JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) 1-5 ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
1
Merancang Kampung Binaan bagi Pemulung TPA Njawar Benowo dengan Tema „Bangkit‟ Masfufatul Qibtiyah Yuliarti, dan Ispoerwono Soemarno Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] Abstrak— Permukiman para pemulung sampai saat ini memiliki citra permukiman yang kumuh, semrawut dan jorok. Hal inilah yang menjadi salah satu masalah perumahan dan permukiman di Surabaya yang sampai saat ini belum bisa terselesaikan. Namun para pemulung ini telah banyak memberikan sumbangsih dalam pengembangan sektor informal, oleh karena itu para pemulung ini perlu dibina untuk bersama – sama mengentaskan permasalahan permukiman mereka. Kampung binaan Pemulung ini merupakan objek rancang yang bertujuan untuk menciptakan hunian yang layak bagi pemulung dengan metode penataan kampung berkebutuhan khusus (sesuai dengan mata pencaharian) untuk menuju kampung yang sehat, hijau dan produktif. Tema ―Bangkit‖ sebagai panduan dalam mengembangkan objek rancang ini bermakna. Bangkit sebagai suatu motivasi bagi penghuni dan seluruh orang yang terlibat didalamnya. Tema bangkit ini merupakan suatu harapan dan tujuan agar Kampung pemulung yang memiliki citra kumuh ini bisa menjadi lebih baik sehingga terciptanya hunian yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Kata Kunci – Bangkit, Benowo, Binaan, Kampung, Pemulung
I. PENDAHULUAN
S
URABAYA, sebagai kota metropolitan yang kini mulai berada dalam tekanan. Dampak yang mulai terlihat adalah kesenjangan sosial semakin mencolok, kriminalitas demi mempertahankan kelangsungan hidup, adanya penumpukkan sampah yang kurang terkendali. Kelompok masyarakat yang paling berperan dalam masalah ini adalah masyarakat berpenghasilan rendah, terutama kelompok masyarakat yang berprofesi sebagai pemulung. Seperti yang kita ketahui bahwa perkampungan para pemulung terkesan kumuh, semrawut dan jorok. Hal inilah yang menjadi salah satu masalah perumahan dan permukiman di Surabaya yang sampai saat ini belum bisa terselesaikan. Namun para pemulung ini telah banyak memberikan sumbangsih dalam pengembangan sektor informal, oleh karena itu para pemulung ini perlu dibina untuk bersama–sama mengentaskan permasalahan permukiman mereka. Objek rancangan ini berusaha memberikan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dengan mempertimbangkan segi ekonomi, sosial, dan budaya yang dikemas dalam sajian arsitektur.
Gambar 1. Perspektif mata burung Kampung Binaan Pemulung di Jawar Benowo
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) 1-5 ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG A. Penjabaran Tema Bangkit dapat dimaksudkan sebagai sebuah perlawanan ketika seseorang berada dalam suatu situasi yang buruk dan ia dapat bangun melawan keadaan untuk menuju keadaan yang lebih baik. Bangkit juga dapat menandakan sebuah perubahan keadaan., dari keadaan jatuh menjadi berdiri. Dari keadaan negatif menjadi positif. Berdasarkan penjabaran tema di atas didapatkan karakteristik bangkit yang bisa dikembangkan dalam rancangan arsitektur, yaitu : a. Dinamis b. Ekspresif c. Alur/Pola Hasil rancangan diharapkan adanya output yang mampu menyajikan arsitektur bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan karakteristik bangkit itu sendiri dengan adanya transformasi bentuk atau geometri yang menimbulkan kesan dinamis dan adanya pengulangan – pengulangan yang menyatukan antar massa bangunan, dan bagaimana menampilkan sajian arsitektur yang mampu mewadahi kagiatan sosial warga melalui karakteristik arsitektur yang interaktif.
Gambar 2 : Konsep gubahan massa
Area vocal point – bagian yang paling dilihat orang dari luar
B. Eksplorasi Gubahan Massa dan Penataan Gubahan massa merupakan hasil transformasi dari penjabaran tema bangkit, khususnya pada karakteristik dari bangkit. Sedangkan konsep perletakan massa bangunan berdasarkan analisa site.
Gambaran perletakan bangunan
Konsep bentuk massa Bentukan massa yang sederhana merupakan identitas dari rumah rakyat yang dipertahankan citranya. Kesan bangkit ini ditampilkan dalam bentuk massa yang dinamis dan terdapat alur atau pola yang berulang. Bentukan dengan kesan dinamis ini diciptakan untuk memenuhi kebutuhan estetika. (lihat gambar 2) Konsep Perletakan Massa Bangunan dan Ruang Luar Penyusunan massa bangunan berupa deret susun yang rapi dan merupakan kesatuan unit bangunan.Perletakan massa dibuat saling berhadapan atau saling berdekatan agar warga saling bertemu untuk membentuk suatu interaksi. Bangunan publik berada di tengah agar suasana kampung terpusat di tengah (lihat gambar 3). Ruang luar yang digunakan sebagai parkir motor berada di tengah agar penghuni dapat secara mudah mengaksesnya, dan para pengunjung tidak berjalan jauh untuk menjangkau gedung pameran, selain itu para pengunjung dapat melihat langsung aktivitas yang terjadi di dalam site.
