Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 348-359
Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908
MODEL BIMBINGAN KARIER UNTUK MEWUJUDKAN TEACHING UNIVERSITY DENGAN PENDEKATAN MULTIKULTURAL Siti S. Fadhilah BK/FKIP/UNS E-mail:
[email protected] ABSTRAK Secara keseluruhan mahasiswa UNS dapat dikatakan sebagai mahasiswa yang berpotensi, karena telah dinyatakan lulus dan berhasil mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Namun dalam pencapaian keberhasilan belajar masih banyak mahasiswa yang lulus: IP tidak tinggi, tidak tepat waktu, bahkan ada yang mengalami kegagalan belajar. Ini berarti program keberhasilan teaching university masih perlu ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model bimbingan karier untuk mewujudkan teaching university dengan pendekatan multikultural. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and development), dengan dua rancangan, yaitu: survai, dan evaluatif. Survai dilakukan sebagai penelitian pendahuluan untuk mengetahui kondisi pendukung yang terkait dengan produk model yang akan dikembangkan. Penelitian evaluatif, digunakan dalam uji ahli dan praktisi terhadap pengembangan produk. Populasi yang digunakan sebagai subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS), yang terdiri dari sembilan fakultas (Hukum, Ekonomi, ISIP, Sastra, KIP, MIPA, Pertanian, Kedokteran, dan Teknik). Sampel penelitian ini adalah mahasiswa semester 6 sampai 8 Progdi PKh di Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP, Biologi F..MIPA, dan Sastra Indonesia F. Sastra. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive cluster sampling. Jumlah sampel 121 orang mahasiswa. Teknik pengumpul data menggunakan wawancara, kuesioner. Data dianalisis dengan persentase dan deskriptif kualitatif. Hasil analisis T test menunjukkan bahwa model bimbingan karier dengan pendekatan multikultural efektif untuk mewujudkan teaching university, yaitu IP tinggi dan studi tepat waktu. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat dikemukan rekomendasi sebagai berikut: Kepada Lembaga UNS, hendaknya memperhatikan kebutuhankebutuhan yang mutlak diperlukan mahasiswa, apabila mereka diharapkan dapat mengembangkan potensinya secara optimal,memiliki IP tinggi dan studi tepat waktu. Kata Kunci: model bimbingan karier, mewujudkan teaching university, pendekatan multikultural
berhasil
PENDAHULUAN Pendidikan tinggi termasuk Universitas
mengikuti
Seleksi
Penerimaan
Mahasiswa
Perguruan
Sebelas Maret (UNS) merupakan salah satu
(SNMPTN).
Namun
tempat mempersiapkan sumber daya insani
keberhasilan belajar masih banyak mahasiswa
dan tenaga ahli yang terampil, dituntut untuk
yang lulus: IP tidak tinggi, tidak tepat waktu,
tanggap dalam mempersiapkan lulusan yang
bahkan ada yang mengalami kegagalan
berkualitas, yaitu relegius, berprestasi tinggi,
belajar. Ini berarti program keberhasilan
kreatif, mandiri, dan berorientasi ke masa
teaching university masih perlu ditingkatkan.
depan. Secara keseluruhan mahasiswa UNS
Di samping itu, ada beberapa mahasiswa
dapat dikatakan sebagai mahasiswa yang
belum dapat membuat perencanaan karier,
berpotensi, karena telah dinyatakan lulus dan
dan masih ada beberapa konselor dan dosen
348
Tinggi dalam
Negeri
pencapaian
Fadhilah, Model Bimbingan Karier... 349
sendiri yang belum memahami bervariasinya
memuaskan.
latar belakang budaya mahasiswa, antara lain:
seperti itu, konselor dan dosen dituntut untuk
(1) seringkali terjadi dan tidak disadari,
memahami
dan
menguasai
keterampilan
bahwa budaya mahasiswa berbeda dengan
bimbingan
dan
konseling
multikultural
perspektif konselor dan dosen; (2) penilaian
(Leininger, 1985; Kim, B.SK. & Lyons,H.Z,
belum didasarkan pada konteks ragam budaya
2003; Pedersen P, 1985).
mahasiswa; (3) kurikulum pendidikan masih
Untuk
mencapai
hubungan
Bertitik tolak dari uraian di atas secara
sedikit yang bermuatan keragaman budaya;
umum
serta (4) beragamnya cara bimbingan antara
dirumuskan sebagai berikut: ” Apakah model
konselor
bimbingan
dan
dosen,
membingungkan
yang
kadang
mahasiswa.
