Model Dan Media Pembelajaran Mitigasi Bencana Lahar Dingin Menggunakan Metode Active Learning 1)
Bagastian Adi Sindhupatty, 2)Sri Yulianto Joko Prasetyo
Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro No.52-60, Salatiga 50711, Indonesia 1) E-mail:
[email protected], 2)
[email protected] Abstrak Lahar dingin merupakan bencana sekunder yang terjadi setelah letusan primer gunung api. Mitigasi bencana lahar dingin merupakan kegiatan penting terutama di daerah sekitar bencana. Penggunaan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam penguatan pengetahuan tentang mitigasi, merupakan alternatif untuk penyebaran informasi. Media pembelajaran dibuat menggunakan metode active learning yang membantu pemahaman tentang mitigasi bencana lahar dingin. Media pembelajaran mengandung unsur didaktik yang dilengkapi dengan animasi, gambar dan suara. Target pengguna untuk perangkat ajar ini adalah untuk siswa Sekolah Menegah Pertama. Penerapan metode active learning membantu siswa untuk memecahkan suatu permasalahan yang menuntut cara berpikir tingkat tinggi dalam materi mitigasi bencana lahar dingin. Uji sistem dilakukan perbandingan antara pembelajaran secara konvensional dengan pembelajaran berbasis multimedia dan dikombinasikan dengan penerapan metode active learning, dilakukan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pengaruh media pembelajaran terhadap nilai siswa, sehingga ada dua kelompok yaitu kelompok A pembelajaran secara konvensional dan kelompok B menggunakan media pembelajaran terjadi peningkatan nilai sebesar 0,689. Kata kunci: media pembelajaran, lahar dingin, active learning
Abstract Cold lava is a secondary disaster that occurs after primary volcanic eruptions. Mitigation of cold lava is an important activity, especially in the area around the disaster. The use of instructional media as a tool in strengthening the knowledge of mitigation, is an alternative to the dissemination of information. Instructional media is made using active learning method to help understanding the mitigation of cold lava. Instructional media contains elements didactic that is equipped with animation, images and sound. Target users for this application is to teach students of junior high school. The application of active learning methods to help students to solve a problem that demands a high level of thinking in the material mitigation cold lava. Testing the system is carried out by comparing between the conventional learning with multimedia-based learning, and combining with the application of active learning methods, performing to determine the effectiveness and efficiency of the media's influence on the value of students' learning.There are two groups: group A conventional learning and group B instructional media increased value of 0.689. Keywords: learning media, cold lava, active learning
1) 2)
Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Staff pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
1
1. Pendahuluan Mitigasi bencana merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penanggulangan bencana, karena kegiatan ini merupakan kegiatan sebelum terjadinya bencana yang dimaksudkan untuk mengantisipasi agar dampak yang ditimbulkan dapat dikurangi. Masalah bencana perlu dilakukan upaya mitigasi yang komprehensif yaitu kombinasi upaya struktur (pembuatan prasarana dan sarana pengendali) dan non struktur yang pelaksanaannya harus melibatkan instansi terkait. Apapun upaya tersebut tidak akan dapat membebaskan terhadap masalah bencana alam secara mutlak. Kunci keberhasilan sebenarnya adalah keharmonisan antara manusia atau masyarakat dengan alam lingkungannya [1]. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat kerusakan adalah pembelajaran mengenai mitigasi bencana itu sendiri. Salah satu kegiatan mitigasi bencana yang strategis adalah pembelajaran atau pendidikan masyarakat[1]. Salah satunya adalah penggunaan teknologi multimedia yang akan digunakan untuk pengetahuan mitgasi oleh masyarakat sekitar daerah bencana. Media pembelajaran tersebut diuji cobakan kepada siswa SMP Negeri 1 Selo. Penerapan metode active learning pada penyampaian media pembelajaran sangat berpengaruh terhadap cara berpikir pemecahan masalah[2]. Metode active learning hanya terbatas di sekolah saja, namun teknologi media pembelajaran tidak mengenal umur dan tempat serta digunakan oleh semua orang di dunia ini. Alasan itulah maka media pembelajaran menerapkan metode active learning mengenai mitigasi lahar dingin diperlukan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dalam penelitian ini akan dirancang sebuah model dan media pembelajaran yang mampu memberikan pengetahuan materi terkait dengan mitigasi bencana lahar dingin dengan penerapan metode active learning. Materi yang disampaikan dalam media pembelajaran ini berupa animasi interaktif dengan pendekatan teori mitigasi lahar dingin.
