III.
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015, bertempat di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian dan Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah alat pengepres tipe A dan B, alat pengering tipe efek rumah kaca (ERK), timbangan analog, termometer, lux meter,RH meter , meteran, jangka sorong,dan oven.Bahan yang digunakan adalah lateks cair yang didapat dari perkebunan rakyat Panaragan Jaya, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung.
14
3.3 Prosedur Penelitian
Secara garis besar prosedur penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir berikut:
Gambar 1. Diagram alir penelitian
15
3.3.1 Persiapan pembuatan bahan baku Beberapa tahapan proses pembuatan bahan baku pada penelitian ini adalah: a)
Pengumpulan lateks segar diambil dari petani secara langsung untuk mendapatkan lateks yang masih segar.
b) Pembekuan lateks pada menggunakan nampan plastik yang memiliki dimensi 33.5 cm x 23cm x 6 cmdan dibubuhi larutan asam semut. Pemberian larutan asam semut ke dalam lateks disertai pengadukan agar asam semuttercampuran merata. Selanjutnya lateksdidiamkan selama12 jam agar membeku sempurna. c)
Larutan asam semut yang digunakan dibuat dengan mengencerkan asam semut 98% dengan air bersih dalam perbandingan 1 liter asam semut 98% diencerkan dengan 60 liter air bersih.
3.3.2 Pengepresan Proses pengepresan bertujuan untuk mempercepat penurunan kadar air pada sheetsebelum proses pengeringan. Pada proses ini bahan baku yang telah terbentuk dari cetakan yang memiliki ketebalan 1 cm (10 mm) akan dipres dengan clearen (Jarak antar silinder)2 mm. Padaproses pengepresan dilakukan dengan perlakuan 1 kali pengepresan, 3 kali pengepresan, dan 5 kali pengepresan dengan 3 kali ulangan pada setiap perlakuanatau dapat dilihat pada (Tabel 2 dan 3). Alat yang digunakan untuk pengepresan adalah alat pengepres yang digerakkan secara manual. Ada dua alat pengepresan yang digunakan pada penelitian ini yaitu alat pengepres A dan B. Alat pengepres A memiliki 3 silinder yang tersusun 2 buah silinder di bagian bawah dan 1 silinder dibagian atas yang saling menghimpit dan memiliki permukaan silinder rata. Sedangkan pada alat pengepres ke dua yaitu
16
alat pengepres B memiliki dua buah silinder bergerigi pada permukaanya. Untuk lebih jelasnyaalat pengepres tipe A dan Bdapat dilihat pada Gambar 6 dan perbedaanpermukaan alat pengepres tipeA dan B dapat dilihat pada Gambar 7.
Tabel 1. Satuan percobaan pada alat pengepres tipe A Perlakuan 1x pengepresan 3x pengepresan 5x pengepresan
1 A1U1 A2U1 A3U1
Ulangan 2 A1U2 A2U2 A3U2
3 A1U3 A2U3 A3U3
Tabel 2. Satuan percobaan pada alat pengepres tipe B Perlakuan 1x pengepresan 3x pengepresan 5x pengepresan
A
1 B1U1 B2U1 B3U1
Ulangan 2 B1U2 B2U2 B3U2
3 B1U3 B2U3 B3U3
B Gambar 2. Alat pengepres tipe A dan B
17
A
B
Gambar 3. Permukaan alat pengepres tipe A dan B
3.3.3 Pengeringan Pada penelitian ini proses pengeringan memanfaatkan energi suryadengan menggunakan alat pengering tipe ERK.Ruang pengering terbuat dari besi siku, berbentuk balok dengan ukuran dimensi 170 cm x 70 cm x 120 cm. Pada bagian dindingnya dilapisi dengan plastik Polyethylen film yang tembus cahaya dengan ketebalan ± 2 mm. Penggunaan alat ERK diharapkan dapat mempercepat proses pengeringn sehingga efisiensi pengolahan sheet dapat menguntungkan bagi petani karet.Alat pengering yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 8.
18
Gambar 4. Alat pengering tipe efek rumah kaca (ERK)
3.4 Parameter Pengukuran
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah:
3.4.1 Suhu Suhu diamati pada ruang pengering,dan suhu lingkungan sebelum pengeringan dan saat pengeringan.Pengukuran suhu dilakukan 1 jam sekalidengan menggunakan termometer dimulai dari pukul 08.00-17.00 WIB.
