MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
'
\ \
SALINAN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK IND O NESIA NOMOR
2 0 5 / PM K .04 / 2 0 1 5
TENTANG TATA CARA PENGENAAN TARIF B EA MASUK DALAM l�NGKA PERJANcJIAN ATAU KESEPAKATAN INTERNASIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
a.
bahwa berdasarkan ketentuan Pasal a
Undang-Undang
Kepabeanan
Nomor
10
scbagaimana
Undang-Undang
Nomor
17
13
ayat {1) huruf
19 9 5
Tahun
telah
diubah
Tahun
2006,
tentang dengan terhadap
barang impor dapat dikenakan bea masuk sesuai tarif bea masuk berdasarkan perjanjian atau kesepakatan internasional; b.
bahwa berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dalam
rangka
( ATIGA ) ,
telah diberlakukan tarif bea masuk
ASEAN
ASEAN- China
A SEAN-Korea Free Jap an
Economic
Trade Free
In
Go ods
Trade
Trade Area Partners hip
Area
Agreement
( AC FTA ) ,
( AKFTA ) , Indonesia Agreement
( IJ EPA ) ,
ASEAN-India Free Trade Area {AIFTA}, A SEAN-Australia New
Zealand
Free
Indo nesia-Pakistan
Trade
Area
Preferential
( AANZFTA ) , Trade
dan
Agreement
( IPPTA ) ;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 2 -
c.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a
dan
·
huruf b,
serta
dalam
rangka
melaksanakan ketentuan Pasal 1 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor
10
Tahun
1 995
tentang
Kepabeanan
sebagaimanatelah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 7 Tahun 2 006, ·perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pengenaan Tarif Bea Masuk Berdasarkan Perjanjian Atau Kesepakatan Internasional;
Mengingat
1.
Undang-Undang
Nomor
7
Tahun
1 994
Pengesahan Agreement Establishing The Organization
(Lembaran
tentang
World Trade
Negara. Republik
Indonesia
Tahun 1 994 Nomor 5 7 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3 564) ; 2.
Undang-Undang Kepabeanan
Nomor
(Lembaran
10
Tahun
Negara
1 995
Re publik
tentang Indonesia
Tahun 19 95 Nomor 75 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3 6 1 2)
sebagaimana
telah
diubah dengan Undang Undang Nomor 1 7 Tahun 2 0 0 6 (Lembaran Nomor
Negara
93 ,
Republik
Tambahan
Indonesia
Lembaran
Tahun
Negara
2006
Republik
Indonesia N omor 466 1 ) ;
MEMUTUSKAN : Menetapkan
PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENGENAAN
TARIF
B EA
MASUK
DALAM
RANGKA
PERJANJIAN ATAU KESEPAKATAN INTERNASIO NAL.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1.
Undang-Undang
Kepabeanan
adalah
Undang-Undang
Nomor 1 0 Tahun 1 995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 1 7 Tahun
2 0 06 .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 3 -
2.
Kantor Pabean adalah kantor dalam lingkungan Direktorat ,Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean sesuai dengan Undang-Undang Kepabeanan.
3.
Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
4.
Pejabat Bea dan Cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam j abatan tertentu untuk melaksanakan
tugas
tertentu
sesuai
dengan
Undang
Undang Kepabeanan.
5.
Tarif Preferensi
adalah
tarif bea
masuk
berdasarkan
perjanjian atau kes epakatan internasional ya.Ilg besarnya sesuai
dengan
Peraturan
Menteri
Keuangan
mengenai
penetapan tarif bea masuk dalam rangka perj anjian atau kesepakatan internasional. . 6.
Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin) adalah ketentuan khusus
yang
ditetapkan
berdasarkan
perjanjian
kesepakatan internasional yang diterapkan oleh
atau suatu
negara untuk menentukan negara asal barang. 7.
Negara
Anggota
adalah
negara
yang
menandatangani
perjanjian atau kesepakatan internasional dalam rangka perdagangan barang.
8.
Surat Keterangan Asal ( Certificate of Origin) yang selanjutnya disingkat SKA adalah dokumen yang diterbitkan oleh instansi penerbit SKA di Negara Anggota pengekspor yang menyatakan bahwa barang ekspor yang akan memasuki daerah pabean Indonesia telah memenuhi Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin) .
9.
In stan si Penerbit S KA adalah instan si pemerintah a tau in stitusi
yang
ditunjuk
pemerintah,
yang
diberi
kewenangan untuk menerbitkan S KA atas b arang yang akan diekspor. 10.
Penerbitan Invoice Dari Negara/ Pihak Ketiga ( Third Country Invoicing/ Third Party Invoicing) yang selanjutnya disebut Third
Country
Invoicing/ Third
Party
Invoicing
adalah
penerbitan invoice oleh perusahaan lain ya�g berlokasi di negara ketiga (baik Negara Anggota atau bukan Negara Anggota) atau yang berlokasi di negara yang sama dengan negara tempat diterbitkannya SA K .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 4 -
1 1 . Back-To-Back
Certificate
of
atau
Origin
Mo vement
Certificate adalah SKA yang diterbitkan oleh Negara Anggota
pengekspor
kedua
berdasarkan
SKA
yang
diterbitkan oleh Negara Anggota pengekspor pertama. 1 2 . Tanggal
Eksportasi
a tau Tanggal
Pengapalan
adalah
tanggal Bill of Lading untuk moda pengangkutan laut, tanggal Air Way Bill untuk moda pengangkutan udara, atau tanggal dokumen pengangkutan darat untuk moda pengangkutan darat. 1 3 . Retroactive Check adalah penelitian mengenai keabsahan dan kebenaran isi dari SKA yang dilakukan oleh Instansi Penerbit SKA. 14.
Verification dilakukan
adalah
kegiatan
instansi
penerima
Visit oleh
verifikasi S KA
yang
(Receiving
Authority) , di negara penerbit SKA untuk memastikan keabsahan dan kehenaran isi dari S KA dalam hal hasil Retroactive Check diragukan .
15. Harmonized Commodity Description and Coding System yang selanjutnya disebut Harmonized System (HS) adalah standar
internasional
penomoran
yang
atas
digunakan
sistem untuk
penamaan
dan
pengklasifikasian
produk perdagangan dan turunannya yang dikelola oleh World Customs Organization (WCO).
Pasal 2 (1)
Atas barang impor dapat dikenakan Tarif Preferensi yang besarnya dapat berbeda dari tarif bea masuk yang berlaku umum (Most Favored Nation/ MFN).
(2)
Pengenaan Tarif Preferensi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a.
Tarif Preferensi
berlaku
terhadap
impor
untuk
dipakai yang menggunakan pemberitahuan pabean impor berupa Pemberitahuan Impor B arang; atau
www.jdih.kemenkeu.go.id
-5b.
Tarif Preferensi dapat berlaku terhadap impor untuk dipakai yang menggunakan pemberitahuan pabean impor berupa Pemberitahuan Impor Barang dari Tempat
Penimbunan
Berikat
yang
menerapkan
Sistem Informasi Persediaan Berbasis Komputer (IT Inventory)
sesuai peraturan perundang-undangan
mengenai Tempat Penimbunan Berikat. Pengenaan Tarif Preferensi untuk importasi barang yang
(3)
berasal dari kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan mengenai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas .
BAB II KETENTUAN ASAL BARANG (RULES OF ORIGIN)
Pasal 3 (1)
Untuk dapat menggunakan Tarif Preferensi sebagaimana ·
dimaksud dalam Pasal 2 , barang yang diimpor harus memenuhi Ketentuan Asal B arang (Ru les of Origin) .
(2)
Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin) sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) meliputi :
(3)
a.
kriteria asal barang;
b.
kriteria pengiriman langsung; dan
c.
ketentuan pro sedural .
D alam hal barang impor tidak memenuhi Ketentuan Asal Barang (Ru les of Origin) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) , atas barang impor dikenakan tarif bea masuk yang berlaku umum (Most Favored Nation/ MFN).
(4)
Penj elasan lebih lanjut mengenai Ketentuan Asal Barang (Ru les of Origin) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dalam rangka: a.
ATIGA
adalah
sebagaimana
tercantum
dalam
sebagaimana
tercantum
dalam
Lampiran I ; b.
ACFTA
adalah
Lampiran II ;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 6 -
c.
AKFTA
ad al ah
se bagaimana
tercantum
dalam
se bagaimana
tercantum
dalam
se bagaimana
tercantum
dalam
Lampiran III; d.
IJEPA
ad al ah
Lampiran IV; e.
AIFTA
adalah
Lampiran V; f.
AANZFTA ad al ah
se bagaimana
tercantum
dalam
Lampiran VI ; g.
IPPTA
ad alah
se bagaimana
tercantum
dalam
Lampiran VII , yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Bagian Pertama Kriteria Asal Barang
Pasal 4
(1)
Kriteria asal baning sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3
ayat (2) huruf a meliputi: a.
barang yang seluruhnya diperoleh atau diproduksi di satu Negara Anggota (Wholly Obtained atau Wholly Produced);
b.
barang yang diproduksi di Negara Anggota dengan hanya menggunakan bahan originating dari satu atau lebih Negara Anggota;
c.
barang yang proses produksinya menggunakan Bahan non originating dengan hasil akhir memiliki:
1.
kandungan regional atau bilateral yang mencapai sejumlah nilai tertentu yang dinyatakan dalam persentase; atau
2.
kandungan Bahan non originating yang tidak melebihi nilai tertentu yang dinyatakan dalam persentase;
d.
barang yang proses produksinya menggunakan bahan non originating dan seluruh bahan non originating tersebut
harus
mengalami
perubahan
klasifikasi
( Change in Tariff Classification/ CTC) yang meliputi:
www.jdih.kemenkeu.go.id
-7 Change in Chapter (CC) , yaitu perubahan pada
1.
bab 2.
(2 (dua) digit pertama pada HS) ;
Change in Tariff Heading (CTH) , yaitu perubahan pada pos (4 (empat) digit pertama pada HS) ; atau
3.
Change in Tariff Sub Heading (CTSH) , yaitu perubahan pada subpos (6 (enam) digit pertama pada HS) ; dan/ atau
e.
barang yang proses produksinya menggunakan bahan non originating dan bahan non originating tersebut mengalami perubahan melalui proses tertentu (specific sesuai
process)
masing-masing
perJ anJian
atau
kesepakatan internasional. (2)
Bahan atau barang originating merupakan bahan atau barang yang memenuhi Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin) sesuai masing-masing perjanjian atau kesepakatan internasional yang disepakati.
(3)
Bahan atau barang non originating merupakan bahan atau barang yang tidak memenuhi Ketentuan Asal Barang (Rules of
Origin)
sesuai
masing-masing
perj anjian
atau
kesepakatan internasional yang disepakati.
Bagian Kedua Kriteria Pengiriman Langsung
Pasal 5 Kriteria peng1nman langsung sebagaimana dimaksud dalarh Pasal 3 ayat (2) huruf b meliputi: a.
barang impor dikirim langsung dari Negara Anggota yang menerbitkan SKA ke dalam daerah pabean; atau
b.
barang
impor
menerbitkan
dikirim
SKA
dari
melalui
Negara
negara
Anggota
lain
(transit
yang atau
transhipment) dengan ketentuan:
1.
barang impor tersebut tidak terj adi proses pengolahan di
negara
transhipment,
transit
selama
kecuali
melakukan
proses
bongkar
transit/ muat,
penyimpanan, atau proses lain yang ditujukan untuk menj aga kualitas dan/ atau keamanan barang;
www.jdih.kemenkeu.go.id
-8barang impor tersebut tidak ada proses jual beli atau
2.
kegiatan komersial di negara transit; dan
3.
transit/ tranship m ent dilakukan semata-mata karena pertimbangan
geografis,
ekonomis,
dan keperluan
logistik.
Bagian Ketiga Ketentuan Prosedural
Pasal 6 (1)
Ketentuan
pro sedural
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal 3 ayat (2) huruf c yang berkaitan dengan penerbitan SKA,
a.
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: diterbitkan dalam Bahasa Inggris dengan bentuk,
jumlah lembar dan format tertentu termasuk halaman depan dan halaman se balik b.
SKA
(overleaf notes) ;
memuat nomor referensi, tanda tangan pejabat yang· berwenang, dan stempel resmi dari Instansi Penerbit SKA
negara pengekspor;
c.
ditandatangani oleh eksportir;
d.
diterbitkan dengan batasan waktu tertentu;
e.
dicantumkan kriteria asal barang untuk tiap-tiap jenis barang dalam hal
SKA
mencantumkan lebih dari 1
(satu) jenis barang; f.
kolom-kolom
pada
SKA
diisi
sesuai
peng1sian pada halaman sebaliknya
ketentuan
SKA
(overleaf
notes) ; g.
SKA
yang tidak diterbitkan pada saat atau segera
setelah Tanggal Eksportasi atau Tanggal Pengapalan dicantumkan
tanda/ tulisan/ cap
"ISSUED
RETROACTNELY" atau "ISSUED RETROSPECTNELY' ; dan h.