Masalah
mahasiswa yang khas adalah yang berkaitan
masalah
penelitian
karier
ini
dengan
dapat
pendekatan
multikultural efektif untuk meningkatkan IP, studi tepat waktu, ?.”
dengan sitem yang berlaku, yaitu system
Searah dengan rumusan masalah di atas,
kridit semester (SKS), banyaknya tuntutan
maka tujuan umum penelitian ini adalah
dari situasi belajar baru yang dialami, dan
menguji keefektifan model bimbingan karier
banyaknya tugas-tugas dari setiap mata kuliah
dengan
yang berpengaruh pada proses belajarnya,
meningkatkan IP, dan studi tepat waktu.
akhirnya prestasinya tidak optimal, dan masa studi juga tidak tepat.
pendekatan
Model
multikultural
bimbingan
karier
untuk
dengan
pendekatan multikultural untuk mewujudkan
Berdasar latar belakang tersebut di atas,
teaching university ini, akan membawa
dipandang perlu adanya model bimbingan
manfaat secara teoritis maupun praktis: (1)
untuk
mahasiswa
Manfaat
pendekatan
memberikan kontribusi bagi pengembangan
multikultural. Model bimbingan karier dengan
teori tentang dasar-dasar konseptual suatu
pendekatan multikultural ini diprediksikan
bimbingan konseling dengan pendekatan
dapat
multikultural;
meningkatkan
secara
optimal,
mewujukan
potensi melalui
harapan
dan
tujuan
Teoritis:
(b)
(a)
penelitian
menambah
khasanah
tersebut. Dalam model bimbingan karier ini,
perkembangan
konselor dan dosen dituntut untuk memahami
Indonesia, khususnya keefektifan bimbingan
nilai-nilai,
respon-
karier dengan pendekatan multikultural untuk
respon terhadap situasi kehidupan mahasiswa
meningkatkan IP, dan studi tepat waktu; (c)
yang
memberikan masukan adanya pengetahuan
keyakinan-keyakinan,
berbeda-beda,
diantaranya
menjadi
agar
hubungan
bermakna
dan
bimbingan
ini
konseling
di
baru bagi bimbingan dan konseling di
350 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 348-359
Indonesia tentang bimbingan karier dengan
keterampilan
pendekatan
dalam
keterampilan merencanakan; (d) prosedur
secara
mencapai tujuan; (e) bagaimana mereka
optimal. (2) Manfaat Praktis: (a) sebagai
menggunakan sumber-sumber karier; (2)
penelitian bimbingan yang bersifat aplikatif,
keterampilan
situasi ini memberikan kontribuasi substansial
karakteristik ilmu pengetahuan pribadi; (b)
pada
dan
langkah dalam membuat keputusan dan
konselor, baik pada produk model bimbingan
penerapannya pada variasi kehidupan yang
dan konseling maupun proses penyusunannya.
ditemuinya;
Bagi konselor, dapat memanfaatkan hasil
bantuan: (a) lokasi konseling karier pribadi
penelitian
mengembangkan
dan social; (b) Sumber konseling karier dalam
kompetensinya dalam memberikan layanan
institusi dan organisasi; (c) program bantuan
bimbingan
pendidikan dan latihan; (d) sistem dukungan
multikultural
meningkatkan
potensi
lembaga
mahasiswa
pendidikan
ini
untuk
tinggi,
berdasarkan
pendekatan
multikultural; (b) ditemukannya bimbingan
karier
multikultural
ini,
dengan
pendekatan praktis
sosial;
(4)
keputusan;
membuat
(3)
keputusan:
mengidentifikasi
mengidentifikasi
(c)
(a)
system
penggunaan
proyeksi pasar kerja: (a) Sumber penggunaan
dapat
proyeksi pasar kerja; (b) Peranan bekerja yang
digunakan sebagai pengayaan model-model
potensial di masa depan; (5) mengidentifikasi
bimbingan dan konseling yang sudah ada, dan
keterampilan menghadapi kehidupan karier:
sebagai
salah
secara
model
membuat
satu
alternatif
untuk
(a) variabel-variabel kepuasan bekerja; (b)
potensi
mahasiswa
secara
sumber stres; (c) metode modifikasi perilaku;
optimal; (b) sebagai penambahan wawasan
(d) keterampilan menghadapi pekerjaan dan
bagi
yang belum
kehidupan. Bimbingan karier merupakan
penerapan
upaya membantu mahasiswa agar mereka
bimbingan perencanaan karier pendekatan
dapat membuat keputusan karier dengan
multikultural dalam upaya meningkatkan
efektif dan tepat. Proses bimbingan dan/atau
potensi mahasiswa secara optimal.
