M ENUM BUH KEM BANGKAN POTENSI BATIK M ELALUI PENDIDIKAN PELATIHAN DAN PENDAM PINGAN (P3) *
*
Ir. M . Noerhadi Sudjoni, M BA, M P , Ir. Hj Sri Hindarti, M P , * * M . Khoirul Anwarodin BS, SE.M M , M asyhuri M ) * Dosen Universitas Islam Malang ABSTRAK Upaya pemberdayaan UM KM batik lokal Desa Jono yang ada se jak tahun 1945, tentunya banyak kendala yang dihadapinya dari hulu hingga hilir. M inimisasi kendala tersebut dapat dilakukan dengan program pendidikan, pelatihan dan pendampingan agar batik lokal dapat dimunculkan deversifikasi produk yang inovatif dan adoptif. Atas dasar hasil tersebut dilakukan ‘intervensi’ pada sentuhan teknologi, SDM , dan manajemen. Tujuan penelitian ini tahun I adalah (1) program pendidikan, pelatihan dan pendampingan (P3) secara berkelanjutan pada pilot project UM KM batik lokal Jono; (2) pelaksanaan P3 melalui grup seni budaya sebagai kelompok sasaran potensi pasar; (3) analisis skema P3 melalui kelembagaan dan analisis kendala -kendala yang dihadapi; (4) proses dan mekanisme kelembagaan lokal guna mewujudkan berdayanya UM KM Batik Lokal Jono; (5) Analisis dampak sosial ekonomi dan agama sub sektor kerakyatan; (6) memunculkan skema pembinaan melalui aplikasi model kegiatan produktif dengan pola kemitrasejajaran dengan stakeholders.Tujuan Tahun II adalah (1) analisis hasil evaluasi program dengan melakukan diagnosis kasus menyusun skenario intervensi sosial; (2) tersusunnya skema pengembangan model yang lebih aplikatif yang dirancang untuk kepentingan stakeholders; (3) revitalisasi pasar produk guna mendukung kelancaran program melalui potensi pasar dari sentra seni budaya; (4) analisis corporate social responsibility (CSR) dan/atau agama sebagai indikator keberhasilan Integratif. Hasil Penelitian Hibah besaing adalah sebagai berikut profil kelom pok gabungan UM KM Batik Jono ada perkembangan menarik tahun 2014 dibanding pada tahun 2013. Ada peningkatan jumlah anggota 18% tahun 2013 jumlah anggota 72 pengrajin menjadi 82 pengrajin tahun 2014 . Untuk pengembangan produk ada tambahan produk baru yaitu baju wanita dengan disain masih sederhana. Ada kenaikan penjualan 70% , tahun 2013 rata -rata penjualan Rp. 7 juta menjadi Rp. 12juta tahun 2014. Pada pelaksanaan P3 berhasil menghasilkan beberapa inovasi antara lain : 1) Pengembangan prototipe produk baru berupa : alas lantai, bantal, dompet dan korden batik Jono. 2) Inovasi jasa melalui penjualan jemput bola. 3). Inovasi proses pembuatan batik dengan menggunakan pewarna alami 4) Inovasi pasar, penjualan batik memlalui toko dengan lokasi yang strategis dan display yang tertata rapi dan penjualan bersama, sehingga hemat biaya distribusi . 5). Inovasi logistik, pengadaan bahan baku da n bahan dalam proses secara besama -sama, ssehingga efisiean biayanya. Inovasi organisasi, terbentuknya pengurus Gabungan Kelompo k UM KM Batik Jono. Saran : UMKM Batik masih memerlukan P3 berkelanjutan dalam bidang : 1) penataan kelembagaan Koperasi. 2) M enejemen koperasi 3). Penataan Pemasaran yang lebih efektif dan 4) pengembagan produk baru : baju wanita fasion dan sandal batik Jono.
Kata kunci : Pendidikan, Pelatihan, dan Pendampingan UMKM Batik Jono
1
A. Pendahuluan
pengembangan sistem pendukung usaha bagi
Kabupaten
merupakan
UM KM (potensi Sumberdaya) yg kondusif
salah satu kabupaten di Jawa Timur yang
dan efisien; (iii) program pengembangan
mempunyai potensi sumber daya manusia
kewirausahaan dan keunggulan kompetititf
dalam jumlah besar. Berdasarkan dokumen
UM KM ; (iv) program pemberdayaan usa ha
pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten
skala mikro dan (v) program peningkatan
Bojonegoro diketahui bahwa sebagian besar
kualitas kelembagaan koperasi.
penduduknya
Bojonegoro
(60,82%)
merupakan
usia
Guna mendukung industri batik di
produktif yang bekerja di sektor pertanian,
Desa Jono, desa ini mempunyai sumberdaya
perdagangan, industri, dan jasa. W ilayah
lainnya, yaitu mayoritas penduduk beragama
Kabupaten Bojonegoro bagian barat dan
Islam
selatan banyak terdiri dari dataran tinggi
kelompok
sehingga
banyak
misalnya pengajian rutin, kelompok tahlilan,
bertani.
