“MODEL PROBLEM POSSING BABS PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS” 1. Wahida A.Piantae Mahasiswa Program Studi Fisika 1. Dr. Masri Kudrat Umar, M.Pd Dosen Universitas Negeri Gorontalo 2. Citron S. Payu, S.Pd, M.Pd Dosen Universitas Negeri Gorontalo Alamat: jalan jendral sudirman no.6 gorontalo KP 96128 ung.ac.id. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran problem posing berbasis aktivitas belajar siswa yang dikembangkan melalui produk berupa perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB). Proses pengembangan produk dalam penelitian ini menggunakan pengembangan model 4D (Define, Design, Develop and Disseminate). Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 4 Gorontalo di kelas X6 yang berjumlah 30 orang. Hasil penelitian diperoleh dengan menggunakan Lembar validasi perangkat pembelajaran, Lembar observasi kegiatan guru mengajar, lembar observasi aktivitas siswa, dan tes hasil belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran yang dikembangkan melalui perangkat pembelajaran dinyatakan valid dan layak digunakan. Hal ini dibuktikan dengan ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 70 %, penilaian hasil observasi guru dalam mengelolah pembelajaran dinilai baik mencapai 3.4 dari total skor rata rata pengamat dan penilaian aktivitas siswa untuk seluruh aspek dinyatakan baik, aspek yang tertinggi mencapai 3.42. Jadi dapat disimpulkan bahwa implementasi dari pengembangan model pembelajaran problem posing berbasis aktivitas belajar siswa layak digunakan untuk mencapai ketuntasan hasil belajar siswa. Kata Kunci : pengembangan, model problem possing, aktivitas belajar. PENDAHULUAN Pengetahuan fisika terdiri atas banyak konsep dan prinsip yang pada umumnya bersifat abstrak. Fisika sebagai salah satu mata pelajaran yang biasanya dipelajari melalui pendekatan secara matematis sehingga seringkali siswa mengalami kesulitan mempelajarinya dan cenderung tidak disukai. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa fisika bukanlah mata pelajaran yang menyenangkan tetapi sebaliknya menakutkan karena sulit dipahami. Keadaan yang demikian ini lebih diperparah lagi pada penggunaan model pembelajaran fisika yang kurang tepat. Guru terlalu mengandalkan model pembelajaran yang cenderung bersifat konvensional dan informatif. Akibatnya, siswa tidak mempunyai keterampilan yang diperlukan dalam pemecahan masalah sebab siswa tidak mampu
1
menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari untuk memecahkan persoalan fisika yang dihadapi. Selanjutnya suatu hal yang perlu dipikirkan lebih lanjut adalah tentang bagaimana menciptakan pembelajaran yang menarik, tidak menoton berpusat pada guru, konseptual penuh makna dan berkualitas sehingga mampu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa dan semangat dalam pembelajaran. Untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif tersebut, maka perlu dilengkapi oleh system pembelajaran. Untuk mendukung hal itu, para pakar pendidikan telah mengembangkan berbagai sistem pembelajaran yang lebih memperhatikan aspek siswa, salah satunya adalah pembelajaran dengan model problem posing. Problem posing (pengajuan soal) adalah salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada aliran konstruktivis, berbeda dengan pembelajaran yang bersifat konvensional yang lebih menekankan pada hapalan yang cenderung mematikan daya nalar dan kreativitas berpikir anak. Berdasarkan urain diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian pengembangan yaitu mengembangkan model problem possing. Untuk menunjang penerapan model pembelajaran problem possing yang dikembangkan diperlukan suatu perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran merupakan produk yang di hasilkan untuk mengembangkan model pembelajaran problem possing dengan materi listrik dinamis yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Dari pengembangan model tersebut sehingga lahirlah model baru yang berjudul “ Model Pembelajaran Problem Possing BABS Pada Materi Pokok Listrik Dinamis” yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa dalam
KAJIAN TEORITIK Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
2
pembelaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain, Joyce (dalam Trianto, 2007) Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Belajar untuk mengetahui dan melakukan diharapkan dapat menciptakan manusia-manusia yang produktif dak kreatif (Uno, 2012). Menurut Trianto ( 2007), bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang dikembangkan. Sedangkan untuk aspek kepraktisan dan efektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran untuk melaksanakan model pembelajaran yang dikembangkan. Sehingga untuk melihat kedua aspek ini perlu dikembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk suatu topik tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan. Adapun model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria atau syarat kelayakan sebagai berikut: 1. Sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: (a) apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat; dan (b) apakah terdapat konsistensi internal. 2. Praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: (a) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; dan (b) Kenyataan menuntutkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan. 3. Efektif. Berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter sebagai berikut: (a) ahli dan praktisi berdasar pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan (b) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai yang diharapkan. Nieveen (dalam Trianto, 2007). Model Pembelajaran Problem Possing Problem possing berasal dari bahasa inggris, yang terdiri dari kata problem dan pose. Problem possing dalam terjemahan bebasnya berarti pengajuan masalah/ soal (Mulyatiningsih, 2012). Problem possing merupakan salah satu
3
pembelajaran
yang
dapat
mengaktifkan
peserta
didik,
mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang diharapkan dapat membangun sikap positif, dan meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi masa depan yang lebih banyak tantangan. Informasi yang ada diolah dengan pikiran. Setelah memahami, peserta didik dapat membuat pertanyaan (soal). Dengan demikian, dapat menyebabkan terbentuknya pemahaman yang lebih mantap pada diri peserta didik. Dengan kegiatan itu akan membuat peserta didik secara aktif mengonstruksi hasil belajar (Chotimah, 2009). Adapun langkah-langkah problem possing menurut Endang Budiasih, Kartini (2002) sebagai berikut : (1) membuka kegiatan pembelajaran, (2) menyampaikan tujuan pembelajaran, (3) menjelaskan materi pelajaran, (4) memberikan contoh soal (merumuskan soal), (5) memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal yang belum jelas, (6) memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan soal dari situasi yang diberikan, serta mendiskusikan/ mempresentasikan, (7) mempersilahkan siswa menyelesaikan soal yang telah dirumuskannya, (8) sebagai latihan, siswa diberikan kesempatan untuk merumuskan soal serta mendiskusikan dengan temannya, (9) mempersilahkan siswa untuk saling menukarkan hasil rumusan soalnya dan menyelesaikan soal temannya, (10) mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan, (11) membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan, dan (12) menutup kegiatan pembelajaran. Aktivitas Belajar Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2012 ). Jenis-jenis Aktivitas Belajar Karena aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya maka para ahli mengadakan klasifikasi atas macam-macam aktivitas tersebut (Hamalik, 2012: 172) Adapun beberapa jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang di golongkan oleh para ahli, diantaranya aktivitas yang digolongkan oleh Paul B. Diedric (dalam, Hamalik 2012: 12-13 ) adalah sebagai berikut : (1) visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,
4
percobaan, pekerjaan orang lain,(2) Oral activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi, interupsi,(3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik, pidato,(4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, menyalin,(5) Drawing activities, menggambar, membuat grafik peta, diagaram.(6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, berkebun, bertemak, (7) Mental activities, sebagai contoh misalnya : menanggapi, mengingat memecahkan soal, menganalisis, keputusan, dan (8) Emotional activities, misalnya, merasa bosan, gugup, melamun,berani, tenang. Model Pengembangan Produk Dalam penelitian ini bukanlah mengkaji atau merumuskan teori, melainkan menghasilkan suatu produk yang efektif untuk proses pembelajaran (Putra, 2011 ). Menurut Sugiyono (2010), penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa perangkat pembelajaran. Untuk
