METODE PENDIDIKAN QUANTUM TEACHING SEBAGAI ALAT UNTUK MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN
SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Disusun Oleh: ALFIATUN 111-12-056
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
ŝŝ
M. Farid Abdullah, S. Pd.I,.M. Hum Dosen IAIN Salatiga PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal
: Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama
: Alfiatun
NIM
: 111-12-056
Judul
: METODE SEBAGAI
PENDIDIKAN ALAT
QUANTUM
UNTUK
TEACHING
MENCAPAI
TUJUAN
PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF ALQUR’AN Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 7 September 2016 Pembimbing,
M. Farid Abdullah, S. Pd.I,M. Hum NIP.
ŝŝŝ
19780816
200312
1006
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706 Fax. 323433 Kode Pos 50721 Salatiga Website : http://iainsalatiga.ac.ide-mail:
[email protected]
SKRIPSI METODE PENDIDIKAN QUANTUM TEACHING SEBAGAI ALAT UNTUK MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
DISUSUN OLEH ALFIATUN NIM: 111-12-056
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 28 September 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Dr. Agus Waluyo, M.Ag
Sekretaris Penguji
: Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I
Penguji I
: Dr. H. Sidqon Maesur, lc, M.A
Penguji II
: Dra. Ulfah Susilawati, M.SI Salatiga, 28 September 2016 Dekan
Suwardi, M.Pd. NIP. 19670121 199903 1 002
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama
: Alfiatun
NIM
: 111-12-056
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 7 September 2016 Penulis
Alfiatun 111-12-056
v
02772 ª WÙ)] r® T7>] 0Wc8[ q® SM@ XT ©#Ùj ª Q °)Ø\XT ¨º×q)]XT °1XS\- ©Ú \\ r¯Û E¯ ©Ú \\ r¯Û WDTÄm
[ÝW*WcXT ×1¯I¯SÄ=ÄB rQ"WÃXT ;jSÄÈÉXT 8-Xj° WDTÄmÅÖkWc WÛÏ°
§ª²©¨
§ª²ª¨ q® = ! ] [kWà R<ª VÙ \R<\U×Ày 9Z°¼W [k\F _0Ù Q \\ W% X=Xq ¨º×q)]XT °1XSX. ³ 6HVXQJJXKQ\D GDODP SHQFLSWDDQ ODQJLW GDQ EXPL GDQ VLOLK EHUJDQWLQ\DPDODPGDQVLDQJWHUGDSDWWDQGDWDQGDEDJLRUDQJ RUDQJ \DQJ EHUDNDO \DLWX RUDQJRUDQJ \DQJ PHQJLQJDW $OODK VDPELO EHUGLUL DWDX GXGXN DWDX GDODP NHDGDQ EHUEDULQJ GDQ PHUHND PHPLNLUNDQ WHQWDQJ SHQFLSWDDQ ODQJLW GDQ EXPL VHUD\D
EHUNDWD
7XKDQ
.DPL
7LDGDODK
(QJNDX
PHQFLSWDNDQ LQL GHQJDQ VLDVLD 0DKD VXFL (QJNDX 0DND SHOLKDUDODK.DPLGDULVLNVDQHUDND´$OL,PUDQ
vi
PERSEMBAHAN Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Kepada Ibu dan Bapak yang selalu memberikan doa, dukungan, cinta dan kasih sayangnya kepadaku. 2. Keluarga besarku kakak, ponakan dan saudaraku yang lain baik yang berasal dari Ibu maupun Bapak yang telah memberikan motivasi dan dukungan sampai skripsi ini selesai. 3. Seseorang yang ku sayangi, sahabatku kummi, ika, faiz, nurjannah, umami, umi, seluruh PAI B, teman-teman PPL, dan teman-teman KKN yang tiada henti-hentinya memotivasi, membantu dan mensuport terhadap penyelesaian skripsi ini. 4. Bapak Ibu guru dan Dosen-dosen saya yang sudah memberikan Ilmu dengan ikhlas sebagai bekal hidup saya. 5. Pembimbing skripsi Bapak M. Farid Abdullah, S. Pd.I,M. Hum dan akademik yang dengan penuh tanggung jawab dan tulus ikhlas memberikan bimbingan metodologis dan analisis hingga tersusunnya skripsi ini.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “METODE PENDIDIKAN QUANTUM TEACHING SEBAGAI ALAT UNTUK MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN” Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.
Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2.
Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3.
Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4.
Bapak M. Farid Abdullah, S. Pd.I,.M. Hum selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
viii
5.
Bapak Jaka Siswanta, M. Pd. selaku pembimbing akademik.
6.
Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7.
Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 7 September 2016 Penulis
Alfiatun NIM. 111-12-056
ix
ABSTRAK Alfiatun. 2016. Metode Pendidikan Quantum teaching sebagai Alat untuk mencapai Tujuan Pendidikan Islam dalam Perspektif Al-Qur’an. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: M. Farid Abdullah, S. Pd.I,M. Hum. Kata Kunci: Quantum teaching, Pendidikan Islam. Tulisan ini fokus pada pembahasan metode quantum teaching sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Metode pendidikan quantum teaching dalam perspektif Al Qur’an. 2) Tujuan pendidikan Islam dalam persepektif Al Qur’an. 3) Aplikasi metode quantum teaching untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dalam perspektif Al Qur’an. Penelitian ini akan dianalisis dalam perspektif Al-Qur’an. Penelitian ini termasuk studi kepustakaan dengan metode analisis data yaitu metode induktif dan metode komparatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa 1) metode pendidikan quantum teaching meliputi tumbuhkan, alami, namai, demonstrasi, ulangi, dan rayakan. 2)tujuan pendidikan Islam yaitu dimensi hakikat penciptaan manusia, dimensi tauhid, dimensi moral, dimensi perbedaan individu, dimensi sosial, dimensi profesional, dan dimensi ruang dan waktu. 3) Aplikasi quantum teaching dalam perspektif Al Qur’an yaitu menerapkan prinsip TANDUR sesuai yang terdapat dalam Qur’an surat Al-Ahzab, 33: 72, Al-Baqarah, 2: 21, Ibrahim, 14: 7 dan Ar. Rahman, 55: 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 67, 69, 71, 73, 75, 77.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING............................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... v MOTTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Fokus Masalah............................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 6 D. Penegasan Istilah ........................................................................... 6 E. Manfaat Penelitian......................................................................... 10 F. Metode Penelitian .......................................................................... 11 G. Sistematika Penulisan.................................................................... 12 BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 14 A. Metode Pendidikan Quantum Teaching ......................................... 14 B. Pendidikan Islam ............................................................................ 21
xi
BAB III METODE QUANTUM TEACHING SEBAGAI ALAT UNTUK MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN .......................................................................................................... 29 A. Metode Quantum Teaching ........................................................... 29 B. Tujuan Pendidikan Islam ............................................................... 41 BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 47 A. Metode Quantum Teaching dalam Perspektif Al Qur’an.............. 47 B. Tujuan Pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qur’an ................. 59 C. Aplikasi
Metode
Pendidikan
Quantum
Teaching
untuk
Mencapai Tujuan Pendidikan Islam dalam Perspektif Al Qur’an. 62 BAB V PENUTUP ........................................................................................... 68 A. Kesimpulan.................................................................................... 68 B. Saran .............................................................................................. 70 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 71 RIWAYAT HIDUP PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK 2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Lembar Konsultasi
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Undang-Undang RI No. 20 th.2003 tentang SISDIKNAS) Guru memegang peranan yang penting dalam proses belajar mengajar. Guru memikul tanggung jawab utama keefektifan seluruh usaha kependidikan di Sekolah. Di negara maju media elektronik sebagai alat pengajar sudah digunakan dan kemampuannya untuk membawakan bahan pengajaran kepada pelajar telah dibuktikan. Namun, keberadaannya menggantikan
kedudukan
guru.
Masyarakat
tetap tidak dapat
mengakui
bahwa
guru
merupakan satu di antara sekian banyak unsur pembentuk utama calon anggota masyarakat. Sebagai pembimbing, guru mempunyai tugas memberi bimbingan kepada pelajar dalam memecahkan masalah, sebab proses belajar mengajar berkaitan erat dengan berbagai masalah di luar kelas yang sifatnya non akademis. Tugas guru pada umumnya mencakup mengelola sekolah, memanfaatkan prosedur dan mekanisme pengelolaan tersebut untuk melancarkan tugasnya, serta bertindak sesuai dengan etika jabatan(Tim Depag, 2002:3).
1
Bagi guru Pendidikan Agama Islam, tugas dan kewajiban merupakan amanat yang diterima oleh guru atas dasar pilihannya untuk memangku jabatan guru. Amanat tersebut wajib dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Allah menjelaskan dalam (Qs Al Nisa, 4:58) sebagai berikut:
DU ¥ = WÛØÜW 2È)Õ-V\O Vl¯ XT \I¯ ØFU rQ¯ °0X=W%)] Twj[UÉ" DU ×1ÅÄmÄ%Ú Wc D¯ §®±¨
berpengetahuan,
serta
membekalinya
dengan
segala
peralatan
kemampuan. Adapaun peralatan kemampuan belajar itu ialah pendengaran, 2
penglihatan dan hati. Pendegaran bertugas memelihara ilmu pengetahuan yang telah ditemukan oleh orang lain. Penglihatan bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menambahkan hasil-hasil penelitian dan pengkajian kepadanya. Hati bertugas membersihkan ilmu pengetahuan dari segala noda dan kotorannya, kemudian mengambil beberapa kesimpulan darinya (AnNahlawi, 1992:59). Menurut Tim Depag (2002:18) seorang guru hendaknya tidak menolak untuk mengajar pelajar yang tidak mempunyai niat tulus dalam belajar. Sebagian ulama memang pernah berkata, “Kami pernah menuntut ilmu dengan tujuan bukan karena Allah, sehingga guru menolak kecuali jika kami menuntut ilmu karena Allah,” kata-kata itu hendaknya diartikan bahwa pada akhirnya niat menuntut ilmu itu harus karena Allah. Sebab, kalau niat tulus ini disyaratkan pada awal penerimaan pelajar akan mengalami kesulitan. Ilmu Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Islam yang menjadi karakter Ilmu Pendidikan Islam memberikan prinsip tentang keharusan berserah diri dan mengikuti perintah serta aturan Tuhan jika ingin sukses(Nata, 2003:13). Sebagaimana firman Allah SWT dalam Qs Yunus 10: 72, sebagai berikut:
WDSÅU ØDU À1×m°%Ê XT rQ"Wà Y¯ \smÕBU ØD¯ "mÕBU ÕC°K% ÅÈ*ÙU \y \-VÙ ×1È)ÙjXSV" D¯ VÙ §°«¨ WÛÜ°+®!ÔÀ-Ù |¦°% “Jika kamu berpaling (dari peringatanku), Aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan
3
Aku disuruh supaya Aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)".
Ilmu Pendidikan Islam adalah Ilmu Pendidikan yang sejalan dengan nilai-nilai luhur yang terdapat di dalam Al-Quran dan Sunnah. Dalam Islam, agama mendasari aktivitas dunia, dan aktivitas dunia dapat menopang pelaksanaan ajaran agama. Islam bukan hanya sekedar mengatur hubungan manusia dengan Tuhan sebagaiman yang terdapat dengan agama lain, melainkan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan dunia. Islam adalah agama yang ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad Saw sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran yang bukan hanya mengatur satu segi, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek ialah Al-Qur’an dan al-Sunnah(Nata, 2003:17). Untuk mencapai tujuan Pendidikan Islam yang berkarakter, maka diperlukan sebuah pendekatan, strategi ataupun metodologi yang tepat. Metodologi berarti ilmu tentang metode, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode Pengajaran Agama Islam adalah ilmu yang mempelajari cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan pengajaran agama Islam guna mencapai tujuan yang ditentukan(Tim Depag, 2002:19). Quantum Teaching merupakan salah satu metode yang saat ini dikembangkan dan digunakan dalam proses pengajaran.