Taman
penduduknya
lebih
berkebun dan beternak daripada
dan
telah sosial
berkembang yang
kelompok-
bersifat
agamis,
Al-qur’an,
dan
Kelompok-kelompok
ini
Pendidikan
Desa-desa yang berada di wilayah tersebut
sebagainya.
masih
desa
berpotensi untuk digerakkan sebagai roda
tertinggal dengan kondisi geografis yang
perekonomian karena mereka mempunyai
relatif lebih sulit dijangkau daripada des a-
potensi faktor produksi (input) dan produk
desa di wilayah yang lain.
(output) yang masih dikelola secara individu
ada
yang
masuk
kategori
Hasil survey awal, bahwa khusus Desa Jono Kecamatan Temayang adalah desa yang potensi
sehingga
daya
tawarnya
terhadap
pasar
menjadi lemah.
sumberdaya alamnya berupa
M asyarakat Desa
kebun jati, dan desa ini akan dijadikan
kelembagaan
sebagai wilayah percontohan industri batik
dimotori
sebab pada tahun 1945 pernah sebagai desa
Indikatornya
penghasil
perbaikan perkembangan balita dan/a tau anak
batik.
M enumbuhkemba ngkan
cukup
Jono dari aspek
oleh
berkembang
kelompok adalah
ibu-ibu
adanya
yang PKK. gerakan
industri pabrik ini dapat dipakai sebagai
usia
media untuk merespon kebijakan pemerintah
pembuatan
pada 5 program usaha mikro kecil dan
pembuatan bakso bahan baku ikan lele, dan
menengah
sebagainya.
sirup
bahan
baku
pisang,
antara
laian:
(i)
iklim
usaha
yg
Dari aspek seni dan budaya, media
kondusif bagi UM KM yang terkosentrasi
gotong royong yang dapat dijadikan sebagai
pada
sarana mediasi seperti kesenian tradisional
program
(UM KM ),
dini yang kekurang gizi, pelatihan
pemberdayaan
aspek
perijinan;
(ii)
program
2
berupa ketoprak, karawitan, tayub, oklek,
masyarakat,
nyadran, dan lain-lainnya. Budaya Nyandran
mushala, pendidikan, lingkungan
dilakukan masyarakat sebagai sedekah bumi
keaksaraan fungsional, dan life skill yang
untuk membersihkan desa yang dilakukan
akan
saat Jum’at paing. Sedangkan oklek adalah
berkelanjutan di desa Jono.
seni yang dipakai sebagai media untuk menyampaikan
pesan-pesan
pembangunan
pemberdayaan
masjid
memperkuat
Selain
itu
mengintegrasikan
dan sehat,
pendampingan
penelitian perspektif
ini
akan
bina
desa
pada segala bidang. Budaya yang dapat
melalui implementasi nilai-nilai keagamaan
dimanfaatkan sebagai daya dukung dalam
agar masyarakat desa memiliki tidak hanya
menggerakkan sektor pariwisata.
ketahanan ekonomi akan tetapi juga memiliki
Pemberantasan buta huruf dilakukan
ketahanan mental-spiritual. Oleh karena itu
terhadap warga yang mengalami buta aksara
usaha bina desa diharapkan juga memiliki
melalui program yang dilaksanakan oleh
ilmu
pemerintah desa dan dinas terkait yang secara
pembangunan dan ketahanan mental spiritual
berkelanjutan ditargetkan mampu menekan
dengan menjalankan ajaran agama dengan
jumlah
baik, berakhlaq mulia dan berbudaya, serta
buta
aksara
warga.
Fasilitas
pengetahuan
yang
memiliki
bentuk taman pendidikan dan taman bermain.
terampil, profesional, kreatif, inovatif dan
Selain itu, pemerintah desa akan mewujudkan
progresif. Untuk itulah pada program ini akan
pespustakaan yang akan diberi nama warung
dilakukan model pelatihan dan pendampingan
komunikasi (warkom ).
integratif
Desa Jono, untuk mendorong percepatan
dari
untuk
dalam
pendidikan telah tersedia dalam berbagai
Atas dasar paparan hasil survey awal di
komitmen
berguna
segala
membangun,
aspek
dengan
memperhatikan dan mendukung program program yang telah ada.
pembangunan di beberapa bidang diperlukan
Pada
tahun
2012/2013,
usaha akseleratif misalnya dalam berbagai
program
pelatihan
karena
pendidikan, pelatihan dan pendampingan (P3)
ditemukan masih adanya beberapa kendala
pada industri batik dan`sentra seni budaya
yang cukup me ndasar sehingga program
lokal
pelatihan yang telah dan akan dilakukan
memperhatikan hasil jajak pendapat Focus
memerlukan keberlanjutan. Di samping itu
Group Discuse (FGD) dari stakeholders.
program
menyentuh
FGD akan dilakukan beberapa tahap, tahap I
penguatan sumber da ya manusia, pembinaan
dengan melakukan survey awal yang terbatas
keagamaan,
pada kelompok key infoman yang akan
dan
bina
pendampingan
desa
keluarga
ini juga
sakinah,
kesehatan
akan
anggaran
dikosentrasikan
untuk
sebagai stimulasi awalnya dengan
3
dipakai sebagai pijakan dalam penyusunan
kemitrasejajaran
proposal
stakeholders.
sedangkan
tahap
II
meliputi
kelompok sasaran.
g.
