Model Organisasi Ideal pada Perguruan Tinggi Islam (Nurlina), h. 82-96
MODEL ORGANISASI IDEAL PADA PERGURUAN TINGGI ISLAM Nurlina* Abstract: One of the systems that determine the college to be ideal is the control model of the organization. Organizational model is the core of the managerial work to develop a theory of management in educational institutions. An organization in which there are said to be ideal if the division of labor, hierarchy of authority clear, high formalization, Interpersonal, make a competent subordinate according to expertise in supporting career to improving the quality of educational organizations. But the organizational model that is too follow the formalities, will be hampered his pace. The ideal organizational model for Islamic Higher education is a model Organic Unbiropatologi and transformational leaders. So, what dicitat to attain a higher education institute of Islamic higher education in particular can be realized by doing through some organizational models. Keywords: Model, Ideal Organization, Managerial. PENDAHULUAN Setiap organisasi tentu mempunyai kegiatan-kegiatan tertentu dalam mencapai tujuan organisasi dan salah satu kegiatan dalam manajemen pendidikan adalah model organisasi. Dalam dunia pendidikan, manajemen pendidikan apabila di tinjau dari persfektif Islam dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dalam bentuk kerjasama untuk melaksanakan proses yang memadukan sumber pendidikan yang terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan sebelumnya yang berlandaskan Islam. Manajemen pendidikan dalam organisasi lembaga pendidikan tinggi akan berhasil apabila di laksanakan melalui suatu perencanaan yang matang dengan model organisasi. Karena perencanaan yang matang merupakan salah satu alat yang dapat membantu pengelola lembaga pendidikan untuk mencapai apa yang menjadi cita-cita dan keinginan sebuah lembaga pendidikan berdasarkan visi dan misi organisasi pendidikan. Perencanaan merupakan langkah awal yang sangat penting dan sangat menentukan keberhasilan suatu organisasi, maka itu tidak jarang kita mendengarkan ungkapan perencanaan yang salah dan gagal dalam suatu kegiatan dan tidak mencapai hasil yang optimal karena tidak diawali perencanaan pendidikan yang matang. Untuk itu perencanaan merupakan *
Nurlina: Dosen Tetap STAIN Watampone 82
Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Model Organisasi Ideal pada Perguruan Tinggi Islam (Nurlina), h. 82-96
langkah awal dalam melakukan sebuah kegiatan dalam organisasi pendidikan. Karena itu perencanaan sangat penting dalam suatu organisasi pendidikan. Walaupun perencanaan bukan merupakan salah satu yang menjadi faktor utama di dalam sebuah lembaga pendidikan maupun organisasi lain dalam kemajuan dan pencapaian visi misi maupun tujuan yang sudah ditentukan tetapi harus didukung juga oleh fungsi-fungsi manajemen. Tapi dengan diawali perencanaan maka program yang akan dilakukan dalam suatu lembaga pendidikan tentu akan terlaksana dengan baik pula. Karena tanpa perencanaan maka peluang dalam melaksanakan kegiatan akan sangat mudah gagal. Namun yang menjadi persoalan adalah apakah lembaga pendidikan di perguruan tinggi Islam bahkan lembaga organisasi lainnya sudah melakukan sebuah perencanaan yang baik dalam membuat dan merancang suatu perencanaan, karena kadang dapat dilihat ketika perencanaan dibuat dengan semangat sangat tinggi dalam pembuatan perencanaan, kadangkadang rencana itu jadi muluk-muluk karena kadang tidak sesuai dengan keadaan sehingga menjadi sangat tidak realistis yang akhirnya perencanaan menjadi gagal. Dan bagaimana sebuah lembaga pendidikan perguruan tinggi maupun organisasi lainnya agar sesuai antara perencanaan yang sudah direncanakan dengan realisasi yang terjadi dilapangan, namun tentu tidak semudah apa yang kita bayangkan akan tetapi semua tidak ada yang tidak mungkin dan bisa dilakukan apabila ada pengawasan yang baik oleh pimpinan serta pihak manajer selaku penanggung jawab dari semua yang ada dalam organisasi maupun dari sumber daya manusia yang ada di lembaga pendidikan tinggi dengan tujuan berjalan seirama antara perencanaan dengan pelaksanaan sebagai model organisasi. Seperti yang dikatakan oleh Louis A. Allen dalam Manullang (2012) yang mengatakan „planning is the determination of a course of action to achieve a desired result’ (perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan). Karena sebuah organisasi adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi (organizational studies), perilaku organisasi (organizational behaviour), atau analisis organisasi (organization analysis) Keith Davis (2015). Dan menurut aliran Humanistik dalam organisasi, pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam organisasi pendidikan. Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang agar menjadi lebih baik dan belajar. Secara singkat pendekatan humanistik dalam organisasi pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Sedang pendekatan yang berfokus pada potensi manusia yaitu untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dalam mengembangkan kemampuan dalam hal yang 83 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Model Organisasi Ideal pada Perguruan Tinggi Islam (Nurlina), h. 82-96
mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk mengembangkan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga dalam masyarakat. Keterampilan atau kemampuan membangun diri secara positif akan menjadi sangat penting dalam dunia pendidikan karena adanya keterkaitan dengan keberhasilan akademik. Dalam teori humanistik pembelajaran dianggap berhasil apabila mampu memahami lingkungan organisasi. Dalam model organisasi, manajemen harus mengingat dimensi struktur organisasi dengan hubungan humanistik antar pendidik. Serta mempunyai dampak langsung atas efektivitas individual, kelompok dalam organisasi itu sendiri. Dan tugas manajer harus mempertimbangkan sejumlah faktor ketika memodel organisasi, salah satunya yang sangat penting adalah teknologi, serta sifat kerja itu sendiri, karakteristik orang yang melakukan kerja, tuntutan lingkungan budaya organisasi, keperluan untuk menerima serta memproses informasi dari lingkungan organisasi tersebut, serta keseluruhan strategi yang dipilih organisasi yang tentunya berhubungan dengan lingkungan organisasi. Hasil keputusan model organisasi adalah suatu sistem pekerjaan dan pengelompokan kerja termasuk proses yang melingkarinya. Proses yang berhubungan tersebut termasuk hubungan wewenang dan jaringan komunikasi dalam kaitannya dengan perencanaan yang spesifik dan teknik pengendalian. Sebagai akibat, model organisasi akan berpengaruh pada pembentukan suatu struktur di dalam kerja organisasi Perguruan Tinggi khususnya perguruan tinggi pendidikan Islam. Agar organisasi pendidikan tinggi Islam bisa menjadi ideal ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi prestasi kelompok kerja. Menurut Gito Sudarmo (2000) prestasi kelompok dapat dipengaruhi oleh dua hal yakni faktor eksternal dan faktor internal. a. Faktor Eksternal adalah sebagai berikut : - Strategi organisasi, setiap organisasi mempunyai strategi. Setiap strategi yang ditetapkan oleh organisasi akan mempengaruhi perilaku kelompok dalam organisasi tersebut. - Struktur wewenang, setiap organisasi memiliki struktur wewenang kepada siapa seseorang melapor, siapa yang membuat keputusan. Struktur ini menentukan dimana posisi suatu kelompok tertentu dalam hirarkhi organisasi. - Peraturan, semakin banyak peraturan formal yang ditetapkan oleh organisasi pada semua pekerjanya, maka perilaku kelompok akan semakin konsisten dan dapat diramalkan. - Sumber-Sumber Organisasi, besar kecilnya sumber daya yang ada dalam organisasi yang diberikan kepada anggotanya, hal ini akan mempengaruhi perilaku prestasi kelompok. - Proses Seleksi, Proses seleksi menjadi faktor penting dalam menjaring orang-orang yang berkualitas. Dan hal ini pula akan dapat mempengaruhi perilaku dan prestasi kelompok. 84 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Model Organisasi Ideal pada Perguruan Tinggi Islam (Nurlina), h. 82-96
- Penilaian Prestasi dan Sistem Imbalan, adanya sistem imbalan yang mengkaitkannya dengan prestasi dari kelompok kerja akan mempengaruhi perilaku kelompok tersebut. - Budaya Organisasi, setiap organisasi memiliki kebiasaan-kebiasaan yang tidak tertulis yang menentukan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pekerja. - Lingkungan Fisik, Ruangan yang tertata dengan baik, suhu udara dan lainlain akan mempengaruhi perilaku kelompok. b. Faktor Internal meliputi: - Kemampuan dan Karakteristik Kepribadian MODEL ORGANISASI Ada dua model ekstrem dari desain organisasi, yaitu model mekanistis dan model organik, dan dua lainnya adalah tambahan penulis yang didapatkan dari referensi yang menurut penulis adalah hal baru dan menarik untuk diaplikasikan pada lembaga pedidikan, yakni model piramid dan horizontal: a.
Model mekanistis, yaitu sebuah struktur yang dicirikan oleh departementalisasi yang luas, formalisasi yang tinggi, jaringan informasi yang terbatas dan sentralisasi. - Proses kepemimpinan tidak mencakup persepsi tentang keyakinan dan kepercayaan, bawahan merasa tidak bebas mendiskusikan permasalahan dengan atasan. - Proses motivasi hanya menyadap motif fisik, rasa, aman, dan ekonomik melalui perasaan takut dan sanksi. - Proses komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi mengalir ke bawah dan cenderung tidak akurat. - Proses interaksi bersifat tertutup dan terbatas, hanya sedikit pengaruh bawahan atas tujuan dan metode departement. - Proses pengambilan keputusan hanya di tingkat atas, keputusan relatif. - Proses penyusun tujuan dilakukan di tingkat puncak original, tanpa mendorong adanya partisipasi kelompok. - Proses kendali dipusatkan dan menekankan upaya memperhalus kesalahan.
