Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011
Model Kepemimpinan Transformasinal Kepala Sekolah SMK Negeri Sitti Hartinah Email:
[email protected]
Abstrak: Model kepemimpinan transformasional kepala sekolah terbentuk dari berbagai asfek yaitu kompetensi, iklim organisasi sekolah dan etos kerja. Permasalahannya adalah apakah model kepemimpinan transformasional kepala sekolah dikonstruk dari dimensi kompetensi, iklim organisasi sekolah dan etos kerja. Tujuan penelitian ini mencari model kepemimpinan transformasional kepala sekolah di SMKN Tegal. Desain penelitian ini adalah berpendekatan confirmatory factor analysis. Jumlah sampel 200 dipilih secara proportional random sampling. Instrumen menggunakan “questionare” dengan reliability. Desain penelitian dengan paradigma kuantitatif, menjelaskan hubungan kausal variabel melalui uji hipotesis, dengan pemodelan persamaan structural (SEM). Hasil analisis menemukan kesesuaian model konseptual dengan model teruji bahwa kepemimpinan transformasional kepala sekolah dipengaruhi secara signifikan oleh; kompetensi kepala sekolah (24,5%); iklim organisasi sekolah (29,4%); etos kerja (28,1%); Model faktor kompetensi kepala sekolah, iklim organisasi sekolah, dan etos kerja secara simultan berkontribusi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah sebesar (85,6%). Implikasinya jika ingin meningkatkan kompetensi kepala sekolah, iklim organisasi sekolah dan etos kerja maka perlu dikembangkan model kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam model yang teruji ini. Berdasarkan temuan, disarankan agar kepala sekolah, memiliki keterampilan manajerial, memperbaiki iklim organisasi sekolah dan peningkatan etos kerja kepala secara maksimal Kata Kunci: kompetensi kepala sekolah, iklim organisasi sekolah, etos kerja dan kepemimpinan tarnsformasional kepala sekolah Abstrach: The ground reasons of this study is in what way transformational leadership is suitable to increase education quality in vocational high school. Meanwhile, the specific problems are as follows: (1) do principals’ competency variables consisting of personality, management, entrepreneurship, supervision, and social competency dimensions directly contribute and significantly influence to the principals transformational leadership?; (2) do school organizational conditions to directly contribute and significantly influence to the principals transformational leadership?; (3) do work ethics contribute and significantly influence to the principals transformasional leadership?; and (4) in what way is principals transformational leadership model suitable to increase education quality of vocational high schools’ principals. This research design was confirmatory factor analysis approach was Structural Equation Model (SEM). The result of this study shows that school principal competence contributes (24,5%) and significantly influences to school principal leadership, school organizational conditions (29,4%) and significantly influences to principal transformational leadership, meanwhile the determinant factors including school principal competence, school organizational conditions and work ethics contribute (0,856%) and significantly influence. A suitable principal transformational leadership model to develop vocational high school quality is through school organizational conditions; work ethics; principal competence rights. Based on these findings, a school principal should be guided by the main principle when he performs his work, in order to have abilities and skills in managing his school effevtively; a principal should have work-culture to achieve an effective school organizational conditions; a principal should be able to increase a culture of work ethics for school members by enhancing their presence to always come at school; has commitment to develop his school, educational institutions should arrange the planning of principals training about soft skill entrepreneurship in order they have maximal work ethics in increasing
12
Sitti Hartinah, Model Kepemimpinan ransformasional Kepala Sekolah SMK Negeri
the education quality at vocational high school. Keywords: principal’s competency, school organizational condition, hard-earned and principal transformational leadership.
Pendahuluan Keberhasilan sekolah dalam melaksanakan segala
nyai tugas (1) menyusun perencanaan; (2)
aspek yang telah direncanakannya perlu didukung
mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordi-
oleh kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah
nasikan, dan mengevalusi kegiatan; (3) menentukan
sebagai pemimpin satuan pendidikan merupakan
kebijakan dan melakukan penga-wasan; (4)
motor penggerak sumber daya sekolah terutama
mengatur proses belajar mengajar; dan (5)
guru dan karyawan sekolah. Sebesar apapun input
mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat
persekolahan ditambah atau diperbaiki, outputnya
dan dunia usaha. Kepala sekolah sebagai pimpinan
tidak akan optimal apabila faktor kepemimpinan
satuan pendidikan dihadapkan pada tugas yang
kepala sekolah tidak diberikan perhatian yang
harus diselesaikan. Nurhadi (2003:54) menegaskan
memadai, tersedianya dana, infrastruktur, fasilitas,
bahwa kepala sekolah sebagai penanggungjawab
dan instrumen pendidikan lainnya kurang dapat
semua kegiatan administrasi pendidikan sekolah,
didayagunakan secara maksimal, efisien, dan
karena itu kepala sekolah mempunyai kedudukan
akuntabel tanpa adanya kepemimpinan yang kuat,
tertinggi dalam organisasi satuan pendidikan.
atau adanya pemimpin yang mampu menggerakkan semua komponen itu.
Kepala sekolah wajib mengembangkan budaya kualitas, mengemban tugas kepemilikan visi yang
Kepala sekolah adalah pengelola terdepan yang
sangat kuat terhadap kualitas total bagi institusinya,
memuluskan proses dan interaksi positif seluruh
komitmen yang jelas terhadap proses peningkatan
input sistem belajar-mengajar. Lebih dari itu,
kualitas peserta didik di sekolah menengah
kepala sekolah memainkan peranan penting dalam
kejuruan, secara terus menerus berkomunikasi
keseluruhan upaya peningkatan kinerja, baik pada
tentang kualitas pelayanan terhadap seluruh
tingkat kelompok maupun organisasi. Kepemimpinan
jajaran komponen yang terdapat di SMK, serta unit
kepala sekolah menempati posisi penting dalam
kerjanya, seluruh kebijakannya berorientasi kepada
penelaahan manajemen pendidik-an. Fungsi dan
peningkatan kualitas, transparan, dan proaktif
substansi manajemen pendidikan yang dijalankan
terhadap aspirasi yang berkembang khusus pada
oleh kepala sekolah meliputi pengorganisasian
pelanggan, menggerak-kan staf untuk bekerja lebih
sumber daya pendidikan, proses pendidikan, dan
dinamis-inovatif-produktif, sanggup melakukan
pembelajaran. Kepala sekolah berperan pula sebagai
koreksi diri terhadap kebijakannya, memiliki team
katalisator pendidikan yang mendorong setiap
work yang efektif, dan mampu mengembangkan
kegiatan di sekolah. Krajewsky (1983:178) kepala
mutu pendidikan di sekolah.
sekolah merupakan “the key to quality in the school
Salah satu faktor penting yang menentukan
and must be catalyst when its comes to the quality
tinggi rendahnya mutu pendidikan dan keefektifan
of educational programs”. Sekolah bertugas menye-
sekolah ialah kepemimpinan kepala sekolah. Makna
lenggarakan proses pendidikan dan proses belajar
kepemimpinan bukan hanya mengambil inisiatif,
mengajar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
tetapi juga mengandung makna kemampuan
sangat didambakan oleh setiap warga sekolah.
manajerial, yaitu kemampuan mengatur dan
Kepala sekolah yang diberi tugas untuk memimpin
menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya.
sekolah, harus bertanggung jawab atas tercapai-nya
Keberhasilan suatu sekolah pada hakikatnya terletak
tujuan sekolah, dan diharapkan menjadi pemimpin
pada efisiensi dan efektivitas penampilan seorang
dan inovator, oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan
kepala sekolah (Sumidjo 2006:349).