1. Permasalahan
Bagaimana dilakukan berkelanjutan
pola
yang
harus
pada
P3
secara
pilot
project
pada
Temayang Bojonegoro
d.
transformasi
Bagaimana
model
yang
aplikasi
model pembinaan dan pendampingan UM K M
Batik
Lokal
Jono
yang
integrative
harus
a.
Pendidikan,
Pelatihan
dan
diimplementasikan pada P3 secara
pendampingan secara berkelanjutan
berkelanjutan pada grup seni budaya
pada pilot project UM KM batik lokal
Desa Jono sebagai kelompok sasaran
di Desa Jono Kecamatan Temayang
potensi pasar UMKM batik local
Kabupaten Bojonegoro.
Bagaimana
deskripsi
skema
P3
b.
Pendidikan,
Pelatihan
dan
melelui kelembagaan yang ada dan
pendampingan secara berkelanjutan
kendalanya
pada grup seni budaya Desa Jono
dalam
pemberdayaan
UM KM
sebagai kelompok sasaran potensi
Bagaimana proses dan mekanisme
pasar UM KM batik lokal.
stakeholders berdayanya
c.
mewujudkan UM KM
Batik
Analisis
Lokal
Bagaimana dampak sosial ekonomi
dihadapi
dan agama sub sektor kerakyatan
UM KM .
peternakan,
pengrajin dan pedagang Bagaimana melalui produktif
skema
aplikasi
model
dengan
dan
pendidikan, pendampingan
melelui kelembagaan yang ada dan analisis
pertanian,
skema
pembinaan
Jono
seperti
f.
pelakukan
2. Tujuan Penelitian
kelembagaan lokal yang melibatkan
e.
program
dengan harapan dapat menjadi tempat
UM KM batik lokal di Desa Jono
c.
akhir
menyusun skenario intervensi sosial
secara spesifik dirumuskan sebagai berikut:
b.
hasil
dengan melakukan diagnosis kasus
Atas dasar ruang lingkup di atas, maka
a.
Bagaimana
dengan
d.
kendala-kendala dalam
yang
pemberdayaan
Proses dan mekanisme kelembagaan lokal yang meliputi berbagai praktek -
pembinaan kegiatan pola
praktek
hubungan
antara
tokoh
masyarakat, pelaku ekonomi, bentuk interaksi kekukuhan
yang interaksi
membangun serta
faktor
4
sosial, ekonomi, budaya, dan gender
B. M ETODE P ENELITIAN
yang mendukung, guna mewujudkan
1. Desain Penelitian
berdayanya
UM KM
Batik
Lokal
Jono. e.
Agar mudah dalam membaca arah
Analisis dampak sosial ekonomi dan
dan alur program serta hasil akhirnya, maka
agama sub sektor kerakyatan yang
program ini dirancang sebagaimana pada
meliputi sektor pertanian, peternakan,
bagan 1 berikut:
pengrajin dan pedagang. f.
Analisis skema pembinaan melalui aplikasi model kegiatan produktif dengan pola kemitrasejajaran dengan stakeholders.
Survey awal Desa Jono
Kebijaka n Pemerin tah Proyek Nasional Pemebrd ayaan Masyara kat (PNPM) Nasion al Region al Kab.Boj onegor o
Kec.Pe nyama n Desa Jono
Produksi batik dg 7 motif Potensi pasar batik melalui semaraknya seni budya lokal
Pro yek per con The Sustainable toh of Program e an De sa Tim Jo Peneliti no
PAKET KEBIJAKAN (PK)
PK tahun I Sentra Industri
Batik
Paket Kebijakan Tahun II: Revitalisasi pasar batik
Program pe ndidikan pelatihan dan pendampingan integratif dan berkelanjutan atas dasar PERPADUAN A SPIRAS I MASYARAKAT dan KEBIJAK AN PEMERINTAH pendekatan yg dilakukan adalah PAR (mufakat )
Gambar 1. Bagan Desain Penelitian
5
2. Metode ANALISIS Pelaksanaan
unsur/variable-variable
Program
berkaitan
Agar
dalam menjalankan program
dominan yang
dengan
implementasi
karakteristik
pelaksanaan
pelatihan
kegiatan pilot project ini terarah, maka
yang selama ini telah dilakukan oleh
analisisnya
Desa.
menggunakan
participatory
appraisal
pendekatan
rapid
(PAR),
Data
dan
informasi
tersebut
kemudian dikompilasikan dan dianalisis.
dengan mekanisme sebagai berikut:
Kegiatan
a. Sosialisasi
pengumpulan data dan informasi primer.