SKA
berlaku selama 1 (satu) tahun terhitung sejak
tanggal penerbitan .
www.jdih.kemenkeu.go.id
-9(2)
D alam hal
SKA yang diterbitkan hilang atau rusak
sebelum diserahkan kepada Pej abat Bea dan Cukai untuk penyelesaian impor, Instansi Penerbit SKA dapat menerbitkan SKA pengganti dengan ketentuan sebagai berikut: a.
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 );
b.
diberi tanda/ tulisan / cap "CERTIFIED TRUE COPY" dalam kotak yang telah disediakan pada lem bar SKA;
c.
tanggal penerbitan
SKA pengganti
harus
se suai
dengan tanggal penerbitan S KA yang hilang atau rusak; dan d.
diterbitkan dalam j angka waktu paling lama 1 (satu) tahun terhitung sej ak tanggal penerbitan SKA yang hilang atau rusak.
(3)
Dalam hal terdapat kesalahan pengisian SKA, koreksi atas
peng1sian
dilakukan
sebelum
pengaj uan
pemberitahuan pabean impor, dengan cara: a.
menerbitkan SKA baru; atau
b.
melakukan perbaikan, dengan ketentuan sebagai berikut:
1.
mencoret (striking out) data yang salah;
2.
menambahkan data yang benar; dan
3.
memberikan
tanda/ stempel
koreksi
dan
menandasahkan dengan membubuhkan tanda tangan / paraf pej abat.
Pasal
7
Instansi Penerbit SKA di negara transit yang merupakan Negara Anggota dapat menerbitkan S KA Back-To-Back atau Movement Certificate dengan ketentuan : a.
SKA
Back-To-back atau
Movement
Certificate
dibuat
berdasarkan SKA yang diterbitkan oleh Negara Anggota pengekspor pertama;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 10 -
b.
masa
berakhir
SKA
Back
To
Back
atau
Movement
Certificate sebagaimana dimaksud pada huruf a sama dengan masa berakhir SKA yang diterbitkan oleh Negara Anggota pengekspor pertama; c.
barang yang akan diekspor dengan menggunakan S KA Back T o Back atau Movement Certificate, tidak melewati proses pengolahan lebih lanjut di negara pengekspor kedua, kecuali :
1.
untuk pengemasan kembali atau kegiatan-kegiatan logistik seperti pembongkaran , pemuatan kembali, penyimpanan; dan/ atau
2.
kegiatan operasional lainnya yang diperlukan untuk menj aga kualitas produk ataupun untuk keperluan pengangkutan ke negara pengimpor;
d.
total jumlah barang yang tercantum pada S KA Back-to Back atau Mo vement Certificate tidak boleh melebihi jumlah barang yang tercantum pada SKA pertama; dan
e.
nama eksportir yang tercantum pada S KA Back-to-Back atau Movement Certificate harus sama dengan nama importir yang tercantum pada SKA pertama.
Pasal
(1)
8
Terhadap SKA yang diterbitkan sebagaimana dimaksud
·
dalam Pasal 6 menggunakan Third Party Invoice/ Third Country Invoice, dengan ketentuan sebagai berikut: a.
penggunaan
Third
Party
Invoice/ Third
Country
Invoice harus dicantumkan dalam SKA; b.
nama perusahaan dan negara pihak ketiga harus dicantumkan dalam SKA; dan
c. (2)
nomor invoice pihak ketiga dicantumkan dalam S KA .
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) huruf c tidak berlaku dalam hal perj anj ian atau kesepakatan internasional
tidak
mewajibkan
pencantuman
nomor
invoice pihak ketiga dalam SKA.
(3)
Dalam hal invoice dari pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf
c
belum diterbitkan, pada SKA dapat
dicantumkan nomor invoice negara asal barang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 11 -
Pasal
9
Untuk dapat menggunakan Tarif Preferensi sebagaimana
(1)
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1 ) , pada saat penyerahan Pemberitahuan Impor Barang atau Pemberitahuan Impor Barang untuk Ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat, importir harus melampirkan : a.
lembar asli dari
b.
lembar
S KA
SKA
asli
atas barang yang diimpornya;
Back to
back atau
Mo vement
Certificate; c.
lembar
asli
Issued . Retroactively
Retrospectively
SKA,
dari
waktu
j angka
dalam hal
SKA
tertentu
atau
Issued
diterbitkan lebih
setelah
Tanggal
Eksportasi atau Tanggal Pengapalan; d.
lembar asli Certified True Copy
SKA,
dalam hal
SKA
asli rusak atau hilang; atau e.
lembar asli
SKA
sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, huruf b, huruf c, atau huruf d yang telah dikoreksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (3) . (2)
S KA
sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) , harus masih
berlaku pada saat Pemberitahuan Impor Barang atau Pemberitahuan Impor Barang dari Tempat Penimbunan Berikat mendapat nomor pendaftaran di Kantor Pabean .
(3 )
Importir
harus
mencantumkan
tanggal
SKA,
serta
kode
nomor
Tarif
referensi
Preferensi
dan pada
Pemberitahuan Impor Barang, atau Pemberitahuan Impor B arang untuk Ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat dan
Pemberitahuan
Impor
B arang
dari
Tempat
Penimbunan Berikat. (4)
Importir yang
pada
saat penyerahan
Pemberitahuan
Impor Barang atau Pemberitahuan Impor Barang untuk Ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat: a.
tidak memiliki
b.
memiliki
dianggap
SKA
SKA;
atau
namun tidak menyampaikannya,
tidak menggunakan Tarif Preferensi
dalam
im portasinya.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 12
( 5)
D alam
hal
Movement
-
informasi pada S KA Back to back atau diragukan
Certificate
atau
tidak
·
lengkap,
untuk dapat menggunakan Tarif Preferensi, wajib
menyerahkan
pengekspor
lembar
pertama
jika
S KA
copy Pejabat
Bea
Importir
dari
negara
dan
Cukai
memintanya.
Pasal 1 0 (1)
Untuk
memenuhi
ketentuan
mengenai
kriteria
pengiriman langsung melalui negara lain (transit atau transhipment) sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5
huruf b , importir harus menyerahkan dokumen-dokumen yang membuktikan bahwa barang yang diimpor telah memenuhi kriteria pengiriman langsung kepada Pejabat Bea dan Cukai . (2)
Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilengkapi
dengan
dokumen
dari
dapat
instansi kepabeanan
negara transit yang menyatakan bahwa barang tersebut tidak mengalami proses apapun kecuali proses bongkar dan muat, penyimpanan, atau proses lainnya yang ditujukan untuk menjaga kualitas dan/ atau keamanan barang.
Bagian Keempat Pe �elitian oleh Pe jabat Bea dan Cukai Pasal 1 1 (1)
Pejabat Bea dan Cukai berwenang untuk melakukan penelitian
terhadap
memperoleh
Tarif
Surat
Preferensi
Keterangan
Asal
sebagaimana
untuk
dimaksud
dalam Pasal 2 atas barang yang diimpor. (2)
D alam rangka pengenaan Tarif Preferensi sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal
2,
Pejabat
Bea
dan
Cukai
melakukan penelitian SKA dan Pemberitahuan Pabean Impor
meliputi
Pemberitahuan
Impor
B arang
atau
Pemberitahuan Impor Barang untuk Ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat dan Pemberitahuan Impor Barang dari Tempat Penimbunan Berikat.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 13 -
Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meli puti :
(3)
a.
pemenuhan
kriteria
asal
barang
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ; b.
pemenuhan
kriteria
pengiriman
langsung
se bagaimana dimaksud dalam Pas al 5 dan Pas al 1 0 ; c.
pemenuhan
ketentuan
pro s edural
dimaksud dalam Pasal 6, Pasal
sebagaimana
7,
8, dan
Pasal
Pasal 9; d.
pencantuman kode Tarif Preferensi, nomor referensi dan tanggal
SKA
pada pemberitahuan pabean impor
sebagaimana dimaksud ayat (2) ; e.
jenis dan jumlah barang yang mendapatkan Tarif Preferensi;
f.
besaran
tarif
bea
masuk
yang
diberitahukan
berdasarkan Tarif Preferensi; dan g.
ke sesuaian antara data pada pemberitahuan pabean impor
dan
dokumen
dengan data pada (4)
pelengkap
pabean
lainnya
SKA.
D alam hal hasil penelitian menunjukkan : a.
jumlah
barang
pemberitahuan
yang
pabean
tercantum
impor
lebih
jumlah barang yang tercantum dalam
dalam
besar
dari
SKA,
atas
kele bihan terse but dikenakan tarif bea masuk yang berlaku umum (Most Favored Nation/MFN); b.
jenis barang yang tercantum dalam pemberitahuan pabean impor berbeda dengan jenis barang yang tercantum
dalam
SKA,
atas
jenis
barang yang
berbeda tersebut dikenakan tarif bea masuk yang berlaku umum (Most Favored Nation/MFN); atau c.
klasifikasi
barang
yang
tercantum
dalam
SKA
berbeda dengan penetapan klasifikasi oleh Pejabat Bea dan Cukai, berlaku ketentuan sebagai berikut: 1.
dasar pengenaan tarif preferensi dan penelitian kriteria asal barang adalah penetapan Pejabat Bea dan Cukai tersebut; dan
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 14 -
2.
TC\rif Preferensi tetap dapat diberikan sepanjang klasifikasi barang yang ditetapkan oleh Pejabat Bea dan Cukai terdapat pada Peraturan Menteri Keuangan mengenai penetapan ta rif bea masuk dalam
perjanj ian
rangka
atau
kesepakatan
internasional . (5)
Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan berdasarkan usulan atau informasi dari institusi pembina sektor terkait.
Pasal 12 SKA diragukan keabsahan dan kebenaran isinya dalam hal : a.
tanda tangan pej abat yang berwenang menandatangani SKA dan / atau stempel tidak sama atau tidak tercantum dalam contoh spesimen tanda tangan dan / atau stempel;
b.
format, bentuk, dan pengisian SKA tidak sesuai dengan ketentuan penerbitan SKA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6; dan / atau
pemenuhan Ketentuan Asal Barang lainnya diragukan .
Pasal 1 3 D alam hal hasil penelitian SKA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 diragukan, berlaku ketentuan sebagai berikut: a.
Kepala Kantor Pabean meminta Retroactive Check kepada Instansi Penerbit SKA; dan
b,
Pej abat Bea dan Cukai mengenakan tarif bea masuk yang berlaku umum (Most Favored Nation/MFN) .
Pasal 14 ( 1)
Permintaan Retroactive Check sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 3 dilampiri dengan copy SKA yang akan dimintakan
Retroactive
Check
dengan
menyebutkan
alasan permintaan Retroactive Check, disertai dengan permintaan penjelasan keabsahan dan kebenaran isi SKA, dan / atau permintaan bukti-bukti terkait.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 15 -
(2)
Kepala Kantor Pabean dapat meminta Retroactive Check secara acak ( random) , sesuai masing - masing perjanjian atau ke sepakatan internasional yang disepakati .
Pasal 1 5 (1)
D alam
hal
dilakukan
kepabeanan,
Kepala
penelitian
Kantor
ulang
Wilayah
atau
atau
audit
unit
di
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang melakukan penelitian
ulang
mengajukan
atau
permintaan
audit
kepabeanan ,
Retroactive
Check
dapat kepada
Instansi Penerbit SKA apabila terdapat kera guan tentang keabsahan dan kebenaran isi SKA. (2)
Pengenaan Tarif Preferensi atau tarif bea masuk yang berlaku umum (Most Favored Nation/ MFN) ditetapkan setelah diterimanya jawaban atas permintaan Retroactive Check sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) .
(3)
Dalam hal jawaban atas permintaan Retroactive Check sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) : a.
tidak diterima sampai dengan batas waktu yang telah ditetapkan sesuai masing- masing perjanjian atau
kesepakatan
internasional yang
disepakati;
a tau b.
tidak mencukupi untuk membuktikan pemenuhan Ketentuan Asal B arang (Rules of Origin),
dilakukan
atas
penagihan
selisih
kekurangan
pembayaran bea masuk dan Pajak D alam Rangka Impor (PDRI) berdasarkan tarif bea masuk yang berlaku umum (Most Favored Nation/MFN) .
Pasal 1 6 (1)
D alam hal jawaban atas permintaan Retroactive Check diragukan kebenarannya atau tidak mencukupi untuk �embuktikan pemenuhan Ketentuan Asal B arang (Rules of Origin), Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk dapat melakukan Verifi cation Visit se suai masing-masing perjanjian
a tau
kesepakatan
in ternasional
yang
disepakati .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 16 D alam hal diperlukan Verifi cation Visit, Direktur Jenderal
(2)
atau pej abat yang ditunjuk menyampaikan permintaan secara tertulis kepada Instansi Penerbit S KA, atau badan yang berwenang, dan pihak lain yang terkait dengan mencantumkan informasi yang dimintakan . (3)
Dalam hal hasil Verification Visit menunjukkan bahwa barang yang diimpor tidak memenuhi Ketentuan Asal Barang (Ru les of Origin) atau tidak mencukupi untuk membuktikan pemenuhan Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin), Pej abat Bea dan Cukai melakukan tindak lanjut se suai peraturan perundang-undangan .