konseling
meningkatkan
konselor, dan dosen
memiliki
Danish
gambaran
&
tentang
D’Augelli
(1983),
yang
merupakan
suatu
prosedur
hubungan interpersonal membantu klien atau
menyajikan suatu kerangka kerja dalam
mahasiswa
mengajar
mengeksplorasi untuk tujuan mengidentifiaksi
keterampilan
untuk
kehidupan
yang
dimulai
berpikir, perasaan, dan apa
dengan
karier: (1) identifikasi tingkat pengembangan
cara
yang
keterampilan. perencanan kehidupan karier:
dilakukan mereka. Hal ini sesuai dengan
(a) keterampilan memecahan masalah; (b)
pendapat Dyer dan Vriend (1988: 17) yang
Fadhilah, Model Bimbingan Karier... 351
menyatakan bahwa konseling adalah suatu
multikultural adalah: keyakinan, nilai-nilai,
prosedur yang membantu hubungan antar
norma, kebiasaan, status sosial, ekonomi, asal
pribadi mulai dengan explorasi klien untuk
daerah/tempat tinggal, bahasa, dan jender.
kepentingan
pemikiran,
Pendekatan multikultural ini, lebih sering
perasaan, dan proses melakukan bagaimana
dianggap sebagai metoda dibanding sebagai
mengalahkan diri atau apakah memerlukan
teori. Di dalam proses bimbingan, konselor
peningkatan.
maupun
mengidentifikasi
Menurut Axelson John A.
konseli
membawa
(1999: 35) konselor yang professional perlu
psikologinya,
memiliki
“
minat, sikap, motivasi, kehendak, dan tedensi-
employment,
tedensi kepribadian lainnya (Supriadi D,
theoretical
2001; Bolton-Brownlee, 1987). Selama ini, di
eclecticism” . Di samping itu secara personal,
Indonesia banyak perhatian diberikan kepada
konselor
aspek-aspek psikologis tersebut (terutama
latar
educational counseling
belakang
dalam
preparation, orientation,
and
hal
memiliki beberapa dimensi yang
seperti,
karakteristik
kecerdasan,
bakat,
ada pada dirinya secara pribadi, yaitu: “ self-
pada
identity, values, and stereotypes”. Ada empat
memperhatikan
katagori
dasar
budaya konselor maupun klien yang ikut
kesadaran untuk meningkatkan bimbingan
membentuk perilakunya dan menentukan
dan konseling dalam masyarakat saat ini,
efektivitas proses konseling.
pertanyaan
sebagai
titik
yaitu: 1) kesadaran kultur secara total (
pihak
Dari
klien),
dan
terhadap
uraian
tersebut
masih latar
dapat
kurang belakang
dilihat
culture-total awareness); 2) kesadaran diri
variabel-variabel yang terlibat dalam proses
(self-awareness); 3) kesadaran klien (client
pembimbingan adalah: minat, bakat, sikap,
awareness); dan 4) kesadaran dalam prosedur
motivasi, kehendak, kepribadian, etnik/ras,
konseling (counseling procedure awareness).
keyakinan,
Untuk
kebiasaan, status social, ekonomi, dan lain-
itulah
pendekatan
multikultural
diperlukan dalam upaya pemecahan masalah. Menurut
Pedersen
(
1991:
nilai-nilai,
norma-norma,
lain (Freedman, F.K. , 2001; Geertz Clifford,
6)
42; Pedersen P, 1985, 1991; Locke, D.C,
multikultural dipandang sebagai kekuatan
1993; Supriadi D, 2001). Dalam penelitian ini
keempat (fourth force), melengkapi tiga
membatasi pada variable-variabel: keyakinan
kekuatan yang lain, psikoanalisis, behavioris,
beragama, nilai-nilai, norma/kebiasaan, status
dan humanis dalam memahami
perilaku
sosial ekonomi, asal daerah, bahasa, dan
manusia. Variabe-variabel dalam yang terlihat
jender. Keanekaragaman budaya mahasiswa,
dalam proses bimbingan dengan pendekatan
atau hanya dengan sedikit
minoritas etnis,
352 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 348-359
ada berbagai hal dosen dapat melakukan
spesifik, kepercayaan, nilai-nilai, dan asumsi-
peningkatan efektivitas pembelajaran. Ini
asumsi mereka, emosional, interaksi dan
dapat menumbuhkan kesadaran akan etnisitas
persepsi
mahasiswa,
sosial
dengan
dunia);
(
b)
bagaimana
menangani
menyediakan suatu pemahaman ungkapan
yang
sewajarnya,
dan pengalaman isu dan permasalahan yang
permasalahan
berkomunikasi secara efektif. Hal ini searah
membawa
dengan
Partington G. dan McCudden V.(
(konselor); dan ( c) menjelaskan pandangan
1993: 209) yang mengatakan bahwa adanya
dunia klien dibandingkan dengan kelompok
keragaman etnisitas dapat menumbuhkan
budaya utamanya, yaitu, membedakan konseli
kesadaran
dari
dosen
untuk
menangani
klien
keluarga,
kepada
kelompok
pembimbing
utama,
dan
permasalahan yang timbul secara wajar, dan
masyarakat luas (Ibrahim, 1985; Ibrahim &
akan berpengaruh pada proses pembelajaran,
Schroeder, 1990).
memodifikasi strategi untuk menyesuaikan
Langkah
latar
PERTEMUAN, baik secara individu maupun
belakang
mahasiswa,
serta
dapat
berkomunikasi secara efektif. Pelaksanaan bimbingan dan konseling
kedua,
mengadakan
kelompok.
