Studi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Atadei 40 MW di Lembata Nusa Tenggara Timur dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional Mulianti Bidang Studi Teknik Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November Kampus ITS Gedung B dan C Sukolilo Surabaya 60111 Abstrak: Pembangunan pembangkit listrik panas bumi yang sedang digiatkan merupakan solusi kebutuhan energi baru terbarukan (EBT) untuk mengatasi kebutuhan energi dan untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi tak terbaharukan. Hal ini dikarenakan potensi panas bumi Indonesia yang mencapai ±40% dari cadangan dunia. yaitu 28.000 MW. Dari potensi tersebut baru ±4% yang telah dikembangkan dan dimanfaatkan terutama untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi. Sebenarnya sudah tedapat pembangkit di provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu berupa PLTA dan PLTD, akan tetapi biaya pokok pembiayaan listrik di provinsi NTT masih diatas rata-rata yaitu Rp 3.796,46. Selaian itu Rasio Elektrifikasi (RE) provinsi NTT juga masih sangat rendah yaitu 22,53%. Oleh karena itu dibutuhkan pembangunan pembangkit baru untuk memenuhi kebutuhan beban, meningkatkan Rasio Elektrifikasi dan juga untuk menurunkan Biaya Pokok Pembangkitan (BPP) listrik di provinsi Nusa Tenggara Timur. Pembangunan pembangkit energi panas bumi PLTP Atadei 40 MW diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan beban di Nusa Tenggara Timur pada umumnya dan Kabupaten Lembata pada khususnya. Selain itu PLTP Atadeijuga ramah lingkungan karena menghasilkan Carbon Kredit. Kata Kunci : IPM, RE, BPP, PLTP dan Carbon Kredit.
I.
PENDAHULUAN Kebutuhan energi pada suatu daerah akan mengalami kenaikan sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk, dan peningkatan perekonomian. Pertumbuhan perekonomian diperkirakan akan mencapai 7,1% setiap tahun sampai tahun 2012, yang mendorong kebutuhan akan sumber energi primer terutama listrik juga semakin meningkat. Tenaga listrik merupakan sumber energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik untuk kegiatan industri, kegiatan komersial maupun dalam kehidupan sehari-hari rumah tangga. Energi listrik dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
penerangan dan juga proses produksi yang melibatkan barang-barang elektronik dan alatalat/mesin industri. Ketergantungan terhadap BBM sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik harus dikurangi. Pemenuhan kebutuhan energi yang tergantung pada BBM sering kali mengganggu pasokan energi nasional, apalagi jika terjadi kelangkaan atau meningkatnya harga BBM di pasar internasional. Indonesia telah mempersiapkan pengembangan dan penggunaan energi alternatif pemasok energi listrik yang memiliki karakter yang dapat menyediakan energi listrik dalam skala lokal regional serta produksi dan pembuangan hasil produksinya tidak merusak lingkungan hidup disekitarnya. Salah satu sumber energi alternatif yang memiliki potensi sangat besar di Indonesia dan memiliki karakteristik diatas adalah panas bumi. Indonesia merupakan negara dengan potensi energi panas bumi terbesar di dunia yang berada dalam Tatanan Kerangka Tektonik. Indonesia memiliki cadangan panas bumi sekitar 40 % dari cadangan panas bumi di Dunia (27.000 MW) tetapi potensi besar ini baru dimanfaatkan sebesar 3 % dari total cadangan panas bumi di Indonesia. Adanya pemanfaatan potensi energi panas bumi ini berpotensi mengatasi krisis listrik di daerah sebab dengan memanfaatkan sumber energi geotermal yang melimpah dan bersifat terbarukan itu dapat menggantikan pembangkit listrik tenaga diesel yang menggunakan solar memungkinkan tersedianya listrik untuk penduduk di daerah terpencil. Mengingat harga listrik dari PLTD dapat menjadi semakin mahal dengan meningkatnya biaya operasional yang disebabkan oleh naiknya harga bahan bakar diesel. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi panas bumi adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki 18 lokasi potensi panas bumi yang masih belum dimanfaatkan dari total 251 lokasi yang terdapat di seluruh Indonesia. Seiring semakin berkembangnya perekonomian pemerintahan provinsi Nusa Tenggara Timur terkait pembangunan ketersediaan dan kualitas infrastruktur maka diperlukan pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Baru. Untuk itu pembangunan PLTP Atadei 40 MW di Lembata diharapkan mampu menyumbangkan pasokan daya sebesar untuk mendukung kebutuhan energi listrik pada rencana pembangunan tersebut, dan memberikan pengaruh terhadap tarif listrik regional. II. TEORI PENUNJANG Energi Panas Bumi (Geothermal Energy) Energi panas bumi, adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya. Energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di Italy sejak tahun 1913 dan di New
Zealand sejak tahun 1958. Pemanfaatan energi panas bumi untuk sektor non‐listrik (direct use) telah berlangsung di Iceland sekitar 70 tahun. Meningkatnya kebutuhan akan energi serta meningkatnya harga minyak, khususnya pada tahun 1973 dan 1979,telah memacu negara‐negara lain, termasuk Amerika Serikat, untuk mengurangi ketergantungan mereka pada minyak dengan cara memanfaatkan energi panas bumi. Saat ini energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di 24 Negara, termasuk Indonesia. Disamping itu fluida panas bumi juga dimanfaatkan untuk sektor non‐listrik di 72 negara, antara lain untuk pemanasan ruangan, pemanasan air, pemanasan rumah kaca, pengeringan hasil produk pertanian, pemanasan tanah, pengeringan kayu, kertas dll. Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panas bumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik.
