Modul 3. GERAK DAN PERMAINAN
A. Konsep gerak Gerak atau dalam bahasa inggrinya “movement” banyak mengandung makna tergantung dari sudut mana orang mengartikannya, pada esensinya gerak merupakan ciri dari perilaku hidup manusia yang alami dan di dalamnya mengandung tujuan beberapa aspek yang menunjang sebelum, selama, dan setelah gerak itu dilakukan, berikut ini akan dijelaskan aspek-aspek yang menunjang terjadi gerak pada manusia, yaitu: a. perhatian Perhatian diartikan sebagai “pemusatan atau konsentrasi kesadaran.” William James (1980). Definisi ini sering ditemukan apabila seorang siswa akan melakukan suatu gerakan dalam cabang olahraga tertentu seperti melakukan smash dalam olahraga Bulu tangkis, maka biasanya anak tersebut
berkonsentrasi pada posisi,
shuttle cook, dan arah yang akan ditujunya. Posner (1973) mengemukakan pandangan terhadap kesadaran sebagai berikut: (a) perilaku dikontrol oleh kesadaran (perilaku manusia seperti apa yang “dikehendaki” oleh aktivitas kesadarannya); (b) kesadaran ialah hasil dari perilaku (kesadaran ialah hasil dari tindakan-tindakan kita); dan (c) kesadaran tak ada kaitannya dengan perilaku manusia (kesadaran adalah satu gejala yang menyertai perilaku). 1. Perhatian Bersifat Terbatas Maksud dari perhatian bersifat terbatas ialah dari sejumlah informasi yang masuk, hanya sebagian kecil yang dapat diperhatikan pada suatu saat.
Perhatian manusia juga beralih dengan cepat dari suatu objek ke obyek lain. Mekanisme yang “bertanggung jawab” untuk mengalihkan perhatian di antara berbagai aktivitas disebut perhatian selektif. 2. Definisi Modern tentang Perhatian Jika dua tugas dilakukan serempak oleh seseorang, sekurangnya satu diantaranya tidak membutuhkan perhatian dari yang bersangkutan, atau memerlukan porsi kapasitas yang terbatas (Schmidt, 1982). Definisi perhatian dapat ditinjau dari dua aspek, pertama “structural interference” ialah peristiwa saling mengganggu antara dua tugas yang memeiliki sistem penerimaan atau pengeluaran yang sama. Kedua ialah “capacity interference” diartikan sebagai peristiwa saling mengganggu yang bersumber dari kompetisi antara dua tugas yang akan diselesaikan oleh pusat pemerosesan informasi yang kapasitasnya terbatas.
1. Teori Tentang Perhatian Teori Welford – teori saluran tunggal yang terbagi menjadi dua versi (versi kuat dan versi lemah) mengungkapkan pandangan khusus tentang manusia sebagai pemrosesan informasi. Menurut versi kuat, semua proses pemrosesan informasi membutuhkan perhatian; maksudnya menusia dianggap sebagai saluran informasi tunggal yang hanya dapat ditempati oleh satu dan hanya satu informasi pada suatu saat. Menurut versi lemah dari teori saluran tunggal, tak semua tahap dari rangkaian pemrosesan informasi itu membutuhkan perhatian. 1. Alokasi Fleksibel dari Perhatian Kahneman (1973) berpendapat, kapasitas perhatian tidaklah fiks, tapi dapat berubah sesuai dengan perubahan tugas gerak atau kerja yang akan dilakukan.
Bertentangan dengan teori yang menyatakan hanya satu hal yang dapat diperhatikan pada suatu saat, teori yang paling baru menjelaskan bahwa sumber kapasitas untuk memproses informasi dapat dibagi-bagi secara paralel. 2. Teori Sumber Majemuk Akhir-akhir ini para penulis berpendapat, perhatian tidak dianggap sebagai sebuah sumber tunggal, tapi lebih cenderung sebagai sumber majemuk yang memiliki kapasitas masing-masing untuk menangani jenis-jenis tertentu dari pemrosesan informasi (Schmidt, 1982). Bukti-bukti empirik semacam itu juga dikemukakan oleh Shaffer (1971) dan Alport, dkk (1972) yang pada dasarnya mendukung pernyataan bahwa perhatian itu dapat dibagi menjadi dua tahap pemrosesan yang terpisah pada suatu saat.
Keadaan Perhatian selama Identifikasi Rangsang Schneider dan Schiffrin (1977) mengemukakan teori proses otomatis mengandung implikasi penting untuk menelaah perilaku motorik yang kompleks. Mereka berpendapat, beberapa proses sleksi respons membutuhkan perhatian, khususnya apabila kegiatan itu tak terlatih atau tidak “alamiah” dalam pengorganisasiannya. Tugas semacam itu berlangsung dalam proses pengontrolan yang memerlukan kapasitas lebih besar. Sebaliknya, ada pula kegiatan lain yang kompleks, namun kurang memerlukan perhatian. Kegiatan tersebut berlangsung dalam proses otomatis yang secara relatif dengan mudah dan lancar dilakukan. Ide pokok dari pemikiran di atas, ialah bahwa kapasitas perhatian manusia terbatas, meskipun dapat dialokasikan atau dibagi-bagi kepada beberapa objek dengan konsekuensi ada diantaranya yang paling banyak memperoleh perhatian dan ada pula yang terlalaikan.
Perhatian selama Pemograman Respons Berkaitan dengan paradigma rangsang ganda, hasil penelitian menunjukan, respons yang terjadi terhadap rangsang yang diberikan secara berangkaian dan terpisah itu terungkap dalam suatu gejala yang disebut dalam istilah psychological refractory period (PRP). Jika diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia, gejala yang ditemukan oleh Telford (1931) itu, kurang lebih tercakup dalam istilah periode “kekebalan” psikologis. Maksudnya adalah syaraf dalam keadaan kebal, imun, atau tak bisa merespons rangsang tambahan ketika ia masih mengalami “pemulihan” dari efek rangsang pertama, sehingga waktu reaksi menjadi tertunda. Dari segi kebutuhan praktis, barangkali implikasi yang paling menarik adalah bukan saja untuk memahami gejala penampilan gerak jika menghadapi “gerak tipu” dalam pertandingan olahraga. Ide penting ialah bahwa tidak mungkin respons diberikan secara serempak terhadap dua rangsang yang diberikan secara terpisah dalam waktu minimal 50 mili/detik.
b. Antisipasi Fenomena gerak yang berkaitan dengan kemampuan berantisipasi sukar terungkap dalam situasi labolatorium. Akan lebih terungkap masalahnya dengan pendekatan ekologis (Turvey, 1977). Studi yang dilakukan Noble dan Trumbo (1967) tentang dapat tidaknya stimulus diprediksi secara temporal mengungkapkan, ketika pemberian rangsang secara periodik dan selang waktunya singkat dan subjek mengetahui lebih dulu jarak gerakan (tapi bukan arah gerakan seperti ke kiri atau ke kanan), maka tak ada respons yang terjadi pada waktu dini, dan waktu reaksi agak lama.