Konselor
berinteraksi
(interactants).
membutuhkan
dan
klien
saling
Klien
yang
konseling,
arahan,
dengan pendekatan multikultural melalui
sedang
tahapan sebagai berikut:
dukungan, atau interlocation. Psikoterapeutik
Langkah awal. Mengadakan ESESMEN
kehidupan menyiratkan bahwa konselor perlu
kebutuhan dan pandangan
konseli atau
mempunyai kasih sayang untuk klien mereka
mahasiswa terhadap dunia. Skala untuk
sebab mereka adalah manusia ( Boss, 1963).
Menilai Pandangan Dunia ( Scale assessment
Pilosofisnya, mereka mencintai klien mereka
world view/SAWV) mengadopsi katagori
seperti mereka mencintai diri mereka sendiri,
eksistensial yaitu, dengan cakupan yang
dan walaupun mereka mungkin dalam dunia
diberi asumsi-asumsi: Alam Manusia (human
terpisah dalam kaitan dengan asal geografis
nature). Baik, tidak baik, atau kombinasi dari
dan budaya asli, mereka merasa memiliki
baik dan jahat. Hubungan sosial (social
kesamaan
relationship). Dengan orientasi waktu (time
manusia yang melebihi geografi dan budaya (
orientation). Activitas (activity) masa lampau,
May, 1967).
saat ini, dan masa depan. Penggunaan skala
Langkah ketiga. DIAGNOSIS. Menetapkan
penilaian ini membantu konselor dalam ( a)
letak kesulitan yang dialami klien. Di dalam
memahami pandangan dunia klien yang
mendiagnosis secara multikultural, konselor
yang mendasari
suatu
ikatan
Fadhilah, Model Bimbingan Karier... 353
menggunakan lima kunci konsep eksistensial
tingkat apa yaitu membuat rekomendasi.
sebagai
melukiskan
Harapan ini disebut prognossi. Dua prosedur
masalah klien, penjelmaan mereka, dan
itu tidak dapat dipisahkan, sebab pembimbing
etiologi: Konsep pertama adalah Dasein,
mestinya tidak mempertimbangkan penerapan
yang berarti
suatu
pedoman
di
dalam
bahwa masing-masing orang
gagasan
terapeutik
tanpa
secara
adalah suatu kesatuan unik yang positif di
serempak
dunia untuk menanamkan suatu kontribusi
konsekwensinya ( Vontress, 1982). Di dalam
khusus. Konsep yang kedua adalah tanggung
memutuskan macam tindakan dan hasil,
jawab
konselor multikultural menarik
dan
manfaat
mendiagnosis
mempertimbangkan
pengertian
multikultural, sebab dan derajat tingkat
mendalam yang tersembunyi dalam konsep
tanggung jawab individu ke orang lain dan
Binswangerian itu. Umwelt, Mitwel, dan
diri merupakan
Eigenwelt ( Vontress, 1979).
ukuran dari pribadi raison
d'etre. Konsep ketiga adalah keotentikan,
Langkah keempat. INTERVENSI.
yaitu seseorang menjadi di dalam dunia diri
Intervensi adalah tindakan yang diambil
mereka sendiri adalah benar. Orang-orang
oleh konselor untuk memodifikasi situasi
yang otentik tidak menipu diri mereka tentang
konseli itu (English & English, 1958). Makna
siapa mereka, kelemahan dan kekuatan atau
ini yang dihadapi, hasil diagnosis, dan
suka dan yang tidak mereka sukai. (Flam,
rekomendasi-prognosis yang juga merupakan
1970). Konsep yang keempat adalah makna
aspek intervensi. Meskipun demikian, tidak
dalam hidup. Pencarian untuk tujuan, bahkan
ada peraturan yang spesifik dalam melakukan
ketika
konseling
terhalang,
psikoterapeutik
itu
multikultural
atau
eksistensial
menyediakan suatu alasan untuk menjadi
sebab itu bukanlah suatu proses penyembuhan
( Frankl, 1967). Sebagaimana Victor Frankl (
di dalam pengertian umum; ini merupakan
1962) yang menunjukkan, makna dapat
suatu spekulasi filosofis ( Bugental, 1965).
