Al-‘Ulum; Vol. 2, Tahun 2013
Ilyas Idris, Humanistic …
maupun fasilitasnya yang berorientasi pada kebutuhan anak berkebutuhan khusus yang berorientasi pada perkembangan dan aktivitas anak.
HUMANISTIC EDUCATION : SUATU ALTERNARTIF MODEL PEMBELAJARAN PKn PADA TINGKAT SD/MI
DAFTAR PUSTAKA
Ashman,A.& Elkins,J.(194).Educating NewYork : Prentice Hall.
Children
Oleh: Drs. Ilyas Idris, M.Ag. with
Special
Needs.
Carlberg,C.& Kavale,K. (The efficacy of special class vs regular class placement for exceptional children: a metaanalysis. The Journal of Special Education. 14, 295-305. Fish,J. (1985). Educational Opportunities for All. London: Inner London Education Authority Mulyono
Abdulrahman (2003).Landasan Pendidikan Inklusif dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan LPTK. Makalah disajikan dalam pelatihan penulisan buku ajar bagi dosen jurusan PLB yang diselenggarakan oleh Ditjen Dikti. Yogyakarta, 26 Agustus 2002.
O`Neil,J.(1994/1995). Can inclusion work? A Conversation with James Kauffman and Mara Sapon-Shevin. Educational Leadership. 52 (4) 7-11. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Nasional.
Sistem
Pendidikan
UNESCO (1994). The Salamanca Statement and Framework for Action on Special Needs Education. Paris: Author. Vaughn,S., Bos,C.S.& Schumn,J.S.(2000). Teaching Exceptional, Diverse, and at Risk Students in the General Educational Classroom. Boston: Allyn Bacon. Warnock, H.M.(1978). Special Educational Needs: Report of the Committee of Enquiry into the Education of Handicapped Young People. London: Her Majesty?s Stationary Office.
25
A. Pendahuluan Pengembangan pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur. Untuk mengembangkan diri sebagai manusia seutuhnya yang sesuai dengan tujuan sistem pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan tujuan Pendidikan Nasional adalah “…untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.” (Tim Sisdiknas, 2009: 5-6). Ada fenomena yang sangat menyedihkan terjadi dikalangan siswa SD/MI bahwa nilai rata-rata yang diperoleh paling rendah dibandingkan dengan nilai mata pelajaran lain. Penyebabnya antara lain: (1) aktivitas pembelajaran masih didominasi guru, siswa banyak mencatat; (2) metode pembelajaran yang digunakan guru tidak variatif, cenderung ceramah (ekspositori); (3) penggunaan media pembelajaran kurang optimal; (4) hasil belajar siswa kurang mengembirakan. Kondisi atau model pembelajaran seperti di atas dapat mengakibatkan (1) siswa kurang kreatif karena guru terlalu dominan; (2) semangat belajar siswa rendah karena pembelajaran monoton dan aktivitas belajar siswa menurun. Menurunnya aktivitas belajar siswa dapat berdampak terhadap rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang diberikan guru; (3) siswa jenuh dan bosan dengan pembelajaran yang berlangsung tidak menyenangkan serta akhirnya tidak menyukai mata pelajaran PKn. Berdasarkan analisis terhadap factor penyebab di atas dan situasi siswa perlu penerapan metode atau media pembelaaran yang inovatif yang dapat mendukung proses pembelajaran PKN yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi sekaligus mempermudah pemahaman siswa dalam belajar PKn. Salah satu metode pembelajaran PKn yang saat ini sedang dalam uji coba adalah metode pembelajaran Humanistic Education. Penerapan Humanistic Education ini sesuai dengan perubahan paradigma pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar ke 26
Al-‘Ulum; Vol. 2, Tahun 2013
