METODE DAN PENDEKATAN TAFSIR MARAH LABIDIN KARYA NAWAWI AL-BANTANY Hisyami bin Yazid Fakultas Ushuluddin IAIN Ar-Raniry Kopelma Darussalam Kota Banda Aceh Email:
[email protected] ABSTRACT Tafsir Marah Labidin Li Kasyfi Ma'na al-Qur'an al-Majid, and named the "alTafseer al-Munir Ma'alim al-Tanzil Li Musfir 'an Ta'wil Mahasin al-Wujuhi” one of the books of tafsir al-Nawawi works Bantany one of the great scholars of origin of Banten which are already known internationally. This book contains tafsir ayatayat Quran 30 juz of the complete product comprising two volumes, written and printed in Arabic on the year 1294 h. This expression depends on the interpretation of concise and easy to understand. The interpretation is also a treasure so precious and important to trace the history of interpretation are examined in order of the Qur'an which originated from this beloved nation. In this paper, the authors try to trace this commentary from the two sides, namely the first and second methods of interpretation, the approach used in the interpretation of al-Nawawi Bantany. The interpretation of this method using tahlily with ra'yu approach. In addition, al-Hadith, Bantany retains the qira'at, Asbab al-Nuzul and and others in interpreting verses from the Quran, but the nuances of his ra'yu still look more dominant in his tafseer. Kata kunci: al-Qur’an, Tafsir, Marah Labidin Pendahuluan AI-Qur'an adalah kitab Allah yang diturunkan dalam bahasa Arab1 kepada Rasulullah SAW., untuk disampaikan kepada umat manusia sebgai hudan li alNas (petunjuk bagi manusia) dan untuk dipedomani dalam menjalankan segala aktifitas kehidupan selama di dunia ini. Agar manusia mendapat petunjuk ke jalan yang diridai Allah, maka manusia harus memahami AI-Qur'an, baik dari segi arti dan tafsirnya.2 Di antara ayat-ayat Al-Qur’an itu ada yang dijelaskan oleh ayatayat yang lainnya,3 dan sebagian yang lain dijelaskan oleh hadis Nabi dan ada juga yang dijelaskan oleh nalar manusia.4 Sahabat Rasulullah apabila tidak mengetahui makna ayat-ayat A1-Qur'an yang diturunkan kepada mereka, mereka langsung bertanya kepada Rasulullah saw., dan kalau Rasulullah tidak bisa menjawab, maka beliau akan menunggu datangnya wahyu yang akan menjelaskan permasalahan tersebut. Karena itulah, maka sebagian dari ayat-ayat al-Qur’an _____________ 1 2 3 4
24
Q.S. Yusuf: 2. Q.S. al-Furqan: 33.
ﻳﺘﺒﲔ ﻟﻜﻢ اﳋﻴﻂ اﻷﺑﻴﺾ ﻣﻦ اﳋﻴﻂ اﻷﺳﻮد ﻣﻦ اﻟﻔﺠﺮ ّ ﺣﱴ Q.S. Yusuf: 44.
Hisyami bin Yazid: Metode dan Pendekatan Tafsir Marah Labib...
memiliki asbab an-Nuzul.5 Marah labidin atau Tafsir al-Munir adalah salah satu kitab tafsir karya Nawawi al-Bantany salah seorang ulama besar asal Banten Indonesia. Tafsir ini merupakan peninggalan yang sangat berharga dan penting untuk dikaji demi menelusuri sejarah penafsiran al-Qur’an yang bermula dari bangsa tercinta ini. Dalam tulisan ini, penulis akan mencoba menelusuri tafsir ini dari dua sisi, yaitu pertama dari metode penafsiran dan kedua, pendekatan tafsir yang digunakan Nawawi al-Bantany. Biografi Syeh Nawawyi al-Bantany 1. Nama lengkap dan silsilahnya Nawawi al-Bantany nama lengkapnya adalah Muhammad Nawawyi ibn 'Umar lbn Arbi A-Bantany6 al-Jawy.7 al-Bantany lahir tahun 1230 H - 1813 M di tanah Serang kampung Tanara Banten,8 dan wafat tahun 1315 H di Makkah dalam usia 85 tahun. Di kalangan keluarganya beliau dikenal dengan nama Abu 'Abdillah al-Mu'ty. Orang tuanya adalah K.H ‘Umar ibn Arbi, adalah seorang kiyai terkemuka di Tanara. Sementara dari garis keturunannya, Syekh Nawawi adalah yang ke-12 dari keturunan Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) Cirebon. Dari silsilah ayahnya, garis keturunan beliau sampai kepada Nabi Muhammad. Sedangkan ibunya adalah Zubaidah- berasal dari garis keturunan Singaraja. Syekh Nawawi adalah anak pertama dari tujuh bersaudara. Ke tujuh bersaudara itu adalah Ahmad, Syihabuddin, Tamim, Sa’id, Abdullah Tsaqillah dan Sariyah.9 2. Pendidikannya Al-Bantany hidup di lingkungan keluarga yang agamais. Sejak berumur lima tahun dia didik oleh orang tuanva sendiri. Dia juga termasuk orang yang cerdas, dan tekun belajar. AI-Bantany dan saudaranya Tamim dan Ahmad berguru kepada K.H. Sahal seorang di antara ulama Banten yang terkenal pada saat itu. Selain itu dia juga belajar kepada Raden H. Yusuf Porwakarta. Ketika dia berumur 13 tahun meninggal orang tuanya, lalu dalam usia yang masih relativ muda itu dia menggantikan orang tuanva memimpin pondok pesantren yang ditinggalkan orang tuanva. Setelah berumur 15 tahun tepatnva pada tahun 1828 al-Bantany menunaikan ibadah haji kemudian belajar di tanah suci Makkah sampai dia menjadi orang terkenal di tanah Arab. Dalam Mu’jam alMufassirin disebutkan, bahwa al-Bantany adalah mufassir, mutashawwif dan fuqaha Syafi’iyah hijrah ke Makkah dan wafat di Makkah 1316 H-1898 M.10 _____________ 5