Sistem pembangkitan listrik dari fluida panas bumi yang telah diterapkan, diantaranya: • • •
PLTP Sistem Dry Steam PLTP Sistem Flash Steam PLTP Sistem Binary Cycle
Kelompok Energi Panas Bumi di Indonesia Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi menggunakan uap dari sumber panas bumi sebagai sumber energi primernya. Sedangkan energi panas bumi mempuntai beberapa macam jenis, sesuai dengan kondisi geologi daerah tersebut. Energi panas bumi teriri dari 3 macam yaitu 1) Energi Panas Bumi Uap Basah 2) Energi Panas Bumi Air Panas 3) Energi Panas Bumi Batuan Panas Prinsip Kerja PLTP Prinsip kerja PLTP sama saja dengan PLTU. Hanya saja uap yang digunakan adalah uap panas bumi yang berasal langsung dari perut bumi. Karena itu, PLTP biasanya dibangun di daerah pegunungan dekat gunung berapi. Biaya operasional PLTP juga lebih murah daripada PLTU, karena tidak perlu membeli bahan bakar, namun memerlukan biaya investasi yang besar terutama untuk biaya eksplorasi dan pengeboran perut bumi
Model Peramalan Kebutuhan Listrik Dengan Metode DKL 3.01. PT PLN Model yang digunakan dalam metode DKL 3.01 untuk menyusun perkiraan adalah model sektoral. Perkiraan kebutuhan energi listrik model sektoral yakni dengan umenyusun perkiraan kebutuhan energi listrik pada tingkat wilayah/distribusi. Pendekatan yang digunakan dalam menghitung kebutuhan listrik adalah dengan mengelompokkan pelanggan menjadi empat sektor yaitu : 1. Sektor Rumah Tangga 2. Sektor Bisnis 3. Sektor Publik 4. Sektor Industri. Biaya Pembangkitan Tenaga Listrik Biaya pembangkitan total tanpa biaya eksternal merupakan penjumlahan dari biaya modal, biaya bahan bakar, biaya operasional dan perawatan, serta biaya lingkungan. Biaya pembangkitan = biaya modal + biaya bahan bakar +
biaya O & M Sedangkan untuk harga jual energi listriknya, Harga jual = biaya pembangkitan + biaya transmisi + prosen keuntungan + prosen pajak Biaya modal (capital cost) Biaya modal pertahun adalah biaya investasi pembangunan pembangkit tenaga listrik yang dipengaruhi oleh faktor suku bunga dengan faktor penyusutan (fs + fd) ⋅ Ps Capital Cost (CC) = m ⋅ To Biaya Pembangunan Dari data Tabel diatas dapat kita lihat bahwa Capital Investment Cost atau biaya pembangunan adalah sebesar: Biaya Pembangunan =
=
௧ ௩௦௧௧ ௦௧ ூ௦௧ௗ ௧௬
ଵହ ௫ ଵల ସ ௫ ଵయ
=3750 US$ / kW
Biaya Bahan Bakar (fuel cost) Biaya operasi ini merupakan biaya yang hanya dikeluarkan apabila pusat pembangkit dioperasikan untuk membangkitkan tenaga listrik. Biaya operasi ini merupakan biaya pembelian uap panas bumi dan minyak pelumas Biaya operasional dan pemeliharaan Biaya ini harus tetap dikeluarkan meskipun peralatan-peralatan di pusat pembangkit tidak sedang beroperasi. Biaya O & M ini merupakan biaya untuk perawatan pusat pembangkit, dan juga
biaya tenaga kerja yang mengoperasikan dan merawat pusat pembangkit.
Beban Puncak Beban puncak merupakan salah satu ukuran besarnya konsumsi energi listrik, sehingga dengan diketahui besar beban puncak, maka akan dapat diperhitungkan produksi atau kapasitas terpasang yang harus tersedia. Perkiraan beban puncak ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
EPTt 8,76 xLFt
BPt =
Dimana : BPt = Beban puncak pada tahun t EPTt = Energi produksi pada tahun t LFt = Faktor beban pada tahun t
SISTEM NUSA
DI
Tabel 3.27 Konsumsi Energi Listrik Kelompok Konsumen (GWh) di Nusa Tenggara Timur Tahun
Rumah Tangga
Industri
Bisnis
Sosial
GD. Kantor Pemerintahan
Penerangan Jalan umum
Jumlah
2000
119,61
10,36
31,04
10,85
7,59
6,29
185,74
2001
132,61
8,72
39,89
2,76
7,60
6,65
2002
130,63
8,47
32,09
10,04
8,14
7,10
196,48
2003
140,83
6,22
38,37
11,05
10,01
7,80
214,27
2004
151,66
3,56
40,26
11,83
11,79
4,89
229,37
2005
167,38
7,77
44,51
13,46
13,13
12,28
258,53
2006
177,78
9,01
50,24
14,81
15,26
12.99
223,80
2007
189,38
8,69
67,07
16,15
17,39
15,73
314,41
2008
197,87
6,38
82,82
17,10
18,68
15,72
338,56
Rasio Elektrifikasi Rasio elektrifikasi didefinisikan sebagai jumlah rumah tangga yang sudah berlistrik dibagi dengan jumlah rumah tangga yang ada. Ratio elektrifikasi ini menunjukkan banyaknya rumah tangga yang sudah merasakan fasilitas listrik di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur Rasio elektrifikasi mengalami kenaikan. Tabel 3.29 Rasio Elektrifikasi dan Harga Jual Rp/Kwh Tahun
Rasio Elektrifikasi
2000
22,40
2001
22,57
2002
22,25
2003
22,02
2004
22,12
2005
22,32
Pasokan Tenaga Listrik Propinsi Nusa Tenggara Timur sampai saat ini mempunyai pembangkit listrik dengan total kapasitas 124,76 MW. Sedangkan di Indonesia 25.593,92 MW. Rata-rata pembangkit yang sudah ada sudah beroperasi sejak tahun 1991.