(4)
Pelaksanaan Verification Visit dapat melibatkan institusi terkait.
(5)
Pihak yang terlibat dalam Verification Visit harus menjaga kerahasiaan
informasi
yang
diperoleh
dalam
proses
verifikasi.
17
Pasal
D alam hal SKA terdiri dari beberapa j enis barang, penolakan terhadap
salah
pengenaan
satu
j enis
Tarif Preferensi
barang
tidak
atas j enis
membatalkan
barang
lain
yang
memenuhi Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin).
Pasal
(1)
18
S KA tetap dianggap sah dalam hal terdapat perbedaan yang bersifat minor ( minor discrepancies) .
(2)
Perbedaan yang bersifat minor sebagaimana dimaksud pada ayat a.
(1) tersebut dapat meliputi :
kesalahan
pengetikan
atau
ej aan
pada
SKA
sepanJ ang dapat diketahui kebenarannya melalui dokumen Packing
pelengkap List
dan
pabean dokumen
( invoice,
BL/ A WB,
pelengkap
pabean
lainnya) ; b.
perbedaan ukuran dan tipe huruf pada SKA;
c.
perbedaan penggunaan centang atau silang pada kotak dalam SKA, serta perbedaan ukuran centang atau silang tersebut;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 17 -
d.
perbedaan kecil antara tanda tangan pada S KA dengan specimen;
e.
perbedaan
kecil
pada
ukuran
kertas
yang
digunakan ; f.
perbedaan kecil pada warna tinta yang digunakan dalam pengisian SKA ; dan / atau
g.
perbedaan kecil uraian bara ng antara S KA dengan dokumen
pelengkap
pabean
lainnya
sepanj ang
barangnya adalah sama.
Pasal 1 9 (1)
Barang impor yang berasal dari Negara Anggota dengan nilai Free on Board (FOB) tidak melebihi U S $2 0 0 . 00 (dua ratus dolar Amerika) dapat dikenakan Tarif Preferensi tanpa harus melampirkan S KA .
(2)
Pengenaan Tarif Preferensi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) , dapat diberikan sepanj ang importasi tersebut bukan merupakan bagian dari satu atau lebih importasi lainnya yang bertujuan untuk menghindari kewaj iban penyerahan S KA.
(3)
Pengenaan Tarif Preferensi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) hanya diberikan terhadap barang impor yang menggunakan dokumen Pemberitahuan Impor B arang.
BAB III KETENTUAN PENUTUP
Pasal 2 0 Ketentuan lebih lanjut mengenai : (1)
tata laksana penelitian untuk pengenaan Tarif Preferensi atas . impor barang untuk dipakai yang menggunaka::i pemberitahuan
pabean
impor
berupa
Pemberitahuan
Impor barang dari Tempat Penimbunan Berikat; d an (2)
tata laksana Verification Visit Dalam Rangka Perj anj ian Atau Kesepakatan Internasional,
diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 18 Pasal 2 1 Peraturan Menteri ini mulai berlaku setelah 3 0 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal diundangkan .
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indone sia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 1 6
November
201 5
MENTER! KEUANGAN REPUBLI K INDO NESIA, ttd . BAMBANG P. S . B RODJONEGORO Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 1 7 November 2 0 1 5 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG - UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd . WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLI K INDONESIA TAHUN 2 0 1 5 NOM O R 1 7 2 9 Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Umum U. b.
'1
Hfp(J0,
Kep?-Ia Bagian T.
I Gm
It:;:.
NIP I
U•
T
JUMUM
<'. ., �e.pienterian
��,.,. •
; 5,?rO� - ,�p2'1001 --
-�
-�· T flfAT Je\'"'� .r/
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 19 -
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK IND ONESIA
2 0 5 / PMK. 04/ 2 0 1 5
NO M OR
TENTANG TATA
CARA
PENGENAAN
MASUK
BEA
TARIF
BERDASARKAN
PERJANJIAN ATAU KESEPAKATAN INTERNASI ONAL
KETENTUAN ASAL BARANG DALAM RANGKA ASEAN TRADE IN GOODS AGREEMENT (ATIGA)
A.
KRITERIA ASAL BARANG
Kriteria Asal B arang dalam rangka ATIGA meliputi: 1.
Wholly Obtained atau Wholly Produced Barang-barang yang dikategorikan sebagai Wholly Obtained atau Wholly Produced adalah sebagai berikut: a.
Tanaman dan produk tanaman, termasuk buah-buahan , bunga, sayuran , pohon, rumput laut, j amur, dan tanaman hidup lain yang ditumbuhkan dan dipanen, dipetik atau diperoleh di satu Negara Anggota pengekspor;
b.
Binatang
hidup ,
moluska,
krustasea,
mamalia,
termasuk reptil,
bakteri,
ikan ,
burung/ unggas, dan
virus ,
lahir
dan
dibesarkan di satu Negara Anggota pengekspor; c.
Produk yang diperoleh dari binatang hidup di satu Negara Anggota pengekspor;
d.
Hasil
perburuan,
perangkap,
pemancingan,
pertanian
dan
peternakan, budidaya air, pengumpulan atau penangkapan yang dilakukan di satu Negara Anggota pengekspor; e.
Mineral dan produk alam lainnya, selain huruf a sampai huruf d , diekstraksi atau
diambil dari tanah, perairan, dasar laut, atau di
bawahnya; f.
Hasil penangkapan ikan di laut yang diambil oleh kapal yang terdaftar
di
satu
Negara
Anggota
dan
berbendera
negara
tersebut, dan produk lain yang diambil dari perairan, dasar laut atau di bawahnya di luar wilayah perairan teritorial (misal Zona Ekonomi Eksklusif Negara Anggota, sepanj ang Negara Anggota memiliki hak untuk mengeksploitasi perairan , dasar laut dan d bawahnya tersebut se suai dengan hukum internasional;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 20 -
g.
H asil penangkapan ikan di laut dan produk laut lainnya dari laut lepas oleh kapal yang terdaftar di s atu N egara Anggota dan berbendera Negara Anggota tersebut;
h.
Produk yang di pro s e s dan / atau dibuat di kapal p engolahan hasil laut (factory ship) yang terdaftar di s atu negara anggota dan
berbendera
Negara
Anggota,
hanya
dari
produk
sebagaimana dimaksud pada huruf g; 1.
B arang yang dikumpulkan , tidak dapat lagi berfungsi se suai fungsinya semula, tidak dapat dikembalikan kepada fungsi semula atau tidak dapat diperbaiki dan hanya cocok untuk dibuang atau digunakan sebagai b ah an b aku , atau untuk tuj uan daur ulang;
J.
Sis a dan scrap yang berasal dari :
1)
pro s e s produksi di satu Negara Anggota p engekspor; atau
2)
barang bekas yang dikumpulkan d i s atu Ne gara Anggota pengekspor, asalkan barang terse but hanya cocok untuk diambil bahan mentah; dan
k.
B arang yang diproduksi atau diperoleh di s atu N egara Anggo ta pengekspor dari produk sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai huruf j .
2.
Not Wholly Produced atau Not Wholly Obtained 2 . 1 . Regional Value Content (RVC) Regional Value Content (RVC) yang memenuhi kriteria asal b arang dalam rangka ATIGA adalah kandungan nilai re gional paling se dikit 4 0% (empat puluh persen) dari FOB barang yang dihasilkan , yang dihitung dengan menggunakan metod e : a.
Metode. Langsung (Direct Method)
Biaya
Biaya
Bahan
Tenaga
Baku
RVC
ASEAN
t
Kerja Langsung
Biaya t
Overhead Langsung
t
Biaya Lainnya
t
Keuntungan x
=
Nilai FOB
www.jdih.kemenkeu.go.id
100%
- 21 -
b.
Metode Tidak Langsung (Indirect Method)
Nilai Bahan, Ba�an atau Barang Non Originating
Nilai FOB RVC
=
x
------
100%
Nilai FOB
Kete rangan: 1)
B i aya B ahan B aku A S EAN adalah nilai Cos t, Insu rance, and
Freight
(CI F)
dari
b ahan ,
b agian ,
atau
barang
o riginating, atau yang diproduksi sen diri o le h produsen d alam pro s e s produksi barang; 2)
Nilai b ahan, b agian , atau b arang n o n - o riginating, adalah : (a)
N ilai C I F dari nilai b ahan , b agian , atau barang non o riginating pada saat importasi, atau ;
(b)
H arga pasti yang p e rtama dib ayarkan (the earliest ascertained price paid) untuk s e mua bahan yang tidak
d apat
ditentukan
Negara Anggota
keasalannya
dimana
penge rj aan
di
wilayah
atau
pro s e s
b erlangsung; 3)
B iaya Tenaga Kerj a Langsung meliputi upah , remunera s i , dan
tunj angan-tunj angan
tenaga
kerj a
lainnya
yang
terkait d engan pro s e s produksi; 4)
Perhitungan Biaya Overhead Langsung h arus meliputi namun tidak terbatas pada aset tidak b ergerak ( re al p roperty
ite m)
yang
terkait
dengan
pro s e s
produksi
(asuran s i , sewa dan leasing pabrik, p enyu sutan nilai b artgunan ,
perbaikan dan pemelih araan ,
bunga hipo tik) ;
pembayaran bunga d an
paj ak-paj ak, s ewa untuk
p abrik d an perlengkapan ; ke amanan pabrik; asuran s i (p abrik, p erlengkapan d an bahan - bahan yan g digunakan d alam pro duksi barang) ; utilitas (energi , li s trik, air d an utilitas lainnya yang s e c ara langsung ditujukan untuk pro s e s
produksi
barang) ;
penelitian ,
pengembangan ,
·
rancangan dan rekayasa; c etakan ( moulds dan dies) , p e rkakas
dan
penyu sutannya ,
pemeliharaan
d an
perbaikan pabrik dan perlengkapan , royalti atau lis e n s i (terkait dengan paten me sin atau p ro s e s yang digunakan
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 22 -
dalam p embuatan barang atau hak untuk memproduksi barang) , pemeriks aan dan penguj ian bah an dan barang, penyimpanan dan penanganan di pabrik, p embuangan limbah yang dapat didaur ulang dan un sur-unsur biaya dalam menghitung nilai bahan baku , yaitu biaya bongkar muat clan bea masuk serta pajak clalam rangka impor lainnya; clan 5)
Nilai
FOB
aclalah
nilai
free-on-board
barang,
yang
dihitung clengan menjumlahkan harga b ahan baku , biaya produksi, keun tungan dan biaya lainnya. 2 . 2 . Change in Tariff Classification (CTC) Perubahan klasifikasi barang yang cligunakan s eb agai kriteria a s al barang adalah perubahan pada tingkat 4 (empat) digit clan disebut Change in Tariff Heading (CTH}. 3.
Product Specific Rules (PSR) Product Specific Ru les yang cligunakan sebagai kriteria asal barang adalah procluk yang kriterianya tercantum clalam daftar PSR ATIGA .
B.
KRITERIA PENGIRIMAN LANGSUNG
1.
Dalam hal pengiriman barang impor melalui transit atau transhipment di satu atau lebih negara bukan anggota, kriteria pengiriman langsung clapat dibuktikan clengan dokumen sebagai berikut: a.
Through Bill of Lading atau dokumen pengangkutan lainnya yang cliterbitkan di negara pengekspor dan menunjukkan ke seluruhan termasuk
rute
kegiatan
perj alanan tran sit
dari
atau
negara
pengekspor,
transhipment,
s ampai
ke
daerah pabean; b.
S KA Form D yang diterbitkan oleh Instansi Penerbit S KA di negara anggota pengekspor; clan
c.
Invoice clari barang yang bersangkutan;
d.
Dokumen penclukung lainnya yang membuktikan pemenuhan ketentuan Pasal 5 huruf b Peraturan Menteri ini.
2.
Dalam
hal
pengiriman
barang
impor
melalui
transit
atau
transhipment di Negara Anggota harus dilengkapi S KA Form D yang diterbitkan oleh Instansi Penerbit SKA di negara pengekspor dan dokumen pendukung yang membuktikan pemenuhan ketentuan Pasal 5 huruf b Peraturan Menteri ini .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 23
-
KETENTUAN PROSEDURAL
C.
Penelitian atas Pemenuhan Ketentuan Penerbitan Surat Keterangan
1.
Asal Penelitian
atas pemenuhan ketentuan penerbitan
S KA Fann D
meliputi : a.
Ukuran kertas ISO A4 warna putih .
b.
Penandatanganan SKA Fann D oleh pemohon/ eksportir.
c.
Penandatanganan
S KA Fann D
dan
stempel
oleh
instansi
penerbit. d.
Penerbitan SKA Form D sebelurn tanggal ekportasi atau sampai dengan paling lambat 3 hari setelah Tanggal Eksportasi atau Tanggal Pengapalan.
e.
Pemberian tanda (
.Y ) atau ( X ) pada kolom 1 3 kotak "Issued
Retroactively' dalam hal SKA Form D diterbitkan lebih dari 3 hari setelah Tanggal Eksportasi atau Tanggal Pengapalan . f.
Pengisian kolom-kolom lainnya pada S KA Fann D .
g.
