MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012
MANDOR PERKERASAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN LAPISAN PERMUKAAN (SURFACE COURSE) NO. KODE : F45.MPJ.02.005.01-I
BUKU INFORMASI
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 1 BAB I
PENGANTAR .................................................................................................... 2 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
BAB II
Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) ............................. 2 Penjelasan Materi Pelatihan.................................................................... 2 Pengakuan Kompetensi Terkini .............................................................. 4 Pengertian-pengertian Istilah .................................................................. 4 Daftar Singkatan .................................................................................... 5
STANDAR KOMPETENSI ................................................................................. 7 2.1. 2.2. 2.3.
Peta Paket Pelatihan .............................................................................. 7 Pengertian Unit Standar Kompetensi ...................................................... 7 Unit Kompetensi Kerja yang Dipelajari ................................................... 8
BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN .......................................................... 13 3.1. 3.2. 3.3.
Strategi Pelatihan ................................................................................... 13 Metode Pelatihan ................................................................................... 14 Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan ........................................... 14
BAB IV PEKERJAAN PERKERASAN LAPISAN PERMUKAAN (SURFACE COURSE) ........................................................................................ 21 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7.
Umum .................................................................................................... 21 Koordinasi Dengan Pekerja..................................................................... 23 Penghamparan Untuk Lapisan Permukaan (Surface Course) ................. 34 Pelaksanaan Pekerjaan Pemadatan Lapisan Permukaan (Surface Course) .................................................................................... 69 Pengukuran Elevasi Lapisan Permukaan (Surface Course) ................... 74 Pengambilan Contoh Benda Uji (Core Drill) Pada Lapisan Permukaan ............................................................................... 78 Pelaporan Hasil Pengambilan Contoh Benda Uji Permukaan ................ 80
BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI .................................................................................................... 86 5.1. 5.2. 5.3.
Sumber Daya Manusia ........................................................................... 86 Sumber-sumber Kepustakaan / Buku Informasi ...................................... 87 Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan ........................................................ 87
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 1 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
BAB I PENGANTAR
1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) 1.1.1. Pelatihan Berbasis Kompetensi. Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja. 1.1.2. Kompeten di Tempat Kerja. Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1.2.1. Desain Materi Pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / Mandiri : a) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang instruktur. b) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih. 1.2.2. Isi Materi Pelatihan a) Buku Informasi Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan. b) Buku Kerja Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / Mandiri. Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi :
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 2 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
•
Kegiatan-kegiatan
yang
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
akan
membantu
peserta
pelatihan
untuk
mempelajari dan memahami informasi. •
Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan.
•
Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja.
c) Buku Penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi : •
Kegiatan-kegiatan
yang
dilakukan
oleh
peserta
pelatihan
sebagai
pernyataan keterampilan. •
Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan.
•
Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan.
•
Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja.
•
Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek.
•
Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.
1.2.3. Penerapan Materi Pelatihan a) Pada pelatihan klasikal, instruktur akan : •
Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan.
•
Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.
•
Menggunakan
Buku
Informasi
sebagai
sumber
utama
dalam
penyelenggaraan pelatihan. •
Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja.
b) Pada pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan : •
Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan.
•
Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja.
•
Memberikan jawaban pada Buku Kerja.
•
Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja.
•
Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 3 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini 1.3.1. Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-RCC). Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan. 1.3.2. Seseorang mungkin sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, karena telah: a) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau b) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau c) Mempunyai
pengalaman
lainnya
yang
mengajarkan
pengetahuan
dan
keterampilan yang sama. 1.4. Pengertian-Pengertian / Istilah 1.4.1 Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan / keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan / jabatan. 1.4.2 Standarisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu. 1.4.3 Penilaian / Uji Kompetensi Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan. 1.4.4 Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 4 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
1.4.5 Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan. 1.4.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) KKNI
adalah
kerangka
penjenjangan
kualifikasi
kompetensi
yang
dapat
menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. 1.4.7 Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan. 1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1.4.9 Sertifikat Kompetensi Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi. 1.4.10 Sertifikasi Kompetensi Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional. 1.5
Daftar Singkatan PBK
:
Pelatihan Berbasis Kompetensi
RCC
:
Recognition of Current Competency
KKNI
:
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
SKKNI
:
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
K3
:
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 5 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
K3L
:
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan
POS
:
Prosedur Operasional Standar
SOP
:
Standard Operational Procedure
ATB
:
Asphalt Treated Base
HRS
:
Hot Rolled Sheet
AMP
:
Asphalt Mixing Plant
PTR
:
Pneumatic Tire Roller
AASHTO
:
American Association of State Highway And Transportation Officials
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 6 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
BAB II STANDAR KOMPETENSI
2.1
Peta Paket Pelatihan Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Mandor Perkerasan Jalan yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Melakukan Persiapan Pekerjaan Perkerasan Jalan, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu: 2.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dan Lingkungan (K3L) 2.1.2 Komunikasi di Tempat Kerja 2.1.3 Persiapan Pekerjaan Perkerasan Jalan 2.1.4 Pekerjaan Perkerasan Lapisan Bawah (Sub Base Course) 2.1.5 Pekerjaan Perkerasan Lapisan Atas (Base Course) 2.1.6 Pekerjaan Konstruksi Bahu Jalan (Shoulder) 2.1.7 Pekerjaan Perapihan Bahu Jalan (Finishing)
2.2
Pengertian Unit Standar Kompetensi 2.2.1 Unit Kompetensi Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu. 2.2.2
Unit Kompetensi Yang Akan Dipelajari Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah “Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Surface Course)”.
2.2.3
Durasi / Waktu Pelatihan Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu.
2.2.4
Kesempatan Untuk Menjadi Kompeten Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 7 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha / kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. 2.3
Unit Kompetensi Kerja Yang dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat : •
Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.
•
Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan.
•
Memeriksa kemajuan peserta pelatihan.
•
Menyakinkan, bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.
2.3.1 Kemampuan Awal Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal K3LH, komunikasi dan kerjasama di tempat kerja. 2.3.2
Judul Unit Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Surface Course)
2.3.3
Kode Unit F45.MPJ.02.005.01
2.3.4
Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan keterampilan, dan sikap kerja yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan perkerasan lapisan Permukaan (Surface course).
2.3.5
Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja
ELEMEN KOMPETENSI
KRITERIA UNJUK KERJA
1. Melakukan koordinasi dengan pekerja
1.1 Metode pelaksanaan pekerjaan dijelaskan kepada pekerja secara detail. 1.2 Pembagian tugas kelompok kerja dibuat. 1.3 Instruksi kerja diberikan kepada pekerja.
2. Melaksanakan penghamparan untuk lapisan permukaan (Surface Course)
2.1 Posisi penempatan material untuk penghamparan ditentukan. 2.2 Koordinasi dengan operator alat dilakukan. 2.3 Instruksi penghamparan disampaikan kepada pekerja. 2.4 Pelaksanaan penghamparan diawasi sesuai prosedur.
3. Melaksanakan pekerjaan pemadatan lapisan permukaan (Surface Course)
3.1 Koordinasi dengan operator alat dilakukan. 3.2 Prosedur teknis pelaksanaan pemadatan diawasi. 3.3 Hasil pemadatan lapisan permukaan diperiksa.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 8 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
ELEMEN KOMPETENSI
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
KRITERIA UNJUK KERJA 3.4 Hasil pemadatan yang kurang sempurna diperbaiki.
4. Melakukan pengukuran elevasi lapisan permukaan (Surface Course)
4.1 Koordinasi dengan juru ukur dilakukan. 4.2 Pelaksanaan pengukuran elevasi lapisan permukaan diawasi. 4.3 Data elevasi lapisan permukaan diperiksa kesesuaiannya dengan gambar kerja.
5. Melakukan pengambilan contoh benda uji (Core Drill) pada lapisan permukaan
5.1 Koordinasi dengan petugas pengujian dilakukan. 5.2 Lokasi penempatan titik-titik pengujian ditentukan sesuai dengan spesifikasi teknis. 5.3 Hasil pengambilan contoh benda uji lapisan permukaan dicatat.
6. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan Perkerasan lapisan permukaan
6.1 Data hasil pengukuran dan pengujian dikumpulkan. 6.2 Laporan hasil pekerjaan pekerasan lapisan permukaan disusun. 6.3 Laporan pekerjaan perkerasan lapisan permukaan disampaikan langsung kepada atasan.
BATASAN VARIABEL 1.
Kontek variabel Kompetensi ini berlaku pada jabatan kerja Mandor Perkerasan Jalan untuk dapat memberikan jaminan pelaksanaan pekerjaan perkerasan lapisan permukaan sesuai dengan ukuran dan spesifikasi teknis.
2.
Perlengkapan yang diperlukan Alat hitung, alat tulis dan alat komunikasi, alat ukur (meteran), rencana mutu pelaksanaan konstruksi, spesifikasi teknis, ketentuan mutu konstruksi yang disepakati, daftar formulir pelaporan hasil kerja (WI Form).
3.
Tugas-tugas yang harus dilakukan 3.1 Melakukan koordinasi dengan pekerja. 3.2 Melaksanakan penghamparan untuk lapisan permukaan (Surface Course). 3.3 Melaksanakan pekerjaan pemadatan lapisan permukaan (Surface Course). 3.4 Melakukan pengukuran elevasi lapisan permukaan (Surface Course). 3.5 Melakukan pengambilan contoh benda uji (Core Drill) pada lapisan permukaan. 3.6 Melaporkan pelaksanaan pekerjaan Perkerasan lapisan permukaan.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 9 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
4.
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Peraturan-peraturan yang diperlukan 4.1 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. 4.2 Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan (PP) Nomor 28 tahun 2000, tentang usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi. 4.3 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 29 tahun 2000, tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. 4.4 Petunjuk
Perambuan
Sementara
selama
pelaksanaan
pekerjaan
Nomor
003/T/BWKT/1990. 4.5 Pedoman Perkerasan Lentur Pt-01-2002, AASHTO Guide or Design Pavement Structure 1993. 4.6 Ketentuan atau peraturan baku tentang Perkerasan Jalan. 4.7 Prosedur Operasional Standar (POS) penggunaan peralatan pekerjaan. 4.8 Prosedur Operasional Standar (POS) pengguna jasa/pemberi kerja maupun dalam perusahaan. PANDUAN PENILAIAN 1.
Penjelasan prosedur penilaian: Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan yang diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini serta unit-unit kompetensi yang terkait: 1.1 Penguasaan unit kompetensi sebelumnya : 1.1.1 F45.MPJ.01.001.01 :
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
1.1.2 F45.MPJ.01.002.01 :
Komunikasi di Tempat Kerja
1.1.3 F45.MPJ.02.001.01 :
Persiapan Pekerjaan Perkerasan Jalan
1.1.4 F45.MPJ.02.002.01 :
Pekerjaan Perkerasan lapisan bawah (Sub Base Course)
1.1.5 F45.MPJ.02.003.01 :
Pekerjaan Perkerasan Lapisan Atas (Base Course)
1.1.6 F45.MPJ.02.004.01 :
Pekerjaan Konstruksi Bahu Jalan (Shoulder)
1.2 Keterkaitan dengan unit kompetensi lain: 1.2.1 F45.MPJ.02.006.01 :
Pekerjaan Perapihan Bahu Jalan (finishing).
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 10 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
2. Kondisi pengujian Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di luar tempat kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. Metode uji yang digunakan: 1. Tes tertulis 2. Tes lisan (wawancara) 3. Tes praktik 3.
4.
5.
Pengetahuan yang dibutuhkan 3.1
Ruang lingkup pekerjaan
3.2
Spesifikasi teknis
3.3
Metode pelaksanaan konstruksi
3.4
Jadwal proyek konstruksi
3.5
Gambar kerja (shop drawing)
3.6
Jenis pekerjaan perkerasan jalan
Keterampilan yang dibutuhkan 4.1
Membuat pembagian tugas kelompok kerja.
4.2
Menentukan posisi penempatan material untuk penghamparan
4.3
Mengawasi pelaksanaan penghamparan sesuai prosedur
4.4
Menentukan lokasi penempatan titik-titik pengujian sesuai dengan spesifikasi teknis
4.5
Memeriksa kesesuaian data elevasi shoulder dengan gambar kerja
Aspek kritis 5.1
Ketepatan dalam menentukan posisi penempatan material untuk penghamparan
5.2
Ketelitian dalam mengawasi pelaksanaan penghamparan sesuai prosedur
5.3
Ketelitian dalam memeriksa hasil pemadatan lapisan permukaan (Surface Course)
5.4
Ketelitian dalam memeriksa kesesuaian data elevasi lapisan permukaan (Surface Course) dengan gambar kerja.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 11 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
6.
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Kompetensi Kunci NO
KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI
TINGKAT
1.
Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan informasi
1
2.
Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide
1
3.
Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan
2
4.
Bekerja sama dengan orang lain dan kelompok
2
5.
Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis
1
6.
Memecahkan masalah
1
7.
Menggunakan teknologi
1
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 12 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN
3.1. Strategi Pelatihan Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri artinya, bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan / proses belajar dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat. 3.1.1 Persiapan / Perencanaan a) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti. b) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. c) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. d) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan. 3.1.2 Permulaan dari Proses Pembelajaran a) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar. b) Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki. 3.1.3 Pengamatan Terhadap Tugas Praktek a) Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya. b) Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan. 3.1.4 Implementasi a) Menerapkan pelatihan kerja yang aman. b) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktek. c) Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh. Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 13 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
3.1.5 Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan. 3.2. Metode Pelatihan Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan. 3.2.1. Belajar secara mandiri. Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar. 3.2.2. Belajar Berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja. 3.2.3. Belajar Terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu. 3.3
Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan penjelasan tentang penyusunan strategi pembelajaran, termasuk di dalamnya metode pelatihan yang disarankan, media yang digunakan, session plan, dan strategi penilaian dari setiap penugasan yang diberikan kepada seorang peserta pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan:
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 14 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Unit Kompetensi 7
Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (surface course)
Elemen Kompetensi 1
Melakukan koordinasi dengan pekerja
No
Kriteria Unjuk Kerja / Indikator Unjuk Kerja
Tujuan Pembelajaran
Metode Pelatihan yang Disarankan 4 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktek
Tahapan Pembelajaran 5 1. Menjelaskan pengertian metode pelaksanaan pekerjaan. 2. Menyiapkan metode pelaksanaan pekerjaan kepada pekerja. 3 Mendemonstra sikan • Menyiapkan metode pelaksanaan
Sumber/ Referensi yang Disarankan 6 Metode kerja
Jam Pelajaran Indikatif (menit) 7 20
1 1.1
2 Metode pelaksanaan pekerjaan dijelaskan kepada pekerja secara detail. 1. Dapat menjelaskan pengertian metode pelaksanaan pekerjaan. 2. Mampu menyiapkan metode pelaksanaan pekerjaan kepada pekerja. 3. Harus mampu menyampai kan metode pelaksanaan pekerjaan kepada pekerja secara detail dan benar.
3 Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menjelaskan dan menyiapkan metode pelaksanaan pekerjaan kepada pekerja secara detail dan benar.
1.2
Pembagian tugas kelompok kerja dilakukan. 1. Mampu membagi kelompok kerja. 2. Mampu membagi tugas kelompok kerja pekerjaan. 3. Harus mampu mengatur pembagian tugas kelompok kerja dengan benar.
Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu mengatur pembagian tugas kelompok kerja dengan benar.
1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktek
1. Membagi kelompok kerja. 2. Membagi tugas kelompok kerja pekerjaan. 3. Mendemonstra sikan • Membagi tugas kelompok kerja.
1. Metode konstruksi 2. Managemen proyek
15
1.3
Instruksi kerja diberikan kepada pekerja. 1. Dapat menjelaskan pengertian instruksi kerja kepada pekerja. 2. Mampu menyiapkan instruksi kerja kepada pekerja dengan baik 3. Mampu menyampaikan instruksi kerja kepada pekerja 4 Harus mampu memberikan instruksi kerja kepada pekerja dengan baik.
Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu memberikan instruksi kerja kepada pekerja dengan baik.
1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktek
1. Menjelaskan pengertian instruksi kerja kepada pekerja. 2. Menyiapkan instruksi kerja kepada pekerja dengan baik 3. Mampu menyampaika n instruksi kerja kepada pekerja 4 Mendemonstra sikan • Menyiapkan instruksi kerja.
POS perusahaan
20
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 15 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Unit Kompetensi 7
Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (surface course)
Elemen Kompetensi 2
Melaksanakan penghamparan untuk lapisan Permukaan (Surface Course) Metode Pelatihan yang Disarankan 4 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktek
Tahapan Pembelajaran
Sumber/ Referensi yang Disarankan 6 1 Metode konstruksi 2 Managemen proyek
Jam Pelajaran Indikatif (menit) 7 5
Kriteria Unjuk Kerja / Indikator Unjuk Kerja
Tujuan Pembelajaran
1 2.1
2 Penempatan material di lapangan untuk penghamparan diawasi. 1. Mampu mengawasi pengolahan material perkerasan 2. Mampu mengawasi penempatan material untuk penghamparan di lapangan 3. Harus mampu mengawasi penempatan material untuk penghampa ran untuk lapisan permukaan (surface course).
