_3 1261,00 35,42 28,46 1261,00 1261,00 35,42 28,46 1261,00 1261,00 35,42 35,42 35,42 28,46 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,87 4,87 28,46 28,46 28,46 4,87 4,87 28,46 28,46 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28,46 28,46 28,46 28,46
Tahun 2013 Class_Na_3 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan
Ket_12_13 Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Pentai Mangrove Daratan Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan Pentai Pentai Daratan Daratan Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Daratan Daratan
Hectares_4 66,76 66,76 66,76 1221,20 66,76 1221,20 66,76 1221,20 66,76 1221,20 66,76 66,76 66,76 10,09 0,00 66,76 10,09 10,09 66,76 10,09 66,76 10,09 10,09 66,76 0,75 66,76 0,75 0,00 0,00 10,09 10,09 0,00 0,00 0,00 66,76 66,76 10,09 10,09
Tahun 2015 Class_Na_4 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan
Ket_12_13_ Pantai Pantai Pantai Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Daratan Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan
Hectares_5 0,00 0,00 0,00 1224,17 38,96 1224,17 38,96 1224,17 38,96 1224,17 31,05 31,05 38,96 0,00 14,08 38,96 38,96 14,08 38,96 38,96 38,96 38,96 14,08 38,96 0,75 38,96 0,75 38,96 14,08 38,96 14,08 14,08 14,08 14,08 38,96 14,08 38,96 14,08
58
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan
Pantai Pantai Pantai Pantai Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Pantai Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Mangrove Pantai Pantai Pantai Daratan Daratan Mangrove Pantai Daratan Daratan Daratan
0,00 0,00 0,00 0,00 730,00 730,00 730,00 730,00 6,42 1372,87 70,19 70,19 70,19 0,00 0,00 0,00 0,00 70,19 0,00 730,00 730,00 730,00 1372,87 1372,87 70,19 6,41 0,00 0,00 0,00 6,41 0,00 0,00 0,00 730,00 730,00 6,41 0,00 730,00 730,00 730,00
2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan
Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Mangrove Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Daratan Daratan Mangrove Pantai Daratan Daratan Daratan
0,00 43,74 43,74 43,74 30,22 30,22 30,22 30,22 6,42 1375,80 43,74 43,74 43,74 0,00 43,74 0,00 43,74 43,74 43,74 694,30 30,22 23,28 1375,80 43,74 43,74 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 30,22 30,22 5,92 0,00 30,22 30,22 30,22
2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan
Mangrove Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Mangrove Pantai Pantai Pantai Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Daratan
31,97 0,00 31,97 31,97 41,28 41,28 9,65 9,65 6,42 1229,61 31,97 31,97 31,97 0,00 31,97 0,00 0,00 0,00 31,97 694,64 41,28 41,28 1229,61 31,97 31,97 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 41,28 41,28 9,65
2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan
Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Pantai Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Daratan Mangrove Mangrove Daratan
28,46 28,46 28,46 28,46 65,90 9,47 65,90 9,47 6,42 1261,00 4,87 28,46 28,46 0,00 0,00 28,46 28,46 28,46 28,46 696,92 65,90 65,90 1261,00 28,46 28,46 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,87 65,90 65,90 9,47
2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan
Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Pentai Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Pantai Pentai Pentai Pentai Pantai Mangrove Daratan Daratan Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Daratan
66,76 66,76 66,76 66,76 59,79 59,79 59,79 59,79 6,42 1221,20 66,76 66,76 66,76 0,00 0,00 66,76 66,76 66,76 66,76 702,44 59,79 59,79 1221,20 66,76 66,76 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 66,76 10,09 10,09 0,00 0,00 0,00 66,76 59,79 59,79 7,19
2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan
Daratan Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Pantai Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove
14,08 14,08 38,96 14,08 95,91 95,91 95,91 95,91 6,42 1224,17 38,96 38,96 14,08 38,96 38,96 38,96 38,96 38,96 38,96 702,79 95,91 95,91 1224,17 38,96 38,96 0,00 95,91 38,96 14,08 95,91 38,96 38,96 14,08 95,91 7,47 95,91 38,96 95,91 7,47 95,91
59
8 8 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 10 10 10 10
2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan
Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Mangrove