menghasilkan
produk yang berupa
perangkat pembelajaran, ada berbagai macam model pengembangan yang dapat digunakan, diantaranya adalah model Kemp, model Dick and Carey dan model Thiagrajan (model 4-D). Dalam penelitian ini digunakan model pengembangan 4D untuk mengembangkan model problem possing berbasis aktivitas belajar siswa. Adapun tahapan-tahapan Model 4-D sebagai berikut :(1) tahap pendefinisian (Define), (2) tahap Perancangan (Design) (3) tahap Pengembangan (Develop), dan (4) tahap penyebaran (Disseminate). Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan 3 (tahap) yang dimodifikasi dari 4 (empat) tahap model pengembangan 4D. Adapun tahapan yang ditempuh hanya sampai pada langkah kedua (uji coba terbatas) yang termasuk pada tahap ketiga dari model pengembangan 4-D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
5
Setelah dilaksanakan tahap-tahap rancangan dari pengembangan model seperti yang telah ditetapkan pada gambar 6, maka dihasilkan model pembelajaran problem possing BABS dengan materi pokok listrik dinamis. Dalam pengembangan model ini, produk yang dihasilkan berupa perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP, LKS, dan Tes Hasil Belajar (THB). Adapun instrument yang digunakan dalam pengembangan model pada penelitian ini adalah Lembar validasi, lembar observasi yang terdiri dari Lembar pengamatan aktivitas siswa, dan Lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengelolah pemebelajaran. Pengembangan Model Konseptual Pengembangan model pembelajaran problem possing berbasis aktivitas belajar siswa untuk sekolah menengah atas dengan materi pokok listrik dinamis ini dilakukan dengan prosedur pengembangan deskriptif. Penelitian ini menggunakan model 4D yang terdiri dari 4 tahap yaitu Define (pendefinisian), Design (perancangan), Develop (pengembangan),dan Desseminate (penyebaran). Uji Teoritik Validasi Perangkat Setelah
model
pembejaran
dikembangkan
melalui
perangkat
pembelajaran, selanjutnya divalidasi. Validasi dilakukan oleh validator yang berkompoten dalam menilai kelayakan perangkat pembelajaran yaitu 2 (dua) validator para ahli, guru SMA bidang studi fisika 1 (satu) dan 7 (tujuh) personal yang memiliki pemahaman tentang perangkat pembelajaran. Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Hasil penilaian validator pada umumnya menyatakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) baik dan dapat digunakan dengan revisi kecil. Adapun setelah dihitung validitas dan reliabilitas dari setiap butir penilaian terhadap RPP dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan didapatkan r hitung lebih besar untuk tiap-tiap butir penilaian dari r tabel, dan nilai reliabilitas dari keseluruhan butir penilaian 0,924. Dengan demikian reliabilitas penilai instrument pengembangan model memiliki reliabilitas yang sempurna dan dapat
6
digunakan untuk uji coba, dimana dilihat dari Kriteria pada rentang koefisien reliabilitas berikut ini, koefisien > 0,9 reliabilitas sempurna, 0,8 – 0,9 reliabilitas tinggi, 0,7-0,79 reliabel, 0,6 – 0,69 reliabilitas rendah, < 0,6 reliabilitas sangat rendah. Validasi Lembar kerja Siswa (LKS) Pada umumnya hasil validasi lembar kerja siswa (LKS) dikategorikan baik dan dapat digunakan dengan revisi kecil.. Validasi Tes Hasil Belajar (THB) Hasil penilaian Tes Hasil Belajar (THB) oleh dua orang validator yang mencakup isi materi, Konstruksi, dan bahasa/budaya bahwa butir-butir soal dinilai valid dan cukup valid sehingga dari hasil validasi dengan 10 butir Tes Hasil Belajar oleh validator tersebut dinyatakan THB dapat digunakan dengan revisi kecil.Setelah dihitung nilai validitas dari setiap butir soal dengan menggunakan rumus korelasi product momen seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya didapatkan r hitung untuk tiap-tiap butir soal lebih besar dari r tabel, dengan demikian tiap-tiap