Berdasarkan kategori yang dibuat oleh Poulton (1975) ada tiga macam klasifikasi antisipasi: (1) antisipasi perceptual, (2) antisipasi reseptor, dan (3) antisipasi efektor. Antisipasi perseptual berarti prediksi temporal yang dibuat ketika subjek tak mampu menetapkan ukuran waktu yang sebenarnya. (Poulton, 1957). Antisipasi reseptor berate situasi dimana individu mengantisipasi kedatangan beberapa peristiwa yang kritis dengan mengamati atau mendengar elemen-elemen yang relevan dari lingkungan. (Poulton, 1957). Antisipasi efektor diartikan sebagai antisipasi selama system efektor bekerja. (Poulton, 1957).
c. Stress dan Arousal Istilah arousal kita pahami sebagai satu dimensi psikologis yang menggambarkan seberapa jauh seseorang dalam keadaan disiagakan. Sedangkan istilah stress biasanya dipergunakan untuk menggambarkan keadaan emosi yang negatif yang mengakibatkan seseorang mengalami situasi tidak enak atau berusaha untuk melepaskan diri dari yang tidak nyaman. Pengertian motivasi sebagai energi psikologis yang mendorong seseorang untuk mendekati tujuan. Motivasi yang kuat untuk memenangkan suatu pertandingan sangat dituntut dari para atlet, namun dapat menimbulkan akibat yang negatif yakni timbulnya stress psikis, terutama jika yang bersangkutan mengantisipasi bahwa sulit untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Apabila kita rangkum tiga istilah di atas, maka motivasi dan stress menunjukan arah tindakan sedangkan tingkat arousal menentukan intensitas tindakan untuk mendekati atau menjauhi pencapaian tujuan.
Sistem Pengontrolan Gerak tertutup Ciri-ciri sitem tertutup didalamnya terdapat beberapa elemen. Diantaranya, terdapat sebuah tujuan yang ingin dicapai, terdapat umpan balik, dan terdapat sebuah instruksi yang memberikan perintah ke elemen efektor atas dasar berapa banyak error yang terjadi. Sehubungan dengan pembahasan sitem tertutup yang mampu mengatur dirinya sendiri, Schmidt (1982) menjelaskan, bahwa perlu dibedakan dua macam system tertutup atau servo system: continuous versus discontinuous. Perbedaan terutama terletak pada seberapa jauh output system mencerminkan keadaan lingkungan. Sebuah system yang mengontrol tindakan dari efektor secara tidak berkesinambungan (terputus-putus) disebut discountinous servo. Sedangkan Countinous servo terdapat kaitan antara tiap elemen, antara prilaku efektor dan keadaan lingkungan yang dikontrol (Schmidt, 1982). 1. Sistem Terbuka Perilaku pada sistem terbuka tidak sensitif terhadap umpan balik. (Schmidt, 1982). 2. Sistem Hybrid Manakala suatu sistem dalam keadaan amat besar, beberapa aspek dari sistem merupakan sistem tertutup sementara yang lainnya sistem terbuka, sehingga sistem besar itu merupakan perkawinan antara kedua sistem. Karena itu disebut sistem hybrid.
Sistem Pengontrolan Gerak Manusia 1. Macam-macam umpan balik (feedback)
Dua kategori lain dari receptor itu dibagi sesuai dengan fungsinya apakan memberikan informasi tentang gerak kita sendiri atau tentang gerak objek di lingkungan. Kedua receptor ini masing-masing disebut proprioceptor dan extroceptor yang berasal dari akar kata propio dan extero yang berarti peristiwa di dalam tubuh dan peristiwa di luar tubuh kita sendiri. 2. Receptor Bagi Informasi Gerak a. Penglihatan Mata kita dikategorikan sebagai sebuah exteroceptor. Hal ini disebabkan karena, mata kita dianggap sebagai penerima rangsang yang memberikan informasi tentang gerakan objek yang terdapat di lingkungan sekitar. b. Pendengaran Alat pengindraan lainnya adalah pendengaran yang secara tradisional juga dikategorikan exteroceptor. Pendengaran, memang memiliki peranan yang amat penting, terutama untuk memberitahukan informasi tentang keadaan gerak yang terdapat di lingkungan kita. c. Aparat Vestibular Pada bagian dalam telinga kita, ada semacam “alat” yang berfungsi untuk memberikan informasi tentang gerakan kepada kita. Fungsi gerakan kepala ini amat kritis dalam kaitannya dengan titik berat badan kita. d. Receptor Persendian Persendian anggota tubuh dikelilingi oleh semacam pembalut yang disebut kapsul pembalut yang berfungsi terutama untuk mempertahankan cairan pelumas bagi persendian. Melekat pada kapsul persendian terdapat sel-sel receptor byang disebut receptor persendian, yang terutama terletak pada
bagian kapsul persendian yang akan mengalami peregangan apabila persendian digerakan. e. Organ-Organ Tendon Golgi Organ tendon golgi rupanya juga merupakan receptor untuk menerima informasi guna membangkitkan gerak. Struktur organ tersebut berupa receptor yang dapat diregangkan dan ukurannya kecil yang terletak pada otot dekat persambungan otot-tendon, di mana otot “ menyatu ke dalam” tendon. Nampaknya organ tendon golgi dapat melayani beberapa fungsi yang terpisah dalam persepsi gerak. Salah satunya, organ itu dianggap sebagai pengaman otot agar tidak mengalami ketegangan yang kuat secara berlebihan. f. Pilinan Otot (muscle spindles) Di antara serabut-serabut otot besar pada tubuh kita terdapat sebuah struktur berupa pilinan kecil (berbentuk sigaret) yang bersatu dengan otot dan berada pada posisi sejajar dengan otot. Yang tidak diperdebatkan ialah bahwa pilinan otot itu berkaitan dengan motoneuron alpha bagi otot yang sama, dan memberikan rangsang kepada otot tatkala dia mengalami peregangan. Pendapat ini merupakan landasan teori “stretch reflex”. Karena itu pilinan otot itu rupanya memiliki peranan yang kuat dalam hal pengaturan gerakan. g. Receptor pada Bagian Kulit Ada dua macam receptor pada bagian kulit. Pertama, disebut sel pacinian, yang terletak amat dalam pada kulit dan biasanya akan terangsang apabila mengalami rangsangan yang kuat seperti kena pukul atau tekanan yang
kuat. Jenis receptor lainnya yang berada pada kulit adalah sel meissner dan “cakram” merkel. Receptor tersebut akan memberikan sinyal yang kuat meskipun bulu badan kita mengalami sentuhan halus. h. Input ke Sistem Saraf Pusat Jalur utama untuk menyampaikan sinyal dari bagian perifer, ke otak ialah melalui sumsum ruas tulang belakang yang terdiri dari 8 ruas bagian cervical, 12 thorac, 15 lumbar, dan 5 sacra. 3. Kinesthesis dan Proprioception Kinesthesis berasal dari akar kata kin- (notion, gerak) dan esthesia (sensia) yang berarti persepsi seseorang tentang gerakannya sendiri, baik tentang gerakan anggota badannya dengan memperhatikan anggota badan lain, maupun gerakan tubuh secara keseluruhan. Istilah proprioception yang diperkenalkan Sherrington (1906) pada mulanya dipakai untuk menyatakan pengertian tentang persepsi dari gerak tubuh yang berorientasi pada ruang. Kegunaan praktis dari kinesthesis ialah bahwa kita dapat menyadari posisi tubuh kita.