2. Tinjauan Pustaka Penelitian di Bidang Media Pembelajaran Penelitian terdahulu yang berjudul “Aplikasi Proses Terjadinya Erupsi Gunung Berapi Berbasis Multimedia Interaktif”, penelitian yang membahas tentang aplikasi media pembelajaran proses terjadinya erupsi gunung berapi yang digambarkan menggunakan animasi interaktif. Penelitian tersebut dirancang dengan konsep media pembelajaran, perangkat lunak yang digunakan Macromedia Flash 8, aplikasi multimedia interaktif yang dirancang dengan menggunakan konsep pendidikan untuk pelajaran Geografi khususnya erupsi gunung berapi [3]. Penelitian terdahulu yang berjudul “Pengembangan Pembelajaran dengan Menggunakan Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran yang Berkualitas”, penelitian yang membahas tentang bagaimana pengaruh multimedia interaktif dengan hasil belajar siswa. Penelitian tersebut berisi tentang pembahasan pengembangan pembelajaran dengan pemanfaatan multimedia interaktif dalam mununjang proses pengajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran serta implementasi pembelajaran multimedia interaktif [4]. Penelitian ini membahas tentang penerapan metode active learning dalam media pembelajaran mitigasi bencana lahar dingin. Penelitian ini juga membahas tentang bagaimana peserta didik berpikir secara tingkat tinggi untuk memecahkan masalah mitigasi bencana lahar dingin. Tujuannya untuk mempelajari proses bencana gunung meletus dan lahar dingin melalui analisis rinci materi dan pemecahan masalah seputar mitigasi bencana lahanr dingin. Active learning mempunyai peran penting dalam
2
pengembangan cara berpikir tingkat tinggi yang berfungsi sebagai konsep dasar cara berpikir untuk pemecahan masalah mitigasi bencan lahar dingin. Penelitian ini dapat menjadi alat pembelajaran bagi siswa Sekolah Menengah Pertama terutama daerah bencana.
Media Pembelajaran Secara sederhana istilah media dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar. Sedangkan istilah pembelajaran adalah kondisi untuk membuat seseorang melakukan kegiatan belajar[5]. Media pembelajaran adalah wahana penyalur pesan atau informasi belajar sehingga mengkondisikan seseorang untuk belajar atau berbagai jenis sumber daya yang dapat difungsikan dalam proses pembelajaran, berdasarkan ruang lingkup sumber belajar di atas, maka media pembelajaran merupakan bagian dari sumber belajar yang menakankan pada software atau perangkat lunak dan hardware atau perangkat keras [5]. Pentingnya penggunaan media dalam pembelajaran, diperkuat oleh suatu teori yang disebut dengan teori Kerucut Pengalaman [6]. Dalam teori ini keberhasilan belajar diukur dengan kadar pengalaman belajar yang diperoleh siswa tergantung perlakuannya dalam belajar, baik perlakuan pengajar atau aktivitas siswa ketika belajar. Secara sederhana perolehan pengalaman belajar dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Teori Kerucut Pengalaman Belajar [6]
Gambar 1 dapat diketahui bahwa kedudukan media cukup penting artinya dalam meningkatkan kadar informasi yang diingat (70%) dibandingkan dengan pembelajaran melalui metode ceramah (20%). Sumber pembelajaran yang disampaikan pendidik kepada pengajar berasal dari buku yang berupa teks dan atau gambar yang disampaikan kepada siswa dengan narasi dari pengajar tentang teks atau gambar. Multimedia dapat diartikan sebagai penggunaan beberapa media yang berbeda untuk menggabungkan dan menyampaikan informasi dalam bentuk text, audio, grafis, animasi, dan video [7].
Mitgasi Bencana Mitigasi bencana adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pada tindakan untuk mengurangi dampak dari suatu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapandan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang[1]. Secara umum rincian penanggulangan bencana tersebut dapat diuraikan, yaitu sebelum bencana (Prabencana), segala bentuk kegiatan pencegahan, penjinakan, kesiapsiagaan terhadap kepanikan warga sekitar daerah bencana ataupun kerusakan akibat bencana[1]. Selama bencana (Bencana), segala bentuk kegiatan responsif, rehabilitasi terhadap warga, keperluan pengungsian dan jalur dan daerah evakuasi[1]. Sesudah bencana (Pascabencana), segala bentuk kegiatan rekonstruksi hingga pembangunan daerah dampak bencana[1].
3
Metode Active Learning Menurut Taksonomi Bloom pembelajaran seharusnya mengoptimalkan cara berpikir tingkat tinggi dalam setiap contoh kasus yang ada[8]. Metode active learning dimaksudkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki [10]. Penelitian ini dikembangkan untuk metode active learning pada media pembelajaran agar peserta didik mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengacu pada Taksonomi Bloom.