Penerbitan SKA Form D baru atau perbaikan atas kesalahan pengisian.
2.
Penelitian S KA Back to Back Penelitian SKA Form D Back-to-Back yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang di Negara Anggota pengekspor kedua meliputi : a.
Pemenuhan
ketentuan
sebagaimana
diatur
dalam
Pasal
7
Peraturan Menteri ini; b.
Pencantuman Nilai FOB barang d i negara pengekspor kedua pada Kolom
9 SKA Form D "Back-to-Back " dalam hal kriteria asal
barang barang adalah RVC ; dan c.
Pemberian tanda (
.Y ) atau ( X ) pada kolom 1 3 S KA Fann D
kotak "Back-to-Back CO' . d.
D alam hal informasi yang dimuat dalam SKA Form D Back-to Back tidak
lengkap
dan/ atau
diduga terj adi penghindaran
kewaj iban ( circu mvention) , lembar pertama asli S KA Form D dapat diminta.
3.
Penelitian Third Country Invoicing Penelitian penggunaan Third Country Invoicing meliputi : a.
Pencantuman nama perusahaan dan negara yang menerbitkan invoice pihak ketiga ( Third Country Invoice) pada kolom 7 S KA Fann D .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 24 -
b.
Pencantuman nomor invoice Eksportir pada Kolom 1 0 dan pencantuman
nama
perusahaan
dan
negara 7
menerbitkan invoice pihak ketiga pada Kolom
yang
akan
SKA Form D
dalam hal invoice tersebut belum diterbitkan . c.
Pencantuman tanda
( .Y ) atau ( X ) pada kotak "Third Country
Invoicing " pada kolom 1 3 SKA Form D . 4.
Retroactive Check Pelaksanaan Retroactive Check dilaksanakan dengan ketentuan : a.
Permintaan retroactive check harus melampirkan fotokopi S KA Form D
terkait
dan
mencantumkan
alasan
dan informasi
tambahan lain yang menyebabkan SKA Form D diragukan, kecuali dalam hal permintaan retroactive check dilakukan secara random; b.
Instansi penerbit yang menenma permintaan retroactive check memberikan j awaban atas permintaan retroactive check dalam j angka waktu
90
(sembilan puluh)
hari
sej ak diterimanya
permintaan retroactive check; c.
D alam
hal j awaban
retroactive
check yang
diterima
tidak
mencukupi untuk membuktikan pemenuhan Ketentuan Asal B arang atau keabsahan SKA Form D atau j awaban diterima melebihi j angka waktu sebagaimana dimaksud pada angka 5 hruf b , S KA Form D ditolak sehingga Tarif Preferensi tidak diberikan dengan mempertimbangan pro sedur penetapan tarif Bea Masuk oleh Direktur Jenderal se suai Undang Undang Kepabeanan.
5.
Verification Visit Verification Visit dilaksanakan dengan ketentuan : a.
Negara Anggota pengimpor haru s : 1)
Mengirimkan pemberitahuan tertulis kepada: a)
Eksportir / produsen yang akan dikunjungi;
b)
Instansi penerbit SKA Form D di Negara Anggota pengekspor;
c)
Instansi pabean Negara Anggota pengekspor;
d)
Importir
barang
terkait
SKA
Form
D
yang
akan
diverifikasi .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 25 -
2)
Pemberitahuan
tertulis
pada
huruf
a
angka
1)
mencantumkan informasi antara lain : a)
Nama eksportir/ produsen yang akan dikunjungi;
b)
Rencana tanggal verification visit;
c)
Rencana ruang lingkup
verification visit,
termasuk
referensi atas barang yang diverifikasi; dan d)
Nama
dan
j abatan
pej abat
yang
melaksanakan
verification visit. 3) b.
Memperoleh persetujuan tertulis dari eksportir/ produsen
D alam hal persetujuan tertuli§ sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 3 ) tidak diperoleh dalam j angka waktu 3 0 (tiga puluh) hari setelah diterimanya pemberitahuan, S KA Fann D dinyatakan ditolak.
c.
Verification Visit harus dilakukan dalam j angka waktu 60 (enam puluh) hari sej ak diterimanya persetujuan tertulis.
d.
D alam hal atas barang terkait dinyatakan memenuhi Ketentuan Asal B arang, SKA Fann D dinyatakan diterima.
e.
Penetapan diterima atau ditolaknya S KA Fann D dilakukan dalam j angka waktu maksimal 1 80 (seratus delapan puluh) hari sej ak izin tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 3 ) diterima.
D.
KETENTUAN PENGISIAN PEMBERITAHUAN PAB EAN IMPOR
1.
Pengisian Pemberitahuan Impor Barang B C 2 . 0 Untuk tujuan pengenaan tarif preferensi, pada Pemberitahuan Impor Barang (PIB) diisikan kode Tarif Preferensi, nomor referensi dan tanggal S KA Fann D sebagai berikut: a.
Dalam hal PIB hanya menggunakan skema ATIGA, kode 0 6 , nomor referensi, dan tanggal SKA Fann D , dicantumkan pada Kolom 1 9 dan / atau Kolom 3 2 PIB ;
b.
D alam
hal
kepabeanan , sedangkan
PIB
menggunakan
kode nomor
06
skema
dican tumkan
referensi
dan
ATI GA
pad a tanggal
clan
Kol om S KA
fasilitas 32 Fann
PIB , D
dicantumkan pada Lembar Lampiran Dokumen D an Pemenuhan Persyaratan / Fasilitas Impor PIB .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 26 -
2.
Pengisian pada Pemberitahuan Impor Barang Untuk Ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat (B C 2 . 3) dan / atau Pemberitahuan Impor B arang dari Tempat Penimbunan Berikat (BC 2 . 5) diatur tersendiri dalam
Peraturan
Direktur
Jenderal
yang
mengatur
ketentuan
mengenai Kawasan Berikat dan Gudang Berikat. 3.
Hal - Hal Lain terkait Ketentuan Asal B arang a.
Akumulasi 1)
Barang originating dari Negara Anggota yang digunakan sebagai bahan baku untuk suatu barang j adi di Negara Anggota lain yang memenuhi Ketentuan Asal B arang untuk memperoleh tarif preferensi, harus dianggap sebagai barang originating negara tempat di mana proses produksi barang j adi dilakukan.
2)
Dalam hal nilai RVC bahan baku kurang dari 4 0% (empat puluh persen) , nilai yang dapat diakumulasikan dalam perhitungan RVC ASEAN adalah nilai kandungan domestik negara pengekspor bahan baku yang besarnya tidak kurang dari 2 0% (dua puluh persen) .
b.
Pro ses dan pengerj aan minimal (Minimal Operation)
1)
Pro ses
atau
minimal
dan
menentukan Anggota.
pengerj aan tidak
apakah
Minimal
berikut dapat
suatu
Proses
dia bggap
sebagai
diperhitungkan
dalam
ini
barang
originating
tersebut adalah
Negara
proses
yang
bertujuan untuk : a)
Memastikan barang berada dalam kondisi baik untuk keperluan penyimpanan atau pengangkutan ;
b)
Memfasilitasi pengiriman atau pengangkutan; dan
c)
Keperluan pengemasan atau penyajian barang untuk dijual .
2)
Suatu barang originating dari Negara Anggota yang diekspor ke Negara Anggota lain, tetap dianggap sebagai originating Negara Anggota pertama apabila pengerj aan yang dilakukan tidak melebihi pengerj aan sebagaimana dimaksud pada angka 1 ) .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 27 -
c.
De Minimis Dalam hal suatu b arang jadi menggunakan kriteria asal
1)
barang CTC , bahan baku non originating yang nilainya tidak melebihi 10% (sepuluh persen) nilai FOB barang jadinya, tidak waj i b mengalami peru b ahan tarif klasifikasi . 2)
Dalam hal suatu barang j adi menggunakan kriteria asal barang RVC , nilai b ahan baku non originating se b agaimana dimaksud pada angka 1) harus tetap diperhitungkan .
d.
Perlakuan terhadap pengemas 1)
Pengemas untuk penjualan eceran : a)
Dalam hal barang menggunakan kriteria asal barang RVC , nilai pengemas untuk penjualan eceran harus ikut dihitung sebagai komponen barang dalam RVC apabila
pengemas
tersebut
dianggap
membentuk
keseluruhan barang. b)
Dalam hal ketentuan huruf a) tidak dapat diterapkan, pengemas
untuk
penjualan
eceran,
apabila
diklasifikasikan dalam satu pos tarif dengan barangnya, tidak diperhitungkan dalam menentukan asal barang sepanjang kriteria asal barang yang digunakan adalah CTC. 2)
Kontainer dan pengemas yang khusus digunakan untuk tujuan
pengangkutan
tidak
·diperhitungkan
untuk
penentuan keasalan barang. e.
Akse sori s , Spare Part dan Peralatan 1)
D alam hal suatu barang menggunakan kriteria asal barang CTC
atau
proses
khusus,
keasalan
dari
spare part,
akse soris, peralatan dan petunjuk/ manual a tau informasi lainnya yang disertakan dengan barang tersebut tidak diperhitungkan
dalam
menentukan
originating
suatu
barang apabila: a)
Aksesoris, spare part, peralatan dan petunjuk/ manual atau informasi lainnya tersebut tidak dalam in voice yang terpisah dengan barangnya, dan
b)
Jumlah dan nilai aksesoris, spare part, peralatan dan instruksional atau manual informasi lainnya tersebut waJ ar .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 28 -
2)
Dalam hal suatu barang menggunakan kriteria asal barang RVC ,
nilai
dari
aksesori s ,
spare part,
peralatan,
dan
instruksi atau petunjuk/ manual a tau informasi lainnya harus diperhitungkan sesuai dengan Kriteria Asal Barang masing-masing .
E.
BENTUK DAN FORMAT FORM D
1 .
G o o d s consig n e d from (Exporter's b u s i n e s s
Re'ference N o . ASEAN
name,
a d d re s s , c o u n t ry)
TRADE IN G O O D S AGREEM ENT/
ASEAN I N D U S T RIAL
C O O P E RATION SC H E M E
C ERTI F I CATE OF O R I G I N
{Combined Declaration a n d Certificate) 2. Goods
c o n s ig n e d to ( C o n s l g n ee•s n a m e ,
a d d ress,
rssued l n
c o u n try)
FORM D See
3 . M e a ns of tra n s. p o rt a n d ro ute (as fa r a s
N otes
Preferential Tre atment Given Under A S EA N Tra d e In Goods A g re e m e n t
Vessel's n a m e/Aircraft
of
Overl e a f
4 . For Offlolal Use
k n o wn )
D e p a rt u re d ate
P o rt
'"' cc ""o .,u"'" n-:- tr,. y"'° . )-
_ _ _
Treatment G i v e n U n d e r A S EA N Co operation Scheme
Preferentrai
etc.
I n d ustrial
Preferentrel Tre atment N o·t Give n D i s c h a rg e
state
reas o n/s)
(Please
S l g n atuire of Aut11orfsed Slg natory of the I m porting C o u n t ry
5.
l te�n
n u m ber
6.
7 . N u m b er a n d type of
M a rks and
n un1 b ers on p a ckages
pa ckages , d e s o rl p tl o nr
g o od s
of
( I n c l u d i n g q u a ntity
a p p ropriate and H S n u m b e r o f the I m porting
8 . Orig i n criteri o n (see Overlsef Notes)
where
D e c l a ratlon by
the exp orter
The undersigned h e re b y d e clares th a t the a b o ve details a n d state m e n l are corre ct; that a l l the g o o d s we re p rod u ced I n
(FOB)
where RVC Is applied
value
c o u ntrv)
1 ·f .
Q. Gross welg h1 or oth e r qua ntity a n d
1 0 . N u m ber a n d date of Invoices
1 2 . C e rtification
It i s h ereby ce rtified , o n the bas i s of control carried out. that the d eclara,llon by t h e exporter Is correct.
(Co u n try)
and
t h a t they c o m p l y with the o r i g i n r e q u i re m e nt s s p e cified for t h e s e goods I n the ASEAN Tra d e i n G o o d s Ag reem e n t f o r g o o d s exported t o
the
( l rn p o rl.l n g Coun try) Place and date, s ig n a t u re of a u t h orised s l g n a1ory 13 a
T h i rd
Country I n v o i c i n g
Accu m u l a t i on B.ack--to-Back CO
o
P l a c e a:nd date. slgnatut"e and sta m p of certifying .�uthorlty
P a rt l a l
De M ln � m l s Cl
Issued
Retroa ctively
C u m u l ation
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 29 -
OVE R L EAF NOTES 1 .
· Me m b e r S t a l e s whl r.. 1 1 t:ic.:c:ept t h i s fnrm fo r lhA purpose o f p r e fe rential tre a t m e n t u n d e r the A S E A N C o m m o n Prefern n l l 0 l Tmltr { C E P T) Scl i o rn 1i o r the A S E A N l n d lJ S t r i t-J I C o o peration {A I C O ) S c h e m e : BRUNEI
LAOS
CA M 8 0 0 1 /\
DARUSSALAM
CONDITIONS: Th e m a i n <:ond l t i o n s for e d rn l s s l o n t o t t 1 e preferen t i a l tr e a t m e nt S c h e m e are tt1at g o o d s s e n t to nny Member States l i s l e d a b o v e must:
2.
