II.
METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional merupakan semua pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Berikut ini merupakan beberapa konsep dasar terkait dengan penelitian ini yang perlu dipahami, antara lain: 1. Penyuluhan pertanian adalah suatu kegiatan yang tersusun secara sistematis dan terkoordinir oleh suatu lembaga atau individu dalam rangka penyampaian informasi dan teknologi pertanian, serta memberikan pendidikan secara non-formal kepada petani demi tercapainya kemajuan dan kesejahteraan bagi petani. 2. Penyuluh pertanian adalah individu yang memiliki tugas, peran, dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian. 3. Pengembangan penyuluh pertanian adalah upaya yang dilakukan dalam hal peningkatan kemampuan dari seorang penyuluh pertanian, yaitu kemampuan dalam berkomunikasi, penguasaan teknologi, pengoperasian komputer dan media pendukung lainnya, serta kemampuan dalam penyampaian informasi dan teknologi kepada petani secara baik.
36 4. Program cyber extension adalah program penyebarluasan informasi atau kegiatan penyuluhan yang dilakukan melalui media on-line dan multimedia pendukung kegiatan penyuluhan. 5. Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) adalah Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan yang berada pada tingkat kecamatan. 6. Media on-line adalah media yang hanya dapat diakses melalui jaringan internet. 7. Internet adalah seluruh jaringan komputer yang saling terhubung hampir di seluruh dunia. 8. Analisis kesiapan BP3K Kecamatan Talang Padang dalam pengimplementasian program cyber extension adalah suatu keadaan yang menggambarkan BP3K Kecamatan Talang Padang dalam melengkapi segala sesuatu yang dibutuhkan sebelum menerapkan atau mengimplementasikan program cyber extension, dengan indikator antara lain tersedianya sarana dan prasarana kantor, sarana dan prasarana pendukung cyber extension, dan kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang meliputi kesiapan penyuluh dan petani dalam hal pemahaman dan keterampilan pengoperasian komputer, penguasaan software, serta media on-line. 9. Strategi pengembangan adalah bentuk usaha dalam memadukan dan mengintegrasikan antara faktor kunci keberhasilan untuk menciptakan sinergi dalam mencapai tujuan.
37 10. Analisis SWOT adalah sebuah alat analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan berdasarkan faktor internal (S,W) dan faktor eksternal (O,T) yang terdapat di dalam suatu organisasi. 11. Pekon adalah sebutan desa dalam Bahasa Lampung.
Analisis kesiapan BP3K dalam implementasi program cyber extension yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana BP3K Kecamatan Talang Padang telah siap untuk mengimplementasikan program cyber extension dengan indikator penilaian sebagai berikut: a. Kesiapan dalam penyediaan sarana dan prasarana kantor. b. Kesiapan dalam penyediaan sarana dan prasarana pendukung program cyber extension. c. Kesiapan SDM meliputi kesiapan penyuluh dan petani dalam pengimplementasian cyber extension (pemahaman dan kemampuan dalam menguasai pengoperasian komputer, software, dan media on-line).
Deskripsi kesiapan BP3K Kecamatan Talang Padang dalam implementasi program cyber extension pada penelitian ini juga dibandingkan dengan standar minimal menurut Peraturan Menteri Pertanian Tentang Pedoman Pengelolaan Balai Penyuluhan Nomor 26 Tahun 2012, yaitu khususnya dalam penyediaan sarana dan prasarana kantor. Tiga indikator pengukuran analisis kesiapan BP3K Kecamatan Talang Padang dalam pengimplementasian program cyber extension akan diuraikan satu per satu. Indikator kesiapan yang dilihat berdasarkan penyediaan sarana dan prasarana kantor dapat dilihat pada Tabel 2.
38 Tabel 2. Indikator dan definisi operasional kesiapan dalam penyediaan sarana dan prasarana kantor
No.
A.