Gambar 2 Diagram Taksonomi Bloom [8]
Setiap kategori dalam Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari subkategori yang memiliki kata kunci berupa kata yang berasosiasi dengan kategori tersebut. Kata-kata kunci itu adalah [9]. Mengingat, langkah ini menuntut peserta didik mengambil informasi yang telah diingat dalam satu langkah dan menulisnya secara apa adanya. Memahami, langkah ini menuntut peserta didik mengambil informasi dan menjelaskannya secara rinci. Dapat dilihat apakah jawaban yang diberikan sudanh mengandung poin - poin penting. Menerapkan, langkah ini menuntut peserta didik untuk mengambil informasi dan menggunakannya untuk memecahkan masalah. Menganalisis, langkah ini menuntut peserta didik mengambil informasi dan menerapkan untuk memcahkan masalah. Akan tetapi informasi itu belum bisa memcahkan masalah, sehingga dibutuhkan informasi lain untuk pemecahan masalah. Mengevaluasi, langkah ini menuntut adanya keputusan. Keputusan diambil setelah dilakukan analisis secara menyeluruh. Berkreasi, langkah ini menuntut peserta didik memikirkan sesuatu yang baru yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah[9]. Dalam berbagai aspek dan setelah melalui revisi, Taksonomi Bloom tetap menggambarkan suatu proses pembelajaran, cara kita memproses suatu informasi sehingga dapat dimanfaat dalam kehidupan sehari-hari[8]. Ada beberapa model belajar yang dikembangkan dengan metode belajar aktif (active learning) [10]. Model – model itu diantaranya adalah Synergetic Teaching (Pengajaran Sinergetik). Model ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada siswa membandingkan pengalaman-pengalaman (yang telah mereka peroleh dengan teknik berbeda). Contoh dari model ini adalah belajar kelompok, dan latihan (drilling)[10]. Who is in the Class? (siapa di kelas). Model ini digunakan untuk memecahkan kebekuan suasana dalam kelas. Strategi ini membantu perkembangan pembangunan tim (team building) dan membuat gerakan fisik berjalan tepat pada permulaan gerakan fisik berjalan tepat pada permulaan sebuah perjalanan. Contoh dari model ini adalah membentuk quiz dengan aturan siapa cepat dia dapat[10].
4
Group Resume (resume kelompok). Model resume secara khusus menggambarkan sebuah prestasi, kecakapan dan pencapaian individual, sedangkan resume kelompok merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu para peserta didik lebih mengenal atau melakukan kegiatan membangun tim dari sebuah kelompok yang para anggotanya telah mengenal satu sama lain. Contoh dari model pembelajaran ini adalah mengerjakan soal secara estafet dengan aturan batasan waktu[10]. Question Student Have (Pertanyaan Peserta Didik). Model Question Student Have ini digunakan untuk mempelajari tentang keinginan dan harapan anak didik sebagai dasar untuk memaksimalkan potensi yang mereka miliki. Model ini menggunakan sebuah teknik untuk mendapatkan partisipasi siswa melalui tulisan. Hal ini sangat baik digunakan pada siswa yang kurang berani mengungkapkan pertanyaan, keinginan dan harapanharapannya melalui percakapan. Contoh dari model pembelajaran ini adalah seperti curah gagasan (brainstorming)[10]. Reconnecting (menghubungkan kembali). Model reconnecting (menghubungkan kembali) ini digunakan untuk mengembalikan perhatian anak didik pada pelajaran setelah beberapa saat tidak melakukan aktivitas tersebut. Contoh dari model pembelajaran in adalah mencongak[10].
3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Prototype. Metode prototype digunakan dalam proses pembuatan sistem karena melalui metode prototype pengguna dapat melihat, menyentuh dan menggunakan „model‟ atau prototype dari tujuan sistem tersebut, sehingga pengguna dapat langsung menilai kegunaan dari sistem [11]. Perubahan diperlukan prototype dapat dimodifikasi, memungkinkan dimodifikasi beberapa kali sampai keadaaan sesuai dengan permintaan pengguna. Metode prototype juga memberikan keuntungan dalam pengembangan media pembelajaran mitigasi bencana lahar dingin, yaitu pengguna dapat mempertimbangkan sedikit perubahan selama sistem masih dalam bentuk prototype. Memberikan hasil yang lebih akurat dari pada perkiraan sebelumnya, karena fungsi yang diinginkan dan kerumitannya sudah dapat diketahui dengan baik. Pengguna terlibat langsung dari awal dan memotivasi semangat untuk mendukung analisis selama proyek berlangsung[11].
Gambar 3 Siklus Prototype [11]
Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dari sistem yang akan dikembangkan, ini bertujuan untuk mengetahui keseluruhan sistem yang akan dikembangkan sesuai dengan permintaan pengguna. Analisis Kebutuhan Sistem, yang terdiri dari analisis kebutuhan input, proses, dan output. Kebutuhan masukkan atau input yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
5
dalam implementasi aplikasi model dan media pembelajaran mitigasi bencana lahar dingin, yaitu memasukkan materi, memasukkan soal, dan mengisi jawaban berupa pilihan ganda, dan contoh kasus. Analisis kebutuhan proses. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka dapat diketahui apa saja yang menjadi masukkan sistem, keluaran sistem, spesifikasi fungsi atau metode yang digunakan oleh sistem, kebutuhan perangkat keras, kebutuhan perangkat lunak, serta antar muka sistem yang akan dibuat, sehingga sistem yang dibuat sesuai dengan yang diharapkan. Analisis kebutuhan juga bermanfaat sebagai dasar evaluasi setelah program selesai dibangun. Analisis kebutuhan output. Analisis kebutuhan output dari aplikasi ini adalah hasil dari latihan soal. Pada aplikasi akan ditampilkan jumlah jawaban yang benar, jumlah jawaban yang salah dan nilai. Analisis Kebutuhan Data ini bertujuan untuk mempersiapkan data yang dibutuhkan berupa materi gunung api dan mitigasi bencana lahar dingin, gambar-gambar yang berkaitan dengan gunung api dan mitigasi bencana lahar dingin dalam format *.jpg, *.bmp dan suara dalam format *.mp3, *.wav. Tujuan dilakukannya tahap analisis pada penelitian ini adalah pemilihan teori pendukung yang tepat dalam kasus mitigasi bencana lahar dingin. Kegiatan yang perlu dilakukan setelah membaca materi pengantar adalah pemberian contoh kasus mengenai mitigasi bencana lahar dingin, yang menuntut peserta didik untuk berpikir secara tingkat tinggi dalam pemecahan masalah yang diberikan.