Pelaksanaan
sosialisasi
terkait
berikutnya
adalah
Pengumpulan data dan informasi primer
dengan lingkup kegiatan yang dilakukan
ini
dalam program ini mencakup semua
pelaksanaan uji coba formulasi penataan
aspek.
dengan
intervensi
yang
kepada
kelompok
sasaran
Khusus
perekonomian
pada
masyarakat
aktifitas kecil
dan
ditempuh
bersamaan
dengan
M UFAKAT sehingga
menengah di wilayah Jono sebagai
diperoleh data dan informasi sesuai
proyek percontohan dilakukan melalui
dengan masukan dari kelompok sasaran.
kajian dan telaah yang dalam atas
Kelompok sasaran adalah peserta
fenomena kondisi perekonomian yang
workshop yang meliputi pengrajin desa,
ada,
pengusaha
sehingga
tidak
menimbulkan
(termasuk
diantaranya
dampak sosial masyarakat. Selanjutnya
pengusaha kecil, menengah dan besar),
dilakukan FGD
dan aparatur pemerintah yang tersebar di
dengan
prioritas
program pem berdayaan batik lokal Desa
Pemerintahan
Jono.
Kabupaten. Produk batik diharapkan
b. Pendidikan dan Pelatihan Pelatihan
ini
Desa,
Kecamatan
dan
meningkat dan banyak variasi, hasil
pada
aspek
produksi
dipasarkan
paket
implementasi program yang berkaitan
wisata
dengan teknis, yang didasarkan pada
pada padepokan seni. Kelompok ini dari
pengetahuan praktis, baik pada pengrajin
pengamatan hasil survei awal adalah
batik atau para seniman. Tujuannya ini
cukup potensi untuk dipakai sebagai
dilakukan agar pelaku ekonomi dan/atau
’pasar’ batik lokal Jono.
seniman di Desa Jono datanya terkumpul
dengan
jelas.
dapat
seni-budaya
melalui
yang tertampung
c. Pendampingan
M etodenya
Program ini tidak cukup ditempuh
dengan diskusi-diskusi yang dilakukan
secara
konvensional,
team
program
ini
work
dengan
stakeholders.
selain
mengingat menghasilkan
Outcome yang diharapkan dari kajian ini
dokumen, juga ada yang lebih penting
adalah
dari
dirumuskannya
unsur-
itu
yaitu
berbagai
tindakan
6
pendampingan yang diharapkan dapat
Jono Kecamatan Temayang Kabupaten
menjadi
Bojonegoro.
sarana
menciptakan
suatu
pemahaman bagi stakeholders daerah
e. Output
dalam mengimplementasikan kebijakan
Terbentuknya kelompok pengrajin
yang dimaksud.
batik yang professional dengan ciri khas
Data
kedaerahan yang didukung oleh peluang
dan informasi yang telah
dikumpulkan,
selanjutnya
dianalisis
potensi pasar dari
wisata seni melaui
secara kualitatif dengan menggunakan
bentukan padepokan sentra seni-budaya
pendekatan
Desa Jono. Dukungan para seniman
model
interaktif.
M aksudnya, data dan informasi yang
akses
terkumpul direduksi, sehingga menjadi
diharapkan karena sifat gotong royong
pokok-pokok
masyarakat Jono masih kuat.
temuan
program
yang
batik
produk
lokal
dapat
relevan dengan tujuan penelitian. Hasil reduksi tersebut selanjutnya disajikan
C. HASIL PENELITIAN DAN
dalam bentuk teks naratif dan tabel
PEM BAHASAN
matriks,
kemudian
untuk
diintepretasikan
menda patkan
kesimpulan
sementara. Hasil
Gambaran Umum Desa Jono Kecamatan Temayang Kabupaten
kesimpulan
Bojonegoro
Provinsi
Jawa
sementara
Timur adalah desa yang mulai berkembang
tersebut selanjutnya diverifikasi dengan
sejak Tahun 2004. Perkembangan desa Jono
menggunakan kriteria keabsahan data
Sejak dipimpin oleh seorang kepala desa
yang
bernama
meliputi
ketergantungan,
kredibilitas, keteralihan
dan
Bapak
Dasuki.
Pembangunan
infrastruktur yang ada lebih diutamakan
kepastiannya, untuk digunakan sebagai
kepada
dasar menyusun model pengembangan
pelosok
sistem
Begitu juga dengan program penghijauan
pelatihan
dan
pendampingan
yang integrative dengan pola syariah. d. Sasaran Program
terpadu
dengan
dilakukan
jalan
program
secara
pro
Desa
dan
pavingisasi.