b. Model organik, yaitu sebuah struktur yang rata, menggunakan tim lintas hirarki dan lintas fungsi, memiliki formalisasi yang rendah, memiliki jaringan informasi yang komprehensif, dan mengandalkan pengambilan keputusan secara partisipatif. - Proses kepemimpinan mencakup persepsi tentang keyakinan dan kepercayaan antara atasan dan bawahan dalam segala persoalan. Bawahan merasa bebas mendiskusikan permasalahan dengan atasan. 85 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Model Organisasi Ideal pada Perguruan Tinggi Islam (Nurlina), h. 82-96
- Proses motivasi berusaha menimbulkan motivasi melalui metode partisipasi. - Proses komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi mengalir secara bebas keseluruh organisasi yaitu ke atas, ke bawah dan kesamping. - Proses interaksi bersifat terbuka dan ekstensif, baik atasan ataupun bawahan dapat mempengaruhi tujuan dan metode departemental. - Proses pengambilan keputusan dilaksanakan di semua tingkatan melalui proses kelompok. - Proses penyusunan tujuan mendorong timbulnya partisipasi kelompok untuk menetapkan sasaran yang tinggi dan realistis. - Proses kendali menyebar ke seluruh orgranisasi dan menekan pemecahan masalah dan pengendalian diri. c. Model Piramid, model ini di buat persis sebuah piramida, dari atas adalah pimpinan sampai kebawah. d. Model Horizontal, model ini dibuat dengan manarik garis lurus secara horizontal dengan pembagian fungsional masing-masing bersama tugasnya masing-masing. Berdasarkan perspektif Max Weber (2015) terdapat tujuh prinsip dasar yang perlu diterapkan dalam membangun organisasi agar dapat mencapai tujuannya. Ketujuh prinsip tersebut adalah: 1. Pembagian Kerja; Pekerjaan dipecah-pecah sehingga jelas pembagian masing-masing anggota. 2.Hirarki kewenangan yang jelas; Struktur organisasi disusun bertingkat dan memastikan jabatan yang lebih rendah berada di bawah supervisi dan kontrol dari yang lebih tinggi, garis komando dan garis koordinasi diciptakan untuk memperjelas alur pelaporan diantara anggota organisasi. 3. Formalisasi yang tinggi; Untuk mengatur perilaku anggota organisasi, perlu disusun peraturan dan prosedur formal sebagai sebuah sistem. Poin ini sangat relevan dengan besaran organisasi. Semakin organisasi tumbuh besar, maka perlu ada formalisasi agar semua hal berjalan standar. 4.Impersonal; Tindakan dan keputusan yang berlaku di dalam organisasi tidak melibatkan perasaan pribadi. Tidak diperbolehkan konflik kepentingan berperan dalam pengambilan keputusan. 5.Keputusan personalia berdasarkan kemampuan; Keputusan tentang promosi, seleksi, didasarkan atas kualifikasi, keberhasilan atau prestasi. Organisasi harus menciptakan sistem berjalan yang sesuai dengan kapasitasnya. 6.Adanya jenjang karir bagi anggota organisasi; Prinsip ini mengasumsikan bahwa keanggotaan organisasi seseorang adalah seterusnya (continuous basis). Dengan jenjang karir diharapkan anggota dapat mengejar karir dan menjaga komitmen terhadap organisasi. 7. Pemisahan yang jelas kehidupan pribadi dan organisasi; Dalam organisasi ideal, pengambilan keputusan dilakukan semaksimal mugkin berjalan 86 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Model Organisasi Ideal pada Perguruan Tinggi Islam (Nurlina), h. 82-96
rasional. Artinya anggota organisasi harus dapat memisahkan kehidupan pribadi dengan kehidupan organisasi. A. Model dan Pengembangan Organisasi Ideal Perguruan Tinggi Islam Model organisasi meupakan mekanisme formal pengelolaan dalam suatu organisasi yang menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi maupun orangorang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda di dalam organisasi pendidikan. Model mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi, desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan besaran satuan kerja. Model organisasi dikaitkan dengan pengambilan keputusan manajerial yang menentukan struktur dan proses yang mengkoordinasikan dan mengendalikan pekerjaan organisasi, dalam lembaga Perguruan Tinggi Islam. Hasil keputusan model organisasi adalah suatu sistem pekerjaan dan pengelompokkan kerja termasuk proses yang melingkarinya. Proses yang berhubungan termasuk hubungan wewenang dan jaringan komunikasi dalam kaitannya pada perencanaan spesifik dan teknik pengendalian. Sebagai akibat, model organisasi akan berpengaruh pada pembentukan suatu struktur di dalam kerja organisasi Perguruan Tinggi Islam. Model organisasi telah menjadi inti kerja manajerial karena usaha-usaha sebelumnya untuk mengembangkan teori manajemen. Kepentingan keputusan model telah menstimulasi minat yang besar atas topik bahasan. Manajer dan pakar teori perilaku organisasi dan para peneliti telah berkontribusi terhadap apa yang disebut sebagai