Perancangan Sistem Perancangan dilakukan model perangkat lunak dari sistem itu sendiri. Antara lain proses – proses fungsional, tingkah laku operasi dan informasi di dalamnya. Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Sebuah use case merepresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem. Asosiasi pengguna sistem berhubungan dengan case menu Mulai, Profil, dan Keluar. Pada case Mulai terdapat tampilan yang berasosiasi dengan Materi. Kemudian case Materi terdapat tampilan yang berasosiasi dengan animasi dan text. Untuk case Latihan Soal tampilan berasosiasi dengan case Soal dan case Jawaban yang menghasilkan sebuah case Nilai. Serta pada case Bantuan hanya berasosiasi dengan case Kata sulit.
Gambar 4 Use Case Diagram
Tahapan dimana dilakukan perancangan terhadap model dan media pembelajaran mitigasi bencana lahar dingin menggunakan metode active learning yang akan dibangun dengan melakukan pembuatan skenario dan desain antar muka multimedia, berikut rancangan tampilan atau interface. Pembuatan rancangan dengan menyusun sketsa yang
6
akan dibuat pada media pembelajaran beserta deskripsi materi dengan menggunakan teks, suara, gambar atau animasi.
Pengembangan Prototype Tampilan multimedia dibuat berdasarkan diagram alir yang sebelumnya telah dipersiapkan. Software yang digunakan adalah Adobe Flash CS5, Corel Draw GraphicSuit X4, Adobe Photoshop CS3. Navigasi pada media dibuat semudah mungkin agar tidak mempersulit pengguna dalam menggunakan media yang akan dibuat. Teks dan gambar berfungsi untuk menampilkan materi pengantar yang mendukung teori – teori yang ada. Sedangkan suara berfungsi untuk mengisi suara latar yang mempu memberikan tambahan penjelasan. Desain grafis yang digunakan sebagai latar punya peran penting karena dapat mempengaruhi kemampuan membaca dan visual, sehingga materi yang disampaikan dapat diterima oleh peserta didik. Tahapan pengumpulan objek untuk media pembelajaran mitigasi bencana lahar dingin yang akan digunakan berdasarkan pada konsep dan rancangan. Pada tahapan ini pengumpulan objek yang dilakukan berupa pembuatan teks, pengumpulan/koleksi teks, pembuatan grafis, pengambilan gambar, pengumpulan suara, pembuatan animasi, pembuatan dan editing suara Pembuatan objek multimedia, dirancang objek-objek yang akan digunakan dalam media pembelajaran seperti teks, suara, grafis atau gambar dan animasi. Tahapan perakitan objek yang telah dibuat pada tahapan pengumpulan objek dengan melakukan pengabungan suara, gambar, grafis dan animasi, menjadi suatu keselarasan dalam tampilan maupun suara. Tahapan perakitan dilakukan dengan melakukan pemrograman terhadap susunan objek berdasarkan rancangan desain antar muka yang telah dirancang. Pada tahapan perakitan yang dilakukan berupa pengabungan teks, suara, grafis dan animasi. Objek dibuat dengan menggunakan perangkat yang diperlukan maka dilakukan proses penggabungan seluruh objek multimedia yang telah dibangun menjadi satu kesatuan dalam media pembelajaran. Pengujian, melakukan pengujian terhadap program yang dibuat dengan melakukan ”Running Program” yang diujikan apakah mengalami error? Serta menguji urutan program dengan kesesuaian skenario dan desain antar muka. Jika ternyata terjadi ketidaksesuaian maka akan dilakukan perbaikan dengan meninjau kembali perancangan dan melakukan tahapan berikutnya sampai terjadi kesesuaian.
Pengujian Sistem dan Evaluasi Prototype Prototype yang telah dikembangkan maka akan dilakukan pengujian sistem. Model dan Media pembelajaran Mitigasi Bencana Lahar Dingin menggunakan Metode Active Learning akan diuji kepada siswa SMP Negeri 1 Selo. Tahapan dalam pengujian sistem tersebut adalah : 1) Mendistribusikan Model dan Media Pembelajaran Mitigasi Bencana Lahar Dingin kepada siswa. Siswa membaca materi dan mengerjakan latihan soal di dalamnya, untuk menguji kelayakan penggunaannya. Dalam hal ini siswa dibagi menjadi dua kelompok belajar aktif. Kelompok A melakukan pembelajaran secara konvensional berjumlah 30 siswa dan Kelompok B melakukan pembelajaran dengan Model dan Media Pembelajaran Mitigasi Bencana Lahar Dingin menggunakan Metode Active Learning berjumlah 30 siswa. 2) Melakukan perbandingan terhadap hasil belajar antar kedua kelompok tersebut dalam materi mitigasi bencana lahar dingin, untuk melihat seberapa pengaruh penggunaan model dan media pembelajaran mitigasi bencana lahar dingin menggunakan metode active learning. 3) Menyebarkan kuisioner kepada 30 siswa yang telah menggunakan media pembelajaran mitigasi bencana lahar dingin menggunakan metode active learning, sekaligus untuk memperoleh masukan dari siswa, dalam rangka untuk
7
menyempurnakan rancangan content model dan media pembelajaran mitigasi bencana lahar dingin menggunakan metode active learning.