(i)
(Ii)
3.
I N DO N E S I A MYANMAR T H A I LA N D
MALAYS I A S I N GA P O R E
PHILIPPINES VI ETNAM
(i i i )
ran within
a
description of
C o m m o n Effective P r e feren t i a l Tari ff S c h e m e f o r tl,e
origin
under t h e
C E PT S c h e m e o r t h e AICO
p roducts ellglble for conces s i o n s i n the country o f desti n a t i o n ;
comply w i t h thei cons i 9 1 1 1 n e n l co n d i t i o n s ir1 a ccord a n ce wi t h Artlclo 7 of c o m p l y with the
Effecl!ve
ASEAN Free Trad e
R u l e s of Origin for ttie A g re em en t o n t h e A r e a (CEPT-AFTA R O O ) : and
criteria set out I n "CEPT-AFTA ROO.
O R I G I N C R I TE R I A : For g o o d s t h a t meet the origin cri te r i a , the expor1er a1,d/or producer m u s t I nd i ca t e i n B o x the origin c ri l e ri a m e t, In l11e m ann e r s h own I n the fol l o w t n g table:
8
th i s
of
Form,
� ��--·������· - -������ Circumsta nces of prnrl u c l i o n or m a n u facture i n the first c o u nt1y I n s e rt I n Box 8 n A mad in Box 1 1 o f l h i s form
{R)
.���----�������-+��- -�����____, Goods w h o l l y p r o d uced I n l h o c ou n t ry o f e x p o r t a t i o n ( s e e . "WO" pa.ra g ra pt, 3 (I) a bove)
{b)
G o o d s s a t i s fying Arlir;la 4(1
ROO
F
Val u �
)(a},
4(1 ) ( b ) o r 5 ( 1 ) o f
C E PT-AFTA
P e rcen t a g e of ASEAN v a l u e .conte n t .
Conte n t
example
4. o. fl. 7.
O. 9.
1 0. 11. 1 2.
1 3.
14
1 5. 16.
G o o d s s n t l s lyl n g Article !:i ( 2 )
or
"SP"
S p e c;Hic Proce s s e s (c)
"40%"
The acttl :.:1 1 CTC rul e , ex a m p l e "CC" "CTH" or "CTS H"
C h a n g e I n T�:irlff C l a s s ification
cf C E PT-AFTA ROO
"PC x%", w h e re x wo u l d be the perce ntaga of AS EA N v a l u e content ot le5s t l i a n 40%, exa m p l e "PC 25%"
EACH A R T I C L E M U S T Q UA L I F Y : I t sh o u l d be n o t ed t h o l a l l the g o o d s i n a co1, s ig n n i e n 1 m u s t q u a l i fy s e p a ra te l y Th i s Is of p a rt l c u l a r re levance w h e n s l m l l a r a rt i cles or dirteranl sizes or s p a re parls are s e n t .
right.
In their
D E S C R I P T I O N O F PF�OOUCTS: Tt1 e d e g cription o r prod ucts m u s t b e sufficiently d e t a l l e d t o e n a b l e the p r o d u c t s lden � lfi e d by the C ustoms Ofncers �x a m l n l nn t h e m . N a ma o f manufacturer, any trade mark & h a l l a l 5 0 be .spaclnad.
HARM O N I S E D SYSTEM N U M B ER : Th e H a rmonised System N o m a n cl a lure ( A HT N ) Code c f the I m p o rt i n g Member State.
E X P O R T E R : The t e r m "Exporti:?r''
i n Box 1 1
m a y I n cl u d e t i l e
number shall
manufacturer o r the
be
ll 1 a t
ASEAN
Hannonfsod
be
Tariff
p r o d u c e r.
F O R O F F I C I A L USE: T/1e C u s t o m s A u th o rity o f the I m p o rt i ng M e m b e r State rnu s t i n d i ca te w l 1 e t l l er o r not preferentlal t r e a t m Q n l l s accorded.
4
of in
own
to
(·../)
in
the re levant boxes
i n co l um n
M U LT I P L E I TE M S : For m u l t i p l e I t e m s d e c l a re d in t h e s a r n e Form D. If prefere n t l a l t re a t m e n t is n o t g r a n t e d t o a n y of t h e i l a m s , t h i s is a l s o to be i n d lcnted flccord l n g l y I n b o x 4 a n d t h e i t e m n u mbur c i rc l e d o r m ::i rked ap propriately I n b o >< 5. T H I R D CO U N T R Y I N VO I C I N G : I n c a s e s where i n v o i ce s a re issued b y a t h i r d c o u n t ry , " t h e T h i r d C o u n l ry lnvcfcing" b o x s h o u l d b e t i c k e d (../) and such infurm atlon a s n a m e a n d co u n t ry of the c o m p a n y I s s u i n g the I n v o i c e s�1 a l l be I n d i c a ted I n box 7.
BACl<.-TO-BACI<. CERT I F I CATE O F O R I G I N : I n ca ses of B a ck-to - B a ck C O , I n a ccord a n ce with Operatt o n a l C e rtifica t i o n Proer:idures, t h e " B a c k�to--Back CO'" box s h ol1fd be lickad ( .../) .
A rti c l e
·J 0 (2) of-
the
EXH I B I T I O N S : I n c o s e s wl,ere g o o d s :iro se n t from Um t e r r i t o ry of the exporting M e m b e r S t a t e for ox h l b l t l o n In another coun try a n d s o l d d u r i n g or after t i l e exhibition for I m p o rt a ti o n Into the t e r ri to ry cf a M e m 9 cr S l a te . In accordance w i t h Article 10 of lhG O p 0 r n l i o n :1 I C e rtl n c il tl o n P ro ce d u res , the " E .x h l b l ti o r i g " box s h o u l d be licked ( ") a n d the name and a d d ress of the � x l , l b i t l o n I n d i c a ted I n box 2. I S S U E D R ETROACT I V E L Y : In exceptional c a s e s , of Orio i n ( F o rm D) m a y be l 6 s u e d retroactlvely, I n " I ssued R e t r o a ctlvely" box e h o u l d b e t i c k e d ( ../) .
the
due to I nvo l un t a ry errors or o m l s sl c n e:; o r olher valld c a u s e s , tho Certificate accorc.l a n co with A r ticl e 1 0(3) c f the Opera U c n a l Certification Procedures.
A C C U M ULAT I O N ; J n c a s e s whero o ri H i n a U n g I n a M < : m1 b e r State l s u s e d I n a n oth�r MsmbE1r State as m a te r i a l s fo r good , i n a ccord e n ca with A1tide! 6( 1 ) o f tl,e C E PT-AFTA R O O , the NAccu mule.itlon� box s h o u l d b e licked ("-/).
a
finished
PARTIAL C U M U LATION ( P C ) : If tho R e g l o n a l Value C o n t e n t o f m a teri a l is less 11,an 40%, the Certificate of Origin (Form D) may be Issued for cun1ulalfon p u rpos e s , Jn acc o rd a n ce with Article 0(2) of the C E P T-AFTA ROO. lhe "Partial Cumulation" box st, o u J cl be ticked (-..1) . DE M I N I M I S : I f
a
g ood
ttiat d oes not u n d e rg o the re q u l ro d c h a n g e I n tariff crasslncatJon does n o t exceed 1 0% cf O of t h e C E PT-AFTA ROO. the �oc M l n im ls" box should b e tJcked (./) .
the FOB
vatlJe, i n a ccord a n ce with Article
MENTER ! KEUANG AN REPUBLI K IND O NESIA ttd . BAMBANG P . S . BRODJONEGO RO
www.jdih.kemenkeu.go.id
'
- 30 -
LAMPIRAN II PERATURAN M ENTER! KEUANGAN REPUBLIK IND ONESIA
2 0 5 / PMK . 0 4 / 2 0 1 5
NOMO R
TENTANG TATA
CARA
BEA
PENGENAAN
MASUK
TARIF
BERDASARKAN
PERJANJIAN ATAU KESEPAKATAN INTERNASIONAL
KETENTUAN ASAL BARANG DALAM RANGKA ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT (ACFTA)
A.
KRITERIA ASAL BARANG
Kriteria Asal Barang dalam rangka ACFTA meliputi : 1.
Wholly Obtained or Produced Barang-barang yang dikategorikan sebagai Wholly Obtained atau Wholly Produced adalah sebagai berikut: a.
Tanaman dan produk tanaman , termasuk buah-buahan , bunga, sayuran, pohon, rumput laut, j amur dan tanaman hidup lain yang dipanen, dipetik, atau dikumpulkan di Negara Anggota;
b.
Binatang hidup, termasuk mamalia, burung, ikan, krustasea, moluska, reptil, bakteri, dan virus, lahir dan dibesarkan di Negara Anggota;
c.
Produk
yang
diperoleh
dari
binatang
hidup
sebagaimana
dimaksud pada huruf b di Negara Anggota; d.
Hasil perburuan , perangkap , pemancingan, budidaya perairan , pengumpulan , atau penangkapan yang dilakukan di Negara Anggota;
e.
Mineral dan produk alam lainnya, tidak termasuk pada huruf a sampai d , diekstraksi, atau diambil dari tanah, perairan, dasar laut atau bawah laut;
f.
Produk yang diambil dari perairan, dasar laut atau di bawahnya di luar wilayah perairan Negara Anggota, sepanj ang Negara Anggota memiliki hak untuk mengeksploitasi perairan, dasar laut,
dan
bawah
laut
tersebut
sesua1
dengan
hukum
in ternasional; g.
H asil penangkapan ikan dan produk laut lainnya dari laut lepas oleh kapal yang terdaftar di Negara Anggota atau berbendera Negara Anggota tersebut;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 31 -
h.
Produk yang diproses dan / atau dibuat d i kapal pengolahan hasil laut
(factory
ship)
yang
terdaftar
di
Negara
Anggota
atau
berbendera Negara Anggota, hanya dari produk sebagaimana dimaksud pada huruf g; I.
B arang yang dikumpulkan, tidak dapat lagi berfungsi sesuai fungsinya semula atau tidak dapat diperbaiki dan hanya cocok untuk dibuang atau digunakan sebagai bahan baku, atau untuk tujuan daur ulang, termasuk limbah dan scrap yang berasal dari proses produksi, pengolahan dan konsumsi di Negara Anggota, atau barang bekas yang dikumpulkan di Negara Anggota yang hanya cocok untuk dijadikan bahan baku; dan
J.
B arang yang diproduksi atau diperoleh di
Negara Anggota
semata-mata dari produk sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai 2.
1.
Not Wholly Produced or Not Wholly Obtained a.
Regional Value Content Regional Value Content (RVC) yang memenuhi kriteria asal barang dalam rangka ACFTA adalah : 1)
kandungan nilai regional paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari nilai FOB barang yang dihasilkan, atau
2)
total nilai bahan non originating tidak lebih dari 60% (enam puluh persen) nilai FOB , yang dihitung sebagai berikut: Nilai Bahan NonACFTA
+
Nilai Bahan yang tidak dapat ditentukan keasalannya
-------
x
1 00%
<
60%
Nilai FOB
Sehingga,
RVC = 100% - Bahan non-ACFTA � 40% Nilai bahan yang tidak dapat ditentukan keasalannya adalah : (a)
Nilai CIF pada saat importasi bahan tersebut; atau
(b)
Harga pasti yang pertama dibayarkan (the earliest ascertained price paid) untuk
bahan yang
tidak dapat
ditentukan
keasalannya di wilayah Negara Anggota dimana pengerjaan atau proses berlangsung.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 32 -
b.
Kumulasi Kecuali ditentukan lain, suatu barang originating dari suatu Negara Anggota yang digunakan di wilayah Negara Anggota lain sebagai bahan baku produk j adi yang memenuhi persyaratan untuk diberikan Tarif Preferensi, harus dianggap sebagai barang originating dari negara di mana dilakukan proses pengerj aan atau pengolahan produk jadi tersebut dengan hilai RVC tidak kurang dari 40% (empat puluh persen) .
c.
Product Sp ecific Rules (PSR) Produk
yang
mengalami
peruhahan
memadai
harus
diperlakukan sebagai barang originating. Produk yang memenuhi Product Specific Ru les daftar
PSR
ACFTA
sebagaimana yang tercantum dalam
harus
dianggap
sebagai
barang
yang
memenuhi perubahan memadai .
B.
KRITERIA PENGIRIMAN LANGSUNG
Dalam hal pengiriman barang impor melalui transit atau transhipment di negara bukan anggota, kriteria pengiriman langsung dapat dibuktikan dengan dokumen sebagai berikut: 1.
Through Bill of Lading atau dokumen pengangkutan lainnya yang diterbitkan di negara pengekspor dan menunj ukkan keseluruhan rute perj alanan dari negara pengekspor, termasuk kegiatan transit atau transhipment, sampai ke daerah pabean ;
2.
SKA Form E yang diterbitkan oleh Instansi Penerbit S KA d i negara pengekspor; dan
3.