2006
21,79
2007
21,34
2008
22,53
Sumber : Statistik PLN
Neraca Daya di Nusa Tenggara Timur
Tabel 3.22 Jumlah Unit Pembangkit di NTT Tahun
PLTA
PLTU
PLTGU
PLTP
PLTD
PLTMG
Jumlah
2000
3
-
-
-
406
-
409
2001
3
-
-
-
416
-
419
2002
3
-
-
-
454
-
457
2003
3
-
-
-
462
-
465
444
-
447
2004
198,23
Sumber : Statistik PLN
Ekonomi Investasi Pembangkit Sebelum suatu proyek dilaksanakan perlu dilakukan analisa dari investasi tersebut sehingga akan diketahui kelayakan suatu proyek dilihat dari sisi ekonomi investasi. Metode penilaian proyek investasi, yaitu Net Pressent Value (NPV). Jika nilai NPV positif maka investasi layak dilaksankan dan jika nilai NPV negatif investasi tidak layak dilaksanakan. III. KONDISI KETENAGALISTRIKAN TENGGARA TIMUR
dan semakin meningkatnya kemajuan daerah. Sektor rumah tangga merupakan sektor yang paling banyak membutuhkan energi diikuti dengan sektor industri dan komersil (bisnis), penerangan jalan, gedung pemerintah. Untuk data konsumsi energi listrik kelompok konsumen di Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada Tabel 3.27
3
-
-
-
2005
3
-
-
-
555
-
560
2006
3
-
-
-
391
-
421
2007
3
-
-
-
355
-
358
2008
2
-
-
-
355
-
357
Saat ini kondisi kelistrikan di Nusa Tenggara Timur sedang mengalami defisit, ini diakibatkan jumlah pelanggan listrik tidak sebanding dengan kapasitas pembangkit yang ada. Sehingga ketika sejumlah pembangkit melakukan perawatan rutin, maka akan terjadi pemadaman yang lebih banyak lagi, karena daya mampu pembangkit di Nusa Tenggara Timur akan mengalami penurunan.
Sumber : Statistik PLN
Tabel 3.31 Neraca Daya (MW) di Nusa Tenggara Timur
Konsumsi Energi Listrik Kelompok Konsumen Konsumsi energi listrik di Propinsi Nusa Tenggara Timur menunjukkan pemakaian yang terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini disebabkan jumlah penduduk yang cenderung meningkat setiap tahunnya, semakin berkembangnya sektor industri
Tahun
Kapasitas Terpasang
Daya Mampu
Beban Puncak
2000
97,30
66,20
54,30
2001
97,30
53,20
2002
103,10
64,40
56,80
2003
115,80
96,40
116,10
2004
127,96
68,86
63,57
2005
151,71
77,31
66,59
2006
129.77
82.26
69.52
2007
124,78
80,24
74,74
2008
124,76
78,25
53,25
Sumber : Statistik PLN
54,30
Tabel 4.2 Neraca Daya (MW) di Kabupaten Lembata Tahun
Kapasitas Terpasang
Daya Mampu
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1,410 1,058 1,058 2,279 3,003 3,448 2,908
975 930 830 1,410 1,441 1,774 1,805
Beban Puncak Siang Malam 170 720 220 750 250 830 370 855 4,890 10,695 5,965 12,211 6,075 12,114
Sumber : Program Pengembangan Panas Bumi Atadei Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur
Sumber : Statistik PLN
Gambar 4.2 Peta Lokasi Panas Bumi Atadei 2000
Sumur eksplorasi Atadei adalah sumur kering dengan kandungan uap kering sehingga cocok apabila digunakan jenis teknologi binary cycle sebagai pambangkitan energi listrik. Pada sistem binary cycle, air panas bumi digunakan untuk memanaskan apa yang disebut dengan working fluid pada heat exchanger. Working fluid kemu-dian menjadi panas dan menghasilkan uap berupa flash. Uap yang dihasilkan di heat exchanger tadi lalu dialirkan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan generator untuk menghasilkan sumber daya listrik. Uap panas yang dihasilkan di heat exchanger inilah yang disebut sebagai secondary ( binary) fluid. Binary Cycle Power Plants ini sebetulnya merupakan sistem tertutup. Jadi tidak ada yang dilepas ke atmosfer.