Kesiapan Implementasi Program Cyber Extension Kesiapan dalam penyediaan sarana dan prasarana kantor
Definisi Operasional Suatu keadaan yang menggambarkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana kantor telah terpenuhi
Parameter Pendapat penyuluh mengenai: - Ketersediaan ruangan - Ketersediaan meja - Ketersediaan kursi - Ketersediaan printer - Ketersediaan sound system - Ketersediaan lemari - Ketersediaan papan tulis (white board) - Ketersediaan alat tulis dan kertas - Ketersediaan alat peraga penyuluhan
Ukuran/Skor
Pengukuran menggunakan skor 1, 2, 3, 4 dan 5 dengan ukuran: Kesiapan implementasi program cyber extension dalam penyediaan sarana dan prasarana kantor berdasarkan parameter tersebut yaitu sangat memadai (5), memadai (4), sedang (3), tidak memadai (2), dan sangat tidak memadai (1)
Setelah penyuluh selesai memberikan skor, kemudian penyuluh memberikan alasan terhadap pemberian skor tersebut. Skor pendapat dari tiap-tiap parameter dijumlahkan. Indikator kesiapan yang dilihat berdasarkan penyediaan sarana dan prasarana pendukung program cyber extension dapat dilihat pada Tabel 3.
39 Tabel 3. Indikator dan definisi operasional kesiapan dalam penyediaan sarana dan prasarana pendukung program cyber extension
No.
B.
Kesiapan Implementasi Program Cyber Extension Kesiapan dalam penyediaan sarana dan prasarana pendukung program cyber extension
Definisi Operasional Suatu keadaan yang menggambarkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana pendukung program cyber extension telah terpenuhi
Parameter Pendapat responden (penyuluh dan petani) mengenai: - Ketersediaan komputer /laptop - Ketersediaan modem / Internet Service Provider (ISP) - Ketersediaan kekuatan sinyal - Ketersediaan jaringan internet - Ketersediaan listrik
Ukuran/Skor
Pengukuran menggunakan skor 1, 2, 3, 4 dan 5 dengan ukuran: Kesiapan implementasi program cyber extension dalam penyediaan sarana dan prasarana pendukung program cyber extension berdasarkan parameter tersebut yaitu sangat memadai (5), memadai (4), sedang (3), tidak memadai (2), dan sangat tidak memadai (1)
Setelah penyuluh selesai memberikan skor, kemudian penyuluh memberikan alasan terhadap pemberian skor tersebut. Hasil skor dari pernyataan penyuluh dan petani terhadap tiap-tiap parameter dijumlahkan.
Indikator yang terakhir yaitu berdasarkan kesiapan SDM, dapat dilihat pada Tabel 4. Setelah penyuluh dan petani selesai memberikan skor, kemudian penyuluh dan petani memberikan alasan terhadap pemberian skor tersebut. Hasil skor dari pernyataan petani dirata-ratakan, kemudian rata-rata skor tersebut dengan hasil skor penyuluh dijumlahkan.
40 Tabel 4. Indikator dan definisi operasional kesiapan SDM, meliputi kesiapan penyuluh dan petani dalam pengimplementasian cyber extension
No.
C.
Kesiapan Implementasi Program Cyber Extension Kesiapan SDM meliputi kesiapan penyuluh dan petani dalam implementasi cyber extension
Definisi Operasional Suatu keadaan yang menggambarkan bahwa penyuluh dan petani telah memiliki pemahaman dan penguasaan dalam hal pengoperasian komputer, mengakses internet (media on-line), serta penguasaan software oleh penyuluh
Parameter
Ukuran/Skor
a. Pendapat penyuluh mengenai pemahaman dan penguasaan : - Program cyber extension - Pengoperasian komputer - Jaringan internet (media on-line) - Software pendukung seperti untuk design website, untuk membuat website, browser, untuk chatting, dan lain-lain. - Pembuatan Blog
Pengukuran menggunakan skor 1, 2, 3, 4 dan 5 dengan ukuran: Kesiapan implementasi program cyber extension (masing-masing bagi penyuluh dan petani) dalam pemahaman program cyber extension, pengoperasian komputer, mengakses internet (media on-line), serta penguasaan software (bagi penyuluh) berdasarkan tiaptiap parameter tersebut yaitu sangat mengerti (5), mengerti (4), ragu-ragu (3), tidak mengerti (2), dan sangat tidak mengerti (1)
b. Pendapat petani mengenai pemahaman dan penguasaan: - Pemahaman program cyber extension - Pengoperasian komputer - Pengaksesan jaringan internet (media on-line)
Dalam hal penguasaan berdasarkan tiaptiap parameter tersebut dikategorikan menjadi sangat menguasai (5), menguasai (4), ragu-ragu (3), tidak menguasai (2), dan sangat tidak menguasai (1)
41 Skor yang diperoleh berupa data ordinal, sedangkan pada penelitian ini akan dilakukan perhitungan secara matematis. Menurut Muhidin (2007) dan Sugiarto etal. (2003), perhitungan secara matematis tidak dapat dilakukan pada data ordinal, oleh karena itu data tersebut akan dinaikkan menjadi data interval dengan Method of Succesive Interval (MSI). Hasil perhitungan akan mencerminkan kesiapan BP3K Kecamatan Talang Padang dalam implementasi program cyber extension. Perhitungan tersebut selanjutnya akan dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu ketegori tidak siap, cukup siap, dan siap. Pengelompokan tersebut diperoleh dengan cara total skor tertinggi dikurangi dengan total skor terendah dibagi 3 kategori.