Sistem Tertutup dalam Kontrol Prilaku Jika kita melakukan suatu gerakan, maka kita harus memiliki rujukan, bagaimana gerakan yang benar atau salah. Hal ini sangat penting, karena akan dipergunakan sebagai patokan atau standar untuk menilai kembali pelaksanaan gerak. Hasil perbandingan antara rujukan dan penampilan gerak akan dinilai dan merupakan umpan balik. 1. Pengontrolan Gerak Berjangka Lama
Model system tertutup dalam pengontrolan gerak relevan untuk mempelajari pelaksanaan gerak yang dilakukan secara berkesinambungan selama jangka waktu tetentu. 2. Kontrol Terhadap Posture dan Keseimbangan Aspek pertama yang bertanggung jawab terhadap keseimbangan tubuh kita adalah suatu struktur yang terdapat dibagian dalam telinga, yang disebut vestibular apparatus. Aspek kedua yang ikut bertanggung jawab terhadap keseimbangan adalah receptor yang bersangkutan dengan persendian dan otototot.
Reflek dalam Model Sistem Tertutup Schmidt (1982) mengungkapkan, berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari hasil penelitian ternyata bahwa reflek berperan dalam melakukan koreksi. Kesimpulan umum ialah, koreksi gerak berlangsung secara reflek tanpa memerlukan perhatian atau keterlibatan tahap-tahap pemrosesan informasi. 1. Pilinan Otot dan Lop Gama Mekanisme yang ikut bertanggung jawab terhadap kejadian tersebut di atas kemungkinannya ialah pilinan otot yang berbentuk sebatang sigaret yang terletak di antara serabut-serabut otot dan posisinya sejajar dengan serabut otot tersebut. Tatkala otot teregang, pilinan otot juga ikut serta, dank arena itu, wilayah sensoris dari pilinan otot itu menyebabkan afferent la terangsang lebih cepat, mengirimkan informasi tentang adanya peregangan ke sistem saraf pusat. Ada dua hal yang mempengaruhi aktivitas dalam afferent la, yakni; panjang dan tempo dari peregangan serabut-serabut otot extrafusal dan jumlah ketegangan pada
serabut-serabut intrafusal, yang ditentukan oleh rangsangan dan dari serabut-serabut efferent gamma. Berdasarkan bukti-bukti penelitian diketahui, terdapat beberapa macam reflek lainnya sebagai berikut: a. Kontrol reflek selama gerakan berlangsung Penyesuaian gerak secara refleksif selama gerakan berlangsung terjadi karena “penyesuaian” rujukan gerak yang benar dengan keseluruhan gerakan. b. Reflek lop panjang Secara visual, kelangsungan reflek lop panjang ini dijelaskan karena informasi disampaikan hingga ke system saraf pusat yang lebih tinggi untuk diorganisasi, reflek itu membutuhkan waktu lebih lama. c. Tonic-neck reflek Jika kepala diputar menghadap kiri, maka lengan kiri direntangkan, sementara lengan kanan ditekukkan di dekat leher, ini merupakan gambaran dari tonic-neck reflek. 2. Reaksi Terpacu Reaksi terpacu (triggered reaction) adalah suatu gejala yang dikemukakan Crago, Houk, dan Hasan (1976) berdasarkan hasil penelitian mereka. Berkaitan dengan hasil eksperimen yang diungkapkan oleh Dewhurst (1967), Crago dan kawankawannya menjelaskan jenis respon terhadap penambahan beban yang mereka sebut dalam istilah triggered reactions, yakni respons yang sebelumnya telah distruktur terhadap penambahan beban yang “dipacu” ke dalam tindakan oleh sensasi yang dihasilkan oleh regangan receptor.
Pengiriman Umpan Ke Depan Yang dimaksud dengan umpan ke depan atau feedforward ialah (1) pengiriman sinyal “jauh sebelum” respons sehingga system disiapkan untuk menghadapi komando gerak atau (2) system disiapkan untuk menerima beberapa informasi umpan balik. Beberapa proses tersebut nampaknya sering terjadi dalam saraf pusat. Hasil studi Schmidt dan Gordon (1977) mengungkapkan, bahwa seseorang mampu mengantisipasi manakala di antara dua macam rangsang yang akan tampil dan dapat membangun struktur gerak jauh sebelumnya yang diperkirakan sesuai dengan rangsang tersebut.