4
Pembelajaran yang inovatif hendaknya dimiliki seorang guru. Pembelajaran inovatif diharapkan guru mampu membawa perubahan cara pandang kepada siswa. Dulu siswa dianggap oleh guru sebagai obyek, selalu dipersalahkan, dipermasalahkan, makhluk yang kosong dan tidak dihargai pendapatnya. Kegiatan belajar di sekolah hanya dipahami sebatas menulis, mendengarkan
dan
mengerjakan.
Terlebih
dengan
diberlakukannya
kurikulum 2013, sudah sepatutnya guru dapat mengubah dan memperbaiki: (1) paradigma dirinya tentang siswa sebagai subjek yang dihargai sesuai tingkat perkembangannya dan melaksanakan prinsip pembelajaran student center; (2) perannya sebagai fasilitator, pembimbing, dan konsultan; (3) kebiasaan pengulangan menjadi penyelidikan; (4) dari yang mengutamakan hasil menuju ke proses; (5) dari hal yang kompetitif menjadi kolaboratif; (6) dari mempresentasikan penggunaan media yang statis menuju ke multimedia yang dinamis; (7) penggunaan komputer yang hanya bersifat objek belajar menuju komputer sebagai media pembelajaran otonom; (8) cara belajar dan mengajar yang berbasis teori menuju ke belajar yang berdasarkan tindakan nyata sesuai tuntutan kehidupan sehari-hari. merupakan salah satu metodologi pembelajaran yang dinilai paling mutakhir dan dapat menghasilkan lulusan pendidikan yang terbina seluruh potensi dirinya saat ini. Sehingga tak mengherankan jika banyak para pelaku pendidikan, terutama para tenaga pendidik baik muslim maupun nonmuslim serius mendalami metodologi ini. Berdasarkan uraian tersebut penulis akan mendeskripsikan dan menganalisis bagaiman metode pendidikan Islam yang akan penulis kemas
5
dalam judul penelitian yaitu: “METODE PENDIDIKAN QUANTUM TEACHING
SEBAGAI
ALAT
UNTUK
MENCAPAI
TUJUAN
PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN”. B. Fokus Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat memfokuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Bagaimana metode pendidikan quantum teaching dalam perspektif AlQur’an?
2.
Bagaimana tujuan pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qur’an?
3.
Bagaimana aplikasi metode pendidikan quantum teaching untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dalam perspektif Al Qur’an?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah di atas, maka dapat ditetapkan tujuan penelitian yaitu: 1.
Untuk mengetahui metode pendidikan quatum teaching dalam perspektif Al-Qur’an.
2.
Untuk mengetahui tujuan pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qur’an.
3.
Untuk mengetahui aplikasi metode pendidikan quantum teaching untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dalam perspektif Al Qur’an.
D. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap penafsiran judul, maka penulis perlu adanya penjelasan berkenaan dengan beberapa istilah-istilah yang terdapat dalam judul ini antara lain:
6
1.
Metode Pendidikan Metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”. Ungkapan “paling tepat dan cepat” itulah yang membedakan method dan way (yang juga berarti cara) dalam bahasa Inggris (Tafsir, 2008:9). Menurut Tim Depag (2002:19) metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Berdasarkan etimologi, metode adalah ilmu yang membahas cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan pengajaran guna mencapai tujuan yang ditentukan. Secara terminologi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:263) pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan adalah jalan yang dapat mengantarkan manusia mencapai derajat kemanusiaannya yang sempurna. Pemahaman ini terisyaratkan pada penggalan ayat dalam Qs al-‘alaq
ϖϠΧ .
Penggalan
ayat tersebut mengandung makna, meski manusia diciptakan berasal dari setetes air mani yang sangat hina, namun apabila ia belajar dan berfikir sampai ia memperoleh ilmu pengetahuan, maka ia akan menempatkan derajat yang tinggi (Gojali, 2004:135).
7
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan adalah suatu cara kerja yang bersistem tepat untuk memudahkan pelaksanaan pengajaran guna mencapai tujuan yang sempurna. 2.
Quantum Teaching Quantum Teaching berasal dari dua kata yaitu "Quantum" yang berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dan "Teaching" yang
berarti
mengajar.
Dengan
demikian
maka
Quantum
Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan disekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsurunsur belajar yang efektif yang dapat mempengaruhi kesuksesan siswa. DePorter mengatakan bahwa Quantum Teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian dan fasilitasi SuperCamp (Nata, 2003:35). Menurut
Riyanto
(2009:199)
quantum
teaching
adalah
pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya, serta menyertakan
segala
kaitan,
interaksi
dan
perbedaan
yang
memaksimalkan momen belajar. Jadi quantum teaching adalah menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. 3.
Pendidikan Islam Secara terminologi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:263) pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
8
seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut Suparlan (2008:43) pendidikan adalah segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan sesuatu hal yang telah diketahui itu. Sedangkan pengertian Islam, Islam berasal dari Bahasa Arab yamg berasal dari kata ϢϠγ yang berarti damai dan ϢϠγ yang artinya menyerahkan (Yunus, 2010:177). Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:442). Selain itu Islam adalah menyaksikan bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah pesuruh Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan melakukan puasa di Bulan Ramadhan serta berhaji ke Baitullah jika mampu menuju jalannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia dan sumber daya insani untuk membentuk manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam. 4.
Al-Qur’an Secara etimologis, Al-Qur’an berarti bacaan atau yang dibaca. Adapaun menurut istilah, Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan
9
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang disampaikan secara mutawatir, bernilai ibadah bagi umat muslim yang membacanya, dan ditulis dalam mushaf (Amrullah, 2008:1). E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi yang jelas tentang metode pendidikan quantum teaching sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qur’an, sehingga dapat memberikan manfaat : 1.
Secara teoritis Memberikan sumbangan ilmu tentang bagaimana metode pendidikan quantum teaching sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qur’an
2.
Secara praktis a.
Penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi positif bagi pembaca khususnya penulis untuk mengetahui dan memahami tentang metode pendidikan quantum teaching dalam perspektif AlQur’an.
b.
Penelitian ini memiliki hubungan dengan jurusan Pendidikan Agama Islam. Hasil pembahasannya bermanfaat untuk menambah literatur atau bacaan tentang metode pendidikan quantum teaching sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dalam perspektif AlQur’an.
10
F. Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk library reseacrh atau studi kepustakaan. Studi kepustakaan yaitu mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan
membaca literatur-literatur
permasalahan
yang ada hubungannya dengan
yang menjadi obyek penelitian. Studi kepustakaan
merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti (Nazir, 1985:111). 2.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah sumber utama yakni AL Qur’an dan buku-buku yang membahas tentang metode pendidikan Islam seperti buku yang berjudul Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Ilmu Pendidikan Islam, Quantum Teaching, dan bukubuku tafsir.
3.
Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode tafsir. Adapun metode tafsir yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Metode induktif Metode induktif yaitu melakukan analisis dari pengetahuan yang bersifat khusus guna menarik kesimpulan yang bersifat umum.
11
Metode ini digunakan dengan cara menganalisa fakta-fakta dan persoalan yang khusus kemudian ditarik kesimpulan yang umum, yakni dengan cara menganalisa data tentang metode pendidikan quantum teaching sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qur’an. b.
Metode komparatif Metode komparatif yaitu metode untuk membandingkan dua fenomena atau lebih hingga menghasilkan satu kesimpulan (Baidan, 2000:97), misalkan membandingkan pendapat tokoh satu dengan tokoh yang lain mengenai tema quantum teaching.
G. Sistematika penulisan Skripsi Untuk memudahkan dalam pembahasan penelitian, maka disusunlah sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar sebagai berikut: Pada BAB I PENDAHULUAN, bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang masalah, fokus masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Pada BAB II KAJIAN PUSTAKA merupakan pemaparan hasil penelitian yang meliputi: pengertian metode pendidikan, quantum teaching, pendidikan Islam, prinsip-prinsip quantum teaching dalam perspektif Al-Qur’an, dan cara mempraktikan metode pendidikan quantum teaching. Pada BAB III PAPARAN DATA, merupakan pemaparan dari metode pendidikan quatum teaching dalam perspektif Al-Quran, tujuan pendidikan Islam
12
dalam perspektif Al-quran, dan prinsip-prinsip dalam metode pendidikan quantum teaching dalam perspektif Al-quran. Pada BAB IV penulis lebih memfokuskan dalam inti pembahasan yaitu tentang metode quantum teaching sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan islam dalam perspektif Al-Qur’an Pada BAB V PENUTUP, penutup memuat kesimpulan dan saran. Pada bab ini memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran-saran dan kalimat penutup yang sekiranya dianggap penting serta daftar pustaka.
13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Metode Pendidikan Quantum Teaching 1.
Metode Pendidikan Metode dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan (Ramayulis, 2005:3). Bila dihubungkan dengan pendidikan maka strategi tersebut haruslah diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka pengembangan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif, dan dapat dicerna dengan baik. Metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”. Ungkapan “paling tepat dan cepat” itulah yang membedakan method dan way (yang juga berarti cara) dalam bahasa Inggris (Tafsir, 2008:9). Menurut Tim Depag (2002:19) metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Berdasarkan etimologi, metode adalah ilmu yang membahas cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan pengajaran guna mencapai tujuan yang ditentukan.
14
2.
Quantum Teaching a.
Pengertian Kata Quantum memiliki arti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Sedangkan Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi (mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa) yang ada di dalam dan sekitar momen belajar (Riyanto, 2012:200). Interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.
b. Asas Utama Quantum teaching bersandar pada konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, Dan Antarkanlah Dunia Mereka ke Dunia Kita” (Riyanto, 2012:200). c.
Prinsip-Prinsip Prinsip-prinsip ini adalah sebagai struktur Chort dasar dari simfoni belajar. Prinsip-prinsip ini adalah: 1) Segalanya bicara Segalanya dari lingkungan hingga bahasa tubuh nada, dari kertas yang anda bagikan hingga rancangan pelajaran semuanya mengirim pesan tentang belajar. 2) Segalanya bertujuan Semua yang terjadi dalam pengubahan, semuanya mempunyai tujuan.
15
3) Pengalaman sebelum pemberian nama Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka pelajari. 4) Akui setiap usaha Pada saat siswa mengambil langkah mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. 5) Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Perayaan memberi umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan aposiasi emosi positif dalam belajar. d. Model Quantum Teaching. Model Quantum Teaching hampir sama dengan sebuah simfoni, yang terdiri dari dua unsur, yaitu: konteks dan isi (contect and content). 1) Konteks adalah latar untuk pengalaman anda. Konteks merupakan keakraban ruang orkestra itu sendiri (lingkungan), semangat konduktor dan para pemain musiknya (suasana) keseimbangan instrukmen dan musisi dalam bekerja sama, (landasan) dengan interprestasi sang maestro terhadap
16
lembaran musik (rancangan). Unsur-unsur ini berpadu dan kemudian menciptakan pengalaman bermusik yang menyeluruh. 2) Isi, anggaplah lembaran musik itu sendiri sebagai isi not-not nyata pada sebuah halaman. Salah satu unsur isi adalah bagaimana tiap frasa musik dimainkan (penyajian). Isi juga meliputi fasilitas ahli sang maestro terhadap orkrestra, memanfaatkan bakat setiap pemain musik dan potensi setiap instrumen. e.