Invoice dari barang yang bersangkutan;
4.
Dokumen
pendukung
ketentuan Pasal
5.
lainnya
yang
membuktikan
pemenuhan
5 huruf b Peraturan Menteri ini .
Dokumen pendukung dalam hal transhipment melalui Hong Kong atau Macau, direct consigment dapat dibuktikan dengan dokumen antara lain: (i)
Non-manipulation
certificate
yang
diterbitkan
oleh
China
diterbitkan
oleh
Hong
Inspection Company Limited (CIC) ; (ii)
Non-manipulation
certificate
yang
Kong/ Macau Customs Authority; (iii)
Nomor segel kontainer sesuai dengan nomor segel kontainer dalam Bill of Lading;
(iv)
Dokumen pendukung lainnya;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 33 -
C.
KETENTUAN PROSEDURAL
Penelitian atas Pemenuhan Ketentuan Penerbitan Surat Keterangan
1.
Asal Penelitian
atas
pemenuhan ketentuan penerbitan
SKA Fann E
meliputi : a.
Ukuran kertas ISO A4 rangkap
3 (tiga) . ISO A4 terdiri dari satu
lembar original dan dua (2) lembar karbon kopi dengan warna sebagai berikut: 1)
Original
2)
Lembar Kedua - Hijau Muda (Kode warna Pantone: 62 2c)
3)
Lembar Ketiga - Hijau Muda (Kode warna Pantone: 6 2 2 c)
-
Beige (Kode warna Pantone: 72 7c)
b.
Penandatanganan SKA Fann E oleh pemohon / eksportir.
c.
Penandatanganan SKA Fann E dan stempel oleh instansi penerbit.
d.
Penerbitan SKA sebelum tanggal ekportasi atau sampai dengan paling lambat 3 (tiga) hari setelah Tanggal Eksportasi atau Tanggal Pengapalan .
e.
Pemberian tanda
( -/ ) atau ( X ) pada kolom 1 3 kotak "Issued
Retroactively" dalam hal SKA Form E diterbitkan lebih dari 3 (tiga) hari setelah Tanggal Eksportasi atau Tanggal Pengapalan . f.
Perbaikan atas ke salahan pengisian .
g.
Pengisian
lainnya
kolom-kolom
pada
SKA
Fann
E
se suai
ketentuan Overleaf Notes. h.
Dalam hal terdapat beberapa jenis barang pada
1 ( satu) SKA
Fann E , dapat digunakan lembar lanjutan Fann E sesuai format pada Lampiran ini . 2.
Penelitian Mo vement Certificate Penelitian Movement Certificate yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang di Negara Anggota pengekspor kedua meliputi : a.
Pemenuhan
ketentuan
sebagaimana
diatur
dalam
Pasal
7
Peraturan Menteri ini; b.
Pencantuman Nilai FOB barang dari negara pengekspor kedua pada Kolom 9 Movement Certificate; dan
c.
Pemberian tanda (
-/ ) atau ( X ) pada kolom 1 3 S KA Fann E
kotak Mo vement Certificate. d.
Pencantuman
nama
Negara
Anggota
pengekspor
pertarna,
tanggal penerbitan dan nomor referensi S KA Form E yang diterbitkan Negara Anggota pengekspor pertama pada kolom
13.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 34 -
e.
Untuk negara China,
Movement Certificate diterbitkan oleh
instansi pabean sedangkan untuk negara ASEAN , Movement Certificate diterbitkan oleh instansi penerbit S KA . 3.
Penelitian Third Party Invoicing Penelitian penggunaan Third Party Invoicing meliputi : a.
Pencantuman nama perusahaan dan negara yang menerbitkan invoice pihak ketiga ( Third Party Invoice) pada kolom 7 S KA.
b.
Pencantuman norrior invoice diterakan pada kolom 10 S KA .
c.
Pencantuman tanda (
'1 ) atau ( X ) pada kotak
))
Third Party
Invoice ') pada kolom 13 SKA. 4.
Retroactive Check dan Verifi cation Visit Retroactive Check dan Verification Visit dilakukan dengan ketentuan : a.
Retroactive Check 1)
Permintaan Retroactive Check kepada Instansi penerbit S KA harus melampirkan fotokopi
SKA Form E terkait dan
mencantumkan alasan dan informasi tambahan lain yang menyebabkan SKA Form E diragukan , kecuali dalam hal permin taan Retroactive Check dilakukan secara random. 2)
Jawaban atas permintaan Retroactive Check harus diterima oleh Pej abat Bea dan Cukai dalam j angka waktu tidak lebih dari 90 (sembilan puluh) hari sejak diterimanya permintaan Retroactive
Check
dengan
mempertimbangan
prosedur
penetapan tarif Bea Masuk oleh Direktur Jenderal sesuai Undang Undang Kepabeanan . b.
Verifi cation Visit 1)
Sebelum
Verification
peng1mpor
harus
berwenang
di
Visit
dilakukan,
memberitahukan
Negara
Anggota
Negara kepada
pengekspor
Anggota instansi un tuk
menyepakati bersama atas rencana pelaksanaan Verification Visit. 2)
Verifi cation Visit harus dilakukan tidak lebih dari 6 0 (enam puluh) hari sej ak diterimanya pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada huruf b butir 1 ) diatas .
c.
Dalam hal j awaban atas permintaan Retroactive Check atau Verification Visit tidak diterima dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, S KA ditolak.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 35 -
d.
Pro s e s verifikasi,
termasuk pro s e s p e rmintaan
retroactive
check dan pelaksanaan verificatio n visit, h arus dilaksanakan dan hasilnya dikomunikasikan kepada issu ing autho rity di 1 80
n e gara pengekspor paling lama dalam j angka waktu ( s e ratu s delapan puluh) hari . 5.
Azas Timbal B alik (Resipros itas) dalam Rangka AC FTA D alam rangka AC FTA berlaku azas timbal balik ( resip rositas) s e hingga atas importasi beberapa j enis b arang yang berasal dari n e gara China diberlakukan tarif resiprositas yang b e s arannya dapat
s e b e s ar
s e b agaimana
tarif bea tercantum
masuk dalam
MFN
atau
Peraturan
b e s aran M enteri
tertentu Keuangan
mengenai pene tapan tarif bea masuk dalam rangka A S EAN- C hina Free Trade A re a (AC FTA) .
D.
KETENTUAN
PENGISIAN
PEMBERITAHUAN
PAB EAN
IMPOR
DALAM
RAN GKA ACFTA
1.
Ketentuan Pengisian Pemberitahuan Impor B arang (PI B ) B C 2 . 0 . Untuk tuj uan pengenaan Tarif Prefere n s i berdasarkan A C FTA , pada PIB diis ikan kode Tarif Preferen s i , nomor referensi dan tanggal S KA Form E sebagai berikut : a.
D al am h al PI B hanya menggunakan skema AC FTA , ko de 5 4 , nomor referensi dan tanggal S KA Form E dicantumkan pada kolom 1 9 dan / atau kolom 32 PIB ;
b.
D alam hal PIB menggunakan skema A C FTA dan fasilitas kepabean an , s e dangkan
ko de nomor
dicantumkan
p ada
54
dicantumkan
referen s i Lembar
dan
pada
tanggal
Lampiran
kolom
32
S KA
Fo rm
D o kumen
PIB E
D an
Pemenuhan Persyaratan / Fasilitas Impor PIB . 2.
Ketentuan Pengisian pada Pemberitahuan Impor B arang U n tuk D itimbun di Tempat Penimbunan B e rikat (BC 2 . 3 ) . Pemberitahuan Impor B arang d ari Tempat Penimbunan B e rikat ( B C 2 . 5 ) diatur tersendiri d alam Peraturan D irektur Jenderal yang mengatur tentang Kawa san B e rikat dan Gudan g B erikat .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 36 -
E.
KETENTUAN LAIN TERKAIT KRITERIA ASAL BARANG
1.
Pro ses dan pengerj aan minimal Pengerj aan yang dilakukan berikut ini dianggap sebagai pro ses minimal dan tidak dapat diperhitungkan dalam menentukan apakah suatu barang originating Negara Anggota. Minimal Pro ses tersebut adalah pro ses yang bertujuan untuk: a.
Memastikan barang berada dalam kondisi baik untuk keperluan penyimpanan atau pengangkutan;
2.
b.
Memfasilitasi pengiriman atau pengangkutan ; clan
c.
Keperluan pengemasan atau penyaj ian barang untuk dijual .
Perlakuan terhadap kemasan a.
Dalam hal untuk tujuan pengenaan bea masuk, kemasan yang diperlakukan terpisah dari produknya, harus ditetapkan secara terpisah dalam menentukan keasalan barangnya.
b.
Dalam hal angka 1 tidak dapat diterapkan , kemasan harus dianggap sebagai bagian produk secara ke seluruhan, dan bagian dari
kemasan
peny1mpanan
yang tidak
ditujukan
untuk
dipertimbangkan
pengangkutan sebagai
barang
atau non
originating saat penentuan asal barang secara keseluruhan . 3.
Aksesoris, Spare Parts, dan Peralatan Keasalan
akse soris ,
spare parts,
peralatan,
dan
instruksi atau
manual informasi yang disertakan dengan barang harus diabaikan dalam menentukan keasalan barang, sepanj ang aksesoris, spare parts, peralatan, clan manual informasi tersebut diklasifikasikan menj adi satu dengan barang utamanya.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 37 B ENTUK DAN FORMAT SKA FORM E
F.
1 . P r o d u cts oonsignecJ fro 1T1 ( Exporle n".s b u s i n ess na me,
Ref.e re n ce N o .
aadres s , co u n try)
ASEAN- C H INA F R E E TRA D E A R EA P R E F E R ENTIAL TAR:I F F
C E RTIF'I CATE OF' O R I G.I N
(Combined 2 . Products. consigned lo (Consigne e ' s n an1e , address,
Declarallon and
Certtncale)
FORM E
�---
co u n t ry)
Issued ln ---
(Country)
See Over'1eaf Notes 3. M e a n s or transport a n d roule
Departure
(as
far as-
known)
4. For Official Us:e
date
[=1
Ve ssel's n ame/Aircraft etc.
[=1
Preferenllel Treatment Given Pre fo ren.Ual Treatment Not Given
state rea son/s)
(Please
Port <J f Disch a rg e
6 . lt&rl"I number
6 . Marks and numbers on pa(.!kagos
7 . N u m be r and type of p a cka g e s , descrfptton or pruducls ·( Including q u a n U I') wh e re approp ri a te and H S n u mber o f l h o importing
Sl.gnetu re of A u t h o ri s ed Signatory or the I m p o rting Party 8 . O rigin criteria (sea Overleaf
N oles)
Party)
1 1 . Oeclaratlon by the exporter
9. Gross wefgrtt or other quantity end val u e
1 0 . Nt1mber an d
date of
Invoices
(FOB)
1 2. Certiftcation
The u nderslg n e cJ h e reby decl ares that th·e above deta i l s and sta tement are corre ct.: that an the products were produced ln
I t Is h e reby certlned, an the basis of control o..'"'l1Tied oul , that t h e d e ci a ra tlon by the exporter is corroct.
(Cou n try) and tha l they corr•ply with t h e· origtn re q l� i rementt specHle·d for these produ cts i n the l� ules of O rt g ln for th e ACF TA .ro r thw produ cts exported to
(Importing Country)
Place and d a te, slg n a lu re of a u t'ho ri s E:l d signatory
13 o I s s u ed Retro actively o
Move m e n t Certtn cato
o
Exhibi lion
Third Party In voici n g
Pf a ce and date • .sig n a ture certifying au thority
an d .stamp
of
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 38 -
OVERLEAF N O T E S 1.
