THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
MODEL RESEARCH BASED LEARNING ETNOZOOLOGI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN SIKAP ILMIAH MAHASISWA GURU BIOLOGI Eka Fitriah Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon E-mail :
[email protected]
ABSTRAK Pembelajaran di perguruan tinggi merupakan suatu proses perubahan tingkah laku mahasiswa melalui interaksi dengan lingkungannya. Mahasiswa harus memiliki kemandirian dalam belajar. Model Research Based Learning dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan, karena melalui model ini mahasiswa dapat melakukan eksplorasi, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan ragam etnozoologi pada penerapan model RBL, mengkaji efektivitas penerapan model RBL etnozoologi, mengkaji peningkatan KGS dan sikap ilmiah, serta mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap model RBL. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen. Desain penelitian one group pretest postest design. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ragam etnozoologi yang dipilih oleh mahasiswa dalam proyek penelitiannya memenuhi tiga kelompok, yaitu hewan sebagai bahan pangan, budidaya, obat-obatan; hewan yang menjadi simbol, mitos, agama, seni budaya; serta hewan yang menjadi ornament dan dekorasi. Terdapat peningkatan nilai pretest ke postest dengan N-Gain rata-rata 0,56 kriteria sedang, dari hasil uji t diperoleh p value 0,000, jika p value < 0,005, dapat disimpulkan bahwa model RBL efektif diterapkan pada pembelajaran, N-Gain tertinggi pada indikator KGS inferensia logika sebesar 0,5 kategori sedang, sedangkan N gain KGS yang terendah pada indikator membagun konsep sebesar 0,31 kategori sedang, persentase peningkatan sikap ilmiah sebesar 84,80 %, dan mahasiswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model RBL dengan kategori kuat sebesar 62% dan kategori sangat kuat sebesar 38%. Kata Kunci : Model Research Based Learning, Etnozoology, Keterampilan Generik Sains, Sikap Ilmiah dengan berpusat pada mahasiswa sehingga mahasiswa dapat A. PENDAHULUAN mengembangkan kemampuan 1. Latar Belakang berpikirnya, melatih keterampilannya dan Hakekat pendidikan menurut dapat berubah sikapnya sehingga lebih UNESCO mengintegrasikan empat pilar tanggungjawab terhadap tugas yang pendidikan, yaitu learning to know, diberikan oleh dosen. learning to do, learning to be and Mahasiswa calon guru biologi learning to live together (Delors, 1996). harus memiliki kemampuan menjadi Pembelajaran di perguruan tinggi fasilitator yang baik dalam proses merupakan suatu proses perubahan pembelajaran. Mahasiswa harus mampu tingkah laku mahasiswa melalui interaksi menemukan sendiri pengetahuannya dan dengan lingkungannya. Mahasiswa harus mentransformasikan informasi kompleks memiliki kemandirian dalam belajar. dengan memecahkan masalah serta Selama ini dalam kegiatan belajar menemukan segala sesuatu untuk dirinya mengajar ketergantungan mahasiswa (Trianto, 2007). Untuk itu, mahasiswa terhadap informasi yang diberikan oleh harus mampu menemukan dan dosen masih mendominasi. Proses membangun sendiri pengetahuannya pembelajaran diharapkan dapat dilakukan dengan tanggung jawab dalam
1261
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
merencanakan dan melakukan kegiatankegiatan yang mendorong kearah belajar. Undang – undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pada Bab X pasal 36 ayat (3) butir c menyatakan bahwa, kurikulum disusun dengan memperhatikan keragaman potensi daerah dan lingkungan. Menurut Subagja (2006) dalam belajar sains, lingkungan sekitar dapat dijadikan laboratorium sehingga menjadikan pembelajaran tidak tekstual tetapi kontekstual. Pembelajaran harus kontekstual sehingga membantu mahasiswa menemukan sendiri makna dalam pelajaran mereka dengan cara menghubungkan materi akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka. Selain itu, mahasiswa harus dilatih untuk dapat melakukan penelitian yang terkait dengan materi dan konsep yang sedang dipelajarinya agar mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif. Model Research based learning (RBL) atau pembelajaran berbasis riset merupakan salah satu pendekatan student center yang mengintegrasikan riset dalam kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran lebih bermakna. Model RBL dapat dijadikan salah satu alternatif model yang dapat diterapkan pada pembelajaran, karena melalui model ini mahasiswa dapat melakukan eksplorasi, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Etnozoologi merupakan bagian dari etnobiologi yang mengkaji hubungan (interrelationship) yang ada pada masa lampau dan masa kini antara masyarakat dengan hewan yang ada disekitarnya. Mata kuliah zoologi vertebrata mempelajari berbagai macam hewan bertulang belakang yang ada di sekitar kehidupan mahasiswa, sehingga memungkinkan untuk diterapkan pembelajaran yang dikaitkan dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Perkuliahan zoologi vertebrata dapat memanfaatkan lingkungan disekitar
1262
UAD, Yogyakarta
mahasiswa, misalnya lingkungan kampus, pasar tradisional, supermarket, pasar burung, pasar ikan hias, pet shop, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), peternakan dan kebun binatang. Tiap daerah tempat tinggal mahasiswa memiliki budaya dan keunggulan lokal yang berbeda-beda serta kekhasan sendiri-sendiri. Cirebon merupakan salah satu wilayah bagian dari provinsi Jawa Barat yang terletak pada di daerah pantai Utara Jawa memiliki potensi lokal yang sangat banyak dan beragam. Hal tersebut dapat dieksplorasi dan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber belajar bagi mahasiswa. Potensi-potensi lokal di wilayah Cirebon, antara lain komoditi sumberdaya perikanan dan peternakan yang melimpah, adanya keunggulan lokal seperti batik, lukisan kaca, aneka kuliner yang khas, beberapa keraton (Kanoman, Kasepuhan dan Kacirebonan) serta nilainilai kearifan lokal dan budaya lokal di Cirebon masih dijunjung tinggi oleh masyarakat dapat digunakan sebagai sumber belajar. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu diterapkan pembelajaran yang dikaitkan dengan potensi lokal serta dapat memberikan bekal learning how to learn sekaligus learning how to unlearn, tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktekkannya untuk memecahkan problema kehidupan sehari-hari pada mahasiswa. Oleh karena itu, melalui penerapan model RBL etnozoologi diharapkan dapat meningkatkan keterampilan generik sains dan sikap ilmiah mahasiswa calon guru biologi. 2. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini, adalah : a. Bagaimanakah ragam etnozoologi yang dijadikan bahan kajian dalam penerapan model RBL ? b. Bagaimanakah efektivitas penerapan Model RBL etnozoologi pada pembelajaran zoologi vertebrata ?