1800
Beban Puncak
1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1415 1617 1819 20 21 22 23 24 25 26 27 28 2930
Tanggal
Gambar 4.1 Neraca Daya Lembata
IV. ANALISA PEMBANGUNAN PLTP ATADEI 40 MW DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR Potensi Panas Bumi Atadei - Nusa Tenggara Timur Indonesia dikaruniai sumber daya panas bumi dengan potensi yang besar dimana hamper 40% ptensi panas bumi terdapat di Indonesia.Potensi yang ada hampir separuhnya masih berada dalam status sumber daya yang perlu ditingkatkan statusnya .Dimana untuk Propinsi Nusa Tenggara Timur potensi panas bumi dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut dibawah ini :
Peramalan dengan Metode DKL 3.01 Tabel 4.18 Proyeksi Jumlah Pelanggan Listrik Total per Kelompok Pelanggan di Nusa Tenggara Timur
Tabel 4.4 Potensi Panas Bumi Di Propinsi Nusa Tenggara Timur Lokasi
Potensi Panas Bumi
Dunia 67.500 MW Indonesia 28.000 MW NTT 1.396 MW Sumber : ESDM, tahun 2008
Tabel 4.5 Potensi Panas Bumi di Indonesia Sumber Daya (Mwe)
Cadangan (Mwe)
Lokasi
Kapasitas produksi
Spekulatif
Hipotetif
Terduga
Mungkin terbukti
Terbukti
Sumatra
5400
2267
5635
15
380
2
Jawa
2360
1446
3135
1285
1530
835
Bali-Nusa Tenggara
360
359
943
-
14
-
Sulawesi
950
12
853
150
78
20
Maluku
250
117
157
-
-
-
Irian
50
-
-
-
-
-
Kalimantan
45
-
-
-
-
-
Total
9415
4201
10723
1450
2002
857
Sumber : ESDM, tahun 2007
Tahun T 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034
Pelangga RT Pel. RT 257998.5247 260604.8053 263237.1794 265896.1408 268581.9605 271294.9095 274035.2622 276803.2951 279599.288 282423.5232 285276.2861 288157.8647 291068.5502 294008.6366 296978.4208 299978.2028 303008.2857 306068.9755 309160.5813 312283.4154 315437.7934 318624.0337 321842.4583 325093.3922 328377.1638 331694.1049
Pelanggan Komersil Pel. K 20639.88197 20848.38442 21058.97435 21271.69127 21486.55684 21703.59276 21922.82097 22144.26361 22367.94304 22593.88186 22822.10289 23052.62918 23285.48402 23520.69093 23758.27367 23998.25623 24240.66286 24485.51804 24732.8465 24982.67323 25235.02347 25489.9227 25747.39666 26007.47138 26270.17311 26535.52839
Pelanggan industri Pel.It 123.59646 130.5648284 137.9260734 145.7023455 153.9170437 162.5948866 171.7619863 181.4459271 191.6758485 202.4825328 213.898498 225.9580953 238.6976128 252.1553842 266.3719047 281.3899527 297.2547183 314.0139393 331.7180452 350.4203086 370.1770055 391.0475851 413.094848 436.3851355 460.9885294 486.9790627
Pelanggan publik Pel. P 20940.80277 21152.3451 21366.00525 21581.82349 21799.8217 22020.02192 22242.44639 22467.11756 22694.05814 22923.29105 23154.83945 23388.72672 23624.97648 23863.61261 24104.6592 24348.1406 24594.08142 24842.50648 25093.44089 25346.90999 25602.93939 25861.55494 26122.78276 26386.64926 26653.18107 26922.40512
Total Pel. Tt 299702.8059 302736.0996 305800.0851 308895.3579 312022.256 315181.1191 318372.2915 321596.1222 324852.965 328143.1787 331467.1269 334825.1787 338217.7084 341645.0955 345107.7256 348605.9896 352140.2847 355711.0139 359318.5867 362963.419 366645.9332 370366.5589 374125.7326 377923.898 381761.5065 385639.0175
Tabel 4.20 Proyeksi Jumlah Pelanggan Listrik Total per Kelompok Pelanggan di Lembata Tahun T 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034
Pelangga RT Pel. RT 8418.84437 8503.88529 8589.78315 8676.54863 8764.19054 8852.71771 8942.13911 9032.46374 9123.70075 9215.85934 9308.94883 9402.97862 9497.9582 9593.89717 9690.80522 9788.69215 9887.56782 9987.44225 10088.3255 10190.2278 10293.1594 10397.1307 10502.1522 10608.2345 10715.3884 10823.6247
Pelanggan Komersil Pel. K 471 476.2175764 481.0278561 485.8867234 490.7946701 495.752192 500.7597899 505.8179696 510.927242 516.0881232 521.3011346 526.5668026 531.8856592 537.2582416 542.6850925 548.1667601 553.7037981 559.2967658 564.9462281 570.6527556 576.4169249 582.239318 588.1205233 594.0611346 600.0617521 606.122982