Berdasarkan kondisi siap atau tidak siap yang diperoleh akan dilakukan perumusan strategi pengembangan bagi BP3K Kecamatan Talang Padang dalam implementasi program cyber extension melalui analisis SWOT. Alasan penggunaan analisis SWOT dalam penelitian ini karena melalui analisis SWOT dapat dilakukan analisis mendalam mengenai aspek komplek internal dan eksternal. Alasan lainnya yaitu analisis SWOT dapat digunakan untuk berbagai macam permasalahan, seperti menyusun strategi implementasi (strategi implementasi fungsional pemanfaatan teknologi informasi dan telekomunikasi), dalam penelitian ini yaitu tentang strategi implementasi program cyber extension yang juga berkaitan dengan teknologi informasi dan telekomunikasi.
Penelitian ini juga akan melihat identitas responden penelitian. Beberapa informasi yang akan digali untuk melihat identitas responden antara lain:
42 1. Umur responden, adalah usia responden yang terhitung sejak tanggal kelahiran responden sampai pada saat penelitian dilakukan. Umur responden diukur dalam tahun. Indikator umur responden ditunjukkan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau akte kelahiran. 2. Jenis kelamin responden, adalah ciri biologis responden sejak lahir. Jenis kelamin diklasifikasikan menjadi laki-laki dan perempuan. Indikator jenis kelamin ditunjukkan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau akte kelahiran. 3. Pendidikan terakhir, adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang ditamatkan oleh responden. Tingkat pendidikan dilihat berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan pendidikan perkuliahan meliputi diploma (D1,D2,D3,D4) dan strata (S1, S2, S3). Indikator tingkat pendidikan ditunjukkan dengan Ijazah atau Surat Tanda Tamat Belajar (STTB). 4. Jumlah anggota keluarga, adalah banyaknya anggota keluarga responden yang menjadi beban tanggungan responden dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Jumlah anggota keluarga diukur dengan jiwa. Indikator banyaknya anggota keluarga adalah Kartu Keluarga (KK) atau catatan resmi dari instansi pemerintahan setempat.
Selain itu, penelitian ini juga akan melihat hal-hal yang berkaitan dengan kondisi kantor BP3K Kecamatan Talang Padang seperti alamat, nomor telepon, e-mail, visi dan misi, luas kantor, jumlah ruangan dan lain-lain.
43 B. Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di BP3K Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus. Lokasi penelitian ditentukan dengan cara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa BP3K di Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu BP3K model CoE yang ikut berpartisipasi dalam program implementasi program cyber extension dengan perolehan skor tertinggi kedua dari enam BP3K model CoE.
Responden dalam penelitian ini adalah para penyuluh yang bertugas di BP3K Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus dan petani yang berada pada pekon binaan terpilih. Berdasarkan data BP3K Kecamatan Talang Padang (2013), jumlah penyuluh pertanian yang bertugas adalah sebanyak 14 orang penyuluh. Berdasarkan Arikunto (2006), apabila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil semua sebagai objek penelitian, sehingga penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian populasi dengan metode sensus. Objek dalam penelitian ini yaitu sebanyak 14 orang penyuluh.
Berdasarkan data BP3K Kecamatan Talang Padang (2013), jumlah petani binaan berdasarkan pekon binaan penyuluh yang bertugas di BP3K Kecamatan Talang Padang dapat dilihat pada Tabel 5.