aktif
yang
melibatkan seluruh potensi desa. Bermula
Program pendidikan, pelatihan dan pendapingan
juga
pembangunan
ini
sasarannya
dari
ide
ibu
Bupati
Sunyoto
tentang
pengembangan usaha batik pada tahun
adalah masyarakat secara umum yang
2008,
akan
aspek
dengan mendidik sumberdaya dari desa
kerajian batik dan aspek seni, utamanya
untuk menjadi pengrajin batik. Desa Jono
pada: Kelompok UM KM Batik di Desa
yang
diberdayakan
melalui
maka
dirintislah
mempunyai
alamnya
berupa
kegiatan
potensi kebun
jati
batik
sumberdaya ini
telah
7
dijadikan kegiatan
ikon batik
sekaligus serta
motif
dijadikan
untuk sebagai
Peran perempuan di desa Jono sangat dominan,
hal
ini
terlihat
dari
sisi
wilayah percontohan industri batik. Secara
kelembagaan
ibu-ibu PKK berkembang
histori pada tahun 1945 desa Jono pernah
dengan
hal
dikenal sebagai desa penghasil batik.
kegiatan-kegiatan
Peran kepala desa sangat dominan
baik,
ini
terlihat
seperti
pembuatan aneka
adanya
Posyandu,
keterampilam
ibu-ibu
didukung oleh seluruh warga yang selalu
rumah tangga, kegiatan pengajian ibu-ibu
mendukung perkembangan industri batik di
dan pertemuan kelompok pengarajin batik
desa Jono. Di sisi lain desa ini juga
secara periodik. Dari sisi kultural atau
mempunyai
ya itu
budaya masyarakat desa Jono yang masih
mayoritas penduduk beragama Islam dan
memelihara budaya jawa yang semakin
telah
berkembang
berkembang. Kegiatan kerja bakti, gotong
sosial
yang
sumberdaya
lainnya,
kelompok-kelompok
bersifat
agamis,
misalnya
pengajian rutin, kelompok tahlilan, Taman
menjaga
nilai
etika
dalam
keidupan
kegiatan
bermasyarakat yang masih punya nilai tepo
keagamaan lainnya. Kelompok-kelompok
seliro yang tinggi. Disamping itu budaya
ini berpotensi untuk digerakkan sebagai
jawa masih sangat melekat seperti kegiatan
motivasi
roda
kesenian tradisional ketoprak, wayang kulit,
dasarnya
jaranan, tayuban, kerwaitan, oklek serta
masyarakat mempunyai potensi sebagai
kegiatan nyadran atau bersih desa. Potensi
faktor produksi.
kegiatan ini berimplikasi kepada daya yarik
Pendidikan
dan
royong membangun infrastruktur desa serta
Al-qur’an
terhadap
perekonomian
berkembangnya
karena
pada
Dalam perkembangannya desa Jono terus
tumbuh
batiknya
dalam
dengan
kegiatan
berdirinya
usaha
beberapa
di sektor wisata daerah, dimana branding budaya
desa
Jono
menjadi
sehingga banyak dikunjungi oleh orang -
kelompok batik yang berkemba ng di sana.
orang
Kelompok batik semakin lama semakin
domestik maupun luar negeri.
bertambah
jumlah
dan
terkenal
dari
daerah
lain
maupun
turis
anggotanya,
Hal ini membawa dampak positif
meskipun dari beberapa indikator masih
didalam ikut menggerakkan potensi UKM
banyak
perlu
batik di desa Jono, semakin banyak orang
disempurnakan dan dicarikan solusinya,
yang berkeunjung ke desa ini akan semakin
salah satu aspek adalah kegiatan usaha
mempopulerkan
masih dijalankan secara sendiri-sendiri oleh
mempunyai ciri khas yang culturis dengan
masing-masing kelompok. Untuk melihat
motif daun jati yang khas. Disamping itu
lebih jauh potret ukm batik di desa jono
pengembangan sumber daya di desa Jono
(lihat tabel-1).
tergolong sudah cukup berkembang hal ini
permasalahan
yang
keberadaan
batik
yang
8
terlihat program -program yang berorientasi kepada
peningkatan
pemberantasan terhadap
pendidikan
buta
warga
huruf
yang
4
untuk
dilakukan
mengalami
buta
5 6
aksara, pelatihan-pelatihan terpadu untuk karang taruna, kelompok-kelompok petani dengan
model
penyuluhan
yang
berkelanjutan
serta
pelatihan
serta
7
pengembangan
bagi
kelompok
usaha
8
pengrajin batik Njono. Atas dasar paparan hasil penelitian di Desa Jono, untuk mendorong percepatan pembangunan diperlukan dalam
di
usaha
beberapa
bidang
akseleratif
misalnya
berbagai
pelatihan
pendampingan karena
dan
ditemukan masih
Jumlah anggota UKM Batik (orang) Lama Usaha (tahun) Jenis produk : Kain batik, Kemeja pria, mukena, taplak, baju wanita Rata-rata omset per bulan (Rp) Cara Pembayaran : Tunai (prosen)
72
85
4
5
4 macam
5 macam
7juta
12juta
20
20
80 80 Kredit (Prosen) 9 Biaya Produksi 80 75 dan Distribusi (prosen) 10 Laba Bersih 20 25 (prosen) Sumber data : Data Primer Terolah
c ukup
Pada profil UKM Batik dengan rata -
mendasar sehingga program pelatihan yang
rata pendidikan 9 tahun atau setara SM P
telah dan akan dilakukan memerlukan
dan usia 34 tahun tergolong usia produktif
keberlanjutan.
dan enerjik. Jumlah anggota meningkat
adanya
beberapa
kendala
yang
Profil UKM Batik
18% dari 72pengarin
2013 menjadi 85
pengarjin tahun 2014.