730,00 70,19 70,19 70,19 6,41 1,48 1,48 1,48 1,48 6,41 0,00 0,00 0,00 730,00 730,00 730,00 730,00 730,00 730,00 730,00 730,00 730,00 730,00 730,00 70,19 6,41 1,48 1,48 1,48 1,48 0,00 0,00 0,00 11,69
2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan
Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Daratan Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai
30,22 43,74 43,74 43,74 5,92 1,48 1,48 1,48 1,48 0,00 0,00 0,00 0,00 30,22 5,92 30,22 30,22 30,22 30,22 30,22 30,22 30,22 30,22 30,22 43,74 5,92 1,48 1,48 1,48 1,48 0,00 0,00 0,00 0,00
2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan
Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Pantai Pantai Pantai Pantai
9,65 31,97 31,97 31,97 41,28 41,28 41,28 41,28 9,65 0,00 0,00 0,00 0,00 41,28 41,28 41,28 41,28 41,28 9,65 9,65 9,65 9,65 9,65 9,65 31,97 41,28 41,28 41,28 41,28 9,65 0,00 0,00 0,00 0,00
2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan
Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Daratan Daratan Pantai Pantai Mangrove Mangrove
9,47 4,87 4,87 28,46 65,90 65,90 65,90 9,47 9,47 0,00 0,00 0,00 65,90 65,90 65,90 9,47 9,47 9,47 65,90 65,90 9,47 9,47 9,47 9,47 4,87 65,90 65,90 9,47 9,47 9,47 0,00 0,00 65,90 65,90
2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan
Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Pantai Pentai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Pentai Mangrove Mangrove Mangrove
7,19 66,76 0,75 66,76 59,79 59,79 59,79 59,79 7,19 0,00 0,00 59,79 59,79 59,79 59,79 59,79 7,19 7,19 59,79 59,79 59,79 59,79 7,19 7,19 66,76 59,79 59,79 59,79 7,19 7,19 0,00 59,79 59,79 59,79
2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan
Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove
7,47 38,96 0,75 38,96 95,91 95,91 7,47 95,91 7,47 0,00 95,91 95,91 95,91 95,91 95,91 95,91 95,91 7,47 95,91 7,47 95,91 7,47 95,91 7,47 38,96 95,91 95,91 95,91 7,47 7,47 95,91 95,91 95,91 95,91
60
10 10 10 10 10 10 10 10 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 12
2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan
Pantai Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai
0,00 11,69 730,00 730,00 730,00 730,00 11,69 11,69 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11,69 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 730,00 730,00 730,00 11,69 11,69 11,69 11,69 11,69 11,69 11,69 11,69 8,43 8,43 0,00
2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan
Pantai Pantai Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Pantai
0,00 0,00 694,30 23,28 30,22 23,28 23,28 23,28 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 23,28 23,28 23,28 23,28 23,28 23,28 694,30 23,28 23,28 694,30 23,28 23,28 23,28 23,28 23,28 23,28 23,28 694,30 23,28 0,00
2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan
Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Pantai
41,28 41,28 694,64 694,64 41,28 41,28 694,64 41,28 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 41,28 41,28 13,52 13,52 41,28 41,28 41,28 41,28 13,52 13,52 13,52 694,64 13,52 13,52 694,64 694,64 41,28 41,28 41,28 13,52 13,52 13,52 694,64 13,52 0,00
2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan
Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Pantai Pantai Pantai Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Pantai
65,90 65,90 696,92 696,92 65,90 65,90 696,92 65,90 0,00 0,00 0,00 696,92 65,90 65,90 65,90 696,92 65,90 65,90 65,90 65,90 696,92 65,90 65,90 65,90 65,90 65,90 696,92 65,90 65,90 696,92 696,92 696,92 65,90 65,90 65,90 65,90 65,90 696,92 65,90 0,00
2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan
Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Pentai Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Pentai
59,79 59,79 702,44 702,44 59,79 59,79 702,44 59,79 59,79 0,00 59,79 702,44 702,44 59,79 59,79 702,44 59,79 702,44 59,79 59,79 702,44 702,44 59,79 702,44 59,79 59,79 702,44 702,44 59,79 702,44 702,44 702,44 702,44 59,79 702,44 59,79 59,79 702,44 59,79 0,00
2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan
Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Pantai Mangrove Mangrove Daratan Daratan Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Daratan Daratan Mangrove Daratan Daratan Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Daratan Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove
95,91 95,91 702,79 702,79 95,91 95,91 702,79 95,91 0,00 95,91 95,91 702,79 702,79 702,79 95,91 702,79 95,91 702,79 95,91 95,91 702,79 702,79 95,91 702,79 702,79 95,91 702,79 702,79 95,91 702,79 702,79 702,79 702,79 95,91 702,79 702,79 95,91 702,79 95,91 95,91
61
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan 2005 Daratan
Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Daratan Pantai Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 730,00 730,00 8,43 8,43 8,43 8,43 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 730,00 8,43 8,43 8,43 8,43 8,43 0,00 0,00 0,00 730,00 0,00 730,00 730,00 730,00 730,00 730,00 3,50 3,50 3,50 8,43 8,43 8,43
2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan 2007 Daratan
Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Daratan Mangrove Daratan Daratan Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 694,30 23,28 694,30 23,28 23,28 23,28 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 694,30 23,28 23,28 23,28 23,28 23,28 0,00 0,00 0,00 694,30 3,52 694,30 694,30 694,30 694,30 694,30 3,52 3,52 3,52 23,28 23,28 23,28
2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 0 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan 2009 Daratan
Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Daratan Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 13,52 694,64 13,52 694,64 694,64 13,52 13,52 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 694,64 694,64 13,52 13,52 13,52 13,52 0,00 0,00 0,00 0,00 13,52 694,64 694,64 13,52 13,52 13,52 13,52 13,52 13,52 694,64 13,52 13,52
2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan 2011 Daratan
Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Pantai Pantai Pantai Pantai Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Pantai Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove
0,00 0,00 0,00 0,00 65,90 65,90 65,90 65,90 696,92 65,90 696,92 696,92 65,90 65,90 0,00 0,00 0,00 0,00 65,90 65,90 65,90 65,90 696,92 696,92 65,90 65,90 65,90 65,90 0,00 696,92 65,90 696,92 65,90 696,92 696,92 696,92 65,90 65,90 696,92 65,90 65,90 696,92 65,90 65,90
2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan 2013 Daratan
Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan Daratan Daratan Mangrove Pentai Daratan Mangrove Mangrove Daratan Daratan Mangrove Mangrove Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan Daratan Mangrove Daratan Daratan Mangrove Daratan Daratan Mangrove
702,44 702,44 59,79 32,60 702,44 702,44 59,79 59,79 702,44 59,79 702,44 702,44 702,44 59,79 0,00 702,44 32,60 32,60 702,44 702,44 32,60 32,60 702,44 702,44 702,44 59,79 32,60 32,60 32,60 32,60 32,60 32,60 32,60 702,44 32,60 702,44 702,44 32,60 702,44 702,44 32,60 702,44 702,44 32,60
2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan 2015 Daratan
Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan Daratan Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan Mangrove Daratan Daratan Daratan Mangrove Daratan Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Mangrove Daratan Mangrove Daratan Daratan Mangrove Daratan Daratan Mangrove Daratan Daratan Mangrove
702,79 95,91 95,91 95,91 702,79 95,91 95,91 95,91 702,79 95,91 702,79 702,79 702,79 95,91 95,91 95,91 702,79 95,91 702,79 95,91 702,79 95,91 702,79 702,79 702,79 95,91 702,79 95,91 95,91 95,91 95,91 95,91 95,91 702,79 95,91 702,79 702,79 95,91 702,79 702,79 95,91 702,79 702,79 95,91
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Palembang tanggal 21 Juli 1977 sebagai anak pertama dari empat saudara dan anak pasangan Bapak Alimin dan Ibu Subaida. Penulis menyelesaikan pendidikan S1 di Program Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Malang, tahun 1996 sampai 2000. Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) pada Program Pascasarjana IPB. Penulis saat ini tercatat sebagai Auditor di beberapa lembaga sertifikasi dan sekarang bekerja tetap di lembaga sertifikasi (LS) PT Equality Indonesia dengan jabatan General Manajer bidang layanan jasa sertifikasi hutan dan produk hutan (SHPK). Pada tahun 2016 penulis mengakhiri masa studi di Pascasarjana IPB dengan menyusun tesis yang berjudul “ Monitoring Sedimentasi dan Perubahan Garis Pantai di Estuari Muara Gembong, Bekasi”. Penulisan ini terlaksana atas dukungan serta bimbingan dari Prof. Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc dan Dr. Ir. Nyoto Santoso, MS.