Asbab an-Nuzul adalah sebab-sebab yang melatarbelakngi turunnya suatu ayat al-Qur’an. Kata al-Bantany adalah nisbah kepada tempat kelahirannya di tanah Banten. 7 Kata al-Jawi yang pernah penulis dengar dari orang-orang Makkah atau orang-orang Arab lainnya bukan hanya orang-orang yang berasal dari pulau Jawa, tapi termasuk juga orangorang yang berasal dari Asia Tenggara seperti Patani dan Malaisia. 8 ‘Adil Nuwaihad, Mu’jam al-Al-Mufassirin min Sadri al-Islam Hatta al-‘Assri al-Hadir, Mu'assasah Nuwaihad al-Tsaqdfiyah wa al-Tarjamah wa al-Nasyr, Cet ke 1, 1983., hat. 55-9. 9 Biorafi lengkapnya lihat: Sirajuddin Abbas, Thaaqat al-Syafi'iyah; Ulama Syafi’i dari Abad ke Abad, Jakarta, Pustaka Tarbiyah; 1975, hal, 144-150. 10 Adi Nuwaihad, Op. Cit, hal. 599. 6
Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 1, Januari 2013
25
3. Karya-karya al-Bantany Nawawi al-Bantany memiliki kecakapan intlektual yang luar biasa, setidaknya dapat dilihat dari berbagai macam karyanya dan semuanya dalam bahasa Arab. Sirajuddin Abbas menuliskan Sembilan buah karangan al-Bantany, yaitu sebagai berikut: 1. Nihayah al-Zin fy Irsyadi al-Mubtadin Syarh al-Mu’in, karangan alMalibary, fikih Syafi’i, dicetak oleh percetakan Dar al-Qalam di Kairo tahun 1966 M. 2. Tanqih al-Qawl al-Hatsits fy Syarh Lubab al-Hadits, Maktabah Mashriyah Cirebon. 3. Syarh al-Jarumiyyah, dikarang tahun 1881 M. 4. Fath al-Majid, dikarang tahun 1881 M. 5. Syarh Barzanji, dikarang tahun 1883 M. 6. Lubab al-Bayan, dikarang tahun 1884 M. 7. Syarh Sullam al-Munajat, dikarang tahun 1884 M. 8. Marah Labidin, kitab Tafsir dua jilid tahun 1294 H. 9. Kasyifah al-Saja Syarh Safinah al-Najah, dikarang tahun 1292 H.11 10. Muraqy al-‘Ubudiyah Syarh Bidayah al-Hidayah li al-Ghazali (dicetak) 11. Qami’ al-Thughyan ‘Ala Manzumah Sya’bi al-Imam (dicetak) 12. Qar al-Ghaits fi Syarhi Masa’ili Abi al-Laits (dicetak) 13. ‘Uqud al-Lujin fy Bayani Huquq al-Zaujain (dicetak) 14. Syarh Fath al-Rahman fy Tajwid al-Qur’an (dicetak).12 Tafsir Marah Labidin 1. Latar Belakang Penulisan Tafsir Tafsir Nawawi al-Bantany nama lengkapnya adalah: al-Tafsir al-Munir Li Ma’alim al-Tanzil al-Musfir ‘an Wujuhi Mahasin al-Ta’wil al-Musamma: Marah labidin Li Kasyfi Ma’na al-Qur’an al-Majid. Adapun latar belakang penlisan tafsir ini, Nawawi al-Bantany menuliskan sebagai berikut:
ﻗﺪ أﻣﺮﱏ ﺑﻌﺾ اﻷﻋﺰة ﻋﻨﺪى أن أﻛﺘﺐ ﺗﻔﺴﲑا ﻟﻠﻘﺮءان ا ﻴﺪ ﻗﱰددت ﰲ ذﻟﻚ زﻣﻨﺎ ﻃﻮﻳﻼ ﺧﻮﻓﺎ ﻣﻦ ﻣﻦ ﻗﺎل ﰲ اﻟﻘﺮءان ﺑﺮأﻳﻪ ﻓﺄﺻﺎب ﻓﻘﺪ أﺧﻄﺄ و ﰲ ﻗﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ:اﻟﺪﺧﻮل ﰲ ﻗﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ
اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢ ﻣﻦ ﻗﺎل ﰲ اﻟﻘﺮءان ﺑﺮأﻳﻪ ﻓﻠﻴﺒﻮأ ﻣﻘﻌﺪﻩ ﻣﻦ اﻟﻨﺎر ﻓﺄﺟﺒﺘﻬﻢ إﱃ ذﻟﻚ ﻟﻺﻗﺘﺪاء ﺑﺎﻟﺴﻠﻒ ﰲ ﺗﺪوﻳﻦ اﻟﻌﻠﻢ اﺑﻘﺎءﻋﻠﻰ اﳋﻠﻖ al-Bantany mengatakan, tafsir ini ditulis atas permintaan orang yang terkemuka lagi mulia di sisinva. Tetapi beliau tidak menyebutkan siapa oranorang terkemuka tersebut, apakah mereka dari kalangan ulama yang sederajat dengannya atau dari kalangan pemerintah yang berkuasa pada saat itu. Boleh jadi tafsir ini ditulis, bukan atas permintaan orang lain, tetapi karena keinginan alBantany sendiri untuk menulis sebuah tafsir dengan mengikuti para ulama salaf. _____________ 11
Sirajuddin Abbas, Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafi’i (Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 2003), 251. 12 Muhammad 'Aly lyazy, al-Mufassirin Hayatuhum wa Manhajuhlum, Muassasah alTiba'ah wa. al- Nasyri Wizararh al-Tsaqafah al-Irsyad al-Islamy, hal, 640.
26
Hisyami bin Yazid: Metode dan Pendekatan Tafsir Marah Labib...