kepala sekolah adalah signifikan bagi keberhasilan sekolah. Sebagai pimpinan, kepala sekolah mempu-
Pada masa kini dan masa mendatang, kepemimpinan SMK dituntut memiliki kemampuan berikut: (1) mengidentifikasi diri sebagai agen perubahan; (2) berani dan teguh; (3) memiliki 13
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011
kepercayaan pada orang lain; (4) dapat berperan
Hasil pengamatan di SMK Negeri Tegal
sebagai value-driven; (5) memiliki sikap pembelajar
memberikan gambaran sebagai berikut; 33% dari
seumur hidup; (6) mempunyai kemampuan untuk
responden guru menganggap kompetensi kepala
menghadapi kompleksitas, dan ketidak-pastian;
sekolah cukup baik; 40,5% dari responden guru
dan (7) visioner. (Gaffar 2005:167). Pemimpin
mempersepsikan iklim organisasi sekolah cukup
yang demikian itu
baik; dan 34,5% dari
diyakini dapat memposisikan
responden guru
menilai
diri dan memfungsikan lembaga yang dipimpinnya
etos kerja cukup baik. Hasil itu mengindikasikan
dalam hal: (1) pengartikulasian visi masa depan
keterkaitan antara kompetensi kepala sekolah,
organisasi; (2) penyediaan suatu model yang tepat;
iklim organisasi sekolah, dan etos kerja kepala
(3) pemelihara penerimaan tujuan kelompok; (4)
sekolah dengan kepemimpinan transformasional
harapan terhadap kinerja yang tinggi; (5) pemberian
kepala sekolah. Isu penting sehubungan dengan
dukungan individual; dan (6) stimulasi intelektual
hasil pengamatan itu adalah kelangkaan model
(Mulyasa, 2006). Lebih lanjut Depdikbud (2009)
kepemimpinan kepala sekolah yang relevan untuk
dalam (Jalal 2008) menegaskan pentingnya kepala
menjawab persoalan tentang kepala sekolah, misi
sekolah yang memiliki kemam-puan profesional
pendidikan, dan lemahnya relevansi pendidikan
yaitu: kepribadian, keahlian dasar, pengalaman,
SMK. Model kepemimpinan itu secara teoretik
pelatihan dan pengetahuan profesional, serta
dikonsepsikan sebagai kepemimpinan transforma-
kompetensi administrasi dan pengawasan. Jalal
sional yang bercirikan
(2008:5) mengidentifikasi empat masalah pokok
ngun komitmen bersama terhadap organisasi dan
pendidikan dalam kerangka otonomi sekolah. Dua
memberikan kepercayaan kepada para pengikut
masalah di antaranya ialah:
adanya proses memba-
(1) kepala sekolah
untuk mencapai sasaran. Menurut Burn (1978),
tidak memiliki kewenangan yang cukup dalam
dalam kepemimpinan transformasional, pemimpin
mengelola keuangan sekolah yang dipimpinnya;
mencoba menimbulkan kesadaran dari para
dan (2) kemampuan mana-jemen kepala sekolah
pengikutnya dengan menyerukan cita-cita yang
pada umumnya rendah, terutama di sekolah negeri.
lebih tinggi dan nilai moral.
Pe n g a n g k a t a n ke p a l a s e ko l a h t e r l a l u
Latar belakang masalah di atas menjadi
menekankan pada pertimbangan urutan jenjang
alasan yang kuat bagi penulis untuk menemukan
kepangkatan dan mengabaikan factor kemam-
model kepemimpinan transformasional kepala
puan dalam memimpin lembaga. Selanjutnya
sekolah yang dipengaruhi oleh kompetensi kepala
pemimpin yang bisa membawa perubahan ke arah
sekolah; iklim organisasi sekolah yang tercipta;
kebaikan bila dalam diri seorang pemimpin itu
dan etos kerja kepala sekolah. Dengan demikian,
minimal terdapat tiga unsur, yakni (1) ada seorang
rumusan masalahnya adalah apakah terdapat
pemimpin yang memimpin, mempe-ngaruhi, dan
hubungan antara kompetensi kepala sekolah
memberikan bimbingan; (2) ada bawahan yang
dengan kepemimpinan transformasional? Apakah
dikendalikan; dan (3) ada tujuan yang diperjuangkan
iklim organisasi sekolah terdapat hubungan dengan
melalui serangkaian kegiatan. (Anwar 2003: 67)
kepemimpinan transformasional
Membawa perubahan yang dimaksud seperti yang
memiliki hubungan terhadap kepemimpinan
dinyatakan Locke (1997) adalah kepemimpinan
transformasional kepala sekolah; serta apakah
transformasional sebagai pemimpin yang melibatkan
terdapat hubungan antara kompetensi kepala
perubahan dalam organisasi. Kepemimpinan ini,
sekolah, iklim organisasi sekolah, dan etos kerja
sebagai kepe-mimpinan yang membutuhkan
secara bersama-sama terhadap kepemimpinan
tindakan memotivasi para bawahan agar bersedia
transformasional kepala sekolah di SMK Negeri
bekerja demi sasaran “tingkat tinggi” yang dianggap
Tegal
serta etos kerja
menaruh kepentingan pribadinya pada saat itu (Bass
Tujuan kajian ini mengetahui: 1) hubungan
(1985). Sejalan itu, Tjiptono (2009) mengatakan
kompetensi kepala sekolah dengan kepemim-
bahwa pemimpin transformasional bisa berhasil
pinannya, 2) hubungan iklim organisasi sekolah
mengubah status quo dalam organisasinya dengan
dengan kepemimpinannya, 3) hubungan etos kerja
cara mempraktikkan perilaku yang sesuai pada
terhadap
setiap tahapan proses.
secara bersama-sama antara varia-bel kompetensi
14
kepemimpinannya, dan 4) mengetahui
Sitti Hartinah, Model Kepemimpinan ransformasional Kepala Sekolah SMK Negeri
kepala sekolah, iklim organisasi serta etos kerja
penunjuk arah, tujuan dimasa depan (direct
terhadap kepemimpinan transformasional kepala
setter), agen perubahan (change agent), negosiator
sekolah SMK Negeri
(spokesman), dan sebagai pembina (coach), di
Tegal.
dalam bidang pendidikan, seiring dengan upaya Kepemimpinan Transformasional
pembaharuan yang dilakukan, bentuk kepemim-
Penelitian ini difokuskan pada elemen kepemimpinan
pinan penting untuk diformulasikan. Bass (1985)
transformasional kepala sekolah di SMK
yang
dan Sillin (1994:421), kepemimpinan transforma-
berorientasi pada mutu layanan dan mutu proses
sional terdiri dari tiga komponen (1) kharisma;
dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
(2) kepekaan intelektual; dan (3) stimulasi
Mutu layanan itu berimplikasi pada terciptanya
intelektual. Kepemimpinan transformasional
suasana kerja yang kondusif, iklim organisasi
digambarkan sebagai bentuk kepemimpinan
sekolah yang nyaman, etos kerja yang tinggi yang
yang mampu meningkatkan komitmen staf
berorientasi pada kualitas. Model yang dieksplorasi
(Hunt 1991) mengkomunikasikan suatu visi dan
adalah kepemimpinan transformasional yang
implemen-tasinya (Dunphy 1990) memberikan
dibangun dengan variabel kompetensi kepala
kepuasan dalam bekerja dan mengembangkan
sekolah, iklim organisasi sekolah, dan etos kerja.
fokus yang berorientasi pada klien. Konsep itu,
Ke p e m i m p i n a n a d a l a h s u a t u t i n d a k a n
dapat disimpulkan adanya penokohan seorang
memotivasi bawahan untuk melaksanakan tugas,
pemimpin dengan menggunakan elemen kharisma,
dan kepemimpinan merupakan aspek yang paling
mampu memberikan ilham, loyalitas dan ketekunan,
dominan dalam manajemen suatu organisasi.
menanamkan kebanggaan, kesetiaan, serta
Kunci kepemimpinan adalah pemimpin, stimulus,
membangkitkan rasa hormat. Pemimpin yang
motivasi, dan bawahan. Kepemimpinan merupakan
memiliki ciri, memperlihatkan visi, kemampuan, dan
kemampuan dan keterampilan seseorang yang
keahliannya serta tindakan yang lebih mendahulukan
menduduki jabatan sebagai pemimpin suatu unit
kepentingan organisasi dan kepentingan orang lain
kerja untuk mempengaruhi perilaku bawahnya.
(masyarakat) dari pada kepentingan pribadi. Karena
Kepemimpinan adalah “the ability and readiness
itu, pemimpin karismatis dijadikan suri tauladan,
to inspire, guide, direct, or manage other”
idola, dan model panutan oleh bawahannya. Dengan
(Good 1973). Pengaruh model kepemimpinan
demikian, menjadi sangat kuat diyakini bahwa
terhadap bawahan ini seperti yang dinyatakan
kepemimpinan jenis ini memang diperlukan dalam
Bass (1999:21) adalah
era paskamodernisasi.
memberikan inspirasi
pengikutnya untuk mengarahkan kepentingan
Secara teoritis diyakini bahwa gaya kepemim-
pribadi bagi kebaikan organisasi, mengakui nilai dan
pinan transformasional amat menjanjikan untuk
filosofi, dan memikirkan masalah dengan cara baru.
diterapkan pada organisasi pembelajaran seperti
Pernyataan ini merupakan model kepemimpinan
di sekolah menengah kejuruan. Hal penting untuk
transformasional dikembangka dalam konteks politik
memimpin perjalanan ke masa depan yang dapat
dan selanjutnya ke dalam konteks organisasional.
dijadikan pijakan bagi kepala sekolah SMK dalam
Kepemimpinan ini yang dinilai paling tepat terhadap
mengembangkan sekolahnya, yaitu (1) tidak
gaya kepemimpinan yang paling efektif. Sejalan
menunggu, yaitu bahwa kepala sekolah harus
itu, Tjiptono (2006) mengatakan bahwa pemimpin
proaktif dan meraih kemenangan dini; (2) memiliki
transformasional bisa berhasil mengubah status quo
karakter yang berbobot, harus memiliki kredibilitas;
dalam organisasinya dengan cara mempraktikkan
(3) seorang kepala sekolah kepalanya ada di awan,
perilaku yang sesuai pada setiap tahapan proses
sedangkan kakinya ada di bumi, artinya bahwa
transformasi.