3 Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu mengawasi penempatan material untuk penghampa ran untuk lapisan permukaan (surface course).
2.2
Koordinasi dengan operator alat dilakukan. 1. Mampu melakukan komunikasi dengan operator alat. 2. Mampu melakukan koordinasi dengan operator alat 3 Mampu mengidentifikasi jenis alat penghamparan yang dibutuhkan 4. Harus mampu melakukan koordinasi dengan operator alat secara benar dan berkesinambungan.
Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu melakukan koordinasi dengan operator alat secara benar dan berkesinambungan.
1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktek
1. Mampu melakukan komunikasi dengan operator alat. 2. Melakukan koordinasi dengan operator alat 3. Mendemonstra sikan • Koordinasi mandor dan opertor alat
Managemen proyek
45
2.3
Instruksi penghampa ran disampaikan kepada pekerja. 1. Mampu memeriksa kesiapan tenaga kerja 2. Mampu memberi pengarahan kepada pekerja. 3. Harus mampu menyampaikan instruksi penghamparan
Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu menyampaikan instruksi penghamparan
1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktek
1. Mampu memeriksa kesiapan tenaga kerja 2. Mampu memberi pengarahan kepada pekerja. 3. Mendemonstra sikan • Pemeriksaan kesiapan tenaga kerja • Pengarahan kepada tenaga kerja.
Managemen proyek
5
2.4
Pelaksanaan penghamparan diawasi sesuai prosedur. 1. Mampu mengidentifikasi jenis peralatan bantu perkerasan yang digunakan.
Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu mengawasi proses pelaksanaan penghamparan sesuai prosedur dengan benar.
1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktek
1. Mampu memeriksa kesiapan tenaga kerja 2. Mampu memberi pengarahan kepada
1. Metode konstruksi 2. POS perusahaan
No
5 1. Mengawasi pengolahan material perkerasan 2. Mengawasi penempatan material untuk penghamparan di lapangan 3. Mendemonstra sikan • Penempatan material penghamparan di lapangan
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
165 (termasuk peninjauan lapangan)
Halaman: 16 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil 1
2 2. Mampu mengawasi pelaksanaan penghamparan. 3. Harus mampu mengawasi proses pelaksanaan penghamparan sesuai prosedur dengan benar.
3
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01 4
5 pekerja. 3. Mendemonstra sikan • Pengawasan penghamparan.
6
Unit Kompetensi 7
Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (surface course)
Elemen Kompetensi 3
Melaksanakan pekerjaan pemadatan lapisan Permukaan (Surface Course)
No
Kriteria Unjuk Kerja / Indikator Unjuk Kerja
Tujuan Pembelajaran
Metode Pelatihan yang Disarankan 4 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktek
Tahapan Pembelajaran 5 1. Melakukan komunikasi dengan operator alat pemadat. 2. Melakukan koordinasi dengan operator alat pemadat 3. Mendemonstra sikan • Koordinasi dengan operator alat pemadat.
7
Sumber/ Referensi yang Disarankan 6 Managemen proyek
Jam Pelajaran Indikatif (menit) 7 10
1 3.1
2 Koordinasi dengan operator alat dilakukan. 1. Mampu melakukan komunikasi dengan operator alat pemadat. 2. Mampu melakukan koordinasi dengan operator alat pemadat 3. Harus mampu melakukan koordinasi dengan operator alat pemadat
3 Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu melakukan koordinasi dengan operator alat
3.2
Prosedur teknis pelaksanaan pemadatan diawasi. 1. Dapat menjelas kan cara pemadatan lapisan permukaan (surface course). 2. Mampu mengawasi pelaksanaan pemadatan. 3. Harus mampu mengawasi proses pelaksanaan pemadatan dengan benar.
Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu mengawasi proses pelaksanaan pemadatan dengan benar.
1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktek
1. Menjelaskan cara pemadatan lapisan bawah (sub base). 2. Mengawasi pelaksanaan pemadatan. 3. Mendemonstra sikan. • Pengawasan pelaksanaan pemadatan
1. Instruksi Kerja 2. Spesifikasi
5
3.3
Hasil pemadatan lapisan bawah diperiksa. 1. Mampu mengamati hasil pemadatan lapisan permukaan (surface course) secara visual. 2. Mampu membantu dalam penganmbilan sampel. 3. Harus mampu mengamati hasil pemadatan secara visual dengan benar
Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu mengamati hasil pemadatan secara visual dengan benar
1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktek
1. Mengamati hasil pemadatan lapisan permukaan (surface course) secara visual. 2. Membantu dalam pengambilan sampel. 3. Mendemonstra sikan • Pemeriksaan kepadatan lapisan permukaan.
1.Uji tes 2. Spesifikasi
5
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 17 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil 1 3.4
2 Hasil pemadatan yang kurang sempurna diperbaiki. 1. Mampu mencari penyebab pemadatan lapisan permukaan kurang sempurna. 2. Mampu memperbaiki pemadatan. lapisan permukaan kurang sempurna. 3. Harus mampu memperbaiki hasil pemadatan yang kurang sempurna.
3 Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu memperbaiki hasil pemadatan yang kurang sempurna.
4 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktek
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01 5 1. Mencari penyebab pemadatan lapisan bawah kurang sempurna. 2. Mampu memperbaiki pemadatan. lapisan bawah kurang sempurna. 3. Mendemonstra sikan. • Perbaikan kepadatan yang kurang sempurna.
6 1.Uji tes 2.Spesifikasi
Unit Kompetensi 7
Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (surface course)
Elemen Kompetensi 4
Melakukan pengukuran elevasi lapisan Permukaan (Surface Course) Metode Pelatihan yang Disarankan 4 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktek
Sumber/ Referensi yang Disarankan 6 Managemen proyek
Jam Pelajaran Indikatif (menit) 7 5
Kriteria Unjuk Kerja / Indikator Unjuk Kerja
Tujuan Pembelajaran
1 4.1
2 Koordinasi dengan juru ukur dilakukan. 1. Mampu berkomunikasi dengan juru ukur. 2. Mampu melakukan koordinasi dengan juru ukur (surveyor). 3. Harus mampu melakukan koordinasi dengan juru ukur (surveyor) dengan benar.
3 Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu melakukan koordinasi dengan juru ukur (surveyor) dengan benar.
4.2
Pelaksanaan pengukuran diawasi. 1. Mampu menindak lanjuti hasil pengukuran dari surveyor. 2. Mampu memeriksa bentuk penampang. 3. Harus mampu mengawasi pelaksanaan pengukuran dengan benar.
Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu mengawasi pelaksanaan pengukuran dengan benar.
1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktek.
1. Menindak lanjuti hasil pengukuran dari surveyor. 2. Memeriksa bentuk penampang. 3. Mendemonstra sikan. • Tindak lanjut pengukuran surveyor
Pengukuran
5
4.3
Data elevasi permukaan diperiksa kesesuaiannya dengan gambar kerja. 1. Mampu memeriksa data elevasi permukaan di lapangan. 2. Mampu memeriksa elevasi permukaan sesuai gambar kerja. 3. Harus mampu memeriksa kesesuaian
Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu memeriksa kesesuaian data elevasi permukaan dengan gambar kerja.
1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktek
1. Memeriksa data elevasi sub base di lapangan. 2. Memeriksa elevasi sub base sesuai gambar kerja. 3. Mendemonstra sikan. • Pemeriksaan elevasi sub
Pengukuran
5
No
Tahapan Pembelajaran
7 5
5 1. Berkomunikasi dengan juru ukur. 2. Melakukan koordinasi dengan juru ukur (surveyor). 3. Mendemonstra sikan. • Koordinasi dengan surveyor
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 18 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil 1
2 data elevasi permukaan dengan gambar kerja.
3
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01 4
5 base.
6
Unit Kompetensi 7
Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (surface course)
Elemen Kompetensi 5
Melakukan pengujian kepadatan lapisan Permukaan (Field density test)
No
Kriteria Unjuk Kerja / Indikator Unjuk Kerja
Tujuan Pembelajaran
1 5.1
2 Koordinasi dengan petugas pengujian dilakukan. 1. Mampu melakukan komunikasi dengan petugas pengujian 2. Mampu melakukan koordinasi dengan petugas pengujian. 3. Harus mampu melakukan koordinasi dengan petugas pengujian secara benar.
3 Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu melakukan koordinasi dengan petugas pengujian secara benar.
5.2
Lokasi penempatan titiktitik pengujian ditentukan sesuai dengan spesifikasi teknis. 1. Mampu bekerjasama mempersiap kan peralatan pengujian. 2. Mampu bekerja sama dalam pengambilan sampel pengujian
Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu mempersiap kan peralatan pengujian dan bekerja sama dalam pengambilan sampel pengujian.
Metode Pelatihan yang Disarankan 4 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktek
1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktek
Tahapan Pembelajaran 5 1. Melakukan dengan petugas pengujian 2. Melakukan koordinasi dengan petugas pengujian secara benar. 3 Mendemonstra sikan. • Koordinasi dengan petugas pengujian. 1. Bekerjasama mempersiap kan peralatan pengujian 2. Bekerja sama dalam pengambilan sampel pengujian.
Sumber/ Referensi yang Disarankan 6 Managemen proyek
Managemen proyek
Unit Kompetensi 7
Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (surface course)
Elemen Kompetensi 6
Melaporkan hasil Course)
No 1 6.1
Kriteria Unjuk Kerja / Indikator Unjuk Kerja
Tujuan Pembelajaran
2 Data hasil pengukuran dan pengujian dikumpulkan. 1. Mampu minta data hasil pengukuran yang dilakukan oleh petugas pengukuran. 2. Mampu minta data hasil pengujian pemadatan yang dilakukan oleh petugas pengujian. 3. Harus mampu mengumpulkan data hasil pengukuran dan pengujian dengan benar.
3 Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu mengumpulkan data hasil pengukuran dan pengujian dengan benar.
Edisi : I - 2012
Jam Pelajaran Indikatif (menit) 7 5
5
pelaksanaan pekerjaan pekerasan lapisan Permukaan (Surface Metode Pelatihan yang Disarankan 4 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktek
Tahapan Pembelajaran 5 1. Meminta data hasil pengukuran yang dilakukan oleh petugas pengukuran. 2. Meminta data hasil pengujian pemadatan yang dilakukan oleh petugas pengujian. 3 Mendemonstra sikan • Pengumpulan hasil pengukuran
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
7
Sumber/ Referensi yang Disarankan 6 1. Pengukuran 2. Uji tes
Jam Pelajaran Indikatif (menit) 7 5
Halaman: 19 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil 1
2
3
6.2
Data hasil pekerjaan perkerasan lapisan permukaan disampikan kepada atasan. 1. Mampu menghitung hasil pekerjaan 2. Mampu menunjukkan data hasil pemadatan, pengukuran dan pengujian di lapangan. 3. Harus mampu menyampaikan data hasil pekerjaan perkerasan lapisan permukaan kepada pelaksana dengan benar.
Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu mengopname pekerjaan, menyampaikan data hasil pekerjaan perkerasan lapisan permukaan kepada pelaksana dengan benar.
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01 4
1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktek
5 dan pengujian 1.
Menghitung hasil pekerjaan 2. Menunjukkan data hasil pemadatan, pengukuran dan pengujian di lapangan. 3. Mendemonstra sikan. • Penyampaian hasil pekerjaan perkerasan lapisan permukaan
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
6
1 Pengukuran 2 Uji tes 3 spesifikasi
7
15
Halaman: 20 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
BAB IV PEKERJAAN PERKERASAN LAPISAN PERMUKAAN (SURFACE COURSE)
4.1
Umum Lapisan penutup adalah lapis perkerasan jalan yang terletak di atas lapis pondasi atas, yang bersifat kedap air. Tujuan lapis penutup sebagai lapis perkerasan jalan adalah sebagai lapis pelindung bagi lapis perkerasan yang ada dibawahnya atau fungsi lapis penutup adalah menerima beban-beban roda yang bekerja di atasnya serta menyebarkan kepada lapisan perkerasan yang ada dibawahnya. Beberapa jenis lapisan bawah yang biasa dilaksanakan pada konstruksi jalan adalah : 1.
Lapis penutup yang menggunakan buras. • Bahan lapis penutup buras dari bahan pasir yang mempunyai gradasi sebagai berikut : - Lolos saringan 3/8” (9 mm) sebanyak 100 % - Lolos saringan No. 4 (4,8 mm) sebanyak 85 – 100 % - Lolos saringan No. 8 (2,4 mm) sebanyak 0 – 40 % Kecuali ditentukan lain oleh Direksi. • Bahan pengikat aspal yang digunakan adalah : - Aspal keras Pen 60/70 atau 80/100 - Aspal cair RC-250, RC- 800 - Aspal emulsi RS-1, CRS-1, RS-2. CRS-2
2.
Lapis penutup yang menggunakan burtu • Bahan lapis penutup burtu dari bahan agregat yang mempunyai gradasi sebagai berikut : Kondisi Permukaan
Lalu Lintas Sedikit
Sedang
Padat
Keras
6 mm
9 mm
12 mm
Normal
9 mm
12 mm
20 mm
Lunak
12 mm
20 mm
20 mm
Contoh : - Kondisi permukaan keras
: Laston.
- Kondisi permukaan normal : Lasbutag. - Kondisi permukaan lunak
: Laston.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 21 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
• Bahan aspal : VFA = ------- x ALD liter/m2, 500
Jumlah aspal
3.
VFA
= Rongga terisi aspal
ALD
= Ukuran diameter terkecil agregat rata-rata (mm)
Lapis penutup yang menggunakan burda • Bahan lapis penutup burda dari bahan agregat lapis pertama dan lapis kedua dapat berupa batu pecah atau kerikil berbentuk kubus, keras dan bersih yang mempunyai gradasi sebagai berikut : Kondisi Permukaan
Lalu Lintas Sedikit
Sedang
Padat
Keras
6 mm
9 mm
12 mm
Normal
9 mm
12 mm
20 mm
Lunak
12 mm
20 mm
20 mm
Contoh : -
Kondisi permukaan keras
: Laston
-
Kondisi permukaan normal
: Lasbutag
-
Kondisi permukaan Lunak
: Latasbum
• Bahan aspal : Jumlah aspal
4.
VFA = ------- x ALD liter/m2, 500
VFA
= Rongga terisi aspal.
ALD
= Ukuran diameter terkecil agregat rata-rata (mm).
Lapis penutup yang menggunakan latasbum • Bahan lapis penutup lasbutag dari bahan aspal Buton B-16 atau B-20 dengan kadar air antara 4 – 8 % dan ukuran butir maksimum 12,7 mm (1/2 inci). Sebagai bahan pelunak dipergunakan Flux Oil atau minyak Bekas yang memenuhi syarat.
5.
Lapis penutup yang menggunakan lasbutag • Bahan lapis penutup lasbutag dari bahan aspal Buton B-16 atau B-20 dengan kadar air antara 4 – 8 % dan ukuran butir maksimum 12,7 mm (1/2 inci). • Sebagai bahan pelunak dipergunakan Flux Oil atau minyak bekas yang memenuhi syarat.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 22 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
• Agregat yang dipergunakan merupakan campuran agregat kasar dan agregat halus dari batu pecah atau kerikil kering, berbidang kasar dan bersudut tajam. 6.
Lapis penutup yang menggunakan lapen.
7.
Lapis penutup yang menggunakan latasir.
8.
Lapis penutup yang menggunakan laston/ATB.
9.
Lapis penutup yang menggunakan lataston/HRS.
Semua perkerasan lapisan permukaan tersebut diatas menggunakan campuran aspal, sehingga yang akan diuraikan dalam modul ini adalah dua kelompok pekerjaan : 1.
Lapis penutup yang tanpa menggunakan AMP. • Lapis penutup yang menggunakan buras. • Lapis penutup yang menggunakan burtu. • Lapis penutup yang menggunakan burda. • Lapis penutup yang menggunakan latasbum. • Lapis penutup yang menggunakan lasbutag. • Lapis penutup yang menggunakan lapen. • Lapis penutup yang menggunakan latasir.
2.
Lapis penutup yang menggunakan AMP • Lapis penutup yang menggunakan laston/ATB • Lapis penutup yang menggunakan lataston/HRS.