membuat perbedaan antara hidup mati dalam
Mereka menerima klien dari semua rasial,
situasi yang sulit. Konsep kelima adalah
kesukuan, dan latar belakang nasional dengan
kecemasan eksistensial atau ilusi ketakutan
psikoterapeutik eros dan menyediakannya
tentang kelangsungan
permulaan suatu sistem dukungan baru di
alam
menuntut
hidup sebagaimana Setelah
dalam lingkungan budaya yang tidak familier.
konselor
Menurut Axelson, J.A, (1999: 235-236) ada
biasanya memutuskan apa yang hendaknya
delapan fungsi dan peranan konselor di dalam
dilaksanakan, mengapa, oleh siapa, dan pada
pendekatan multikultural, yaitu sebagai: (1)
mendiagnosis
dengan kondisi
tegas. klien,
354 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 348-359
komunikator
antar
communicator);
budaya
(2)
(intercultural
advokat
mahasiswa
(student advocate); (3) intervensi krisis (crisis
penyelesaian
masalah,
dan
terwujudnya
teaching university. Sebagaimana dirumuskan dalam memo
intervention); (4) fasilitator pengembangan
program
(developmental
facilitator); (5) pengolah
Universitas Sebelas Maret (UNS) tahun
informasi
(information processor); ( 6)
1997/1998 Teaching University adalah sistem
Pedoman
karier
pembelajaran universitas yang dikelola secara
(career
guide);
(
7)
koordinatif
efisien
(interpreter of the bureaucratic system); ( 8)
memberikan
staf konsultan dalam layanan jabatan (in-
berkualitas dan relevan dengan Pembangunan
service staff consultant). Dengan beberapa
Nasional bagi seluruh mahasiswanya dengan
fungsi
indikator
ini
diharapkan
dapat
efektif
sehingga
bekal
pendidikan
Rektor
interpreter yang menyangkut sistem birokratis
konselor
dan
(MPK)
daya
serap
mampu yang
mahasiswa
tinggi,
membantu mahasiswa dalam merencanakan
mereka menempuh masa studi tepat waktu
karier mereka, sehingga dapat mencapai IP
dan masa tunggu memperoleh pekerjaa
tinggi dan studi tepat waktu.
singkat
Langkah
kelima.
EVALUASI
DAN
TINDAK LANJUT. Evaluasi, merupakan efektivitas
intervensi,
setelah
lulus
(Ichrom,
1998;
Mudjiman H, 1997). Secara jujur konsep teaching
university
dengan
tinjauan
ulang
tingginya
masa
tunggu
terutama
dalam
pekerjaan,
adalah
konsep
memperoleh yang
mengembangkan
sangat
konseling multikultural, sebab kebanyakan
strategis
konselor terpaksa beraktivitas atas alasan-
perguruan tinggi termasuk UNS. Oleh karena
alasan yang belum diuji, yang secara budaya
itu hendaknya konsep tersebut diletakkan di
diucapkan.
atas landasan dan senantiasa dalam frame
Tindak lanjut. Dalam tahap ini konselor
untuk
indikator
kualitas
moral. Masyarakat belajar yang berlandaskan
atau dosen mengevaluasi seberapa besar
moral
keberhasilan bimbingan yang telah dilakukan
menghadapi perubahan apalagi menjadi kutu
pada
yang
loncat ketika terjadi perubahan. Konsep ini
digunakan untuk mengukur perubahan sikap
searah dengan perspektif multikultural yang
dan perilaku. Apabila belum berhasil sesuai
berupaya
target
kompleksitas
konseli
yang
bimbingan
melalui
ditentukan, lanjutan
instrumen
maka sebagai
diadakan upaya
akan
sabar,
tidak
memahami, budaya
mudah
panik
mempedulikan
mahasiswa.
Dalam
pelaksanaan penelitian ini hanya difokuskan
Fadhilah, Model Bimbingan Karier... 355
pada pencapaian IP tinggi dan studi tepat
teknik ini pengambilan sampel dilakukan
waktu.
dengan menunjuk langsung subyek yang
METODE PENELITIAN
dinilai
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
layak
Instrumen
sebagai
anggota
sampel.
yang digunakan sebagai
alat
pengembangan (Research and development
pengumpul data adalah: (1) wawancara; (2)
atau R & D, Borg & Gall, 1989) dengan tiga
kuesioner; (3) dokumentasi; (4) test hasil
rancangan,
belajar. Teknik analisis data menggunakan
yaitu:
survai,
evaluatif,
dan
eksperimental (Burden, at.al, 1996; Bronson,
prosentase dan T test.