Mempraktikkan Quantum Teaching 1) Mengorkestrasikan
kesuksesan
melalui
konteks
(menata
panggung). Lingkungan di mana siswa dapat keadaan prima mau bertanggung jawab, dan dapat saling mempercayai. Sebuah tempat tanpa batas untuk mencapai. Apa yang dikatakan ruang kelas dapat menjadi “rumah” tempat siswa terbuka terhadap umpan balik dan mempercayainya, tempat mereka belajar mengakui
dan
mendukung
orang
lain,
tempat
mereka
mengalami kegembiraan dan kepuasan, memberi dan menerima, belajar dan tumbuh. a) Suasana,
suasana
yang
menggembirakan
membawa
kegembiraan pula dalam belajar. b) Landasan, (kerangka kerja), meliputi tujuan, keyakinan, kesepatan kebijakkan, prosedur, dan aturan-aturan yang
17
memberi guru dan siswa sebuah pedoman untuk belajar dalam komunikasi belajar. c) Lingkungan, semua hal yang mendukung proses belajar termasuk cara guru menata panggung kelas seperti: pencahayaan, warna, pengaturan meja, dan kursi, tanaman musik dan lainnya. d) Rancangan, adalah penciptaan terarah unsur-unsur penting yang bisa menumbuhkan minat siswa, mendalami makna, dan memperbaiki prosestukar menukar informasi. 2) Mengorkestrasikan suasana yang menggairahkan. Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang memengaruhi belajar akademis (Walberg & Greeberg, 1997). Bahan kunci untuk membangun suasana yang bagus adalah niat, hubungan, kegembiraan, dan ketakjuban, pengambilan resiko, rasa saling memiliki dan keteladanan. 3) Mengorkestrasikan landasan yang kukuh. Landasan yang kukuh terdiri dari: a) Tujuan Tujuan para siswa adalah mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran, menjadi pelajaran yang baik, dan berinteraksi
dengan
keterampilan.
18
sesama,
serta
mengembangkan
b) Prinsip-prinsip Delapan prinsip sebagai kunci keunggulan meliputi: integritas (kejujuran), kegagalan adalah awal kesuksesan, berbicaralah dengan niat baik, hidup di saat ini, komitmen, tanggung jawab, sikap luwes, dan kesinambungan. c) Kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan peraturan 4) Mengorkestrasikan lingkungan yang mendukung Lingkungan yang memacu belajar dan meningkatkan daya ingat siswa, harus memperhatikan lingkungan sekeliling, alat bantu, pengaturan bangku, tumbuhan, aroma, hewan peliharaan, dan unsur organik lainnya. 5) Mengorkestrasikan perancangan pengajaran yang dinamis Cara merangsang pengajaran yang memuaskan belajar siswa, memanfaatkan
serangkaian
kecerdasan
siswa,
melejitkan
motivasi mereka, dan menyiapkan mereka meraih kesuksesan adalah: a) Membawa dunia mereka ke dunia kita dan mengantarkan dunia mereka ke dunia kita. b) Modalitas visual, audiovisual, dan kinestetik. c) Modal kesuksesan d) Kerangka perancangan quantum teaching e) Kecerdasan berganda (SLIM N BIL)
19
6) Kesuksesan melalui isi. Isi dan konteks sama penting. Konteks lebih dari sekadar apa yang tampak. Sedangkan isi mencangkup presentasi ringkas tetapi bergairah, anggun tetapi menarik. Isi berkaitan tentang penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup. 7) Mengorkestrasikan presentasi prima Cara memaksimalkan kemampuan menjadi teladan (oral) untuk ditiru yaitu bagaimana kita memanfaatkan suara, wajah, tubuh, dan kata-kata untuk meningkatkan keefektivan berbicara. 8) Mengoreksi fasilitas elegan. Memfasilitasi yaitu memudahkan tingkat partisipasi yang diinginkan caranya: a) Mengingat prinsip know it (ketahuilah hasilnya), explain it (jelaskan hasilnya), get it and give feet back (dapatkan hasil dan berikan umpan balik). b) Modal kesuksesan dari sudut pandang fasilitator c) Memengaruhi perilaku dengan tindakan d) Menciptakan strategi e) Tanya jawab belajar 9) Mengorkestrasikan keterampilan belajar. Ketrampilan yang merangsang belajar yaitu: a) Konsentrasi terfokus
20
b) Cara mencatat c) Organisasi dan persiapan tes d) Membaca cepat e) Teknik mengingat 10) Mengorkestrasikan keterampilan hidup. a) Hidup dengan penuh tanggung jawab, pilihan, solusi, kebebasan, dan keamanan. b) Komunikasi yang jernih dengan observasi (observation), pikiran (thuoght), perasaan (feeling) dan keinginan (desire). c) Membina hubungan, baik dengan guru, siswa dan pegawai serta wali murid. 11) Mengorkestrasikan kesuksesan melalui praktek. Marilah kita mempraktikan apa yang kita ketahui tentang segala sesuatu pengetahuan yang sudah kita terima, dengan cara: meringkas bab, lakukan beberapa langkah dalam belajar, raih kesempatan dan persahabatan (DePotter, 2014:47). B. Pendidikan Islam 1.
Pengertian Pendidikan Islam Pendidikan merupakan suatu rancangan dari proses suatu kegiatan yang memiliki landasan dasar yang kokoh, dan arah yang jelas sebagai tuuan yang hendak dicapai (Jalaluddin, 2003:81). Pendidikan
merupakan
usaha
untuk
membimbing
dan
mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar mereka dapat
21
berperan serasi dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat (Jalaluddin, 2003:97). Pendidikan Islam menurut D. Marimba (dalam Lestari dan Ngatini, 2010:77) merupakan pendidikan yang berusaha dalam membimbing jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab dengan nilai-nilai Islam. Sedangkan menurut Prof. Dr. Omar Mahmud Al Taumy Al Syaebani (dalam Lestari dan Ngatini, 2010:77) pendidikan Islam adalah sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya dan kehidupan bermasyarakat, alam sekitar sehingga diharapkan melalui proses pendidikan Islam perubahan itu dilandasi dengan nilai-nilai Islam. 2.
Tujuan Pendidikan Islam Tujuan pendidikan Nasional dalam Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 3 adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Lestari dan Ngatini, 2010:78)
22
Tujuan umum pendidikan dalam Islam adalah menjadikan manusia sebagai abdi atau hamba Allah SWT (Jalal, 1988:119). Tujuan serupa disebutkan Jalaluddin (2003:92) pendidikan Islam bertujuan sesuai dengan hakikat penciptaan manusia yaitu agar manusia menjadi pengabdi Allah yang patuh dan setia. Menurut Omar al-Toumy al-Syaibany (dalam Jalaluddin, 2003:92)
menyebutkan
tujuan
pendidikan
Islam
adalah
untuk
mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat akhlak alkarimah.
Selanjutnya
Menurut
Jalaluddin
(2003:93-101)
tujuan
pendidikan Islam mencakup ruang lingkup sebagai berikut: a.
Dimensi Hakikat Penciptaan Manusia Tujuan pendidikan Islam diarahkan kepada pencapaian target yang berkaitan dengan hakikat penciptaan manusia oleh Allah SWT. Maka pendidikan Islam bertujuan untuk membimbing perkembangan peserta didik secara optimal agar menjadi pengabdi kepada Allah yang setia seperti yang tercantum pada Q.S. Adh Dhariyat:56 (Jalaluddin, 2003:93).
b. Dimensi Tauhid Tujuan Islam diarahkan pada upaya pembentukan sikap taqwa. Dengan demikian, pendidikan ditujukan kepada upaya untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar dapat menjadi hamba Allah yang taqwa sesuai Q.S. Al Baqarah:3 (Jalaluddin, 2003:94).
23
c.
Dimensi Moral Manusia dipandang sebagai sosok individu yang memiliki potensi fitriyah. Maksudnya, sejak dilahirkan pada diri manusia sudah ada sejumlah potensi bawaan yang diperoleh secara fitrah. Tujuan pendidikan ini dititikberatkan pada upaya pengenalan terhadap nilai-nilai yang baik dan kemudian menginternalisasikan nya serta mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam sikap dan perilaku melalui pembiasaan (Jalaluddin, 2003:96).
d. Dimensi Perbedaan Individu Manusia merupakan makhluk ciptaan yang unik. Tujuan pendidikan Islam diarahkan pada pencapaian target perkembangan maksimal dari ketiga potensi yaitu potensi fisik, mental, dan spiritual dengan memperhatikan kepentingan faktor perbedaan individu. Dengan demikian, dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik, perlakuan terhadap setiap individu harus didasarkan atas pertimbagan perbedaan (Jalaluddin, 2003:97). e.
Dimensi Sosial Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang memiliki dorongan untuk hidup berkelompok secara bersama-sama. Tujuan pendidikan dalam dimensi ini adalah berupa usaha untuk memanusiakan peserta didik, agar mampu berperan dalam statusnya sebagai Al-Nas (makhluk sosial), Abd Allah (hamba pengabdi Allah), dan sekaligus sebagai khalifah Allah (Jalaluddin, 2003:98).
24
f.
Dimensi Profesional Dalam dimensi ini, tujuan pendidikan Islam diarahkan kepada upaya
untuk membimbing dan mengembangkan potensi
peserta didik, sesuai dengan bakatnya masing-masing, diharapkan mereka dapat memiliki keterampilan yang serasi dengan bakat yang dimiliki, hingga keterampilan itu dapat digunakan untuk mencari nafkah sebagai penopang hidupnya. Kemampuan profesional yang dimiliki harus diarahkan kepada dua nilai pokok, yaitu keimanan dan aktifitas yang bermanfaat (iman dan amal sholeh) (Jalaluddin, 2003:100). g.
Dimensi Ruang dan Waktu Tujuan
pendidikan
Islam
dirumuskan
atas
dasar
pertimbangan dimensi ruang dan waktu yaitu di mana dan kapan. Dengan demikian, tujuan yang harus dicapai pendidikan Islam harus merangkum semua tujuan yang terkait dalam rentang ruang dan waktu tersebut (Jalaluddin, 2003:101). 3.
Muatan Pendidikan Islam Isi pendidikan Islam memiliki sejumlah karakteristik yang digali dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW sebagai sumber ajaran Islam. Karakteristik pertama tampak pada kriteria pemilihannya, yaitu iman, ilmu, amal, akhlak, dan sosial (Tim Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2002:35). Dengan kriteria tersebut
25
pendidikan Islam merupakan pendidikan keimanan, ilmiah, amaliah, moral, dan sosial. a.