4.2
Koordinasi Dengan Pekerja 4.2.1 Penjelasan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Pekerja Secara Detail Metode pelaksanaan pekerjaan sebetulnya sudah dibuat pada waktu membuat atau mengajukan penawaran pekerjaan, namun demikian tidak tertutup kemungkinan, bahwa pada waktu menjelang pelaksanaan, atau selama pelaksanaan mengalami perubahan. Jika demikian metode pelaksanaan pekerjaan perlu atau harus diubah. 4.2.1.1 Pengertian metode pelaksanaan pekerjaan Metode pelaksanaan atau metode konstruksi adalah merupakan urutan pelaksanaan pekerjaan yang logis dan teknis sehubungan dengan tersedianya sumber daya yang dibutuhkan dan kondisi medan kerja, guna memperoleh cara pelaksanaan yang efektif dan efisien. Metode pelaksanaan pekerjaan sebetulnya sudah dibuat pada waktu membuat atau mengajukan penawaran pekerjaan, namun demikian tidak tertutup kemungkinan, bahwa pada waktu menjelang pelaksanaan, atau
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 23 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
selama pelaksanaan mengalami perubahan. Jika demikian metode pelaksanaan pekerjaan perlu atau harus diubah. Metode pelaksanaan yang ditampilkan dan diterapkan merupakan cerminan dari profesionalitas sang pelaksana pekerjaan tersebut, atau profesionalitas dari tim pelaksana proyek, yaitu Manager Proyek dan perusahaan yang bersangkutan Karena itu, dalam penilaian untuk menentukan pemenang tender, penyajian metode pelaksanaan pekerjaan mempuntai “bobot” penilaian yang tinggi. Yang diperhatikan bukan rendahnya nilai penawaran harga, meskipun kita akui bahwa rendahnya nilai penawaran merupakan jalan untuk memperoleh peluang ditunjuk menjadi pemenang tender/pelelangan. Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan terdiri dari : •
Projet plant ∗ Denah fasilitas proyek (jalan kerja, bangunan fasilitas dan lain-lain) ∗ Lokasi pekerjaan ∗ Jarak angkut ∗ Komposisi alat ∗ Penjelasan urutan pekerjaan
•
Sket atau gambar bantu penjelasan pelaksanaan pekerjaan
•
Uraian pelaksanaan pekerjaan ∗ Urutan pelaksanaan seluruh pekerjaan dalam rangka penyelesaian proyek (urutan secara global) ∗ Urutan pelaksanaan per pekerjaan atau per kelompok pekerjaan, yang perlu penjelasan detail. Biasanya yang ditampilkan adalah pekerjaan penting, atau pekerjaan yang jarang ada atau pekerjaan yang mempunyai nilai besar, pekerjaan dominan (volume besar). Pekerjaan yang ringan atau umum dilaksanakan biasanya cukup diberi uraian singkat mengenai cara pelaksanaannya saja, tanpa perhitungan kebutuhan alat dan tanpa gambar/sket penjelasan cara pelaksanaan pekerjaan.
•
Perhitungan kebutuhan peralatan konstruksi dan jadwal kebutuhan peralatan.
•
Perhitungan kebutuhan tenaga kerja dan jadwal kebutuhan tenaga kerja (tukang dan pekerja).
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 24 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
•
Perhitungan kebutuhan material dan jadwal kebutuhan material.
•
Dan dokumen lainnya sebagai penjelasan dan pendukung perhitungan dan kelengkapan yang diperlukan.
Metode pelaksanaan pekerjaan yang baik : •
Memenuhi syarat teknis. ∗ Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan lengkap dan jelas memenuhi informasi yang dibutuhkan. ∗ Bisa dilaksanakan dan efektif. ∗ Aman untuk dilaksanakan. Terhadap konstruksi jalan yang dibangun. Terhadap para pekerja yang melaksanakan pekerjaan. Terhadap lingkungan sekitarnya. ∗ Memenuhi standar tertentu yang ditetapkan atau disetujui tenaga teknik
yang
berkompeten
pada
proyek
tersebut.
Misalnya,
memenuhi tonase tertentu dan telah memenuhi hasil testing tertentu. •
Memenuhi syarat ekonomis ∗ Biaya termurah. ∗ Wajar dan efisien.
•
Memenuhi pertimbangan non teknis lainnya. ∗ Dimungkinkan untuk diterapkan pada lokasi proyek dan disetujui atau tidak ditentang oleh lingkungan setempat. ∗ Rekomendasi dan policy dari Pemilik Proyek. ∗ Disetujui oleh sponsor proyek atau Direksi Perusahaan, apabila hal itu merupakan alternatif pelaksanaan yang istimewa dan riskan.
•
Merupakan alternatif/pilihan terbaik dari beberapa alternatif yang telah diperhitungkan dan dipertimbangkan.
•
Manfaat positif construction method. ∗ Memberikan arahan dan pedoman yang jelas atas urutan dan fasilitas penyelesaian pekerjaan. ∗ Merupakan acuan/dasar pola pelaksanaan pekerjaan di proyek.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 25 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
4.2.1.2 Penyiapan metode pelaksanaan 1. Metode pelaksanaan disusun oleh Kepala proyek/calon Kepala proyek dibantu oleh personil inti/calon personil inti proyek yang bersangkutan. 2. Sebetulnya metode pelaksanaan sudah dibuat pada waktu tender, namun belum secara detail. Agar metode konstruksi lebih akurat, ada hal-hal yang perlu dicek ulang antara lain : kondisi topografi, jalan masuk, dan kondisi lingkungan. 3. Setelah metode konstruksi dibuat secara detail dengan lengkap, kemudian metode pelaksanaan disampaikan kepada semua personil yang terkait dengan pelaksanaan pisik pekerjaan antara lain Pelaksana lapangan dan mandor. Metode pelaksanaan pekerjaan harus disampaikan kepada masingmasing pekerja sebagai pedoman kerja. 4.2.2 Pembagian Tugas Kelompok Kerja 4.2.2.1 Pembagian kelompok kerja penggelaran 1. Pembagian kelompok kerja untuk pekerjaan Lapisan permukaan yang menggunakan aspal finisher untuk penggelaran material campuran aspal yaitu : Biasanya satu kelompok/ group pekerjaan perkerasan aspal terdiri dari 4 tukang dan 5 tenaga pembantu. • Tukang perata (alat garuk) : 3 tukang. • Tukang pengatur screed : 1 tukang. • Tenaga kerja pembersihan. • Tenaga kerja perapian, pemotongan.
5 ± tenaga pembantu.
• Tenaga kerja pengatur lalu lintas. 2. Pembagian kelompok kerja untuk pekerjaan Lapisan permukaan yang menggunakan material aspal buton dan agregat secara manual yaitu : • Tukang penebar agregat : 1 tukang. • Tenaga penebar agregat, pembersihan ± 6 tenaga kerja. • Tenaga penyemprot aspal : 1 tenaga kerja. • Tenaga pencampur material pada beton molen : ± 6 tenaga kerja. • Tenaga kerja pengatur lalu lintas.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 26 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Jumlah tenaga kerja ini sangat tergantung produktifitas material agregat yang dihasilkan/banyaknya onggokan material. 4.2.2.2 Pembagi tugas kelompok kerja 1. Pembagian tugas kelompok kerja untuk pekerjaan Lapisan atas yang menggunakan aspal finisher untuk penggelaran material campuran aspal yaitu : a. Tukang perata (alat garuk) Apabila penghamparan dengan mesin dilakukan dengan benar maka penghamparan dengan tangan hanyalah diperlukan pada pelebaran, di sekitar batu pinggir, lubang got, jembatan dan sebagainya. (1) Pada pelebaran, campuran yang keluar dari pintu samping yang terbuka, disebar ratakan ke arah sisi pelebaran atau batu pinggir sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. (2) Singkup dapat digunakan pada pelebaran yang besar dan pada lokasi-lokasi lain yang dipandang perlu. Untuk menghindari segregasi, campuran diletakkan dalam beberapa tumpukan kecil dengan menggunakan singkup dan selanjutnya diratakan. (3) Perataan akhir dengan tangan dilakukan sebagai mana perlunya dengan mengunakan tepi perata Apabila terjadi segregasi, maka untuk menyingkirkan agregat kasar perlu digunakan tepi garok dan selanjutnya dengan menggunakan perata, sebar-ratakan, campuran tambahan yang seragam. b. Tukang pengatur screed Screed (sepatu) baik dengan jenis penumbuk (tamper) maupun jenis vibrasi, fungsi screed meliputi pemangkasan, penekanan untuk menghasilkan permukaan akhir dengan kerataan atau tekstur yang dipersyaratkan. c. Tenaga kerja pembersihan : Sebelum pekerjaan penggelaran dimulai dilakukan penmbersihan areal penggelaran aspal terhadap sampah, kotoran dan debu menyediakan drum penampung untuk mengumpulkan material sisa, kotoran dan sampah untuk dibuang dari lokasi pekerjaan. Pada akhir pelaksanaan, mandor meningggalkan lokasi pekerjaan dalam keadaan bersih dan siap untuk digunakan oleh Pemilik Pekerjaan. Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 27 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Kontraktor harus mengembalikan ke keadaan semula bagian tempat kerja yang tidak ditetapkan untuk diubah menurut Dokumen Kontrak. o Tenaga kerja perapian, pemotongan : • Memotong tegak lapisan lama, agar sambungan lapisan lama dan baru menjadi rapi dan rapat. • Tenaga perata dan operator mesin pemadat awal harus selalu waspada
terhadap
adanya
ketidak
lurusan
sambungan
memanjang yang harus segera diperbaiki. Hal ini sangat penting pada permukaan lapisan. Apabila pada penghamparan dengan mesin penghampar terjadi bahan berlebih, maka untuk meluruskan sambungan, bahan ini perlu dibuang. Apabila pada sambungan terdapat lubang atau ketidak sempurnaan, maka untuk meluruskan sambungan tersebut, perlu ditambahkan bahan secukupnya. o Tenaga kerja pengatur lalu lintas : • Mengatur jalannya lalu lintas umum agar berjalan lancar. 2. Pembagian kelompok kerja untuk pekerjaan Lapisan permukaan yang menggunakan material Lasbutag secara manual yaitu : a.
Tenaga kerja pembersihan : Sebelum pekerjaan penggelaran dimulai dilakukan pembersihan areal penggelaran aspal terhadap sampah ataupun kotoran lain. Menyediakan drum penampung untuk mengumpulkan material sisa, kotoran dan sampah untuk dibuang dari lokasi pekerjaan. Pada akhir pelaksanaan, mandor meningggalkan lokasi pekerjaan dalam keadaan bersih dan siap untuk digunakan.
b.
Tenaga pencampur beton : • Memasukkan material aspal buton dan agregat kedalam molen. • Mengeluarkan material tercampur ke bak penampung atau gerobak dorong.
c.
Tukang/tenaga kerja penebar lasbutag : • Menebar Lasbutag supaya menjadi rata
d.
Tenaga kerja pengatur lalu lintas. • Mengatur jalannya lalu lintas umum agar berjalan lancar.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 28 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
4.2.3
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Pembagian Instruksi Kerja Kepada Pekerja 4.2.3.1 Penjelasan tentang instruksi kerja Instruksi kerja adalah urutan kerja yang dilakukan oleh seorang pekerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Proses penyusunan Instruksi Kerja diawali dari pengalaman melaksanakan beberapa pekerjaan perkerasan jalan, dicatat dan didokumentasi oleh bagian teknik yang telah disetujui Kepala Proyek sebagai penanggung jawab proyek tersebut. Semua Instruksi Kerja dari proyek-proyek diserahkan ke Kantor Pusat untuk dperiksa, dikoreksi, hingga menjadi Instruksi Kerja Standar yang dapat dipakai sebagai pedoman Instruksi Kerja untuk pekerjaan perkerasan jalan yang lain/akan datang, sehingga tidak perlu proyek menyusun Instruksi Kerja baru lagi. 4.2.3.2 Penyiapkan instruksi kerja Sesuai dengan prosedur perusahaan, sebelum pekerjaan dimulai Kepala proyek yang diwakili bagian teknik meminta Instruksi Kerja dari Kantor Pusat,
kemudian
membagi
kepada
pejabat
yang
terkait
dengan
pelaksanaan pekerjaan antara lain para Pelaksana lapangan dan mandor. Kepala
Proyek/bagian
tehnik/Pelaksana/Pelaksana
Lapangan/Mandor
memeriksa Instruksi Kerja Standar yang telah diterima. Apabila Instruksi Kerja tersebut sesuai dengan kondisi di lapangan, maka instruksi Kerja dapat diterapkan pada pelaksanaan pekerjaan tersebut. Dengan Instruksi Kerja tertulis, maka ada aturan yang jelas dan bersifat standar/umum, tidak perlu membuat instruksi kerja lagi setiap dapat proyek baru. 4.2.3.3 Penyampaian Instruksi Kerja Kepada Pekerja Beberapa jenis instruksi kerja pada pekerjaan lapis permukaan perkerasan jalan antara lain : 1. Instruksi kerja lapisan permukaan atas menggunakan ATB atau Laston. 2. Instruksi kerja lapisan permukaan atas menggunakan HRS atau lataston. 3. Instruksi kerja lapisan permukaan atas menggunakan Lasbutag.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 29 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
1. Instruksi kerja lapisan pondasi atas
menggunakan ATB atau
Laston atas
INSTRUKSI KERJA
Pekerjaan : lapis permukaan menggunakan ATB atau Laston atas
Tgl Edisi Pertama :
No. Kopi
No. Edisi
:
Tgl. Revisi :
Kode Dokumen
:
Hal ke
Bahan : - ATB
:
:
Alat - AMP - Finisher - Alat pemadat - Water tank truck - Dump truck - Alat bantu STATUS
NO
LANGKAH KERJA
KRITERIA BERTERIMA BAIK
1
Pasang rambu-rambu untuk keselamatan lalu-lintas jalan
Sesuai rencana
2
Pembuatan guide line pada tepi dan as jalan sebagai pengarah/petunjuk jalannya Asphalt Finisher
Sesuai rencana Alat ukur terkalibrasi
3
Angkut hotmix HRS base ke lokasi penghamparan
DT ditutup terpal untuk menjaga suhu, Hotmix tidak tercecer di jalan
4
Tuang hotmix ke dalam hooper Asphalt Finisher
Tidak tercecer
5
Suhu maximum di AMP adalah
Spesifikasi
TIDAK
165 ºC 6
Batas minimum suhu HRS yang siap dihampar pekerjaan adalah
Spesifikasi
110 ºc 7
Segera setelah HRS dihampar dan diratakan permukaan harus diperiksa dan setiap ketidakrataan cepat diperbaiki
Sesuai kapasitas
8
Penggilasan lapisan ATB harus terdiri dari tiga operasi alat yang berbeda yaitu : - Penggilasan Awal/Pemecahan dengan alat Tandom Roller (roda ban tiga) - Penggilasan Sekundair/ antara dengan alat Tire
100 % kepadatan laboratorium
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 30 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
STATUS NO
LANGKAH KERJA
KRITERIA BERTERIMA BAIK
TIDAK
Roller (roda ban karet - Penggilasan Akhir/ penyelesaian dengan alat Tandem Roller (roda ban baja) 9
Perhatikan arah pemadatan dari penggilasan awal, sekundair, akhir dimulai dari tepi jalan ke tengah badan jalan
10
Pastikan kepadatan sec ara visual yaitu pemadatan akhir tidak menimbulkan bekas roda
11
Open traffic (boleh lewat kendaraan lalu lintas) setelah mendapat persetujuan Direksi
12
Setelah dipadatkan HRS base dilaksanakan Uji Core Drill
Membentuk kemiringan sesuai spesifikasi
Setiap 200 m”
2. Instruksi kerja lapisan pondasi atas menggunakan HRS atau lataston
INSTRUKSI KERJA
Pekerjaan : lapis menggunakan HRS
permukaan
Tgl Edisi Pertama :
No. Kopi
No. Edisi
:
Tgl. Revisi :
Kode Dokumen
:
Hal ke
Bahan : - HRS
Buku Informasi
LANGKAH KERJA
KRITERIA BERTERIMA
1
Pasang rambu-rambu untuk keselamatan lalu-lintas jalan
Sesuai rencana
2
Pembuatan guide line pada tepi dan as jalan sebagai pengarah/petunjuk jalannya Asphalt Finisher
Sesuai rencana Alat ukur terkalibrasi
3
Angkut hotmix HRS base ke lokasi penghamparan
DT ditutup terpal untuk menjaga suhu, Hotmix tidak tercecer di jalan
4
Tuang hotmix ke dalam
Edisi : I - 2012
:
Alat - AMP - Finisher - Alat pemadat - Water tank truck - Dump truck - Alat bantu
NO
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course)
:
STATUS BAIK
TIDAK
Tidak tercecer
Halaman: 31 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
NO
LANGKAH KERJA
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
KRITERIA BERTERIMA
STATUS BAIK
TIDAK
hooper Asphalt Finisher 5
Suhu maximum di AMP adalah 165 ºC
Spesifikasi
6
Batas minimum suhu HRS yang siap dihampar pekerjaan adalah 110 ºc
Spesifikasi
7
Segera setelah HRS dihampar dan diratakan permukaan harus diperiksa dan setiap ketidakrataan cepat diperbaiki
Sesuai kapasitas
8
Penggilasan lapisan ATB harus terdiri dari tiga operasi alat yang berbeda yaitu : - Penggilasan Awal/ Pemecahan dengan alat Tandom Roller (roda ban tiga) - Penggilasan Sekundair/ antara dengan alat Tire roller (roda ban karet - Penggilasan Akhir/ penyelesaian dengan alat Tandem Roller (roda ban baja)
100 % kepadatan laboratorium
9
Perhatikan arah pemadatan dari penggilasan awal, sekundair, akhir dimulai dari tepi jalan ke tengah badan jalan
Membentuk kemiringan. Sesuai spesifikasi
10
Pastikan kepadatan sec ara visual yaitu pemadatan akhir tidak menimbulkan bekas roda
11
Open traffic (boleh lewat kendaraan lalu lintas) setelah mendapat persetujuan Direksi
12
Setelah dipadatkan HRS base dilaksanakan Uji Core Drill
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Setiap 200 m”
Halaman: 32 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
3. Instruksi kerja lapisan permukaan atas menggunakan Lasbutag
INSTRUKSI KERJA
Pekerjaan : lapis permukaan menggunakan Lasbutag
NO
Tgl Edisi Pertama :
No. Kopi
No. Edisi
:
Tgl. Revisi :
Kode Dokumen
:
Hal ke
Bahan : - Lasbutag
LANGKAH KERJA
Buku Informasi
KRITERIA BERTERIMA
Pasang rambu-rambu untuk keselamatan lalu-lintas jalan
2
Pembuatan guide line pada tepi dan as jalan sebagai pengarah/ petunjuk jalannya Asphalt Finisher
Sesuai rencana Alat ukur terkalibrasi
3
Pemanasan aspal harus dilakukan 3 (tiga) jam sebelum pelaksanaan pekerjaan
Temperatur
STATUS BAIK
TIDAK
Sesuai rencana
135º C – 160° C
4
Penyiraman aspal dilaksanakan
5
Angkut pasir/buras ke lokasi penghamparan
Spesifikasi
6
Penebaran pasir dilakukan secara merata segera setelah penyiraman aspal selesai
Spesifikasi
7
Penggilasan dilakukan pada waktu aspal masih panas sebanyak 4 – 6 lintasan dengan kecepatan ± 5 km/jam
100 % kepadatan laboratorium
8
Untuk menjaga kemungkinan terjadi bleeding di lapangan harus selalu tersedia agregat secukupnya untuk menabur
Sesuai spesifikasi
Edisi : I - 2012
:
Alat - Mesin gilas - Dump truck - Pemanas aspal - Alat bantu
1
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course)
:
Temperatur 135º C – 160° C Dilakukan merata sesuai spesifikasi
Halaman: 33 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
4.3
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Penghamparan Untuk Lapisan Permukaan (Surface Course) Penghamparan
material
lapisan
permukaan
dilakukan
mulai
dari
pengawasan
penempatan material di lapangan, dilanjutkan sampai cara penggelaran material di lapangan. Penghamparan material lapisan bawah dilakukan untuk konstruksi lapisan permukaan terdiri dari antara lain : • Penghamparan perkerasan lasbutag. • Penghamparan perkerasan ATB atau laston. • Penghamparan perkerasan HRS atau lataston. 4.3.1 Pengawasan Penempatan Material Untuk Penghamparan 4.3.1.1 Pengawasan Pengolahan Material Perkerasan Pengolahan material perkerasan dilakukan hanya untuk pekerjaan : Lapisan permukaan yang menggunakan material laston atas (ATB) atau lataston (HRS) Pelaksanaan dikerjakan secara mekanis : a. Penghamparan dengan menggunakan mesin penghampar (Asphalt Finisher), penghamparan dimulai dari posisi terjauh dari kedudukan AMP dan berakhir di posisi terdekat, sesuai yang direncanakan. b. Campuran harus dicampur pada temperatur maximum 165° C. 4.3.1.2 Pengawasan Penempatan Material Penghamparan Di Lapangan 1.