Jelasnya, dalam pengantar tafsir tersebut Nawawi al-Bantany menuliskan latar belakang seperti tersebut di atas. Selain itu dia menuliskan tujuannya mengarang tafsir tersebut untuk mewariskan ilmunya kepada generasi sesudahnya sebagaimana yang dilakukan para ulama salaf. 2. Tinjauan Tafsir Marah Labidin Marah Labidin adalah sebuah tafsir Al-Qur'an 30 juz yang terdiri dari dua jilid berbahasa Arab, tafsir ini ringkas dan mudah dipahami, dan ditulis pada tahun 1294 H, sesuai dengan isyarat hisab jumal kabir dari nama tafsirnya yang disebutkan dalam muqaddimah kitabnya yaitu: 57 : ﳎﻴﺪ،1351 ﻗﺮءان،161 ﻣﻌﲎ، 430 : ﻟﻜﺸﻒ,46: ﻟﺒﻴﺪ،249 : "ﻣﺮاح ﻟﺒﻴﺪ ﻟﻜﺸﻒ ﻣﻌﲎ ﻗﺮءان ﳎﻴﺪ" ﻣﺮاح Jumlahnya 1294. Adapun langkah-langkah hisab jummal tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui nilai huruf-huruf abjad: أﲜﺪ ﻫﻮز ﺣﻄﻰ ﻛﻠﻤﻦ ﺳﻌﻔﺺ ﻗﺮﺷﺖ ﺛﺨﺬ ﺿﻄﻎ = م،20 = ل،10 = ك،9 = ط،8 = ح،7 = ز،6 = و،5 = ﻫـ،3 = د،3 = ج، 2 = ب،1= أ
= ت،300 = ش،200 = ر،100 = ق،90 = ص،80 = ف،70 = ع،60 = س،40 = ن،30
.1000 = غ،800 = ظ،700 := ض،600 = خ،500 = ث،400 2. Hitung jumlah huruf tafsir satu demi satu sesuai dengan nilai huruf abjad yang telah disebutkan kemudian tambahkan semua, maka jumlahnya adalah 1294. Inilah tahun dimulai penulisan tafsir Marah Labidin yang diisyaratkan dalam muqaddimah tafsir tersebut. Jika disebutkan tanggal penulisannya, maka langkah-langkah untuk mencari nama harinya dapat dilakukan dengan cara berikut: a. Mengetahui huruf tahun yang di depan yaitu: ب( و د ا ه ج ز د ب ) َوَداﻩُ ُﺟﱡﺰُد ﱢ b. Mengetahui huruf, bulan dan belasan, yaitu: (اج ٍ )زﺑَ ٌﺞ َﻫ َﻮ ﺑَ ْﺪﻩُ َز َ
، ا = ﲨﺎد اﻷﺧﺮ، و= ﲨﺎد اﻷول، ﻫـ = رﺑﻴﻊ اﻷﺣﺮ، ج = رﺑﻴﻊ اﻷول، ب = ﺻﻔﺮ،ز= ﳏﺮم ج = ذو اﳊﺠﺔ، ا = ذو اﻟﻘﻌﺪة، ز= ﺷﻮال، ه = رﻣﻀﺎن، د= ﺷﻌﺒﺎن،ب = رﺟﺐ
3. Tahun hijrah rah yang dikehendaki dibagi dengan angka 8 sisanya tinggal 8 atau kurang dari 8. Setelah itu dilihat, kalau tinggal 1 namanya tahun waw=6, tanggal 2 tahun dal= 4, tanggal 3 tahun alif =1, tanggal 4 tahun ha=5, tanggal 5 tahun Jim =3, tanggal 6 tahun zai=7, tanggal 7 tahun dal= 4 dan kalau tinggal 8 berarti tahun ba=2. Sisa tahun hijrah dibagi 8 tersebut dinamakan huruf tahun. Untuk mencari awal bulan, huruf tahun tambah dengan huruf bulan van,-, kita kehendaki. Contohnya tahun 1425 H. dibagi 8 sisanya = 1. Sisa angka satu ini dinamakan huruf tahun yaitu tahun waw, karena awal huruf tahun itu huruf waw, dan huruf waw itu nilainya = 6. Untuk mencari aw-al setiap bulan, huruf tahun tersebut ditambah dengan huruf bulan yang dikehendaki, umpamanya mencari awal Ramadhan 1425 H. huruf tahunnya adalah huruf waw, sedangkan huruf bulan adalah ha, maka huruf waw +huruf ha = waw 6+ha 5= 11. Untuk menentukan awal hari hitung angka sebelas itu dimulai hari Selasa, maka hasilnya tanggal satu Ramadan tahun 1425 H = hari Jum’at. Demikianlah cara mencari awal setiap bulan. Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 1, Januari 2013
27
Selanjutnya al-Bantany mengatakan bahwa dia adalah tajdid pada masanya. Artinya dia mengulang kembali ajaran agama yang benar sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah. Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda:
ﻛﻞ ﻣﺎﺋﺔ ﺳﻨﺔ ﻣﻦ ُ ﻓﻴﻤﺎ،ﻋﻦ أﰊ ﻫﺮﻳﺮة ّ " إ ّن اﷲ ﻳﺒﻌﺚ ﳍﺬﻩ اﻷﻣﺔ ﻋﻠﻰ رأْس:أﻋﻠﻢ ﻋﻦ رﺳﻮل اﷲ ﻗﺎل 13 .(ﳚﺪد ﳍﺎ دﻳﻨﻬﺎ )رواه أﺑﻮ داود
Artinya: Dari Abu Hurairah, yang saya ketahui dari Rasulullah dia Bersabda: Sesungguhnya Allah akan membangkitkan untuk umat ini (Islam) di awal tiap-tiap seratus tahun orang yang memperbaharui agamanya. (H.R. Abu Daud). Dari pernyataan al-Bantany tersebut dapat dipahami bahwa dia termasuk seorang mujaddid pada masanya karena dia termasuk di antara ulama yang hidup di awal abad ke 12 H, dan masih hidup di awal abad ke 13 H, dengan mengarang sebuah tafsir seperti yang telah dilakukan oleh para ulama salaf sebelumnya. Tafsir Marah Labidin tersebut ditulis selama sebelas tahun dan selesai pada tahun 1305 H. Hal itu disebutkan di akhir juz ke dua halaman 47514 sebagai berikut:
وﻗﺪ اﻧﺘﻬﻰ ﻣﺎ َﻣ ﱠﻦ اﷲ ﺑﻪ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﻣﻦ اﳌﻌﺎﱏ اﳌﻴﺴﺮة واﻷﻟﻔﺎظ اﳌﺴﻬﻠﺔ ﰲ ﺧﺎﻣﺲ رﺑﻴﻊ اﻷﺧﺮ ﻟﻴﻠﺔ اﻷرﺑﻌﺎء اﻟﻒ وﺛﻼث ﻣﺎﺋﺔ وﲬﺴﺔ ﻋﻠﻰ ﻳﺪ اﻟﻔﻘﲑ إﱃ اﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﳏﻤﺪ ﻧﻮاوى ﻏﻔﺮﻩ اﷲ ﻟﻪ وﻟﻮاﻟﺪﻳﻪ1305 ﻋﺎم وﳌﺸﺎﳜﻪ وﻹﺧﻮاﻧﻪ اﳌﺴﻠﻤﲔ وﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﳏﻤﺪ وﻋﻠﻰ آﻟﻪ وﺻﺤﺒﻪ أﲨﻌﲔ واﳊﻤﺪ ﷲ رب 15
اﻟﻌﺎﳌﲔ
3.Teknis Penulisan Penulisan tafsir ini sama seperti tafsir lainnya, diawali dengan muqaddimah yang singkat yang di dalamnya mencakup basmalah, hamdalah, tasbih dan salawat. Setelah itu menyebutkan sebab penulisan, tafsir, sumber dan penamaan tafsirnya. Tafsir ini terdiri sari dua jilid. jilid pertama penafsirannya dimulai dari surat al-Fatihah secara berurutan sampai surat al-Kahfi. Sedangkan jilid kedua diawali dari surat al-Kahfi sampai surat al-Nas. Selanjutnya al-Bantany mencantumkan nama surat yang akan ditafsirkannya, seperti surat al-Fatihah, lalu diiringi dengan menyebutkan surat Makkiyah atau Madaniyah, jumlah ayat yang terkandung dalam surat yang akan ditafsirkannya dan jumlah huruf dalam surat itu. Namun, setelah penulis menghitung sendiri jumlah huruf yang dikemukakan dalam Marah Labidin jarang yang tepat jumlah hurufnya. Karena itu, penulis mencoba menghitung setidaknya 13 surat-surat pendek di juz 30, ternyata hasilnya adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
اﻟﺘـﻜﺎﺛﺮ اﻟﮭﻤـﺰة ﻗﺮﯾـﺶ اﻟﻜﻮﺛـﺮ
: Disebutkan hurufnya 120 padahal yang betul 123 : Disebutkan hurufnya 161 padahal yang betul 135 : Disebutkan hurufnya 73 padahal yang betul 78 : Disebutkan hurufnya 42 padahal yang betul 123
_____________ 13
CD, alArisy li al-Kumbiuter, juz 4, 109. Nawawy al-Bantany al-Jawi, Marah labidin Li Kasyfi Ma’na al-Qur’an al-Majid, (Mesir: Dar Ihya’ al-Kutub Arabiyah, 1376 H), 475. 15 Ibid. 14
28
Hisyami bin Yazid: Metode dan Pendekatan Tafsir Marah Labib...