Proses Sistem Terbuka Menurut James (1890) suatu gerakan dimulai oleh sinyal eksternal atau internal yang menyebabkan kontraksi sebuah otot atau sekelompok otot, kontraksi tersebut membangkitkan informasi sensoris (disebut dalam istilah response-produced feedback) dari otot-otot dan/atau dari gerakan-gerakan yang dihasilkan oleh otot-otot yang berkontraksi umpanbalik tersebut, kata James, dianggap sebagai rangsang informal seperti halnya rangsang lain seperti cahaya atau suara, yang kemudian berfungsi sebagai “trigger” atau pemacu bagi kontraksi berikutnya pada tahap berikutnya, kontraksi otot tersebut juga menghasilkan respons umpanbalik yang memacu kontraksi ketiga. James (1890) juga menjelaskan, ketika gerak suatu keterampilan dilakukan, maka rupanya tak begitu banyak dibutuhkan kesadaran untuk mengontrol kelangsungannya. Sejalan dengan teori tersebut, kelangsungan gerak atas dasar hipotesis rangkaian respons membutuhkan perhatian hanya pada tahap awal ketika
memulai gerakan atau aksi yang pertama, dan sisa dari gerakan berikutnya berlangsung secara “otomatis”. 1. Pemutusan Saraf Afferent Metode mutakhir untuk menguji pengaruh pemutusan arus informasi sensoris (selain suntikan anesthetic local) yaitu melalui prosedur deaf fermentation permanent saraf afferent diputus melalui operasi. 2. Pemutusan Saraf Afferent pada Manusia Pada
manusia,
eksperimen
semacam
itu
memang
amat
terbatas
kemungkinannya untuk dilakukan, namun beberapa contoh yang menunjukan terjadinya deafferentation juga dapat dikemukakan, seperti hasil studi Lashley (1917) terhadap pasien yang terluka karena kena tembakan pada tulang punggung bagian bawah. Kendatipun hasil sejumlah penelitian tentang efek pemutusan saraf afferent dengan jelas menunjukan bahwa umpanbalik dari bagian tubuh yang merespons tak penting bagi kelangsungan gerak, tapi bukti-bukti semacam itu sering tak memadai untuk menyimpulkan bahwa umpan balik pada umumnya tak pernah untuk mengontrol suatu gerakan.
Kontrol Terhadap Gerak Cepat 1. Masalah Derajat Kebebasan Gerak Setiap persendian mampu untuk bergerak secara independent, paling tidak memiliki satu derajat kebebasan yang harus dikontrol dalam satu tindakan. 2. Keterbatasan dalam Kecepatan Pemrosesan Informasi Model seperti yang terekam dalam EMG ternyata hanya cocok untuk gerakan yang lambat. Bagi suatu gerakan yang cepat, model tersebut agaknya kurang
sesuai, karena tugas gerak sudah selesai sementara pemrosesan informasi masih berlangsung. 3. Modifikasi dalam Respons Cepat Peranan mata dalam proses pengontrolan gerak menjadi perhatian para ahli. Hal ini disebabkan karena hasil pengindraan stimulus dengan mata begitu penting dalam berbagai kegiatan. Schmidt (1988) mengatakan, bahwa dua tahap utama yang perlu dibedakan dalam system motorik: (a) tahap eksekutif (termasuk tahap-tahap pemrosesan informasi) untuk menyeleksi, mengorganisasi, dan memulai sebuah pola aktivitas otot yang kompleks, dan (b) sebuah tingkat efektor (program motorik dan system muscular) untuk menghasilkan gerakan yang sebenarnya.
Perencanaan Jauh Sebelum Suatu Gerakan Seseorang memiliki kemampuan untuk memprogram suatu gerak sebelum atau sesudah sinyal reaksi disampaikan, dan hal itu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. 1. Kontrol Lokomotor Ketika gerak berlangsung, yang mudah kita pahami yaitu otot memanjang dan memendek. Otot-otot, dan tendon yang mencantolkan otot dengan tulang, memiliki tingkat kepegasan tertentu. Otot mempunyai seperangkat komponen elastik.
Perpaduan Mekanisme yang Mendasar Gerak itu berlangsung mulus, terpadu kompak satu sama lain ketika menghasilkan keterampilan manusia. Secara histories adalah gerak yang diperoleh
melalui proses belajar atau secara genetika pada dasarnya berpijak pada prinsip yang sama. Namun bukti-bukti yang cukup kuat belum tersedia (Schmidt, 1988). Debat yang cukup berkepanjangan pada tahun 1970-an, yaitu terjadi antara centralist yang berpendapat bahwa gerak dikontrol oleh pusat penyimpanan program motorik, dan peripheralist, yakni orang yang berpendapat bahwa gerak dikontrol oleh umpan balik berlandaskan mekanisme itu sendiri. Sintesis pandangan kedua kelompok yang berbeda akan dibahas dalam bagian berikut. 1. Pengaruh Waktu Gerak Memang sulit untuk menyimpulkan bahwa gerak manusia pada dasarnya dikontrol oleh system model tertutup, di mana pelaksanaan gerak berlangsung melalui pemrosesan informasi dalam beberapa tahap yang diselesaikan secara utuh dan lengkap. 2. Kontrol secara Periodik Salah satu jalan untuk memecahkan konflik antara dua aliran tadi yaitu sentralis vs periferalis ialah dengan cara mengindahkan masing-masing kedua cara pengontrolan gerak. 3. Umpanbalik dan Pelaksanaan Program Suatu cara lain untuk memahami bahwa umpan balik dan proses program dapat dianggap bersama-sama yaitu dengan menganggap bahwa proses umpan balik itu pada dasarnya tercakup dalam sebuah proses sistem terbuka. 4. Fleksibilitas Proses Pengontrolan Oleh karena terdapat banyak duplikasi dalam system motorik, maka meskipun system saraf pusat tidak berfungsi, tubuh kita masih mungkin melakukan gerak. Implikasi penting dari duplikasi struktur organisme itu memungkinkan
perilaku motorik dapat dilaksanakan kendatipun system utama mengalami kelelahan atau cidera. Schmidt (1988) menjelaskan faktor yang paling utama untuk memilih proses umpan balik atau pengontrolan melalui pemrograman ialah tingkat belajar itu sendiri. Akhirnya dapat kita simpulkan, bahwa gerak manusia sedemikian kompleks dan harus dipahami sebagai unit-unit terpadu yang pelaksanaannya dapat berlangsung secara mulus dengan energi yang efisien. Ide pokok yang melandasinya ialah gerak itu terbangun oleh interaksi fungsi dari struktur organisme yang terdapat dalam keseluruhan tubuh kita.