Lapisan
atas
yang
menggunakan
material
ATB
atau
HRS
pelaksanaannya dikerjakan secara mekanis. a. Pengangkutan
dilakukan
dengan
Dump
Truck
selama
pengangkutan, sebaiknya campuran ditutup dengan terpal, untuk melindungi dari pengaruh cuaca. b. Penghamparan
hendaknya
dimulai
dari
posisi
terjauh
dari
kedudukan AMP (Asphalt Mixing Plant) dan berakhir di posisi terdekat dengan unit pencampur aspal (AMP). 2.
Lapisan atas yang menggunakan material Lasbutag Pemeraman selama 3 x 24 jam dan pencampuran dengan agregat langsung menggunakan molen di lokasi/tempat.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 34 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
4.3.2 Koordinasi Dengan Operator Alat Koordinasi antara Mandor dengan operator alat dibawah koordinasi Pelaksana Lapangan, mengingat Pelaksana Lapangan adalah atasan Mandor dan operator alat 4.3.2.1
Komunikasi dengan operator alat Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi atau perasaan atau Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain. Proses komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses yang komponen dasar sebagai berikut : Pengiriman pesan, Penerima pesan dan Pesan Proses komunikasi dapat dilihat pada skema dibawah ini:
Diagram 4.1 : Proses Komunikasi
1. Pengirim pesan dan isi pesan Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkan. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal dan non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas. Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 35 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Makna pesan dapat berupa : a. Informasi. b. Ajakan. c. Rencana kerja. d. Pertanyaan dan sebagainya. 2. Simbol/isyarat Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manager menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan badan (tangan, kepala dsb). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku dan menunjukan arah tertentu. 3. Media/penghubung Media adalah alat untuk penyampaian pesan seperti TV, radio, telpon dan sebagainya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb 4. Mengartikan kode/isyarat Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dll) maka si penerima pesan harus dapat mengartikan simbol/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti/dipahami. 5. Penerima pesan. Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan si pengirim meskipun dalam bentuk kode/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud si pengirim. 6. Balikan (feedback) Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun non verbal. Tanpa balikan seseorang pengirim pesan tidak tahu dampak pesannya terhadap si penerima pesan . Hal ini penting bagi atasan atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 36 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
balikan langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak . Balikan yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan menggambarkan perilaku penerima pesan. Pemberi balikan menggambarkan perilaku penerima pesan sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk memberi informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi. 7. Gangguan Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi, akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir sel alu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya Tujuan komunikasi Komunikasi antara Mandor dengan operator alat pemadat bertujuan untuk : a. Memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode dan masalah, sehingga melalui komunikasi pekerjaan akan lebih efektif dan semakin lancar. b. Membantu organisasi untuk menghindari atau menyelesaikan masalah serta membangun semangat kerja. c. Mengarahkan atau mempengaruhi perilaku seseorang. d. Menurunkan ketegangan yang mungkin terjadi, dan menyelesaikan konflik. 4.3.2.2 Melakukan Koordinasi Dengan Operator Alat Koordinasi antara Mandor dengan operator alat dibawah koordinasi Pelaksana Lapangan. Pemantauan prestasi kegiatan pengendalian akan digunakan sebagai bahan untuk melakukan langkah perbaikan, baik proyek dalam keadaan terlambat atau lebih cepat. Semua permasalahan dalam proyek harus Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 37 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
diselesaikan bersama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek, sehingga diperlukan agenda rapat/pertemuan semua unsur. Koordinasi dapat dilakukan secara internal maupun secara eksternal. Koordinasi internal dilakukan untuk mengevaluasi diri terhadap kinerja yang telah dilakukan, terutama kinerja staf dalam organisasi itu sendiri, sedangkan koordinasi eksternal misalnya antara mandor dengan operator alat adalah proses evaluasi kinerja pihak-pihak yang terlibat dalam proyek (Kontraktor, Konsultan dan Pemilik proyek). Koordinasi mandor dengan operator alat dilakukan pada waktu tertentu, bisa satu minggu atau setiap akan bekerja bersama-sama dalam pelaksanaan pekerjaan tergantung urgensinya. Syarat-syarat untuk berkoordinasi : 1. Perasaan untuk saling bekerja sama. 2. Satu sama lain saling menghargai. 3. Bagian yang saling menghargai akan semakin bersemangat. Koordinasi antara mandor dengan operator alat
pemadat
jang bekerja
bersama-sama bertujuan : 1. Untuk menyamakan persepsi sesuai dengan prosedur kerja dan mengevaluasi tugas masing-masing. 2. Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul selama proses pelaksanaan pekerjaan. 3. Agar ada keselarasan dan saling pengertian diantara pihak-pihak yang berkoordinasi. 4. Untuk menyamakan gerak mencapai tujuan bersama. Hal ini menjadi sangat penting karena kelancaran pelaksanaan kegiatan sangat tergantung dari kepentingan pihak-pihak yang terkait dalam proses pelaksanaan pekerjaan. 4.3.2.3 Identifikasi Jenis Alat Penghamparan Yang Dibutuhkan A. Identifikasi Jenis Alat Penghamparan aspal (baik ATB atau HRS) 1)
Kompresor (air compresor) Fungsinya : untuk membersihkan permukaan yang akan dilapisi dari kotoran dan debu. Juga dapat menggali lapisan lama, bila dipakai jack hammer.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 38 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Gambar 4.1 : Kompresor
2)
Asphalt Sprayer Asphalt sprayer digunakan juga untuk menyemprotkan aspal sebagai lapisan prime coat dan tack coat, hanya pengoperasian penyemprotan dengan tenaga manusia. Asphalt sprayer terdiri dari : • Sebuah tanki aspal diatas roda yang ditarik. • Burner. • Pompa aspal dan spray bar, tangkai semprot aspal ini digerakan oleh tenaga manusia.
3)
Mobil Aspal Distributor Aspal distributor dipergunakan untuk penyemprotan aspal, guna lapisan prime coat dan tack coat. Pada hakekatnya, alat ini terdiri dari : • Sebuah tanki aspal (storage tank) diatas sebuah truck. • Dilengkapi dengan burner. • Pompa aspal dan spray bar dengan nozles.
Gambar 4.2 : Mobil Aspal Distributor Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 39 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
4)
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Peralatan Penghampar (Asphalt Finisher) • Peralatan untuk penghamparan dan penyelesaian harus terdiri dari mesin penghampar (Asphalt Finisher) yang bertenaga penggerak sendiri, mampu menghampar dan menyelesaikan campuran tepat pada garis, kelandaian dan penampang melintang yang diminta. • Mesin penghampar ditengkapi dengan corong curah dan ulir pendistribusian dari jenis yang dapat berputar balik untuk menempatkan campuran secara merata didepan batang perata (screed) yang dapat distel. • Mesin penghampar menggunakan perlengkapan penyeimbang (equalizing runner), pelurus (straight edge runner), lengan perata
(evener
arm)
atau
alat-alat
pengganti
yang
bersangkutan lainnya untuk mempertahankan kelandaian dan tepi perkerasan jalan tepat pada garis dan ketinggian permukaan yang diberikan dalam gambar dengan tanpa menggunakan acuan samping yang bersifat tetap. • Peralatan tersebut meliputi alat yang dapat distel untuk memberikan bentuk penampang melintang yang ditentukan dan mengatur ketebalan yang diperlukan. • Mesin penghampar dilengkapi dengan batang perata (screed) yang dapat digerakkan yang memiliki perlengkapan untuk memanaskan batang perata yang bersangkutan sampai temperatur yang diperlukan untuk menghampar campuran hotmix. • Istilah
perataan
(screeds)
meliputi
segala
pemotongan,
pengumpulan (crowding) atau tindakan praktis lainnya yang efektif dalam menghasilkan suatu permukaan akhir yang memiliki kerataan dan tekstur yang ditetapkan dengan tanpa pembelahan, penggeseran atau pengaluran.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 40 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Gambar 4.3 : Peralatan Penghampar
5)
Pneumatic Tire roller (PTR). Roda gilas roller jenis ini terdiri dari roda-roda ban karet dengan permukaan ban rata / halus. Klasifikasi roller ini umumnya digunakan : 10 - 16 ton.
Gambar 4.4 : Pneumatic Tire Roller
6)
Tandem Roller HasiI pemadatan yang dipentingkan adalah permukaan yang halus, seperti pemadatan pekerjaan hotmix. Three Axle Tandem Roller, pada hakekatnya adalah suatu 2 Axle Tandem Roller yang ditambah 1 lagi roda depannya (guide roll). Three Axle Tandem Roller ini dapat menghasilkan pemadatan yang memenuhi persyaratan yang lebih tinggi. Klasifikasi berdasar berat roller yang biasa digunakan adalah 8-10 ton.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 41 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Gambar 4.5 : Tandem Roller
7)
Gen Set. Memberikan penerangan pada waktu kerja malam.
8)
Dump Truck Digunakan mengangkut material hot mix dan peralatan bantu.
Gambar 4.6 : Dump Truck
B. Identifikasi Jenis Alat Penghamparan Lasbutag Peralatan yang dibutuhkan : a.
Alat pencampur beton (beton molen) dengan kapasitas 0,25 – 1 m3
Gambar 4.7 : Beton molen Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 42 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
b. Dum Truk
Gambar 4.8 : Dump truk
c.
Mesin gilas roda besi 6 - 8 ton (tandem)
Gambar 4.9 Tandem Roller
d.
Mobil Asphalt Distributor Asphalt distributor dipergunakan untuk penyemprotan aspal, guna lapisan prime coat dan tack coat. Pada hakekatnya, alat ini terdiri dari : • Sebuah tanki aspal (storage tank) diatas sebuah truck. • Dilengkapi dengan burner. • Pompa aspal dan spray bar dengan nozles.
Gambar 4.10 : Mobil Aspal Distributor Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 43 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
4.3.3 Penyampaian instruksi kerja penghamparan kepada pekerja 4.3.3.1 Pemeriksaan Kesiapan Tenaga kerja Pemeriksaan tenaga kerja perlu dilakukan, agar jalannya pekerjaan dapat berjalan dengan lancar. Tahap ini merupakan tahap awal yang penting dalam
perencanaan personil yang
akan ditunjuk
sebagai pelaku
pelaksanaan pekerjaan. Sukses tidaknya pekerjaan ini sangat ditentukan oleh kecermatan dan ketepatan dalam memposisikan seseorang pada keahliannya. Pemeriksaan tenaga kerja penghamparan meliputi : i. Pembagian kelompok kerja sudah terisi orangnya. ii. Tenaga kerja per kelompok sudah cukup jumlahnya. Disamping pemeriksaan tenaga kerja, juga perlu diperiksa alat kerja yang akan digunakan untuk penggelaran material meliputi : 1. Jenis alat sudah tersedia di masing-masing tempat. 2. Alat cukup tersedia jumlahnya dan laik pakai. Dengan tersedianya tenaga kerja dan alat bantu penggelaran, maka pekerjaan penggelaran siap dimulai. 4.3.3.2 Pengarahan Kepada Pekerja Mandor mengumpulkan para pekerja untuk diberikan pengarahan sebelum pekerjaan dimulai. Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap sebelumnya. Jika tahap penempatan personil ini telah dilakukan dengan tepat, maka tim harus diberi penjelasan tentang lingkup pekerjaan serta kapan pekerjaan harus dimulai dan harus diselesaikan. Pengarahan kepada para pekerja meliputi : 1. Dalam melaksanakan pekerjaan tetap berdasar instruksi kerja yang telah disampaikan. 2. Memberikan motivasi/semangat kerja kepada pekerja, agar bekerja rajin, kualitas sesuai persyaratan yang ditentukan. 3. Pekerjaan penggelaran ini merupakan kerja kelompok, bukan individu diharapkan adanya kerjasama yang baik satu dengan yang lain, sehingga hasilnya dapat maksimum. 4. Kapan pekerjaan dimulai dan kapan pekerjaan harus selesai.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 44 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
4.3.4 Pengawasan Pelaksanaan Penghamparan Sesuai Prosedur 4.3.4.1 Identifikasi Jenis Peralatan Bantu Perkerasan yang Digunakan A. Identifikasi Jenis Peralatan Bantu Perkerasan Aspal Yang Digunakan 1. Garuk (laker) Seperti halnya mesin penghampar dan mesin pemadat, garok merupakan alat/ perlengkapan yang paling penting di lapangan. Apabila Mandor tidak memiliki alat ini, maka Inspektur harus menghentikan pekerjaan, tanpa perlu memberitahu dulu kepada atasannya.
Gambar 4.11: Garuk
Alat yang terbuat dari almunium ini mempunyai fungsi ganda dan namanya dapat berubah, yaitu garuk atau perata. Tangkainya juga terbuat dari alumunium dan mempunyai panjang yang cukup untuk menahan hamparan panas. Bilahnya mempunyai panjang 100 atau 120 cm yang tidak boleh dipotong dua bagian, karena pada saat digunakan akan bekerja juga sebagai mistar. Salah satu tepi bilah ini terdiri dari gigi-gigi yang dimaksudkan untuk "menyingkirkan" butir-butir lepas yang dipandang terlalu besar. Celah-celah diantara gigi-gigi sesuai dengan butir agregat besar yang tidak dikehendaki. Tepi bilah yang lainnya merupakan perata yang akan digunakan untuk merapikan sambungan melintang dan memanjang serta untuk menyebarkan campuran yang diperlukan untuk mengisi cacat-cacat pada permukaan hamparan. Pada operasi ini, alat bisa digunakan secara bergantian, sesuai dengan keperluannya. Istilah "menyingkirkan" yang dimaksud adalah membuang. Butirbutir agregat besar lepas yang berlebihan akan mengakibatkan Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 45 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
pemeliharaan dini dan terus-menerus. Apabila alat ini digunakan pada permukaan akhir maka butir-butir yang besar harus disingkirkan/ dibuang, karena sudah dingin (tidak boleh dimasukkan lagi ke dalam campuran). 2. Singkup atau sekop Nampaknya di Indonesia tidak ada tradisi menggunakan singkup, sehingga dipandang perlu diadakan latihan/praktek. Singkup digunakan
untuk
mengambil
campuran
dari
corong
mesin
penghampar yang digunakan untuk mengisi bagian permukaan yang tidak sempurna di belakang mesin penghampar. Pengisian bagian permukaan yang tidak sempurna tersebut harus dilakukan secara sangat hati-hati, agar tidak terjadi segregasi. Singkup janganlah
digunakan
untuk
melemparkan
atau
menebarkan
campuran ke permukaan hamparan. Singkup digunakan juga untuk mengisi bagian permukaan di sekitar bangunan yang tidak mungkin terisi secara sempurna oleh mesin penghampar.