5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12 13
اﻟﻨـﺼﺮ اﻟﻌﺼﺮ اﻟﻔـﯿﻞ اﻟﻤﺎﻋـﻮن اﻟﻜﺎﻓﺮون اﻟﻤﺴﺪ اﻹﺧﻼص اﻟﻔﻠـﻖ اﻟـﻨﺎس
: Disebutkan hurufnya 79 padahal yang betul 80 : Disebutkan hurufnya 68 padahal yang betul 74 : Disebutkan hurufnya 96 padahal yang betul 101 : Disebutkan hurufnya 123 padahal yang betul 118 : Disebutkan hurufnya 74 padahal yang betul 98 : Disebutkan hurufnya 77 padahal yang betul 80 : Disebutkan hurufnya 47 padahal yang betul 47 : Disebutkan hurufnya 74 padahal yang betul 73 : Disebutkan hurufnya 99 padahal yang betul 81
Setelah penulis menghitung sendiri ke 13 surat tersebut dengan berpedoman pada Mashaf rasam Utsmany cetakan Arab Saudi, ternyata dari 13 surat di atas itu hanya surat al-Ikhlash saja yang tepat jumlah hitungan hurufnya. Jika dihitung seluruh surat dalam al-Qur'an bisa jadi akan terjadi perbedaan jumlah yang sangat jauh jika didasarkan pada ke 13 surat di atas. Kekurang tepatan jumlah hitungan huruf itu boleh jadi karena al-Bantany mengutip dari tafsir yang lain dengan tidak menghitung sendiri jumlah huruf yang disebutkan. Dengan demikian jumlah huruf yang, disebutkan di semua surat perlu dicek kembali jumlahnya dengan cara menghitung langsung jumlah huruf setiap surat dalam Al-Qur'an. Dalam tafsir “Futuhat al-Ilahiyah” yang dijadikan al-Bantany sebagai rujukan tidak mencantumkan jumlah huruf setiap surat, tetapi mencantumkan jumlah huruf hijaiyah satu persatu sebagaimana dituliskannya sebagai berikut:
) ﻓﺎﺋﺪة( ﰱ ﺗﻔﺼﻴﻞ ﺣﺮوف اﻟﻘﺮءان ذﻛﺮﻫﺎ اﻹﻣﺎم اﻟﻨﺴﻔﻰ ﰱ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﳎﻤﻮع اﻟﻌﻠﻮم وﻣﻄﻠﻊ اﻟﻨﺠﻮم )اﻷﻟﻒ( ﲦﺎﻧﻴﺔ وأرﺑﻌﻮن أﻟﻔﺎ وﺳﺒﻌﻤﺎﺋﺔ وأرﺑﻌﻮن )اﻟﺒﺎء( أﺣﺪ ﻋﺸﺮ أﻟﻔﺎ وأرﺑﻌﻤﺎﺋﺔ وﻋﺸﺮون )اﻟﺘﺎء( أﻟﻒ 16 ... (وأرﺑﻌﻤﺎﺋﺔ )اﻟﺜﺎء( ﻋﺸﺮة آﻻف وأرﺑﻌﻤﺎﺋﺔ وﲦﺎﻧﻮن )اﳉﻴﻢ Demikian juga Fakhr al-Razy yang dijadikan al-Bantany sebagai rujukan tidak menghitung jumlah huruf seperti yang dikemukakan oleh al-Bantany. alRazy sebelum menafsirkan ayat terlebih dahulu mencantumkan sejumlah ayat yang akan ditafsirkan, lalu menafsirkan ayat tersebut secara berurutan. Di sebagian surat yang akan ditafsirkannya, al-Bantany menyebutkan namanama surat yang akan ditafsirkannya seperti:
"ﺳﻮرة اﻟﻜﺎﻓﺮون وﺗﺴﻤﻰ أﻳﻀﺎ ﺳﻮرة اﳌﻨﺎﺑﺬة أو اﳌﻌﺎﺑﺪة وﺳﻮرة اﻹﺧﻼص أى إﺧﻼص اﻟﻌﺒﺎدة وﺳﻮرة 17
"ﺣﺮﻓﺎ
ﺳﺖ آﻳﺎت وﺳﺘﺔ وﻋﺸﺮون ﻛﻠﻤﺔ وأرﺑﻌﺔ وﺳﺒﻌﻮن ّ اﳌﻘﺸﻘﺸﺔ أى اﳌﱪﺋﺔ ﻣﻦ اﻟﻨﻔﻖ وﻫﻰ
Setelah selesai menafsirkan Surat al-Fatihah lalu dilanjutkan dengan menafsirkan surat al-Baqarah yang diawali dengan menyebutkan nama surat, misalnya dia mengatakan akan mulai menafsirkan surat al-Fatihah. Selanjutnya, ketika al-Bantany menafsirkan sebagian awal surat lain seperti al-Baqarah, dia menggabungkan basmalah dengan ayat yang Sesudahnya yaitu, alif, lam, mim ( ) ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﲪﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ اﻟـﻢ. Biasanya antara satu ayat dengan ayat lainnya dipisahkan. Begitu juga ketika al-Bantany menafsirkan surat Thaha, basmalah langsung disambung dengan dua ayat sesudahnya seperti: ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﲪﻦ _____________ 16
Sulaiman 'Umar al-'Ujaily al-Syafi'y al-Syahir bi al-Jummal, al-Futuhat al-Ilahiyah bi Taudhihi Tafsir al-Jalalain li al-Aaqa’iq al-Khafiyati, Juz 1 (Mesir: Isa Halaby, 1376 H), 4. 17 , N awawy al-Bantany, Marah Labidin, Juz 2, 468. Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 1, Januari 2013
29
اﻟﺮﺣﻴﻢ ﻃـﻪ ﻣﺎ أﻧـﺰﻟﻨﺎ ﻋﻠﻴﻚ ﻟﺘﺸﻘﻰ