butir soal dari sepuluh butir soal essay dinyatakan valid dan dapat digunakan tanpa revisi. Sedangkan untuk reliabilitas tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach seperti yang telah diuraikan pada bab III, dan di peroleh nilai reliabilitas tes sebesar 0.712, yang berarti menunjukkan tingkat reliabilitas reliabel, dan dapat digunakan sebagai alat untuk menguji pemahaman siswa terhadap materi pokok Listrik dinamis. Model Pengembangan Nama Model Model yang dikembangkan dalam penelitian ini diberi nama model problem possing BABS, singkatan dari model problem possing Berbasis Aktivitas Belajar Siswa. Pemberian nama dimaksudkan agar ada perbedaan antara model yang sebelumnya dengan model yang dikembangkan. Langkah-Langkah Model
7
Adapun langkah-langkah model problem possing BABS sebagai berikut : (1) membuka kegiatan pembelajaran dan melakukan apersepsi serta motivasi kepada siswa sesuai dengan materi yang diajarkan,(2) guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk belajar, (3) guru menjelaskan materi secara singkat,(4) memberikan contoh (merumuskan soal), (5) memberikan kesempatan kepada siswa bertanya hal-hal yang belum jelas mengenai materi, (6) guru membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang secara heterogen, (7) membagi LKS dan memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk membuat soal dan menyelesaikannya serta mendiskusikannya melalui pengerjaan
LKS,(8) mempersilahkan setiap kelompok untuk saling
menukarkan hasil rumusan soalnya dan menyelesaikan soal kelompok lain,(9) mempersilahkan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil penyelesaian soal kelompok lain dan disesuaikan dengan jawaban dari kelompok yang membuat soal, (10) memberikan penghargaan bagi kelompok yang kinerjanya baik. (11) mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan, (12) guru memberi kesempatan kepada siswa untuk merangkum berdasarkan hasil kesimpulan, dan (13) menutup kegiatan pembelajaran. Deskripsi Implementasi Model Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran Hasil pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model problem possing BABS yang diamati oleh tiga orang pengamat dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 . Rata-Rata Aspek Aktivitas Siswa NO 1
2
3
AKTIVITAS BELAJAR SISWA Menjawab guru
SKOR TIAP KEGIATAN P.1 P.2 P.3
SKOR RATARATA
pertanyaan
Bertanya hal-hal yang belum jelas mengenai materi Menanggapi penjelasan guru dan berpendapat
3. 16
3.26
3.23
3.21
3.26
3.16
3.13
3. 18
2.76
2.9
2.9
2.85
8
4
Berdiskusi secara berkelompok 5 Membuat soal dan menyelesaikannya melalui pengerjaan LKS 6 Menyajikan hasil diskusi kelompok Keterangan :
3.4
3.43
3.43
3.42
3.4
3.46
3.4
3.42
3.13
3.1
3.16
3. 13
Pengamat/Penilai 1 Pengamat/Penilai 2 Pengamat/Penilai 3
Akitivitas Guru dalam Mengelolah Pembelajaran Hasil pengamatan aktivitas guru selama mengelolah pembelajaran yang diamati oleh tiga orang pengamat dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Aspek Penilaian Aktivitas Guru NO
SKOR TIAP KEGIATAN
LANGAKAH-LANGKAH KEGIATAN GURU
P.1
P.2
P.3
SKOR RATARATA
1.
Membuka kegiatan pembelajaran
4
4
4
4
2.
Melakukan apersepsi dan memotivasi siswa
3
3
4
3.3
3.
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk belajar.
4
4
4
4
4.
Menjelaskan materi secara singkat
3
3
4
3.3
5.
Memberikan contoh rumusan soal
3
3
4
3.3
6.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal yang belum jelas
4
4
3
3.7
7.
Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang secara heterogen
4
4
4
4
9
LANGAKAH-LANGKAH KEGIATAN GURU
NO
SKOR TIAP KEGIATAN P.1
P.2
P.3
SKOR RATARATA
8.
Membagi LKS dan Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk membuat soal dan menyelesaikannya serta mendiskusikannya melalui pengerjaan LKS.
3
3
2
2.7
9.
Mempersilahkan setiap kelompok untuk saling menukarkan hasil rumusan soalnya dan menyelesaikan soal kelompok lain
3
3
3
3
10.
Mempersilahkan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil penyelesaian soal kelompok lain dan disesuaikan dengan jawaban dari kelompok yang membuat soal.
2
3
3
2.7
11.
Memberikan penghargaan
4
4
3
3.7
12.
Mengarahkan siswa membuat kesimpulan
3
3
4
3.3
13.
Menutup kegiatan pembelajaran
4
3
4
3.7
14.