“di samping kepala sekolah itu harus memiliki
Pemimpin bergaya transformasional, berke-
kesadaran arah dan visi untuk melihat ke depan,
mampuan mengubah perilaku kepemimpinannya
tetapi sekaligus harus dapat mengayomi dan bisa
yang tradisional dan kurang responsif terhadap
dibanggakan; dan (4) memiliki sistem nilai bersama,
pembaharuan menjadi pemimpin yang berke-
artinya bahwa apa yang dikatakan pemimpin harus
sanggupan mentransformasi
sesuai dengan harapan pengikutnya.
jalannya roda
organisasi, sesuai dengan perannya sebagai
Selain itu,
kepala sekolah tidak bisa mengerjakan sendiri,
15
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011
artinya bahwa strategi yang mampu memenangkan
harus dimilikinya, diidentifikasi dari hubungan
dalam memimpin adalah filosofi “kami” dan bukan
interaksional antara perilaku kepemimpinan kepala
“aku”. Kepala sekolah meninggalkan warisan berupa
sekolah dalam melaksanakan fungsi merencanakan,
kehidupan yang dijalani bersama, maka tempalah
mengorga-nisasi, memimpin dan mengendalikan
aturan emas kepemimpinan. Kepemimpinan adalah
sumber daya. Iklim yang kondusif
kepen-tingan setiap orang, artinya setiap orang
dengan etos kerja yang kuat, sebaliknya iklim yang
otomatis adalah pemimpin.
otoriter dan sentralisasi pengambilan keputusan
berhubungan
tidak menguntungkan bagi organisasi, sementara Kompetensi Kepala Sekolah
tingkah laku guru sangat ditentukan oleh peraturan
Suatu persyaratan penting bagi keefektifan
dan prosedur standar kerja bukan menjurus ke arah
suatu organisasi atau kesuksesan pemimpin
produktivitas rendah tetapi menghasilkan sedikit
(kepemimpinan) dan manajer (manajemen)
kepuasan dan sikap negatif terhadap organisasi
dalam mengemban peran, tugas, fungsi, ataupun
(Burhanudin 2004:102).
tanggungjawabnya adalah kompetensi. Boyatzis
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No: 19
(1982:89) kompetensi sebagai “kemampuan yang
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
dimiliki seseorang yang nampak pada sikapnya yang
Bab VI Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
sesuai dengan kebutuhan kerja dalam parameter
pasal 38 Ayat 1 untuk menjadi kepala SMP/MTs/
lingkungan organisasi dan memberikan hasil
SMA/ MA/SMK/MAK meliputi (1) berstatus sebagai
yang diinginkan”.Lebih lanjut Sanusi (2001:123)
guru SMP/MTS/SMA/MA/SMK/MAK; (2) memiliki
mempertautkan kemampuan kepala sekolah
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
dengan misi profesionalnya terdiri atas (1)
agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-
kemampuan dalam administrasi sekolah yang
undangan yang berlaku; (3) memiliki pengalaman
meliputi kemampuan tujuan, kemampuan proses
mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di
dan kemampuan manajerial; serta (2) komitmen
SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK; dan (4) memiliki
dalam administrasi sekolah yang meliputi orientasi
kemampuan kepimpinan dan kewirausahaan di
ke arah syarat keunggulan profesional, aktif
bidang pendidikan.
berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar yang
Keputusan Mendiknas No 13 tahun 2007 tentang
profesional, dan dedikasi terhadap pengembangan
kompetensi kepala sekolah, dapat diklasifikasikan
konsep yang lengkap tentang the principalship.
dengan kompetensi kepribadian, kompetensi
Kepemimpinan kepala sekolah berkenaan pula
manajerial, kompetensi kewira-usahaan, kompetensi
dengan pemilikan kompetensi dasar manajerial pada
supervisi serta kompetensi sosial, seperti dibawah
diri pemimpin, berhu-bungan dengan pengetahuan,
ini. Kelima kompetensi ini harus dimiliki oleh
metode dan teknik tertentu dalam menyelesaikan
kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya
tugas.
sebagai kepala sekolah SMK. Kepala sekolah
Kompetensi kepala sekolah adalah kapasitas
sebagai pemegang kunci keberhasilan dalam
dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
pengelenggaraan pendidikan di sekolah tanpa
dimiliki oleh seorang kepala sekolah yang relevan
memiliki kesiapan mental untuk menghadapi
dengan standar kompetensi yang akan dilakukan
pekerjaan dengan berbagai tantangan, pemahaman
sehingga mampu melaksanakan pekerjaan yang
terhadap diri sendiri seperti tertera kepemilikan
telah dirancang bagi dirinya baik untuk saat ini
kompetensi kepribadian dan pemahaman terhadap
maupun pada masa yang akan datang. Kepala
orang lain tercermin kompetensi sosial, inisiatif,
sekolah disamping sebagai katalis perubahan juga
kreativitas sebagai cerminan dari kompetensi
memiliki visi yang jelas, memiliki gambaran holistik
manajerial, integritas, keberanian untuk berhasil,
tentang bagaimana organisasi di masa depan
dan berprestasi merupakan aplikasi dari penguasaan
ketika semua tujuan sasarannya telah tercapai
kompetensi kewirausahaan dan supervisi.
(Covey 1992); (Peters 1992); dan Sergiovanni
Sementara itu, keberhasilan kepala
(1990) menyatakan bahwa keberhasilan organisasi
sekolah dalam membangun watak kewibawaan,
dalam mencapai tujuan yang berbasis kompetensi
mengembangkan potensi, integritas, dan tujuan
tercermin dari tampilan ciri kompetensi yang
hidup dan yang terpenting merasakan peluang
16
Sitti Hartinah, Model Kepemimpinan ransformasional Kepala Sekolah SMK Negeri
dan menciptakan masa depan, membangun titik
komunikasi. Sementara itu Steers (1977) iklim
temu, inovasi, intuitif, transformasi situasional,
organisasi merupakan lingkungan internal yang
dan kecerdasan yang luwes. Keseluruhan aspek itu,
mewakili faktor-faktor dalam organisasi yang
merupakan kekuatan bagi kepala sekolah dalam
menciptakan kultur dan lingkungan sosial dimana
mengelola sekolahnya untuk mencapai keber-
aktivitas pencapaian tujuan berlangsung. Menurut
hasilan, diperlukan pembahasan tentang berbagai
Delp (1977) iklim organisasi adalah kualitas relatif
kompetensi yng harus dikuasai oleh seorang kepala
dari lingkungan internal suatu organisasi, yang
sekolah.
dialami dan mempengaruhi perilaku anggotanya,
Dalam menghadapi tantangan masa depan yang
dan dapat digambarkan dalam suatu perangkat
semakin terasa kompleks dan akan berkembang
karakteristik, apabila dikaitkan dengan budaya,
semakin dinamis, diperlukan kompetensi
budaya lebih cenderung pada nilai, norma, dan
kepemimpinan kepala sekolah berupa conception
tradisi organisasi. Dengan kata lain, budaya adalah
yang tepat, competency yang cukup, connection
filosofi suatu organisasi, sedangkan iklim organisasi
yang luas, dan confidence. Kenyataan penngelolaan
adalah atmosfir dari sebuah organisasi.
sekolah yang dihadapi untuk dapat berubah ke
Berarti bahwa iklim organisasi meliputi beberapa
arah yang lebih baik tidak hanya dapat dilakukan
unsur yang dapat menjadikan organi-sasi dijiwai oleh
dengan menunggu instruksi atau kebijakan dari
semua anggotanya dalam suatu organisasi termasuk
atasan atau orang lain, pengelola sekolah dapat
organisasi sekolah. Duncon (1972) mencirikan iklim
memberikan alternatif tindakan secara bijak dengan
organisasi sebagai keseluruhan faktor fisik dan sosial
menggunakan kemampuan yang dimiliki yaitu
yang terdapat dalam sebuah organisasi. Sergiovanni
kompetensinya
(1987) berpendapat bahwa iklim secara umum
Mengingat tanggung jawab dan perannya
diciptakan, dibentuk dan disalurkan sebagai hasil
dalam memajukan sekolah, maka kriteria kepala
dari suatu kepemimpinan interpersonal yang efektif
sekolah diatur dalam Peraturan Pemerintah
oleh pimpinan sekolah. Pines (1982:176) iklim
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
kerja sebuah organisasi dapat diukur melalui empat
Standar Nasional Pendidikan pada Pasal 38 ayat
dimensi sebagai berikut: (a) dimensi psikologikal,
(3) dinyatakan sebagai berikut (1) memiliki
yaitu variabel beban kerja, kurang otonomi, kurang
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pemenuhan sendiri (self-fulfilment clershif), dan
pembelajaran, (2) memiliki pengalaman mengajar
kurang inovasi, (b) dimensi struktural, yaitu variabel
sekurang-kurangnya lima tahun, dan (3) memiliki
seperti fisik, bunyi dan tingkat keserasian antara
kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di
keperluan kerja dan struktur fisik, (c) dimensi
bidang pendidikan. Keberhasilan kepemimpinan
sosial, yaitu aspek interaksi dengan klien (dari segi
kepala sekolah dalam mengelola pendidikan
kuantitas dan ciri permasalahannya), rekan sejawat
dipengaruhi oleh kemampuan untuk melakukan
(tingkat dukungan dan kerja sama), dan penyelia-
kegiatan perencanaan (planning), pengorgani-
penyelia (dukungan dan imbalan), (d) dimensi
sasian (organizing), pengarahan (actuating),
birokratik, yaitu
dan pengawasan (controling) terhadap semua
peraturan konflik peranan
undang-undang dan peraturan-
operasional tingkat satuan pendidikan. Keberhasilan
Selaras dengan itu, iklim sekolah yang positif
sekolah dalam meraih mutu pendidikan yang baik
merupakan suatu kondisi dimana keadaan sekolah
banyak ditentukan melalui peran kepemimpinan
dan lingkungannya dalam keadaan aman, damai, dan
kepala sekolah.
