LATIF DWI PURWATI 1 702011145
METODE STRATEGI PEMBELAJARAN 1. METODE CERAMAH Guru menyampaikan pelajaran dengan membaca dari buku dan mendiktekan pelajaran dengan penggunaan buku.( Gilstrap dan Martin 1975). Tahap Persiapan Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai. 2. Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan. 3. Mempersiapkan alat bantu. Tahap Pelaksanaan Pada tahapan ini yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Langkah Pembukaan. Langkah pembukaan dalam metode ceramah merupakan langkah yang menentukan. Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat ditentukan oleh langkah ini. 2. Langkah Penyajian. Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran de-ngan cara bertutur. Agar ceramah berkualitas sebagai metode pembe-lajaran, maka guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap terarah pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan. 3. Langkah Mengakhiri atau Menutup Ceramah. Ceramah harus ditutup dengan ringkasan pokok-pokok matar agar materi pelajaran yang sudah dipahami dan dikuasai siswa tidak terbang kembali. Ciptakanlah kegiatan-kegiatan yang memungkinkan siswa tetap mengingat materi pembelajaran. Metode ceramah ini digunakan pada saat: 1. Ingin mengajarkan topik baru, 2. Tidak ada sumber bahan pelajaran pada siswa, 3. Menghadapi se-jumlah siswa yang cukup banyak. 2. METODE DEMONSTRASI Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu oroses,situasi, benda atau cara kerja suatu prdoduk teknologi yang sedang dipelajari Yang Harus dipersiapkan pengajar dalam metode pembelajaran demoinstrasi: 1. Guru menyampaiakn TPK 2. Guru menyajikan gambaran sekilas tentang materi yang akan dismpaiakan 3. Siapkan bahan atau alat yang akan disampaikan 4. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai dengan skenario yang telah disiapkan 5. Setiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisisnya dan juga pengalaman siswa didemonstrasikan 6. Guru membuat kesimpulan
LATIF DWI PURWATI 2 702011145
Metode demonstrasi ini digunakan biasanya berkenaan dengan tindakan – tindakan atau prosedur yang dilakukan misalnya mengerjakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara yan lain, untuk mengetahui dan melihat kebenaran sesuatu. 3. METODE SIMULASI Metode simulasi merupakan suatu metode pembelajaran interaktif yang melibatkan penciptaan situasi atau ruang belajar dalam suatu program pelatihan, dan tujuan dari dari simulasi ini adalah untuk memmunculkan pengalaman selama mengikuti program pelatihan atau ,ateri yang sedang diajarkan oleh pengajar. Ada 4 prinsip dalam metode simulasi : 1. Penjelasan Untuk melakukan simulasi pemain harus benar- benar mamahami aturan mainyya oleh karena itu sebelum permainan dimulai pengajar harus menjelaskan tentang aturan permainan dalam simulasi 2. Mengawasi Simulasi dirancang untuk tujuan tertentu dan prosedur permainan tertentu. Oleh karena itu pengajar harus mengawasi jalannya oermainan agar dapat berjalan sesuai dengan ketentuan. 3. Melatih (coaching) Dalam simulasi pemain akan melakukan keslahan, oleh karena itu fasilitator harus memberikan bimbingan,saran dan petunjuk agar pemain tidak mengulangi kesalahan yang sama 4. Diskusi Dalam simulais refleksi menjadi bagian penting, oleh karena itu setelah simulais selesai fasilitator harus mendiskusikan beberapa hal antara lain: kesulitan – kesulitan yang bias diambil, bagaimana memperbaiki kekurangan simulasi dan sebagianya.
Tahap Persiapan 1. Mempersiapkan siswa yang menjadi pemeran simulasi. 2. Menyusun skenario dengan memperkenalkan siswa terhadap aturan, peran, prosedur, pemberi skor (nilai), tujuan permainan dan lain- lain. Guru menunjuk siswa untuk memegang peran- peran tertentu dan menguji cobakan simulasi untuk memastikan bahwa seluruh siswa memahami aturan main simulasi tersebut. 3. Melaksanakan simulasi, siswa berpartisipasi dalam permainan simulasi dan guru melakukan peranannya sebagimana mestinya
Permainan simualsi dapat merangsang berbagai bentuk belajar, seperti belajar tentang persaingan (kompetensi), kerja sama, empati, system social,konsep, ketrampilan, kemampuan berfikir kritis, dan pengambilan keputusan. 4. METODE DEDUKTIF Metode pembelajaran yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan berdasarkan seperangkat premis yang dibeikan, dan metode pembelajran ini mengajarkan konsep generalisasi dan mengandalkan contoh yang bergantung pada keterlibatan guru secara aktif dan membimbing siswa.