at. al, 1992;
HASIL PENELITIAN
Jackson, Winston, 1995;
Sukmadinata, 200: 1). Survai dilakukan sebagai
penelitian
hasil
perhitungan
tabel
kerja
untuk
bimbingan karier berkaitan dengan sikap
mengetahui kondisi pendukung yang terkait
diperoleh harga r sebesar 0,420 dengan P =
dengan penelitian atau produk model yang
0,000 (sangat signifikan). Adapun bimbingan
akan dikembangkan. Penelitian evaluatif,
karier dilihat dari kompetensi diperoleh harga
digunakan dalam uji coba pengembangan
r sebesar 0,351 dengan P=0,000. Ini berarti
produk. Eksperimen digunakan untuk menguji
Ha diterima dan Ho ditolak. Ini berarti
keefektifan produk yang akan dikembangkan,
hipotessis yang berbunyi : “Bahwa model
dengan rancangan one group pretest-posttest
bimbingan karier efektif untuk mewujudkan
desig atau disebut pola treatment by subyects
Teaching
design atau the same group design ( Sutrisno
multikultural”. Diterima kebenarannya. Dari
Hadi, 1995: 453). Populasi sebagai subyek
penyajian data diketahui bahwa Mean dari
dalam
mahasiswa
(IP) nilai semester enam adalah 2, 94 dan
Universitas Sebelas Maret (UNS). Sebagai
pada semester tujuh adalah 3, 12. Ini berarti
sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa
bahwa bimbingan karier oleh konselor sangat
semester 6 sampai 8 Progdi PKh di Jurusan
membantu dalam memotivasi mahasiswa
Ilmu Pendidikan FKIP sebanyak 45 orang
untuk meningkatkan prestasi belajarnya yang
mahasiswa, Biologi F. MIPA sebanyak 32
akhirnya indeks prestasi (IP) dari semester ke
orang mahasiswa, dan Sastra
semester dapat meningkat.
penelitian
pendahuluan
Dari
ini
adalah
Indonesia F.
Sastra sebanyak 44 orang mahasiswa. Jumlah
University
dengan
pendekatan
PEMBAHASAN
sampel 121 orang mahasiswa Adapun teknik
Dari penyajian data diketahui bahwa
sampling yang digunakan adalah purposive
Mean dari (IP) nilai semester enam adalah 2,
cluster
94 dan pada semester tujuh adalah 3, 12. Ini
sampling.
Dengan
menggunakan
356 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 348-359
berarti bahwa bimbingan karier oleh konselor
sekali sebanyak 12 orang atau 9 %, sesudah
sangat
bimbingan bertambah 64 orang atau 53 %; (b)
membantu
mahasiswa
untuk
dalam
memotivasi
meningkatkan
prestasi
mahasiswa yang awal pemahaman diri dan
belajarnya yang akhirnya indels prestasi (IP)
kariernya baik sejumlah 48 orang atau 40 %,
dari semester ke semester dapat meningkat.
sesudah bimbingan tetap 48
orang atau 40
Secara rinci hasil peningkatan IP dapat
%; (c) mahasiswa yang awalnya pemahaman
dilihat dan diketahui bahwa mahasiswa yang
diri dan kariernya cukup sejumlah 56 orang
memiliki nilai dia atas 3 (>3) dan di bawah
atau 46 % sesudah bimbingan menjadi 9
tiga (<3) adalah sebagai berikut: Pada
orang atau 7 %; (d) mahasiswa yang
semester enam yang mendapat nilai >3
pemahaman
sejumlah 64 orang atau 53 % dan pada
sejumlah 5 orang atau 5 % sesudah bimbingan
semester tujuh 81 orang atau 67 %. Pada
menjadi tidak ada.
semester enam yang mendapat nilai <3
Profil
diri
dan
mahasiswa
kariernya
dilihat
kurang
dalam
sejumlah 57 orang atau 47 % dan pada
keterampilan membuat perencanaan karier
semester tujuh 40
%.
adalah sebagai berikut: (a) mahasiswa yang
Mahasiswa yang berasal dari masing-masing
awalnya memiliki keterampilan membuat
fakultas memiliki variasi dalam pencapaian
perencanaan baik sejumlah 5 orang atau 6 %,
nilai, karena
sesudah bimbingan meningkat menjadi 26
orang atau 33
adanya beberapa faktor yang
berpengaruh, diantaranya: (1) kurikulum yang
orang
berbeda; (2) kompleksitas budaya , baik dari
mahasiswa
mahasiswa maupun dari dosen; (3) sosial
membuat perencanaan karier cukup sejumlah
ekonomi; (4) asal daerah; (5) kemampuan
66 orang atau 54 %, sesudah bimbingan 3
atau
maupun
orang 3 %; (c) mahasiswa yang memiliki
kecerdasannya; (6) minat mahasiswa terhadap
keterampilan membuat perencanaan karier
setiap matakuliah; (7) pemenuhan kebutuhan
kurang sejumlah 50 orang atau 40 %, sesudah
mahasiswa dalam penyelesaian studi.
bimbingan
kecerdasan,
Selanjutnya
baik
profil
bakat
tidak
memilikiketerampilam
ada.