44 Tabel 5. Jumlah petani binaan berdasarkan pekon binaan penyuluh pertanian yang bertugas di BP3K Kecamatan Talang Padang No.
Pekon Binaan
1. Sinar Betung 2. Sukarame 3. Singosari 4. Kalibening 5. Way Halom 6. Suka Negeri Jaya 7. Negeri Agung 8. Sukabumi 9. Kejayaan 10. Talang Sepuh 11. Sinar Petir 12. Sinar Semendo 13. Suka Bandung 14. Suka Negeri 15. Talang Padang 16. Banjarsari 17. Sinar Banten 18. Suka Merindu 19. Banding Agung Jumlah
Nama Penyuluh Sugiyanto, S.PKP. Eriyanto Mz., S.P. Eriyanto Mz., S.P. Alsep Rizam, S.ST. Amat Solihin Amat Solihin Nuryono Samsudin Samsudin Wellya Saridewi, S.TP. Nur Aflamara, S.P. Nur Aflamara, S.P. Bruri Anita, S.P. Bruri Anita, S.P. Khadavi Gunara, A.Md. M. Dodi Febrianto, S.P. M. Dodi Febrianto, S.P. Kristina Yanti, S.Pt. Maya Anggalia, A.Md.
Jumlah Petani Binaan 50 65 189 324 104 37 194 190 89 196 76 20 29 17 89 73 48 110 145 2.045
Sumber: Data BP3K Kecamatan Talang Padang (diolah), 2013
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa terdapat 19 pekon di wilayah BP3K Kecamatan Talang Padang yang dibina oleh 13 orang Penyuluh Pertanian dengan jumlah petani sebesar 2.045 petani.
Petani di seluruh pekon wilayah binaan BP3K Kecamatan Talang Padang tersebut juga dibina oleh seorang Penyuluh Kehutanan yang bernama Bapak Kasiyanto dengan wilayah kerja Kecamatan Talang Padang. Hal ini berarti jumlah petani binaan Bapak Kasiyanto adalah sebesar 2.045 petani.
Dari 19 pekon binaan tersebut dipilih 3 pekon binaan secara sengaja berdasarkan kekuatan sinyal yang digolongkan menjadi 3, yaitu tingkat paling mudah, sedang dan paling susah. Pekon binaan yang terpilih yaitu Pekon
45 Sukarame, Pekon Sinar Petir dan Pekon Talang Sepuh yang secara berurutan mewakili kekuatan sinyal yang kuat, sedang dan lemah dalam mengakses jaringan internet. Jumlah petani binaan di tiga pekon tersebut merupakan populasi seluruh petani dalam penelitian ini yang tersaji dalam Tabel 6 sebagai berikut.
Tabel 6. Jumlah anggota dalam populasi No. Pekon Binaan 1. Sukarame 2. Sinar Petir 3. Talang Sepuh Jumlah
Jumlah Petani Binaan 65 76 196 337
Sumber: Data primer yang diolah Jumlah anggota dalam populasi adalah 337 orang, maka jumlah sampel petani binaan untuk ketiga pekon binaan yang terpilih diambil secara proporsional dengan rumus menurut Yamane dalam Rahmat (2002) sebagai berikut: n=
Keterangan :
N Nd + 1
n = jumlah unit sampel N = jumlah anggota dalam populasi (337) d = derajat penyimpangan (10%)
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh unit sampel sebagai berikut: n=
=
.( ,
)
=
,
= 77,12 ≈ 77 orang
Berdasarkan perhitungan tersebut, diketahui bahwa jumlah unit sampel petani binaan adalah sebesar 77 orang, untuk jumlah unit sampel masing-masing
46 pekon binaan ditentukan dengan menggunakan rumus alokasi proposional sebagai berikut (Natsir, 1999):
Keterangan:
=
ni
= jumlah unit sampel menurut stratum
n
= jumlah unit sampel seluruhnya
Ni = jumlah populasi menurut stratum N
= jumlah populasi seluruhnya
Dengan menggunakan rumus tersebut, maka diperoleh jumlah unit sampel petani binaan untuk tiap pekon binaan seperti yang tersaji pada Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran unit sampel penelitian di Pekon Sukarame, Pekon Sinar Petir dan Pekon Talang Sepuh Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus No. 1. 2. 3.