Pelanggan industri Pel.It ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 2 2 3 3 3 4 4 5 5 6 7 7 8 9 11 12
Pelanggan publik Pel. P 437.7799074 442.2020352 446.6687235 451.1805288 455.7379079 460.3413211 464.9912335 469.6881146 474.432439 479.2246859 484.0653393 488.9548881 493.8938264 498.8826529 503.9218716 509.0119916 514.1535268 519.3469968 524.5929261 529.8918445 535.2442874 540.6507953 546.1119145 551.6281964 557.2001984 562.8284833
Total Pel. Tt 9,328.02 9422 9517.47972 9,613.62 9710.72311 9,808.81 9907.89013 10,007.97 10109 10211.1722 10316.3153 10,420.75 10526.277 10,632.90 10740.6364 10,849.50 10959.5188 11,070.70 11183.0623 11,296.63 11411.4199 11,527.46 11644.7636 11,763.37 11883.289 12,004.56
Pengaruh PLTP Atadei 40 MW di Lembata Terhadap Proyeksi Neraca Daya di Nusa Tenggara Timur Perencanaan pembangunan PLTP Atadei ini dengan potensi sebesar 40 MW, untuk meningkatkan Rasio Elektrifikasi di NTT dimana mampu untuk melayani kebutuhan energi listrik bagi masyrakat di Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten Lembata pada khususnya. Di bawah ini akan ditampilkan tabel proyeksi neraca daya NTT dengan penambahan PLTP Atadei berkapasitas 40 MW pada tahun 2008 dan rencana akan terealisasi kapasitas 40 MW pada tahun 2019 pada tabel 4.29 dan 4.30 dibawah ini : Tabel 4.29 Proyeksi Neraca Daya (MW) di Nusa Tenggara Timur Kapasitas Terpasang
Daya Mampu
Beban Puncak
Selisih
(MW)
(MW)
(MW)
(MW)
2009
124.76
78.25
89.91
-12
-
2010
125.26
78.75
95.88
-17
PLTD HSD 0.5 MW
2011
126.26
79.75
103.70
-24
PLTD HSD 1 MW
2012
127.26
80.75
113.14
-32
-
2013
128.26
81.75
124.57
-43
PLTD HSD 1 MW
2014
129.26
82.75
138.45
-56
-
2015
130.26
83.75
155.35
-72
-
2016
131.26
84.75
175.98
-91
-
2017
132.26
85.75
201.19
-115
PLTD HSD 1 MW
2018
132.26
85.75
232.05
-146
-
2019
172.26
125.75
269.89
-144
PLTP Atadei 40 MW
2020
172.26
125.75
316.31
-191
-
2021
172.26
125.75
373.34
-248
-
2022
172.26
125.75
443.43
-318
-
2023
172.26
125.75
529.65
-404
-
2024
172.26
125.75
635.76
-510
-
2025
172.26
125.75
766.41
-641
-
2026
172.26
125.75
927.36
-802
-
2027
172.26
125.75
1,125.69
-1,000
-
Tahun
Keterangan
Tabel 4.27 Proyeksi Neraca Daya (MW) di Kabupaten Lembata Tahun
Kapasitas Terpasang (KW)
Daya Mampu (KW)
Beban Puncak (KW)
Selisih (KW)
2009
2,908.00
1,085.00
143.6284429
941
Keterangan
2010
2,908.00
1,085.00
146.3162264
939
‐
2011
2,908.00
1,085.00
149.127844
936
‐
2012
2,908.00
1,085.00
152.0715328
933
‐
2013
2,908.00
1,085.00
155.1560876
930
‐
2014
2,908.00
1,085.00
158.3909272
927
‐
2015
2,908.00
1,085.00
161.7861389
923
‐
2016
2,908.00
1,085.00
165.3525262
920
‐
2017
2,908.00
1,085.00
169.1016594
916
2018
2,908.00
1,085.00
173.0459303
912
‐
2019
42,908.00
41,085.00
177.2238811
40,908
PLTP Atadei 40 MW
2020
42,908.00
41,085.00
181.6050893
40,903
‐
2021
42,908.00
41,085.00
186.2184026
40,899
‐
2022
42,908.00
41,085.00
191.0859354
40,894
‐
2023
42,908.00
41,085.00
196.2250008
40,889
‐
2024
42,908.00
41,085.00
201.6544377
40,883
‐
2025
42,908.00
41,085.00
207.3941219
40,878
‐
2026
42,908.00
41,085.00
213.4656357
40,872
‐
2027
42,908.00
41,085.00
219.8917919
40,865
‐
2028
42,908.00
41,085.00
226.6973165
40,858
‐
2029
42,908.00
41,085.00
233.9083882
40,851
‐
2030
42,908.00
41,085.00
241.5533355
40,843
‐
2031
42,908.00
41,085.00
249.6621944
40,835
‐
2032
42,908.00
41,085.00
258.2674223
40,827
‐
2033
42,908.00
41,085.00
267.4034753
40,818
‐
2034
42,908.00
41,085.00
277.1075429
40,808
‐
‐
‐
Tabel di atas menunjukkan penambahan kapasitas PLTP Atadei 40 MW pada tahun 2019 terlihat pada tabel bahwa pada tahun 2019-2034 PLTP Atadei mampu mengatasi beban puncak yang terjadi di kabupaten Lembata. Sehingga PLTP Atadei 40 MW ini dibangun hanya untuk kebutuhan listrik di Kabupaten Lembata saja. Dengan mempertimbangkan letak geografis dari Kabupaten Lembata dan Propinsi Nusa Tenggara Timur sehingga untuk interkoneksi sangat sulit dilakukan.