menyenangkan untuk kegiatan belajar mengajar. Pada hakekatnya iklim bersifat interpersonal dan
Iklim Organisasi Sekolah
dimanifestasikan dalam sikap dan perilaku guru,
Iklim organisasi dapat dideskripsikan sebagai
siswa dan pimpinan sekolah dalam kegiatan
kombinasi pembagian sejarah, harapan, hukum
kerjanya. Selain itu, iklim merupakan energi
yang tidak tertulis dan sosial yang mempengaruhi
yang terdapat di dalam organisasi yang dapat
kebiasaan/tingkah laku dari setiap orang di dalam
memberikan pengaruhnya terhadap sekolah, seperti
organisasi. Atau suatu garis kepercayaan yang
peraturan yang disepakati untuk mewujudkan
selalu mewarnai persepsi dari setiap tindakan dan
tujuan bersama, dukungan teman sejawat dalam
17
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011
membangun kolaborasi di sekolah, kenyamanan
persaingan dalam merebut pangsa pasarnya. Setiap
kantor mendukung kondisi yang kondusif,
organisasi seperti sekolah
kesemuannya itu tergantung bagaimana energi
selalu ingin maju, akan melibatkan anggota untuk
tersebut di salurkan dan diarahkan oleh pimpinan
meningkatkan mutu kinerjanya, diantaranya
sekolah. Semakin baik energi yang disalurkan dan
setiap sekolah harus memiliki etos kerja. Siagian
diarahkan maka semakin baik pula pengaruhnya
(2006) seorang pegawai memiliki etos kerja yang
terhadap sekolah.
tinggi, apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai
Indikator keberhasilan
menengah kejuruan
kepala SMK dalam
berikut, (1) mempunyai penilaian yang sangat
Peraturan Pemerintah No: 19 Tahun 2005 ditegaskan
positif terhadap hasil kerjanya; (2) menempatkan
bahwa salah satu tugas kepala sekolah adalah
pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang
menjaga iklim kerja. Iklim kerja yang dimaksud
amat luhur bagi eksistensi manusia; (3) kerja yang
adalah penciptaan lingkungan sekolah yang
dirasakan sebagai aktivitas yang membutuhkan
baik seperti kebersihan, keindahan ketertiban,
ketekunan dan sekaligus sarana yang penting dalam
keamanan, kerindangan dan kekeluargaan sebagai
mewujudkan cita-cita; (4) kerja dilakukan sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari profesionalisme.
bentuk ibadah.
Seluruh warga sekolah
dengan situasi yang
Etos kerja menggambarkan suatu sikap,
nyaman diharapkan dapat mengaktualisasikan ide,
sebagai aspek evaluatif yang dimiliki oleh individu
kreativitas, inovasi, kerjasama, dan kompetisi yang
(kelompok) dalam memberikan penilaian terhadap
sehat di antara guru. Kenyamanan kerja dibutuhkan
kegiatan kerja. Etos kerja yang dimiliki oleh
penataan ruangan kerja
yang baik, penerangan
seseorang atau kelompok masyarakat, akan menjadi
ruangan yang cukup, ventilasi udara yang memadai,
sumber motivasi bagi perbuatannya, karena itu akan
menjauhkan dari suara bising Kartono (2006:26).
membuka pandangan dan sikap kepada manusianya
Fasilitas-fasilitas kebutuhan lainnya seperti kamar
untuk menilai tinggi terhadap kerja keras dan
mandi yang bersih, air yang cukup selalu tersedia.
sungguh-sungguh, sehingga dapat mengikis sikap
Ruangan memberikan komunikasi yang baik antar
kerja yang asal-asalan, tidak berorientasi terhadap
individu serta memberi rasa nyaman kepada yang
mutu atau kualitas yang semestinya. Siagian (2006)
menempati. Hubungan antar individu yang akrab
mengatakan bahwa turun/rendahnya semangat dan
serta lingkungan kerja yang mendukung
tidak
kegairahan diindikasikan oleh: (1) turun/rendahnya
menimbulkan stres kerja karena hubungan antara
produk-tivitas; (2) tingkat absensi yang naik/
individu dijalin secara baik dan kekeluargaan.
rendah; (3) labour turn over (tingkat perputaran
Kartono (2006:28) menemukan bahwa suasana
buruh) yang tinggi; (4) tingkat kerusuhan yang
sekolah memberikan kontribusi tidak langsung
naik; (5) kegelisahan dimana-mana; (6) tuntutan
terhadap kinerja para guru di SMK.
yang sering terjadi; dan (7) pemogokan.
Iklim organisasi sekolah dapat dipandang
Peningkatan etos kerja dapat dilakukan dengan
sebagai aset dari suatu organisasi yang dapat
berbagai cara, antara lain melalui Sinamo (1999:78)
digunakan untuk menciptakan nilai bagi organisasi
(1) komunikasi secara interaktif walaupun dalam
melalui kombinasi modal manusia dan modal
banyak perbedaan; (2) menegakkan disiplin kerja;
struktural. Iklim organisasi disini dapat dimaknai
(3) menumbuhkan komitmen dan kesadaran
sebagai suatu karakteristik dari sebuah sekolah
akan tanggung jawab; (4) kerja sama yang solid
dalam suatu organisasi yang dipersepsi oleh para
dan transparan; dan (5) menciptakan iklim kerja
guru dan sekaligus mempengaruhi perilakunya
yang kondusif. Etos kerja yang tinggi biasanya
dalam melaksanakan tugasnya.
muncul karena berbagai tantangan, harapan, dan kemungkinan kemungkinan yang menarik. Situasi
Etos Kerja
itu, dapat membuat seseorang seperti guru atau
Etos kerja yang tinggi seyogyanya dimiliki setiap
kepala sekolah itu, bekerja dengan rajin, teliti,
pegawai atau kepala sekolah di suatu sekolah, ini
berdedikasi, serta tanggung jawab yang besar,
sangat membutuhkan kerja keras dan komitmen
perilaku kerja yang konsisten positif, berwatak
yang tinggi dari setiap pegawai, kalau tidak organisasi
ramah budaya, dan serasi lingkungan, komitmen
akan sulit berkembang, dan memenangkan
terhadap visi organisasi, serta orientasi kerja pada
18
Sitti Hartinah, Model Kepemimpinan ransformasional Kepala Sekolah SMK Negeri
keunggulan insani berdasarkan the spirit of success.
dengan menggunakan data yang dikumpulkan.