B. Pertumbuhan dan perkembangan anak
1. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan
Beberapa pendapat ahli tentang pengertian perrtumbuhan dan perkembangan ini a.l.: 1 . Drs. H. M. Arifin, M.Ed., Pertumbuhan adalah penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensif tubuh serta bagian-bagiannya. Pertumbuhan dapat diukur. Perkembangan adalah perubahan dalam bentuk atau bagian tubuh dan integrasi perbagai bagiannya ke dalam satu kesatuan fungsional ketika pertumbuhan berlangsung. Perkembangan dapat diamati gejala-gejalanya, yaitu perubahan-perubahan dan adanya integrasi. Prasarat perkembangan adalah adanya pertumbuhan.
2. Boring, Langfeld dan Weld. Pertumbuhan lebih berkenaan dengan aspek fisik, perkembangan lebih bersangkutan dengan aspek psikhis. Pertumbuhan dan perkembangan dicakup dalam satu kata yaitu kematangan.
Alasannya, manusia disebut matang jika fisik dan
psikhisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkattingkat tertentu. Contoh : seorang remaja dapat berkencan (tanpa diajar) jika organorgan seks telah tumbuh. Sikap, perasaan, dan pikiran mereka telah berkembang atau telah ada ketertarikan terhadap lawan jenis. Remaja dapat berkencan jika mereka telah matang untuk itu. 3. H. C. Witherington. Pertumbuhan adalah suatu sifat umum dari seluruh organisme, seluruh personalitas atau kepribadian.
Perkembangan merupakan kelanjutan dari
pertumbuhan menunjuk pada perluasan fungsi-fungsi secara terperinci. 4. Karl C. Garrison. Pertumbuhan menyangkut adanya dan bertambahnya sesuatu aspek tertentu. Ada dan pertambahan tersebut bersifat sederhana. Perkembangan berkenaan dengan kompleksitas dari pertambahan tersebut. Ke duanya berkenaan dengan aspek-aspek fisik dan psikhis. 5. Crow and Crow. Pertumbuhan terbatas pada perubahan-perubahan struktural dan fisiologis. Perkembangan bersangkutan erat dengan pertumbuhan maupun potensi-potensi (kemampuan-kemampuan bawaan) dari tingkah laku yang sensitif terhadap rangsangrangsang lingkungan.
Menurut Crow and Crow pengertian pertumbuhan dan
perkembangan bertumpang tindih satu sama lain dalam proses kerjanya.
6. E. B. Hurlock. Perkembangan adalah serangkaian perubahan progrsif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Van den Daele dalam Hurlock
mengungkapkan bahwa perkembangan berarti perubahan secara kualitatif. Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks. 7. M. L. Kamlesh. Growth refers to the increase caused by the biological process in which the child becomes bigger in size, in volume and heaviewr in weight. Development is a wider term which indicates advancement, more unfoldment, a progressive change, a sort of growing forward to a greater maturity. Kesimpulan Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan. Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pendapat ahli tentang pengertian pertumbuhan dan perkembangan adalah : 1.
Pertumbuhan dan perkembangan bekerja dalam suatu proses perubahan yang berkenaan dengan aspek-aspek fisik dan psikhis individu.
2.
Terjadi saling tumpang tindih antara ke dua istilah tersebut.
3.
Pertumbuhan lebih condong penggunaannya bagi perubahan fisik individu, perkembangan lebih condong pemakaiannya untuk perubahan psikhis yang tidak pernah lepas dari pengaruh lingkungan sekitar.
4.
Pertumbuhan lebih bersifat kuantitatif, perkembangan lebih bersifat kualitatif.
5.
Pertumbuhan hasilnya lebih mudah diukur secara langsung, perkembangan hasilnya lebih sukar diukur, karena hanya melalui pengukuran gejala-gejalanya saja.
6.
Karena sifatnya, pertumbuhan dan perkembangan disebut sebagai suatu untaian. Berdasarkan kesimpulan tentang pengertian pertumbuhan dan perkembangan,
hubungan ke duanya dapat dipaparkan dalam gambar berikut :
PERKEMBANGAN - Perilaku seksual - Sikap, perasaan, emosi - Minat, cita-cita - Dll
PERTUMBUHAN - Fisik - Kelenjar seks - Otak - Dll.
Gambar 1: Hubungan dan Perbedaan Antara Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Individu
2. Peserta Didik. Peserta didik adalah sinonim dari peserta belajar, siswa, murid, atau warga belajar.
Dalam perkuliahan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, yang
menjadi peserta didiknya adalah mahasiswa. Secara umum peserta didik berlaku untuk seluruh rentangan usia yang sudah dapat mengikuti pendidikan, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia.
3. Kematangan (maturity) Kematangan ialah suatu proses yang bersifat intrinsik sejalan dengan pertambahan usia, berarti proses kematangan lebih ditentukan oleh faktor yang ada di dalam diri seseorang, tidak tergantung pada rangsangan dari luar dirinya. Kematangan, selain peningkatan yang berakibat kualitatif dalam hal perkembangan biologis, juga merupakan kemajuan ke arah status matang dalam hal integrasi fungsi
sistem tubuh, meliputi sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem peredaran darah, system kelenjar dan sistem penggerak tubuh.
Integrasi fungsi sistem reproduksi
berkenaan dengan kesiapan tubuh melanjutkan keturunan. Contoh bentuk kematangan : -
Anak usia satu atau dua tahun pada umumnya sudah matang untuk dapat berjalan
-
Pada masa puber terjadi proses kematangan organ-organ seksual yang memungkinkan seseorang mampu melanjutkan keturunan.
Seiring perkembangan zaman yang semakin modern membuat gaya hidup berubah. Tengok saja remaja sekarang, sebagian memiliki hobi menghabiskan waktu di depan televisi dan komputer sehingga aktivitas fisik pun akhirnya jadi banyak berkurang. Padahal, masa remaja adalah masa-masa pertumbuhan dimana dibutuhkan aktivitas yang menunjang. Maka, ajak remaja Anda melakukan olahraga yang sesuai untuknya. Kebiasaan berolahraga seharusnya dipupuk sejak kecil. “Sejak bayi, anakanak sebaiknya diajak untuk selalu bergerak,” Dengan cara itu, bukan hanya otak anak yang berkembang tapi juga fisiknya.