Pendidikan keimanan Pendidikan keimanan di dalam Al-Qur’an merupakan poros pendidikan Islam yang menuntun individu untuk merealisasikan ketaqwaan di dalam jiwa pendidikan keimanan tersebut mencakup segala kewajibannya, yaitu beriman kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari akhir. Pendidikan keimanan bersifat dinamis, yaitu dapat berproses melauli sentuhan kandungan ayat-ayat Allah, baik tertulis maupun yang terbentang di jagat raya yang dibaca dengan berbagai pengetahuan, dapat pula melalui ibadah-ibadah praktis yang difardukan dan akhlak sosial yang dilaksanakan individu di dalam masyarakat
Islam,
dengan
demikian
pendidikan
keimanan
merupakan bagian dasar dalam pendidikan Islam yang melandasi semua bagian lainnya. b. Pendidikan amaliah Pendidikan Islam memperhatikan aspek amaliah karena manfaatnya yang besar bagi kehidupan di dunia berupa kebaikan dan kebahagiaan bagi individu dan masyarakat. Pendidikan amaliah mencakup semua pendidikan dalam kategori pendidikan profesi yang berguna
bagi
kehidupan.
menundukkan berbagai
fenomena alam
26
Umpamnya,
pengetahuan
untuk
serta memanfaatkan
kekayaan dan apa yang dapat digali dari bumi bagi kepentingan individu, masyarakat, dan semua umat manusia. c.
Pendidikan ilmiah Isi pendidikan ilmiah mencakup ilmu pengetahuan dimulai dengan
keterampilan
membaca
dan
menulis,
pengetahuan
kemanusiaan, pengetahuan tentang jiwa manusia, sampai kepada longkungan sosial sepanjang masa dan di setiap tempat, kemudian pengetahuan fisik dan fenomena-fenomena alam d. Pendidikan akhlak Pendidikan akhlak merupakan bagian besar dari isi pendidikan Islam. Posisi ini terlihat dari kedudukan Al-Qur’an sebagai referensi paling penting tentang akhlak bagi kaum muslimin; individu, keluarga, masyarakat, dan umat. Akhlak bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan serta membuat hidu dan kehidupan menjadi baik. Akhlak merupakan alat kontrol psikhis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, masyarakat manusia tidak akan berbeda dari kumpulan binatang. Akhlak yang dimaksud diantaranya mencakup sabar, amar makruf dan nahi munkar, adil, kasih sayang, amanah, ikhlas, jujur, pemaaf, dan toleransi. Sebaliknya Islam melarang akhlak buruk seperti berputus asa, zalim, munafik, bermusuhan, berdusta, mengadu domba, mengumpat, mencari-cari kesalahan orang lain, dan membanggakan diri.
27
e.
Pendidikan sosial Pendidikan sosial dalam Islam mulai dengan pengembangan mental individu dari aspek inisiatif dan tanggung jawab individual yang merupakan dasar tanggung jawab secara kelompok dimana setiap individu bertanggung jawab terhadap yang lain (Tim Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2002:35-40).
28
BAB III METODEQUANTUM TEACHING SEBAGAI ALAT UNTUK MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
A. Metode Quantum teaching Quantum teaching merupakan metode pembelajaran yang mencakup unsur-unsur belajar efektif yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan. Metode ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi suatu konsep yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Seiring berjalannya waktu, metode ini tidak hanya digunakan dalam pendidikan umum saja, akan tetapi juga dipakai dalam pendidikan Islam. Quantum teaching bukanlah hal yang baru sama sekali dalam Islam. Paling tidak prinsip-prinsip dan langkah-langkah proses pembelajaran yang ada di dalamnya pernah ditawarkan oleh Al-Qur’an. Berikut ini metode quantum teaching dalam perspektif Al-Qur’an: 1.
Asas Utama Quantum teaching
bersandar pada konsep “Bawalah Dunia
Mereka ke Dunia Kita, Dan Antarkanlah Dunia Mereka ke Dunia Kita” (Riyanto, 2012:200). Asas ini terletak pada kemampuan guru untuk menjembatani jurang antara dua dunia yaitu guru dengan siswa. Artinya bahwa tidak ada sekat-sekat yang membatasi antara seorang guru dan siswa sehingga keduanya dapat berinteraksi dengan baik.
29
Seorang guru juga diharapkan mampu memahami karakter, minat, bakat dan fikiran setiap siswa, dengan demikian berarti guru dapat memasuki dunia siswa. Inilah hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru, untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama guru harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid. 2.
Prinsip-Prinsip Prinsip-prinsip quantum teaching meliputi: a.
Segalanya bicara Substansi dari prinsip ini adalah adanya pengakuan eksistensi setiap makhluk, tidak hanya manusia saja. Bahkan di dalam Islam, air, udara, tanah, gunung, tumbuh-tumbuhan, binatang dan lain-lainnnya dianggap memiliki jiwa atau personalitas. Oleh karenanya semua itu harus diperlakukan secara baik dan diberikan hak hidupnya. Mereka harus dirawat, disayang, dipelihara dan seterusnya, sehingga semua berkembang, bersahabat dan memberi manfaat bagi manusia. Itu terhadap makhluk lain, apalagi kepada siswa yang merupakan bagian dari manusia. Prinsip ini terdapat dalam Al- Qur’an surat Al Ahzab ayat 72, yaitu:
DU |ÚØÜWU VÙ ª$WªHÙXT ¨º×q)]XT °1XSX. rQ"Wà VRW5W%)] R<ÕªWmWà 5¯ §°«¨
30
dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh, Ayat ini secara jelas menunjukkan adanya pengakuan Tuhan akan eksistensi makhluk-makhluk selain manusia dengan menawarkan amanat itu kepada mereka. Pengakuan akan eksistensi ini penting karena merupakan langkah awal kehidupan. Begitu juga pengakuan akan eksistensi siswa sebagai individu merupakan langkah awal pembelajaran dengan jalan memberikan hak-hak mereka sebagai peserta didik untuk berbicara dalam rangka mengembangkan potensinya masing-masing. b. Segalanya bertujuan Semua yang diciptakan oleh Tuhan, baik yang ada di langit maupun di bumi, tidak ada yang sia-sia. Semua dapat mendatangkan manfaat bagi kehidupan manusia, jika manusia tersebut mau memikirkannya. Prinsip ini terdapat dalam Al-Qur'an surat AliImron ayat 191, yaitu:
r¯Û WDTÄm
[ÝW*WcXT ×1¯I¯SÄ=ÄB rQ"WÃXT ;jSÄÈÉXT 8-Xj° WDTÄmÅÖkWc WÛÏ° \R<\U×Ày 9Z°¼W [k\F _0Ù Q \\ W% X=Xq ¨º×q)]XT °1XSX. ©Ú \\ §ª²ª¨ q® = ! ] [kWà R<ª VÙ 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
31
Ayat ini berbicara tentang sikap orang-orang yang berakal yang mampu meneliti segala ciptaan Tuhan yang ada dilangit dan dibumi serta pergantian waktu siang dan malam. Dengan berpegang pada prinsip ini, maka seorang yang berakal akan selalu meneliti rahasia, manfaat, hikmah yang terkandung dalam semua ciptaan Tuhan. Selain daripada itu, semua aktivitas (hidup) manusia di dunia ini juga memiliki tujuan yaitu untuk menyembah Allah sebagaimana yang tercantum dalam QS. Adz-Dzariyat, 51: 56:
§®¯¨ ©DTÀiÈØÈXk° Y¯ `50_XT C¦IÙ Á0Ù Q \\ W%XT 56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Menurut ayat di atas seluruh kehidupan manusia diarahkan kepada tujuan hidup tertinggi yaitu untuk menyembah kepada Allah. Tentunya menyembah dalam arti yang seluas-luasnya. dari sinilah, semua aktifitas pembelajaran yang dikembangkan di dalam quantum teaching ini harus memiliki tujuan yang jelas. c.
Pengalaman sebelum pemberian nama Di dalam Islam, hal yang terpenting bagi umat yang menganut agama ini adalah melakukan apa yang telah diperintahkan. Mereka disuruh untuk percaya, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa, haji, membaca al-Qur’an dan melakukan ajaran Islam lainnya. Setelah mereka mengalami semua itu, baru mereka boleh bertanya
32
mengapa mereka harus melakukan semua itu. Banyak ayat-ayat alQur’an yang memerintahkan umat manusia untuk menerapkan sikap percaya terlebih dahulu, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al Baqarah ayat 21:
×1Å \ÈV ×1ů ×V C°% WÛÏ°XT ×1ÅV Q V] s° Ä1ÅXq TÀiÈÕà à < SM{iU Wc §«ª¨ WDSÁ *V" 21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Ayat di atas memerintahkan manusia untuk menyembah Allah. Hal ini sejalan dengan kisah turunnya wahyu pertama kepada Muhammad SAW yaitu Q.S. al-Alaq ayat 1-5:
Ú WmÙ §«¨ "Q Wà ÕC°% C ] _60_ WQ \] §ª¨ WQ \] s° \¯PXq ª2Ôy¯ Ú WmÙ Ø/V!ØÈWc Ô2V W% C ] _60_ ]2 WÆ §¨ ª2Q V Ù¯ ]2 WÆ s° §¬¨ Ä3WmÙ)] \{XqXT §®¨ 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Pada saat turunnya ayat tersebut, Nabi Muhammad SAW langsung disuruh membaca atau menirukan apa yang dibunyikan oleh malaikat Jibril, meski Muhammad SAW sendiri belum memahami apa maksud semua itu. Maka prinsip di dalam
33
pembelajaran quantum teaching yang terpenting adalah siswa bisa melakukan apa yang telah diperintahkan dengan berdasarkan kode atau rumus yang ada. Baru setelah itu mereka diberi kesempatan untuk mempertanyakan tentang apa yang telah mereka lakukan. d. Mengakui setiap usaha Al-Qur’an secara jelas menerangkan bahwa Allah SWT memberikan predikat kepada orang-orang yang telah melakukan usaha-usaha tertentu, sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. AlAnfal ayat 4:
¸Ùw®qXT ¸QWm°ÝÙÓW%XT Ô2¯I¯PXq \i<°Ã Í0\BXq\j ×1ÈN [ \O WDSÄ=°%ØUÀ-Ù Ä1ÉF \®V TÊ §¨ 2 ³ cm 4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia. Ayat di atas menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman dengan sungguh-sunguh akan memperoleh kedudukan tersendiri di sisi Allah SWT, mendapat ampunan, dan rezeki yang mulia. Pada ayat lain, al-Qur’an juga memberikan contoh sebagaimana yang tertera dalam QS. Al-Baqarah, 2: 177:
nªÙ C ¦ VXT ª!mÙÓ\-ÙXT ª¯nÕ\-Ù #W° ×1Å\FSÄBÄT SxXSÉ" DU nªÙ `Ùj rW$XÄXT C ] ®Jk¯=XT ª W*¦ÙXT °R[®Q \-ÙXT m¦\)[ °4×SXkÙXT ¯ ]CW%XÄ ÕCW% WÛÙÓXT WÛܦ_\-ÙXT r\-W*XjÙXT cQ×mÁ Ù s®TVl °O¯OÄO rQ"Wà W$\-Ù 34
QQSs rW$XÄXT QQSQ ¡ X4VU XT ¦8VJm r¯ÛXT WÛ¯®XT ©#k¯ °Än~¸XT °Ä\yÚ WÙ r¯Û WÛϯnª¡XT TÀi\IWà Vl¯ ×1°F°iÕI\ȯ E | SÉÙSÀ-ÙXT §ª°°¨ WDSÁ *À-Ù Ä1ÉF \®V TÊ XT SÉ\i_ WÛÏ° \®V TÊ ¥Ú WÙ WÛÜ°PXT 177. bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitabkitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. Ayat ini menjelaskan bahwa setelah manusia melakukan seluruh perintah Allah SWT mulai dari beriman hingga bersabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan, itulah orangorang yang mendapat julukan “orang yang bertakwa”. Demikian pula seharusnya yang dikerjakan oleh tenaga pendidik (sebagaimana diharapkan dalam prinsip Quantum Teaching) terhadap peserta didiknya, yaitu memberikan pengakuan terhadap usaha sekecil apapun yang telah dilakukan oleh peserta didik. Sehingga dengan pengakuan
tersebut,
peserta
didik
semakin
meningkatkan prestasinya di kemudian hari.