badan bacaan yang dapat dipertimbangkan. Manajer yang menghadapi perlu mendesain struktur organisasi pada posisi tidak kehilangan ide. Sangat berbeda, bahan model organisasi telah mempunyai sejumlah ide yang menimbulkan konflik yakni bagaimana model suatu organisasi mengoptimalkan efektifitas. Serta cara manajemen dalam memodel organisasi harus mengingat dimensi struktur organisasi. Bagaimana kombinasinya mempunyai dampak langsung atas efektivitas individual berdasarkan keahlian dalam kelompok organisasi itu sendiri. Manajer harus mempertimbangkan sejumlah faktor ketika memodel organisasi, diantaranya satu yang sangat penting adalah teknologi, sifat kerja itu sendiri, karakteristik orang yang melakukan kerja, tuntutan lingkungan organisasi, keperluan untuk menerima serta memproses informasi dari lingkungan tersebut, dan keseluruhan strategi yang dipilih organisasi untuk berhubungan dengan lingkungan. Salah satu kritik terhadap birokrasi dalam pendidikan adalah munculnya penyakit Biropatologi. Biropatologi dapat diartikan sebagai perilaku pengambil keputusan yang terlalu taat kepada peraturan formal(kaku) sehingga mengakibatkan birokrasi berjalan lamban dan tidak efisien. Prinsip “formalisasi” memberikan perlindungan untuk bersembunyi dibalik peraturan. Hal demikian merupakan PR besar bagi pelaku organisasi 87 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Model Organisasi Ideal pada Perguruan Tinggi Islam (Nurlina), h. 82-96
dalam pendidikan bagaimana mendesain organisasi yang ramping dengan arti mengecilkan potensi terjadinya efek samping dari birokrasi. Dan yang terbukti ideal model organisasinya adalah model Unbiropatologi. Unbiropatologi adalah model perilaku pengambil keputusan yang tidak terlalu taat kepada peraturan formal sehingga birokrasi perguruan tinggi yang seharusnya benar-benar murni otonom dalam segala bidang dapat berjalan cepat, tidak kaku, dan sangat efisien. Berikut beberapa pengertian mengenai Pengembangan organisasi yaitu: 1. Pengembangan organisasi merupakan program yang berusaha meningkatkan efektivitas keorganisasian dengan mengintegrasikan keinginan individu akan pertumbuhan dan perkembangan dengan tujuan keorganisasian. 2. Pengembangan organisasi merupakan suatu proses yang meliputi serangkaian perencanaan perubahan yang sistematis yang dilakukan secara terus-menerus oleh suatu organisasi. 3. Pengembangan organisasi merupakan suatu pendekatan situasional atau kontingensi untuk meningkatkan efektifitas organisasi. 4. Pengembangan organisasi lebih menekankan pada sistem sebagai sasaran perubahan. 5. Pengembangan organisasi meliputi perubahan yang sengaja direncanakan Selanjutnya tentang pembagian pengembangan organisasi ideal dalam organisasi pendidikan a. Pengembangan Organisasi yang Sehat Perlunya pengembangan organisasi, lebih dikenal dengan organization development. berdasarkan teori dan praktik organization development pada asumsi penting yakni : - Manusia sebagai individu. Asumsi tersebut penting yang mendasari pengembangan organisasi bahwa manusia memiliki hasrat berkembang dan kebanyakan orang tidak hanya berpotensi, dan berkeinginan untuk berkontribusi sebanyak mungkin pada organisasi. organization development bertujuan untuk menghilangkan faktor-faktor dalam organisasi yang menghambat perkembangan dan menghalangi orang untuk berkonstribusi demi tercapainya sasaran organisasi. b. Pengembangan manusia sebagai anggota dan pemimpin kelompok. Pengembangan manusia dalam organisasi yang menerapkan organization development harus berasumsi bahwa setiap orang dapat diterima dan diakui perannya oleh kelompok kerjanya. Dalam organisasi perlu ditumbuhkan keterbukaan agar para anggotanya dapat dengan leluasa mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Dalam keterbukaan, orang akan mendapatkan kepuasaan kerja yang lebih tinggi, dengan demikian performansi kelompok dalam organisasi akan lebih efektif. 88 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Model Organisasi Ideal pada Perguruan Tinggi Islam (Nurlina), h. 82-96