paradigma belajar atau perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru ke paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini adalah salah satu upaya dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan PKn. Melalui metode pembelajaran Humanistic Education yang pengajarannya berangkat dari persoalan dalam dunia nyata, Diharapkan pelajaran tersebut menjadi bermakna bagi siswa. Dengan termotivasi untuk terlibat dalam pelajaran. Untuk mendukung proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa diperlukan suatu pengembangan materi pelajaran PKN yang difokuskan kepada aplikasi dalam kehidupan seharihari (kontekstual) dan disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa, serta penggunaan metode evaluasi yang terintegrasi pada proses pembelajaran. B. Pengertian Metode Metode merupakan sebentuk cara yang digunakan seseorang untuk mengungkapkan sesuatu kepada orang lain dengan teknik dan pola tertentu. Guru sebagai pengajar juga memanfaatkan metode untuk mencapai tujuan pembelajaran. Prinsip-prinsip penggunaan metode dalam mengajar adalah: 1. Setiap metode mengajar senantiasa bertujuan, artinya pemilihan dan penggunaan sesuatu metode mengajar adalah berdasarkan pada tujuan yang hendak dicapai dan digunakan untuk mencapai tujuan itu. 2. Pemilihan suatu metode mengajar, yang menyediakan kesempatan belajar bagi murid, harus berdasarkan kepada keadaan murid, pribadi guru dan lingkungan belajar. 3. Metode mengajar akan dapat dilaksanakan secara efektif apabila dibantu dengan alat bantu mengajar. 4. Di dalam pengajaran tidak ada sesuatu metode mengajar yang dianggap paling baik atau sempurna, metode yang baik apabila berhasil mencapai tujuan mengajar. 5. Setiap metode mengajar dapat dinilai, apakah metode itu tepat atau tidak serasi. Penilaian hasil belajar menentukan pula efisiensi dan efektivitas sesuatu metode mengajar. (Oemar Hamalik, 2008: 82) Metode (method) secara harfiah berarti “cara” dalam pemakaian yang umum. Metode diartikan sebagai “…cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsepkonsep secara sistematis. (Muhibbin Syah,1995: 202). “Metode merupakan suatu cara untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi seluruh usaha dalam kegiatan pendidikan. Hal ini berarti bahwa metode termasuk persoalan yang sangat esensial, karena tujuan pendidikan Islam itu akan tercapai secara tepat guna makanya jalan yang ditempuh menuju cita-cita benar-benar tepat. (Slameto, 2010: 92) 27
Ilyas Idris, Humanistic …
C. Pengertian Humanistic Education Humanistic Education merupakan sebuah sistem klasik yang bersifat global, tetapi beberapa prinsip dasarnya diambil para ahli pendidikan untuk dijadikan sebuah sistem pendekatan pembelajaran. Pendidikan humanistik adalah peranan guru yang lebih banyak menjadi pembimbing dari pada pemberi ilmu pengetahuan kepada siswa dirinya. Disamping itu, sistem pendidikan humanistik juga menitik beratkan pada upaya membantu siswa agar dapat mencapai perwujudan dirinya (selfrealization) sesuai dengan kemampuan dasar dan kekhususan yang ada pada dirinya. Menurut Yatim Riyanto menjelaskan bahwa Humanistik Education adalah upaya–upaya membantu siswa agar dapat mencapai perwujudan dirinya.( Yatim Riyanto, 2009: 140). D. Prinsip-prinsip Dasar Humanistik Prinsip-prinsip Humanistik yang penting diantaranya ialah sebagai berikut: a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami. b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pembelajaran dirasakan murid mempunyai relepansi dengan maksud- maksud sendiri c. Belajar yang mencakup perubahan didalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya. d. Tugas tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasdiasimilasikan apabila ancaman ancaman dari luar itu semakin kecil. e. Apabila ancaman terhadap diri siswa renda, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda beda dan terjadilah preses belajar. f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya. g. Belajar dipelancar bila siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu. h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan mau[un intelek merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari. i. Kepercayaan diri sendiri, kemerdekaan dan kreatifitas lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirinya dan penilain dari orang lain merupakan cara kedua yang penting. j. Belajar yang paling berguna secara sosial didalam dunia moderen ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengelaman dan penyatuannya kedalam diri sendiri 28
Al-‘Ulum; Vol. 2, Tahun 2013
Ilyas Idris, Humanistic …
mengenai proses perubahan itu (Muhammad Thobroni, 2011:168169).