Hal
ini
dapat
bimbingan
dilihat dari pemahaman diri dan karier, serta
karier
membantu
keterampilan
perencanaan
mahasiswa dalam memahami diri dan karier
karier, secara keseluruhan diperoleh hasil
serta dalam membuat perencanaan karier
sebagai berikut: (a) mahasiswa yang pada
mereka baik dalam studi maupun dalam
awalnya pemahaman diri dan kariernya baik
kariernya yang akan datang setelah lulus.
membuat
dapat
yang
disimpulkan bahwa pemberian
nya
mahasiswa
118 orang atau 97 % orang; (b)
dari
konselor
dapat
Fadhilah, Model Bimbingan Karier... 357
Profil mahasiswa yang telah menyelesaikan studi tepat waktu empat tahun atau kurang
KESIMPULAN Dari hasil penelitian
sejumlah 39 orang dari 121 orang mahasiswa
kesimpulan
yang menjadi subyek sampel atau 32 %, yang
bimbingan karier untuk mewujudkan teaching
terperinci sebagai berikut: (a) dari 45 orang
university dengan pendekatan multikultural
mahasiswa PKh lulus 30 orang atau 67 %;
efektif
dari 32 orang mahasiswa Biologi lulus 2
university, terutama peningkatan IP dan studi
orang atau 6 %; dan (c) dari 44 orang
tepat waktu; (2) Pemberian bimbingan karier
mahasiswa Sastra Indonesia lulus 6 orang
dari konselor dapat membantu mahasiswa
atau 14 %.
dalam memahami diri dan karier serta dalam
.
sebagai
dapat ditarik
dalam
berikut:
(1)
mewujudkan
model
teaching
Belum lulusnya mahasiswa dipengaruhi
membuat perencanaan karier mereka baik
oleh beberapa faktor, antara lain: (1) dari dua
dalam peningkatan IP dan penyelesaian studi;
jurusan (Biologi dan Sastra Indonesia), masih
(3) Bimbingan karier dari konselor dapat
ada tugas kuliah pada semester delapan,
membantu mahasiswa dalam memahami diri
sehingga mahasiswa kurang berkonsentrasi
dan karier; (4) Masa studi mahasiswa
pada tugas akhir atau skripsi. Ini berarti perlu
dipengaruhi oleh otonomi fakultas, yang
peninjauan kembali kurikulum atau mata
memiliki kurikulum yang berbeda antara
kuliah - mata kuliah yang dapat dipadatkan
fakultas
pada semester sebelumnya, sehingga pada
Disamping itu juga pada diri mahasiswa
sesemter delapan mahasiswa berkonsentrasi
sendiri,
pada tugas akhir atau skripsi; (2) mata kuliah
menyelesaikan studi.
bimbingan menulis naskah atau metodologi
Berdasarkan
yang
satu
terutama
dengan
dalam
hasil
yang
upaya
lain.
segera
penelitian
dan
penelitian perlu diberikan pada semester awal,
kesimpulan di atas, maka dapat dikemukan
agar
berlatih
rekomendasi sebagai berikut: (1) Kepada
membuat karya ilmiah; (3) Bimbingan masih
Lembaga UNS, hendaknya memperhatikan
berorientasi
mahasiswa
kebutuhan-kebutuhan yang mutlak diperlukan
melakukan konsultasi. Konsultasi bergantung
mahasiswa, apabila mereka diharapkan dapat
pada mahasiswa, jika mereka rajin akan cepat
mengembangkan potensinya secara optimal.
selesai,
Kebutuhan-kebutuhan itu berkaitan dengan:
mahasiswa
jika
sudah
pada
tidak
penyelesaiannnya.
mulai
dapatnya
rajin
akan
lama
peningkatan kesehatan fisik maupun psikis, kelengkapan
buku
kelengkapan
peralatan
di
perpuatakaan,
laboratorium
dan
358 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 348-359
pemanfaatnya, serta pemberian bimbingan
semester, serta digunakan pada mahasiswa
terutama dalam penyusunan skripsi secara
sebagai upaya agar segera mendapatkan
terjadwal agar mereka dapat menyelesaikan
pekerjaan setelah lulus, sebagai tindak lanjut
studinya tepat waktu; Perlu tinjaun hal-hal
atau pada penelitian berikutnya.