c. Pengembangan manusia sebagai wadah organisasi. Hubungan pengembangan manusia sebagai wadah dalam organisasi menentukan efektivitas masing- masing kelompok tersebut. Misalnya bila komunikasi antar kelompok hanya terjadi pada tingkat manajernya, koordinasi dan kerjasama akan kurang efektif apabila segenap anggota kelompok tidak terlibat dalam interaksi. Ada beberapa alasan akan pentingnya pengembangan Organisasi yaitu: - Perubahan adalah pertanda kehidupan; - Perubahan memberikan harapan; - Pengembangan merupakan tanggapan atas perubahan; - Pengembangan merupakan usaha untuk menyesuaikan dengan hal baru (perubahan /pembaharuan). d. Pengembangan Kepemimpinan Kecenderungan pengembangan kepemimpinan di suatu perusahaan, begitu pula di Perguruan Tinggi ditujukan untuk mempercepat para karyawan (manajemen dan non manajemen) masuk ke dalam suatu lingkungan baru dimana mereka dapat mengembangkan kompetensi dan kapabilitasnya. Di beberapa perusahaan bisa jadi pengembangan kepemimpinan direfleksikan oleh para pemimpin senior sedang jika di Perguruan Tinggi yang merefleksikan para anggota senat dalam mengelola persepsi tentang beragam isu, membentuk koalisi, dan menggunakan kapasitas hubungan untuk mempengaruhi perubahan organisasi. Dan semua dikaitkan dengan strategi bisnis perusahaan (juga tujuan Perguruan Tinggi). Tanpa itu semua perusahaan (Perguruan Tinggi) seolah berjalan tanpa arah. Ketika persaingan global cenderung semakin tinggi, perusahaan (Perguruan Tinggi) dituntut memiliki program pengembangan kepemimpinan yang unggul yang mampu menggalang jejaring hubungan bisnis atau Perguruan Tinggi dalam memberdayakan alumni-alumninya hingga bisa berdaya guna di masyarakat luas. Demikian halnya yang digunakan dalam manajemen pendidikan, yang bisa meniru dari manajemen perusahaan yang terbukti maju dan efektif. Dalam suatu penelitian terhadap program pengembangan kepemimpinan ditemukan banyak karyawan yang memiliki perspektif dangkal atau myopia. Misalnya sebatas pada aspek-aspek strategi, rekayasa finansial, dan ekspansi global. Kalau tentang kemampuan kepemimpinan hanya sebatas dalam hal model transaksional. Padahal era kini yang jauh lebih penting dan prospektif adalah membangun kepemimpinan transformasional. Suatu proses perubahan dari pandangan rutin yakni apa yang sedang dikerjakan menjadi lebih strategis yaitu mengapa mengerjakan sesuatu. Pendekatannya mestinya holistik yang berkisar bukan saja tentang segi kemampuan, tetapi juga segi tanggung jawab sosial. Kondisi ini akan semakin mampu meningkatkan kinerja individu dalam sebuah organisasi Perguruan Tinggi manakala terpenuhinya pendekatan fungsional dan hubungan strategi yang berbasis pada pendekatan sistematik. 89 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Model Organisasi Ideal pada Perguruan Tinggi Islam (Nurlina), h. 82-96
e. Pengembangan Latihan Secara pragmatis program pengembangan pelatihan memiliki dampak positif baik bagi individu maupun organisasi. Smith (2001), menguraikan profil kapabilitas individu berkaitan dengan skill yang diperoleh dari pelatihan dan pengembangan. Seiring dengan pengusaan keahlian atau keterampilan penghasilan yang diterima individu akan meningkat. Pada akhirnya hasil pelatihan dan pengembangan akan membuka peluang bagi pengembangan karier individu dalam organisasi pendidikan, seperti workshop, lokakarya, seminar, dll. Disaat kompetisi antar organisasi berlangsung sangat ketat, persoalan produktivitas menjadi salah satu penentu keberlangsungan organisasi disamping persoalan kualitas dan kemampuan karyawan. Program pelatihan dan pengembangan organisasi dapat memberi jaminan pencapaian ketiga persoalan tersebut pada peringkat organisasional, dan ini sudah diterapkan pada Perguruan Tinggi Islam di Indonesia untuk selalu meningkatkan kredebilitasnya baik ditingkat Nasional maupun pada tingkat Internasional, tidak hanya pimpinan, dosen dan karyawan/pegawai saja yang dikerahkan, tetapi juga Mahasiswanya, terbukti dengan adanya pertukaran mahasiswa antar Perguruan Tinggi dalam negeri dan luar negeri. f. Pengembangan Kreativitas Ada tiga program jenis pengembangan organisasi yang diterapkan secara ekstensip sebagai perwujudan kreativitas pengembangan organisasi. 1. Geradi Manajemen Merupakan salah satu program pengembangan organisasi yang terdiri atas enam tahap, yang meskipun tidak setiap organisasi berkenaan melalui keseluruhan tahap yaitu: Tahap 1 adalah penyajian konsep. Tahap 2 yaitu program tersebut menekankan pengembangan tim, yang menggunakan geradi tersebut sebagai kerangka pembahasan. Fokusnya adalah pada suatu tim tunggal dan manajer yang memimpin tim tersebut. Tahap 3 adalah menekankan pengembangan antar kelompok untuk mengurangi terjadinya konflik diantara kelompok. Tahap 4 adalah mengembangkan model organisasi yang ideal. Tahap 5 adalah tahap penerapan model tersebut. Tahap 6 merupakan tahap evaluasi program. 2. Manajemen Program ini seperti halnya geradi manajemen, di organisasi berdasarkan orientasi konsiderasi dan struktur, akan tetapi kedua orientasi ini dapat dikombinasikan atau dapat diabaikan oleh manajer, dengan 90 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Model Organisasi Ideal pada Perguruan Tinggi Islam (Nurlina), h. 82-96