(c) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu) (d) Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayainya) (e) Pengalaman (menjadikan nilai–nilai sebagai bagian dari pola hidupnya (Asri Budiningsih, 2005: 75).
E. Karakteristik Pembelajaran Humanistic Education Karakteristik pokok pembelajaran ini antara lain: a. Guru hendaknya jangan membuat jarak terlalu tajam dengan siswa sebagai siswa senior yang selalu siap menjadi sumber atau konsultan yang berbicara. b. Tarap akhir dari proses belajar mengajar menurut pandangan ini adalah self actualization seoptimal mungkin dari setiap anak didik. c. Belajar teknis (techinical learning) adalah belajar bagaimana dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar. d. Belajar praktis (practical learning) adalah bagaimana seorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. e. Belajar emansipatoris (emancipatori learning) adalah belajar menekankan upaya agar seseorng mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transpormasi budaya dalam lingkungan sosialnya (Yatim Riyanto, 2009: 141).
Menurut Asri Budiningsih juga menjelaskan pengertian belajar menurut teori humanistik adalah proses belajar harus dimulai dan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, kepribadian. Dalam pelaksanaannya, teori humanistik ini antara lain tampak juga dalam pendekatan belajar yang ditemukan oleh ausubel. Pandangannya tentang belajar bermakna atau ”meaningful learning” yang juga tergolong dalam aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakan asimilasi bermakna. (Asri Budiningsih, 2005: 68) Menghargai nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai kemanusiaan adalah aspek penting dalam pengajaran yang beraliran humanistik. Nuansa belajar beraliran humanistik dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah akan berakibat pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut dapat memberikan dorongan hati (impulse) kepada siswa sehingga dapat menyentuh dan menumbuh kembangkan nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai kemanusiaan mereka. Dalam konsep belajar humanistik, belajar adalah pengembangan kualitas kognitif, afektif dan psikomotorik (Baharuddin dan Wahyuni, 2008:142143). Aliran humanistik memandang bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja. Pendekatan humanistik dalam pembelajaran menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi yang terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki setiap siswa. Pendidikan humanistik memandang proses belajar bukan hanya sebagai sarana transformasi pengetahuan saja, tetapi lebih dari itu, proses belajar merupakan bagian dari mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan. Tujuan dari pendidikan beraliran humanistik akan tercapai jika pembelajaran berusaha mengaitkan topik dengan konteks yang ada dalam kehidupan nyata siswa sehari-hari. Aliran humanistik akan sangat membantu pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang luas, sehingga pencapaian tujuan pembelajaran akan diarahkan dan dilakukan dengan pembelajaran kontekstual (Asri Budingsih, 2005:76).
Menurut Yatim Riyanto beberapa pendapat tentang teori humanistik antara lain: dalam hal ini Bloom dan Rathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa yang tercakup dalam tiga kawasan, yaitu: 1) Domain Kognitif, terdiri atas 6 tingkatan, yaitu: (a) Pengetahuan pengingat (mengingat, menghafal) (b) Pemahaman (menginteprestasikan) (c) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah) (d) Analisis (menjabarkan suatu konsep) (e) Sisntesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh) (f) Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dsb.) 2) Domain Psikomotori, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu: (a) Peniruan (menirukan gerak) (b) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak) (c) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar) (d) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar) (e) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar) 3) Domain afektif, terdiri atas 5 tingkatan, yaitu: (a) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu) (b) Merespon (aktif berpartisipasi) 29
30
Al-‘Ulum; Vol. 2, Tahun 2013