Revisi Prototype Pada tahapan ini jika prototype sudah dirasa baik oleh pengguna maka proses pengembangan berakhir. Namun, apabila prototype belum sesuai dengan permintaan pengguna, maka perubahan atau revisi harus segera dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang baru ditemukan. Revisi dilakukan untuk memperbaiki prototype agar sesuai dengan kebutuhan pengguna. Perubahan yang telah dilakukan diperlihatkan kembali pada pengguna, dan diubah lagi sampai sesuai dengan permintaan. Akan tetapi biarpun sistem telah digunakan, tidaklah tertutup untuk diadakan perubahan selanjutnya.
4. Implementasi dan Pembahasan Pada tahap implementasi sistem ini akan dijelaskan mengenai dokumentasi prototype 1 hingga prototype 3. Hal ini dimaksudkan agar diketahui perkembangan yang dihasilkan dari prototype I hingga prototype 2. Selain itu melalui dokumentasi tersebut dapat diketahui kekurangan pada prototype I yang diperbaiki pada prototype II. Kekurangan pada prototype 2 akan diperbaiki pada prototype 3. Selain itu, pada tahap implementasi ini juga akan dilakukan pengujian sistem dengan kuesioner, ditambah dengan penerapan metode active learning pada media pembelajaran.
Prototype 1 Fasilitas Halaman Utama
Gambar 5 Tampilan Halaman Utama
Fasilitas Materi
Gambar 6 Tampilan Halaman Materi
8
Pada Prototype 1 terlihat bahwa tampilan masih sangat sederhana menurut pengguna yaitu siswa SMP Negeri 1 Selo. Keterbatasan variasi tampilan dan efek animasi masih menjadi kendala bagi peneliti dalam mengembangkan prototype 1. Materi yang ditampilkan dirasa kurang terbaca oleh pengguna yaitu SMP Negeri 1 Selo. Sistem yang telah di evaluasi pada prototype 1 ini akan diperbaiki dan ditunjukan lagi kepada pengguna pada prototype 2.
Prototype 2 Fasilitas Halaman Intro Media pembelajaran umumnya disiapkan dalam bentuk CD. Halaman Intro disini berfungsi sebagai pembuka dalam media pembelajaran.
Gambar 7 Halaman Intro
Perbaikan Tampilan Perbaikan tampilan yang dilakukan pada prototype 2 berdasar dari prototype 1 sebelumnya yang tidak disetujui pengguna. Gambar 8 terlihat perubahan menu dan bentuk konten. Perubahan menu tersebut ditunjukan dengan pembagian dua sub menu. Pertama, bagian menu atas yang terbagi dari menu materi, latihan, dan bantuan. Menu materi berfungsi untuk menampilkan halaman materi, menu latihan berfungsi untuk menampilkan halaman latihan soal, menu bantuan berfungsi untuk menampilkan istilah sulit yang terdapat dalam materi. Kedua adalah menu Home, yang berfungsi untuk navigasi aplikasi menuju halaman intro.
Gambar 8 Tampilan Halaman Utama
9
Prototype 3 Penambahan Materi Prototype 3 materi dibagi menjadi beberapa contoh animasi teori pendukung. Animasi pergerakan lempeng ditunjukan pada gambar 9, animasi penanggulangan dampak negatif pada gambar 11.
Gambar 9 Tampilan Materi Teori Lempeng Tektonik
Gambar 9 menunjukan tampilan materi dari teori lempeng tektonik. Terdapat tombol dibawah animasi yang berfungsi sebagai penampil video. Materi disajikan dalam bentuk scroll sehingga pengguna bisa membaca materi secara manual.
Gambar 10 Tampilan Materi Teori Penanggulangan Dampak Negatif
Gambar 10 menunjukan penggambaran animatif dari sebuah letusan gunung api yang kemudian diikuti dengan aliran lahar dingin. Materi yang disajikan seputar bahaya lahar dingin dan penanggulangannya.