Di awal surat al-Nur, juga al-Bantany menggabungkan basmalah dengan yang sesudahnya ()ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﲪﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ ﺳﻮرة أﻧﺰﻟﻨﺎﻩ. Sedangkan di kebanyakan suratsurat yang lainnya, al-Bantany tidak menggabungkan basmalah dengan ayat sesudahnya. Penggabungan basmalah dengan ayat tersebut kelihatannya al-Bantany mengikuti pendapat yang mengatakan bahwa basmalah itu adalah bagian dari ayat sesudahnya kecuali basmalah dalam surat al-Naml:30. Dia bukan ayat yang berdiri sendiri seperti basmalah dalam surat al-Fatihah melainkan bagian dari ayat itu sendiri.18 Penggabungan basmalah dengan ayat sesudahnya tersebut, boleh jadi sebagai isyarat penolakan al-Bantany terhadap pendapat yang mengatakan bahwa basmalah di awal setiap surat tidak termasuk ayat Al-Qur'an. Imam al-Syafi’i berpendapat, bahwa semua basmalah di awal semua surat adalah ayat Al-Qur'an. Pendapat tersebut mungkin karena beliau berguru kepada salah seorang imam qiraat tujuh di Makkah yaitu Ibnu Katsir. Al-Dabba’ dalam kitabnya “ Ghaith al-Naf’i” mengatakan, menurut qiraat Ibnu Katsir semua basmalah dalam Al-Qur'an adalah ayat Al-Qur'an dengan riwayat mutawatir. Dari penjelasan di atas kelihatannya dalam hal ini al-Bantany mengikuti pendapat Imam al-Syafi’y, dan karena beliau termasuk pengikut mazhab alSyafi’i. Metode Tafsir Dalam menafsirkan ayat, terlebih dahulu al-Bantany menyebutkan isi kandungannya, setelah itu barulah dia menafsirkan ayat atau surat tersebut sampai selesai. Akan tetapi, biasanya al-Bantany menafsirkan potongan-potongan ayat. Artinya dia biasanya tidak mencantumkan ayat yang akan ditafsirkannya secara lengkap kecuali ayat yang pendek-pendek saja. Selanjutnya, dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, kelihatannya al-Bantany lebih cenderung kepada metode tahlily.19 Hal ini terlihat jelas dari awal hingga akhir tafsirnya. Sebagai contoh, ketika dia menafsirkan Q.S. a-Nisa’: 23:
)وﺣﻼﺋﻞ أﺑﻨﺎﺋﻜﻢ ﻣﻦ أﺻﻼﺑﻜﻢ( أى وﻧﺴﺎء أﺑﻨﺎﺋﻜﻢ اﻟﺬﻳﻦ ﻣﻦ أوﻻد ﻓﺮاﺷﻜﻢ دون ﻧﺴﺎء اﻷوﻻد وﻗﺎل أﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﳚﻮز، ﻗﺎل اﻟﺸﺎﻓﻌﻰ ﻻ ﳚﻮز ﻟﻸب ان ﻳﺘﺰوج ﲜﺎرﻳﺔ اﺑﻨﻪ ﻷ ﻤﺎ ﺣﻠﻴﻠﺘﻪ،اﻷدﻋﻴﺎء واﺗﻔﻘﻮا ﻋﻠﻰ أن ﺣﺮﻣﺔ اﻟﺘﺰوج ﲝﻠﻴﻠﺔ اﻹﺑﻦ ﲢﺼﻞ ﺑﻨﻔﺲ اﻟﻌﻘﺪ ﻛﻤﺎ ان ﺣﺮﻣﺔ اﻟﺘﺰوج ﲝﻠﻴﻠﺔ اﻷب 20 .ﲢﺼﻞ ﺑﺬﻟﻚ Dari penafsiran ayat di atas, terlihat bahwa al-Bantany lebih menonjolkan ra’yu dari pada ayat dan hadits dalam penafsirannya. Meskipun metode tafsir yang dia gunakan adalah metode tahlily, namun dia juga menafsirkan ayat dengan hadits, menafsirkan ayat dengan qira’at dan _____________ 18 19
ِ ﺳﻠﻴﻤﺎن و إ ّن ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﲪﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ إﻧّﻪ ﻣﻦ
Metode tahlily adalah dimana seorang mufassir menafsirkan ayat al-Qur’an dari berbagai aspek mulai dari menjelaskan makna mufradatnya, kemudian menjelaskan( jumlah) kalimatnya, lalu menjelaskan tertib ayat, menjelaskan i’rabnya dan lain-lain. Lihat; Masmu’ Ahmad Abu Thalib, al-Manhaj al-Maudhu’i fy al-Tafsir, Dar al-Thiba’ah al-Muhammadiyah, Cairo, 1407 H, hal. 11. 20 Nawawy al-Bantany, Op Cit, juz 1, hal. 146. 30
Hisyami bin Yazid: Metode dan Pendekatan Tafsir Marah Labib...
menafsirkan ayat dengan asbab al-Nuzul. Untuk lebih jelasnya penulis kutipkan beberapa contoh penafsiran yang dilakukan al-Bantany dalam menafsirkan ayatayat al-Qur’an adalah sebagai berikut: 1. Menjelaskan Ayat dengan Hadis Al-Bantany ketika menafsirkan Q.S. Surat al-Baqarah: 230, dia menafsirkannya dengan hadits riwayat Said bin Jubair. Hal ini dapat dilihat dari contoh penafsiran berikut ini:
ِ ِ ِ ُﻓَِﺈ ْن ﻃَﻠﱠ َﻘ َﻬﺎ ﻓَ َﻼ َﲢ ﱡﻞ ﻟَﻪُ ﻣ ْﻦ ﺑَـ ْﻌ ُﺪ َﺣ ﱠﱴ ﺗَـْﻨﻜ َﺢ َزْو ًﺟﺎ َﻏْﻴـَﺮﻩ
230. Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain.