Gambar 4.12 : Sekop
3. Mistar Mistar harus mempunyai panjang 3 m dan bagian yang bersentuhan dengan permukaan harus lurus. Kelurusan mistar harus diperiksa secara periodik dengan menggunakan mistar-tera atau benang yang disediakan pemborong, mistar digunakan untuk memeriksa ketidak rataan permukaan atau variasi ketinggian di sekitar sambungan.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 46 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
4. Sapu Dalam pekerjaan aspal beton umumnya terdapat dua jenis sapu, yaitu sapu kawat dan sapu ijuk. Sapu-sapu ini digunakan untuk menyingkirkan
kelebihan
campuran
yang
telah
diletakkan
sepanjang sambungan. Semua sapu harus bersih dan mempunyai kondisi yang baik, sapu yang rusak atau kotor harus dibuang. 5. Benang, paku dan sebagianya. Dalam pekerjaan aspal beton, benang biasa digunakan untuk dua keperluan. Mesin penghampar dilengkapi dengan suatu pemandu yang memungkinkan operator untuk dapat melihat kelurusan jalur yang sedang dihampar. Sebagaimana yang ditetapkan dalam spesifikasi,
benang
(pemandu)
diletakkan
di
depan
mesin
penghampar yang digunakan bersama dengan pemandu yang terdapat pada mesin penghampar tersebut. Benang yang lain juga harus digunakan oleh Inspektur dan Pemborong untuk memeriksa kerataan permukaan sebagaimana halnya pemeriksaan dengan mistar, tetapi dengan jangkauan yang lebih panjang. 6. Gerobak Dorong Berfungsi untuk mengangkut peralatan kecil, material yang terpakai atau tidak terpakai
Gambar 4.13 : Gerobak Dorong
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 47 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
7. Batang penusuk Berfungsi untuk mengukur tebal lapisan.
Gambar 4.14 : Batang Penusuk
8. Termometer logam Untuk mengukur suhu material hot mix. B. Identifikasi Jenis Peralatan Bantu Perkerasan Lasbutag Yang Digunakan 1.
Sekop, gerobak dorong dan alat-alat bantu lainnya Sekop digunakan untuk mengambil material yang diluar garis benang, juga digunakan untuk mengambil kelebihan material untuk ditambahkan bagian yang kurang.
Gambar 4.15 : Sekop
Gerobak dorong untuk untuk mengangkut peralatan kecil, material yang terpakai atau tidak terpakai.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 48 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Gambar 4.16 : Gerobak dorong
2.
Penggaruk, pengki, balok kayu ukuran 5/7
Gambar 4.17 : Pengki dari bambu
Lasbutag dihampar dengan pengki dan diusahakan sedemikian rupa menjadi rata
Gambar 18 : Garuk
Tangkainya garuk terbuat dari alumunium dan mempunyai panjang yang cukup . Bilahnya mempunyai panjang 100 atau 120 cm yang tidak boleh dipotong dua bagian, karena pada saat digunakan akan bekerja juga sebagai mistar. Salah satu tepi bilah ini terdiri dari gigi-gigi yang dimaksudkan untuk "menyingkirkan" butir-butir lepas yang dipandang terlalu besar. Celah-celah Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 49 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
diantara gigi-gigi sesuai dengan butir agregat besar yang tidak dikehendaki. Tepi bilah yang lainnya merupakan perata yang akan digunakan untuk merapikan sambungan melintang dan memanjang serta untuk menyebarkan campuran yang diperlukan untuk mengisi cacat-cacat pada permukaan hamparan. Pada operasi ini, alat bisa digunakan secara bergantian, sesuai dengan keperluannya. 3.
Benang, paku dan sebagianya. Dalam pekerjaan Lasbutag , benang biasa digunakan untuk membuat kelurusan jalur yang sedang dihampar. Benang juga harus digunakan oleh Inspektur dan Pemborong untuk memeriksa kerataan permukaan sebagaimana halnya pemeriksaan dengan mistar, tetapi dengan jangkauan yang lebih panjang.
4.
Sapu Sapu-sapu
ini
digunakan
untuk
menyingkirkan
kelebihan
campuran yang telah diletakkan sepanjang sambungan. Semua sapu harus bersih dan mempunyai kondisi yang baik, sapu yang rusak atau kotor harus dibuang. 4.3.4.2 Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Penghamparan 1.
Lapisan permukaan yang menggunakan material Lasbutag Pelaksanaan dikerjakan secara manual : Lasbutag dihampar dengan pengki dan diusahakan sedemikian rupa agar merata, dengan ketebalan lepas 7,5 cm untuk tebal 5 cm dan ketebalan 5 cm untuk tebal 3 cm dan mempunyai kemiringan milintang 2 %.
2. Pelaksanaan
Penghamparan
Perkerasan
Aspal
(Baik
ATB
maupun HRS) Pelaksanaan penghamparan pekerjaan aspal akan dijelaskan secara detail, karena pekerjaan aspal ini yang paling banyak diterapkan di Indonesia. a. Pekerjaan Persiapan Dengan mempertimbangkan kapasitas jalan, kelancaran lalu lintas, keselamatan pekerja maupun pemakai jalan maka pengaturan lalu lintas perlu dilakukan pada lokasi dimana Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 50 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
pekerjaan sedang berlangsung. Pengaturan ini juga dihubungkan dengan ciri-ciri pekerjaan konstruksi jalan yang meliputi jenis pekerjaan dan kondisi lalu lintas. Yang dimaksud dengan jenis pekerjaan yaitu banyaknya macam pekerjaan yang ditangani oleh suatu proyek, tergantung dari sifat penanganannya.
Misalnya:
Penanganan
dalam
pekerjaan
pemeliharaan mempunyai cara yang berbeda dengan pekerjaan peningkatan jalan. Yang dimaksud dengan kondisi lalu lintas di sini adalah volume lalu lintas yang dikaitkan dengan kecepatan. Pengaturan rambu dengan volume/kecepatan lalu lintas yang tinggi akan berbeda dengan pengaturan dengan volume/kecepatan lalu lintas rendah. Sebelum pekerjaan dilaksanakan, pekerjaan persiapan dan pemasangan rambu merupakan tahapan pertama yang harus dilakukan khususnya untuk pekerjaan di jalan tol, hal ini mutlak dilakukan mengingat pekerjaan di jalan tol berbeda dengan di jalan arteri, faktor keselamatan dan keamanan merupakan hal yang harus mendapat prioritas utama selain mutu dan waktu pelaksanaan, adapun urutan kerjanya sebagai berikut : 1. Persiapan perlengkapan rambu-rambu sesuai spesifikasi dan ketentuan umum pelaksanaan pekerjaan di jalan tol. 2. Pengaturan
dan
pemasangan
rambu
di
lokasi
kerja
berkoordinasi dengan Instansi terkait yang bertugas mengatur lalu lintas. 3. Bersamaan dengan pelaksanaan persiapan pemasangan rambu,
operator
alat
memeriksa kesiapan
peralatannya
masing-masing. 4. Pengadaan dump truck disesuaikan dengan kebutuhan. 5. Setelah rambu-rambu kerja terpasang, alat-alat memasuki lokasi pekerjaan. b. Pekerjaan Pembersihan Mandor menjaga kebersihan daerah pekerjaan dari material sisa, sampah, yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan. Pada saat selesainya pekerjaan, mandor membongkar material sisa, Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 51 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
sampah perkakas, peralatan, mesin dan material yang lebih, dan bersihkan seluruh tempat yang tampak, tinggalkan lokasi pekerjaan dalam keadaan bersih dan siap untuk dipakai. c. Pekerjaan Lapis Resap Ikat dan Lapis Perekat 1)
Batas permukaan yang akan disemprot untuk setiap lintasan penyemprotan harus diukur dan ditandah, batas-batas lokasi yang disemprot harus ditandai (seperti dengan kapur tulis, cat atau benang).
(2) Agar aspal dapat merata pada setiap titik maka aspal disemprotkan dengan batang penyemprot pada kadar aspal yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Jika penyemprotan dengan alat penyemprot aspal mekanis tidak praktis untuk lokasi yang sempit, Konsultan Pengawas dapat menyetujui pemakaian
penyemprot
aspal
tangan
(hand
sprayer)
Penyemprotan aspal dengan alat penyemprot aspal mekanis (asphalt
distributor)
penyemprotan
yang
harus telah
dioperasikan disetujui.
sesuai
Kecepatan
grafik pompa,
kecepatan kendaraan, ketinggian batang semprot, penempatan nosel harus disetel sesuai grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan.
Gambar 4.19 : Pekerjaan Lapis Perekat
(3) Bila lintasan penyemprotan aspal harus satu lajur atau setengah lebar jalan, maka harus ada bagian yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh ditutup oleh lapisan Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 52 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
berikutnya sampai penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula lebar yang telah disemprot harus lebih besar dari pada lebar rencana pekerjaan lapisan beraspal yang ditetapkan. Hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang lain. (4) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan
lembaran
plastik
selebar
minimum
3
meter.
Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan diatas bahan pelindung sehingga dengan demikian seluruh nosel bekerja dengan benar pada sepanjang bidang jalan yang akan disemprot. Alat penyemprot aspal harus mulai bergerak kira-kira 25 meter sebelum daerah yang akan disemprot. Dengan demikian kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai ketentuan sehingga batang semprot mencapai bahan pelindung dengan kecepatan tetap yang harus dipertahankan sampai melewati bahan pelindung akhir, serta penyemprotan mulai dilakukan pada saat batang semprot berada di atas pelindung awal dan dihentikan pada saat berada di atas pelindung akhir. (5) Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10 persen dari kapasitas tangki untuk mencegah udara terperangkap dalam sistem penyemprotan. (6) Jumlah
pemakaian
aspal
pada
setiap
kali
lintasan
penyemprotan harus segera diukur dari volume sisa dalam tangki dengan tongkat celup. (7) Takaran pemakaian rata-rata aspal pada setiap lintasan penyemprotan harus dihitung sebagai volume aspal yang telah dipakai dan aspal yang tersemprotkan di luar batas sesuai gambar dikurangi dengan volume aspal yang disemprotkan di pelindung. Luas lintasan penyemprotan didefinisikan sebagai hasil kali panjang lintasan penyemprotan dengan Jumlah nozel yang digunakan dan jarak antara nozel. (8) Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketidak sempurnaan peralatan semprot pada saat beroperasi. Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 53 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
(9) Setelah pelaksanaan penyemprotan untuk lapis perekat, aspal yang berlebihan dan tergenang di atas permukaan yang telah disemprot harus diratakan dengan menggunakan alat pemadat roda karet atau penyapu dari karet. (10) Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian kadar aspal harus dilabur kembali dengan aspal yang sejenis secara manual dengan kadar yang hampir sama dengan kadar di sekitarnya. (11) Lapis Perekat baru boleh dilapis dengan lapis beraspal di atasnya setelah bahan pengencernya telah menguap dan dapat ditandai dengan tidak adanya bau minyak yang tercium. d. Perataan, Kemiringan dan Ketebalan Jalan Peralatan penghamparan dan pembentuk (asphalt finisher) sudah dilengkapi dengan perlengkapan mekanis seperti : 1.
Penyeimbang, pisau dan lengan perata yang berfungsi untuk mengatur,
mempertahankan
ketepatan
kelandaian
dan
kelurusan garis tepi perkerasan tanpa perlu menggunakan acuan tepi yang tetap. 2.
Screed (sepatu) baik dengan jenis penumbuk (tamper) maupun jenis vibrasi, fungsi screed meliputi pemangkasan, penekanan untuk menghasilkan permukaan akhir dengan kerataan atau tekstur yang dipersyaratkan.
3.
Tebal penghamparan akan mengalami penyusutan + 20% setelah dipadatkan, hal ini untuk memperkirakan tebal penghamparan agar setelah dipadatkan agar dapat rata dengan lapisan lama.
e. Penghamparan dan Pembentukan Perkerasan Aspal a)
Sebelum memulai operasi pelapisan, sepatu (screed) dari mesin penghampar harus dipanaskan. Campuran aspal harus dihampar dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi serta bentuk penampang melintang yang diperlukan, baik dalam keseluruhan lebar atau sebagian lebar sepraktis mungkin dengan menggunakan mesin penghampar.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 54 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Gambar 4.20 : Pemanasan Sepatu (screed)
b)
Mesin penghampar diturunkan sehingga setrika menyentuh dan memanaskan hamparan terdahulu serta ruangan berulir terletak pada ujung hamparan terdahulu tersebut. Setrika diletakkan pada ganjal sehingga mempunyai kedudukan yang dapat memberikan tebal hamparan lepas.
c)
Campuran dari truk pertama dituangkan, bilah-bilah ban berjalan mendorong mundur campuran sehingga mengisi ruang berulir sampai; tebal yang dikehendaki.
d)
Mesin penghampar bergerak maju secara perlahan-lahan dan operator terus melihat ke arah belakang (terhadap ulir) untuk memastikan bahwa pada awal kerja ini seluruh lebar, seluruh tebal
telali
benar-benar
tertutupi
(untuk
menghindarkan
penyebaran dengan tangan). e)
Setelah campuran dan truk pertama dihampar, periksalah keseragaman tebal hamparan dan tekstur permukannya. Ketidak seragaman berarti akan diperlukan pemeliharaan permukaan
yang
dini.
Ketidakseragaman
yang
tidak
dikehendaki biasanya disebabkan oleh : • Setrika tidak dalam kedudukan yang lurus (sebelum mulai kerja harus sudah diperiksa). • Pelat getar (atau bilah penumbuk) yang tidak lurus atau pelat yang tidak disetel dengan tepat biasanya terjadi selisih tinggi antara tepi depan dan tepi belakang sebesar 3 - 4 mm (periksalah sebelum mulai).
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 55 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
• Ulir penyebar akan bekerja baik apabila ruang berulir diisi/ disuapi secara seragam dengan campuran yang berasal dari corong. • Semua
sambungan
(perpanjangan)
atau
sambungan-
sambungan (simpul) yang terdapat pada setrika dan unit pemadat pada mesin penghampar haruslah tersetel secara rapi, sehingga sambungan-sambungan (simpul) logam tidak menimbulkan sobekan atau cacat pada permukaan. • Segregasi tidak boleh terjadi. Apabila terjadi segregasi maka operasi harus dilientikan dan boleh dilanjutkan lagi. • Apabila masing-masing dan setiap truk kosong sudah pergi sedangkan di dalam corong masih terdapat campuran panas yang cukup banyak, maka lipatlah dinding corong sehingga tidak terjadi pcndinginan dan akumulasi agregat kasar pada sisi-sisi corong. • Apabila
untuk
melipat
dinding-dinding
corong,
mesin
penghampar tidak dilengkapi dengan sistem hidrolik, maka perintahilah
buruh
untuk
membuang
campuran
yang
melekat. Kedua butir yang terakhir di alas sangatlah penting dan harus dilakukan sebelum corong kosong (tidak terisi campuran). Apabila kedua hal ini tidak dilakukan maka pada permukaan
hamparan
akan
terjadi
segregasi
yang
diakibatkan oleh adanya agregat kasar yang terkubur sepanjang dinding-dinding corong. • Pertahankanlah agar jumlah bahan yang dialirkan di depan setrika tetap seragam dan mencakup seluruh lebar. Adanya variasi aliran ini akan mengakibatkan permukaan kasar dan berlubang-lubang. f)
Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepi-tepi penampung alat penghampar atau di tempat lainnya. Apabila temperatur campuran dalam alat penghampar telah sampai batas minimum 120°C, maka penghamparan harus diputus dan material tersebut di atas harus dibuang.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 56 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
f.
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Penghamparan perkerasan aspal dengan tangan Apabila penghamparan dengan mesin dilakukan dengan benar maka penghamparan dengan tangan hanyalah diperlukan pada pelebaran, di sekitar batu pinggir, lubang got, jembatan dan sebagainya. (1) Pada pelebaran, campuran yang keluar dari pintu samping yang terbuka, disebar ratakan ke arah sisi pelebaran atau batu pinggir sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. (2) Singkup dapat digunakan pada pelebaran yang besar dan pada
lokasi-lokasi
lain
yang
dipandang
perlu.
