Mind Mapping
Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan Penulis Suparjan, MM. M.Pd
1
1. Hakikat Mind Mapping Mind Mapping atau peta pikiran adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak yang menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Mind Mapping merupakan cara belajar kreatif bagi setiap siswa yang telah dikembangkan oleh Tony Buzan. Mind mapping digunakan oleh para guru dalam pembelajaran dengan tujuan agar siswa bisa menghasilkan gagasan, mencatat apa yang telah dipelajari atau merencanakan tugas baru. Mind mapping atau peta pikiran membuat siswa untuk mengidentifikasi dengan jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari atau apa yang tengah mereka rencanakan. Teknik tersebut merupakan suatu strategi yang memanfaatkan keseluruhan otak yang membuat anak mampu membuat catatan yang menyeluruh dalam satu halaman. Dengan menggunakan citra visual dan perangkat grafis lainnya mind mapping atau peta pikiran akan memberikan kesan yang lebih dalam sebab detail-detail teknik ini mudah diingat karena mereka mengikuti pola pikiran otak. Dengan menggunakan citra visual dan perangkat grafis lainnya mind
Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan Penulis Suparjan, MM. M.Pd
2
mapping akan memberikan kesan yang lebih dalam sebab ditail-ditail dari metode ini mudah diingat karena mereka mengikuti pola pikiran otak (De Porter, 2002 : 152). Mind Mapping
yang diterapkan dalam pembelajaran didasarkan pada: (1)
informasi bisa diorganisir di sekitar tema/topik utama dan pokok-pokok kaitan, (2) informasi yang terkait lebih baik diringkas dan dipadatkan untuk bisa disajikan atau diingat kembali dengan mudah. Berpijak pada pemikiran di atas, otak manusia berfungsi untuk mengatur dan menyimpan informasi. Otak kita sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk dan perasaan. Mind Mapping menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan dan merencanakan. Mind Mapping ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan memicu ingatan yang mudah (De Porter, 2002 : 155). Untuk merangsang dan membantu kemampuan menghafal di otak, penggunaan mind mapping atau peta pikiran disarankan juga adanya penggunaan warna, gambar nyata, humor (Backman, 2005 : 77). Dengan demikian, mind mapping atau peta pikiran adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi keluar dari otak. Pengertian yang lainnya, mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah yang akan memetakan pikiran-pikiran kita (Abbot, 2007: 4). 2. Cara Mind Mapping Membantu Kita Mind Mapping dapat membantu kita dalam beberapa hal yang sangat berguna dalam kehidupan sehari hari, yang antara lain: merencanakan sesuatu hal, berkomunikasi, menjadi lebih kreatif, menghemat waktu, menyelesaikan masalah, memusatkan perhatian, menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat dengan lebih baik, belajar lebih cepat dan efisien, melihat gambar keseluruhan. Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan Penulis Suparjan, MM. M.Pd
3
Menurut Michael Michalco, mind mapping akan dapat mengaktifkan seluruh otak, membereskan akal dari kekusutan mental, memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan, membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah, memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian, memungkinkan kita mengelompokkan konsep, membantu kita membandingkannya, dan mensyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan atau materi yang membantu mengalihkan informasi tentang hal yang ada dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang (Abot, 2007: 6). 3. Langkah Membuat Mind Mapping Ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh seseorang dalam membuat mind mapping agar behasil dengan baik. Langkah-langkah tersebut yaitu: (1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar, hal yang demikian dilakukan karena memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar kesegala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami. (2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral anda karena sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik membuat kita tetap terfokus, membantu kita berkonsentrasi dan mengaktifkan otak kita. (3) Gunakanlah warna, karena bagi otak warna sangat menariknya dengan gambar dan warna membuat mind mapping lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif dan menyenangkan. (4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua ke tingkat pusat dan cabang tingkat tiga ke tingkat dua. Hal ini dimaksudkan karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua atau tiga bahkan empat hal sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang-cabang yang dirinci menjadi ranting-ranting, kita akan lebih mudah mengerti Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan Penulis Suparjan, MM. M.Pd
4
dan mengingat. (5) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus karena garis lurus akan membosankan otak dan bisa menarik bagi mata. (6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis, karena kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada mind mapping. (7) Gunakan gambar seperti gambar sentral karena setiap gambar bermakna seribu kata dan akan lebih menarik. Adapun prosedur yang dapat diikuti dalam pembelajaran dengan mind mapping adalah: (1) sediakan selembar kertas putih kosong dan letakkan mendatar, (2) siapkan juga spidol atau pensil warna (krayon) dan materi yang akan dibahas, (3) tuliskan judul bacaan atau topik yang sedang dipelajari di tengah kertas, (4) siswa mulai mind mapping atau peta pikiran dengan membuat sentra gambar, yang menggunakan topik atau gagasan utamanya di tengah kertas, (5) siswa memecah topik menjadi unsur-unsur dan menarik garis yang menggunaan spidol warna untuk tiap sub topik, (6) sediakan waktu yang cukup bagi siswa untuk menyusun mind mapping dan mereka bisa melihat karya siswa yang lain guna mendapatkan gagasan yang baru dan selanjutnya bisa dipakai untuk bahan masukan guna menyelesaikan peta pikirannya, (7) sebagai kegiatan akhir, guru memberi waktu pada siswa untuk saling bercerita tentang peta pikiran mereka (Silberman, 2004: 216).
Written by Suparjan
Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan Penulis Suparjan, MM. M.Pd
5