Analisa Ekonomi Perhitungan Biaya Listrik
Pembangkitan
Energi
Untuk Guna menentukan biaya pembangkit di Nusa Tenggara Timur ini ada beberapa parameter yang harus diperhitungkan. Parameter-parameter tersebut adalah biaya modal, biaya operasi dan maintenance (O&M) dan Biaya bahan bakar (Fuel cost) Biaya pembangkitan total didapat dengan persamaan BP = CC + FC + O&M Cost Sehingga biaya pembangkitan / KWh pada PLTP Atadei dengan suku bunga 12%, 9%, 6% dan adalah : Tabel 4.32 Biaya Pembangunan Energi Listrik Perhitungan Biaya Pembangunan (US$ / kW)
Suku Bunga 6%
9%
12%
3,750
3,750
3,750
Umur Operasi (Tahun)
25
25
25
Kapasitas (MW)
40
40
40
Biaya Bahan Bakar (US$ / kWh)
0,0225
0,0225
0,0225
B. O & M (US$ / kWh)
0,007
0,007
0,007
Biaya Modal (US$ / kWh)
0,062
0,077
0,092
2028
172.26
125.75
1,370.17
-1,244
-
2029
172.26
125.75
1,671.59
-1,546
-
Total Cost (US$ / kWh)
0,0915
0,1065
0,1215
2030
172.26
125.75
2,043.31
-1,918
-
Investasi (jutaUS$)
150
150
150
2031
172.26
125.75
2,501.81
-2,376
-
2032
172.26
125.75
3,067.45
-2,942
-
2033
172.26
125.75
3,765.33
-3,640
-
2034
172.26
125.75
4,626.49
-4,501
-
Analisa Harga Jual Listrik PLTP Atadei Berdasar Kemampuan Daya Beli Masyarakat Daya beli masyarakat sangat menentukan seberapa besar harga jual listrik yang mampu dibayar oleh pengguna listrik. Biaya pembangkitan total dengan tingkat suku bunga bervariasi (i=6%;i=9%; i=12%). Pengeluaran riil perkapita penduduk Nusa Tenggara Timur pada tahun 2008 adalah Rp 187.173,-.rata-rata pengeluaran untuk membayar listrik adalah 5%-10% dari biaya pengeluaran riil perkapita. Jika diasumsikan setiap penduduk Propinsi Nusa Tenggara Timur mengeluarkan dana 10% untuk membayar listrik maka dari Pengeluaran riil sebesar Rp 18.717,Maka dapat menghitung daya belimasyarakat Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut: Daya ( P ) = 450 × 0,8 = 360W Maka kita dapat mengetahui jumlah Kwh/bulan dengan cara: Kwh/Bulan = 0,36 x 30 x 24 x0,8 = 207,36 KWh/ bulan
Tahun 2009
Net Present Value (75%) Suku Bunga 12% 9% 6% 11.19643 32.11927 54.21698
Karena pada tahun ke-25 dengan subsidi 50% pada suku bunga 12%, 9% dan 6 % NPV belum positif maka pada subsidi 75% pada tahun ke-1 NPV sudah positif atau kembali modal maka proyek ini layak.
Payback Periode Payback periode adalah lama waktu yang dibutuhkan agar nilai investasi yang diinvestasikan dapat kembali dengan utuh. Investment Cost PP = Annual CIF
Bila tarif untuk biaya beban tarif tegangan 450 VA = Rp 11.000,Blok I 30 kwh, yaitu pemakaian 0-30 KWh Blok II 60 kwh, pemakaian 30-60 KWh Blok III > 60 kwh, pemakaian di atas 60 KWh
Untuk suku bunga i = 6 %
37,5 x 10 9 467,86 x 10 9 = 0,08 ≅ 1 Tahun
PP =
Tabel 4.33 Harga Jual Listrik No.
DAERAH
RT
Ind
Bisnis
Sosial
Pem.
Publik
Total
1
Nusa Tenggara Timur
579,65
884,08
868,18
660,03
889,95
637,23
679,82
2
Indonesia
588,01
622,04
850,65
580,89
847,15
665,11
653,00
Sumber : Statistik PLN
Dengan Tarif Dasar Listrik pada sektor rumah tangga sebesar Rp 579,65,Maka: Daya beli = ( 207,36 x Rp 579,65/KWh) + 11.000 = Rp 131.196,224,Perbandingan antara daya beli Listrik dengan pendapan perkapita yang digunakan untuk keperluan listrik = Daya beli =
Analisa Nilai Sekarang (Net Present Value) Metode ini menggunakan pertimbangan bahwa nilai uang sekarang lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai uang pada waktu mendatang, karena adanya faktor bunga. Tabel 4.38 Analisa Net Present Value (75)%
74.868 × 579 ,65 = 330 ,78 KWh 131 .196 ,224
Dengan harga pembangkitan total pada suku bunga 6% sebesar Rp.535/kwh, sehingga menunjukkan bahwa harga jual listrik PLTP Atadei masih di atas daya beli masyarakat. Agar masyarakat sebagai konsumen mampu membeli energi tersebut maka diadakan subsidi oleh pemerintah. Karena energi listrik merupakan tolak ukur bagi perkembangan dan kemajuan teknologi suatu daerah maka subsidi pembangunan pembangkit ini termasuk prasarana.