Gambar 3: Konsep perletakan massa bangunan yang berawal dari analisa sudut penglihatan manusia dari jalan.
Kisi – kisi pada area jemur
Kisi-kisi bangunan Kisi-kisi bangunan merupakan horizontal sun screen yang juga berfungsi untuk memasukkan angin ke area jemur (lihat gambar 4).
Gambar 4: Kisi – kisi bangunan
2
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) 1-5 ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
3
C. Eksplorasi Ide Ruang dan Interior Konsep interior pada tiap massa bangunan adalah memaksimalkan bahan material yang ada dengan konsep 4R (Reuse, Reduce, Recycle, and Rethink) - (lihat gambar 5). Meskipun terlihat sederhana namun dengan adanya pemanfaatan barang – barang bekas ini, dapat menggugah para pemulung dan memotivasi para pemulung untuk mengolah sampah secara cerdas. Penghuni bebas mengekspresikan setiap detail interior yang ada, karena itu desain interior hunian hanya menggunakan dinding botol finishing plester tanpa menggunakan cat. (lihat gambar 6).
Gambar 5: barang bekas yang dapat dimanfaatkan sebagai dinding bangunan
Pencahayaan Ruang Memanfaatkan cahaya alami dan pada saat malam hari menggunakan lampu yang murah dan mudah maintenancenya. D. Konsep Utilitas Berikut adalah konsep struktur yang diterapkan pada rancangan : - KM/WC memiliki septictank - Adanya biopori untuk peresapan air yang berfungsi sebagai ruang menjemur pakaian tertutup agar tidak telihat kumuh namun tetap ada celah untuk masuknya angin dan sinar matahari. - Menggunakan bukaan-bukaan lebar, namun ternaungi sehingga hanya memasukkan daylight saja bukan sinar matahari langsung. E. Konsep Struktur
Gambar 6: Konsep interior rusun
Dinding botol plastik pada gedung pameran
Gambar 7: Botol sebagai material sustainable
Menggunakan struktur yang murah, misal kolom balok rigid frame. untuk dinding pengisi dapat memanfaatkan barang-barang bekas di sekitar (botol plastik). III. HASIL RANCANGAN A. Bentuk Bangunan dan Ruang Luar Bentukan massa yang sederhana merupakan identitas dari rumah rakyat yang dipertahankan citranya. Desain rancang menggunakan material murah dan ramah lingkungan dengan prinsip 4R (Reuse, Reduce, Recycle dan Rethink), misal material botol, kayu bekisting, plastik, keranjang buah, atau pecahan kaca. Material dengan prinsip 4R ini merupakan material yang sustainable. (lihat gambar 7) B. Perletakan Massa dan Ruang Luar Perletakan massa bangunan berdasarkan analisa view menuju tapak didapatkan bahwa area yang paling berpotensi sebagai point of interest adalah bagian depan lahan. Perletakan massa dibuat saling berhadapan atau saling berdekatan agar warga saling bertemu untuk membentuk suatu interaksi. Bangunan publik berada di tengah agar suasana kampung terpusat di tengah. (lihat gambar 8) Ruang luar yang digunakan sebagai parkir motor berada ditengah agar penghuni dapat secara mudah mengaksesnya, dan para pengunjung tidak berjalan jauh untuk menjangkau gedung pameran, selain itu para pengunjung dapat melihat langsung aktivitas yang terjadi di dalam site.
Gambar 8: Open Space sebagai posat orientasi komplek bangunan
Gambar 9 : pola sirkulasi masuk dan keluar lahan
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) 1-5 ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
4
C. Sirkulasi dan Zona Sirkulasi ruang luar menggunakan sistem sirkulasi kurva linier. Dengan satu pintu masuk dan satu pintu masuk dan satu pintu keluar. Konsep ini agar memperjelas pola sirkulasi masuk dan keluar lahan. (lihat gambar 9) Zona Privat terdapat pada kebisingan rendah, dan zona aktivitas ekonomi berada di dekat jalan raya yang mudah dijangkau para pengunjung. (lihat gambar 10)
Zona Privat Zona Semi Publik
Zona Publik Zona privat berada pada tingkat kebisingan yang rendah. Ruang kegiatan ekonomi (pameran hasil karya) berada dekat dengan jalan raya sebagai sirkulasi Publik.