yang
DAFTAR RUJUKAN
berkaitan
dengan
pelaksanaan
bimbingan di UNS, antara lain: (a) kondisi obyektif pelaksanaan bimbingan yang secara umum baru dilakukan pada awal mahasiswa baru; (b) belum diterapkannya bimbingan karier melalui kolaborasi konselor dan dosen dalam membantu menangani permasalahan mahasiswa; (c) kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan mahasiswa UNS berkaitan dengan peningkatan IP, studi tepat waktu; (2) kepada konselor
dan
dosen,
dapat
berupaya
memberikan bimbingan secara kolaborasi dengan
menggunakan
multikultural
dalam
pendekatan
membantu
dan
memotivasi mahasiswa agar mendapatkan IP tinggi dan studi tepat waktu; (3) kepada mahasiswa, diharapkan dapat memanfaatkan waktu, menggunakan sarana dan prasarana seefektif mungkin, serta meminta bimbingan kepada
konselor
mengalami
atau
kesulitan
dosen dalam
apabila mengikuti
pembelajaran.; (4) kepada pimpinan fakultas dan jurusan, perlunya memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengambil semester pendek,
dalam
upaya
meningkatkan
pengusaan mata kuliah dan/atau penyelesaian studi; (5) perlunya dilanjutkan penerapan model bimbingan karier ini untuk pada setiap
Anderson, D. (1992). A Case for standards of Counseling Practice. Journal of Counseling and Development, 71 (1). 22 – 26. Anderson-Hanley, C. (1997). Adventure programming and spirituality Integration mpdels, methods and reseach. The journal of Experiential Education, 20, 102-108. Axelson John A. (1999). Counseling and Development In A Multicultural Society. 3rd edition. United States of America: Books/Cole Publishing Company. Borg, W.R. & Gall, M.D. (1983). Educational Research: An Introduction. New Yrk: Longman. Inc. Bronson, J., Gibson, S., Kichar, R., & Pries, S. (1992). Evaluation of team development in corporate adventure training program. Journal of Experiential Education. Crites, J.D. 1981. Career Counseling: Models, Methods and Material. New York: McGraw – Hill. Dean, J.W, Evan, J.R. (1994). Total Quality Management: Management, Organization, and Strategy. New York: West Publishing Company. Draguns, J.G. (1986). “ Counseling Across Cultures: Common Themes and Distinct Approaches” dalam Pedersen, P.B, et. Al, Eds (1986). Counseling Across Cultures. Hawai: East-West Center, pp. 3-21. Fletcher Teresa B. and Hinkle J. Scott. (2002). Adventure Based Counseling: An Innovation in Counseling. Journal of Counseling & Development. Summer, Vol. 80, 227-278.
Fadhilah, Model Bimbingan Karier... 359
Freedman, F.K. (2001). Multicultural Counseling. [Online]. Tersedia di http://www.alaska.net/~fken/mulcul.ht m.[26 September 2001]. Gibson R.L & Mitchell M.H. (1986). Introduction To Counseling And Guidance. Second Edition. New York: MacMillan Publishing Company. Harrison E.Lawrence& Huntington P. Samuel. (2000). Culture Matters. How Values Shape Human Progress. New York:Basic Books. A Member of the Perseus Books Group. Ichrom Y.A. (1998). Universitas Sebelas Maret Menuju Teaching University. Orasi Dies Natalis XXII Universitas Sebelas Maret Pada Sidang Senat Terbuka. 11 Maret 1998. Surakarta: University Press. Ivey, at. al. (1993). Counseling and Psychotherapy A Multicultural Perspective. United States of America. Advision of Simon 7 Schuster, Inc. Lock , D.C. (1993). “Multicultural Counseling”. ERIC Digest. (Online). Tersedia: http//www.ed.gov/database/ERICDigests/ 17 September 2003. Mudjiman, H. (1997). Laporan Tahunan Rektor 1997. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Partington G. and McCudden V. (1993). Ethnicity and Education. Australia: Social Science Press. Pedersen P. (1985). Handbooks of CrossCultural Counseling and Therapy. Westport, Connecticut,, London, Englan: Greenwood Press. Setiadi, B.N. (1999). Psikologi Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss. (1996). Human Communication. Alihbahasa Deddy Mulyana dan Gembirasari. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sudjana N dan Ibrahim. (1988). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Sukmadinata N, Syaodih. (2002). Pendekatan Penelitian Dan Pengembangan. Bandung: Program Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Supriadi D. (2001). Konseling Lintas Budaya: Isu-Isu dan Relevansinya di Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Bimbingan dan Konseling Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 18 Oktober 2001. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Pendidikan Indonesia. Surat Keputusan Rektor UNS. (1991). Nomor: 177/PT 40.H/I/92. Surakarta: UNS. Yagie, D.T. (1998). Multicultural Counseling and the School Counselor. [Online]. Tersedia di http://ericass.uncg.edu/virtuallib/diver sity/1064.html. [26 September 2001]. Zunker, Vernon G. (1990). Career Counseling: Applied Concept of Life Planning. Pacific Grove, California: Brooks/Cole Publishing Company. Sukardi, D.K. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Winkel, W.S., Hastuti, S. (2007). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.