...)ﻓﺈن ﻃﻠﻘﻬﺎ( ﺑﻌﺪ اﻟﻄﻠﻘﺘﲔ )ﻓﻼ ﲢﻞ ﻟﻪ ﻣﻦ ﺑﻌﺪ( ﻣﻦ ﺑﻌﺪ اﻟﻄﻠﻴﻘﺔ اﻟﺜﺎﻟﺜﺔ ) ﺣﱴ ﺗﻨﻜﺢ زوﺟﺎ ﻏﲑﻩ ﻓﺘﺒﺴﻢ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎل أﺗﺮﻳﺪﻳﻦ أن ﺗﺮﺟﻌﻰ إﱃ رﻓﺎﻋﺔ ﻻ ﺗﺬوﻗﻰ ﻋﺴﻴﻠﺘﻪ وﻳﺬوق 21 .(ﻋﺴﻴﻠﺘﻚ 2. Menafsirkan Ayat dengan Qira’at. AI-Bantany menafsirkan ayat dengan qira’at jika terdapat qira’at lain dalam ayat yang ditafsirkannya seperti terlihat ketika dia menafsirkan kata ﻣﺎﻟﻚdalam surat al-Fatihah ayat 4:
)ﻣﺎﻟﻚ ﻳﻮم اﻟﺪﻳﻦ( ﺑﺎﺛﺒﺎت أﻟﻒ ﻋﻨﺪ ﻋﺎﺻﻢ واﻟﻜﺴﺎﺋﻰ وﻳﻌﻘﻮب أى ﻣﺘﺼﺮف ﰲ اﻷﻣﺮ ﻛﻠﻪ ﻳﻮم وﻋﻨﺪ اﻟﺒﺎﻗﲔ ﲝﺬف اﻷﻟﻒ. ﻳﻮم ﻻ ﲤﻠﻚ ﻧﻔﺲ ﻟﻨﻔﺲ ﺷﻴﺎواﻷﻣﺮ ﻳﻮﻣﺌﺬ ﷲ:اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻛﻤﺎ ﻗﺎل ﺗﻌﻠﻰ .واﳌﻌﲎ أى اﳌﺘﺼﺮف ﺑﺎﻷﻣﺮ واﻟﻨﻬﻰ
Jika diperhatikan tulisan ayat yang dikutip al Bantany di atas, terlihat bahwa beliau dalam penulisan ayat tidak berpedoman kepada rasm Utsmani meskipun dia menyebutkan bacaan imam-imam qira’at lain dalam menafsirkan ayat, misalnya penulisan alif dalam menuliskan kata ﻣﺎﻟﻚ. Jika ditulis kata ( )ﻣﺎﻟﻚseperti ini, maknanya tidak ada bacaan lain selain qira’at yang membaca ()ﻣﺎﻟﻚ. Sebab, jika ditulis dengan tidak mencantumkan alif seperti yang tertulis dalam al-Qur’an ()ﻣـﻠﻚ, maka kata ( )ﻣـﻠﻚyang ditulis dalam rasam Utsmani seperti ini dia menampung berbagai qira’at yang ada. Barang kali al-Bantany lupa dengan maksud ﺑﺈﺛﺒﺎت اﻷﻟﻒpada bacaan bukan pada tulisan, sebab dalam ilmu rasam alQur’an dijelaskan bahwa tulisan ( )ﻣـﻠﻚtidak mencantumkan alif anta mim dan lam. Inilah yang dinamakan oleh Zitar dalam Lathaif al-Bayan dengan hadzf isyarah,22 yaitu mengisyaratkan bahwa dalam tulisan itu menampung qira’at lain. Demikian juga ketika menafsirkan kalimat ﻷﻫﺐ ﻟﻚ ﻏﻼﻣﺎ زﻛﻴﺎdalam surat Maryam:4, al-Bantany mencantumkan qira’at selain Hafs sebagai berikut:
) ﻷﻫﺐ ﻟﻚ ﻏﻼﻣﺎ زﻛﻴﺎ ( أى ﻷﻛﻮن ﺳﺒﺒﺎ ﰲ ﻫﺒﺔ وﻟﺪ ﻃﺎﻫﺮ ﻣﻦ اﻟﺬﻧﻮب ﺑﺎﻟﻔﺦ ﰲ اﻟﺪرع ﻗﺮأ ﻧﺎﻓﻊ
و أﺑﻮ ﻋﻤﺮو ﻟﻴﻬﺐ ﺑﻴﺎء ﻣﻔﺘﻮﺣﺔ ﺑﻌﺪ اﻟﻼم أى ﻟﻴﻬﺐ اﻟﺮب ﻟﻚ وﻟﺪا ذﻛﺮا ﻣﺮﺗﻘﻴﺎ ﻣﻦ ﺳﻦ إﱃ ﺳﻦ 23 .ﻋﻠﻰ اﳋﲑ 3. Menjelaskan Ayat dengan Asbab al-Nuzul _____________ 21
Ibid, hal. 163. Ahmad Muhammad Abu Zithar, Lathaif al-Bayan fy Rasm al-Qur’an Syarh Mawrid al-Zam’an, Cet ke 11, (Muhammad 'AIy Sabiyh wa Awladih, t.t.) hal 14. 23 Nawawy al-Bantany, Tafsir..., juz 2, hal. 4. 22
Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 1, Januari 2013
31
Di samping menafsirkan ayat al-Quran dengan hadits dan qira’at, AIBantany juga menafsirkannya dengan asbab al-Nuzul jika dalam ayat yang ditafsirkannya itu terdapat asbab al-Nuzul. Sebagai contoh ketika dia menafsirkan surat al-Ikhlas ayat 1 ()ﻗﻞ ھﻮ ﷲ اﺣﺪ. Ayat ini memiliki latar belakang historis sewaktu diturunkan, maka al-Bantany menafsirkannya berikut:
)ﻗﻞ ﻫﻮ اﷲ اﺣﺪ( إن ﻫﺬﻩ اﻟﺴﻮرة ﻧـﺰﻟﺖ ﺑﺴﺒﺐ ﺳﺆال اﳌﺸﺮﻛﲔ ﻗﺎل اﻟﻀﺤﺎك إن اﳌﺸﺮﻛﲔ ارﺳﻠﻮا ﻋﺎﻣﺮ ﺑﻦ اﻟﻄﻔﻴﻞ إﱃ اﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ وﻗﺎﻟﻮا ﺳﺒﺒﺖ آﳍﺘﻨﺎ وﺧﺎﻟﻔﺖ دﻳﻦ آﺑﺎﺋﻚ ﻓﺈن ﻛﻨﺖ ﻓﻘﲑا أﻏﻨﻴﻨﺎك وإن ﻛﻨﺖ ﳎﻨﻮﻧﺎ داوﻳﻨﺎك وإن ﻫﻮﻳﺖ اﻣﺮأة زوﺟﻨﺎﻛﻬﺎ ﻓﻘﺎل ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻟﺴﺖ 24
...اﷲ
ﺑﻔﻘﲑ وﻻ ﳎﻨﻮن وﻻ ﻫﻮﻳﺖ اﻣﺮأة أﻧﺎ رﺳﻮل اﷲ ادﻋﻮﻛﻢ ﻣﻦ ﻋﺒﺎدة اﻷﺻﻨﺎم إﱃ ﻋﺒﺎدة
Dari kutipan di atas terlihat bahwa, asbabun nuzul ayat ini adalah karena pertanyaan orang-orang musyrik. Al-Dhahak mengisahkan bahwa kaum musyrikin mengutus ‘Amir bin Thufail kepada Nabi saw., mereka berkata disebabkan tuhan kami berbeda dengan agama nenek moyangmu, maka jika engkau fakir, kami akan membuatmu kaya, dan jika kamu gila kami akan mengobatimu, dan jika engkau menginginkan wanita kami akan menikahkanmu, lalu Rasulullah saw., bersabda: saya tidak fakir, tidak juga gila, dan tidak juga menginginkan wanita, tetapi saya adalah Rasul Allah, saya mengajak kamu dari menyembah patung kepada menyembah Allah. Pendekatan Penafsiran Setelah penulis memperhatikan tafsir Mara-h Labidin secara keseluruhan baik juz pertama maupun juz kedua terlihat bahwa pendekatan yang digunakan al-Bantany adalah pendekatan ra’yu atau ma’qul.25 Kecenderungan ini terlihat jelas dari judul tafsir itu sendiri: .()اﻟﺘﻔﺴﲑ اﳌﻨﲑ ﳌﻌﺎﱂ اﻟﺘﻨـﺰﻳﻞ اﳌﺴﻔﺮ ﻋﻦ وﺟﻮﻩ ﳏﺎﺳﻦ اﻟﺘﺄوﻳﻞ berikut disajikan beberapa contoh penafsiran dengan menggunakan pendekatan ra’yu, misalnya ketika menafsirkan Q.S. An-Nisa’: 23:
)وأﺧﻮاﺗﻜﻢ ﻣﻦ اﻟﺮﺿﺎﻋﺔ( وﻫﻰ ﻣﻦ أرﺿﻌﺘﻬﺎ أﻣﻚ أو اؤﺗﻀﻌﺖ ﺑﻠﱭ أﺑﻴﻚ أو وﻟﺪ ﺎ ﻣﺮﺿﻌﺘﻚ أو 26 .وﻟﺪﻫﺎ اﻟﻔﺤﻞ
Dalam menafsirkan ayat ini, al-Bantany menggunakan kata aw sebanyak tiga kali. Cara penafsiran seperti ini adalah menggunakan pendekatan ra’yu. Contoh lain misalnya, ketika dia menafsirkan Q.S. Ar-Rum: 1 sebagai berikut:
)اﻟـﻢ ﻏﻠﺒﺖ اﻟﺮوم ﰲ أدﱏ اﻷرض( أى ﰲ أﻗﺮب أرض اﻟﻌﺮب ﻣﻨﻬﻢ وﻫﻰ أراف اﻟﺸﺎم ﻓﺎﻟﺮوم اﺳﻢ ﻗﺒﻴﻠﺔ وﲰﻴﺖ ﺑﺎﺳﻢ ﺟﺪﻫﺎ وﻫﻮ روم ﺑﻦ ﻋﻴﺼﻮ ﺑﻦ اﺳﺤﺎق ﺑﻦ اﺑﺮاﻫﻴﻢ وﲰﻲ ﻋﻴﺼﻮ ﻷﻧﻪ ﻛﺎن ﻣﻊ ﻳﻌﻘﻮب ﰱ ﺑﻄﻦ ﻓﻌﻨﺪ ﺧﺮوﺟﻬﺎ ﺗﺰاﲪﺎ وأراد ﻛﻞ أن ﳜﺮج ﻗﺒﻞ أﺧﻴﻪ ﻓﻘﺎل ﻋﻴﺼﻮ ﻟﻴﻌﻘﻮب إن ﱂ أﺧﺮج _____________ 24
Ibid., 472. Dalam kontek pemahaman terhadap Al-Qur’an, kata “ra’yu” dimaknakan dengan akal, nalar atau pikiran. Dengan demikian secara lughawi tafsir bi al-Ra’yi berarti: melihat dan menjelaskan sesuatu dengan menggunakan akal atau pikiran atau penalaran yang sehat. Ma’qul (ra’yi) ialah penjelasan-penjelasan yang bersendikan kepada ijtihad dan akal, berpegang pada qaedah-qaedah bahasa dan adat istiadat orang Arab dalam menggunakan bahasanya. Hasbi AshShiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), 212. 26 Nawawy al-Bantany, Tafsir..., juz 1, hal. 146. 25
32
Hisyami bin Yazid: Metode dan Pendekatan Tafsir Marah Labib...