35
terpacu
untuk
e.
Jika layak dirayakan maka rayakan. Merayakan tidak berarti bersenang-senang apalagi jika cenderung berfoya-foya. Merayakan dalam bahasa agama berarti adalah
bersyukur.
Dan
hal
ini
berulang-ulang
Al-Qur’an
mengingatkan agar manusia selalu mensyukuri terhadap segala nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka, sebagaimana yang disebutkan Q.S. Ibrahim: 7 berikut:
D¯ Ø/ÅM×m[Ý Û©ÕVXT ×1Å5\ic¯w9] Ô2É"×m[[ Û©ÕV ×1Å{Xq |ElU V" Ùl¯ XT §°¨ ´ic°iWV r¯[kWÃ 7. dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
3.
Langkah-langkah Metode Quantum teaching Kerangka perancangan quantum teaching lebih dikenal dengan singkatan TANDUR, yaitu: a.
Tumbuhkan, merupakan proses menumbuhkan minat dengan cara menyertakan diri siswa, memikat mereka, dan memuaskan dengan menanamkan prinsip AMBaK yaitu Apakah Manfaatnya BagiKu. Prinsip ini bertujuan supaya minat peserta didik tumbuh dengan cara menanamkan apa yang akan diperoleh apabila melakukan sesuatu. Minat adalah turunan dari niat. Minat yang baik tumbuh dan berkembang dari niat yang benar, karena itulah di dalam Islam selalu
36
ditekankan pentingnya niat dan tujuan yang harus ditanamkan sebelum melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan niat yang benar itu adalah niat ikhlas semata-mata karena Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-Bayyinah ayat 5:
QQSQ ¡ SÀ-kª ÄcXT XÄ[ÝX=ÄO WÛÏ°G Ä V WÛܦ¡¯ ÙcÉ& TÀiÈØÈXk° Y¯ àTÃpª'Ê W%XT §®¨ °R\-®JjV Ù C À c°j \°VlXT QQS[s SÉ"ØUÄcXT 5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. Ayat tersebut menjelaskan kepada setiap insan untuk meluruskan niat hanya untuk Allah SWT semata. b.
Alami, merupakan proses memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk melakukan pekerjaan. Hal yang pokok dalam ajaran Islam adalah mengalami atau melakukan. Berangkat dari mengalami itulah pengetahuan akan diperoleh. Dalam perintah shalat misalnya, Q.S. Al Baqarah ayat 43 menyebutkan:
§¬¨ WÛÜ°È° m \ÌW% SÄÈ[×qXT QQS[s SÉ"XÄXT QQSQ ¡ SÀ-j°U XT 43. Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.
Orang-orang yang telah melakukan shalat akan memperoleh pengalaman yang tidak didapatkan oleh orang-orang yang tidak melakukan shalat. Maka sudah jelaslah apabila kata bijak mengingatkan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik
37
(experiense is a best teacher). Belajar yang sebenarnya adalah mengalami, bukan sekadar membaca dan menulis. Apabila diterapkan dalam dunia pendidikan, pendidik dapat menciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua pelajar, dengan cara memberikan siswa pengalaman belajar, dan menumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui. Hal ini sejalan dengan pendidikan akhlaq dan sopan santun yang harus dilakukan dengan membiasakan, seperti membiasakan berkata yang baik, menghormati kedua orang tua, mengerjakan sholat, menolong orang lain, dan seterusnya. c.
Namai, yaitu dengan cara memberikan identitas atau nama bagi sesuatu yang ditemukan. Hal ini sebagaimana metodologi yang dilakukan oleh Allah SWT ketika mengajarkan nama-nama benda kepada Nabi Adam sebagaimana pada QS. Al-Baqarah ayat 31:
r¯7Sů5U W$V VÙ °RV®Q \-Ù rQ"Wà ×1ÆM\®]pWÄ 1É2 \I Å XÄRÝÕ|)] W3\jXÄ ]1 WÆXT §¬ª¨ WÛÜ°°i_ ×1È)=Å D¯ °Ä,YÁU\F °Ä\-ÔyU ¯ 31. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Hal ini sejalan dengan apa yang diajarkan Allah SWT kepada nabi Adam as, mengenai nama-nama yang ada di alam ini, setelah Nabi Adam mengalaminya.
38
d.
Demonstrasikan, proses ini melanjutkan proses sebelumnya. Setelah peserta didik mengetahui melalui pengalamannya itu kemudian pendidik
memberikan
kesempatan
untuk
menunjukkan
pengetahuannya tersebut. Hal ini sejalan dengan Q.S. Al-Baqarah ayat 33:
#ÉU ×1VU W$V ×1¯J®RÝÕ|U ¯ 1ÉFU W5U -Q VÙ ×1¯J®RÝÕ|U ¯ 1ÀIØ
¯5U Ä3\jWWc W$V ×1È)<Å W%XT WDTÀi×É" W% Ä1Q ØÆU XT ¨º×q)]XT °1XSX. _ Ùk[Î Ä1Q ÕÃU ßr¯Q7¯ ×1Å §¬¬¨ WDSÄ.È)ÖV" 33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
Ayat di atas menjelaskan langkah Nabi Adam setelah menghafal dan mengalami proses pembelajaran dari Tuhan, ia diberi kesempatan untuk membuktikan pengetahuannya itu di hadapan Malaikat-Malaikat. e.
Ulangi, Di dalam sistematika penulisan ayat-ayat al-Qur’an dapat ditemukan ayat yang ditulis berulang-ulang, dengan tujuan untuk menekankan betapa pentingnya hal tersebut seperti yang terdapat dalam Q.S. Ar Rahman ayat 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 67, 69, 71, 73, 75, 77.
39
©DWªLkVÉ" \-ůPXq °Ä,YXÄ ¥FsU ¯VÙ Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Ayat di atas diulangi berkali-kali dengan maksud memberi penekanan. Penerapan dalam dunia pendidikan adalah dengan melakukan proses memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa "Aku tahu bahwa aku tahu ini" dalam hal ini menunjukkan apa yang telah diajarkan oleh guru agar betul-betul terlihat hasilnya dan lebih mantap. f.
Rayakan, yakni memberikan pengakuan atau juga penghargaan. Allah SWT sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an akan memberikan penghargaan setinggi-tingginya, yang dalam bahasa agama sering disebut dengan pahala ataupun surga kepada siapa yang melakukan amal-amal kebajikan seperti yang disebutkan dalam Q.S. An-Nahl ayat 97:
40
B. Tujuan Pendidikan Islam Menurut Jalaluddin (2003:93-101) tujuan pendidikan Islam mencakup ruang lingkup sebagai berikut: 1.
Dimensi Hakikat Penciptaan Manusia Tujuan pendidikan Islam diarahkan kepada pencapaian target yang berkaitan dengan hakikat penciptaan manusia oleh Allah SWT. Maka pendidikan Islam bertujuan untuk membimbing perkembangan peserta didik secara optimal agar menjadi pengabdi kepada Allah yang setia seperti yang tercantum pada Q.S. Adh Dhariyat:56, yaitu:
§®¯¨ ©DTÀiÈØÈXk° Y¯ `50_XT C¦IÙ Á0Ù Q \\ W%XT 56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil’alamin, tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam. Dalam surat lain yaitu Qs. Ali Imran : 102:
§ª©«¨ WDSÀ-¯ Ôv% 1È)5U XT Y¯ ÛÉÒSÉÝV& YXT °O"° V É" \O SÁ " SÄ<W%XÄ WÛÏ° SM{iU Wc
2.
102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dimensi Tauhid Tujuan Islam diarahkan pada upaya pembentukan sikap taqwa. Dengan
demikian,
pendidikan
41
ditujukan
kepada
upaya
untuk
membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar dapat menjadi hamba Allah yang taqwa sesuai Q.S. Al Baqarah:3.
§¬¨ WDSÁ °Ý=Äc ×1ÀIX=Ù\wXq Ý«(XT QQSQ ¡ WDSÄ.kª ÄcXT ® ÙkWÓÙ¯ WDSÄ=°%ØUÄc WÛÏ° 3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka.
Ketakwaan dikaitkan dengan dimensi tauhid, karena sifat ketakwaan
mencerminkan
ketahuidan
secara
menyeluruh,
yaitu
mematuhi sepenuhnya perintah Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, sejalan dengan perintahnya agar manusia bertakwa. Sesuai dengan QS. An Nisa’: 131, yaitu:
C°% _ W*¦Ù SÉ"TÊ WÛÏ° X=ÙjXT ÕiV VXT ¨º×q)] r¯Û W%XT °1XS\- r¯Û W% XT r¯Û W%XT °1XS\- r¯Û W% D¯ VÙ TÄmÁÝÖV" D¯ XT SÁ " ©DU ×1Åc¯ XT ×1Á¯ ×V §ª¬ª¨ ;ij°+[S gk°=[Î WD[XT ¨º×q)] 131. Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh kami Telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. tetapi jika kamu kafir Maka (ketahuilah), Sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji.
Kepatuhan kepada Allah SWT dalam dimensi tauhid ini dinyatakan sebagai kepatuhan yang mutlak, dengan menempatkan Allah SWT sebagai dzat yang tunggal. Hanya kepada-Nya tempat mohon petolongan, hal ini sesuai dengan Qs Al Ikhlas: 1-2, yaitu: 42
§«¨ Ài\-¡ §ª¨ Ïi\OU XSÉF ×#É 1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
Menurut Mohammad Irfan Mastuki (2000:109) tauhid dalam pemikiran pendidikan Islam berfungsi untuk mentransformasikan setiap individu peserta didik menjadi “manusia tauhid”. Berbagai atribut manusia tauhid dalam pemikiran pendidikan Islam adalah: a.
Memiliki komitmen utuh, tunduk, dan patuh kepada Allah. Ia berusaha secara maksimal menjalankan dan menjauhi larangan Allah.
b.
Menolak segala pedoman dan pandangan hidup yang bukan datang dari Allah.
c.
Bersikap progresif dengan selalu melakukan penilaian terhadap kualitas hidupnya, adat istiadat, tradisi, dan faham hidupnya.
d.
Tujuan hidupnya jelas. Yaitu ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya selalu ditujukan untuk dan demi Allah semata. Inilah komitmen yang selalu diucapkan berkali-kali dalam salat: Inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati li Allahi rabb al-‘alamin.
e.
Memiliki visi dan misi yang jelas tentang kehidupan yang harus dibangun bersama manusia-manusia lainnya.
3.
Dimensi Moral Manusia dipandang sebagai sosok individu yang memiliki potensi fitriyah. Maksudnya, sejak dilahirkan pada diri manusia sudah ada
43
sejumlah potensi bawaan yang diperoleh secara fitrah. Tujuan pendidikan ini dititikberatkan pada upaya pengenalan terhadap nilai-nilai yang baik dan kemudian menginternalisasikannya serta mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam sikap dan perilaku melalui pembiasaan. 4.