Masa remaja adalah masa yang penuh perubahan, terutama tubuh mereka. Karena tubuh mereka berkembang menuju kematangan, maka sangat penting bagi remaja untuk memperoleh latihan olahraga yang cukup. “bermain Olahraga akan membuat postur tubuh remaja mencapai perkembangan yang maksimal,”. Selain itu, bermain olahraga pun akan membuat semua sistem hormonnya menjadi baik. Terlebih karena olahraga menghasilkan hormon endorphin yang membuat remaja ceria, gembira dan tidak cepat stres. Bermain Olahraga akan membuat jantung dan paruparu kuat, meningkatkan kekuatan dan stamina tubuh, dan membantu remaja untuk
memelihara berat badan yang sehat. Remaja yang berolahraga secara teratur akan merasa lebih sehat dan lebih sigap. Namun jenis permainan Olahraga apa yang cocok bagi remaja? “Pilihlah permaianan olahraga yang bisa disukai olehnya.
Namun, pada dasarnya bermain cocok untuk anak-anak dan remaja. Karena mereka cenderung suka bergaul, maka bermain olahraga dalam tim yang bersifat permainan seperti sepak bola, voli, polo air, softball atau basket mungkin akan lebih menarik untuk mereka. Bila mereka senang melakukannya, maka ia tidak akan cepat capai saat berlatih. Bermain Olahraga dalam tim ini tidak hanya membentuk fisik yang sehat tapi juga perkembangan pribadi. Bermain Olahraga tim akan membentuk sikap kepemimpinan, tanggung jawab, lebih inisiatif, sosialisasi kerjasama dan percaya diri.
C. Periodisasi Perkembangan Setiap individu sejak terjadinya konsepsi sampai dengan meninggal terus mengalami perubahan-perubahan.
Hal tersebut dapat terjadi dalam bentuk
pertumbuhan, perkembangan, kematangan, maupun penuaan. Kecenderungan sifatsifat perubahan yang terjadi dalam setiap periode waktu perkembangan telah dapat diidentifikasi oleh para ahli.
Oleh karena itu para ahli telah dapat membuat
rentangan-rentangan usia yang dapat digunakan sebagai pegangan untuk menandai tingkat perkembangan seseorang mulai dari terjadinya konsepsi sampai dengan meninggal. Periodisasi ini seakan-akan telah disediakan bentuk-bentuk yang berisi daftar sifat-sifat atau keadaan untuk memasukkan individu-individu sesuai dengan fase yang sedang dijalaninya.
Jadi seakan-akan telah ditentukan anak umur sekian tentu
demikian sifat-sifatnya atau keadaannya tanpa kecuali. Dipandang dari segi teoritik
konsepsional keberatan ini dapat diterima, tetapi dipandang dari segi teknis operasional periodisasi ini tidak mungkin dihindarkan, dengan catatan-catatan : 1.
Perpindahan dari fase yang satu ke fase berikut tidak terjadi secara tiba-tiba melainkan sedikit demi sedikit.
Sifat-sifat pada fase yang terdahulu masih
mempunyai peranan, sedang sifat-sifat pada fase yang lebih kemudian telah dirintis pada fase yang terdahulu. 2.
Tidak ada dua individu yang memungkinkan sifat-sifat dan menghayati hal-hal yang persis sama.
Dari antara pendapat-pendapat tentang periodisasi
perkembangan dapat sudut pandang yang berbeda. Misalnya Aristoteles (384322 SM), Witherington (1952), dan Piaget membagi tahapan atau rentangan atau periodisasi perkembangan sampai dengan usia remaja.
Sementara Hurlock,
Erickson dan Kohnstamm membaginya sampai dengan usia tua. Sebagai ilustrasi periodisasi perkembangan menurut ke tiga ahli tersebut adalah sebagai berikut : Mengenai periodisasi perkembangan dipaparkan oleh beberapa ahli dalam tabel-tabel 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 berikut:
No. 1. 2. 3.
Tabel 1: Periodisasi Perkembangan Menurut Aristoteles PERIODISASI PERKEMBANGAN BATASAN UMUR Masa kanak-kanak 0 – 7 tahun Masa anak sekolah 7 – 14 tahun Masa Remaja 14 – 21 tahun
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tabel 2: Periodisasi Perkembangan Menurut Witherington PERIODISASI PERKEMBANGAN BATASAN UMUR 1 0 - 3 tahun 2 3 - 6 tahun 3 6 - 9 tahun 4 9 - 12 tahun 5 12 - 15 tahun 6 15 - 18 tahun Tabel 3:
Periodisasi Perkembangan Menurut Piaget No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
PERIODISASI PERKEMBANGAN Sensorimotor Pra-operasional a.Pra-conceptual b.Intuitif Concrete operasional Formal operasional
BATASAN UMUR 0 - 2 tahun 2 - 7 tahun 2 - 4 tahun 4 - 7 tahun 7 - 11 tahun 11 - 15 tahun
Beberapa pengertian istilah dalam periodisasi perkembangan : 1. Konsepsi (conceptio), adalah pertemuan antara sel kelamin laki-laki dengan sel telur (pembuahan) yang menyebabkan terjadinya mahluk baru. 2. Pre-natal
(sebelum lahir), suatu masa kehidupan janin sejak terjadinya
konsepsi sampai dengan lahir. 3. Post-natal (setelah lahir), suatu masa kehidupan manusia sejak lahir sampai dengan meninggal. Pertumbuhan dan perkembangan pada diri manusia yang paling pesat terutama terjadi sampai dengan usia remaja, oleh sebab itu ke tiga ahli tersebut di atas memberikan penekanan periodisasinya sampai usia remaja.. Ahli lain yang membagi periode usia sampai usia tua antara lain Hurlock (1993), Erickson (1963), dan Kohnstamm. Paparannya dapat dilihat sebagai berikut:
No. 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Tabel 4: Periodisasi Perkembangan Menurut Hurlock PERIODISASI PERKEMBANGAN BATASAN UMUR Sebelum lahir Lebih kurang 9 bulan a. Awal Saat pembuahan – 2 minggu b. Embrio 2 – 8 minggu c. Janin 8 minggu – saat lahir Neonatus Saat lahir – 2 minggu Bayi 2 minggu – 2 tahun Anak Kecil 2 – 6 tahun Anak Besar 6 – 10/11 tahun Pra Remaja/Pubertas 10/11 tahun – 13/14 tahun Remaja Awal 13/14 tahun – 17 tahun Remaja Akhir 17 tahun – 21 tahun Dewasa 21 tahun – 40 tahun
10. 11.