Nama Pekon Sukarame Sinar Petir Talang Sepuh Jumlah
Sampel Petani Binaan 15 17 45 77
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 7 menunjukkan sebaran unit sampel untuk Pekon Sukarame adalah sebesar 15 petani, Pekon Sinar Petir sebesar 17 petani dan Pekon Talang Sepuh sebesar 45 petani, sehingga diperoleh total 77 petani. Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret-April 2014.
47 C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini dikumpulkan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat secara langsung oleh pengumpul data dan diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioiner terhadap penyuluh. Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung oleh pengumpul data, melainkan melalui perantara baik lembaga maupun pustaka. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan literatur yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti Bakorluh Provinsi Lampung, BP3K Kecamatan Talang Padang, BP4K Kabupaten Tanggamus, Dinas Pertanian dan instansi terkait lainnya.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan) sebagai panduan agar pengumpulan data dapat berjalan secara terstruktur dan lengkap. Selain dengan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan), pengumpulan data primer juga dilakukan dengan melakukan pengamatan (observasi) langsung di lokasi penelitian, serta dilakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk melengkapi dan memperoleh informasi secara mendalam.
D. Metode Pengukuran dan Analisis Data
1. Metode Pengukuran Metode pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert merupakan bentuk pengukuran yang sering dipakai dalam penelitian sosial. Metode pengukuran ini memberikan penilaian
48 berdasarkan skor, yaitu skor tertinggi dalam penelitian ini adalah 5 dan yang terendah adalah 1 (Black dan Champion, 2001). Penelitian ini melihat analisis kesiapan dari BP3K Kecamatan Talang Padang dalam hal penyediaan sarana dan prasarana kantor, sarana dan prasarana pendukung program cyber extension, serta kesiapan SDM yang meliputi kesiapan penyuluh dan petani. Penilaian tiga indikator kesiapan tersebut masingmasing diukur dengan parameter pengukuran yang berbeda. 2. MSI (Method of Succesive Interval) MSI (Method of Succesive Interval) adalah metode atau teknik yang digunakan untuk mentransformasi data ordinal menjadi data interval (Riduwan dan Kuncoro, 2011). Pada penelitian ini data yang diperoleh adalah data ordinal, karena akan dilakukan perhitungan secara matematis sehingga transformasi data ordinal menjadi data interval dilakukan dengan metode MSI.
3. Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif persentase. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mengkaji variabel yang ada pada penelitian yaitu kesiapan (Y) dan indikator dalam menilai kesiapan implementasi program cyber extension di BP3K Talang Padang (X). Sudjana (2001) menyatakan bahwa deskriptif persentase ini diolah dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah responden dikali 100 persen, yaitu dirumuskan sebagai berikut: P=
f x 100 % N
49 Keterangan : P
: Persentase
f
: Frekuensi
N
: Jumlah responden
100%
: Bilangan tetap
Analisis data selanjutnya dalam penelitian ini menggunakan analisis SWOT. Analisis ini digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan dalam implementasi program cyber extension, setelah diketahui apakah BP3K Kecamatan Talang padang berada pada kondisi siap atau tidak siap melalui perhitungan skor. Pengidentifikasian serta penentuan faktor strategi internal yaitu Kekuatan atau Strength (S), Kelemahan atau Weakness (W), maupun faktor strategi eksternal yaitu Peluang atau Opportunities (O) dan Ancaman atau Threats (T) dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara dengan panduan kuesioner, kemudian hasilnya di FGD-kan bersama penyuluh BP3K Kecamatan Talang Padang sehingga akan didapatkan faktor strategi internal dan eksternal yang sesuai dengan keadaan BP3K Kecamatan Talang Padang. Faktor-faktor strategi internal tersebut antara lain berkaitan dengan ketersediaan sarana prasarana kantor dan sarana prasarana pendukung cyber extension dan hal lainnya yang terdapat di BP3K Kecamatan Talang Padang, kemudiaan keadaan yang didapatkan terkait hal tersebut akan digolongkan menjadi kekuatan atau kelemahan bagi BP3K Kecamatan Talang Padang. Faktor-faktor strategi eksternal akan berkaitan dengan hal seperti tingkat pemahaman atau penguasaan penyuluh dan petani terhadap keahlian mengoperasikan komputer atau media on-line dan hal
50 lainnya, sehingga keadaan yang berkaitan dengan tingkat pemahaman dan penguasaan hal tersebut digolongkan menjadi peluang atau ancaman.