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
c. Bagaimanakah peningkatan keterampilan generik sains mahasiswa calon guru biologi setelah diterapkan model RBL etnozoologi ? d. Bagaimanakah peningkatan sikap ilmiah mahasiswa calon guru biologi setelah diterapkan Model RBL etnozoologi ? e. Bagaimanakah tanggapan mahasiswa terhadap penerapan model RBL Etnozoologi? 3.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk : a. mendeskripsikan ragam etnozoologi yang dikaji pada penerapan model RBL etnozoologi b. mengkaji efektivitas penerapan Model RBL etnozoologi pada pembelajaran zoologi vertebrata. c. mengkaji peningkatan keterampilan generik sains mahasiswa calon guru biologi setelah diterapkan Model RBL etnozoologi d. mengkaji peningkatan sikap ilmiah mahasiswa calon guru biologi setelah diterapkan Model RBL etnozoologi. e. Mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap penerapan model RBL.
B.
KAJIAN LITERATUR HIPOTESIS
DAN
1. Model Research Based Learning (RBL) Model Research Based learning merupakan model yang dikembangkan oleh Griffith University (2008). Pembelajaran berbasis riset didasari filosofi konstruktivisme yang mencakup empat aspek, yaitu : pembelajaran yang membangun pemahaman mahasiswa, pembelajaran dengan mengembangkan prior knowledge, pembelajaran yang merupakan proses interaksi sosial dan pembelajaran bermakna yang dicapai melalui pengalaman nyata. Riset merupakan sarana penting untuk meningkatkan mutu pembelajaan. Komponen riset terdiri dari latar belakang, prosedur,pelaksanaan, hasil riset dan pembahasan serta publikasi riset.
UAD, Yogyakarta
Kesemuanya memberi makna penting yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang; formulasi permasalahan, penyelesaian permasalahan dan mengkomunikasikan manfaat penelitian. RBL merupakan salah satu model pembelajaran yang menggunakan authentic learning, problem solving, cooperative learning, contextual learning serta inquiry discovery learning yang didasarkan pada filosofi konstruktivisme. (Clark, 1997). Model RBL atau PBR (Pembelajaran Berbasis Riset) merupakan salah satu model yang mengintegrasikan riset dalam proses pembelajaran. Model ini memberikan peluang dan kesempatan kepada mahasiswa untuk mencari informasi, menyusun hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data,membuat kesimpulan dan laporan hasil penelitian. Dalam aktivitas ini berlaku pembelajaran dengan pendekatan learning by doing. Oleh karena itu RBL membuka peluang bagi pengembangan metode pembelajaran, antara lain : a. Pembaharuan pembelajaran (pengayaan kurikulum) dengan mengintegrasikan hasil riset b. Partisipasi aktif mahasiswa dalam pelaksanaan riset c. Pembelajaran menggunakan instrument riset d. Pengembangan konteks riset secara inklusif (mahasiswa mempelajari prosedur dan hasil riset untuk memahami seluk beluk sintesis) Research Based Learning atau Pembelajaran Berbasis Riset bertujuan untuk menciptakan proses pembelajaranyang mengarah pada aktifitas analisis, sintesis dan evaluasi serta meningkatkan kemampuan peserta didik dan dosen dalam hal asimilasi dan aplikasi pengetahuan (Pusdik UGM, 2009). Secara umum tujuan terlaksananya PBR sebagai berikut : Meningkatkan kebermaknaan mata kuliah agar lebih bersifat kontekstual melalui pemaparan hasil-hasil penelitian; Memperkuat kemampuan berpikir peserta didik sebagai peneliti; Melengkapi pembelajaran melalui internalisasi nilai
1263
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
penelitian, praktik, dan etika penelitian dengan cara melibatkan penelitian; Meningkatkan mutu penelitian di Perguruan Tinggi dan melibatkan peserta didik dalam kegiatan penelitian; Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang perkembangan suatu ilmu melalui penelitian yang berkelanjutan; Meningkatkan pemahaman tentang peran penelitian dalam inovasi sehingga mendorong mahasiswa untuk selalu berpikir kreatif di masa datang; Meningkatkan kualitas dan kemutakhiran pembelajaran secara umum (Pusdik UGM, 2009). 2. Etnobiologi dan etnozoologi Etnobiologi berasal dari kata Etnologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang etnis, suku, atau masyarakat lokal serta budaya yang ada pada masyarakat tersebut, dan Biologi yaitu studi tentang hidup dan organisme hidup. Etnobiologi diartikan sebagai studi ilmiah pada dinamika hubungan diantara masyarakat, biota, dan lingkungan yang telah ada sejak dulu dan hingga sekarang. Selain itu, Etnobiologi merupakan studi tentang bagaimana interaksi masyarakat tertentu (etnis) pada seluruh aspek lingkungan alami (Anderson, 2011). Menurut Anderson (2011), terdapat beberapa subdisiplin ilmu dari etnobiologi, antara lain: 1. Etnobotani, yaitu studi ilmiah yang mengkaji hubungan antara masyarakat dengan tanaman. Dalam hal ini, peneliti menggali informasi tentang bagaimana masyarakat memanfaatkan tanaman tertentu, apakah untuk pengobatan, ritual adat, pakaian, alat rumah tangga dan sebagainya. 2. Etnozoologi, yaitu studi ilmiah yang mengkaji interrelationship yang ada pada masa lampau dan masa kini antara masyarakat dengan hewan yang ada disekitarnya. 3. Etnoekologi, yaitu studi ilmiah yang mengkaji cara (metode) beberapa kelompok masyarakat pada lokasi atau daerah yang berbeda dalam memahamai ekosistem di sekitar tempat tinggalnya (bagaimana pemahaman terhadap