Untuk
menghindari segregasi, campuran diletakkan dalam beberapa tumpukan
kecil
dengan
menggunakan
sengkup
dan
selanjutnya diratakan. (3) Perataan akhir dengan tangan dilakukan sebagai mana perlunya dengan mengunakan tepi perata Apabila terjadi segregasi, maka untuk menyingkirkan agregat kasar perlu digunakan tepi garok dan selanjutnya dengan menggunakan perata, sebar-ratakan, campuran tambahan yang seragam. (4) Apabila operator mesin penghampar menyebabkan terjadinya depresi atau noda-noda berongga pada hamparan, maka untuk memperbaikinya harus diikuti prosedur penempatan dan penyebar rataan campuran dengan menggunakan singkup dan perata. (5) Apabila pada suatu saat terjadi cacat yang tidak seragam pada hamparan akhir yang belum dipadatkan, hal ini biasanya disebabkan oleh ketidak sempurnaan penyetelan mesin penghampar atau segregasi ringan (segregasi berat dapat dibongkar dan diperbaiki dengan tangan). Penebaran campuran dengan menggunakan singkup mungkin diperlukan. Campuran di dalam singkup ditebarkan melalui ayunan melingkar, sehingga dapat tersebar merata ke beberapa meter persegi permukaan hamparan. Lakukanlah hal ini hanya apabila diperlukan.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 57 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Butir-butir agregat yang lebih besar akan terpelanting dan bergulir secara bebas, butir-butir ini harus dikumpulkan dan di singkirkan dengan menggunakan tepi perata atau garuk. Untuk
mengembalikan
keseragaman,
pada
permukaan
hanyalah diperlukan bagian campuran yang lebih halus. Untuk mendapatkan
keseragaman
yang
dikehendaki,
bagian
campuran ini harus disebar ratakan melalui gerakan ke belakang dan ke depan. (6) Masih terdapat satu lagi operasi penyebaran dengan tangan. Tenaga perata dan operator mesin pemadat awal harus selalu waspada
terhadap
adanya
ketidak
lurusan
sambungan
memanjang yang harus segera diperbaiki. Hal ini sangat penting pada permukaan lapisan. Apabila pada penghamparan dengan mesin penghampar terjadi bahan berlebih, maka untuk meluruskan sambungan, bahan ini perlu dibuang. Apabila pada sambungan terdapat lubang atau ketidak sempurnaan, maka untuk meluruskan sambungan tersebut, perlu ditambahkan bahan secukupnya. Apabila operator mesin penghampar telah mengikuti pertunjuk secara benar maka operator ini tidaklah perlu. (7) Sebelum pemadatan, perkerasan tangan haruslah diperiksa (dengan mistar) kerataannya. Bagian permukaan yang tidak sempurna harus diperbaiki, baik dengan menambalkan atau membuang bahan dan selanjutnya meratakan dan memeriksa kembali. g.
Sambungan Memanjang dan Melintang Perkerasan Aspal Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak segaris dengan sambungan lainnya. Tidak ada campuran yang boleh dihampar di atas material yang baru saja digilas kecuali kalau tepinya tegak lurus atau yang telah dipotong tegak lurus dan diberi sapuan aspal lapis perekat. Sapuan lapis perekat untuk melekatkan kedua lapisan permukaan harus
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 58 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
diberikan sesaat sebelum campuran tambahan dipasang di atas material yang sebelumnya digilas. Campuran aspal tidak boleh dihampar di samping campuran aspal yang telah dipadatkan sebelumnya kecuali bilamana tepinya telah tegak lurus / atau telah
dipotong tegak lurus. Sapuan aspal lapis
perekat untuk melekatkan permukaan lama dan baru harus diberikan sesaat sebelum campuran aspal dihampar di sebelah campuran aspal yang telah digilas sebelumnya. Sapuan lapis
perekat tidak
boleh
mengenai
aspal
lapis permukaan
sebelumnya. Sambungan Memanjang Perkerasan Aspal Pelaksanaan sambungan memanjang menuntut keterampilan kerja paling tinggi. Tuntutan paling penting dalam membuat suatu sambungan memanjang
adalah
harus
selalu
dipertahankannya
mesin
penghampar agar tetap bergerak lurus pada saat berjalan pada kedua jalur yang berdampingan. Untuk lapis permukaan, tepi-tepi jalur pada sambungan tidak boleh bervariasi/ menyimpang lebih dari 5 cm dari garis yang telah ditetapkan. Penyimpangan dari garis sambungan juga tidak boleh lebih dari 3 cm pada setiap 3 meter. Oleh operator yang kemampuannya baik, hal di atas akan mudah dikerjakan, apabila dibantu dengan garis dan jarum penunjuk yang nampak secara jelas. Operator yang baik akan menjalankan mesin penghampar (yang mempunyai kondisi yang baik) sedemikian rupa sehingga tepi hamparan tetap berada pada garis yang dikehendaki dan apabila dia mengikuti pedoman, jarang terjadi penyimpangan yang lebih dari 2-3 cm. h.
Pelaksanaan Jalur Pertama Perkerasan Aspal Untuk mendapatkan kelurusan pada penghamparan jalur pertama, maka sebagai panduan mesin penghampar dapat digunakan benang atau garis, batu pinggir atau referensi lainnya. Makin dekat tepi sambungan terhadap lokasi yang dimaksudkan, maka sambungan berikutnya akan lebih mudah dibuat dan lebih baik. Sepanjang sambungan, bidang tepi hamparan harus dibuat hampir
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 59 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
tegak. Hal ini dapat dicapai dengan memotong tepi hamparan secara vertikal dan sebelum penghamparan jalur kedua dilakukan, bidang tepi ini perlu diberi lapis pengikat. Cara ini akan menghindarkan hal-hal yang tidak dikehendaki. Cara yang lebih baik adalah dengan cara membentuk tepi hamparan yang bebas dengan menggunakan perata, segera setelah penghamparan dan sebelum pemadatan dimulai. Untuk Lataston setebal 3 cm, sebaiknya setelah dibentuk, tepi ini agak ditinggikan 3-7 mm (5-10 mm untuk tebal 5 cm).
Tepi yang sesuai dengan hasil penghamparan
Hamparan yang belum dipadatkan
Setelah dibentuk dengan perata
Gambar 4.21 : Sketsa jalur pertama
Dalam beberapa spesifikasi, diperkenankan menggunakan kayu cetakan. Hal ini merupakan cara yang jelek dan sebaiknya tidak diterapkan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka lapisan yang akan dihampar haruslah rata, lapisan tipis setebal 3 cm harus terikat kuat pada lapisan di bawahnya, hamparan lepas harus mempunyai tebal yang tepat dan sebagian berat mesin pemadat tidak boleh dipikul oleh kayu cetakan. Pada saat tepi hamparan yang bebas dipadatkan dengan mesin pemadat awal, maka roda mesin pemadat harus berada kira-kira 10cm di luar tepi hamparan. Bagian lapisan sepanjang tempat ini merupakan titik paling lemah dengan kepadatan yang paling rendah. Apabila mesin pemadat awal tidak perlu segera berpindah ke hamparan yang baru, maka operator harus mengulang lagi pemadatan
awal
sepanjang
tepi,
yaitu
untuk
memberikan
pemadatan tambahan. Pada saat dilakukan pemadatan kedua (dengan mesin pemadat roda karet), perlu diperhatikan agar tepi sepanjang sambungan Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 60 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
mendapatkan pemadatan yang sama. Pemadatan sambungan kemungkinan akan terabaikan, apabila selama operasi pemadatan operator mempunyai kecendcrungan bermalas-malasan. Sebelum jalur kedua dihampar, tepi yang sudah selesai harus dilindungi dengan kerucut atau batu-batu besar. Setiap bagian tepi yang rusak atau depresi (akibat lalu-lintas) harus dipotong secara vertikal dan sebelum jalur kedua dihampar, tepi ini harus diberi lapis pengikat yang tipis. i.
Penghamparan Jalur Kedua Perkerasan Aspal Pada saat penghamparan jalur kedua lapisan bawah, lebar mesin penghampar haruslah disetel kembali untuk keperluan ofset sambungan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk lapis permukaan, sambungan haruslah terletak pada sumbu jalan. Tepi hamparan jalur pertama harus sedekat mungkin dengan garis dan ketinggian yang ditetapkan serta harus mempunyai bidang yang hampir tegak dan telah diberi lapis pengikat tipis. a)
Pada penghamparan jalur kedua, mesin penghampar harus pada posisi sedemikian rupa sehingga dalam penghamparan ini, campuran akan mencakup/ menutup tepi jalur yang telah dihampar selebar 2 sampai 5 cm. Tumpang tindih yang lebih kecil akan memerlukan lebih sedikit pekerjaan.
b)
Suatu garis pemandu juga digunakan untuk menjaga agar mesin penghampar tetap pada garis yang lurus, sehingga tumpang-tindih seragam dan sesempit mungkin.
c)
Tumpang tindih yang lebih sempit dapat dibuang dengan menggunakan garuk perata. Hal ini dilakukan dengan cara sebagaimana yang dilukiskan pada gambar di bawah ini. Suatu jenis sapu tertentu dapat digunakan untuk keperluan ini. Jenis sapu lokal yang biasa digunakan dengan arah ke samping, tidak bisa digunakan.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 61 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Hamparan yang belum dipadatkan Hamparan yang belum dipadatkan
Tumpang tindih didorong keatas yang baru untuk membantu dorongan Hamparan yang sudah selesai
Gambar 4.22 : Sambungan dikeduk yang siap dipadatkan
d)
Pada pekerjaan lapis permukaan yang mempunyai kelebihan selebar 5 cm atau lebih, maka tumpang-tindih harus segera disingkup dan dikemalikan ke dalam corong. Tumpang tindih dipotong sampai mencapai tepi hamparan terdahulu. Tumpang tindih dipotong sampai mencapai tepi hamparan terdahulu Hamparan yang belum dipadatkan Campuran lepas
Hamparan yang sudah selesai
Gambar 4.23 : Melakukan Perapihan Sambungan
e)
Apabila campuran mempunyai kelcbihan butir-butir kasar, maka untuk membuang butir-butir besar tersebut, tumpang tindih dapat digarok kembali ke hamparan yang sudah selesai. Bagian
campuran
yang
halus
digabungan
kembali
ke
hamparan baru.
Hamparan yang baru Hamparan yang sudah selesai Gambar 4.24 : Membuat sambungan dikeduk dengan menggunakan campuran yang tersegregasi atau dengan tumpang tindih berlebih
Agregat kasar yang banyak terdapat pada hamparan akhir yang belum dipadatkan haruslah dibuang. Hal ini merupakan
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 62 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
titik-titik lemah apabila agregat ini ditekan masuk pada saat pemadatan awal. f)
Sambungan memanjang harus ditangani langsung di belakang mesin penghampar dan cepat diikuti dengan penggilasan sambungan memanjang. Metoda yang biasa adalah dengan cara melebihkan roda mesin pemadat selebar 10-15 cm pada hamparan yang baru, sedangkan sebagian besar lebar roda menginjak hamparan yang sudah selesai. Mesin pemadat berjalan terus pada garis ini sambil bergeser sedikit demi sedikit (kira-kira 15-20 cm) sehingga seluruh berat mesin pemadat dipikul oleh hamparan yang baru dan sambungan telah terpadatkan sempurna.
g)
Apabila lapis permukaan mempunyai stabilitas yang rendah dan akibat tepi-tepi roda terjadi pergeseran campuran, maka roda mesin pemadat selebar 10-15 cm diletakkan pada hamparan yang sudah selesai, sedangkan sisa terletak pada hamparan yang baru. Hal ini adalah untuk mencegah larinya campuran dari sambungan. Metoda manapun yang digunakan adalah
baik,
asalkan
dapat
dicapai
sambungan
yang
terpadatkan secara sempurna. h)
Dalam pemadatan, suhu merupakan hal yang rawan, sehingga harus sepanas mungkin, tetapi tidak pernah di bawah 100 derajat.
4.3.4.3 Pelaksanaan penghamparan perkerasan menggunakan Lasbutag Peralatan yang dibutuhkan : a. Alat pencampur beton (beton molen) dengan kapasitas 0,25 – 1 m3
Gambar 25 : Beton molen Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 63 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
b. Alat penakar bahan-bahan yang dicampur c. Truk
Gambar 4.26 : Dump truk
d. Sekop, gerobak dorong dan alat-alat bantu lainnya
Gambar 4.27 : Sekop
Gambar 4.28 : Gerobag dorong
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 64 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
e. Mesin gilas roda besi 6 - 8 ton (tandem)
Gambar 4.29 Tandem Roller
f. Penggaruk, pengki, balok kayu ukuran 5/7
Gambar 4.30 : Pengki dari bambu
Gambar 4.31 : Garuk
II
Pekerjaan Persiapan • Permukaan jalan lama dibuat rata dengan lapis perata kering dan bebas dari lempung dan bahan-bahan organis yang tidak dikehendaki • Permukaan yang belum beraspal harus cukup lembab sebelum diberi lapis resap pengikat (prima coat) dengan aspal cair (sebaiknya MC-250) sebanyak 0,6 – 1,5 liter per m2, sedang permukaan yang sudah beraspal harus diberi lapis rekat (teak coat)
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 65 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
dengan aspal cair (sebaiknya RC-250) sebanyak 0,20 – 0,40 liter per m2. III. Pekerjaan Pembersihan a.
Umum Mandor menjaga kebersihan daerah pekerjaan dari material sisa, sampah, yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan. Pada saat selesainya pekerjaan,, mandor membongkar material sisa, sampah perkakas, peralatan, mesin dan material yang lebih, dan bersihkan seluruh tempat yang tampak, tinggalkan lokasi pekerjaan dalam keadaan bersih dan siap untuk dipakai.
b.
Selama Pelaksanaan Mandor melaksanakan pembersihan untuk menjamin bahwa lokasi pekerjaan terpelihara, bebas dari timbunan material sisa, sampah dan kotoran lainnya. Mandor wajib membasahkan material yang kering serta sampah untuk mencegah jangan sampai beterbangan. Selama pelaksanaan pekerjaan, mandor membersihkan tempat umum serta tempat kerja, dan membuang material sisa, kotoran dan
sampah,
menyediakan
drum
penampung
untuk
mengumpulkan material sisa, kotoran dan sampah untuk dibuang dari lokasi pekerjaan. Mandor membuang material sisa, kotoran dan sampah pada tempat penimbunan yang ditunjuk dan memeriksa bahwa semua kerangka acuan dibersihkan dari pekerjaan setelah dilepaskan. Barang-barang yang disimpan harus disusun secara teratur untuk penggunaan yang mudah tidak mengganggu lalu lintas, drainase dan menyediakan perlindungan yang cukup terhadap barang tersebut. Mandor mengurug kembali seluruh lubang dan galian yang dibuat mandor yang sudah tidak diperlukan untuk pekerjaan. Mandor membuang dan bersihkan tanah yang berlebihan, kotoran dan material yang sudah tidak dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 66 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
c. Akhir Pelaksanaan Pada akhir pelaksanaan, mandor meningggalkan lokasi pekerjaan dalam keadaan bersih dan siap untuk digunakan oleh Pemilik Pekerjaan. Kontraktor harus mengembalikan ke keadaan semula bagian tempat kerja yang tidak ditetapkan untuk diubah menurut Dokumen Kontrak. IV. Pencampuran dan pemeraman a.
Pencampuran Komposisi campuran harus sesuai dengan rencana campuran sebagai berikut : Digunakan takaran dari kotak kayu berukuran 53 x 53 x 20 cm, apabila
dipakai
alat
pencampur
beton
dengan
kapasitas
maksimum 500 liter. Untuk Asbuton B- 16, dengan Flux Oil : -
Flux Oil
:
9
liter
-
Asbuton
:
3
takaran
-
Agregat kasar
:
2
takaran
-
Agregat halus
:
0,5 takaran
Untuk Asbuton B- 16, dengan Minyak bakar : -
Flux Oil
:
9,5
liter.
-
Asbuton
:
3,5
takaran.
-
Agregat kasar
:
2
takaran.
-
Agregat halus
:
0,5
takaran.
Untuk Asbuton B- 20, dengan Flux Oil : -
Flux Oil
:
8
liter.
-
Asbuton
:
1,5 takaran.
-
Agregat kasar
:
3
-
Agregat halus
:
0,5 takaran.
takaran.
Untuk Asbuton B- 20, dengan Minyak bakar : -
Flux Oil
:
9,5
liter.
-
Asbuton
:
2
takaran.
-
Agregat kasar
:
2,5
takaran.
-
Agregat halus
:
0,5
takaran.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 67 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
b.
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Pemeraman Pemeraman dilakukan selama 3 x 24 jam dengan tinggi penimbunan maksimum 1.
c.
Pekerjaan Lapis Resap Ikat dan Lapis Perekat 1)
Batas permukaan yang akan disemprot untuk setiap lintasan penyemprotan harus diukur dan
batas-batas lokasi yang
disemprot harus ditandai (seperti dengan kapur tulis, cat atau benang). (2) Agar aspal dapat merata pada setiap titik maka aspal disemprotkan dengan batang penyemprot pada kadar aspal yang
disetujui
oleh
Konsultan
Pengawas.