Jenis produk yang
dapat
dihasilkan masih terbatas yaitu kain batik ,
digambarkan pada table 5.1 sebagai berikut
kemeja pria, mukena, taplak meja, dan baju
:
wanita,
Tabel 1 : Profile UKM Batik Desa Jono
dikembangkan variasinya. Rata -rata omset
No 1
per bulan Rp. 12.000.000, masih terbatas
Profile
2
3
UKM
Keterangan Kelompok UKM Batik Jono Rata-rata Pendidikan Ketua Kelompok (tahun) Rata-rata Usia Ketua Kelompok (tahun)
Batik
jono
Th 2013 5
Th 2014 5
sehingga
masih
perlu
wilayah pemasarannya local Dekranasda Bojonegoro dan Jatim serta masyarakat
9
9
sekitar desa Jono. Ada kenaikan 70% dari tahun
lalu
7.000.000. 35
36
yang Pola
rata-rata
hanya
pembayarannya
Rp. masih
menguntungka n Pihak Penjual karena 80% masih konsinyasi. Laba bersih 20% dari
9
omset, masih belum menghitung biaya manajemen. Laba bersih mengalami peningkatan sebesar 25% sedan biaya produksi menurun 6% sehingga semakin efiesen dalam biaya
KELEM AH AN
produksi. Hal ini semakin ditemukan cara efisensi dengan pembelian bahan baku secara
bersama-sama,
sehingga
dapat
potongan harga dari para suplier.
Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman (Swot M odels) Batik Njono-Njonegoroan Tabel 2. Analisa SWOT UKM Batik Desa Jono UNSUR SWOT KEKUA TAN
INDIKATO R M empuny ai 18 motif batik Njono W arna yang tidak mudah luntur Bahan kain batik yang bagus Kualitas pekerjaan yang telaten/hati -hati Pengemba ngan Produk
Toko sebagai tempat pemasaran produk
DESKRIP SI M otif yang dominan adalah daun jati, daun tanaman lain serta motif lain yang bercirikan desa Jono Produk baru : taplak. M ukena. Baju pria & wanita, alas lantai, bantal, korden, dan dompet batik Jono Tempat penjualan yg strategis di Jalan raya dengan display
PELUANG
M asalah pemasaran Kualitas produk belum optimal pada pewarnaan dimana ngecapnya kurang tembus Pengaruh cuaca hujan terhadap warna kurang bagus Packaing yang kurang menarik Pemasaran antar kelompok masih sendirisendiri Belum punya merek dagang M arket area sudah menjangka u wilayah kabupaten Bojonegor o dan ke Provinsi Potensi pemasaran ke luar negeri lewat on line shoop
yang bagus menambah nilai tambah produk Terbatasny a area pemasaran yang belum merambah ke seluruh penjuru kabupaten Bojonegoro dan lebih banyak tergantung pada Dekranasda . Penjualan pada saat pameran
Potensi area pasar yang bisa dikembang kan ke seluruh wilayah Bojonegoro maupun Provinsi serta harapan bisa menembus
10
ANCA MAN
Potensi untuk membantu peningkata n kesejahtera an pengrajin batik Terbukany a segmen bidik untuk semua kalangan M odal untuk kegiatan produksi yang terbatas Persaingan secara internal kelompok pengrajin batik di Njono Persaingan dengan eksternal pengrajin dari luar daerah kabupaten Bojonegor o M unculny a batik khas daerah : Jombanga n, M alang, Batu, Tuban, dll
pasar luar negeri.
Tabel 3 Tipe Inovasi UKM Batik Desa Jono Tipe Inovasi Inovasi Produk
Inovasi Jasa
Inovasi Proses Inovasi Pasar Pengemban gan produk olahan : alas lantai, korden, bantal, mukena, baju, dll. Persaingan internal yang ketat merupakan faktor yang bisa menghamb at perkemban gan pengrajin di desa Jono sendiri.
Inovasi Logistik
Inovasi Organisasi
Lama Batik, kemeja, mekena, dan taplak batik M enunggu order Pewarna Sintetis Pemasaran Lokal M asingmasing kelompok beli bahan baku sendiri M asingmasing kelompok memasarka n dan beli bahan baku sendirisendiri
Baru Aneka Produk : Alas lantai, bantal, korden dan dompet M enjemput Order (Jemput Bola) Pewarna Alami Toko, pameran, Pasar Jawa Timur Kelompok Gabungan Beli bahan bersama.