Analisa Perhitungan Harga Pokok Penyediaan Setelah Pembangunan PLTP • BPP Tenaga Listrik Sebelum Pembangunan PLTP Atadei 40 MW dan Masih Mendapatkan Subsidi Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1985 adalah sebesar Rp. 2.433,• BPP Tenaga Listrik Setelah Pembangunan PLTP Atadei 40 MW dan dianggap terisolasi dan tanpa subsidi dari pemerintah Berdasarkan UU No. 30 Th. 2009 Untuk menentukan harga jual yang baru adalah sebesar Rp.2.438,99,-
Analisa Perhitungan Harga Jual per Kelompok Konsumen Setelah PLTP Atadei Beroperasi Penentuan harga jual perkelompok konsumen ini di peroleh dari ketentuan harga listrik dalam rupiah/ KWh dari PLN dapat di lihat pada Tabel 4.29 Berdasarkan UU No. 30 Th. 2009 Untuk menentukan harga jual yang baru maka di tentukan dengan BPP baru daerah Nusa Tenggara Timur yang dianggap terisolasi dan tanpa subsidi dari pemerintah, yaitu BPP pembangkitan sebesar 85% dari Rp. 2.869,4,- yaitu Rp.2.438,99,Penentuan harga jual daerah Nusa Tenggara Timur dapat di tentukan dengan rumus :
HJ persektor persektor =
Persektor × BPPbaru Total
Dari rumus di atas maka pengaruh harga jual listrik per kelompok konsumen saat beroperasinya PLTP Atadei 40 MW dengan BPP baru di Propinsi Nusa Tenggara Timur dapat Di lihat pada Tabel 4.42 Tabel 4.42 Harga Jual Listrik Baru di Nusa Tenggara Timur setelah PLTP Atadei Beroperasi (Rp./kWh) Dengan Subsidi Pelanggan
Tanpa Subsidi
Jawa
Luar Jawa
NTT
Indonesia
NTT (Lama)
NTT (Baru)
Selisih
Rumah Tangga
587,60
584,83
579.65
588,01
2571.91
2079.61
492.30
Industri Bisnis Sosial Pemerintah Publik Total
629,10 862,48 579,75 800,44 660,70 650,39
643,02 837,98 585,30 913,83 661,77 664,88
884.08 868.18 660.03 889.95 627.23 679.82
622,04 850,56 580,89 847,15 665,11 653,00
3922.67 3852.13 2928.56 3948.72 2783.03 3016.37
3171.81 3114.77 2367.99 3192.87 2250.31 2438.99
750.86 737.36 560.57 755.85 532.71 577.38
Melihat dari Tabel 4.33 harga jual BPP persektor Propinsi Nusa Tenggara Timur yang dianggap terisolasi dan tanpa subsidi masih terlalu tinggi dari daya beli masyarakat Nusa Tenggara Timur.
Gambar 4.3 Grafik Emisi Gas dari Bermacammacam Pembangkit Dari gambar grafik diatas untuk pembangkit dengan bahan bakar panas bumi memiliki emisi yang paling rendah yaitu 100kg/KWh. Jika Pembangunan PLTP Atadei 40 MW tidak menghasilkan karbon kredit maka mendapat uang sebesar 4,5 cent./KWh. Karena PLTP memiliki 100 kg/KWh dengan batas rata-rata 728 kg/KWh maka CDM yang di dapat adalah sebagai berikut: CDM =
728 − 100 728
× 4,5cent
= 3,88cent
Analisa Lingkungan Prakiraan dampak penting dalam pembangunan PLTP Atadei ini, Upaya pemantauan lingkungan untuk kegiatan Pembangunan PLTP ini prakiraan dampak yang terjadi akan ditinjau dalam 4 (empat) tahapan: 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Konstruksi 3. Tahap Operasional 4. Tahap Pasca Operasi Pada tahap operasi ini pula PLTP Atadei mempunyai dampak lingkungan yang sekarang menjadi pusat perhatian dunia, yaitu mengenai pemanasan global (global warming) yang diakibatkan dari gas CO2. Panas bumi termasuk energi terbarukan yang bersih lingkungan, akan tetapi PLTP juga masih menghasilkan CO2. Apabila dibandingkan dengan pembangkit listrik dengan tenaga fossil, maka PLTP mempunyai produksi CO2 yang lebih kecil daripada pembangkit yang lainnya. Dengan ratifikasi “kyoto protocol” menunjukkan komitmen negara maju tekait global warming untuk insentif atau carbon credit terhadap pembangunan (clean development mecahnism) berdasarkan seberapa besar pengurangan CO2 dibandingkan dengan base line yang telah ditetapkan.