memberikan pilihan empat gaya karena salah satu gaya tersebut dapat efektif atau sebaliknya tidak efektif. 3. Sistem Kerangka pengembangan organisasi yang menggunakan empat sistem antara lain: 1. Sistem 1: Eksploitatif-autoritatif 2. Sistem 2: Murah hati-autoritatif 3. Sistem 3: Konsultatif 4. Sistem 4: Partisipatif Untuk menganalisis sistem yang sekarang dan bergerak kearah yang lebih baik program ini menggunakan sebuah model organisasi dengan tiga jenis variabel yaitu variabel kausal, variabel sela, dan variabel tujuan-hasil. B. Faktor Ideal dalam Meningkatkan Mutu Perguruan Tinggi Islam Agar pendidikan dan pengajaran dapat berjalan dengan baik, maka program studi yang tersedia seyogyanya harus sesuai dengan minat serta kebutuhan masyarakat, yang selaras dengan tuntutan jaman, calon mahasiswanya juga haruslah baik dan cerdas, serta tenaga pengajarnya yang berbobot, proses pendidikannya dapat berjalan dengan baik, serta sarana dan prasarananya harus memadai. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan strategi peningkatan mutu pendidikan di perguruan tinggi antara lain : 1. Dosen Sebagai Pendidik. Dosen harus mempunyai kualifikasi yang baik dalam mentransfer ilmunya kepada mahasiswa. Dengan tenaga dosen yang berkompeten serta berkualitas baik tentu akan memudahkan penyampaian ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ilmu yang ditransfer kepada mahasiswa dapat diterima dan dikembangkan sesuai dengan kemampuan mahasiswa dengan kajian bidang ilmu yang dipilih mahasiswa. Disamping itu dosen juga harus mempunyai disiplin yang tinggi, serta mempunyai rasa tanggung jawab terhadap ilmu yang diberikan kepada mahasiswa. Karena bagaimana mungkin dapat meningkatkan mutu pendidikan yang baik apabila dosen tidak memiliki rasa tanggung jawab serta disiplin yang tinggi. Jadi dosen harus mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anak didiknya agar dosen sebagai tenaga pendidik tidak hanya memberikan kuliah dengan aturan sendiri. Tapi pemberian kuliah secara terstruktur sesuai dengan aturan akademik dalam pemberian kuliah agar visi dan misi perguruan tinggi bisa tercapai tujuannya. Salah satu peningkatan kualitas dosen perlu dimulai dari sistem perekrutan, sistem penilaian terhadap kemampuan dan kinerja dosen, serta sistem peningkatan karirnya. Tentu saja upaya peningkatan kualitas dosen juga perlu disertai dengan peningkatan kesejahteraannya. 91 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Model Organisasi Ideal pada Perguruan Tinggi Islam (Nurlina), h. 82-96
Kemampuan dosen meliputi kemampuan dalam ilmu pengetahuan yang akan diajarkan dan teknik dalam memberikan pengajaran. Hal ini berarti peningkatan kemampuan dosen perlu dilakukan dari dua aspek yaitu peningkatan ilmu pengetahuan di bidangnya dan kemampuan atau ketrampilan dalam mengajar yakni menggunakan metode dan media pembelajaran secara tepat. Disamping itu, juga dapat dilakukan melalui peningkatan dengan memperbanyak kegiatan-kegiatan seperti seminar (lokal, regional dan nasional), simposium, workshop, diskusi, serta penataran-penataran dan lokakarya, baik di jurusan dan di lembaga sendiri, maupun di perguruan tinggi terkemuka di tanah air serta Internasional. Serta meningkatkan kegiatan kerjasama dengan kantor pemerintah, dunia usaha dan industri dalam kaitannya dengan program keterkaitan dan kesepadanan sebagai penambah wawasan dan cara berpikir serta keterampilan bagi dosen. Disisi lain, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi. Kurikulum dibagi dalam kurikulum inti dan kurikulum lokal (institusional). Kurikulum inti adalah bagian dari kurikulum pendidikan tinggi yang berlaku secara nasional untuk setiap program studi, yang memuat tujuan pendidikan, isi pengetahuan, dan kemampuan minimal yang harus dicapai peserta didik, dalam penyelesaian suatu program studi. Disisi lain kurikulum lokal (institusional) adalah bagian dari kurikulum pendidikan tinggi yang berkenaan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan serta ciri khas perguruan tinggi yang bersangkutan. Hanya dengan pengetahuan yang mendalam tentang apa yang dibutuhkan dalam pembangunan, pendidikan akan dapat lebih mencapai hasil sesuai dengan visi dan misi serta fungsinya. Upaya menciptakan keterkaitan dan kesepadanan tersebut mengacu pada Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi kegiatan-kegiatan pendidikan yaitu proses belajar mengajar, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam Dharma Pendidikan perlu dievaluasi relevansi program dan jurusan yang ada dalam kebutuhan pembangunan, dalam arti apakah sumber daya manusia yang dihasilkan dapat diserap oleh kegiatan perekonomian dan pembangunan dalam masyarakat. 2. Mahasiswa yang di Didik Untuk dapat menghasilkan produk yang baik, maka harus menanam bibit-bibit yang baik pula. Karena itu untuk mendapatkan bibit yang baik perlu seleksi yang baik pula. Kendalanya yang dihadapi di hampir perguruan tinggi dalam mendapatkan calon mahasiswa baru yang mempunyai kualitas baik adalah terbentur dengan beberapa faktor misalnya dengan motto Perguruan Tinggi : Biaya Terjangkau Mutu Terjamin, yang harus tetap dilaksanakan. Serta target penerimaan mahasiswa baru yang sebanyakbanyaknya. Dengan demikian sistem seleksi belum mempertimbangkan dari segi mutu calon mahasiswa yang sesungguhnya, karena standar kelulusan 92 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Model Organisasi Ideal pada Perguruan Tinggi Islam (Nurlina), h. 82-96