Setengah Baya Tua
40 tahun- 60 tahun 60 tahun- mening
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tabel 5: Periodisasi Perkembangan Menurut Erickson PERIODISASI PERKEMBANGAN BATASAN UMUR I. Intra Uterine (Prenatal) Conceptio – lahir II. Vital Lahir – 1 tahun III. Estetis 1– 6 tahun IV. Intelektual 6-12 tahun V. Sosial 12-21 tahun VI. Dewasa 21 th - meninggal
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Tabel 6: Periodisasi Perkembangan Menurut Kohnstamm PERIODISASI PERKEMBANGAN BATASAN UMUR Infancy Early childhood Preschool age School age Adolescence Young adulthood Adulthood Senescence
D. Permainan Permainan merupakan salah satu cabang dari pendidikan olahraga. Setiap orang khususnya anak – anak sangat menggemari permainan, karena permainan mendatangkan kesenangan dan kepuasan terhadap masing – masing individu. Adapun fungsi – fungsi permainan, yaitu : 1. Fungsi permainan terhadap pengembangan jasmaniah; Pengembangan jasmaniah yang dimaksud adalah untuk meningkatkan kemampuan kondisi fisik, yaitu dengan cara mengembangkan kekuatan, daya tahan, kecepatan, dan kelentukan. 2. Fungsi permainan terhadap pengembangan kejiwaan;
Dalam hal ini, permaianan dapat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak, contohnya adalah : a. Berkembangnya rasa percaya diri, hal ini muncul karena melalui permainan selain seorang anak mengenal orang lain , ia juga dapat mengenal dirinya sendiri. Dengan bimbingan yang terarah maka kepercayaan terhadap diri sendiri mudah untuk dikembangkan dan juga rasa rendah diri dapat dihilangkan. b. Berkembangnya jiwa sportivitas, hal ini dapat dilatih ketika melakukan permainan beregu, individu diharuskan mentaati peraturan – peraturan, melakukan aktivitas yang dengan jujur, wajar dan adil, atas dasar inilah maka melalui permaianan dapat dipupuk rasa sportivitas bagi pelakunya. c. Pengembangan keseimbangan mental, hal ini dikarenakan permainan mempunyai nilai – nilai untuk rehabilitasi, perkembangan serta kesehatan mental, sehingga mental akan tetap seimbang. d. Pengembangan kecepatan proses berfikir, hal ini dapat dilihat ketika seorang anak sedang melakukan permainan, dalam permainan itu anak tersebut dituntut untuk memiliki daya sensitivitas dan daya persepsi yang tinggi terhadap situasi yang dihadapi. Mereka harus berfikir dan bertindak cepat dan tepat agar tidak ketinggalan oleh lawan bermainnya. e. Berkembangya kemampuan untuk memimpin ( Kepemimpinan ), hal ini dapat dilihat dari berlangsungya suatu permainan yang berkelompok. Karena di dalam suatau permainan berkelompok, pasti ada salah seorang yang memimpin permainan. Pada kesempatan inilah kemampuan anak dalam hal kepemimpinan dapat berkembang sedikit demi sedikit. 1
f.
Pengembangan kecintaan terhadap olahraga. Permainan merupakan salah satu aktivitas untuk pengisian waktu luang. Atas dasar inilah maka sangat penting sekali diberikannya sebuah pengertian kepada anak, bahwa olahraga permainan itu sangat penting bagi perkembangan dirinya sendiri maupun sebagai anggota masyarakat dan juga sebagai pengisi waktu luang yang positif.
3. Fungsi permainan terhadap pengembangan social. Permainan mempunyai andil yang sangat besar dalam membentuk rasa bermasyarakat, karena : a. Permainan merupakan permulaan pendidikan kemasyarakatan bagi anak b. Permainan melatih anak untuk tunduk kepada peraturan c. Permainan melatih kerjasama d. Permainan melatih solidaritas dan sportivitas
E. Jenis Permainan dan Konsep Gerak Salah satu tujuan pendidikan jasmani ialah mengembangkan keterampilan gerak. Dengan berkembangnya bermacam – macam karakteristik jasmani, dan dengan kematangan anak, anak akan mengembangkan kecakapan untuk membentuk keterampilan gerak. Gabbard, LeBlanc, dan Lowy (1987: 22) mengutarakan hubungan antara umur atau terminal perkembangan, tahap penguaasaan perbuatan, dan perbuatan karakteristik, sebagai berikut : Tahap Laku Gerak ( motor behavior ) Terminal Tahap Contoh Laku Karakteristik Masa anak – anak Gerak tidak sempurna Berguling, duduk, merayap, ( 0 – 2 tahun ) merangkak, berdiri, berjalan dan memegang Masa anak – anak Gerak dasar awal ( 2 – 7 tahun ( dan pemahaman Lokomotor, nirkolomotor, ) efisiensi ) manipulasi, dan kesadaran gerak
Masa anak – anak Khusus ( khas ) tengah bagian akhir, ( 8 – 12 tahun )
Penghalusan keterampilan gerak dan penyadaran gerak : menggunakan dasar gerak dalam tari tertentu, permainan atau olahraga, senam, dan kegiatan olahraga air
Spesialisasi Masa remaja dan masa dewasa ( 12 – dewasa )
Bersifat rekreasi atau kompetif
Penjelasan : A. Keterampilan lokomotor; merupakan aktivasi perpindahan seseorang dari satu tempat ke tempat lain. Contoh ketrampilan lokomotor, yaitu : 1. Lari Lari merupakan pengembangan berjalan, dan mempunyai sifat khusus, ialah badan pada suatu saat tidak ada kontak dengan tanah atau tidak bertumpu pada tanah. Dan salah satu bentuk lari yang paling populer adalah “jogging”, langkahnya lambat dan langkahnya pendek. Pada umur 5 tahun anak – anak sudah bisa berlari dengan bentuk yang benar. Mc Clenaghan dan Gallahue memilih lari dalam dua sifat khas, yakni: 1) TahapDasar;tiap sikap atau bagian – bagian gerakan pada saat anak berlari dapat diamati, kecuali sifat melayang, meskipun demikian gerakan lengan terlihat mencapai sikap vertikal, tapi terbatas sampai dengan gerakan horisontal. 2) Tahap Matang; Tahap matang dapat disebut juga tahap sempurna. Lengan mereka tertekuk pada siku, dan berbentuk sudut yang mendekati sempurna, serta diayun mengarah vertikal. Panjang langkah dan lamanya melayang sangat tergantung pada kemampuan maksimum mereka masing – masing.