10
Fasilitas Latihan Soal
Gambar 11 Tampilan Soal Radio Button
Gambar 11 memperlihatkan fasilitas latihan soal pada media pembelajaran ini. Pada halaman ini siswa akan dihadapkan pada 15 buah soal. Soal terdiri atas radio button seputar materi yang telah disajikan. Kode program 1 digunakan untuk menghitung jawaban yang dipilih oleh pengguna. Apabila pengguna memilih radio button yang tepat sesuai kunci jawaban, maka nilai akan bertambah. Perhitungan nilai berdasarkan atas total jawaban benar dibagi total pertanyaan dan dikalikan 100. Kode Program 1 Source Code Manampilkan Hasil dari Latihan Soal 1 function koreksi(e:MouseEvent):void{ 2 var jarak_y_icon_benar_salah:Array; 3 loading_icon.visible = true; 4 koreksi_btn.enabled = false; 5 modifyArray(jawaban_user); 6 jawaban_user.sort(); 7 jawaban_yg_benar.sort(); 8 jarak_icon_benar_salah.sort(); 9 var fiveSecs:Timer = new Timer(1000, 1); 10 fiveSecs.addEventListener(TimerEvent.TIMER_COMPLETE, onTimerComplete); 11 fiveSecs.start(); 12 function onTimerComplete(){ 13 for (var a = 0; a<jawaban_user.length; a++) { 14 jarak_y_icon_benar_salah jarak_icon_benar_salah[a].split("="); 15 if (jawaban_user[a] == jawaban_yg_benar[a]) { 16 var new_icon_benar:iconBenar = new iconBenar(); 17 new_icon_benar.y = jarak_y_icon_benar_salah[1]; 18 soal_mc.addChild(new_icon_benar); 19 total_jawaban_benar += 1; 20 } 21 else{ 22 var new_icon_salah:iconSalah = new iconSalah(); 23 new_icon_salah.y = jarak_y_icon_benar_salah[1];
11
=
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
soal_mc.addChild(new_icon_salah); } } var nilai = total_jawaban_benar/total_pertanyaan*100; nilai_mc.total_nilai.text = nilai; nilai_mc.visible = true; cobalagi_btn.enabled = true; loading_icon.visible = false; } }
Fasilitas Latihan Soal Penerapan Active Learning
Gambar 12 Tampilan Latihan Soal Active Learning
Fasilitas latihan soal disini berbeda dengan latihan soal sebelumnya. Bentuk dari latihan soal ini adalah isian yang disertai waktu yang akan menghitung berapa lama peserta didik menyelseaikan soal – soal yang disediakan. Penerapan active learning dalam latihan soal ini adalah bentuk soal yang umumnya adalah contoh kasus mitigasi bencana lahar dingin, yang menuntut siswa untuk mengembangkan cara berpikir tingkat tinggi sesuai kategori yang mengacu pada diagram taksonomi bloom.
Fasilitas Bantuan Bantuan disini dalam artian membantu pengguna / siswa untuk lebih memahami istilah sulit tentang apa yang mereka pelajari. Pada saat pengguna / siswa melihat pada halaman materi siswa juga diberi kemudahan untuk melihat halaman bantuan sebagai tambahan arti dari kata – kata sulit yang terdapat pada materi. Gambar 13 merupakan bentuk dari halaman bantuan.
12
Gambar 13 Tampilan halaman Bantuan
Pengujian sistem di SMP Negeri 1 Selo Pengujian sistem yang dilakukan pada SMP Negeri 1 Selo yang juga sebagai daerah kawasan bencana mempengaruhi pemilihan materi dari teori pendukung yang akan ditampilkan pada Model dan Media Pembelajaran Mitigasi Bencana Lahar Dingin. Pemilihan teori pendukung yang terdapat pada menu “Materi” karena keterkaitan antara teori satu dengan yang lain. Teori Lempeng Tektonik, teori ini akan menujukan kenapa di wilayah Indonesia terdapat banyak gunung api, dan Mengapa Indonesia disebut kawasan Ring Of Fire. Teori Pembentukan Gunung Api, teori ini ada hubungannya dengan teori lempeng tektonik. Mengapa ada gunung api yang ada di permukaan bumi dan mengapa beberapa muncul di bawah permukaan laut, bagaimana mekanisme pembentukan gunung api. Teori Material Magma, teori yang menjelaskan tentang bentukan material yang keluar dari kepundan gunung api dan pembentukan batu – batuan beku, batuan metamorf, serta batuan sedimen. Teori Mitigasi Bencana Gunung Api, teori yang menjelaskan tentang usaha dan persiapan apa saja pada saat para-bencana, bencana, dan pasca-bencana untuk mengurangi resiko bencana gunung api dan lahar dingin.Teori Penanggulangan Dampak Negatif, teori yang menjelaskan tentang bagaimana bentuk pembuatan tanggul, dan tata lahan sekitar tanggul, serta bagaiman desain rumah untuk kawasan bencana gunung api. Pelaksanaan pengujian sistem menggunakan perbandingan antara pembelajaran secara konvensional seperti yang selama ini digunakan dengan pembelajaran berbasis multimedia dilakukan untuk menguji efektivitas dan efisiensi materi pembelajaran. Siswa akan dibagi ke dalam dua kelompok eksperimen, Kelompok A melakukan pembelajaran secara konvensional dan Kelompok B melakukan pembelajaran dengan media pembelajaran mitigasi bencana lahar dingin. Uji coba dilakukan kepada dua kelompok untuk melihat apakah media pembelajaran lebih efektif daripada pembelajaran secara konvensional dengan melihat hasil dari latihan soal dari kedua kelompok. Nilai rata-rata kedua kelompok dibandingkan, nilai rata-rata yang lebih tinggi pada suatu kelompok berarti proses pemahaman mengenai mitigasi bencana lahar dingin lebih baik dari pada proses pemahaman kelompok lainnya. Kelompok A merupakan siswa SMP Negeri 1 Selo yang berjumlah 30 siswa. Kelompok B merupakan siswa SMP Negeri 1 Selo yang berjumlah 30 siswa dengan kelas berbeda. Nilai dari Kelompok A adalah sebesar 13,33 % bernilai 8 - 8,66, 60 % bernilai
13
6 - 7,33, dan 26,67 % bernilai 4,66 – 5,33. Nilai rata-rata untuk Kelompok A sebesar 6,507. Gambar 14 menggambarkan perolehan nilai untuk Kelompok A. Siswa dengan nilai 8 - 8,66 berjumlah 4 orang, siswa dengan nilai 6 - 7,33 berjumlah 18 orang dan siswa dengan nilai 4,66 – 5,33 berjumlah 8 orang.