Dilandasi etos kerja yang tinggi akan diraih
Besaran populasi 573 guru SMK Negeri dikedua
berbagai hasil, baik untuk kepentingan lembaga,
daerah penelitian, terpilih 200 sampel, pengam-
Sinamo (1999:78) menegaskan sebagai berikut
bilan sampel ini, sesuai dengan yang dipersyarat-
(1) mencapai aktualisasi diri; (2) tercapainya
kan dalam Structural Equation Modeling (SEM)
kepuasan; (3) pengembangan karier pegawai
dalam
secara adil; (4) melakukan retensi secara selektif;
dikumpulkan dengan angket skala berstruktur,
(5) meningkatkan disiplin; (6) meningkatkan
yang mengungkap penilaian guru terhadap kepala
motivasi dan moral kerja; (7) meningkatkan
sekolah. Disain model pengukurannya berpen-
produktivitas kerja; (8) meningkatkan kerja sama;
dekatan confirmatory factor analysis melalui LISREL
(9) menumbuhkan konflik positif.Peningkatan etos
(Joreskog, Sorbom, 1986 dalam Ghozali, 2005:37).
kerja dapat dilakukan dengan berbagai cara, Sinamo
analisis LISREL (Ghozali 2005:13)
Data
Data
dianalisis melalui statistik deskriptif
(1999:112) dapat berupa (1) komunikasi secara
berbantuan soft ware SPSS versi 13.00 for Windows
interaktif walaupun dalam banyak perbedaan; (2)
dan analisis koefisien determinasi dengan bantuan
menegakkan disiplin kerja; (3) menumbuhkan
soft ware LISREL versi 8,51 windows application
komitmen dan kesadaran akan tanggung jawab;
melalui media komputer (Ghozali 2005:8). Uji
(4) kerja sama yang solid dan transparan; dan (5)
tingkat kesahihan instrumen dilakukan dengan
menciptakan iklim kerja yang kondusif.
validitas isi (content validity) dan validitas konstruk
Berbekal etos kerj a professi onal yang
(construct validity). Instrumen dari sisi konstruk,
melatarbelakangi munculnya moral dan perilaku
akan digunakan pendapat para ahli (judgment
kerja pegawai, maka pada gilirannya dapat
experts). Analisis instrumen menggunakan program
mendorong organisasi untuk menampilkan kinerja
SPSS dengan mengguna-kan formula Cronbach’s
tinggi, diharapkan akan menumbuhkan kemauan,
Alpha yakni matrik interkorelasi antar skor item
kemampuan, dan kesediaan seseorang untuk
atau butir instrumen.
menyesuaikan perilakunya dengan budaya dan
yang diuji reliabilitasnya dengan Cronbach’s Alpha,
tuntutan organisasi, sehingga termotivasi untuk
seluruh butir instrumen dinyatakan reliabel
Dari enam variabel laten,
meningkatkan produktivitas kerjanya. Untuk itu,
Permodelan persamaan struktural terdiri atas
diperlukan adanya kejelasan visi, misi, komitmen,
delapan langkah yaitu: (1) pengembangan model
integritas, kretivitas, daya tahan atas berbagai
berbasis teori dengan concise theoretical model.
tantangan dan ancaman
dan yang terpenting
(2) penyusunan diagram alur, dibangun secara
adalah adanya kemauan untuk bekerja keras demi
nomothetic-explanation, prediction dan control lalu
organisasi.
causal model secara diagram alur (path diagram).
Berdasar kajian teori itu, hipotesisnya adalah (1) Ada kontribusi variabel sekolah
terhadap
(3) spesifikasi model dengan model pengukuran
kompetensi kepala
(measurement model). (4) identifikasi model yaitu
kepemimpinan transforma-
menjaga model agar tidak under-identified atau
sional kepala sekolah. (2) Ada kontribusi variabel
unidentified. (5) estimasi parameter, membangun
iklim organisasi sekolah terhadap
data menghasilkan matriks kovarian berdasarkan
kepemimpinan
transformasional kepala sekolah. (3) Ada kontribusi
model (model-based
covarians model). (6)
variabel etos kerja terhadap kepemim-pinan
penilaian model fit, dengan indikator goodness of
transformasional kepala sekolah. (4) Ada kontribusi
fit (GOF).(7) modifikasi model, untuk memperoleh
variabel kompetensi kepala sekolah, iklim organisasi
model fit (goodness of fit) dalam bahasa statistik,
serta etos kerja secara bersama-sama terhadap
untuk memperoleh nilai selisih yang terkecil antara
model kepemimpinan transforma-sional kepala
kovarian matrik sampel dengan kovarian matrik
sekolah.
model. Pengukuran variabel laten untuk mengukur indikator variabel yang mempengaruhi sebuah
Metode dan Prosedur Analisis
variabel laten, digunakan teknik confimatory factor
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif korelasional,
analiysis.
dengan desain model ditentukan dahulu landasan teorinya, kemudian model diuji signifikansinya
Hasil Penelitian dan Bahasan
19
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011
Kepemimpinan transformasional kepala sekolah
koefisien chi square yang kecil
berdasarkan analisis
nilai Chi-Square tabel sebesar
pengukurannya
d e s k r i p t i f va r i a b e l
diperoleh mean sebesar 95,805
(3,345) dari
11,075. Nilai itu
bila dikonfirmasikan dengan cut of value
( lebih
yang terletak pada interval 89-109, bahwa
kecil dari tabel chi square pada tingkat a = 0,05;
kepemimpinan transformasional kepala sekolah
DF=5). Simpulan yang diperoleh model pengujian
menurut persepsi guru adalah baik. Kompetensi
konfirmatori kompetensi kepala sekolah telah sesuai
Kepala Sekolah analisis dari variabel laten beserta
dengan data empiris. Besarnya koefisien regression
variabel pengukurannya yang terdiri atas 37 butir
adalah
pertanyaan, skor terendah 37 dan skor tertinggi 185, range 148 dan kelas interval 29. mean sebesar
Variabel Iklim Organisasi Sekolah
135,8 yang terletak pada interval 128-156 menurut
Pengukuran konfirmatori variabel iklim organisasi
persepsi guru adalah baik Variabel iklim organisasi
sekolah (î2) sebagai variabel latent eksogen kedua,
sekolah berdasarkan analisis variabel laten yang
beserta
deskriptif,
dari
variabel pengukurannya
terdiri atas 14 butir pertanyaan diperoleh
memiliki empat indikator ((X 6, X 7, X 8, X 9,) atau
variabel pengamatan. Pengujian terhadap variabel konfirmatori iklim organisasi sekolah
dinyatakan
mean sebesar 51,635 yang terletak pada interval
goodness of fit, dibuktikan dari nilai koefisien chi
49-59, berarti iklim organisasi sekolah dipersepsi
square yang kecil yaitu sebesar 0,214 dari nilai Chi-
guru adalah baik Etos kerja berdasarkan analisis
Square tabel sebesar 5,992 (lebih kecil dari tabel
deskriptif, variabel laten etos kerja beserta
chi square pada tingkat α = 0,05; DF=5), Simpulan
variabel pengukurannya yang terdiri dari 25 butir
yang diperoleh model pengujian konfirmatori
pertanyaan, diperoleh mean sebesar 93,92 yang
iklim organisasi sekolah telah sesuai dengan data
terletak pada interval 86-105, menurut persepsi
empirik. Besarnya koefisien regression dapat dilihat
guru adalah baik.
pada Tabel 2 berikut.
Analisis Faktor Konfirmatori.
Variabel Etos Kerja
Dalam penilaian model structural terfokus pada hubungan antara variabel laten eksogen dan endogen, rumusan hipotesis yang ditetapkan dalam model semua
dalam bentuk positif, sehubungan
itu perhitungan dari LISREL menunjukkan tidak adanya hubungan negatif antara variabel eksogen dan endogen. Analisis faktor konfirmatori variabel eksogen dan endogen digunakan untuk menguji kesesuaian model terhadap data yang digunakan. Variabel Kompetensi Kepala Sekolah Pengukuran konfirmatori variabel kompetensi kepala sekolah (î1), diukur dengan lima indikator
yang dinotasikan (X1, X2, X3, X4, X5,) hasil pengujian dinyatakan goodness of fit,
dibuktikan dari nilai
Pengukuran konfirmatori etos kerja (î3) sebagai variabel laten eksogen ketiga memiliki 5 indikator
(X10, X11, X12, X13, X14,), pengujian terhadap variabel konfirmatori pada dimensi etos kerja
fit secara baik, ini dibuktikan dari nilai koefisien chi square yang kecil sebesar 7,138 dari Chi-Square tabel
nilai
sebesar 11, 075 pada tingkat
α = 0,05 ; DF = 5). Simpulan model pengujian konfir-matori etos kerja telah sesuai dengan data. Besaran koefisien regression tampak pada Tabel 3 berikut ini. Pengujian Konfirmatori Variabel Eksogen Pengukuran konfirmatori variabel-variabel eksogen, yaitu variabel yang menjelaskan terdiri dari tiga
Tabel 1. Koefisien Regresi Variabel Kompetensi Kepala Sekolah
20
dinyatakan
Sitti Hartinah, Model Kepemimpinan ransformasional Kepala Sekolah SMK Negeri
variabel laten yaitu : variabel kompetensi kepala
untuk semua dimensi terbukti lebih besar dari nilai
sekolah (î1) ; variabel iklim organisasi sekolah (î2)
Z tabel, atau dilihat dari nilai probability (P) yang
Pengujian terhadap
semua dimensi lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat
variabel eksogen dapat dilihat pada Gambar 1 di
disimpulkan bahwa koefisien factor loading yang
bawah ini.
dihasilkan untuk semua dimensi pada variabel-
dan variabel etos kerja (î3).
Gambar 1 itu, dapat dikemukankan bahwa
variabel eksogen dinyatakan signifikan.
pengujian konfirmatori variabel eksogen dinyatakan fit secara baik, ini dibuktikan dari nilai koefisien chi
Variabel Kepemimpinan Transformasional
square yang kecil yaitu sebesar 57,983 dari nilai
Kepala Sekolah
Chi-Square tabel sebesar 135,609.