UAD, Yogyakarta
lingkungan tempat tinggalnya, dan bagaimana interaksi yang terjadi antara masyarakat terhadap lingkungan tempat tinggalnya; pemanfaatan, pengelolaan dan pelestarian lingkungan) 4. Etnolikenologi, yaitu studi ilmiah yang mengkaji interaksi yang terjadi pada liken dengan masyarakat tertentu (etnis) baik pada masa lampau maupun masa kini. 5. Etnomikologi, yaitu studi ilmiah yang mengkaji interaksi yang terjadi pada kelompok jamur dengan masyarakat tertentu (etnis) di masa lampau dan masa kini. Interaksi yang dikaji dalam etnobiologi merupakan interaksi baik pemanfaatan, pengelolaan maupun upaya pelestarian yang dilakukan masyarakat tertentu (etnis). Biasanya pada kajian interaksi akan berhubungan dengan adat istiadat, mitos dan budaya yang telah tertanam pada masyarakat lokal tertentu (etnis). Tujuan dari kegiatan melakukan studi etnobiologi ini adalah menggali informasi dan kekayaan intelektual masyarakat lokal (etnis) yang memiliki makna dan kearifan lokal yang bermanfaat dalam menjaga keseimbangan alam dan upaya konservasi lingkungan, serta kehidupan manusia (Alves, 2012). Menurut Alves (2012) ragam etnozoologi dibagi menjadi delapan kelompok berdasarkan hubungan antara kebudayaan manusia dengan hewanhewan di lingkungannya. Pengelompokan peran hewan tersebut antara lain sebagai : bahan pangan/kuliner; bahan obat-obatan; peliharaan; simbol/ mitos/ agama/ seni budaya; ornament /dekorasi / peralatan; domestikasi; pemanfaatan tenaga (misalnya untuk transportasi); hewan koleksi (misalnya kebun binatang).
3. Keterampilan Generik Sains Keterampilan generik merupakan kemampuan intelektual hasil perpaduan atau interaksi kompleks antara
1264
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
pengetahuan dan keterampilan. Keterampilan generik adalah strategi kognitif yang dapat berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dapat dipelajari dan tertinggal dalam diri siswa. Sehingga keterampilan generik dapat diterapkan pada berbagai bidang (Brotosiswoyo, 2011). Keterampilan generik juga sebagai kemampuan dan atribut untuk hidup dan bekerja. Keterampilan generik dapat digunakan untuk semua jenis pekerjaan, termasuk kompetensi dasar atau kemampuan kunci yang mencakup kemampuan kognitif, personal, dan interpersonal yang berhubungan dengan kepegawaian. Keterampilan generik sangat berguna untuk melanjutkan pendidikan dan kesuksesan karier. Menurut Gagne dalam Brotosiswoyo (2011) jenis utama dari keterampilan generik adalah keterampilan berpikir, strategi pembelajaran, dan keterampilan metakognitif. Sedikitnya ada tiga bagian utama keterampilan generik. Komponen yang paling lazim adalah prosedur, prinsip, dan mengingat. Adapun indikator Keterampilan Generik Sains meliputi: 1) Pengamatan langsung Pengamatan langsung Sains merupakan ilmu tentang fenomena dan perilaku alam sepanjang masih dapat diamati oleh manusia. Hal ini menuntut adanya kemampuan adanya kemampuan manusia untuk melakukan pengamatan langsung dan mencari keterkaitan-keterkaitan sebab akibat dari pengamatan tersebut. 2) Pengamatan tidak langsung Dalam pengamatan tak langsung, alat indera yang digunakan manusia memiliki keterbatasan. Untuk mengamati keterbatasan tersebut manusia melengkapi diri dengan berbagai peralatan. Beberapa gejala alam lain juga terlalu berbahaya jika kontak langsung dengan tubuh manusia Cara ini dikenal dengan pengamatan tak langsung. 3) Kesadaran tentang skala besaran (sense of scala) Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka seseorang yang belajar sains akan
UAD, Yogyakarta
memiliki kesadaran akan skala besaran dari berbagai obyek yang dipelajarinya 4) Bahasa simbolik Untuk memperjelas gejala alam yang dipelajari oleh setiap rumpun ilmu diperlukan bahasa simbolik, agar terjadi komunikasi dalam bidang ilmu tersebut. 5) Kerangka logika taat azas dari hukum alam. Pada pengamatan panjang tentang gejala alam yang dijelaskan melalui banyak hukum-hukum, orang akan menyadari keganjilan dari sifat taat asasnya secara logika. Untuk membuat hubungan hukum-hukum itu agar taat asas, maka perlu ditemukan teori baru yang menunjukkan kerangka logika taat asas. 6) Inferensi atau konsistensi logika Logika sangat berperan dalam melahirkan hukum-hukum sains. Banyak fakta yang tak dapat diamati langsung dapat ditemukan melalui inferensia logika dari konsekuensi-konsekuensi logis hasil pemikiran dalam belajar sains 7) Hukum sebab akibat Rangkaian hubungan antara berbagai faktor dari gejala yang diamati diyakini sains selalu membentuk hubungan yang dikenal sebagai hukum sebab akibat. 8) Pemodelan matematis Untuk menjelaskan hubungan-hubungan yang diamati diperlukan bantuan pemodelan matematik agar dapat diprediksikan dengan tepat bagaimana kecendrungan hubungan atau perubahan suatu fenomena alam. 9) Membangun konsep Tidak semua fenomena alam dapat dipahami dengan bahasa sehari-hari, karena itu diperlukan bahasa khusus ini yang dapat disebut konsep. diuji keterapannya. 10) Abstraksi Terdapat beberapa materi kimia yang bersifat abstrak, sehingga perlu menggambarkan atau menganalogikan konsep atau peristiwa yang abstrak ke dalam bentuk kehidupan nyata seharihari. Seperti dengan membuat visual animasi-animasi dari peristiwa
1265
THE 5TH URECOL PROCEEDING
4.