Hunger dan Whellen (2003) menyatakan bahwa SWOT merupakan akronim untuk Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats dari sebuah organisasi yang semuanya merupakan faktor-faktor strategis. Salah satu cara untuk menyimpulkan faktor-faktor strategis sebuah perusahaan atau organisasi adalah dengan mengkombinasikan faktor strategis eksternal (EFAS) dengan faktor strategis internal (IFAS) ke dalam sebuah ringkasan analisis faktor-faktor strategis (SFAS).
Gitosudarmo (2001) menyatakan bahwa pendekatan SWOT merupakan perpendekan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats yang berarti Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Terjemahan tersebut sering disingkat menjadi “KEKEPAN”. Dalam pendekatan SWOT, yang harus dipikirkan adalah kekuatan apa saja yang dimiliki, kelemahan apa saja yang melekat, dan harus melihat peluang yang terbuka serta harus mampu melihat ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan (AGHT). Pada analisis SWOT dilakukan dua tahapan, tahapan tersebut yaitu: a. Tahap Pengumpulan Data Pada tahap pengumpulan data, dilakukan identifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal.
51 1. Matriks Faktor Internal Pada tahap ini, setelah faktor-faktor strategis internal (kekuatan dan kelemahan dalam organisasi) suatu organisasi atau lembaga telah diidentifikasi, maka disusunlah suatu tabel IFAS (Internal Factors Analysis Summary) untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka Strength dan Weaknesses organisasi. Pada tahap ini dilakukan beberapa langkah, yang pertama yaitu ditentukan 5 sampai dengan 10 faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan organisasi pada kolom 1. Langkah kedua yaitu diberikan bobot pada masing-masing faktor ke dalam kolom 2, yaitu dimulai dari 1 (sangat penting) sampai dengan 0 (tidak penting). Langkah ketiga yaitu menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kondisi organisasi yang bersangkutan. Variabel atau indikator organisasi yang bersifat positif (termasuk kategori kekuatan) diberi nilai +1 (baik) sampai dengan +4 (sangat baik). Pemberian skala pada variabel atau indikator organisasi yang bersifat negatif (termasuk kategori kelemahan) diberi nilai +1 (sangat buruk) sampai dengan +4 (buruk).
Langkah selanjutnya dikalikan bobot (pada kolom 2) dengan rating (pada kolom 3), untuk memperoleh faktor pembobotan (dalam kolom 4). Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor). kolom 5 digunakan untuk memberikan komentar atau catatan
52 mengapa faktor-faktor tertentu dipilih, dan bagaimana pembobotannya dihitung, kemudian dijumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4). Hal ini bertujuan untuk memperoleh total skor pembobotan bagi organisasi yang bersangkutan. Nilai total tersebut menunjukkan bagaimana organisasi tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Total skor tersebut dapat digunakan untuk membandingkan organisasi yang satu dengan organisasi lainnya ke dalam bidang yang sama.
Tabel 8. Matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary) FAKTOR STRATEGI INTERNAL
BOBOT
RATING
BOBOT (2) X (3) RATING
KETERANGAN
(1) Kekuatan Tuliskan faktorfaktor yang menjadi kekuatan
(2) Bobot mulai dari 1 (sangat penting) sampai dengan 0 (tidak penting)
(3) Rating diberi nilai +1 sampai dengan +4
(4) Perkalian antara bobot dan rating
(5) Komentar atau catatan alasan mengapa faktorfaktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung
Kelemahan Tuliskan faktorfaktor yang menjadi kelemahan
Bobot mulai dari 1 (sangat penting) sampai dengan 0 (tidak penting)
Rating diberi nilai +1 sampai dengan +4
Perkalian antara bobot dan rating
Komentar atau catatan alasan mengapa faktorfaktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung
TOTAL
1
Keterangan pemberian rating: Kekuatan
: Rating berkisar antara +1 sampai dengan +4. Kekuatan yang semakin besar diberi rating +4. tetapi jika kekuatan nya kecil, diberi rating +1.