Pengelolaan kelas
3
4
3
3.3
15.
Pengelolaan waktu
3
3
3
3
Jumlah Skor Rata-Rata
51.00
Rerata
3.4
Berdasarkan tabel 2, skor rata-rata aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran untuk seluruh aspek penilaian yang diamati oleh tiga orang pengamat dinilai bauk aspek yang ke delapan dan sepuluh dikategorikan cukup oleh pengamat disebabkan pada saat pembagian LKS sedikit menimbulkan kegaduhan dan saat mempresentasikan hasil penyelesaian soal masih malu-malu dan takut. Hasil Belajar Siswa
10
Tes Hasil Belajar siswa yang dilakukan pada akhir proses pembelajaran (post test) dengan tujuan mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dan keberhasilan dari model pembelajaran yang diterapkan melalui Rencana pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah dikembangkan oleh
peneliti. Tes hasil belajar setelah dianalisis, menunjukkan bahwa dari jumlah 30 siswa hanya 21 siswa yang dinyatakan hasil belajarnya tuntas dengan persentase hasil belajar mencapai 70 %, sedangkan 9 orang siswa lainnya dinyatakan tidak tuntas atau persentase siswa yang tidak tuntas 30%. Dengan demikian hasil belajar siswa termasuk kategori tuntas hasil belajar secara klasikal. Pembahasan Implementasi Model Penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengembangkan suatu produk pendidikan kemudian divalidasi. Adapun penelitian pengembangan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan model pembelajaran yang berbasis aktivitas belajar siswa yang digunakan pada proses pembelajaran. Model pembelajaran dikembangkan melalui perangkat pembelajaran yang telah dihasilkan terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB). Proses pengembangan model dikembangkan sesuai dengan prosedurpresedur
yang
telah
ditetapkan
dalam
hal
ini
peneliti
menggunakan
pengembangan model Thiagarajan (1974) yang dikenal dengan model 4D. Berdasarkan tahap-tahap pengembangan yang telah dilaksanakan, maka dihasilkan model baru yaitu model problem possing BABS kemudian divalidasi oleh para ahli yang berkompoten. Hasil validasi perangkat pembelajaran menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran layak digunakan untuk uji coba model dengan revisi kecil.
Setelah divalidasi
dikakukan uji coba model
pengembangan atau uji coba terbatas di sekolah SMA Negeri 4 gorontalo di kelas X6 dengan materi pokok listrik dinamis. Secara umum pengelolaan pembelajaran dikategorikan baik, hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan pengamatan dari tiga orang pengamat terhadap aktivitas guru untuk keseluruhan aspek penilaian mencapai 3.4 dari total
11
skor rata-rata. Dengan demikian guru berhasil dalam mengelolah pembelajaran walaupun belum terlalu maksimal dalam mengajar. Skor rata-rata aktivitas guru untuk setiap kategori selama proses pembelajaran dapat dilihat pada gambar berikut.
Skor rata-rata
5 4 3 2 1 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15
Aspek Penilaian
Gambar 1 . Diagram Skor Rata-Rata Aktivitas Guru Sementara untuk aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model problem possing BABS, berdasarkan hasil pengamatan dikategorikan baik, dimana dilihat dari skor rata-rata aktivitas siswa dari total pengamatan setiap pengamat untuk masing-masing aspek dinilai rata-rata 3(tiga) sedangkan pada aspek yang ketiga dikategorikan cukup oleh pengamat hal ini disebabkan siswa kurang menanggapi hal-hal yang belum jelas mengenai materi dan tidak mampu dalam mengeluarkan pendapat. Skor rata-rata aktivitas siswa untuk setiap kategori selama proses pembelajaran dapat dilihat pada gambar berikut.