18 February 2017
mikroskopik yang bersifat abstrak tersebut Sikap Ilmiah Karhami (2005), menyatakan bahwa sikap juga merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak (tendency to behave). Wilayah attitude mencakup juga wilayah kognitif, anak dapat membatasi atau mempermudah untuk menerapkan suatu keterampilan dan pengetahuan yang dikuasainya. Menurut Iskandar (2004) Sikap adalah sebuah trait yang selain aktif mempelajarinya, tetapi telah ditampilkan dengan perubahan tingkah laku yang sesuai. Biasanya sikap memerlukan bakat, minat, dan aktif yang merubah perilaku. Sikap pada umumnya merupakan hasil dari learning dan praktis dan pula hasil dari perpaduan berbagai trait dan ability. Sikap ilmiah mempunyai arti yang luas yaitu sikap-sikap yang harus dimilki oleh seorang saintis yang terdiri dari berbagai macam jenisnya ,mulai dari objektif, jujur, toleransi, bertanggung jawab, cermat bekerja, disiplin, rasa ingin tahu, peduli lingkungan dan terbuka dalam mengumpulkan data. Sikap ilmiah tidak hanya berguna didalam suatu organisasi akan tetapi juga dalam kehidupan masyarakat, juga dapat membentuk kepribadian baik dari seseorang. Sikap ilmiah dalam pembelajaran Sains sering dikaitkan dengan sikap terhadap Sains. Keduanya saling berbubungan dan keduanya mempengaruhi perbuatan. Pada tingkat sekolah dasar sikap ilmiah difokuskan pada ketekunan, keterbukaan, kesediaan mempertimbangkan bukti, dan kesediaan membedakan fakta dengan pendapat (Kartiasa, 1980). Penilaian hasil belajar Sains dianggap lengkap jika mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sikap merupakan tingkah laku yang bersifat umum yang menyebar tipis diseluruh hal yang dilakukan siswa. Tetapi sikap juga merupakan salah satu
1266
UAD, Yogyakarta
yang berpengaruh pada hasil belajar siswa. Sikap ilmiah dibedakan dari sekedar sikap terhadap Sains, karena sikap terhadap Sains hanya terfokus pada apakah siswa suka atau tidak suka terhadap pembelajaran Sains. Tentu saja sikap positif terhadap pembelajaran Sains akan memberikan kontribusi tinggi dalam pembentukan sikap ilmiah siswa tetapi masih ada faktor lain yang memberikan kontribusi yang cukup berarti. Menurut Harlen (1996), ada empat jenis sikap yang perlu mendapat perhatian dalam pengembangan sikap ilmiah siswa: (1) sikap terhadap tugas yang diberikan, (2) sikap terhadap diri mereka sebagai siswa, (3) sikap terhadap ilmu pengetahuan, khususnya Sains, dan (4) sikap terhadap obyek dan kejadian di lingkungan sekitar. Keempat sikap ini akan membentuk sikap ilmiah yang mempengaruhi keinginan seseorang untuk ikut serta dalam kegiatan tertentu, dan cara seseorang merespon kepada orang lain, obyek, atau peristiwa. Pengukuran sikap ilmiah dapat didasarkan pada pengelompokkan sikap sebagai dimensi sikap selanjutnya dikembangkan indicator-indikator sikap untuk setiap dimensi sehingga memudahkan menyusun butir instrumen sikap ilmiah. 5. Penelitian yang relevan Penelitian Umar, dkk (2011), tentang Pengembangan pembelajaran Berbasis Riset (PBR) di Program studi Fisika FMIPA Universitas Negeri Gorontalo dengan tujuan untuk menemukan model pembelajaran berbasis riset di prodi pendidikan fisika, mengimplementasikan pembelajaran berbasis riset, mendapatkan gambaran hasil pembelajaran berbasis riset di prodi pendidikan fisika. Hasil penelitian menunjukkan salah satu pengembangan pembelajaran ke model pembelajaran berbasis riset adalah pembelajaran dengan langkah-langkah pada kegiatan inti pembelajaran, sebagai berikut : memberikan pokok materi yang sedang dipelajari, menunjukkan hasil
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
penelitian dosen yang terkait dengan materi yang dibahas,membagi kelompok mahasiswa untuk berdiskusi,memberikan penugasan kepada mahasiswa dalam bentuk diskusi dalam kelompokkelompok dan menganalisis hasil penelitian serta bersama dosen membuat kesimpulan. Pembelajaran berbasis riset efektif meningkatkan prose pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Penelitian Jumrodah (2010), tentang Upaya meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan generik Sains Melalui kegitan Praktikum Zoologi Vertebrata pada Mahasiswa Biologi STAIN Palangkaraya. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pemahaman konsep mahasiswa setelah diterapkan pembelajaran praktikum dan untuk mengetahui peningkatan Keterampilan generik sains mahasiswa setelah diterapka praktikum zoologi vertebrata. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pemahaman konsep ditlihat dari N-Gain sebesar 0,51 kategori sedang dan terdapat peningkatan KGS sebesar 0,57 dengan kategori sedang. Suryawati, dkk (2012), meneliti tentang Pengembangan Pembelajaran Kontekstual RANGKA (Rumuskan, Amati, Nyatakan, Gabungkan, Amalkan) Berbasis Pendidikan Karakter pada mata pelajaran Biologi kelas XI SMA. Parameter untuk sikap ilmiah yang terdiri atas 5 indikator yaitu rasa ingin tahu, jujur, disiplin, tanggung jawab dan komunikatif. Keterampilan berpikir kritis terdiri atas 5 indikator yaitu menganalisis, merumuskan masalah, mengumpulkan data, memecahkan masalah dan menilai. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata sikap ilmiah siswa mengalami peningkatan yaitu 70.05 (awal), dan 83.73 (akhir). Rata-rata keterampilan berpikir kritis 63.85 (awal), dan 74,10 (akhir). Penelitian telah dihasilkan prototype bahan ajar, instrumen penilaian sikap ilmiah dan keterampilan berfikir kritis, untuk selanjutnya akan direvisi dan
UAD, Yogyakarta
dikembangkan. Pengembangan pembelajaran kontekstual RANGKA berpotensi untuk meningkatkan sikap ilmiah dan keterampilan berfikir kritis siswa dalam pembelajaran Biologi di SMA. Hipotesis Hipotesis penelitian ini, adalah : Penerapan Model Research Base Learning (RBL) Etnozoologi efektif untuk meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Sikap Ilmiah Mahasiswa Calon Guru Biologi. C. METODE PENELITIAN 1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode penelitian kuasi eksperimen. Desain penelitian menggunakan pretest postest experiment group design. 2. Subjek penelitian Subjek penelitian adalah mahasiswa Pendidikan IPA Biologi semester IV yang sedang menempuh mata kuliah zoologi vertebrata dan Praktikum terdiri dari empat Rombel. Populasi sebanyak 146 mahasiswa. Sampel penelitian diambil secara Cluster Random sampling sebanyak 40 orang. 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan di Jurusan Pendidikan IPA Biologi IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Waktu penelitian bulan akhir April - Juni 2016.
1267
4.
Teknik Pengumpulan data Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, sebagai berikut : 1. Tes untuk mengukur Keterampilan Generik Sains 2. Lembar observasi proses dan produk portofolio 3. Lembar observasi untuk mengetahui sikap ilmiah mahasiswa 4. Angket tanggapan mahasiswa calon guru terhadap model pembelajaran yang diterapkan.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
5. Teknik Analisis Data Uji Validitas a). Validitas isi Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan (Sugiyono, 2003). b). Validitas tiap butir soal Untuk menguji validitas digunakan korelasi product moment untuk instrumen yang berupa angket karena skor yang digunakan berkisar 1-4, sedangkan tes hasil belajar digunakan korelasi point biserial karena skor 1 dan 0 saja. Adapun korelasi Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi product moment. Uji reliabilitas Sebuah tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat menunjukkan hasil yang relatif atau ajeg, jika tes tersebut digunakan pada kesempatan yang lain. Rumus yang digunakan pada penelitian ini adalah Sperman Brown Taraf kesukaran soal Ditinjau dari segi tingkat kesukaran, soal yang baik adalah yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut dengan indeks kesukaran dan diberi lambang P (Proporsi). Besarnya indek kesukaran antara 0,00 sampai 1,00
UAD, Yogyakarta
Data primer hasil tes siswa sebelum dan sesudah perlakuan penerapan model pembelajaran dianalisis dengan cara membandingkan skor pretes dan postes. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor (N-gain) :
g
skor posttest skor pretest skor maksimum skor pretest
Uji Hipotesis Uji hipotesis dengan uji t (ttest) untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran yang diterapkan. Analisis data uji hipotesis ini menggunakan program Microsoft Excell 2007 dan SPSS release 23 Analisis Lembar Observasi Sikap ilmiah dan Angket tanggapan mahasiswa Lembar observasi Sikap ilmiah dan angket tanggapan mahasiswa dianalisis secara deskriptif kuantitaif dengan menghitung persentase skoring dari penyataan yang terdapat pada angket dan dari pengamatan pada saat pembelajaran. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis data Tes Keterampilan Generik Sains Analisis data pada penelitian ini menggunakan program Microsoft Excell 2007 dan SPSS release 23. N-Gain Skor