27
.اﳉﺒﺎرﻳﻦ
ﻗﺒﻠﻚ ﺧﺮﺟﺖ ﻣﻦ ﺟﻨﺐ أﻣﻰ ﻓﻴﺄﺣﺮ ﻳﻌﻘﻮب ﺷﻔﻘﺔ ﳍﺎ ﻓﻠﺬا ﻛﺎن أﺑﺎ اﻷﻧﺒﻴﺎء وﻋﻴﺼﻮ أﺑﺎ
Dalam menafsirkan ayat ini al-Bantany mengemukakan dalam tafsirnya bahwa anak dari Nabi Ishaq yaitu Ya'qub kembar dengan 'Aisu dan 'Aisu lebih tua dari Ya'qub. 'Aisu dan Ya'qub berebut keluar dahulu dari perut ibunya sewaktu akan dilahirkan. 'Aisu mengancam, kalau Ya'qub keluar lebih dahulu maka 'Aisu akan keluar dari tempat lain bukan dari Jalan biasa. Pada akhirnva Ya'qub mengalah karena kasihan dengan ibunya kalau akan menyakiti ibunya melahirkan 'Aisu bukan dari jalurnya. Dari penafsiran al-Bantany di atas, jelas terlihat bahwa dia menggunakan pendekatan ra’yu. Contoh lain misalnya ketika al-Bantany menafsirkan Q.S. al‘A’raf: 46 sebagai berikut:
)وﻋﻠﻰ اﻷﻋﺮاف( أى أﻋﺎﱃ ذﻟﻚ اﻟﺴﻮر اﳌﻀﺮوب ﺑﲔ اﳉﻨﺔ واﻟﻨﺎر )رﺟﺎل( ﻗﻴﻞ ﻫﻢ ﻗﻮم اﺳﺘﻮت ﺣﺴﻨﺎ ﻢ وﺳﻴﺌﺎ ﻢ وﻗﻴﻞ ﻫﻢ ﻗﻮم ﻗﺘﻠﻮا ﰲ ﺳﺒﻴﻞ اﷲ وﻫﻢ ﻋﺼﺎة ﻵﺑﺎﺋﻬﻢ وﻗﻴﻞ ﻫﻢ ﻗﻮم ﻛﺎن ﻓﻴﻬﻢ ﻋﺠﺐ وﻗﻴﻞ ﻫﻢ ﻗﻮم ﻛﺎن ﻋﻠﻴﻬﻢ دﻳﻦ وﻫﺬﻩ اﻷﻗﻮال ﺗﺪل ﻋﻠﻰ أن أﺻﺤﺎب اﻷﻋﺮاق أﻗﻮام ﻳﻜﻮﻧﻮن ﰲ اﻟﺪرﺟﺔ اﻟﻨﺎزﻟﺔ ﻣﻦ أﻫﻞ اﻟﺜﻮاب وﻗﻴﻞ إ ﻢ اﻷﺷﺮاف ﻣﻦ أﻫﻞ اﻟﺜﻮاب وﻗﻴﻞ إ ﻢ اﻷﻧﺒﻴﺎء وإﳕﺎ أﺟﻠﺴﻬﻢ اﷲ ﻋﻠﻰ ذﻟﻚ اﳌﻜﺎن اﻟﻌﺎﱃ ﲤﻴﻴﺰا ﳍﻢ ﻋﻠﻰ ﺳﺎﺋﺮ أﻫﻞ اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ وﻗﻴﻞ إ ﻢ اﻟﺸﻬﺪاء وﻫﻢ ﺷﻬﺪاء اﷲ ﻋﻠﻰ أﻫﻞ اﻹﳝﻦ واﻟﻄﺎﻋﺔ وﻋﻠﻰ أﻫﻞ اﻟﻜﻔﺮ واﳌﻌﺼﻴﺔ ﻓﻬﻢ ﻳﻌﺮﻓﻮن أب أﻫﻞ ﻟﺜﻮاب وﺻﻠﻮا إﱃ أﻋﻠﻰ 28
.اﻟﺪرﻛﺎت
اﻟﺪرﺟﺎت وأﻫﻞ اﻟﻌﻘﺎب وﺻﻠﻮا إﱃ
Dalam penafsiran ayat di atas terlihat ra'yu yang dikemukakan oleh alBantany adalah dengan menggunakan kata qila sebanyak enam kali. Menggunakan kata-kata qila tanpa sumber yang jelas menunjukkan bahwa al-Bantany menafsirkan ayat tersebut berdasarkan apa yang diingat atau yang terlintas dalam alam pikirannya. Dengan demikian jelas bahwa sekalipun al-Bantany dalam menafsirkan ayat tetap menggunakan hadits, qira’at, dan asbab an-Nuzul dan lain-lain, namun nuansa ra’yu tetap terlihat lebih dominan dalam tafsirnya. Kesimpulan Setelah mengkaji tafsir Marah Labidin dari berbagai segi, maka dapat disimpulkan, bahwa tafsir tersebut menafsirkan al-Qur’an secara lengkap dari Surat al-Fatihah sampai dengan surat al-Nas (30 juz). Tafsir ini terdiri dari dia jilid dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, baik oleh orang Arab maupun oleh non Arab. Tafsir ini adalah satu-satunya tafsir berbahasa Arab yang dikarang oleh salah seorang ulama Indonesia yang sudah dikenal secara internasional. Tafsir ini menggunakan metode tahlily dengan pendekatan ra’yu, namun di samping itu al-Bantany tetap menggunakan hadits, qira’at, asbab anNuzul dan lain-lain dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, namun nuansa ra’yu tetap terlihat lebih dominan dalam tafsirnya. _____________ 27 28
Ibid., 162. Nawawy al-Bantany, Tafsir..., 280.
Al-Mu‘ashirah Vol. 10, No. 1, Januari 2013
33
DAFTAR KEPUSTAKAAN Abu Thalib, Masmu’ Ahmad. al-Manhaj al-Maudhu’i fy al-Tafsir. Cairo: Dar alThiba’ah al-Muhammadiyah, 1407 H. Abu Zithar, Ahmad Muhammad. Lathaif al-Bayan fy Rasm al-Qur’an Syarh Mawrid al-Zam’an. Cet ke 11, Muhammad 'AIy Sabiyh wa Awladih, t.t. Adil Nuwaihad. Mu’jam al-Al-Mufassirin min Sadri al-Islam Hatta al-‘Assri alHadir. Mu'assasah Nuwaihad al-Tsaqdfiyah wa al-Tarjamah wa alNasyr, Cet ke 1, 1983. Aly lyazy, Muhammad. al-Mufassirin Hayatuhum wa Manhajuhlum, Muassasah al-Tiba'ah wa al-Nasyri Wizararh al-Tsaqafah al-Irsyad al-Islamy, t.t. Ash-Shiddiqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir. Jakarta: Bulan Bintang, 1994. Al-Bantany al-Jawi, Nawawy, Marah labidin Li Kasyfi Ma’na al-Qur’an alMajid. Mesir: Dar Ihya’ al-Kutub Arabiyah, 1376 H. Al-Jummal, Sulaiman 'Umar al-'Ujaily al-Syafi'y. al-Futuhat al-Ilahiyah bi Taudhihi Tafsir al-Jalalain li al-Aaqa’iq al-Khafiyati, Juz 1. Mesir: Isa Halaby, 1376 H. Sirajuddin Abbas. Sejarah dan Tarbiyah, 2003.
Keagungan Mazhab Syafi’i. Jakarta: Pustaka
-----, Thaaqat al-Syafi'iyah; Ulama Syafi’i dari Abad ke Abad. Jakarta: Pustaka Tarbiyah; 1975.
34
Hisyami bin Yazid: Metode dan Pendekatan Tafsir Marah Labib...