Dimensi Perbedaan Individu Manusia merupakan makhluk ciptaan yang unik. Tujuan pendidikan Islam diarahkan pada pencapaian target perkembangan maksimal dari ketiga potensi yaitu potensi fisik, mental, dan spiritual dengan memperhatikan kepentingan faktor perbedaan individu. Dengan demikian, dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik, perlakuan terhadap setiap individu harus didasarkan atas pertimbagan perbedaan.
5.
Dimensi Sosial Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang memiliki dorongan untuk hidup berkelompok secara bersama-sama. Tujuan pendidikan dalam dimensi ini adalah berupa usaha untuk memanusiakan peserta didik, agar mampu berperan dalam statusnya sebagai Al-Nas (makhluk sosial), Abd Allah (hamba pengabdi Allah), dan sekaligus sebagai khalifah Allah.
6.
Dimensi Profesional Dalam dimensi ini, tujuan pendidikan Islam diarahkan kepada upaya untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik, sesuai dengan bakatnya masing-masing, diharapkan mereka dapat memiliki keterampilan yang serasi dengan bakat yang dimiliki, hingga
44
keterampilan itu dapat digunakan untuk mencari nafkah sebagai penopang hidupnya. Kemampuan profesional yang dimiliki harus diarahkan kepada dua nilai pokok, yaitu keimanan dan aktifitas yang bermanfaat (iman dan amal sholeh). 7.
Dimensi Ruang dan Waktu Tujuan pendidikan Islam dirumuskan atas dasar pertimbangan dimensi ruang dan waktu yaitu di mana dan kapan. Dengan demikian, tujuan yang harus dicapai pendidikan Islam harus merangkum semua tujuan yang terkait dalam rentang ruang dan waktu tersebut. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (2011:29) tujuan pendidikan Islam mempunyai tiga tingkatan tujuan, yaitu: a.
Tujuan Umum Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam dilaksanakan.
b.
Tujuan Akhir Pendidikan Islam beerlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya pada waktu hidup di dunia dan telah berakhir pula. Pendidikan Islam berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan akhir pendidikan Islam dapat dipahami dalam Qs. Ali Imran: 102 yaitu:
45
1È)5U XT Y¯ ÛÉÒSÉÝV& YXT °O"° V É" \O SÁ " SÄ<W%XÄ WÛÏ° SM{iU Wc §ª©«¨ WDSÀ-¯ Ôv% 102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.
Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup. Akhir dari proses hidup, insan kamil yang mati dan akan menghadap
Tuhannya
merupakan
tujuan
akhir
dari
proses
pendidikan Islam. c.
Tujuan Sementara Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah peserta didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam bentuk sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik.
d.
Tujuan Operasional Tujuan operasional lebih dituntut dari anak didik suatu kemampuan dan keterampilan yang dimiliki. Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian.
46
BAB IV PEMBAHASAN
A. Konsep Quantum teaching dalam Perspektif Al-Qur’an Quantum teaching pertama kali dikembangkan oleh De Porter. Mulai dipraktikan pada tahun 1992, dengan mengilhami rumus yang terkenal dalam fisika kuantum yaitu masa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Dengan rumus itu fisika berhasil mendefinisikan quantum sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Pembelajaran quantum bermakna interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua energi adalah kehidupan dan dalam proses pembelajarannya mengandung keberagaman. Dengan kata lain interaksi-interaksi yang dimaksud mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Quantum teaching bukanlah hal yang baru sama sekali dalam Islam. Paling tidak prinsip-prinsip dan langkah-langkah proses pembelajaran yang ada di dalamnya pernah ditawarkan oleh Al-Qur’an. Berikut ini metode quantum teaching dalam perspektif Al-Qur’an: 1.
Asas Utama Asas utama quantum teaching bersandar pada konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, Dan Antarkanlah Dunia Mereka ke Dunia Kita” (Riyanto, 2012:200).
47
Seorang guru diharapkan mampu memahami karakter, minat, bakat dan fikiran setiap siswa, dengan demikian berarti guru dapat memasuki dunia siswa. Inilah hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang guru, untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama guru harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid. 2.
Prinsip-Prinsip Quantum Teaching Prinsip-prinsip quantum teaching meliputi: a.
Segalanya bicara Substansi dari prinsip ini adalah adanya pengakuan eksistensi setiap makhluk, tidak hanya manusia saja. Prinsip ini terdapat dalam Al- Qur’an surat Al Ahzab ayat 72. 3DGDVXUDWLQLWHUGDSDWNDWDRW5W%)]Al-amanah merupakan segala
sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang baik berupa perintah maupun larangan, tentang urusan agama dan dunia. Maksudnya adalah beban-beban agama. Beban agama disebut amanat, karena merupakan hak-hak yang diwajibkan oleh Allah atas orang-orang mukallaf dan dipercayakan kepada mereka agar dilaksanakan dan diwajibkan atas mereka agar diterima dengan penuh kepatuhan dan ketaatan, bahkan mereka disuruh menjaga dan melaksanakannya tanpa melalaikan sedikitpun dari padanya (Al Maragi, 1992:77). Ayat ini secara jelas menunjukkan adanya pengakuan Tuhan akan
eksistensi
makhluk-makhluk
selain
manusia
dengan
menawarkan amanat itu kepada mereka hingga akhirnya manusialah 48
yang terpilih. Pengakuan akan eksistensi ini penting karena merupakan langkah awal kehidupan. Begitu juga pengakuan akan eksistensi siswa sebagai individu merupakan langkah awal pembelajaran dengan jalan memberikan hak-hak mereka sebagai peserta didik untuk berbicara dalam rangka mengembangkan potensinya masing-masing. b. Segalanya bertujuan Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan semuanya dan semua yang diciptakan oleh Tuhan, baik yang ada di langit maupun di bumi, tidak ada yang sia-sia. Semua dapat mendatangkan manfaat bagi kehidupan manusia, jika manusia tersebut mau memikirkannya. Prinsip ini terdapat dalam Al-Qur'an surat Ali-Imron ayat 191. Pada ayat ini terdapatWDTÄmÅÖkWc yang artinya mengingat. Salah
satu ciri khas bagi orang berakal yang merupakan sifat khusus manusia dan kelengkapan ini dinilai sebagai makhluk yang memiliki keunggulan bagi mahkluk lain, yaitu apabila memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan faedah, ia selalu menggambarkan kebesaran
Allah,
mengingat
dan
mengenang
kebijaksanaan,
keutamaan dan banyaknya nikmat Allah kepadanya. Ia selalu mengingat Allah disetiap waktu dan keadaan, baik pada waktu ia berdiri, duduk atau berbaring. Tidak ada satu waktu dan keadaan
49
dibiarkan berlalu begitu saja, kecuali diisi dan digunakannya untuk memikirkannya tentang penciptaan langit dan bumi, memikirkan keajaiban-keajaiban
yang
terdapat
di
dalamnya,
yang
menggambarkan kesempurnaan dan kekuasaan Allah (Departemen Agama RI, 2009:97). Ayat ini berkaitan dengan berbicara tentang sikap orangorang yang berakal yang mampu meneliti segala ciptaan Tuhan yang ada dilangit dan dibumi serta pergantian waktu siang dan malam. Dengan berpegang pada prinsip ini, maka seorang yang berakal akan selalu meneliti rahasia, manfaat, hikmah yang terkandung dalam semua ciptaan Tuhan. Selain daripada itu, semua aktivitas (hidup) manusia di dunia ini juga memiliki tujuan yaitu untuk menyembah Allah sebagaimana yang tercantum dalam QS. Adz-Dzariyat, 51: 56. Menurut ayat tersebut seluruh kehidupan manusia diarahkan kepada tujuan hidup tertinggi yaitu untuk menyembah kepada Allah. Tentunya menyembah dalam arti yang seluas-luasnya. Dari sinilah, semua aktivitas pembelajaran yang dikembangkan di dalam Quantum teaching ini harus memiliki tujuan yang jelas. c.
Pengalaman sebelum pemberian nama Di dalam Islam, hal yang terpenting bagi umat yang menganut agama ini adalah melakukan apa yang telah diperintahkan. Mereka disuruh untuk percaya, mendirikan shalat, membayar zakat,
50
puasa, haji, membaca al-Qur’an dan melakukan ajaran Islam lainnya. Setelah mereka mengalami semua itu, baru mereka boleh bertanya mengapa mereka harus melakukan semua itu. Banyak ayat-ayat alQur’an yang memerintahkan umat manusia untuk menerapkan sikap percaya terlebih dahulu, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al Baqarah ayat 21. Maksud ayat ini adalah esakanlah tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu. Dalam ayat ini, Allah yang Maha Suci lagi Maha tinggi menjelaskan keesaan uluhiyah-Nya bahwa Allah yang memberikan nikmat kepada hambahamba-Nya dengan mengeluarkan mereka daritiada kepada ada serta menyempurnakan bagi mereka nikmat lahiriyah dan batiniyah, yaitu dia menjadikan bagi mereka bumi sebagai hamparan seperti tikar yang dapat diinjak-injak, stabil, dan dikokohkan dengan gununggunung yang menjulang (Ar-Rifa’i, 1999:91). Ayat di atas memerintahkan manusia untuk menyembah Allah. Hal ini sejalan dengan kisah turunnya wahyu pertama kepada Muhammad SAW yaitu Q.S. al-Alaq ayat 1-5. Pada saat turunnya ayat tersebut, Nabi Muhammad SAW langsung disuruh membaca atau menirukan apa yang dibunyikan oleh malaikat Jibril, meski Muhammad SAW sendiri belum memahami apa maksud semua itu. Maka prinsip di dalam pembelajaran quantum teaching yang terpenting adalah siswa bisa
51
melakukan apa yang telah diperintahkan dengan berdasarkan kode atau rumus yang ada. Baru setelah itu mereka diberi kesempatan untuk mempertanyakan tentang apa yang telah mereka lakukan. d. Akui setiap usaha Al-Qur’an secara jelas menerangkan bahwa Allah SWT memberikan predikat kepada orang-orang yang telah melakukan usaha-usaha tertentu, sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. AlAnfal ayat 4. Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman dengan sungguh-sunguh akan memperoleh kedudukan tersendiri di sisi Allah SWT, mendapat ampunan, dan rezeki yang mulia. Pada ayat
lain,
Al-Qur’an juga memberikan
contoh
sebagaimana yang tertera dalam QS. Al-Baqarah, 2: 177. Ayat ini menjelaskan bahwa setelah manusia melakukan seluruh perintah Allah SWT mulai dari beriman hingga bersabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan, itulah orang-orang yang mendapat
julukan
“orang
yang
bertakwa”.
Demikian
pula
seharusnya yang dikerjakan oleh tenaga pendidik (sebagaimana diharapkan dalam prinsip Quantum Teaching) terhadap peserta didiknya, yaitu memberikan pengakuan terhadap usaha sekecil apapun yang telah dilakukan oleh peserta didik. Sehingga dengan pengakuan
tersebut,
peserta
didik
semakin
meningkatkan prestasinya di kemudian hari.
52
terpacu
untuk
Dalam proses pembelajaran siswa seharusnya dihargai dan diakui setiap usahanya walaupun salah, karena belajar diartikan sebagai usaha yang mengandung resiko untuk keluar dari kenyamanan untuk membongkar pengetahuan sebelumnya. e.