untuk bisa diterima belum begitu ketat dilakukan. Penerapan seleksi yang mengedepankan mutu dan target penerimaan mahasiswa baru sebanyakbanyaknya masih menjadi pertimbangan yang belum bisa dilaksanakan. Karena satu sisi, penting untuk menerima calon mahasiswa yang bermutu, tetapi dari sisi yang lain dihadapkan pada target minimal, yang juga sulit untuk menentukan jumlah minimalnya. Dengan mendapatkan jumlah mahasiswa yang memadai, maka perguruan tinggi akan memiliki dukungan dana yang kuat, karenanya cenderung menerima jumlah mahasiswa sebanyak-banyaknya. Untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan, dari calon mahasiswa seharusnya dapat dijaring dengan seleksi yang ketat supaya calon mahasiswa yang diterima itu mempunyai standar kualitas yang baik karena bagaimanapun mahasiswa tidak lepas dari tanggung jawab terhadap perkembangan sebuah perguruan tinggi. Disamping itu tingkat kedisiplinan mahasiswa perlu ditingkatkan, karena melalui disiplin yang tinggi mahasiswa benar-benar bisa mandiri serta bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan ilmu pengetahuan yang diterimanya untuk bisa diaplikasikan di dalam masyarakat. Untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan, dalam memilih calon mahasiswa harus betul-betul dapat dijaring dengan seleksi yang ketat supaya calon mahasiswa yang diterima mempunyai standar kualitas yang baik. Karena bagaimanapun mahasiswa tidak lepas dari tanggung jawab terhadap perkembangan sebuah perguruan tinggi. Disamping itu tingkat kedisiplinan mahasiswa perlu ditingkatkan, karena melalui disiplin yang tinggi mahasiswa benar-benar bisa mandiri serta bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan ilmu pengetahuan yang diterimanya agar bisa diaplikasikan di dalam masyarakat mengenai ilmu yang diperoleh dari Perguruan Tinggi. 3. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana di Perguruan Tinggi Islam tentu perlu dilengkapi termasuk laboratorium yang merupakan ajang latih dan praktek mahasiswa perlu dilengkapi dengan fasilitas yang cukup serta program pelatihannya harus disesuaikan dengan perkembangan dunia industri dan jasa. Sedangkan perpustakaan sebagai jantung ilmu perguruan tinggi perlu diperkaya dan dilengkapi dengan berbagai buku, jurnal, surat kabar sebagai literatur yang terbaru. Termasuk sarana komputerisasi dan perangkat yang lengkap memungkinkan mahasiswa dapat melakukan interaksi secara global dalam hal menggali pengetahuan lewat internet, agar tidak tertinggal informasi yang sangat cepat menglobal. Demikian pula gedung atau ruang perkuliahan serta perlengkapannya sebagai penunjang proses pendidikan dan pengajaran sangat perlu mendapat perhatian termasuk segi kebersihan, keindahan serta kenyamanannya.
93 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Model Organisasi Ideal pada Perguruan Tinggi Islam (Nurlina), h. 82-96
KESIMPULAN Ada beberapa prinsip organisasi yang bisa dikatakan ideal yaitu pembagian kerja „team work’, hirarki kewenangan jelas, formalitas yang tinggi, Impersonal, keputusan personal sesuai kompetensi, jenjang karir, pemisah antara kepentingan pribadi dengan organisasi. Organisasi yang sehat harus mengerti hakekat manusia saling berorganisasi; manusia sebagai individu, pemimpin dan wadah organisasi dengan unbiropatologi tanpa biropatologi. Perubahan dan pengembangan adalah pertanda kehidupan dalam dunia pendidikan, pengembangan kepemimpinan, pengembangan latihan, serta pengembangan kreativitas merupakan model organisasi yang ideal. Jadi model organisasi yang ideal untuk sebuah Perguruan Tinggi khususnya Perguruan Tinggi Islam tidak perlu terlalu patuh pada formalitas (terjadi kekakuan) antar individu dalam organisasi karena akan menghambat jalan cepat menuju keberhasilan, jadi yang dinamakan unbiropatologi dan pemimpinya yang transformasional ini yang perlu diaplikasikan. Pemimpin dan para manajerial organisasi pendidikan mampu membaca apa yang menjadi kebutuhan organisasi dan kebutuhan masyarakat. Sehingga tuntutan terhadap mutu pendidikan yang perlu terus ditingkatkan sebagai upaya untuk menciptakan output yang berkualitas dan siap terjun kepasar kerja serta memenuhi standar nasional