2. Lari berbelok – belok Lari berbelok – belok merupakan kenyataan yang akan terdapat dalam kegiatan permainan besar. Sambil bermain mereka dilatih untuk berlari cepat dan setiap saat mengubah arah.
3. Melompat dan mendarat Melompat dan meloncat berarti menolak dengan kaki satu, sedang meloncat berarti menolak dengan kedua kaki. Aktivitas ini mempunyai karakteristik yakni : a. menolak dengan satu atau dua kaki dan mendarat dengan dua kaki. b. Menolak dengan dua kaki dan mendarat dengan satu kaki. 4. Loncat Loncat terdiri dari beberapa macam, yaitu : loncat tegak dan meraih, loncat ke depan, meloncat dengan bertumopu tangan, meloncat dengan tangan bertumpu dengan awalan. 5. Bergeser ( sliding ) 6. Jalan dan loncat ( skipping ) 7. Berguling; Berguling merupakan keterampilan yang dikuasai oleh anak sejak anak masih bayi, terutama berguling ke samping. Berguling dapat ditandai dengan bergerak sepanjang sisi badannya dengan berputar dan berputar lagi, dan membentuk banyak putaran dan teruskan berputar. 8. Bergantung 9. Memanjat
B. Keterampilan nirlokomotor; disebut juga sebagai keterampilan yang stabil, merupakan gerakan yang sedikit sekali atau bahkan tidak bergerak bila dipandang dari satu pangkal gerak. Contoh keterampilannya yaitu : 1. Meliuk Meliuk merupakan gerakan mengubah – ubah arah tetapi hanya bagian atas badan saja. Meliuk ini biasanya banyak digunakan pada saat permainan membawa bola menghendaki tetap menguasai bola dengan melakukan liukan unttuk menipu musuh dengan menggerakan badan ke kanan
tetapi bola
dibawa ke kiri. 2. Mengulur dan menekuk Mengulur mempunyai arti merentangkan otot – otot di antara sendi – sendi badan sepanjang mungkin dan selurus mungkin, penguluran merupakan sarana untuk membentuk kelentukan. Menekuk melakukan pelipatan terhadap semua bagian badan sendi – sendi. Amplitudo gerakan sendi – sendi seseorang ditentukan struktur sendi seseorang. 3. Memilin 4. Memutar 5. Mengayun 6. Bergoyang 7. Mendorong dan mengangkat.
C. Keterampilan manipulasi, melibatkan kontrol objek utama, dengan tangan dan tungkai. Ada dua klasifikasidalam keterampilan manipulasi ini ialah menerima ( receptive ), dan membeikan kuat ( propulsive ).
1. Memukul Memukul adalah kegiatan tanpa alat yang bertujuan untuk memberikan kuat kepada objek yang dipukul anak kecil kerap di hadapkan pada situasi yang mengharuskannya memukul pada suatu objek dengan menggunakan tangnanya. 2. Memukul dengan satu tangan Memukul dengan satu tangan akan dengan suatu alat yang di sukai anak misalnnya raket untuk bulutangkis, atau bet untuk ping – pong, badan akan sedikit di tekuk ke depan dan akan sangat jarang terlihat gerakan memutar. 3. Memukul dengan dua tangan Sama halnya s memukul dengan satu tangn namun pergerakan ayunan tangan akan vertical dan pandangan anak akan tajam melihat objek yang akan dipukul dan badan akan sedikit membungkuk ketika akan memukul bola, tenaga akan banyak terpakai karena pergelangan tangan tidak ditegangkan. 4. Menendang Menendang merupakan keterampilan manipulatif yang menggunakan kaki untuk menggerakan objek. Menendang bola diam adalah dasar untuk menendang bola yang bergerak atau drop kick. Ada beberapa tahap yakni dasar dan matang. Untuk tahap dasar kaki di ayunkan ke belakang lalu dihentakkan dan lengan tetap berada di samping badan untuk menjaga keseimbangan tapi untuk tahap matang, kaki tumpu diletakan disamping bola kaki diayunkan dan di tekuk pada lutut, lalu ayunkan kaki untuk menendang bola, kaki diluruskan sesaat sebelum menyentuh bola dan badan sedikit condong ke belakang.
LATIHAN 1. Sebutkan dan jelaskan system pengontrolan pada manusia berikan contohnya 2. Pada hakekatnya bermain itu melaksanakan gerak, sebutkan apakah perbedaan gerak dasar dengan dasar gerak 3. Buatlah permainan yang bertujuan untuk meningkatkan dasar gerak lokomotor, nonlokomotor, dan manipulasi 4. Buatlah permainan yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot, kelentukan otot, dan daya tahan otot setempat, dan sebutkan permainan yang anda buat tepatnya untuk level kelas berapa 5. Buatlah permainan anak yang bertujuan untuk meningkatkan rasa social anak 6. Buatlah pembelajaran dengan modifikasi permainan sepakbola, softball, dan lompat tinggi 7. Sebutkan perbedaan perkembangan motorik tiap tahap pertumbuhan dan perkembangan anak di SD 8. Jelaskan definisi pertumbuhan, perkembangan, dan kematangan dikaitkan dengan pembelajaran permainan dalam pendidikan jasmani 9. Mengapa anak SD belum mampu untuk dilatih untuk mencapai olahraga prestasi
RANGKUMAN 1
Pembelajaran permainan harus berpegang pada konsep gerak dan akan tercipta dengan mengetahui karakteristik anak, kesukaan atau pusat perhatian anak,
bahan ajar yang berguna bagi anak, dan tujuan yang akan di capai (interaksi edukatif) 2
Pembelajaran permainan yang dilakukan oleh anak sangat tergantung pada keadaan dan kemampuan jasmani pada tiap tahap pertumbuhan dan perkembangan anak
3
Keterampilan bermain akan ditunjang oleh penguasaan dasar gerak (lokomotor, nonlokomotor, dan manipulasi)
4
Dalam pembelajarana permainan, seorang guru pendidikan jasmani harus memahami skema pembelajran
5
Keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada bentuk penyajian, sebab bentuk penyajian telah disiapkan dan direncanakan sesuai dengan karakteristik anak..