M embentuk struktur gabungan Kelompok UKM Batik yang memungkinkan jual dan beli bersama, sehingga akan hemat biaya, tena dan waktu
Inovasi UKM Batik Jono Beberapa inovasi yang akan dilakukan UKM Batik desa Jono dapat dilihat pada table 3
11
Tabel 4. Prototipe Produk Baru Batik Jono
Susunan Pengurus Gabungan Kelompok UKM Batik Jono 2014 Ketua
: Susi Susilowati
Bendahara
: Parti
Sekretaris
: Sri Atun
Bagian Produksi
: Partini
Bagian Pemasaran
: Paini
Dengan terbentuknya susunan pengurus gabungan
ini
diharapkan
akan
meningkatkan kinerja UKM batik Jono. Dari sisi produksi aka nada efisensi, karena akan tercipta pembelian bahan baku dan bahan dalam proses secara bersama -sama ( buying coalition). Dari pemasaran akan Propotipe Alas
Prototipe Bantal
Lantai Batik
Batik
tercipta efisiensi distribusi atau penjualan bersama-sama (selling coalition). Untuk lebih memantapkan efektifitas manajemen Gabungan kelom pok ini, masih diperlukan adanya
pendidikan,
pendampingan keuangan,
pelatihan,
dibidang
keanggotaan,
dan
adminitrasi, produksi
dan
pemasaran batik.
Pola Klaster UKM Pola
pemberdayaan
dan
pengembangan UKM Bati dengan model Klaster, yaitu pola terintegrasi dari hulu sampai hilir dalam komditas Batik. Pola klaster yang lain adalah pola hubungan yang erat pada tiga komponen penting yaitu Prototipe Produk Dompet dan Korden batik
Hasil Pelatihan berupa pengembangan Produk baru : Alas lantai, bantal, dompet dan korden
pelaku bisnis, Pemerintah dan akademisi dengan pola saling berbagi peran, manfaat, dan kontribusi. Rencana tindak lanjut program bisa terlaksana apabila didukung oleh elemen -
12
elemen yang peduli terhadap perkembangan
3.
Pihak Akademis
kegiatan batik di desa Jono. Lembaga yang
Sebagai sumbagan pemikiran tentang
bisa berperanan dalam kerjasaa ini adalah :
konsep
1.
pengetahuan
pihak pengusaha/ Bisnisnya
science) yang dapat dipakai sebagi
pelaku
mengambil
bisnis
kebijakan
(the
ilmu
Pelaku Usaha (UKM ) Batik sebagai
Sebagai
dalam
merumuskan
pemodelan
Bojonegoro yang dapat diterima oleh
penelitian
pasar,
diimplementasikan
dari proses
produksi
bahan
pemberdayaan
adalah
Sebagai
memberikan
melakukan
usaha nilai
yang
dapat
tambah
informasi
bahan
(sustanable
untuk
khususnya model
dan
penelitian
(value
kemitraan.
selanjutnya,
sampai pemasaran. Para pengusaha pelaku
of
bahan kajian ilmiah dalam rangka
Sebagai
mulai
development
adalah
pengelolaan produk batik desa Jono
pengembangan
kemitraan refrensi
tindakan of
untuk lanjutan
action
research).
Disisilain
baku
pengengembangan kelembagaan dan
dan
produk
jadi
dengan
Disamping meningkatkan usaha,
guna
itu
pelaku
juga
dan
added) khususnya penyediaan bahan
deversifikasi produk yang marketable.
2.
pengembangan
merumuskan
pemasaran UM KM Batik Jono.
usaha
jaringan
kerjasama
membantu
mengatasi
Rencana tahap selanjutnya 1.
Pengembangan
kelembagaan,
salah
persoalan-persoalan yang menghambat
satu ciri UKM sukses adalah dari
dalam produktivitas dan pemasaran
lembaga non formal menjadi formal.
produk.
Lembaga formal yang dipilih oleh
Pihak Pemerintah (Government)
UKM batik adalah Koperasi.
Sumbangan tentang
pemikiran
pemberdayaan
strategis
2.
masyarakat
pemasaran
melalui
perbaikan manajemen toko, merek, dan
dalam meningkatkan pe ndapatannya melalui usaha yang masyarakat miliki,
Pengembangan
kemasan. 3.
M engadakan
pelatihan
untuk
sederhana,
sistem
yaitu potensi wilayah dalam bentuk
pembukuan
batik lokal. Pemerintah juga berfungsi
adminitrasi, internet untuk pembuatan
sebagai fasilitaor dan legal action
e-mail, face book dan twitter dan
dalam pengembangan UM KM Batik
penggunaan
Bojonegoro.
pembuatan batik. 4.
pewarna
alami
untuk
M erencanakan mendirikan showroom di kota Bojonegoro
13
5.
Pembuatan toko on-line UKM Batik
Inovasi produk :
Jono. 6.
-
Pelatihan dan pemberdayaan UKM
produk
baru
alas
lantai,
bantal, korden, dan dompet,
Batik Jono untuk pengembangan
-
teknik
pemasaran
dengan
produk (product development : baju
model jemput bola, kosinyasi,
wanita fasion)
dan melalui pameran.
D. KESIM PULAN DAN SARAN
-
1. Kesimpulan : a.
kelompok
c.
kelembagaan gabungan kelompok
rupiah / atau naik 70%/bulan. -
optimalisasi
toko
dengan
. Pelat=-han pengembangan
perbaikan display., penjualan
produk baru : Korden, alas lantai,
retail dan partai melalui toko
Sarung Bantal, dan dom pet. 3.