Jika
penyemprotan dengan alat penyemprot aspal mekanis tidak praktis untuk lokasi yang sempit, Konsultan Pengawas dapat menyetujui pemakaian penyemprot aspal tangan (hand
sprayer)
Penyemprotan
aspal
dengan
alat
penyemprot aspal mekanis (asphalt distributor) harus dioperasikan disetujui.
sesuai
Kecepatan
grafik
penyemprotan
pompa,
kecepatan
yang
telah
kendaraan,
ketinggian batang semprot, penempatan nosel harus disetel sesuai grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan.
Gambar 4.32 : Pekerjaan Lapis Perekat
(3) Bila lintasan penyemprotan aspal harus satu lajur atau setengah lebar jalan,
maka harus ada bagian yang
tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 68 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh ditutup oleh lapisan berikutnya sampai penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula lebar yang telah disemprot harus lebih besar dari pada lebar rencana pekerjaan lapisan beraspal yang ditetapkan. Hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat
semprotan
dari
tiga
nosel,
sama
seperti
permukaan yang lain. V. Penghamparan Lasbutag Pelaksanaan dikerjakan secara manual : Lasbutag dihampar dengan pengki dan diusahakan sedemikian rupa agar merata, dengan ketebalan lepas 7,5 cm untuk tebal 5 cm dan ketebalan 5 cm untuk tebal 3 cm dan mempunyai kemiringan milintang 2 %. 4.4
Pelaksanaan Pekerjaan Pemadatan Lapis Permukaan (Surfase Course) 4.4.1 Koordinasi Dengan Operator Alat Koordinasi antara Mandor dengan operator alat dibawah koordinasi Pelaksana Lapangan, mengingat Pelaksana Lapangan adalah atasan Mandor dan operator alat. 4.4.1.1 Komunikasi Dengan Petugas Pemadat Komunikasi dengan petugas pemadat merupakan komunikasi secara linear dalam bentuk tatap muka yang paling sering digunakan, antara lain pada rapat koordinasi, diskusi, negosiasi, instruksi lisan, laporan lisan dan sebagainya. Komunikasi antara Mandor dengan petugas pemadat bertujuan untuk : −
Saling mengenal, hubungan semakin terbuka dan melancarkan jalannya pekerjaan
−
Membantu kelompok kerja untuk memecahkan persoalan yang timbul serta membangun semangat kerja
−
Menurunkan ketegangan yang mungkin terjadi, dan menyelesaikan konflik.
Pemantauan prestasi kegiatan pengendalian akan digunakan sebagai bahan untuk melakukan langkah perbaikan, baik proyek dalam keadaan Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 69 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
terlambat atau lebih cepat. Semua permasalahan dalam proyek harus diselesaikan bersama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek, sehingga diperlukan agenda rapat/pertemuan semua unsur. 4.4.1.2 Melakukan Koordinasi Dengan Operator Alat Pemadat Koordinasi antara Mandor dengan petugas pemadat dibawah koordinasi Pelaksana Lapangan. Pemantauan prestasi kegiatan pengendalian akan digunakan sebagai bahan untuk melakukan langkah perbaikan, baik proyek dalam keadaan terlambat atau lebih cepat. Semua permasalahan dalam proyek harus diselesaikan bersama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek, sehingga diperlukan agenda rapat/pertemuan semua unsur. Koordinasi dapat dilakukan secara internal maupun secara eksternal Koordinasi internal dilakukan untuk mengevaluasi diri terhadap kinerja yang telah dilakukan, terutama kinerja staf dalam organisasi itu sendiri, sedangkan koordinasi eksternal misalnya antara mandor dengan operator alat adalah proses evaluasi kinerja pihak-pihak yang terlibat dalam proyek (Kontraktor, Konsultan dan Pemilik proyek). Koordinasi dengan petugas petugas pemadat
dilakukan pada waktu
tertentu, bisa satu minggu, atau setiap akan bekerja sama dalam pelaksanaan pekerjaan tergantung urgensinya. Syarat-syarat untuk berkoordinasi : 1. Perasaan untuk saling bekerja sama. 2. Satu sama lain saling menghargai. 3. Bagian yang saling menghargai akan semakin bersemangat. Koordinasi antara mandor dengan petugas petugas pemadat yang bekerja bersama-sama bertujuan : 1. Untuk menyamakan persepsi sesuai dengan prosedur kerja dan mengevaluasi tugas masing-masing. 2. Serta untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul selama proses pelaksanaan pekerjaan. 3. Agar ada kerjasama dan saling pengertian diantara pihak-pihak yang berkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 70 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Hal ini menjadi sangat penting karena kelancaran pelaksanaan kegiatan sangat tergantung dari kepentingan pihak-pihak yang terkait dalam proses pelaksanaan pekerjaan 4.4.2 Pengawasan Prosedur Teknis Pelaksanaan Pemadatan 4.4.2.1 Cara pemadatan lapisan permukaan Mandor dapat menjelaskan proses pemadatan lapisan permukaan untuk : 1. Lapisan pondasi atas yang menggunakan latasbum -
Pemadatan dilakukan dengan mesin gilas roda besi 6 – 8 ton dengan kecepatan ± 3 km/jam sebanyak 16 lintasan. Pada lintasan pertama, roda penggerak mesin gilas harus ditempatkan di muka
-
Pada jalan lurus, pemadatan dimulai dari tepi perkerasan sejajar dengan as jalan menuju ke tengah.
-
Pada tikungan, pemadatan dimulai dari bagian yang rendah sejajar as jalan menuju ke bagian yang tinggi.
-
Pada bagian tanjakan dan turunan, dimulai dari bagian yang rendah sejajar as jalan menuju ke bagian yang tinggi.
-
Bagian-bagian yang tidak rata harus diisi dengan campuran baru sebelum penggilasan selesai.
2. Lapisan pondasi atas yang menggunakan laston/ATB, lataston/HRS - Pemadatan awal dikerjakan pada temperatur 110 °C dengan mesin gilas tandem 2 atau 3 as, yang bekerja di belakang alat penghampar, dan yang mempunyai berat sedemikian agar adukan tidak melendut atau menggelombang. - Setelah pemadatan awal selesai (temperatur kira-kira 70 °C), lapisan tadi dipadatkan dengan mesin gilas roda karet. - Pemadatan akhir harus dikerjakan denganmesin gilas tandem (berat minimum 8 ton) pada temperatur kira-kira 600C. Pemadatan hendaknya dimulai dari tepi, berangsur-angsur bergeser ke tengah (pada tikungan, pemadatan dilakukan mulai dari bagian yang rendah bergeser menuju bagian yang tinggi), arah sejajar as jalan dan jejak roda harus saling menutup pada lebar yang cukup (overlapping). - Untuk mencegah butir-butir campuran melekat pada mesin gilas, roda tersebut harus selalu dibasahi dengan air.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 71 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
- Pada tempat-tempat dimana roler tidak dapat bekerja karena sempitnya ruangan atau adanya rintangan-rintangan, maka lapisan campuran harus dipadatkan dengan alat pemadat tangan (manual) berat minimum 10 kg dan luas bidang kontak minimal 300 cm2. - Pemadatan hendaknya berjalan terus untuk mencapai kepadatan yang merata, selama campuran masih dalam batas-batas temperatur pelaksanaan, dan sedemikian rupa sehingga garis-garis/tanda-tanda akibat pemadatan tidak terlihat lagi. Permukaan lapisan sesudah penggilasan hendaknya halus dan rata, bentuk sesusi dengan kemiringan yang disyaratkan 4.4.2.2
Pengawasi proses pelaksanaan pemadatan Mandor harus tahu pelaksanaan pemadatan, walaupun bukan tugas mandor. Pengawasan mandor mencakup antara lain: a.
Penentuan batas-batas perkerasan.
b.
Kelurusan tepi perkerasan.
c.
Memonitor jumlah lintasan yang ada, agar kepadatan bisa tercapai.
d.
Cara-cara pemadatan yang benar. Hal ini bisa berakibat hasil pemadatan kurang sempurna, Mandor harus tahu dasar-dasar pemadatan yang benar.
4.4.3 Pemeriksaan Hasil Pemadatan Lapisan Permukaan 4.4.3.1 Pengamatan hasil pemadatan lapisan permukaan secara visual Pemadatan secara visual dilakukan untuk membantu secara cepat apakah pemadatan sudah cukup. Hasil pengamatan secara visual
terhadap
pemadatan lapisan perkerasan di lapangan menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut : a. Permukaan sudah sedemikian menjadi rata. b. Sudah tidak terlihat adanya rongga diantara agregat. c. Penurunan lapisan sudah dapat dibaca sesuai rencana. 4.4.3.2 Mandor membantu dalam pengambilan sampel Mandor dapat membantu sebatas hal-hal yang mampu dilaksanakan : Membantu menyiapkan alat pengambilan sampel Lapisan permukaan. Untuk material aspal atau material beton, tidak dapat dilakukan oleh pekerja mandor, karena pengambilan sampel memerlukan peralatan (mesin) yang harus sudah terlatih. Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 72 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
4.4.4 Perbaikan Hasil Pemadatan Yang Kurang Sempurna 4.4.4.1 Pengamatan
Penyebab
pemadatan
lapis
permukaan
kurang
sempurna 1.
Beberapa penyebab pemadatan pada lapis penutup/permukaan menggunakan Lasbutag a. Permukaan jalan tidak rata. b. Lapis resap pengikat tidak rata terlalu tipis atau terlalu tebal. c. Sambungan memanjang dan melintang hamparan kurang lurus dan halus. d. Kepadatan lapangan setelah diukur dengan alat shear densimeter tidak mencapai angka minimum 35 (atau kepadatan lapangan minimum 90 % terhadap kepadatan laboratorium).
2.
Beberapa penyebab pemadatan pada lapis penutup/permukaan menggunakan ATB atau HRS yang kurang sempurna diakibatkan karena : a. Sub Base yang tidak memenuhi toleransi ketebalan seperti disebutkan dalam pengujian mutu. b. Pada tempat-tempat yang tidak dicapai oleh mesin gilas (misal : tepi-tepi median dan lain-lain). c. Temperatur pada waktu penghamparan dibawah 110° C. d. Jumlah lintasan pemadatan yang kurang.
4.4.4.2 Perbaikan pemadatan lapisan permukaan kurang sempurna Mandor perlu tahu perbaikan pemadatan lapisan permukaan 1. Untuk lapisan permukaan menggunakan material Lasbutag Bila terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan persyaratan ataupun ketentuan yang telah ditetapkan, diwajibkan untuk memperbaiki sesuai petunjuk pengawas. Dapat berupa pembongkaran, pemadatan ulang sampai memenuhi persyaratan yang ditetapkan, atau petunjuk Direksi. 2. Untuk lapisan permukaan menggunakan material ATB atau HRS a. Perbaikan dapat meliputi pembongkaran, penambahan dan/atau tindakan yang dipandang perlu oleh Direksi. b. Pada tempat-tempat yang tidak dicapai oleh mesin gilas (misal : tepitepi median dan lain-lain), pemadatan dilakukan dengan pemadat tangan (Tamper). Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 73 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
c. Temperatur pada waktu penghamparan dibawah 80° C, harus ditolak tidak dibenarkan untuk dihampar. 4.5
Pengukuran Elevasi Lapisan Permukaan (Surface Course) 4.5.1 Koordinasi Dengan Juru Ukur Koordinasi antara Mandor dengan juru ukur
dibawah koordinasi Pelaksana
Lapangan, mengingat Pelaksana Lapangan adalah atasan Mandor dan juru ukur. 4.5.2.1
Komunikasi dengan juru ukur Komunikasi dengan juru ukur merupakan komunikasi secara linear dalam bentuk tatap muka yang paling sering digunakan, antara lain pada rapat koordinasi,
diskusi,
negosiasi,
instruksi
lisan,
laporan
lisan
dan
sebagainya. Komunikasi antara Mandor dengan juru ukur bertujuan untuk − Saling mengenal, hubungan semakin terbuka dan melancarkan jalannya pekerjaan. − Membantu kelompok kerja untuk memecahkan persoalan yang timbul serta membangun semangat kerja. − Menurunkan ketegangan yang mungkin terjadi, dan menyelesaikan konflik. Pemantauan prestasi kegiatan pengendalian akan digunakan sebagai bahan untuk melakukan langkah perbaikan, baik proyek dalam keadaan terlambat atau lebih cepat. Semua permasalahan dalam proyek harus diselesaikan bersama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek, sehingga diperlukan agenda rapat/pertemuan semua unsur. 4.5.1.2 Melakukan Koordinasi Dengan juru ukur Koordinasi antara Mandor dengan juru ukur dibawah koordinasi Pelaksana Lapangan. Pemantauan prestasi kegiatan pengendalian akan digunakan sebagai bahan untuk melakukan langkah perbaikan, baik proyek dalam keadaan terlambat atau lebih cepat. Semua permasalahan dalam proyek harus diselesaikan bersama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek, sehingga diperlukan agenda rapat/pertemuan semua unsur. Koordinasi dapat dilakukan secara internal maupun secara eksternal.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 74 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Koordinasi internal dilakukan untuk mengevaluasi diri terhadap kinerja yang telah dilakukan, terutama kinerja staf dalam organisasi itu sendiri, sedangkan koordinasi eksternal misalnya antara mandor dengan juru ukur adalah proses evaluasi kinerja pihak-pihak yang terlibat dalam proyek (Kontraktor, Konsultan dan Pemilik proyek). Koordinasi mandor dengan juru ukur dilakukan pada waktu tertentu, bisa satu minggu, atau setiap akan bekerja sama dalam
pelaksanaan
pekerjaan tergantung urgensinya. Syarat-syarat untuk berkoordinasi : 1. Perasaan untuk saling bekerja sama. 2. Satu sama lain saling menghargai. 3. Bagian yang saling menghargai akan semakin bersemangat. Koordinasi antara mandor dengan juru ukur yang bekerja bersama-sama bertujuan : 1. Untuk menyamakan persepsi sesuai dengan prosedur kerja dan mengevaluasi tugas masing-masing. 2. Serta untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul selama proses pelaksanaan pekerjaan. 3. Agar ada kerjasama dan bersinergi diantara pihak-pihak yang berkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini menjadi sangat penting karena kelancaran pelaksanaan kegiatan sangat tergantung dari kepentingan pihak-pihak yang terkait dalam proses pelaksanaan pekerjaan 4.5.2 Pengawasan Pelaksanaan Pengukuran Elevasi Lapisan Permukaan 4.5.2.1 Tindak lanjut hasil pengukuran surveyor Posisi titik ukur
Garis pengamatan 10 m’ jalur dengan lebar tetap
penampang
Sumbu jalan
jalan
Gambar 4.33 : Gunakan Patok Untuk Memeriksa Tinggi Permukaan Antara Penampang-Penampang Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 75 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Mandor menindak lanjuti hasil pengukuran dari Juru Ukur dengan 1. Jarak patok ukur kurang lebih setiap 10 m’, dipasang sebelah kiri dan kanan jalan. Dengan diketahui panjang jalan dapat dihitung jumlah patok ukur sementara yang dibutuhkan. 2. Tugas surveyor menentukan as jalan, lebar jalan, elevasi jalan serta kemiringan jalan baik memanjang maupun melintang 3. Tugas pekerja mandor memasang patok ukur sementara, memberi tanda elevasi pada patok ukur sementara 4.