3.21
3.18
1
2
Skor ratarata
4 3 2 1 0
3.42
2.85
3 4 Aspek Penilaian
3.42
3.13
5
6
Gambar 2. Diagram Skor Rata-Rata Aktivitas Siswa Hasil belajar siswa dari jumlah 30 siswa setelah di analisis menunjukkan yang tuntas hasil belajarnya adalah 21 siswa, sedangkan 9 siswa lainnya
12
dinyatakan tidak tuntas. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal setelah dianalisis mencapai 70 %, yang berarti ketuntasan hasil belajar siswa telah mencapai target, dan hal ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Possing BABS layak digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai ketuntasan hasil belajar siswa. Keterbatasan Model a. Pengembangan model ini telah memenuhi tahapan penelitian pengembangan tetapi hanya sampai pada draft 2 yaitu uji coba terbatas , sehingga masih perlu dilakukan uji coba model secara meluas (disseminate). b. Implementasi model ini masih perlu dibuktikan efektifitasnya diantaranya melalui penelitian eksperimen. c. Keterlaksanaan model ini masih perlu dikembangkan pada materi-materi lainnya yang sesuai dengan karakter model ini.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasaran hasil penelitian pengembangan model pembelajaran problem possing berbasis aktivitas siswa untuk sekolah menengah atas dengan materi pokok listrik dinamis dapat disimpulkan bahwa : 1. Model yang dikembangkan dalam penelitian ini diberi nama model Problem Possing BABS. Singkatan dari model Problem Possing Berbasis Aktivitas Belajar Siswa. Sintaks model tersebut sebagai berikut : (1) membuka kegiatan pembelajaran dan melakukan apersepsi serta motivasi kepada siswa sesuai dengan materi yang diajarkan,(2) guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk belajar, (3) guru menjelaskan materi secara singkat,(4) memberikan contoh (merumuskan soal), (5) memberikan kesempatan kepada siswa bertanya hal-hal yang belum jelas mengenai materi, (6) guru membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang secara heterogen, (7) membagi LKS dan memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk membuat soal dan menyelesaikannya serta mendiskusikannya melalui pengerjaan LKS,(8) mempersilahkan setiap kelompok untuk saling
13
menukarkan hasil rumusan soalnya dan menyelesaikan soal kelompok lain,(9) mempersilahkan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil penyelesaian soal kelompok lain dan disesuaikan dengan jawaban dari kelompok yang membuat soal, (10) memberikan penghargaan bagi kelompok yang kinerjanya baik. (11) mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan, (12) guru memberi kesempatan kepada siswa untuk merangkum berdasarkan hasil kesimpulan, dan (13) menutup kegiatan pembelajaran. 2. Model pembelajaran Problem Possing BABS telah memenuhi syarat kelayakan,
yang
dikembangkan
melalui
produk
berupa
perangkat
pembelajaran terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Aktivitas Belajar Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB). Perangkat pembelajaran tersebut telah divalidasi oleh para ahli, dan diperoleh penilaian hasil perangkat pembelajaran yang dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk uji coba pada siswa yang sesungguhnya. Hasil dari uji coba perangkat tersebut dikategorikan baik. Hal ini dibuktikan dengan aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran memperoleh skor rata-rata 3.4 dikategorikan baik, aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan skor tertinggi 3.42 dengan kategori baik, dan hasil belajar siswa yang tuntas mencapai 70 % , dalam hal ini telah mencapai target. Saran Adapun yang menjadi saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi
peneliti
selanjutnya
agar
membuktikan
efektifitas
dari
model
pembelajaran yang dikembangkan diantaranya melalui uji coba secara meluas (disseminate). 2. Pengembangan model problem possing berbasis aktivitas belajar siswa dapat dikembangkan pada materi lain yang sesuai dengan karakter dari model pembelajaran ini. DAFTAR PUSTAKA Chotimah, Hosnul dan Yuyun Dwitasari. 2009. Strategi-Strategi Pembelajaran Untuk Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Surya Pena Gemilang
14
Endang budiasih, Kartini. 2006. Penerapan pendekatan Problem Posing (Pembentukan Soal).Universitas malang: JICA-IMSTEP Hamalik, Oemar.2012. Proses Belajar Mengajar. Bandung:Bumi Aksara. Uno B. Hamzah. 2012. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara Putra, Nusa. 2011. Research & Development. Jakarta:Rajawali Pers Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung : Alfabeta Suharsimi Arikunto. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, Edisi Revisi. Sugiyono. 2010. Model-model pembelajaran kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
15