Huda.
Pelatihan bahan pewarna alami
-
(bunga rosella, mahoni, dll). 3.
gabungan
Pelatihan Packing (kemasan),
koperasi
merek, dan labeling.
penjualan produk batik bersama
Optimalisasi showroom : tata
dan
kelola keuangan, manajemen
bersama.
1.
gabungan
Jono
Njono
pelatihan
dan
pembimbingan yang berkelanjutan guna terus mendorong para para
untuk usahanya
dan
mengembangkan hal
ini
pembangunan
hasil
bahan
tercipta
baku
reset
melalui P3 antara lain :
tindakan
kelompok dengan
cara
UKM
Batik
mendirikan
Pelatihan pengembangan produk baru : Baju wanita fasion.
3.
Pelatihan bahan pewarna alami (bunga rosella, mahoni, dll).
4.
di
beberapa bidang lain. Beberapa
2.
akan
berdampak pula pada kemajuankemajuan
pembelian
bisa
bakal
koperasi Batik Jono.
dan pengrajin batik
dapat
sehingga
cikal
Pemantapan menejemen kelembagaan
Pemberdayaan usaha batik di Desa
pengusaha
sebagai
kelompok
saran dan rekomendasi :
backbarry masanger)
diperlukan
Terbentuknya
2. . Saran
d. Pemasaran On line (facebook dan
f.
dari7
juta rupiah menjadi 12juta
persediaan, dll.
e.
meningkat
Pemantapan menejemen
UKM Batik Njono. b.
Rata-rata penjualan batik per
Pelatihan Packing (kemasan), merek, dan labeling.
5.
M anajemen toko/ showroom
6.
Pemasaran On line (facebook dan backbarry masanger
14
DAFTAR PUSTAKA Bambang., N. dkk., (1999). Pengembangan M odel Pendapingan dan Pelatihan Bagi Perajin Industri Rumah Tangga Kerajinan Gerabah Di Desa Banyumelek Kec. Kediri Kab. Lombok Barat NTB. M alang: Lemlit UNM ER Malang. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun Angaran 1998/1999. Dwi.,
2.
Arianto dan Sri Hartini. 2003. Fasilitas Pinjaman M odal bagi UM KM . Bank dan W irausaha. ISSN: 1693-2498 edisi 07.
3.
Budi
4.
Condington, W alter. 1993. Environmental M arketing, Positive Strategi for Reaching The Green Consumer. M cGraw -Hill.
5.
Djaelan,
6.
Gittinger, Price, J. 1986. Economic Analysis of Agriculture (Terjemahan: Analisa Ekonomi Proyek-proye k Pertanian). UI-Press, Johns Hopkins, Jakarta.
7.
Sumodingrat, Gunawan. 2003. Pemberdayaan M asyarakat M enuju Pem bangunan Partisipatif (Disampaikan dalam Diklat Pembangunan Partisipatif M asyarakat). Jakarta.
8.
Lessem,
Ronnie. 1992. Intrausaha, Analisis Pribadi Pengusaha Sukses. Peterjemah: Liana Setiono. Seri Pustaka Eksekutif No. 19. Jakarta.
9.
Pinchot
III, Gifford. 1 985. Intrapreneuring. Harper & Row, Publishers, New York.
K., (2009). Corporate Social Responsibility (CSR). Bandung: Refika Aditama
-----------
(1998). Pemberdayaan M asyarakat Pedesaan pada Industriali-sasi Pedesaan sebagai Upaya M enanggulangi Ke-miskinan dalam Rangka M enghadapi Era Globalisasi. PHB DIKTI. No.75/P2lPT/PHB/VII-1/V/1998. M alang: Lemlit Unisma.
---------- (2004). Inventarisasi dan Uji Coba Pengembangan Industri Kecil dalam Rangka M enumbuhkembangkan Ekonomi Lokal (PEL) Di Wilayah Kota Batu, Jawa Timur. BALITBANG Kata Batu. ---------- (2007). Analisis Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Pola Syariah di Kecamatan TuturNongkojajar Kabupaten Pasuruan. BPSDD Pemkab PASURUAN NOM OR KONTRAK 070/140.1/424.085/2007. ---------- (2007). strategi perencanaan sektor pariwisata dari aspek permintaan dan penawaran. PROPINSI JAW A TIMUR Tgl.&SPM : 27122007.LS/0002330/1200310/2007.
1.
Kewiraswastaan. PPPK/CCK/13?DA DBDAN/91. Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia. Jakarta.
PUSTKA PENUNJANG Anggadiredja, Dedi dan Djajamihardja, Didi B. 1991. Ciri-ciri
Purwanto. 2003. Fasilitas Pinjaman M odal Bagi UM KM . Bank dan W irausaha. ISSN: 1693-2498 edisi 07.
Helmy A. 2003. Pemberdayaan UMK M . PT. Financial Consultant Asia. Jakarta.
15