1268
A. Hasil Penelitian Penelitian ini didahului dengan studi pendahuluan berupa studi pustaka dan studi empirik. Studi pustaka meliputi kajian terhadap hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian. Studi empirik meliputi kajian kondisi awal terhadap subjek penelitian melalui observasi. Selanjutnya dilakukan analisis kebutuhan objek studi dan dilakukan penyusunan instrumen penelitian. Selanjutnya rancangan instrumen dan perangkat diterapkan dalam pembelajaran zoologi vertebrata.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
1`. Ragam etnozoologi yang dijadikan bahan kajian dalam penerapan model Research Base Learning (RBL) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pembelajaran zoologi vertebrata dengan menerapkan model RBL Etnozoologi, dari penugasan penelitian proyek etnozoologi yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Sub Filum Vertebrata yang meliputi lima Clasis Pisces, Amphibi, Reptilia, Aves dan Mamalia, hanya classis amphibia yang tidak dipilih oleh mahasiswa sebagai bahan penelitian proyek etnozoologi. Kegiatan proyek penelitian etnozoologi yang telah dilakukan oleh mahasiswa meliputi wilayah Cirebon, Kuningan, Majalengka dan Indramayu. Dalam pemilihan budaya daerah yang diteliti, mahasiswa disarankan memilih etnozoologi yang khas pada daerahnya. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari delapan pengelompokan peran hewan tersebut, budaya daerah yang dipilih oleh para mahasiswa dalam proyek etnozoologi memenuhi tiga kelompok yang sesuai yaitu 1) hewan sebagai bahan pangan/kuliner, budidaya, obat-obatan, 2) hewan yang menjadi simbol,mitos, agama, seni budaya 3) hewan yang menjadi ornamen, dekorasi, peralatan Berdasarkan hasil penugasan proyek penelitian etnozoologi diperoleh 32 laporan yang telah dikumpulkan mahasiswa. Ragam etnozoologi yang menjadi objek amatan, antara lain : 1. Hewan yang dijadikan bahan makanan dan budidaya yamg terdapat di Cirebon, Majalengka, Kuningan dan Indramayu, antara lain : Ikan lele sangkuriang, Nila, Gurame, Sidat, Burung Merpati, Burung Puyuh, Ayam Ras, Bebek, Kambing, Domba, dan Sapi. Hewan sebagai obat salah satunya Biawak yang dibuat sate
UAD, Yogyakarta
biawak terdapat di Indramayu dapat dijadikan alternatif pengobatan. 2. Hewan yang menjadi simbol, mitos, agama, seni budaya dan konservasi, antara lain : Monyet ekor panjang yang berada di kawasan konservasi situs plangon dan kalijaga, Macan Prabu siliwangi sebagai simbol Kodim Cirebon, Kereta Singa Barong di Kasepuhan merupakan simbol Perpaduan budaya Cina, Arab dan Cirebon dengan simbol hewan Gajah, Naga dan Garuda, Ikan Dewa di Cibulan, Kuda Windu Kuningan, Mitos Buaya Putih di Indramayu, Konservasi Kura-Kura Belawa di Desa Belawa Kabupaten Cirebon, Kepala Kerbau sebagai sesajen pada saat Nadran di Losari kabupaten Cirebon 3. hewan yang menjadi ornamen, dekorasi, peralatan, antara lain : Ornamen singa di keraton Kasepuhan, ornamen patung gajah di keraton Gebang, Burung merak, ayam, cendrawasih pada corak batik Cirebon, kulit sapi dan kambing dibuat peralatan musik gendang dan rebana. 2. Efektivitas penerapan Model RBL etnozoologi pada pembelajaran zoologi vertebrata Penerapan Model RBL dalam pembelajaran zoologi vertebrata pada penelitian ini, dilaksanakan dalam delapan kali pertemuan tatap muka (teori dan praktikum). Dalam pengambilan data penelitian, yang meliputi pengamatan keterampilan generik sains dan sikap ilmiah mahasiswa, peneliti dibantu oleh tiga orang observer. Pengambilan data penelitian dimulai dengan melakukan pretest untuk mengetahui kondisi awal keterampilan generik sains mahasiswa calon guru biologi, kemudian setelah penerapan model pembelajaran, maka dilakukan postest. Rekapitutulasi hasil nilai pretest, postest, N-gain yang terendah, tertinggi dan rata-
1269
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
rata. Data rekapitulasi dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi Nilai Pretest, Postest dan N-gain No. Nilai Tertinggi Terendah RataRata Pretest 75 35 42,50 1 Postest 95 52 76,35 2 N-gain 0,86 0,24 0,56 3
UAD, Yogyakarta
diketahui apakah model tersebut ditanggapi positif atau negatif oleh mahasiswa. Angket tersebut terdiri dari 15 item pernyataan. Hasil angket tanggapa siswa terlihat pada gambar 1 berikut ini.