Aplikasi atau penerapan humanistik lebih menunjuk pada spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang di terapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistic adalah menjadi fasilitator bagi para siswa, sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri Ketika siswa memahami potensi diri, diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri secara negatif. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya dari pada hasil belajar. Sedangkan, proses yang umumnya dilalui adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas 2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jujur, jelas, dan positif. 3. Mendorong siswa untuk mengengbangkan kesanggupan untuk belajar atas inisiatif sendiri 4. Mendorong siswa untuk peka berfikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri. 5. Siswa didorong untuk belajar mengemukakan pendapat, memilih pilihannya, melakukan apa yang diinginkan, dan menanggung resiko perilaku yang ditunjukan. 6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normative, tetapi mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas segala resiko proses belajarnya. 7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya. 8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.(M. Tabrani dan Arif Mustofa, 2011: 177-178). Pembelajaran dengan teori humanistic ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena social. Indicator keberhasilan dalam penerapan ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar, dan terjadi perubahan pola pikir, prilaku serta sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain, dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.(M. Tabrani dan Arif Mustofa, 2011: 178). 31
Ilyas Idris, Humanistic …
F. Dampak Pembelajaran PKn dengan Humanistic Education. Respon siswa terhadap belajar yang menggunakan Pembelajaran Humanistic Education sangat positif. Hal tersebut terbukti selama proses pembelajaran berlangsung tampak siswa antusias dan bersemangat mengikuti kegiatan belajar. Gagne dan Berliner berpendapat sebagai berikut : 1. Murid akan belajar dengan baik apa yang mereka mau dan perlu ketahui. Saat mereka telah mengembangkan kemampuan untuk menganalisa apa dan mengapa sesuatu yang penting untuk mereka sesuai dengan kemampuan untuk mengarahkan perilaku untuk mencapai yang dibutuhkan dan diinginkan, mereka akan belajar dengan lebih mudah dan lebih cepat. Sebagian besar pengajar dan ahli teori belajar akan setuju dengan pernyataan ini, meskupun mereka mungkin akan tidak setuju tentang apa tepatnya yang menjadi motivasi murid. 2. Mengetahui bagaimana cara belajar lebih penting dari pada membutuhkan banyak pengetahuan. Dalam kelompok sosial kita dewasa ini dimana pengetahuan berganti dengan sangat cepat, pandangan ini banyak dibagi diantara kalangan pengajar, terutama mereka yang menganut dari sudut pandang kognitif. 3. Besdasarkan teori humanistik. Evaluasi diri adalah satu satunya evaluasi yang berarti untuk pekerjaan murid. penekanannya adalah pada perkembangan internal dan regulasi diri. Sementara banyak pengajar akan setuju bahwa ini adalah hal yang penting, mereka juga akan mengusung sebuah kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan murid untuk berhadapan dengan pengharapan eksternal. 4. Perasaan adalah sama penting dengan kenyataan. Banyak tugas dari pandangan humanistik seakan memvalidasi poin ini dan dalam satu area, pengajar yang berorientasi humanistik membuat sumbangan yang berarti untuk dasar pengetahuan kita. 5. Murid akan belajar dengan lebih baik dalam lingkungan yang tidak mengancam. Ini adalah salah satu area dimana pengajar humanistik telah memiliki dampak dalam praktek pendidikan. Orientasi yang mendukung saat ini adalah lingkungan harus tidak mengancam baik secara psikologis, emosional dan fisikal. Bagaimanapun, ada penelitian yang menyarankan lingkungan yang netral bahkan agak sejuk adalah yang terbaik untuk murid yang lebih tua dan sangat termotivasi. Dengan demikian siswa dapat lebih mudah menyelesaikan soalsoal latihan ataupun tes di akhir siklus, sehinga hasil belajar PKN siswa akan lebih baik.
32
Al-‘Ulum; Vol. 2, Tahun 2013
G. Simpulan Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan model Pembelajaran Humanistic Education adalah sangat menyenangkan siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar. DAFTAR PUSTAKA Asri Budiningsih, (2005), Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta: Asdi Mahasatya Muhammad Thobroni, dkk, ( 2011), Belajar dan pembelajaran, Jogjakarta:arruzz Media Muhibbin Syah, (1995), Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya Nana Sudjana, (2009) Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Oemar Hamalik, (2008), Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan system. Jakarta: Bumi Aksara Slameto, (2003), Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya,Jakarta: Rineka cipta Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta Suharsimi Arikunto, (2006), Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, (2006), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Asdi Mahasatya Yatim Riyanto, (2010), Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Grouponi
33