Jadi PLTP akan mendapat 3,88 cent/kWh atau Rp.388/kWh. Kredit karbon atau disebut Clean Development Mechanism (CDM) ini berlaku jika pembangunan PLTP Atadei 40 MW bisa beroperasi pada tahun 2012, karena prosedur tetap dari “Kyoto Protocol” hanya berlaku sampai pada tahun 2013 dan masih menunggu konfrensi selanjutnya apakah diperpanjang atau tidak.
V.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : 1.
2.
Kondisi Ketenagalistrikan pada Propinsi Nusa Tenggara Timur sumber energi listrik hampir semua tergantung dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel yaitu sekitar 99,43 % pada tahun 2008 dimana kapasitas terpasang 123,68 MW dengan daya mampu 78,25 MW dan beban puncak 53,25 MW sehingga berdasarkan standart PLN 2008 maka Propinsi Nusa Tenggara Timur mengalami defisit listrik. Harga jual (BPP) dari energi listrik di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang diasumsikan isolated dan tanpa subsidi dari pemerintah setelah di bangunnya PLTP Atadei 40 MW adalah sebesar Rp. 2.438,99,-. Hal ini mempengaruhi harga jual listrik per sektor di Nusa Tenggara Timur dari harga sebelumnya
dengan subsidi, menjadi lebih mahal dengan tanpa subsidi. 3.
4.
5.
NTT termasuk propinsi dengan Rasio Elektrifikasi rendah 22,53 % dan juga IPM rendah 66,15 dengan reduksi shortfall tinggi yaitu 2,28 respons masyarakat terhadap pembangunan relatif tinggi. Jadi untuk Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Pulau Flores dengan tingkat rasio elektrifikasi yang rendah dan tingkat IPM dibawah rata – rata Indonesia sehingga masih diperlukan suatu pembangunan prasarana ketenagalistrikan untuk mengejar ketertinggalan pembangunan sehingga pembangunan PLTP ini harus segera direalisasikan. PLTP Atadei layak untuk dikembangkan dan dijadikan untuk pembangkit yang berguna untuk memenuhi kebutuhan listrik di NTT pada umumnya dan di Lembata pada khususnya. Biaya pembangkitan PLTD sebesar Rp 2.686,28 / KWh dimana biaya pembangkitan PLTP lebih rendah dibandingkan dengan PLTD. Untuk PLTP Atadei mempunyai BPP sebesar Rp 181,26 / KWh. Dengan demikian dengan adanya PLTP Atadei ini diharapkan dapat mengurangi subsidi pemerintah. Karena emisinya yang rendah, energi panasbumi memiliki kesempatan untuk memanfaatkan Clean Development Mechanism (CDM) produk Kyoto Protocol sebesar 388 Rp/kWh . Maka dengan penambahan kapasitas PLTP Atadei 40 MW pada tahun 2019 belum bisa mengatasi beban puncak tetapi mampu mengurangi defisit daya sehingga pemadaman dapat diminimalkan.. Sekarang ini PLTP Atadei 40 MW masih dalam pembangunan dan eksplorasi, sehingga sangat diharapkan PLTP ini akan segera selesai sesuai yang direncanakan tahun 2019 dan diperlukan pembangunan pembangkit lagi untuk mengatasi beban puncak yang semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5.
Direktorat Jenderal Geologi Dan Sumber Daya Mineral, 2004, Berita DJGSM : Pengembangan Energi Panas Bumi, Tanggal 7 Januari 2004, Jakarta Djiteng Marsudi Ir, 2005, “Pembangkitan Energi Listrik”, Erlangga, Jakarta. Djoko Santoso Ir, 2006, “Pembangkitan Tenaga Listrik”, Diktat Kuliah, Teknik Elektro ITS, Surabaya Ferianto Raharjo, 2007, “Ekonomi Teknik Analisis Pengambilan Keputusan”, ANDI, Yogyakarta. Herman, Danny Z., 2003, Makalah : Studi Sistem
6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13. 19. 20. 21. 22.
Panas Bumi Aktif Dalam Rangka Penyiapan Konservasi Energi Panas Bumi, Yogyakarta. Menko Kesra dan TKPK, 2006, Buku Panduan Kongres Nasional Pembangunan Manusia Indonesia, Jakarta Purnomo Yusgiantoro, 2000, “Ekonomi Energi Teori dan Praktek”. LP3ES, Jakarta. Syariffuddin, Mahmudsyah, 2008, “Energi Panas Bumi”, Surabaya. Wahyuningsih, R. 2005, “Potensi dan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi di Indonesia”, Kolokium Hasil Lapangan Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Jakarta http://www.esdm.go.id/renew.html http://www.djlpe.go.id/keputusan menteri energi dan sumber daya mineral/no:55k/30/mem/2003.html http://202.106.220.3/statistik/tahunan.asp? http://www.pertamina.com/index.php?option=com_ content&task=view&id=3015&Itemid=341 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009 http:// bps-ntt.com Statistik PLN 2007 Statistik PLN 2008
Mulianti, dilahirkan di Samarinda pada tanggal 22 Januari 1988. Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 8 Samarinda, dan melanjutkan studi di D3 Teknik Elektro program studi Teknik Elektronika Politeknik Negeri Malang, dan lulus pada tahun 2008, dan melanjutkan studi S1 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) jurusan Teknik Elektro bidang studi Sistem Tenaga. Penulis dapat dihubungi melalui alamat email
[email protected]