pendidikan. Output yang dihasilkan harus berdasarkan suatu proses yang matang dan didukung oleh input yang baik pula guna menghasilkan output mutu yang memadai, karena itu diperlukan input melalui seleksi penerimaan mahasiswa yang baik, bukan hanya mencapai target jumlah mahasiswa tetapi input calon mahasiswa itu sendiri yang potensial. Serta kerjasama yang sinerji dalam mendukung proses penyelenggaraan dan sumber daya perguruan tinggi guna meningkatkan mutu pendidikan harus mendapat perhatian pemerintah, dunia industri dan jasa serta pengelola pendidikan. Agar tercipta kerjasama yang sinerji antara pemerintah, dunia industri dan jasa serta pengelola pendidikan, diperlukan pendekatan sehingga dapat tercipta pemahaman yang sama, bahwa tanggung jawab pendidikan adalah tanggung jawab bersama dalam organisasi pendidikan. Sehingga berkaitan dengan mutu pendidikan, yang sebenarnya tidak hanya yang mendapat perhatian dari dosen yang berkualitas dan berbobot, tetapi aspek lainya seperti perencanaan beserta fungsi-fungsi manajemen yang matang, standar isi, proses, kompetensi lulusan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan, perlu juga dibangun sedemikian rupa sehingga memiliki keterkaitan dalam rangka menuju organisasi ideal agar menjadi lebih efektif dan efisian. Agar upaya meningkatkan mutu pendidikan pada perguruan tinggi khususnya pada perguruan tinggi Islam bisa menjadi organisasi ideal. Ada beberapa yang perlu dikelola untuk diaplikasikan agar peningkatan lulusan lebih baik. Dengan model pengelolaan organisasi pada mekanisme formal yang menunjukkan kerangka susunan perwujudan pola organisasi yang 94 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Model Organisasi Ideal pada Perguruan Tinggi Islam (Nurlina), h. 82-96
mempunyai hubungan antara fungsi, bagian atau posisi orang yang berkedudukan dengan tanggung jawab yang berbeda dalam suatu organisasi tetap berjalan dan terlaksana. Agar kesuksesan dalam organisasi dapat tercapai dan menjadi organisasi ideal sebagai lembaga perguruan tinggi Islam. Maka beberapa model organisasi perlu diterapkan yakni model organisasi ada mekanistis; model satu arah hanya atasan, organik; model dua arah atasan dan bawahan,model piramid; saling menopang dan horizontal; mandiri. DAFTAR RUJUKAN Artawan, Made I. 2002. Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan di Perguruan Tinggi. Website : I.Made Artawan.co. id. Davis, Keith. Human Relations at Work. New York, San Francisco, Toronto, London. 1962. Di akses 12 oktober 2015. G. Owens, Roberts. Organizational Behavior in Education. New Jersey: Prentice Hall. 1987. Di akses 15 september 2015. Gitosudarmo, Indriyo, 2000, Perilaku Keorganisasian, BPFE, Yogyakarta. Hardiansyah, Fahmi. Model Desain Organisasi, dalam makalahnya yang diseminarkan pada perkuliahan di Universitas Gunadarma, Depok, Maret 2012. Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. Sociology. Edisi keenam. International Student Edition. http://id.wikipedia.org/wiki/Struktur_organisasi, diakses pada kamis, 18 des 2015. Ikhwan, Afiful. Model Organisasi yang Ideal bagi Perguruan Tinggi Islam Indonesia, dalam afifulikhwan.blogpsot.com. 2013. Kemenag RI, Pemberdayaan Dosen PTI, dalam http://www.kemenag.go.id/, diakses pada 13 Januari 2014. Kumorotomo, Wahyudi, 2008, Etika Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Nour, David. Relationship Economics, t.p. 2008. Robbins, Stephen P. Judge, Timothy A. Perilaku Organisasi Buku 2. Jakarta: Salemba Empat. 2008.
95 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015
Model Organisasi Ideal pada Perguruan Tinggi Islam (Nurlina), h. 82-96
Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. Understanding Practice and Analysis. New York: Random House. 1976. Di akses 9 desember 2015. Smith. Prinsip-Prinsip Manajemen Pelatihan, terj. Irianto jusuf, t.p. 2001. Keith Davis, Human Relations at Work (New York: San Francisco, Toronto, London,1962). Di akses 3 maret 2015 Manullang. 2012. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Gitosudarmo, Indriyo, 2000, Perilaku Keorganisasian, BPFE, Yogyakarta. Fahmi Hardiansyah, Model Desain Organisasi, dalam makalahnya yang diseminarkan pada perkuliahan di Universitas Gunadarma (Depok: Univ. Gunadarma, 2012) Wikepedia, dalam www.wikepedia/modelpiramyd diakses pada 18 Januari 2014. Sthepen P. Robbins, Organization Theory: Structures, Designs, and Applications Third Edition (Amazon: Prentice, 1990), t.h. di akses 7 desember 2015. Smith. Prinsip-Prinsip Manajemen Pelatihan, terj. Irianto jusuf, t.p. 2001.http://goenable.wordpress.com/2012/01/06/pengembanganorganisasi-dan-organisasi-yang-sehat/, diakses pada Jum‟at, 18 Jan 2013.
96 Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015