Jika layak dirayakan maka rayakan. Segala sesuatu yang telah dipelajari oleh siswa sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya. Merayakan tidak berarti bersenang-senang apalagi jika cenderung berfoya-foya. Merayakan dalam bahasa agama berarti adalah bersyukur. Dan hal ini berulangulang Al-Qur’an mengingatkan agar manusia selalu mensyukuri terhadap segala nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka, sebagaimana yang disebutkan Q.S. Ibrahim ayat 7. Ayat lain yang juga sama juga menyebutkan yaitu Qs. AlRahman: 13. Terdapat kalimat yang diulang-ulang dalam surah alRahman hingga sebanyak 31 kali. Pengulangan merupakan syarat penting dalam menciptakan kebiasaan. Inilah salah satu metode pengajaran Al-Qur’an untuk mengingatkan bermacam-macam nikmat yang telah manusia rasakan. Ayat ini mengungkapkan, maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Pengulangan juga dapat digunakan untuk memperingatkan orangorang berdosa, seperti “ celakalah para pendusta pada hari itu!”.
53
3.
Kerangka Perencanaan Quantum teaching Kerangka perancangan Quantum teaching lebih dikenal dengan singkatan TANDUR, yaitu: a.
Tumbuhkan, tumbuhkan minat dengan memuaskan, yakni dengan jalan memberikan pemahaman terhadap murid dan guru akan manfaat dari pelajaran tersebut. Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “bawalah dunia mereka ke dunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan
dan
kepemilikan
bersama
atau
kemampuan
saling
memahami. Secara umum konsep tumbuhkan adalah sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan siswa, buatlah siswa tertarik atau penasaraan tentang materi yang akan diajarkan. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan (persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial (komunitas belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan makna pada siswa, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu. Berikut pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai sebagai acuan guru: hal apa yang siswa pahami? Apa yang siswa setujui? Apakah manfaat dan makna materi tersebut bagi siswa? Pada bagian apa siswa tertari/bermakna? Stategi untuk melaksanakan TUMBUHKAN tidak harus dengan tanya jawab, menuliskan tujuan pembelajaran dipapan
54
tulis, melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/media yang menarik atau lucu, isu muthakir, atau cerita pendek tentang pengalaman seseorang. b.
Alami, yaitu menciptakan dan mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua siswa. Tahap ini jika kita tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada kegiatan inti. Konsep alami mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun siswa sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pertanyaan yang memandu guru pada konsep alami adalah cara apa yang terbaik agar siswa memahami informasi? Permainan atau keinginan apa yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki? Permainan dan kegiatan apa yang memfasilitasi siswa?. Strategi konsep alami dapat menggunakan jembatan keledai, permainan atau simulasi dengan memberi tugas secara individu atau kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki. Apabila diterapkan dalam dunia pendidikan, pendidik dapat menciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua pelajar, dengan cara memberikan siswa pengalaman belajar, dan menumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui. Hal ini sejalan dengan pendidikan akhlaq dan sopan santun yang harus dilakukan dengan membiasakan, seperti membiasakan berkata yang baik, menghormati
55
kedua orang tua, mengerjakan sholat, menolong orang lain, dan seterusnya. c.
Namai, untuk langkah ini perlu disediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi yang kemudian menjadi masukan bagi siswa. Hal ini selaras dengan metodologi yang dilakukan oleh Allah SWT ketika mengajarkan nama-nama benda kepada Nabi Adam sebagaimana pada QS. Al-Baqarah ayat 31, yaitu tentang apa yang diajarkan Allah SWT kepada nabi Adam as, mengenai nama-nama yang ada di alam ini, setelah Nabi Adam mengalaminya. Konsep ini berada
pada kegiatan inti,
yang namai
mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak (membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman)
untuk
memberikan
identitas,
menguatkan
dan
mendefinisikan. Penamaan dalam hal ini adalah mengajarkan konsep, melatih keterampilan berpikir dan
strategi belajar.
Pertanyaan yang dapat memenadu guru dalam memahami konsep namai yaitu perbedaan apa yang perlu dibuat dalam belajar? Apa yang harus guru tambahkan pada pengertian siswa? Strategi, kiat jitu, alat berpikir apa yang digunakan untuk siswa ketahui atau siswa gunakan?. Strategi implementasi konsep namai dapat menggunakan gambar susunan gambar, warna, alat bantu, kertas tulis dan poster di dinding atau yang lainnya.
56
d.
Demonstrasikan, dengan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan pengalamannya. Proses ini melanjutkan proses sebelumnya. Setelah peserta didik mengetahui melalui pengalamannya itu kemudian pendidik memberikan kesempatan untuk menunjukkan pengetahuannya tersebut. Hal ini sejalan dengan Q.S. Al-Baqarah ayat 33. Ayat di atas menjelaskan langkah Nabi Adam setelah menghafal dan mengalami proses pembelajaran dari Tuhan, ia diberi kesempatan untuk membuktikan pengetahuannya itu di hadapan Malaikat-Malaikat. Tahap ini masih pada kegiatan ini. Inti pada tahap ini adalah memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan bahwa siswa tahu. Hal ini sekaligus memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Panduan guru untuk memahami tahap ini yaitu dengan cara apa siswa dapat memperagakan tingkat kecakapan siswa dengan pengetahuan yang baru? Kriteria apa yang dapat membantu guru dan siswa mengembangkan bersama untuk menuntut peragaan kemampuan siswa. Strategi yang dapat digunakan adalah mempraktekkan, menyusun
laporan,
membuat
presentasi
dengan powerpoint,
menganalisis data, melakukan gerakan tangan, kaki, gerakan tubuh bersama secara harmonis, dan lain-lain
57
e.
Ulangi, menunjukkan kepada siswa atentang cara-cara mengulangi materi. Di dalam sistematika penulisan ayat-ayat al-Qur’an dapat ditemukan ayat yang ditulis berulang-ulang, dengan tujuan untuk menekankan betapa pentingnya hal tersebut seperti yang terdapat dalam Q.S. Ar Rahman ayat 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 67, 69, 71, 73, 75, 77. Ayat tersebut diulangi berkali-kali dengan maksud memberi penekanan. Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Kegiatan ini dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan. Panduan guru untuk memasukan tahap ini yaitu cara apa yang terbaik bagi siswa untuk mengulang pelajaran ini? Dengan cara apa setiap siswa akan mendapatkan kesempatan untuk mengulang?. Strategi untuk mengimplementasikan yaitu bisa dengan membuat isian “aku tahu bahwa aku tahu ini” hal ini merupakan kesempatan siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru kepada orang lain (kelompok lain), atau dapat melakukan pertanyaan– pertanyaan post tes.
f.
Rayakan, adanya pengakuan dan penghargaan atas kemampuan siswa dalam menangkap pelajaran.
58
Allah SWT sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an akan memberikan penghargaan setinggi-tingginya, yang dalam bahasa agama sering disebut dengan pahala ataupun surga kepada siapa yang melakukan amal-amal kebajikan seperti yang disebutkan dalam Q.S. An-Nahl ayat 97. Memberi pengakuan sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologi belajar siswa. Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa rampung, untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesusksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar lebih lanjut. Panduan pertanyaan dalam diri guru untuk melaksanakan adalah untuk pelajaran ini, cara apa yang paling sesuai untuk merayakannya? Bagaimana anda dapat mengakui setiap orang atas prestasi mereka?. Strategi yang dapat digunakan adalah dengan pujian bernyanyi bersama, pesta kelas, memberikan reward berupa tepukan.
B. Tujuan Pendidikan Islam dalam Perspektif Al-Qur’an 1.
Dimensi Hakikat Penciptaan Manusia Tujuan pendidikan Islam diarahkan kepada pencapaian target yang berkaitan dengan hakikat penciptaan manusia oleh Allah SWT. Maka pendidikan Islam bertujuan untuk membimbing perkembangan peserta
59
didik secara optimal agar menjadi pengabdi kepada Allah yang setia seperti yang tercantum pada Q.S. Adh Dhariyat:56. Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil’alamin, tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam. Dalam surat lain yaitu Qs. Ali Imran : 102 2.
Dimensi Tauhid Tujuan Islam diarahkan pada upaya pembentukan sikap taqwa. Dengan
demikian,
pendidikan
ditujukan
kepada
upaya
untuk
membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar dapat menjadi hamba Allah yang taqwa sesuai Qs. Al Baqarah:3. Ketakwaan dikaitkan dengan dimensi tauhid, karena sifat ketakwaan
mencerminkan
ketahuidan
secara
menyeluruh,
yaitu
mematuhi sepenuhnya perintah Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, sejalan dengan perintahnya agar manusia bertakwa. Sesuai dengan Qs. An Nisa’: 131. Kepatuhan kepada Allah SWT dalam dimensi tauhid ini dinyatakan sebagai kepatuhan yang mutlak, dengan menempatkan Allah SWT sebagai dzat yang tunggal. Hanya kepada-Nya tempat mohon petolongan, hal ini sesuai dengan Qs Al Ikhlas: 1-2. 3.
Dimensi Moral Manusia dipandang sebagai sosok individu yang memiliki potensi fitriyah. Maksudnya, sejak dilahirkan pada diri manusia sudah ada
60
sejumlah potensi bawaan yang diperoleh secara fitrah. Tujuan pendidikan ini dititikberatkan pada upaya pengenalan terhadap nilai-nilai yang baik dan kemudian menginternalisasikannya serta mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam sikap dan perilaku melalui pembiasaan. 4.
Dimensi Perbedaan Individu Manusia merupakan makhluk ciptaan yang unik. Tujuan pendidikan Islam diarahkan pada pencapaian target perkembangan maksimal dari ketiga potensi yaitu potensi fisik, mental, dan spiritual dengan memperhatikan kepentingan faktor perbedaan individu. Dengan demikian, dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik, perlakuan terhadap setiap individu harus didasarkan atas pertimbangan perbedaan.
5.
Dimensi Sosial Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang memiliki dorongan untuk hidup berkelompok secara bersama-sama. Tujuan pendidikan dalam dimensi ini adalah berupa usaha untuk memanusiakan peserta didik, agar mampu berperan dalam statusnya sebagai Al-Nas (makhluk sosial), Abd Allah (hamba pengabdi Allah), dan sekaligus sebagai khalifah Allah.
6.
Dimensi Profesional Dalam dimensi ini, tujuan pendidikan Islam diarahkan kepada upaya untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik, sesuai dengan bakatnya masing-masing, diharapkan mereka dapat memiliki keterampilan yang serasi dengan bakat yang dimiliki, hingga
61
keterampilan itu dapat digunakan untuk mencari nafkah sebagai penopang hidupnya. Kemampuan profesional yang dimiliki harus diarahkan kepada dua nilai pokok, yaitu keimanan dan aktifitas yang bermanfaat (iman dan amal sholeh) 7.
Dimensi Ruang dan Waktu Tujuan pendidikan Islam dirumuskan atas dasar pertimbangan dimensi ruang dan waktu yaitu di mana dan kapan. Dengan demikian, tujuan yang harus dicapai pendidikan Islam harus merangkum semua tujuan yang terkait dalam rentang ruang dan waktu tersebut.