P a rties
w h l cl1 a cc e p t t h i s form f o r t h e
DA R U S SA LA M INDONESIA MYANMAR
p u rpose
BRUNEI
THAILAND
2.
to
con d i t o n s fo r n d rni ssr o n to a n y Parties l l s ted a bove :
m u s t ftJ l l w i t h i n
(i)
a
desc
m u st
tre a t m e n t
Linder til e
A S E A N - C H I N � Free T r a d e A r e a Preferential Ta riff: C H I N/\ M A LAYS I A SINGAPORE
r i p li o n
o r p ro d
u cts
t h e p r e fe r e n t l a l treatm e n t
under
the
ACFTA Preferential TarlH a re
t h a t p r o d u cts
e l l g l b l e fo r c o n ce s s i o n s I n t h e co u n t ry of d e s t i n at i o n ;
c o m p l y w i t h tt·10 co n s i g n m e n t conditi o n s tt1at the p ro d u cts m u s t be c o n s i g ned d i rectly fro m any A C F TA P a rt y t o t h e i m po r t i n g P a rt y b u t t ra n s p o rt t h a t I n v o l ve s p a s s n g t h r o u g h o n e or m o r e I nte r me d i a t e n o n -AC FTA P a rti e s , i s a l so a cc e p ted provided th a t a n y I n termed i a t e t r a n s i t , tra n s s t 1 l p m e n l o r t e m porary s to ra g e arises o n l y for g e o g ra p h i c rea s o n s or t ra n s p o rt a t i o n r e q l1 l re m e n t s ; a m1
(II)
i
must cumµly
(Iii)
3
pre fere n t i a l
V I ET N A M
i
Tile main
CONDITIONS:
sent
or
CAM B O D I /\ LA O S PH I L I P P I N ES
OHIGIN
either:
T11e products
(I) (II)
w i t h lhe o r i r.J l n
cri lerla
C R I T E R I A : F o r 0 x p o rt s to the
wholly obtained
g i v e n In t11e next p a ra g r a p h .
a b o ve
i n the
menlloned countries to be e l i g i b l e
exportinu
ParLy
a s d e fi n e d I n
Rule 3 o f
p re fe re n tl a l
ror
t r e a t m e n t , t h e r e q u fre m e n t
Is that
R u l e s o f Ori g i n fo r the ACFTA;
t t1 e
S u b)eot t o sub-p a r a y ra.ph ( i ) u b o v e , for the p u r p o s e of I m p l e m e n t i n g t i l e p rovi s i o n s o f R u l e 2 (b) of t h e R u l e s of O r i g i n for t h e A C F T A , p r o d u cts w o rke d o n a n d p r o ce s s e d a s a res u l t of w h t ct1 the l o t a l va l u e of t11 e r n a l e r l a l s , p a rts o r p ro d u c e originating ' fr o m n o n -A C FTA P a rt i e s o r o f lmd eterm i n a d o r i g i n u s ed d o e s n o t exceed 60 % of t h e F O B v a l u e o f t h e p roduct pro d u ce d or o b t � i n e d and t h e fi n o l process of lho rn a n u ra ct u re I s p e rform e d wltt1/n te rr i t o ry o r the e x p o rt i n g P a rty;
P ro d u cts whlCh comply w i t h o r i g i n req u i re m e n ts p rovi d e d ror In R u l e 2 or the R u l es of O r i g i n for the ACFTA a n d w h i c h a re I n a Party as I n pu t s for a finished p ro d u c t e l ig i ble rar µrefe re n tl a f t re a t m e n t in a n o t he r P a rty/Part i e s s h a l l be considered a p r o d uct o r g i n t i ng I n t h e P a r1y w h e re w o r k i n g o r p ro c e s s i ng of t h e fi n i s h e d product h a s t ke n place provided t11al tt10 a g g re g a t e ACFTA content of t h e final p r o d u c t I � nol less th n 40%; o r
(Ii i )
used
i
as
(iv)
a
a
a
Prod u ct s w h i c h s a ti s fy tile Product S p e c i fi c R u l e s provided ror i n Atta c h m e n t B of the R u l e s of Origin for the ACFTA been ca r ri e d out In a P a rty.
c o n s i d e r e d a s p ro d u c t s to w h i ch s u ffi c i e n t tra n s fo r m a t i o n has
I f the p r o d u c t s q u a l i fy u n d e r the a b ove criteri a , the e x p o rter m u s t I n d i cate i n Box 8 of thls form the origin h e c l a i m s t h a t h i s products q u a l l fy fo r p r e fe re n ti a l t re at m e nt , in t h e m a nner s h own I n t h e fo l l owlng t a b l a :
Circumstances o.f p r o d u c t i o n
1 1 o f this form
named I n B o x
(a) (b) (n)
01
m a n u fa ct u r e i n t h (:) fi r s t country
P r o d u cts w h o l l y p rod u ced i n t h e c o u n try p a ra g r a p h 3 (I) a b o ve )
of
e x p o rt a t i o n
I ns e rt
(sea
.
Box
bas·1s
be
of w h i c h
o
.WO ..
�����-t-�����---1 P ro d u ct s worked u p o n b u t not w h o l l y p r o d u ce d I n t h e e x p o r t i n g P e r c e n 1 a g.e o r s l n g l e c o u n t ry c o n te n t , P a rt y w h i c h w e r e p rod l!ce d in conformity wm1 the p r o v i s i o n s of exa m p l e 4 0 % p a ra g r a p l l 3 ( i i ) a b o ve
Pro d u c t s worked u po n b u t not w h o l l y p ro d l1ced In the exp o r t i n g P a rty w t 1 i c h wero p ro d u c ed I n conformity· with the provisions of { i ii } a b o ve
p a ra n r a p h a (d)
In
cri t e r i a o n the
shall
Products
s a t i s fied 1h0
P fl rce n t a g a o f A C FTA c u m u ratlve
c o n te n t ,
exa m p le 4 0 %
"PSR"
P ro d u c t S p e ci fi c R u l e s ( P S R )
4.
E A C H A RT I C L E M U S T Q U A L I FY : l l s h o u l d b e n o ted t h a t a l l t h e producls i n a co n s i g n m e n t m u s t q u a l i fy s e p a rately l n t h e i r own rig h t . T h i s i s of p a rticul a r re l e va n c e w h e n s i m i l a r a rt i c l e s of d iffe re n t s i z e s or sp a re p a rts a re s e n t .
5.
D E S C R I P T I O N O F P R O D U C T S ; The clescri p l l o n of prod u cts m u s t be s u ffi c i en t l y d e t a i l e d to e n a b l e t h e produ cts to b e I d e ntified b y the C u s t o m 6 O ffi ce rs e xa m i n i n g t h e m . N a m e o f ni a n u fncture r , a n y t r a d e m a rk &hall a l s o be s p e c ifi e d .
that t:if l h e
6.
The H a rm o n i s e d
7.
T h e t e rm "Exporter" I n Box 1 ·1 m a y i n cl u d e t h e m a n u fa c t u r e r o r the e x p o r t e r i n l11e I n t e r m e d i a t e Party ,
6. 9.
11. 12
be
l m p CJrting P n rty.
s
pro d u cer. I n tho ca e o f M C lhe term "Exporter" also I n cl u d e s the
O F F I C IAL U S E : T h e C u s t o m s Authority of the i m p orting P a rt y m u s t p re faren t i fJ I t ro a t m e n t is a ccorded
FOR
not
I n d i c a te (
./ )
I n t h e relevant boxes i n c o l u m n
4
wheth e r o r
Carlitlcute; I n c a s e s o r M o ve m e n t Certific-.a t e , I n a cc o rd a n c e with R u l e 12 of the Op erati o n a l C e rtification P r o ce d u re s , Ce r1if1cato" i n Box 1 3 s h o u l d be ticked ( .../) . The n a m e o f ori g i n a l I s su i n g AuthorJtlos of t h e P a rty , q a te o r t h e I s s u a nce the rRference n u rn b e r o f tt1e o r l g t n a l Certificate of Ori[� i n (Form E) to be I n d icated I n Box 1 3.
M o ve m e n t
· · M o v e rn e n t
and
10.
S y s t e m n u m b e r s ha l l
T H I R D P A R T Y I N VO I C I N G ; I n c a s es where I n vo i ces a r e ticked T h e i n voice n u m b e r s h a l l b e I n d i c a ted I n Box i n vo i c� shall b e i n d i c a t e d in Box 7.
( ../) .
issued by
a t h i rd coun try, "the T h i rd P a rty I n vo i c i n g " I n B o x 1 3 s h a l l b e 1 0 . I n form a t i o n s u c h a s n a m e a n d c o u n try o f l h e c o m p a n y i s s u i n g the
E X H I B I T I O N S : I n C"..a s a a w h e r e p r o d ucts a ro s e n t f r o m t l1 e exp o rll n g P a rty ror exhib i ti o n i n a n o t h e r Party a n d s o ld d u r i n g o r a ft e r the exh i b i ti o n for I m p orta t i o n i n to a Party, in accorda nco ,.,, i t h R u l e 22 of Alla ctunent A of tho R u l e s of O ri g i n tor the ACFT A, t h e "Exhi b i t i o n s " In Box 1 3 s h o u l d be ti cked ( .../) a n d the n a rn e and a d d res s of the e x l 1 i b i l i o n i n d icated In Box 2 . I S S U E D R ET R O A C T I V E L Y · I n exce p t i o n a l ca s e s , O ri g i n ( F o r m E )
rn a y he Issued
due t a
errors or omissions o r oth e r valid Rule 1 1 o f Att a c h m e n t A o r the R u l e s
I n v o l u ntary
retro a c t i ve l y I n a cc o r d a n c e w l l h
The " I s s u e d Ratro a c l i vt:i l y" In B o x 1 3 s h a l l be li cked ( ..J) .
c a u s e s . t h e Certificate o f o f Orig i n for t h e A C F TA
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONE SIA, ttd . BAMBANG P . S . BRODJONEGO RO
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 39 -
LAMPIRAN III PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK IND ONESIA NOM O R 2 0 5 / P MK . 0 4 / 2 0 1
5
TENTANG TATA
CARA
BEA
PENGENAAN
MASUK
TARIF
BERDASARKAN
PERJANJIAN ATAU KESEPAKATAN INTERNASIONAL
KETENTUAN ASAL BARANG DALAM RANGKA ASEAN-KO REA FREE TRADE AREA (AKFTA)
A.
KRITERIA ASAL BARANG
Kriteria Asal B arang dalam rangka AKFTA meliputi : 1.
Wholly Obtained atau Wholly Produced Barang-barang yang dikategorikan sebagai Wholly Obtained atau Wholly Produced adalah sebagai berikut: a.
Tanaman atau produk tanaman yang tumbuh, dipanen, dipetik atau dikumpulkan di Negara Anggota;
b.
Binatang hidup , lahir dan dibesarkan d i Negara Anggota;
c.
Produk
yang
diperoleh
dari
binatang
hidup
sebagaimana
dimaksud pada huruf b ; d.
H asil
perburuan ,
perangkap ,
pemancmgan ,
budidaya
air,
pengumpulan atau penangkapan , yang dilakukan di Negara Anggota; e.
Mineral dan produk alam lainnya, yang tidak termasuk pada huruf a sampai huruf d , diekstraksi atau diambil dari tanah , perairan, dasar laut atau di bawahnya;
f.
H asil penangkapan ikan di laut yang diambil oleh kapal yang terdaftar di Negara Anggota dan berbendera negara tersebut, dan produk lain yang diambil dari perairan , dasar laut atau di bawah dasar laut di luar perairan teritorial Negara Anggota, dengan ketentuan
bahwa
Negara
Anggota
memiliki
hak
untuk
mengeksploitasi perairan, dasar laut dan bawah laut tersebut sesuai dengan hukum internasional; g.
Hasil penangkapan ikan di laut dan produk laut lainnya dari laut lepas oleh kapal yang terdaftar
di
Negara Anggota dan berbendera
Negara Anggota tersebut;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 40 -
h.
Produk yang d iproses dan / atau dibuat d i kapal pengolahan hasil laut
(factory
ship) yang
terdaftar
di
Negara Anggota
dan
berbendera Negara Anggota, hanya dari produk sebagaimana dimaksud pada huruf g; I.
Barang yang diambil dari luar angkasa yang diambil oleh Negara Anggota;
J·
Barang yang dikumpulkan, tidak dapat lagi berfungsi se suai fungsinya semula, tidak dapat diperbaiki atau dikembalikan kepada fungsi semula dan hanya cocok untuk dibuang atau diambil bagiannya untuk dij adikan bahan baku, atau untuk tujuan daur ulang;
k.
Sisa dan scrap yang berasal dari : 1)
pro ses produksi di Negara Anggota; atau
2)
barang bekas yang dikumpulkan di Negara Anggota, yang hanya cocok untuk dij adikan bahan baku; atau
1.
B arang yang diproduksi atau diperoleh d i N egara Anggota hanya dari pro duk sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai huruf k .
2.
Not Wholly Obtained atau Not Wholly Produced 2. 1
Regional Value Content (RVC) Regional Value Content (RVC) yang memenuhi kriteria asal barang dalam rangka AKFTA adalah kandungan nilai regional paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari FOB barang yang di I: asilkan , yang dihitung dengan menggunakan metode : a.
Metode Build- Up
RVC
=
VOM FOB
x
1 00%
VOM (Value of Originating Material) merupakan nilai bahan o riginating, yang meliputi nilai bahan baku originating, biaya tenaga kerj a langsung, biaya o verhead langsung, biaya transportasi dan keuntungan .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 41 -
Metode Build-Down
b.
-
RVC
FOB · VNM
---
x
FOB
VNM ( Value of Non-originating Material) merupakan nilai bahan baku non-originating, yang meliputi : 1)
nilai CIF pada saat importasi bahan baku, bagian atau barang, atau
2)
harga
pasti
yang
dibayarkan
paling
awal
(earliest
ascertain price paid) untuk bahan, bagian atau barang yang belum ditentukan keasalannya di wilayah Negara Anggota dimana pengerjaan atau pengolahan dilakukan . 3.
Change in Tariff Classification (CTC) Barang yang memenuhi syarat kriteria asal barang CTC dalam skema AKFTA adalah barang yang dalam pro ses produksinya mengalami perubahan klasifikasi pada tingkat 4 (empat) digit.
4.
Product Specific Ru les (PSR) Barang yang memenuhi syarat kriteria asal barang PSR dalam skema .AKFTA adalah produk yang kriterianya tercantum dalam daftar PSR AKFTA dan diproses atau dikerj akan di wilayah negara AKFTA .