53 Kelemahan
: Pemberian rating kelemahan adalah kebalikan dari pemberian rating kekuatan. Jika nilai kelemahannya sangat besar, maka ratingnya adalah +1, sebaliknya kelemahannya sedikit diberi rating +4.
2. Matriks Faktor Eksternal Setelah faktor-faktor strategis eksternal (peluang dan ancaman) suatu organisasi telah diidentifikasi, maka disusunlah suatu tabel EFAS (Eksternal Factors Analysis Summary) untuk merumuskan faktorfaktor strategis eksternal tersebut dalam kerangka Opportunities dan Threats. Langkah pertama yang ditempuh pada tahap ini yaitu ditentukan 5 sampai dengan 10 faktor yang menjadi peluang serta ancaman organisasi pada kolom 1. Langkah kedua, diberikan bobot pada masing-masing faktor ke dalam kolom 2, yaitu dimulai dari 1 (sangat penting) sampai dengan 0 (tidak penting). Langkah ketiga, dihitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kondisi organisasi yang bersangkutan. Variabel atau indikator organisasi yang bersifat positif yaitu kategori peluang diberi nilai +1 (peluang kecil) sampai dengan +4 (peluang besar). Sebaliknya dengan ancaman, ancaman besar diberi rating +1 dan ancaman kecil diberi rating +4. Langkah berikutnya adalah mengalikan bobot (pada kolom 2) dengan rating (pada kolom 3), untuk memperoleh faktor pembobotan (dalam
54 kolom 4). Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor). Kolom 5 digunakan untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih, dan bagaimana pembobotannya dihitung. Langkah terakhir adalah dengan menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi organisasi yang bersangkutan. Nilai total tersebut menunjukkan bagaimana organisasi tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Total skor tersebut dapat digunakan untuk membandingkan organisasi yang satu dengan organisasi lainnya ke dalam bidang yang sama. Tabel 9. Matriks EFAS (Eksternal Factors Analysis Summary) FAKTOR STRATEGI EKSTERNAL (1) Peluang Tuliskan faktor-faktor yang menjadi peluang
Ancaman Tuliskan faktor-faktor yang menjadi ancaman
TOTAL
BOBOT
RATING
(2) Bobot mulai dari 1 (sangat penting) sampai dengan 0 (tidak penting) Bobot mulai dari 1 (sangat penting) sampai dengan 0 (tidak penting)
(3) Rating diberi nilai +1 sampai dengan +4
Rating diberi nilai +1 sampai dengan +4
BOBOT (2) X (3) RATING (4) Perkalian antara bobot dan rating
Perkalian antara bobot dan rating
KETERANGAN
(5) Komentar atau catatan alasan mengapa faktorfaktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung
Komentar atau catatan alasan mengapa faktorfaktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung
1
Keterangan pemberian rating: Peluang
: Rating berkisar antara +1 sampai dengan +4. Peluang
55 yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1. Ancaman
: Pemberian rating ancaman adalah kebalikan dari pemberian rating.peluang Jika nilai ancamannya sangat besar, maka ratingnya adalah +1, sebaliknya ancamannya sedikit diberi rating +4.
b. Tahap Analisis SWOT Tahapan ini terdiri atas beberapa langkah, yaitu: 1. Faktor-faktor internal dan eksternal yang didapatkan dari identifikasi yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dimasukan ke dalam matriks SWOT untuk dianalisis. Analisis SWOT ini menggambarkan secara jelas mengenai peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi, yang disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. 2. Kemudian masing-masing faktor internal (S,W) disilangkan dengan masing-masing faktor eksternal (O, T) sehingga didapat strategi dalam matriks SWOT yaitu strategi SO, ST, WO, dan WT.
56 Tabel 10. Matriks SWOT Strength (S) Tentukan 5-10 faktor yang menjadi kekuatan
Weakness (W) Tentukan 5-10 faktor yang menjadi kelemahan
Opportunities (O) Tentukan 5-10 faktor yang menjadi peluang
Strategi (SO) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Threats (T) Tentukan 5-10 faktor yang menjadi ancaman
Strategi (ST) Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi (WO) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi (WT) Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman
SWOT