3.4.2 Kelembaban (RH) Pengukuran kelembaban udara pada ruang pengering dilakukan sebelum pengeringan agar dapat mengetahui perbedaan kelembaban udara sebelum dimasukkan bahan pada ruang pengeringan. Pengukuran RH dilakukan selama 1 jam sekali dengan menggunakan RH meter, Pengukuran RH dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kandungan air pada udara yang ada dalam ruang
19
pengering. RH dapat mempengaruhi laju pengeringan.Udara yang memiliki tingkat kelembaban tinggi akan megahambat proses pengeringan.
3.4.3 Iradiasi matahari Pengukuran iradiasi matahari diukur agar dapat mengetahui seberapa besar tingkat radiasi cahaya matahari yang masuk ke ruang pengering. Pengukuran iradiasi matahari dengan menggunakan lux meter selama 1 jam sekali selama pengeringan.
3.4.4 Bobot Pengukuran bobot pada penelitian ini melalui beberapa tahapan yaitu: a)
Penimbangan bobot sheet sebelum pengepresan, penimbangan bertujuan untuk mengetahui bobot awal sheet sebelum dilakukannya pengepresan. Hasil bobot penimbangan dalam satuan (kg) menggunakan timbangan analog. Hasil dari penimbangan awal akan di bandingkan dengan bobot setelah pengepresan dan bobot bahan setelah proses pengeringan.
b) Penimbangan bobot sheet setelah pengepresan, penimbangan bertujuan untuk mengetahui bobot bahan setelah dilakukannya pengepresan. Satuan bobot penimbangan dalam (kg) penimbangan dengan timbangan analog. Hasil dari penimbangan akan di bandingkan dengan bobot awal, pada saat pengeringan setiap jamnya, dan bobot ahir dari proses pengeringan. c)
Penimbangan bobot sheet saat pengeringan, bertujuan untuk mengetahui penurunan bobot sheet setiap jamnya.
d) Penimbangan bobot sheet setelah pengeringan, bertujuan untuk mengetahui bobot ahir sheet yang telah dikeringkan.
20
3.4.5 Kadar airsheetkaret Beberapa tahapan pengukuran kadar air selama penelitian adalah: a)
Pengukuran kadar air sheet sebelum proses pengepresan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kandungan air yang terdapat dalam bahan dalam satuan (%). Hasil pengukuran kadar air akan digunakan sebagai pembanding dengan kadar air bahan setelah pengepresan dan setelah proses pengeringan.
b) Pengukuran kadar air setelah pengepresan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penurunan kadar air dalam bahan setelah dilakukannya pengepresan. c)
Pengukuran kadar air setelah proses pengeringan dilakukan dengan cara mengambil sampel pada bagian atas, bawah, dan tengan kemudian sampel ditimbang dan selanjutnya dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105°C dengan diamati setiap jamnya hingga tidak ada penurunan bobot bahan.
3.5 Pengukuran parameter pengeringan
Pengukuran parameter pengeringan meliputi pengukuran, kadar air laju pengeringan dan lama waktu pengeringan.
3.5.1 Penurunan kadar air a) Kadar air basis basah (% (bb)) Kadar air basis basah adalah banyak massa air dalam bahan dibandingkan dengan massa bahan dinyatakan dalam %. Kadar air basis basah dapat dihitung dengan menggunakan rumus (2).
21
....................……………………………………(2) Ket : M(%bb) Wo Wbk
: Kadar air basis basah ( %) : Berat bahan awal ( Kg) : Berat bahan akhir ( Kg)
b) Kadar air basis kering (% (bk)) Kadar air basis kering dilakukan untuk mengetahui berapa banyak massa air yang dikeluarkandibandingkan dengan massa bahan kering.Hal ini untuk mengetahui kadar kering karet (KKK) setelah proses pengeringan dalam persen dengan menggunakan rumus (3).
...........................................................................(3) Ket : M(%bk) Wo Wbk
: Kadar air basis kering (%) : Berat bahan kering awal setelah pengeringan (Kg) : Berat bahan kering akhir setelah dioven (Kg)
3.5.2 Laju pengeringan Laju pengeringan diukur untuk mengetahui seberapa besar massa air menguap selama waktu (t) tertentu. Laju pengeringan dihitung dengan persamaan berikut.
.......................................................................(4) Ket : Mo Mt tt to
= = = =
Kadar air awal (%) Kadar air ahir (%) Lama waktu pada t tertentu Waktu awal pengeringan
22
3.5.3 Lama waktu pengeringan Pengeringan dilakukan dari pagi hingga sore hari dengan memanfaatkan panas sinar matahari. Lama waktu pengeringan dimulai pada saat awal proses pengeringan hinggasheet karet menjadi kering sesuai dengan kadar air karet kering yang diinginkan. Dimalam hari tidak dilakukan pengeringan dan waktu tidak digunakan sebagai pembagi dalam perhitungan.