Pengukuran konfirmatori kepemimpinan
pada tingkat
a = 0,05; DF = 74). Model pengujian konfirmatori
t ra n s f o r m a s i o n a l
variabel eksogen telah sesuai dengan data empiris.
variabel laten endogen, dimana memiliki tiga
Besarnya koefisien regression, variabel
indikator. Pengujian terhadap variabel konfirmatori
eksogen
ke p a l a s e ko l a h s e b a g a i
dinyatakan signifikan pada taraf α/2 (0,025), atau
kepemimpinan transformasional
sama dengan ± 1,96. Melalui perbandingan antara
dinyatakan fit secara baik, ini dibuktikan dari nilai
kepala sekolah
nilai CR (critical ratio) dengan nilai Z tabel, ternyata Tabel 2 Koefisien Regresi Variabel Iklim Organisasi Sekolah
Tabel 3
Koefisien Regresi Variabel Etos Kerja
Gambar 1 Pengujian Konfirmatori Variabel Eksogen 21
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011
koefisien chi square yang kecil 2,324 dari nilai Chi-
ketiga faktor tersebut. Dari gambar 2 itu, dapat
Square tabel sebesar 5,992 pada tingkat = 0,05
dikemukakan bahwa model structural equation
; DF = 3), diperoleh.
Simpulan yang diperoleh
model (SEM) dinyatakan fit secara baik, hal ini
model pengujian konfirmatori kepemimpinan kepala
dibuktikan dari kelayakan nilai-nilai uji seperti
sekolah telah sesuai dengan data empirik. Besarnya
ditunjukkan dalam Tabel 5 sebagai berikut.
koefisien regression dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 5 itu, menunjukkan bahwa model yang direncanakan fit secara baik, karena setelah diuji
Pengujian Full Model SEM
kecocokannya nilai Chi Square, GFI, AGFI, TLI, dan
Pengujian Full model Structural Equation (SEM)
RMSEA dibandingkan dengan nilai acuan (cut of
untuk menguji hipotesis yang diajukan dan
value) persamaan model structural, hasilnya baik,
menjawab rumusan masalah yang ditetapkan
nilai probabilitas (p value) chi square 0,103 > 0,05.
didepan.
Uji ini dapat menyimpulkan bahwa model sudah
Pengujian full model Structural Equation Model
sesuai dengan data yang digunakan. Berdasarkan
(SEM) dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
out put LISREL, terlihat bahwa arah hubungan antara variabel eksogen dengan variabel endogen
Uji Kelayakan Structural Equation Model
menunjukkan arah hubungan positif, dan tidak ada
Hasil analisis ini dikemukakan kepemimpinan
satupun variabel yang menunjukkan hubungan
transformasional kepala sekolah beserta faktor
negatif.
determinan yang mempengaruhinya, yaitu kompetensi kepala sekolah, iklim organisasi
Pengujian Kausalitas Model
sekolah dan etos kerja.
Hubungan struktural
Melalui program statistik AMOS dapat dianalisis dan
yang diuji mengasumsikan bahwa kepemimpinan
dihitung hasil bobot regresi antar variabel laten yang
transformasional kepala sekolah dipengaruhi oleh
sering disebut sebagai estimasi loading factors atau lambda value. Selain itu derajat bebas atau deggre
Tabel 4 Koefisien Regresi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah
PENGUJIAN FULL MODEL SEM Chi Square = 135.609 Cmin/df = 1.169 DF =116 Prob = .103 .56 .45 .61 .75 .53 CFI =..989 X1 X2 X4 X5 X3 GFI = .923 AGFI=..899 .86 .73 .75 .67 .78 TLI=..987 RMSEA=.029 e1
e2
e3
e4
e5
KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH X6
e6 .53 e7
.69
e8
X7 X8
.66 e9
X9
.24
.73 .83 .81
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
.32
IKLIM ORGANISASI SEKOLAH
.25
.29
.86
.74
z1
ETOS KERJA .76 X10
X11 .57
e10
.84
.75
e11
.86 X13
X12 .56 e12
.70
.91 X14
.74
e13
.83 e14
Gambar 2 Full Structural Equation Model (SEM) 22
.89
e15
Y1 .80
.70
Y2
.63
Y3
.50 .40
e16 e17
Sitti Hartinah, Model Kepemimpinan ransformasional Kepala Sekolah SMK Negeri
of freedom (DF), nilai CR atau t hitung juga dapat
kerja adalah (1) Terdapat pengaruh secara signifikan
diketahui berdasarkan signifikasi t hitung dengan
kompetensi kepala sekolah terhadap kepemimpinan
nilai probabilitas (p) = 0,05. Hasil bobot regresi
transformasional
uji kausalitas sebagai berikut: hubungan antara
24,5%. Hasil analisis juga ditemukan pembentuk
variabel latent dengan dimensi-dimensinya dapat
konstruk secara berturut-turut yaitu kompetensi
dijelaskan pada Tabel 7 sebagai berikut.
kepribadian sebesar 74,7%, manajerial 86,5%,
kepala sekolah
sebesar
kewirausahaan sebesar 72,6%, supervisi 67%, Pembahasan
dan kompetensi sosial sebesar 77,9%. Kompetensi
Hipotesis kerja dapat diterima yaitu untuk
kepala sekolah yang mempunyai pengaruh positif
mengetahui apakah ada kesesuaian antara model
dan signifikan terhadap kepemimpinan kepala
yang diajukan, dapat dinyatakan bahwa hipotesis Tabel 5 Indeks Pengujian Kelayakan Structural Equation Modelling
Tabel 6 Evaluasi Bobot Regresi Uji Kausalitas
sekolah,
sesuai
teori Spencer (1993) yang
sekolah terhadap kepemimpinan transformasional
menyatakan bahwa karakteristik dasar seorang
kepala sekolah
sebesar 29,4,%. Hasil analisis
pekerja yang menggunakan bagian kepribadiannya
juga membuktikan pembentuk konstruk terbesar
yang paling dalam, dan dapat mempengaruhi
dalam iklim organisasi adalah dimensi birokratik
perilakunya ketika ia menghadapi pekerjaan
yaitu sebesar 86,2%, hal ini menggambarkan
yang akhirnya mempengaruhi kemampuan untuk
bahwa iklim organisasi yang ada di sekolah akan
menghasilkan prestasi kerjanya,
sesuai dengan
banyak ditentukan oleh birokrasi yang ada di
Permendiknas No 13 Tahun 2007 tentang Standar
sekolah tesebut. Temuan ini juga didukung oleh
kepala sekolah bahwa komptenasi manajerial
Steve Kelneer yang dikutip oleh Spencer (1993)
seorang kepala sekolah penting untuk mengelola
disebutkan bahwa flexibility conformity. Fleksibilitas
sekolahnya maencapai mutu pendidikan.
dan comfomity merupakan kondisi organisasi yang
Kompetensi kepala sekolah akan menentu-
untuk memberikan keleluasan bertindak bagi warga
kan kinerjanya dalam hal ini kepemimpinannya
belajar baik guru, tenaga kependidikan dan peserta
yang dapat mendayagunakan sumberdaya secara
didik serta melakukan penyesuaian diri terhadap
optimal untuk kepentingan sekolah. Kondisi ini
tugas-tugas yang diberikan. Hal ini berkaitan dengan
menggambarkan bahwa kepala sekolah yang
aturan yang ditetapkan organisasi, kebijakan dan
mempunyai kompetensi tinggi maka kepemim-
prosedur yang ada.
pinannya semakin baik dalam mencapai tujuan
Penerimaan terhadap ide-ide yang baru
sekolah sesuai dengan perencanaan sekolah (2)
merupakan nilai pendukung di dalam mengem-
Terdapat pengaruh secara signifikan iklim organisasi
bangkan iklim organisasi yang kondusif demi
23
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011
tercapainya tujuan organisasi, dalam mencapai
nilai probability (P) lebih kecil dari 0,05, yang
tujuan
diperlukan iklim organisasi sekolah yang
dapat dilihat dari nilai CR sama dengan 3,529,
kondusif yang diciptakan oleh kepala sekolah selaku
perolehan lebih besar dari nilai tabel Z ±1,96.
headmaster. Temuan penelitian ini pembentuk
Penciptaan iklim organisasi yang kondusif dapat
dimensi iklim organisasi sekolah yang terbesar, hal
berdampak pada peningkatan kinerja secara optimal
ini berarti
bahwa kepemimpinan kepala sekolah
dalam mewujudkan tujuan sekolah yang berbasis
adalah faktor kunci untuk menge-lola mencapai
kewirausahaan. Kultur yang “sehat” berkorelasi
visi dan misi sekolah melalui penciptaan iklim yang
tinggi dengan motivasi kerja guru, produktivitas,
baik. Kondisi ini meng-gambarkan bahwa iklim
dan kepuasaan kerja kepala sekolah, guru, staf
organisasi sekolah yang baik dapat mempengaruhi
administrasi maupun siswa, melihat dari sisi lain dari
kepemimpinan kepala sekolah dalam melaksanakan
upaya peningkatan kerja. (5) Terdapat pengaruh
tugasnya mengelola sekolah. Semakin baik iklim
secara bersama-sama kompetensi kepala sekolah,
organisasi sekolah maka kepemimpinan kepala
iklim organisasi sekolah dan etos kerja terhadap
sekolah semakin efektif. (3) Terdapat
pengaruh
kepemimpinan kepala sekolah sebesar 85,6%. Hasil
secara signifikan iklim organisasi sekolah terhadap
analisis juga membuktikan bahwa dari ketiga variabel
kepemimpinan transformasional
kepala sekolah
laten yang diteliti secara berturut-turut mempunyai
sebesar 28,1,%. Hasil analisis juga membuktikan
pengaruh terhadap kepemimpinan kepala sekolah
signifikan, nilai probability (P) lebih kecil dari 0,05,
hampir sama besarnya yaitu kompetensi kepala
dari nilai CR sama dengan 3,529, terbukti lebih besar
sekolah sebesar 24,5%, iklim organisasai sekolah
dari nilai tabel Z ±1,96.
sebesar 29,4%, dan etos kerja sebesar 28,1%.