0% Kuat
Angket
Sangat Kuat
Lemah
Sangat Lemah
38%
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan antara nilai pretest dan postest. Berdasarkan hasil perhitungan N-gain diperoleh hasil N-Gain rata-rata sebesar 0,56 termasuk kriteria sedang Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai p untuk semua KGS sebesar 0,000, nilai p lebih kecil dari α, sehingga hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pretes dan postes untuk masing-masing indikator KGS. Berdasarkan data N gain yang tersaji pada tabel, maka dapat terlihat nilai NGain yang paling tinggi pada indikator KGS inferensia logika sebesar 0,5 kategori gain sedang, sedangkan N gain Indikator KGS yang terendah pada indikator membagun konsep sebesar 0,31. 3. Sikap ilmiah mahasiswa calon guru biologi setelah diterapkan Model RBL etnozoologi Sikap ilmiah yang diamati pada empat kali pertemuan dalam pembelajaran zoology vertebrata, meliputi 10 indikator, yaitu rasa ingin tahu, jujur, disiplin, Tanggungjawab, bekerjasama, santun, teliti, tekun,terbuka dan percaya diri. Terdapat peningkatan sikap ilmiah mahasiswa calon guru pada tiap indikator di setiap pertemuan, dengan persentase terendah sebesar 52,00% pada pertemuan pertama pada indikator rasa ingin tahu, dan persentase tertinggi sebesar 84,80 % pada indikator tanggungjawab pada pertemuan keempat. 4. Tanggapan mahasiswa terhadap penerapan model RBL Etnozoologi Tanggapan mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran sangat penting untuk diketahui, karena melalui tanggapan mahasiswa sebagai pembelajar, maka akan
62%
Gambar 1. Grafik Tanggapan mahasiwa terhadap penerapan model RBL Berdasarkan gambar 1, berdasarkan angket tanggapan yang diberikan kepada mahasiswa yang terdiri dari 15 item pernyataan, mahasiswa memberikan tanggapan yang positif terhadap penerapan model Research Based Learning (RBL). Tanggapan Mahasiswa terhadap penerapan Model RBL masuk kategori kuat sebesar 62 % dan kategori kuat sebesar 38%. b. Pembahasan Kegiatan penugasan proyek penelitian etnozoologi yang bersifat mandiri merupakan bentuk pembelajaran kontekstual yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempertajam kesadaran mereka akan lingkungan sekitar (Jhonson, 2010). Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui bahwa standar kompetensi yang diharapkan agar mahasiswa mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip pengklasifikasian makhluk hidup berdasarkan ilmu taksonomi untuk mempelajari keanekaragaman dan peran keanekaragaman hayati bagi kehidupan sudah dapat dilaksanakan. Terkait dengan ragam budaya masyarakat, fauna dapat dipelajari dalam tiga ragam etnozoologi, yaitu bahan pangan,
1270
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
simbol/mitos/agama/seni/budaya, dan ornamen/dekorasi/peralatan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran RBL berbasis etnozoologi efektif dalam meningkatkan Keterampilan generik Sains (KGS) dengan rerata N-Gain sebesar 0,56 dengan kategori Gain Sedang. Efektifitas Model RBL Etnozoologi dalam meningkatkan Keterampilan Generik Sains (KGS) mahasiswa disebabakan antara lain : adanya kegiatan praktikum pengamatan spesies-spesies hewan Vertebrata dari lima classis semua dilakukan dengan baik untuk mengamati morfologi dan anatomi dari hewan vertebrata dan proyek penelitian Etnozoologi dengan melakukan observasi dan wawancara ke lokasi-lokasi seperti pasar hewan, peternakan, perikanan budidaya, kawasan keraton, petilasan, kawasan konservasi yang dijasikan objek wisata serta wisata batik unuk melihat keanekaragaman hewan vertebrata. Penugasan proyek penelitian etnozoologi diharapkan mahasiswa memiliki hasil belajar sains berupa kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya, keterampilan memecahkan masalah, serta meningkatkan kemampuan generik sains. Sesuai dengan pendapat Brotosiswoyo (2000) yang menyatakan bahwa Kemampuan generik sains merupakan kemampuan yang dapat digunakan untuk mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan masalah dalam sains. Kemampuan generik sains merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang (Gibb, 2002). Bila kemampuan ini sudah dimiliki oleh mahasiswa calon guru biologi dan sering diterapkan dalam pemecahan masalah Dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan sikap ilmiah mahasiswa calon guru pada tiap indikator di tiap pertemuan, dengan persentase terendah sebesar 52,00% pada pertemuan pertama pada indikator rasa ingin tahu, dan persentase
UAD, Yogyakarta
tertinggi sebesar 84,80 % pada indikator tanggungjawab pada pertemuan keempat. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa mahasiswa calon guru awalnya pada pertemuan pertama belum menunjukkan antusiame terhadap pembelajaran dan juga penugasan proyek yang diberikan, namun pada pertemuan yang berikutnya, mahasiswa mulai tertarik adan antusias serta bekerjasama secara baik dalam merancang kegiatan praktikum dan proyek penelitian, kemudian melakukan observasi dengan baik dan mampu membuat laporan hasil penelitian. Penugasan proyek penelitian dapat diselesaikana tepat waktu dengan hasil yang baik. Berdasarkan hasil angket tanggapan mahasiswa setelah penerapan model Research Based Learning (RBL) pada pembelajaran Zoologi Vertebrata, diperoleh hasil dengan kriteria kuat sebanyak 32 % dan sangat kuat sebanyak 64 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa memberikan tanggapan yang positif terhadap model RBL etnozoologi yang telah diterapkan. Rekomendasi berdasarkan hasil penelitian ini adalah kegiatan penelitian proyek etnozoologi yang dikaitkan dengan hewan veertebrata dapat diterapkan dalam pembelajaran zoologi vertebrata karena merupakan pembelajaran kontekstual yang efektif. Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui bahwa standar kompetensi yang diharapkan agar mahasiswa mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip pengklasifikasian makhluk hidup berdasarkan taksonomi untuk mempelajari keanekaragaman dan peran keanekaragaman hewan vertebrata bagi kehidupan sudah dapat dilaksanakan, pengamatan morfologi, anatomi dan peranan hewan vertebrata bagi kehidupan. D. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut : 1. Dari delapan pengelompokan peran hewan vertebrata, ragam etnozoologi yang dipilih oleh para mahasiswa dalam proyek penelitian etnozoologi memenuhi tiga
1271
THE 5TH URECOL PROCEEDING
2.