C. Aplikasi Metode Pendidikan Quantum Teaching untuk Mencapai Tujuan Pendidikan Islam dalam Perspektif Al Qur’an Quantum teaching adalah pembelajaran yang mampu menciptakan interaksi dan keaktifan siswa, sehingga kemampuan, bakat, dan potensi siswa dapat berkembang, yang pada akhirnya mampu meningkatkan prestasi belajar dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat, sehingga siswa dapat belajar secara mudah. Pada proses pembelajaran kuantum terjadi penyelarasan dan pemberdayaan komunitas belajar, sehingga guru dan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran sama-sama merasa senang dan saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang maksimal. Pembelajaran kuantum bersandar pada konsep ini: Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Inilah asas utama quantum teaching. Maksud dari asas di atas adalah guru harus
62
membangun jembatan autentik untuk memasuki kehidupan siswa. Dengan memasuki dunia siswa berarti guru mempunyai hak mengajar, sehingga siswa dengan sukarela, antusias dan semangat untuk mengikuti pelajaran. Langkah-langkah dari pembelajaran quantum teaching: 1.
Pengkondisian awal Tahap ini dimaksudkan untuk menyiapkan mental siswa mengenai model pembelajaran yang menuntut keterlibatan aktif siswa. Melalui pengkondisian awal akan memungkinkan dilaksanakannya proses pembelajaran yang lebih baik. Kegiatan yang dilakukan dalam pengkondisian awal meliputi: penumbuhan rasa percaya diri siswa, motivasi diri, menjalin hubungan, dan keterampilan belajar. Motivasi yang ditumbuhkan ke peserta didik dapat diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan Islam yang sesuai Q.S. Adz-Dzariyat ayat 56 yaitu manusia diciptakan hanya untuk menyembah Allah, dengan cara memberi penanaman pada jiwa peserta didik bahwa apa-apa yang akan dipelajari harus diniatkan untuk Allah semata.
2.
Pelaksanaan metode pembelajaran quantum teaching Tahap ini merupakan inti penerapan model pembelajaran kuantum. Kegiatan dalam tahap ini meliputi T-A-N-D-U-R: a.
Penumbuhan minat (T= Tumbuhkan minat) Pada tahap ini, guru berperan penting dalam menumbuhkan minat belajar peserta didiknya, agar nantinya dapat menumbuhkan
63
rasa ingin tahu dari diri siswa sehingga mampu meningkatkan minat belajar dari peserta didik tersebut. b.
Pemberian pengalaman umum (A= Alami) Pada langkah ini guru memberikan kesempatan siswa untuk menceritakan pengalaman yang telah siswa alami terkait dengan materi yang akan diajarkan, sehingga ada motivasi dari siswa yang pernah mengenal materi tersebut untuk lebih mengembangkan pengalamannya juga bagi yang sama sekali belum pernah mengenal menjadi lebih tertarik dan tertantang untuk mempelajarinya.
c.
Penamaan atau penyajian materi (N= Namai) Pada kegiatan ini guru menyampaikan materi yang akan dipelajari secara lengkap setelah siswa menceritakan pengalaman yang telah didapat, sehingga dalam penamaan siswa telah memiliki bekal dan penguasaan materi oleh siswa dapat lebih maksimal. Untuk menghindari kebosanan dan untuk menggali kemampuan siswa, dalam penyajian materi guru menggunakan metode ceramah bermakna dan guru hanya sebagai fasilitator.
d.
Demonstrasi pengetahuan siswa (D = Demonstrasi) Demonstrasi dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil tugas mandiri yang telah diberikan oleh guru sebelumnya, baik kepada teman kelompoknya maupun kepada seluruh siswa. Dengan cara ini, diharapkan rasa percaya diri siswa lebih meningkat karena diberi
64
kesempatan untuk menunjukkan “hasil karyanya” (hasil tugas mandiri). e.
Pengulangan yang dilakukan oleh siswa (U = Ulangi) Pengulangan dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengulas kembali materi
yang telah
disampaikan oleh guru, caranya dengan bercerita kepada teman kelompoknya, maupun kepada seluruh siswa. Dengan demikian siswa yang tidak memperhatikan guru saat mengajar dapat dihindari, karena setelah guru memberikan materi maka guru akan menunjuk salah seorang siswa untuk menjelaskan kembali materi yang telah diberikan dengan penjelasan dan atau dengan mempraktekan langsung. f.
Perayaan atas usaha siswa (R = Rayakan) Perayaan merupakan salah satu bentuk motivasi yang dilakukan oleh guru dengan memberikan pujian kepada siswa yang berhasil maupun yang tidak berhasil menjawab pertanyaan dan tidak secara langsung menyalahkan jawaban siswa yang kurang tepat, selain itu perayaan dilakukan dengan melakukan tepuk tangan bersama-sama ketika jam pelajaran berakhir. Kondisi ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat belajar. Begitu pula jika ada yang tidak berhasil juga diberikan pujian atas usaha yang dilakukan agar tidak patah semangat dan lebih giat lagi berlatih.
65
3.
Contoh penerapan metode quantum teaching di kelas Pada saat proses pembelajaran di kelas, sesuai dengan pelaksanaan metode
pembelajaran
quantum
teaching,
bahwa
pelaksanaan
pembelajaran dimulai dengan tumbuhkan minat. Tumbuhkan minat ini berarti bahwa seorang guru harus mampu menumbuhkan minat belajar siswa dengan cara memberi motivasi sebelum dimulai pembelajaran. Motivasi tersebut bisa berupa cerita-cerita pengalaman hidup, lelucon, pantomim, drama,dan video. Setelah guru berhasil menumbuhkan minat belajar siswa, selanjutnya guru meminta siswa untuk menceritakan pengalaman siswa yang pernah dialami yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Sebagai contoh, sebelum pembelajaran akhlak, siswa menceritakan pengalaman sehari-hari seperti, ketika berjalan di depan orang yang lebih tua harus menundukkan kepala. Hal tersebut merupakan pengalaman siswa yang menjadi kebiasaan sehari-hari. Pelaksanaan metode selanjutnya yaitu penamaan atau penyajian materi. Pada proses ini, setelah siswa menyampaikan pengalaman pribadinya tadi, yaitu akhlak kepada sesama, guru selanjutnya menyampaikan materi tentang akhlak. Guru menyampaikan materi dengan metode ceramah, atau bisa dengan alat bantu seperti gambar, kertas tulis dan poster di dinding. Selanjutnya setelah guru menyampaikan materi pelajaran tentang akhlak, guru memberikan tugas kepada siswa untuk kemudian
66
dipresentasikan di depan kelas. Tugas yang diberikan guru berupa perintah untuk mengamati akhlak orang-orang di lingkungan sekitar. Setelah
selesai
mengamati
siswa
ditunjuk
satu
persatu
untuk
menyampaikan hasil pengamatannya. Setelah
selesai
presentasi,
guru
memberikan
pertanyaan-
pertanyaan kepada siswa tentang apa yang sudah dipelajari untuk mengulang apa yang disampaikan oleh guru tadi. Kemudian guru memberikan apresiasi kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan, berupa pujian bahkan hadiah seperti applause, ucapan selamat, dan hadiah barang seperti alat tulis.
67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1.
Metode pendidikan quantum teaching terdiri dari TANDUR yaitu menumbuhkan minat, menciptakan dan mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua siswa, menamai yaitu dengan menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi yang kemudian menjadi masukan bagi siswa, mendemonstrasikan dengan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan pengalamannya, menunjukkan kepada siswa tentang cara-cara mengulangi materi, dan memberi pengakuan dan penghargaan atas kemampuan siswa dalam menangkap pelajaran.
2.
Tujuan pendidikan Islam dalam perspektif Al-Qur’an meliputi dimensi hakikat penciptaan manusia, dimensi tauhid, dimensi moral, dimensi perbedaan individu, dimensi sosial, dimensi profesional, serta dimensi ruang dan waktu.
3.
Aplikasi quantum teaching dalam perspektif Al-Qur’an. Model pembelajaran kuantum mengambil bentuk hampir sama dengan sebuah simponi, yang membagi unsur-unsur pembentuk simponi menjadi dua kategori, yaitu: konteks dan isi. Konteks adalah kondisi yang disiapkan
bagi
penyelenggaraan
pembelajaran
yang
berkualitas
berdasarkan kerangka pembelajaran kuantum. Penyiapan kondisi ini
68
meliputi orkestrasi: suasana yang menggairahkan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan pengajaran yang dinamis. Isi merupakan penyajian materi pelajaran yang menerapkan kerangka pembelajaran kuantum, yang dikembangkan dengan konsep: EEL Dr. C (Enroll, Experience, Label, Demontrate, Review, and Celebrate). Dalam bahasa Indonesia, EEL Dr. C diterjemahkan oleh Ary Nilandary menjadi TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan). Maka jika kita cermati sesungguhnya sejak awal Islam sudah menjelaskan bahwa manusia terdiri dari beberapa unsur yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Unsur-unsur itu sering disebut dengan istilah jasad, ruh dan jiwa. Dan dalam proses pendidikan, ketiga unsur tersebut harus mendapatkan porsi pendidikan yang seimbang. Dan itulah sebenarnya
yang diinginkan dan dilakukan oleh proses
pembelajaran dalam quantum teaching. Karena itu, quantum teaching bukanlah hal yang baru sama sekali dalam Islam. Paling tidak prinsipprinsip dan langkah-langkah proses pembelajaran yang ada di dalamnya pernah ditawarkan oleh Al-Qur’an. Hanya persoalannya adalah umat Islam masih belum memahami dengan metodologi-metodologi, dan malas dalam hal penelitian-penelitian. Apalagi jika meneliti isi kandungan al-Qur’an dan al-Hadits.
69
B. Saran Metode quantum teaching adalah suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Melihat keunggulan dari metode quantum teaching maka pendidik sebaiknya: 1.
Menggunakan metode ini dan menerapkannya dalam pembelajaran.
2.
Memperbaharui metode yang ada dan diselaraskan dengan tujuan pendidikan Islam.
3.
Mengganti metode yang lama dengan metode quantum teaching sesuai tujuan pendidikan Islam.
70
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maragi, Ahmad Mustofa. 1992. Tafsir Al-Maragi. Semarang: CV Toha Putra Semarang. Amrullah, Fahmi. 2008. Ilmu Al-Qur’an untuk Pemula. Jakarta: CV Artha Rivera. An-Nahlawi, Abdurahman. 1992. Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam. Bandung: CV. Diponegoro. Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 1999. Kemudahan dari Allah ringkasan tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani. Baidan, Nashruddin. 2000. Metodologi Penafsiran Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Daradjat, Zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Agama RI. 2002. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Direktoral Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an dan Tafsirnya disempurnakan). Jakarta: Departemen Agama RI.
(edisi
yang
DePotter, Bobbi. 2014. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di tuang kelas. Bandung: Kaifa. Gojali, Nanang. 2004. Manusia, Pendidikan dan Sains. Jakarta: PT Rineka Cipta. Irfan, Mohammad, Mastuki. 2000. Teologi Pendidikan Tauhid sebagai Paradigma Pendidikan Islam. Jakarta: Friska Agung Insani. Jalal, Abdul Fattah. 1988. Azas-Azas Pendidikan Islam. Bandung: CV. Diponegoro. Jalaluddin. 2003. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Lestari dan Ngatini. 2010. Pendidikan Islam Kontekstual. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nata, Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemaham Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana. Nazir, Moh. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
71
Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana. Suparlan, Suhartono. 2008. Wawasan Pendidikan: Sebuah Pengantar Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Tafsir, Ahmad. 2001. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tim Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2002. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Yunus, Mahmud. 2010. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah.
72