Kondisi ini menggambarkan bahwa etos kerja
Walaupun pengaruhnya hampir sama besarnya,
yang tinggi akan menentukan kepemimpinan
namun demikian pengaruh yang paling besar adalah
kepala sekolah, temuan dalam penelitian
adalah
iklim organisasi sekolah yaitu sebesar 29,4%.
adanya komitmen yang tinggi terhadap pencapaian
Sedangkan pengaruh secara keseluruhan sebesar
tujuan organisasi sekolah maka kepemimpinan
85,6% dan terbukti signifikan dengan probability
kepala sekolah akan berjalan semakin baik atau
(P) 0,000. Kondisi ini menggambarkan
efektif. Komitmen terhadap visi organisasi yang
kepemimpinan kepala sekolah sebagai pemimpin
tinggi, dijelaskan oleh Sinamo menjadi tri darma
sangatlah cocok dengan misi dari pada sekolah
bahwa
mahardika artinya tiga jalan keberhasilan yang
sebagai organisasi terbuka dan agent of change,
meliputi (1) mencetak prestasi dengan motivasi
sekolah dituntut inovatif, aspiratif dan tanggap
yang tinggi dan keterampilan yang dimiliki dalam
terhadap perkembangan zaman. Kesempatan ini
hal ini adalah kepemimpinan kepala sekolah dalam
lebih didukung dengan adanya otonomi pendidikan
memimpin. Prestasi yang dicapai merupakan budaya
dengan program Manajemen Berbasis Sekolah
mutu; (2) membangun masa depan kepemimpinan
(School Based Management).
yang transformasional dan visioner. Sukses selalu
Dengan demikian kepala sekolah mempunyai
dikaitkan dengan aspirasi kemudian mewujudkan
kewenangan yang lebih luas dalam rangka mengelola
visi, misi, atau purpose of life. Kepemimpinan
sekolah, sehingga dituntut memahami secara
visioner adalah piranti utama untuk mewujudkan
komprehensif manajemen sekolah. Kemampuan
impian menjadi kenyataan, cita-cita menjadi realita,
manajerial yang tinggi menjadikan sekolah efesien,
dan misi menjadi kondisi; (3) mencipta nilai baru
tetapi tidak dikendalikan dengan kemampuan
dengan inovatif dan kreatif. Etos kerja yang tinggi
kepemimpinannya yang efektif, maka kepala
dari kepala sekolah dapat menjadikan misi menjadi
sekolah akan menjadi manajer yang tangguh yang
target mutu sesuai dengan program sekolah yang
menggunakan kekuasaannya dengan semena-
pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan
mena, dengan kurang mem-perhatikan aspek-aspek
secara keseluruhan melalui kepemimpinannya. (4),
moral, etika dan sosial. Kepala sekolah sebagai
Terdapat pengaruh secara signifikan iklim organisasi
pemimpin harus memegang pada prinsip utama saat
sekolah berpengaruh terhadap kepemimpinan
melaksana-kan tugasnya yaitu bahwa orang lebih
transformasional kepala sekolah sebesar 28,1,%.
penting ketimbang benda lainnya. Kata kuncinya,
Hasil analisis juga membuktikan signifikan,
agar kepala sekolah berhasil menggerakkan para
24
Sitti Hartinah, Model Kepemimpinan ransformasional Kepala Sekolah SMK Negeri
guru, staf dan para siswa dalam mencapai tujuan
dan konstruk yang paling kecil adalah dimensi
sekolah, sehingga kepala sekolah harus mampu
stimulasi intelektual sebesar 63,1%. Model yang
menyakinkan (persuade) dan membujuk (induce)
dibangun dapat digunakan sebagai pemodelan
agar para guru, staf dan para siswa percaya bahwa
gaya kepemimpinan kepala sekolah yang mampu
apa yang dilakukannya adalah benar. Perbuatan
memberikan stimulus anak buah secara intelektual.
memaksa atau bertindak keras kepada mereka
Model kepemimpinan transformasional kepala
perlu dihindari, namun sebaliknya harus melahirkan
sekolah SMK N adalah yang yang berkonfigurasi
kemauan serta semangat bekerja dengan penuh
iklim organisasi sekolah (dengan dimensi-dimensi
percaya diri dan penuh semangat.
birokratik, struktural, sosial, dan psikologikal); (kontribusi 29,4%), etos kerja (dengan dimensi-
Simpulan
dimensi komitmen organisasi, motivasi, akun-
Hasil analisis deskripsi dapat disimpulkan sebagai
tabilitas, moral kerja dan absenteisme); dan
berikut: Pemodelan kepemimpinan kepala sekolah
kepemilikan kompetensi kepala sekolah (mencakupi
pada kondisi sesuai (good fit) dengan data
kompetensi-kompetensi manajerial, sosial,
empiris. Pemodelan mampu menjelaskan hubungan
kepribadian, kewirausahaan, dan supervisi).
struktural yang dibangun pada model tersebut: (1)
Berpijak pada temuan dari model kepemim-
Faktor dimensi kompetensi kepala sekolah terhadap
pinan yang terbangun, dalam merumuskan
kepemimpinan
transformasional kepala sekolah
ke p e m i m p i n a n ke p a l a s e ko l a h d i p e r l u k a n
berkontribusi 24,5%, dan pengaruhnya signifikan.
peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam
Pembentuk konstruk paling besar adalah kompetensi
melaksanakan fungsi manajemennya secara
manajerial dengan
nilai estimasi sebesar 86,5%
periodik. Peningkatan kemampuan tersebut meliputi
dan konstruk yang paling kecil adalah kompetensi
upaya peningkatan faktor kompetensi supervisi
kepribadian
67,0%. pemodelan untuk
kepala sekolah kepada guru dan karyawannya
pengembangan kemampuan kepemimpinan kepala
sebesar
disamping faktor jiwa dan mental kewirausahaan
sekolah lebih diprioritaskan pada peningkatan jiwa
bagi guru dan siswa, kompetensi kepribadiaannya,
kepemim-pinan yang harus dimiliki seorang kepala
kompetensi sosialnya,dan kompetensi manajerial,
sekolah.(2) Faktor variabel iklim organisasi sekolah
disamping minimal mempertahankan kebermaknaan
terhadap kepemimpinan transformasional kepala
faktor-faktor determinan yang lainnya. Model
sekolah. berkontribusi 29,4%,
dan pengaruhnya
tersebut dapat digunakan sebagai pemodelan
signifikan. Model tersebut dapat digunakan sebagai
untuk menetapkan siapa sebagai seorang kepala
pemodelan untuk pengembangan iklim organisasi
sekolah. tersusun model konseptual pengembangan
sekolah yang kondusif akan mempe-ngaruhi
kapasitas kepemimpinan transformasional yang
kepemimpinan transformasional kepala sekolah
relevan dengan kebutuhan dan tantangan yang
lebih diprioritaskan pada sudut birokratik dimana
harus direspons oleh SMK Negeri. Model tersebut
seorang kepala sekolah harus memahami job
dapat digunakan sebagai pemodelan dan konstruk
diskripsi. (3) Faktor variabel etos kerja ter-hadap
untuk pengembangan kemampuan kepemimpinan
kepemimpinan transformasional kepala sekolah
pasca abad 21.