3.
4.
5.
18 February 2017
kelompok yang sesuai, yaitu hewan sebagai bahan pangan, kuliner, budidaya, obat-obatan; hewan yang menjadi simbol, mitos, agama, seni budaya, hewan yang menjadi ornament, dekorasi, peralatan. Terdapat peningkatan nilai pretest ke postest dengan N-Gain rata-rata 0,56 kriteria sedang, dari hasil uji t diperoleh p value 0,000, jika p value < 0,005 maka model pembelajaran RBL efektif diterapkan pada pembelajaran zoology vertebrata Terdapat peningkatan Keterampilan Generik sains Mahasiswa calon guru biologi untuk setiap indikator KGS, nilai N-Gain yang paling tinggi pada indikator KGS inferensia logika sebesar 0,5 kategori gain sedang, sedangkan N gain dari Indikator KGS yang terendah pada indikator membagun konsep sebesar 0,31. Terdapat peningkatan sikap ilmiah pada tiap pertemuan terendah sebesar 52,00%, dan persentase tertinggi sebesar 84,80 %. Tanggapan mahasiswa terhadap penerapan model RBL masuk kategori kuat sebesar 62% dan kategori kuat sebesar 38%, hal tersebut menunujukkan bahwa mahasiswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model RBL Etnozoologi.
E. DAFTAR PUSTAKA Buku : Alves. 2012. Relationships between Fauna and People and The Role of Ethnozoology in Animal Conservation. Ethnobio Conserv 1:2 Anderson E.N. 2011. Ethnobiology: overview of a growing field. In Anderson EN,Pearsall D, Hunn E, Turner N (eds) Ethnobiology. WileyBlackwell, New Jersey. Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Baer, J. 1993. Creativity and Divergent Thinking: A Task Spesific Approach. London: Lawrence Elbaum Associates Publishe Barrett, T., and Mac Labhrain, I. 2005. Hand book of Inquiry and Problem Based Learning: Designing a Hybrid
UAD, Yogyakarta
Problem Based Learning (PBL) course: A Case Study of First Year Computer Science in NUI May Noth. Galwa: Celt, Released under Creative Commons Licence. Clark BR. 1997. The Modern Integration Research Activities with Teaching and Learning. J.Higher Educ.68 :241-255. Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga Fisher, R. (1995). Teaching Children to Think. London: Stanley Thornes Ltd. Griffith Institute For Higher Education. 2008. Research Based learning : Startegies for Successfully linking teaching and research. University of Griffith Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi aksara Hardy, T.C. 2003. Contextual Teaching in Science. Class Middle School 7th. Grade Life Science, 1-8. Joice, Bruce; Well, Marsha and Calhoun, Emily,Models of Teaching,Pearson. Boston: Prantica Hall, 2000. Johnson, E. B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press, Inc. Keith Sawyer. 2006. The Cambridge Handbook of The Learning Sciences :Kolodner Janet L. (Case Base Reasoning). Cambridge University Press: New York. Marzano, R. J. et al. 1988. Dimention of Thinking A Frame Work for Curriculum and Instruction. Virginia: Assosiation for Supervision and Curriculum Development. Marzano, R. J. et al. 1988. Dimention of Thinking A Frame Work for Curriculum and Instruction. Virginia: Assosiation for Supervision and Curriculum Development. Rustaman,Y.N. et.al. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Common TextBook JICA Edisi Revisi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMSAINS UPI. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif dan
1272
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Kuantitatif, R&D. Bandung : CV. Alfabeta. Teaching with Technology Initiative. 2003. Teaching and Learning Strategies, Inquiry-based Learning Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka. Jurnal Brotosiswoyo. 2011. Hakekat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Kimia di Perguruan Tinggi.Jakarta :PAUPPAI Djohar Maknun. 2012. Keterampilan Essensial Dan kompetensi Motorik Laboratorium mahasiswa Calon Guru Biologi Dalam Kegiatan Praktikum Ekologi. Jurnal Pendidikan Sains Scientiae Educatia Vol. 1 No. 1. Cirebon : IAIN Syekh Nurjati Gott and Dugan. 1996. Practical work: Its Role in the Understanding of Evidence in Science. Journal Science Education, 791-806. Keefer, R. 1999. Criteria for Designing Inquiry Activities that Are Effective for Teaching and Learning Science Concepts. Journal College Science Teacher. Januari: 159-165 Liex. E. M. 1999. A Comparative Study of Learning in Lecture vs. ProblemBased Format.Australian Journal of Educational Technology. "http://www.udel. edu/pbl/ cte/ spr96nutr.html" (21 Maret 2009). Meltzer. 2002. The Relationship between Mathematics Preparaton and Conception Learning Gain in Physics : a Possible Hidden Variable in Diagnostic Pretest Scores.Am.J.Phys. 70 (2) 1259-1267 (online). Tersedia : http//www.physics.lastate. edu/per/does/addendum on_normali zedgain.pdf. Diakses tanggal 24 Juni 2015. Sarwi, Rusilowati dan Khanafiyah. 2012. Implementasi Model Eksperimen Gelombang Open Inquiry Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Fisika.
UAD, Yogyakarta
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia ISSN 1693-1246. Semarang : UNNES Yuyun M. 2012. Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Dengan Problem Base Learning (PBL) Dapat menumbuhkan Kemampuan Kerja Ilmiah Pada Siswa Sekolah Adiwiyata. Jurnal Pendidikan Sains Scientiae Educatia Vol. 1 No. 1. Cirebon : IAIN Syekh Nurjati.
1273