Tinggi patok setinggi tebal lapisan perkerasan agregat ditambah penyusutan setelah dipadatkan kurang lebih 20 % s/d 40 %
5. Memeriksa ketebalan perkerasan melalui garis pengamatan ini. 4.5.2.2 Pemeriksaan bentuk penampang Penetepan as jalan Penetepen tepi perkerasan Penetapan as selokan Patok duga dipindahkan kedepan untuk Tanda pada patok dipakai sebagai pengukur kemiringan lapis tepi untuk tali perkerasan penyipat Tali penyipat
Tali penyipat
Perkersan jalan
Beton 50 mm
Garis duga
Penetapan kedalaman dasar selokan
Gambar 34 : Kontrol Propil Penampang Perkerasan
Bentuk dan ketebalan lapisan pondasi kini harus diperiksa melalui patok ukur, seperti ditunjukan dalam gambar diatas. Harus diberi kelonggaran untuk faktor pemadatan yaitu tinggi permukaan sebelum dipadatkan kirakira 40% di atas tinggi permukaan akhir (finished grade) setelah dipadatkan. Jika segala sesuatunya telah dilaksanakan secara benar pada tahap ini, bentuk umum penampang seharusnya sudah kelihatan baik, namun mungkin masih terdapat bagian-bagian kecil penanganan yang belum Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 76 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
mulus, bagian yang belum mulus ini dapat disempurnakan melalui penggrederan akhir atau penambahan agregat 4.5.3 Pemeriksaan Kesesuaian Data Elevasi Lapisan Permukaan Dengan Gambar Kerja Diperiksa. 4.5.3.1 Pemeriksaan data elevasi lapisan permukaan di lapangan Mandor memeriksa data elevasi permukaan di lapangan 1. Memeriksa elevasi lapisan permukaan yang telah dipadatkan pada titik. ukur dan dicatat. 2. Memeriksa kemiringan lapisan permukaan pada titik-titik ukur yang ada dan dicatat. Kedua data tersebut akan dibandingkan dengan data elevasi lapisan permukaan dari gambar 4.5.3.2
Pemeriksa data elevasi permukaan pada gambar kerja Lapisan permukaan Lapisan pondasi atas
Bahu jalan
Lapisan tanah dasar Drainase
Lapisan pondasi bawah
Gambar 4.35 : Elevasi perkerasan jalan
Mandor memeriksa data elevasi permukaan pada gambar kerja 1. Memeriksa elevasi lapisan permukaan pada gambar kerja dan dicatat. 2. Memeriksa kemiringan lapisan permukaan
pada gambar kerja dan
dicatat. Catatan hasil pengukuran elevasi lapisan permukaan dari lapangan dibandingkan
dengan
catatan
hasil
pemeriksaan
elevasi
lapisan
permukaan pada gambar kerja hasilnya sama atau tidak, bila sama berarti sesuai, bila tidak sama harus diperbaiki.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 77 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
4.6
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Pengambilan Contoh Benda Uji (Core Drill) 4.6.1
Koordinasi Dengan Petugas Pengujian Koordinasi antara Mandor dengan petugas pengujian dibawah koordinasi Pelaksana Lapangan, mengingat Pelaksana Lapangan adalah atasan Mandor dan petugas pengujian 4.6.1.1 Komunikasi Dengan Petugas Pengujian Komunikasi dengan petugas pengujian merupakan komunikasi
secara
linear dalam bentuk tatap muka yang paling sering digunakan, antara lain pada rapat koordinasi, diskusi, negosiasi, instruksi lisan, laporan lisan dan sebagainya. Komunikasi antara Mandor dengan petugas pengujian bertujuan untuk : − Saling bertukar informasi untuk kelancaran pekerjaan, sehingga melalui komunikasi pekerjaan akan lebih efektif. − Membantu
kelompok
kerja
untuk
memecahkan
masalah
serta
membangun semangat kerjasama. − Menurunkan ketegangan yang mungkin terjadi. Pemantauan prestasi kegiatan pengendalian akan digunakan sebagai bahan untuk melakukan langkah perbaikan, baik proyek dalam keadaan terlambat atau lebih cepat. Semua permasalahan dalam proyek harus diselesaikan bersama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek, sehingga diperlukan agenda rapat/pertemuan semua unsur. 4.6.1.2 Melakukan Koordinasi Dengan Petugas Pengujian Koordinasi antara Mandor dengan petugas pengujian dibawah koordinasi Pelaksana Lapangan Pemantauan prestasi kegiatan pengendalian akan digunakan sebagai bahan untuk melakukan langkah perbaikan, baik proyek dalam keadaan terlambat atau lebih cepat. Semua permasalahan dalam proyek harus diselesaikan bersama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek, sehingga diperlukan agenda rapat/pertemuan semua unsur. Koordinasi dapat dilakukan secara internal maupun secara eksternal Koordinasi internal dilakukan untuk mengevaluasi diri terhadap kinerja yang telah dilakukan, terutama kinerja staf dalam organisasi itu sendiri, sedangkan koordinasi eksternal misalnya antara pelaksana lapangan dengan pengawas pekerjaan dimana ada proses evaluasi kinerja pihakJudul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 78 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
pihak yang terlibat dalam proyek (Kontraktor, Konsultan dan Pemilik proyek). Koordinasi dengan petugas pengujian dilakukan pada waktu tertentu, bisa satu minggu, atau setiap akan bekerja sama dalam
pelaksanaan
pekerjaan tergantung urgensinya. Syarat-syarat untuk berkoordinasi : 1. Perasaan untuk saling bekerja sama 2. Satu sama lain saling menghargai 3. Bagian yang saling menghargai akan semakin bersemangat Koordinasi antara mandor dengan petugas pengujian jang bekerja bersama-sama bertujuan 1. Untuk menyamakan persepsi sesuai dengan prosedur kerja dan mengevaluasi kinerja pihak-pihak yang terlibat. 2. Serta untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul selama proses pelaksanaan pekerjaan 3. Agar ada kerjasama dan bersinergi diantara pihak-pihak yang berkoordinasi untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini menjadi sangat penting karena kelancaran pelaksanaan kegiatan sangat tergantung dari kepentingan pihak-pihak yang terkait dalam proses pelaksanaan pekerjaan. 4.6.2
Penentuan
Lokasi
Penempatan
Titik-Titik
Pengujian
Sesuai
Dengan
Spesifikasi Teknis 4.6.2.1 Bekerja Sama Mempersiapkan Peralatan Pengujian Mempersiapkan peralatan pengujian bukan tugas mandor, namun bila tenaga pengujian kurang dapat dibantu oleh pekerja dari mandor. Mandor membantu menyiapkan peralatan pengujian bersama petugas pengujian untuk pekerjaan : 1. Lapis penutup yang menggunakan latasbun/lasbutag. 2. Lapisan bawah dari material ATB/HRS. 4.6.2.2 Penentuan titik-titik pengujian Tittik-titik pengujian berdasarkan ketentuan dalam spesifikasi. Pada umumnya titik-titk pengujian ditentukan setiap 200 ton campuran yang diproduksi ATB/ HRS.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 79 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
4.6.3
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Mencatat Hasil Pengambilan Contoh Benda Uji Lapisan Permukaan 4.6.3.1 Bekerjasama dalam pengambilan sampel pengujian Pengambilan Sampel Pengujian bukan tugas mandor, namun bila tenaga pengambilan sampel pengujian kurang dapat dibantu oleh pekerja dari mandor. Mandor mengawasi pengambilan sampel pengujian bersama petugas pengujian untuk pekerjaan : 1. Lapis penutup yang menggunakan latasbun/ Lasbutag. 2. Lapisan bawah dari material ATB/HRS. 4.6.3.2 Mencatat Hasil Uji Lapisan Permukaan Mandor tidak melakukan pengujian maupun pengawasan pengujian. Mandor hanya mencatat hasil pengujian sebagai kelengkapan opname pekerjaan mandor sendiri.
4.7
Penyampaian Hasil Pelaksanaan Pekerjaan Pekerasan Lapisan Permukaan (surface course) 4.7.1
Pengumpulan Data Hasil Pengukuran Dan Pengujian 4.7.1.1 Hasil pengukuran oleh petugas pengukuran Tugas pengukuran hasil pelaksanaan pekerjaan perkerasan Lapisan permukaan dilakukan oleh petugas Juru Ukur dengan menggunakan alat ukur. Apabila hasil pengukuran sudah sesuai dengan gambar kerja, maka hasil pengukuran
diajukan
kepada
Pengawas
Pekerjaan/Direksi
untuk
mendapatkan persetujuan. Mandor dapat meminta data hasil pengukuran tersebut yang dilakukan oleh petugas Juru Ukur dan sudah disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Dari
data-data hasil pengukuran
tersebut, merupakan salah satu
persyaratan mandor dapat melakukan opname pekerjaan kepada Pelaksana Lapangan. 4.7.1.2
Hasil pengujian oleh petugas pengujian Tugas pengujian hasil pelaksanaan pekerjaan perkerasan Lapisan permukaan dilakukan oleh petugas pengujian di laboratorium.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 80 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Apabila hasil pengujian sudah sesuai dengan spsifikasi teknis, oleh Pelaksana Lapangan hasil pengujian diajukan kepada Pengawas Pekerjaan/Direksi untuk mendapatkan persetujuan Mandor dapat meminta data hasil pengujian tersebut yang dilakukan oleh
petugas
pengujian
dan
sudah
disetujui
oleh
Pengawas
Pekerjaan/Direksi. Dari data-data hasil pengujian dan hasil pengukuran tersebut, mandor dapat melakukan opname pekerjaan kepada Pelaksana Lapangan 4.7.2
Penyampaian Hasil Pekerjaan Pekerasan Lapisan Permukaan Kepada Atasan 4.7.2.1
Perhitungan Volume Hasil Pekerjaan (Opname pekerjaan) Sebagai mandor borong dimana mandor borong mempunyai kewajiban dalam penyediaan tenaga kerja (upah borong). Cara pembayaran sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian kerja yang telah disepakati bersama. Contoh
cara
pembayaran
untuk
pekerjaan
perkerasan
jalan
menggunakan material campuran aspal sebagai berikut : Tabel 4.2 : Dasar Pembayaran kepada Mandor No.
Setuan Pekerjaan 2 m
Uraian
1.
Lapis resap ikat (prime coat)
2.
Lapis perekat (tack coat)
m
2
3.
Penghamparan lapis AC
m
2
Luas m2 diperoleh dari lapisan harian hasil pelaksanaan pekerjaan yang telah disetujui oleh pengawas / Direksi. 4.7.2.2
Penyampaian Data Hasil Tes Pemadatan Dan Hasil Tes Pengukuran Di Lapangan Disamping hasil volume pekerjaan yang telah dikerjakan, mandor juga harus dapat menunjukan hasil kerjanya dengan menunjukan : a. Data hasil pengujian pemadatan, apakah sudah memenuhi persyaratan spesifikasi. b. Data hasil pengukuran yang dilakukan oleh Juru Ukur, apakah sudah sesuai dengan gambar kerja. Apabila
persyaratan-persyaratan
persyaratan
spesifikasi
dan
tersebut
gambar
sudah
kerja,
maka
dipenuhi mandor
sesuai dapat
mengajukan penagihan pembayaran.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 81 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
Dengan demikian, maka laporan kemajuan pekerjaan ini dapat pula dipandang sebagai pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugas yang diberikan kepadanya. 2.7.2.3 Penilaian kinerja mandor Untuk menilai kinerja mandor diperlukan penilaian oleh Pelaksana Lapangan. Penilaian kinerja mandor meliputi : 1.
Berita acara Prestasi Pekerjaan Apakah mandor dapat tepat waktu dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tahapan rencana yang telah ditetapkan. Target harian, mingguan dapat dipenuhi atau tidak
2.
Berita Acara Serah Terima Mandor Borong Apakah realisasi
penyelesaian pekerjaan dapat sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Bila tidak apakah karena kesalahan mandor atau pihak lain 3.
Evaluasi kinerja mandor. Evaluasi kinerja mandor meliputi : a. Persiapan Kerja. b. Mutu kerja. c. Pemenuhan target produksi. d. Kemampuan pengerahan tukang / tenaga kerja.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 82 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
1. Berita Acara Prestasi Pekerjaan Contoh : Berita Acara Prestasi Pekerjaan Pada hari ini ……..………….. tanggal ………..……… Bulan ……………….… ……………….... kami yang bertanda tangan dibawah ini : I.
…………………………………..:
II.
…………………………………..:
tahun
Selaku …………………………………………………… dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT. Yang berkedudukan di ………………… yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. Selaku …………………………………………………… dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama ……… yang berkedudukan di …………………………………. yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
Menerangkan bahwa kedua belah pihak telah setuju dan sepakat melakukan pemeriksaan pekerjaan dan menyetujui prestasi pekerjaan berdasarkan : 1. Kontrak / SPK No. dan Tanggal : …………………………. 2. Harga Kontrak / SPK : …………………………. 3. Waktu pelaksanaan : …………………………. Dengan rincian sebagai berikut : ………………………….
No.
Macam Pekerjaan
Volume Sesuai SPK / Kontrak
1.
2.
3.
s/d saat ini
4.
Realisasi Volume Pekerjaan BA s/d BA yang yang Periode ini ditagihkan lalu 5.
6.
Sisa yang belum di BA kan
7.
8.
Harga Satuan
Jumlah Harga yang ditagihkan
9.
10.
Bila macam pekerjaan cukup banyak dapat berbentuk Lampiran yang diparaf kedua pihak
JUMLAH
Maka PIHAK KEDUA berhak menerima pembayaran dengan perhitungan sebagai berikut :
1. 2. 3. 4.
Prestasi s/d saat ini ………………………………. Prestasi s/d yang lalu ……………………………. Prestasi yang dapat dibayarkan saat ini ……….. Potongan : ………………………………………… - Uang muka ……………………………………. - Lain-lain ……………………………………….. 5. Jumlah pembayaran yang diterima …………….
= Rp. ……………… (dari kolom 10) = Rp. ……………… (-) = Rp. ……………… = Rp. ……………… = Rp. ……………… = Rp. ……………… (-) = Rp. ………………
Demikian Berita Acara Prestasi Pekerjaan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA
……………………
……………………
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 83 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
2. Evaluasi Kinerja Mandor Contoh : Formulir Evaluasi Kinerja Mandor Nama Mandor : ……………………… Alamat : ……………………… Elemen Pekerjaan : ……………………… BOBOT NILAI (%) (0-100) No. ITEM PEKERJAAN 1 2
TOTAL NILAI
KETERANGAN
3=1x2 Hasil nilai rata-rata
1.
Persiapan Kerja
25
81 ke atas = sangat baik
2.
Mutu kerja
25
71-80 = baik
3.
Pemenuhan produksi
target
25
60 – 70 = cukup
4.
Kemampuan pengerahan tukang / tenaga kerja
25
Dibawah 60 = tidak diterbitkan surat referensi
Tanggal, ……………………. Disetujui oleh,
Dibuat oleh,
(KEPALA PROYEK)
(KEPALA LAPANGAN/PELAKSANA)
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 84 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
3. Berita acara Serah Terima Pekerjaan Mandor Borong Contoh : Formulir Berita Acara Serah Terima Mandor Borong
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 85 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI
5.1. Sumber Daya Manusia 5.1.1. Pelatih Pelatih/ instruktur dipilih karena dia telah berpengalaman. Peran pelatih adalah untuk : a. Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar. b. Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar. c. Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktek baru dan untuk menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar. d. Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan untuk belajar. e. Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan. f. Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan. 5.1.2. Penilai Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja. Penilai akan : a. Melaksanakan penilaian apabila peserta telah siap dan merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan peserta. b. Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan peserta. c. Mencatat pencapaian/ perolehan peserta. 5.1.3. Teman Kerja / Sesama Peserta Pelatihan Teman kerja /sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan bantuan. Peserta juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 86 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
5.2. Sumber-Sumber Kepustakaan ( Buku Informasi ) Pengertian sumber-sumber adalah material yang menjadi pendukung proses pembelajaran ketika peserta pelatihan sedang menggunakan materi pelatihan ini. Sumber-sumber tersebut dapat meliputi : 1. Buku referensi (text book) / buku manual servis 2. Lembar kerja 3. Diagram-diagram, gambar 4. Contoh tugas kerja 5. Rekaman dalam bentuk kaset, video, film dan lain-lain. Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk membantu peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada suatu unit kompetensi. Prinsip-prinsip dalam CBT mendorong kefleksibilitasan dari penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam suatu unit kompetensi tertentu, dengan mengijinkan peserta untuk menggunakan sumber-sumber alternative lain yang lebih baik atau jika ternyata sumbersumber yang direkomendasikan dalam pedoman belajar ini tidak tersedia/tidak ada. 5.3. Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan 1. Peralatan Yang Digunakan : - Komputer - AMP - Kompresor - Asphalt finisher - Alat pemadat - Alat bantu penggelaran aspal. - Dump truck - Water tank truck 2. Perlengkapan Yang Dibutuhkan - Alat Tulis Kantor. - Instruksi Kerja pekerjaan perkerasan jalan. - Patok pengukuran. - Rambu-rambu. - Material campuran aspal.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 87 dari 88
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Konstruksi Sub Sektor Sipil
Kode Modul F45.MPJ.02.005.01
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ari Suryani, Perkerasan jalan Beton semen portland (Rigid Pavement), Beta offset Yogyakarta, 2009, Cetakan ke-2.
2.
Asiyanto Ir. MBA, Manajemen Produksi untuk Jasa Konstruksi, Pradnya Paramita, 2005.
3.
Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl. H.Eng. MIHT, Pelaksanaan konstruksi jalan raya, P.T. Mediatama Saptakarya (PT. Medisa), Yayasan Badan Penerbit Pelerjaan Umum, 1996, Cetakan ke -2.
4.
Ir. Agus Iqbal Manu, Dipl. H.Eng. MIHT, Perkerasan Kaku (rigid pavement) P.T. Mediatama Saptakarya (PT. Medisa), Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1995.
5.
Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK, Materi Komunikasi, WHO, 2003.
6.
The Highway Sub Committe on Construction, Construction Manual for Highway Construction, America Standard of State Highway and Transportation Ofiicials, Washington DC, 2001.
7.
Waskita Karya PT, Manual Instruksi Kerja.
8.
Waskita Karya PT, Peraturan Perusahaan Di Bidang P4.
Judul Modul : Pekerjaan Perkerasan Lapisan Permukaan (Suface Course) Buku Informasi
Edisi : I - 2012
Halaman: 88 dari 88