D. Ruang dan Interior Interior gedung pameran menggunakan botol plastik yang diekspos. Dan pada hunian menggunakan botol plastik finishing plester. (lihat gambar 11) Untuk interior masing – masing unit hunian ditentukan sendiri oleh penghuninya. Penghuni bebas mengekspresikan setiap detail interior yang ada, karena itu desain interior hunian hanya menggunakan dinding botol finishing plester tanpa menggunakan cat.
Gambar 10 : Zona Lahan
Susunan botol
E. Utilitas Aspek utilitas memiliki peranan penting dalam perancangan ini. Beberapa aspek utilitas utama yang harus diperhatikan antara lain : Pencahayaan Pada komplek ini memaksimalkan pencahayaan alami untuk menghemat penggunaan listrik. Dinding botol plastik yang diekspos pada gedung pameran dan pelatihan yang berpotensi dapat memasukkan daylight secara maksimal, sehingga pada saat siang hari pelatihan berlangsung tanpa menggunakan lampu sebagai bantuan cahaya. Pada malam hari komplek ini umumnya menggunakan general lighting (lampu TL dan lampu pijar) yang lebih ekonomis penggunaannya. (lihat gambar 12)
Gambar 11 : Interior Ruang Pelatihan – Modul botol
plastik sebagai dinding Lampu TL
Gambar 12 : Aplikasi lampu TL pada interior rusun
Pengahawaan Penghawaan Penghawaan pada komplek ini menggunakan penghawaan alami. Dengan menggunakan metode crossventilation. Terdapatnya kisi – kisi pada rusun untuk menerapkan udara mengalir karena adanya perbedaan tekanan. Hal ini menyebabkan udara tidak terkurung dalam ruangan. Cross-ventilation ini membantu sirkulasi udara pada ruangan agar tidak menjadi pengap dan panas. Pada atap bangunan terdapat kisi – kisi untuk memasukkan udara ke dalam ruang atap agar terjadi pelepasan panas secara konveksi. Pelepasan panas pada atap sangat dibutuhkan agar panas yang teradiasi pada atap tidak sampai pada ruangan yang berada di bawahnya. (lihat gambar 13)
Gambar 13 : Angin – angin pada atap
F. Struktur Struktur utama bangunan menggunakan struktur kolombalok rigid frame dan struktur lantai menggunakan plat lantai. Modul kolom pada rusun 4×6 m dan pada gedung pameran 6×6 m. Bangunan rusun menggunakan struktur beton bertulang dengan dinding pengisinya adalah botol plastik finishing plester. Sementara pada gedung pameran dan pelatihan dinding pengisi berasal dari botol plastik yang diekspos. (lihat gambar 14).
Gambar 14 : Struktur rusun
Gambar 15 : Struktur Balai Pertemuan dan Area Karya Bersana (dari kiri ke kanan)
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) 1-5 ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
5
Balai pertemuan menggunakan struktur bambu dan area karya bersama menggunakan struktur kayu dengan papan penjepit. (lihat gambar 15) G. Fasade Bangunan Kesan dinamis dapat ditampilkan dari fasade bangunan di tiap massa yang memiliki ciri khas dan perulangan yang membentuk suatu kesatuan pada lahan rancangan. (lihat gambar 16) KESIMPULAN/RINGKASAN Perwujudan tema “Bangkit” dengan karakteristik dinamis, ekspresif, dan alur/pola dapat diciptakan melalui bentuk massa bangunan, penataan tapak, dan fasade bangunan. Merancang sebuah kampung binaan bagi para pemulung harus memperhatikan dan menyesuaikan kebiasaan para pemulung sebelum direlokasi, sehingga tidak terjadi shock-culture. Kebutuhan ekonomi para pemulung juga harus diwadahi karena kebutuhan ini berkaitan dengan keberlangsungan hidup mereka. Peningkatan taraf hidup para pemulung dapat diwujudkan dengan adanya tempat pengelolaan barang bekas sehingga para pemulung dapat memanfaatkan barang-barang bekas secara cerdas. Rancangan harus meminimalisir terjadinya aktivitas yang menyebabkan kekumuhan, sehingga tujuan terciptanya kampung binaan yang bersih dan sehat dapat tercapai. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3]
[4]
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan-Sampah Khudori, Darwis. 2002. Menuju Kampung Pemerdekaan. Yogyakarta: Yayasan Pondok Rakyat Basri, Hasyim. 2010. Tesis : Model Penanganan Permukiman Kumuh. Studi Kasus : Permukiman Kelurahan Pontap Kecamatan Wara Timur Kota Palopo. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Jurusan Arsitektur Program Magister S2. Rencana Detail Tata Ruang Kota Unit Pengembngan Sambikerep
Gambar 16 : Tampak Barat, Timur , Utara dan Selatan (dari atas ke bawah)