LATIF DWI PURWATI 3 702011145
Langkah – langkah dalam metode pembelajaran deduktif : 1. Guru memilih konsep, pronsip, inisialisasi atau aturan yang akan disajikan 2. Guru menyajikan aturan,prinsip, yang bersifat umum, lengkap dengan definisi dan contoh – contohnya 3. Guru menyajikan contoh – contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus dengan aturan prinsip yang disukung oleh media yang cocok 4. Pengajar menyajikan bukti – bukti untuk menunjang atau menolaj kesimpulan bahwa keadaan umum itu merupakan gambaran dari keadaan khusus Kita dapat menggunakan strategi metode ini pada saat menjelaskan materi – materi atu rumusan konsep yang bersifat umum kemuadianyang bersifat khusus yang menggunakan ilustrasi atau contoh misalnya pada pelajaran mengenai konsep terdefinisi. 5. METODE INDUKTIF Metode pembelajran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi dan ketrampilan berfikir kritis. Langkah – langkah dalam metode pembelajaran Induktif : a. Konsep Pembentukan (Belajar Konsep) Tahap ini mencakup tiga langkah utama: item daftar (lembar, konsep), kelompok barang yang sama secara bersama-sama, beserta label tersebut (dengan nama konsep).Langkahlangkah : 1. Membuat daftar konsep 2. Pengelompokkan konsep berdasarkan karakteristik yang sama 3. Pemberian label ataukategorisasi b. Intrepetasi Data Strategi kedua ini merupakan cara mengajarkan bagaimana menginterpretasi dan menyimpulkan data. Sama halnya dengan strategi pertama (pembentukan konsep), cara ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu. Langkah-langkah: 1. Mengidentifikasi dimensi-dimensi danhubungan-hubungannya. 2. Menjelaskan dimensi-dimensi danhubungan-hubungannya 3. Membuat kesimpulan c. Penerapan prinsip-prinsip Strategi ini merupakan kelanjutan dari strategi pertama dan kedua. Setelah siswa dapat merumuskan suatu konsep, menginterpretasikan dan menyimpulkan data, selanjutnya mereka diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip tertentu ke dalam suatu situasi permasalahan yang berbeda.. Atau siswa diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip untuk menjelaskan suatu fenomenabaru. Langkah-Langkah: 1. Membuat hipotesis, memprediksikonsekuensi 2. Menjelaskan teori yang mendukung hipotesis atauprediksi. 3. Mengujihipotesis/prediksi
LATIF DWI PURWATI 4 702011145
Kita menggunakan strategi pembelajaran ini pada saat kita atau pengajar menyampaikan materi yang lebih mengutamakan analisis secara detail atau khusus terhadap contoh yang diberikan. 6. METODE ROLE PLAY Metode role play adalah nama model pembelajaran bermain peran. Pengorganisasian kelas secara kelompook, masing – masing kelompok memperagakan/menampilkan scenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan berimprofisasi namun masih dalam batas – batas scenario dari guru. Langkah – langkah metode role play: 1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. 2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar. 3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang. 4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai. 5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan. 6. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan. 7. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok. 8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya. 9. Guru memberikan kesimpulan secara umum. 10. Evaluasi. 11. Penutup. Kita menggunakan metode ini pada saat: a. menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak. b. melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosialpsikologis. c. melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya. 7. METODE MANDIRI Pembelajaran mandiri (self directed learning) dapat diartikan sebagai mata proses, dimana individu mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain. Kegiatan yang dilakukan oleh individu tersebut adalah mencakup mendiagnosis kebutuhan belajar, merumuskan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar dan menilai hasil belajar. Menurut Knowles (1975), belajar mandiri lebih ditekankan pada orang dewasa dengan asumsi semakin dewasa peserta didik maka: 1. Konsep dirinya semakin berubah dari sikap ketergantungan terhadap pendidik kepada sikap mengarahkan diri dan saling belajar diantara mereka. 2. Semakin bertambah pula pengalaman belajar mereka yang dapat dijadikan sumber belajar, sedangkan orientasi belajar berubah dari penguasaan materi kearah pemecahan masalah. 3. Kesiapan belajarnyasemakin dirasakan untuk menguasai tugas-tugas yang berkaitan dengan peranan mereka dalam kehidupan.
LATIF DWI PURWATI 5 702011145
4. Perspektif waktunya semakin berorientasi pada penggunaan hasil belajar yang dapat segera dimanfaatkan dalam kehidupan. 5. Makin diperlukan keterlibatan mereka dalam perencanaan, diagnosis kebutuhan, penentuan tujuan belajar, dan evaluasi proses serta hasil belajar. Belajar mandiri sangat penting untuk perkembangan seseorang karena: 1. Orang-orang yang mengambil inisiatif dalam belajar lebih banyak dan lebih baik daripada orang yang tergantung pada pendidik. 2. Cara belajar ini sejalan dengan proses alamiah perkembangan jiwa. 3. Munculnya konsep-konsep atau teori-teori baru dalam pendidikan yang menekankan tanggung jawab belajar pada peserta didik. Konsep belajar mandiri pada dasarnya menekankan pada kreatifitas dan inisiatif peserta didik. Akan tetapi pada kondisi tertentu, secara sistematik peserta didik dapat meminta bantuan/bimbingan pada pendidik, disini peran pendidik lebih menekan kan sebagai fasilitator.
8. METODE CAL Pembelajaran dengan bantuan komputer (computer-assisted learning [CAL]) merupakan salah satu penggunaan teknologi komputer untuk menfasilitasi proses pendidikan. Istilah pembelajaran dengan bantuan komputer (CAL) mencakup berbagai pembelajaran yang berbasis komputer, yang bertujuan untuk memberikan instruksi secara interaktif terhadap topik-topik tertentu dan biasanya melalui internet. Kita menggunakan metode ini saat materi memperlukan visual untuk lebih memahami materi,misalnya dalam materi perkembangan komputer dari masa ke masa,agar lebih menarik siswa.
9. METODE PEER TUTORING Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang murid yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu murid-murid tertentu yang mengalami kesulitan belajar ( Surya, 1984 : 112 ). 2. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siwa setelah ia menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2009:22). Adapun kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih Tutor, yaitu : 1. Tutor dapat diterima atau disetujui oleh siswa yang akan dibantu sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya. 2. Tutor dapat menerangkan materi yang akan diajarkan kepada teman-temannya. 3. Tutor tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama teman. 4. Tutor mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada teman-temannya