Gambar 14 Grafik Nilai Kelompok A
Hasil latihan soal dari Kelompok B adalah sebesar 16,67 % bernilai 4,66 – 5,33, 40 % bernilai 6 - 7,33, 43,33 % bernilai 8 - 8,66. Nilai rata-rata untuk Kelompok B sebesar 7,197. Gambar 15 menggambarkan perolehan nilai untuk Kelompok B. Siswa dengan nilai 4,66 – 5,33 berjumlah 5 orang, siswa dengan nilai 6 - 7,33 berjumlah 12 orang, siswa dengan nilai 8 - 8,66 berjumlah 13 orang.
Gambar 15 Grafik Nilai Kelompok B
Gambar 16 menunjukkan hasil uji perbandingan antara Kelompok A dan Kelompok B.
14
Gambar 16 Grafik Hasil Uji Perbandingan antara Kelompok A dan Kelompok B
Berdasarkan hasil uji perbandingan pada Gambar 14 dengan nilai rata-rata Kelompok A sebesar 6,507 dan pada 15 nilai rata – rata Kelompok B sebesar 7,197. Terjadi peningkatan nilai sebesar 0,689, dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengaruh media pembelajaran mitigasi bencana lahar dingin telah berpengaruh terhadap kualitas belajar.
Penilaian Media Pembelajaran di SMP Negeri 1 Selo Melihat dari hasil uji perbandingan sebelumnya, maka perlu dilakukan penilaian sistem oleh para pengguna, dalam kasus ini adalah siswa SMP Negeri 1 Selo. Penilaian ini dilakukan untuk menguji kelayakan media pembelajaran dengan menyebarkan kuesioner kepada 30 siswa. Proses analisa data ini dibantu oleh perangkat lunak komputer Microsoft Office Excel, sehingga diperoleh data seperti terlihat dalam Tabel 1 Tabel 1 Tabel Kuesioner Pengujian Media Pembelajaran No 1. 2. 3.
Kriteria
Sangat Mudah
Mudah
Biasa
Sulit
Jumlah
13
10
4
3
30
12
15
3
30
15
12
3
30
Apakah program ini mudah dimengerti ? Apakah program ini mudah dioperasikan ? Apakah Anda merasa mudah menjalankan program ini ?
4.
Apakah program ini mempunyai desain tampilan yang menarik ?
10
11
5
4
30
5.
Apakah program ini mempunyai komposisi warna yang menarik ?
12
11
6
1
30
Berdasarkan dari Tabel 1 yang menunjukan hasil pengujian sistem yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Selo. Kuesioner tersebut dibagikan kepada 30 siswa yang berkesempatan mencoba aplikasi media pembelajaran mitigasi bencana lahar dingin. Menurut tabel kuesioner tersebut, terdapat 5 pertanyaan yang masing – masing memiliki 5 jawaban yang bisa dipilih.