berkontribusi sebesar 28,1%. Pembentuk konstruk
Kompetensi kepala sekolah merupakan modal
paling besar adalah variabel dimensi komitmen
yang cukup penting bila sering diasah, jika
terhadap visi organisasi dengan nilai estimasi
digunakan secara optimal, justru semakin apresiatif,
sebesar 91,2%, dan konstruk yang paling kecil
semakin mampu menjabarkan dimensi kompetensi
adalah dimensi absensiteisme yang rendah yaitu
dalam mengelola sekolah dengan manajemen
sebesar 74,7%. Model tersebut dapat digunakan
berbasis sekolah, penciptaan iklim organisasi yang
sebagai pemodelan untuk pengem-bangan etos
kondusif dapat berdampak pada
kerja kepala sekolah yang tinggi. (4) Faktor variabel
kinerja secara optimal dalam mewujudkan tujuan
kepemimpinan transformasional kepala sekolah
sekolah yang berbasis kewirausahaan. Kultur yang
berkontribusi 24,5%. Pembentuk konstruk paling
“sehat” berkorelasi tinggi dengan motivasi kerja
besar adalah variabel pengukuran pada dimensi
guru, produktivitas, dan kepuasaan kerja kepala
kharisma dengan nilai estimasi sebesar 89,4%,
sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa,
peningkatan
25
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011
melihat dari sisi lain dari upaya peningkatan kerja.
memungkinkan diformulasikannya kepe-mimpinan
Mereka berke-yakinan bahwa sistem balas jasa atau
transformasional kepala sekolah, kompetensi kepala
sistem imbalan mempunyai dampak sangat besar
sekolah, iklim organisasi sekolah, etos kerja, dan
terhadap motivasi dan etos kerja setiap karyawan,
kebermutuan pendidikan yang responsif terhadap
termasuk guru. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
perubahan serta tuntutan eksternalnya. Bagi para
mutu pendidikan di sekolah itu akan dapat menjadi
pakar mana-jemen pendidikan, hasil penelitian ini
motivator kuat bagi kinerja seseorang jika dikelola
dijadikan sebagai bahan masukan untuk membantu
secara efektif.
para kepala sekolah dan para guru-guru dalam etos kerja bagi setiap warga
upaya meningkatkan keterampilan manajerial
sekolah akan berdampak pada munculnya moral
Kepemilikan
kepala sekolah, memperbaiki iklim organisasi
dan perilaku kerja pegawai/guru, kepala sekolah
sekolah dan peningkatan etos kerja kepala sekolah
harus mampu mendorong organisasi untuk
secara maksimal.
menampilkan kinerja tinggi, harus dapat dan
Pustaka Acuan
mampu
Anwar, Muh. Idochi. 2003. Hubungan antara
mempengaruhi bawahannya, mampu
meyakinkan kepada setiap staf maupun guru
Iklim Organisasi dengan Kepuasan Kerja
selalu hadir tepat waktu, bekerja secara baik,
dan Performansi Guru SMEA di Bandung :
menggerakkan kepada guru dan karyawan untuk dapat mentaati jam kerja secara tepat. Faktor
PPS IKIP Bandung. Bass, Bernard. M. 1999. Leadership and
moderator kompetensi kepala sekolah, iklim
Performance Beyond Expectations. New
organisasi sekolah dan etos kerja, semua harus
York: Free Press.
direncanakan, dikelola, dan dikendalikan secara
Bass. J, Avolio and Howell, J.M., 1985.
sinergistik agar dapat berpengaruh positif terhadap
Transformational Leadership, Transactional
transformasi kepemimpinan kepala sekolah yang
Leadership, Locus of Control, and
menjadi kinerja berbasis mutu.
Support for Innovation: Key Predictors of
Direkomendasikan kepada berbagai pihak yang terkait
sebagai berikut (1) Peningkatan
kompetensi kepala sekolah dalam mengelola sekolah, perlu menciptakan iklim organisasi sekolah penekanan utama pada faktor
kerja-
sama, penciptaan iklim sekolah yang kondusif, penciptaan inovasi, peninjauan kembali struktur,
Consolidated-Business-Unit Performance. Journal of Applied Psychology, 78 Burns, J.M. and Aviolo. 1978. Charisma and Leadership in Organization. London: Sage. Boyatzis. R.E 1982. The Competent Manager. Wiley : Chichester. Burhanuddin 2004. Analisis
proses, dan nilai organisasi agar lebih baik.(2)
Administrasi,Manajemen dan
Perlu penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif
Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta : Bumi
dan
Aksara.
adaptif,
merespons aneka perubahan
internal dan eksternal, berpikir secara visioner berbasis pada potensi yang ada, memberdayakan diri, mengembangkan mental kewirausahaan, kolaborasi dengan kolega, berpikir inklusif tentang seluruh konstituennya, memperhatikan pemeliharaan disiplin kerja. (3) Perlu formulasi pola rekruitmen kepala sekolah memberikan peluang
Covey, Steven. 1992. Principle Centered Leadership. New York: Simon & Shuster. Delp, Dunphy and Stace, 1977. Under New Management. Reseville: Mc Graw-Hill. Dunphy and Stace 1990. Under New Management. Reseville: Mc Graw-Hill. Duncon. D.R 1972. “What is the Difference
kepada guru yang berasal dari lingkungan internal
between Organizational Culture and
dan eksternal sekolah, adalah asfek yang
Organization Climate? A native’s point
dapat
dipertahankan di dalam merekrut kepala sekolah.
of view on a decade of paradigm wars”.
Aspek lain yang seharusnya mendapat perhatian
Academy of Management Review, July p
oleh dinas adalah, kesinambungan pembinaan
619.
kepala sekolah,
penyerahan tanggungjawab
Gaffar, M. F. 2005. Perencanaan Pendidikan:
penuh atas kelangsungan sekolah. (4) Perlu
Teori dan Metodologi. Jakarta: P2LPTK
pencarian alternatif mengenai beragam model yang
Depdikbud.
26
Sitti Hartinah, Model Kepemimpinan ransformasional Kepala Sekolah SMK Negeri
Ghozali, Imam 2005.Aplikasi Analisis Multivariat
Equation Modeling: Teori, Konsep dan
dengan Program SPSS. Semarang :
Aplikasi dengan Program Lisrel 8,54.
Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam dan Fuad. 2005. Structural
Semarang: Universitas Diponegoro. Good Carter, V 1973. Dictionary of Education.
third edition. New York: MC Graw-Hill Book Company. Hunt, J.G. 1991. Leadership: A New Synthesis. CA: Sage. Joreskog, K & Sorbon, D.2001. The Student Edition of LISREL 8.51 for Windows (Computer Software) Lincolnwood,IL:Scientific Software International, Inc Kartono, Tri Jaka.2006. Perencanaan Optimalisasi Peran Guru SMKN Teknologi didasarkan Faktor-faktor Determinasi Kinerja. Disertasi. Semarang :Universitas Negeri Semarang. Locke, Edwin A and Associates. 1997. Esensi Kepemimpinan: Empat Kunci untuk Memimpin dengan Penuh Keberhasilan. Jakarta : Spektrum. Mulyasa, Edward 2002 Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : PT Remaja Rusdakarya Nurhadi, Mulyani A.2003. Pokok-pokok Pikiran Mengenai Pengelolaan Bidang Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka Pelaksanaan Undang-Undang RI No 22 Jakarta: Makalah Seminar Jalal, Fasli dan Dedi, S. 2008. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Jakarta: Adicita. Krajewsky, J Robert. 1983. The Elementary School Principalship. New York : Holt, Rinehart and Winston. Pinnes.S. Goodman. Dan Pennings, J.M. 1992. New Perspective on Organizational Effectiveness. San Francisco : Jossey-Bass Peraturan Pemerintah. RI No 13 1997 tentang Standart Kepala Sekolah /Madrasah Jakarta: Sinar Grafika. Peters, Robin, Steven 1992. Organizational Behavior: Concets, Controversies, Applications, 8th edition, CD-ROM version Prentice Hall. Sanusi, A. 2001. Pendidikan Alternatif. Menyentuh Arus Dasar Persoalan Pendidikan dan Kemasyarakatan. Bandung: PPs IKIP dan Grafindo Media Pratama. Siagian, Harbangan. 2006. Administrasi Pendidikan Suatu Pendekatan Sistemik. Salatiga: Satyawacana Sergiovanni,T.j.1987.The Principalship. A Reflective Practice Perspective. Boston: Allyn and Bacon,Inc Spencer, Lyle M., Jr dan Signe M Spencer. 1993. Competence at work, Models for Superior Performence. John Willey & Sons.Inc. Steers, Richard M 1977. Organizational Effectiveness, A Behavioral View. Santa Monica California: Goodyear Publishing Company Inc Sinamo Jansen. 1999. Menciptakan Visi Motivatif (in Search of Powerfull Vision) Majalah Manajemen No 120 Agustus : 9 Sillin, H. 1994. The Relationship between Transformational and Transactional Leadership and School Improvement Outcomes. School Effectiveness and School Improvement, 5(3), 272-298. Sergiovanni,T.J.1990.The Principalship. A Reflective Practice Perspective. Boston: Allyn and Bacon,Inc Tjiptono, Fandy dan Dianan A. 2006. Total Quality Management Yogyakarta: Andi Wahjo Sumidjo. 2006. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjauan teoritik dan Permasalahnnya. Jakarta : Raja Grafindo Persada
27
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 1, Januari 2011
28