15
Gambar 17 Grafik Perhitungan Kuesioner
Faktor Pendukung dan Penghambat Active Learning di SMP Negeri 1 Selo Banyak yang terjadi selama pelaksanaan proses active learning di SMP Negeri 1 Selo. Faktor yang menjadi pendukung maupun penghambat dalam model pembelajaran seperti ini. Akan tetapi faktor – faktor yang mendukung penerapan active learning pada SMP Negeri 1 Selo dapat dijelaskan sebagai berikut : adanya sarana dan sumber belajar yang memadai, minat belajar siswa yang tinggi, adanya semangat dan profesionalisme guru dalalm membimbing anak didiknya. Faktor Pendukung, diantaranya minat belajar siswa. Minat belajar merupakan salah satu faktor pendukung yakni dari siswa itu sendiri. Siswa sangat antusias dalam proses kegiatan belajar mengajar namun masih ada juga siswa yang malas mengikuti pelajaran. Tapi di sisi lain ada juga anak dari kelas lain ingin ikut pelajaran kelas ini. Faktor pendukung selanjutnya yaitu, profesionalisme dan semangat guru, Sikap profesionalisme guru juga sangat menentukan dalam metode active learning. Sabar dalam membimbing, mengarahkan ketika mengajar, mempunyai kecakapan, keterampilan dan kemahiran dalam mengajar. Melihat sikap dan apa yang dilakukan guru untuk mengaktifkan siswa sudah sangat baik. Faktor Penghambat, faktor penghambat biasanya bermacam – macam. Faktor dalam penelitian ini tergantung dengan situasi yang ada. Pertama, Kesulitan dalam menghadapi perbedaan individu peserta didik. Kedua, kesulitan dalam menentukan materi yang cocok dengan peserta didik. Ketiga, kesulitan dalam memperoleh sumber dan alat pembelajaran. Serta, kesulitan dalam mendalan evaluasi waktu. Adapun hambatan – hambatan yang dihapadi guru itu sendiri adalah adanya siswa yang masih enggan mengemukakan pendapatnya. Takutnya atau enggannya siswa dalam mengemukakan pendapat tersebut adalah salah satu faktor penghambat dalam penerapan belajar aktif. Ini terjadi ketika proses dalam belajar mengajar di kelas. Terkadang siswa rakut akan jawabanya salah, ada juga yang masih malu untuk mengungkapkan sehingga proses belajar di kelas masih belum optimal. Ini biasanya terjadi dalam menggunakn metode diskusi dan tanya jawab. Hambatan selanjutnya yaitu, latar belakang siswa yang berbeda – beda. Salah satu faktor penghambat yakni latar belakang siswa yang mana ada siswa yang tidak memperhatikan pelajaran dikelas karena ada suatu masalah pribadi dalam didri siswa, juga siswa yang masih belum paham betul dengan materi. Sebenarnya permasalahan ini
16
dapat diatasi dengan melihat kesamaan peserta didik secara klasika, walaupun kedua individu anakpun harus mendapat perhatian. Dari beberapa penjelasan tersebut, maka implikasi dari penerapan strategi belajar aktif yaitu siswa menjadi aktif dalam belajar dan mampu menerapkan ilmu mereka terhadap kehidupan.
5. Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan, kesimpulan yang bisa diambil dari hasil Penelitian Model dan Media Pembelajaran Mitigasi Bencana Lahar Dingin Menggunakan Metode Active Learning yaitu yang pertama penggunaan media pembelajaran dan metode active learning pada sistem pembelajaran di sekolah dapat meningkatkan pemahaman materi mitigasi bencana lahar dingin dibandingkan dengan sistem pembelajaran secara konvensional. Kesimpulan yang kedua yaitu, melalui hasil pelaksanaan perbandingan antara metode belajar konvensional dengan penerapan active learning dengan media pembelajaran mendapati nilai, yaitu rata-rata Kelompok A sebesar 6,507 dan Kelompok B sebesar 7,197. Kelompok B yang menggunakan media pembelajaran mengalami peningkatan nilai sebesar 0,689 dibandingkan dengan Kelompok A yang melakukan pembelajaran secara konvensional. Pengaruh media pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman tentang materi mitigasi bencana lahar dingin dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional. Ketiga, berisikan materi lahar dingin yang merupakan suatu bencana sekunder yang sulit dihindari. Mitigasi bencana lahar dingin dibutuhkan untuk mengurangi resiko dari dampak lahar dingin itu, oleh sebab itu perlu adanya media pembelajaran dengan penerapan metode active learning yang membuat peserta didik mengembangkan cara berpikir tingkat tinggi untuk memecahkan masalah mitigasi lahar dingin. Terakhir, pembuatan model dan media pembelajaran mitigasi bencana lahar dingin dengan active learning ini dibuat dengan menggunakan software Adobe Flash CS5 dan juga dibantuin dengan beberapa software pendukung untuk pembuatan dan pengeditan gambar, sound yaitu Adobe Photoshop CS3, dan Adobe Audition 3.
6. Daftar Pustaka [1] Sunarto, 2011. Standard Operating Procedure (SOP) mitigasi bencana,
Yogyakarta, UGM. [2] Andi Widodo, A, 2010. Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal, Bulletin Puspendik, Jakarta. [3] Rizki Wardhani, Ayu, 2010. Aplikasi proses terjadinya gunung berapi berbasis
multimedia interaktif, Yogyakarta, STIMIK AMIKOM. [4] Sigit, Bambang, Joko, 2011. Pengembangan Pembelajaran dengan Menggunakan Multimedia Interaktif untuk Pembelajaran yang Berkualitas, Semarang, FIP; Unnes [5] Suheri, Agus, 2008. Animasi Multimedia Pembelajaran Volume 2 No. 1, Bandung. [6] Widyastanto, Hermawan, 2007. Penerapan Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA (SAINS) Bagi Siswa Kelas V SD Negeri Kebonsari Kabupaten Temanggung, FKIP: Unnes. [7] Kurniawan, Afif, 2009. Pengaruh penggunaan multimedia interaktif dalam model pembelajaran aktif terhadap hasil belajar biologi siswa, Surakarta, FKIP; USM. [8] Krathwohl, David, 2008. Theory In Practice, Volume 4, Number 4, Ohio University. [9] Amri Azzrin. 2011. Penerapan Taksonomi Bloom Revisi, Padang ; FMIPA, UNP. [10] Silberman, Melvin, 2009. 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta, YAPPENDIS.
17
[11] Al Fatta, Hanif, 2009, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Untuk
Keunggulan Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern, Yogyakarta [12] Hamalik, Oemar, 2007. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, Bumi Aksara.
18