B.
KRITERIA PENGIRIMAN LANGSUNG
Pengiriman barang impor melalui transit atau transhipment di satu atau lebih Negara antara memenuhi kriteria pengiriman langsung apabila dibuktikan dengan dokumen sebagai berikut: 1.
Through Bill of Lading atau dokumen pengangkutan lainnya yang diterbitkan di negara pengekspor dan menunjukkan ke seluruhan rute perj alanan dari negara pengekspor, termasuk kegiatan transit atau transhipment, sampai ke daerah pabean;
2.
Form AK yang diterbitkan oleh Instansi Penerbit SKA di negara pengekspor;
3.
Copy invoice asli dari barang tersebut; dan ,
4.
Dokumen
pendukung
lainnya
yang
membuktikan
pemenuhan
ketentuan Pasal 5 huruf b Peraturan Menteri ini .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 42 -
C.
KETENTUAN PROSEDURAL
Penelitian atas Pemenuhan Ketentuan Penerbitan Surat Keterangan
1.
Asal Penelitian atas pemenuhan ketentuan penerbitan Form AK meliputi : a.
Ukuran kertas ISO A4 rangkap 3 (tiga) berupa 1 (satu) asli dan 2 (dua) copy.
b.
Penandatanganan Form A K oleh pemohon / eksportir .
c.
Penandatanganan Form AK dan stempel o leh in stansi penerbit .
d.
Penerbitan Form A K sebelum tanggal , pada saat, atau segera setelah tanggal pengapalan / eksportasi .
e.
Pengi sian kolom FOB untuk Kriteria A s al B arang Regional Valu e Contain (RVC) .
f.
Pemberian tanda
( -Y ) atau ( X ) pada kolom 13 kotak "Issued
Retro actively" dalam hal Form AK diterbitkan lebih dari 3 (tiga) hari setelah Tanggal Eksportasi atau Tanggal Pengapalan . ) g.
Pengisian kolom- kolom lainnya pada S KA Form A K .
h.
Perbaikan atas ke salahan pengisian atau penggantian S KA Form AK o l e h karena adanya ke s alahan .
Pengisian lembar lanjutan dalam hal terdapat beberapa j enis barang pada satu Form AK. Lembar lanjutan Form AK se suai fo rmat pada Lampiran ini . 2.
Penelitian S KA Back to Back Penelitian Form AK Back-to-Back yang diterbitkan oleh instan si yang berwenang di Negara Anggota pengekspor kedua meliputi : a.
Pemenuhan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Peraturan Menteri ini;
b.
Pemenuhan ketentuan sebagaimana diatur p ada angka 1 di atas ; dan
c.
Pemberian tanda
( -Y ) atau ( X ) pada kolom 1 3 Form A K ko tak
"Back-to-Back CO' . 3.
Penelitian Third Country In voicing Penelitian penggunaan Third Country In voicing meliputi : a.
Pencantuman nama perusahaan dan negara yang menerbitkan invoice pihak ketiga ( Third Country Invoice) pada kolom 7 Form AK.
b.
Pencantuman nomor invoice yang dikelu arkan oleh pihak ke tiga (negara yang melakukan tran s aksi) pada kolom 1 0 Fo rm A K .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 43 -
Pencantuman nomor invoice Eksportir pada kolom 1 0 dan
c.
pencan tuman
nama dan
negara pihak ketiga yang akan
menerbitkan invoice pada kolom 7 Form AK dalam hal in voice tersebut belum diterbitkan . d.
Pencantuman tanda (
-/ ) atau ( X ) pada kotak "Third Country
In voicing " pada kolom 1 3 Form A K . 4.
Retroactive Check Retroactive Check dilaksanakan dengan ketentuan : a.
Permintaan retroactive check hai;us melampirkan Form A K terkait dan men can tumkan alasan dan informasi tam bahan lain yang menyebabkan Form AK diragukan, kecuali dalam hal permintaan retroactive check dilakukan secara random;
b.
Instansi penerbit d i Negara Anggota pengekspor yang menerima permintaan
retroactive
check
memberikan
j awaban
atas
permintaan tersebut dalam j angka waktu 2 (dua) bulan sej ak diterimanya permintaan retroactive check; c.
Keseluruhan proses retroactive check termasuk pemberitahuan kepada instansi penerbit di Negara Anggota pengekspor tentang penetapan diterima atau ditolaknya Form AK harus diselesaikan dalam waktu 6
(enam)
bulan sejak diterimanya permintaan
retroactive check dengan mempertimbangan prosedur penetapan tarif bea masuk oleh Direktur Jenderal se suai Undang Undang Kepabeanan . d.
Retroactive Check dalam rangka AKFTA hanya ditujukan kepada Korea Customs Service, dengan alamat: Korea Customs Service Go vernment Complex Daejeon 9 2 0 Dunsan-dong, Seo-gu, D aej eon, Korea 3 0 2 - 70 1 Tel
+ 8 2 4 2 4 81 3 2 2 1 � 7
Fax
+ 8 2 42 4 8 1 7791
Email
fta@customs . go . kr verification@customs . go . kr
e.
Website untuk melakukan pengecekan Form A K yaitu 1)
http:// english. korcham. net
2)
http:// www. customs. go. kr
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 44 -
Verification Visit
5.
Verification Visit dilaksanakan dengan ketentuan : a.
Negara Anggota pengimpor haru s : 1)
Mengirimkan pemberitahuan tertulis kepada: a)
Eksportir / produsen yang akan dikunjungi;
b)
Instansi
penerbit
Form
AK
di
Negara
Anggota
pengekspor;
2)
c)
Instan si pabean Negara Anggota pengekspor;
d)
Importir barang terkait Form AK yang akan diverifikasi .
Pemberitahuan tertulis pada huruf a angka
1)
dengan
mencantumkan informasi antara lain : a)
Nama eksportir/ produsen yang akan dikunj ungi;
b)
Rencana tanggal pelaksanaan verification visit;
c)
Rencana ruang lingkup verification visit, term c;i. suk keterangan lain yang mendukung penj elasan atas barang yang akan diverifikasi; dan
d)
Nama
dan
j abatan
pej abat
yang
melaksanakan
verification visit. 3) b.
Memperoleh persetujuan tertulis dari eksportir / produsen .
Dalam hal persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 3 ) tidak diperoleh dalam j angka waktu 30 (tiga puluh)
hari
setelah
diterimanya pemberitahuan ,
Form AK
dinyatakan ditolak . c.
In stansi
penerbit
yang
menerima
pemberitahuan
dapat
menunda permintaan verification visit dengan memberitahukan kepada negara anggota pengimpor dalam j angka waktu
1 5 (lima
belas) hari sej ak diterimanya pemberitahuan . Verification visit harus dilakukan dalam j angka waktu 60 (enam puluh) hari sej ak diterimanya persetujuan tertulis,
ata-q dalam j angka
waktu yang lebih lama dalam hal Negara Anggota terkait menyetuj ui . d.
Dalam hal atas barang terkait dinyatakan memenuhi ketentuan asal barang, Form AK dinyatakan diterima .
e.
Penetapan diterima atau ditolaknya Form AK dilakukan dalam j angka waktu maksimal 6 (enam) bulan yang dihitung sej ak hari pertama verification visit dilakukan .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 45 -
6.
Azas Timbal B alik dalam Rangka AKFTA Dalam rangka AKFTA berlaku azas timbal balik ( resiprositas) sehingga atas importasi beberapa jenis barang yang berasal dari negara Korea diberlakukan tarif resiprositas yang besarannya dapat sebesar tarif bea masuk MFN atau besaran tertentu sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai penetapan tarif b ea masuk dalam rangka ASEAN-Korea Free Trade Area (AKFTA) .
D.
KETENTUAN
PENGISIAN
PEMBERITAHUAN
PAB EAN
IMPOR
DALAM
RANGKA AKFTA
1.
Ketentuan Pengisian Pemberitahuan Impor B arang (PIB) B C 2 . 0 Untuk tuj uan pengenaan tarif preferensi berdasarkan AKFTA, pada PIB diisikan kode Tarif Preferensi, nomor referensi dan tanggal Form AK sebagai berikut: a.
Dalam hal PIB hanya menggunakan skema AKFTA, kode 5 5 , nomor referensi dan tanggal Form A K dicantumkan pada kolom
1 9 dan / atau kolom 3 2 PIB ; b.
Dalam
hal
PIB
kepabeanan,
menggunakan
kode
55
skema AKFTA
dicantumkan
pada
dan
kolom
fasilitas 32
PIB
sedangkan nomor referensi dan tanggal Form AK dican tumkan pada
Lem bar
Lampiran
Dokumen
Dan
Pemenuhan
Persyaratan / Fasilitas Impor PIB . 2.
Ketentuan
Pengisian pada Pemberitahuan Impor B arang Untuk
Ditimbun
di
Tempat
Penimbunan
Berikat
(B C
2 . 3)
dan
Pemberitahuan Impor Barang dari Tempat Penimbunan B erikat (BC 2 . 5)
diatur tersendiri
dalam
Peraturan
Direktur Jenderal yang
mengatur ketentuan mengenai Kawasan Berikat dan Gudang Berikat.
E.
KETENTUAN LAIN TERKAIT KETENTUAN ASAL BARANG
1.
Perlakuan un tuk barang terten tu Produk tertentu dianggap
originating walaupun proses produksi
dilakukan di luar wilayah Korea dan negara - negara ASEAN (zona . industri) dari bahan baku yang diekspor dari Negara Anggota dan selanjutnya
di-reimpor ke
Negara Anggota
tersebut.
Penerapan
ketentuan ini, termasuk daftar produk dan pro sedur khusus terkait ketentuan ini akan dilakukan . berdasarkan persetujuan Negara N egara Anggota.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 46 -
2.
Akumulasi Kecuali diatur lain , suatu baran g originating di wilayah suatu N egara Anggota, yang digunakan di wilayah Ne gara Anggota lain s e b agai b ahan baku produk j adi yang dapat dikenakan Tarif Preferen s i , haru s dianggap o riginating negara di mana pro s e s p e ngerj aan pro duk j adi dilakukan .
3.
Pengerj aan yang Tidak Diperhitungkan (Non Qualifying Operation) a.
Suatu barang originating d i wilayah suatu Negara Anggota, tidak dapat dianggap originating dalam hal dilakukan proses di bawah ini baik secara tunggal maupun kombinasi, proses tersebut yaitu : 1)
Pro ses
pengawetan
untuk
memastikan
barang
dalam
kondisi baik selama pengangkutan dan penyimpanan; 2)
Perubahan
kemasan,
pembongkaran
dan
perakitan
kemasan ; 3)
Pencucian
sederhana,
pembersihan,
penghilangan dust,
karat, minyak, cat atau pelapis lainnya; 4)
Pro ses pengecatan dan pemolesan ;
5)
Pengupasan , pemucatan totak maupun parsial, pemolesan dan pengglasiran serealia dan beras;
6)
Proses pewarnaan dan pembentukan gumpalan gula;
7)
Pengupasan , pengerasan , atau penghilangan cangkang;
8)
Peruncingan, penggilingan atau pemotongan sederhana;
9)
Pemilahan ,
penyanngan,
penyortiran ,
pengklasifikasian ,
penggolongan , pencocokan ; 1 0)
Pro ses memasukkan ke
dalam botol, kaleng, termo s , tas ,
peti, kotak, pemasangan pada kartu atau papan dan pro ses pengemasan sederhana lainnya; 1 1)
Pembubuhan atau pencetakan tanda, label, logo , dan tanda pembeda lainnya pada produk atau kemasannya;
1 2)
Pencampuran produk secara sederhana, baik dari J en1s yang berbeda maupun tidak;
1 3)
Perakitan sederhana bagian untuk menj adi barang j adi atau penguraian produk menj adi bagian-bagiannya;
1 4)
Uj i dan kalibrasi sederhana
1 5)
Penyembelihan hewan
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 47 -
Catatan : Istilah "sederhana" secara umum menggambarkan suatu aktivitas yang tidak memerlukan keahlian khusus, mesin, peralatan atau perlengkapan yang diproduksi atau dipasang khusus untuk aktivitas tersebut. Istilah
"pencampuran
sederhana"
secara
urnum
menggambarkan suatu aktivitas yang tidak memerlukan keahlian khusus, mesin , peralatan atau perlengkapan yang diproduksi atau dipasang khusus untuk aktivitas tersebut. Namun, pencampuran sederhana tidak termasuk reaksi kimia. Reaksi kimia berarti suatu proses (termasuk proses biokimia)
yang
struktur
baru
menghasilkan dengan
suatu
cara
molekul
dengan
memutuskan
ikatan
intramolekular dan membentuk ikatan intramoleku lar baru, atau dengan mengubah susunan spasial atom dalam suatu molekul. Penyembelihan berarti membunuh binatang sedemikian rupa termasuk
proses selanjutnya seperti pemotongan,
pendinginan , pembekuan, penggaraman, pengeringan atau pengasapan untuk tujuan pengawetan untuk keperluan penyimpanan dan pengangkutan . b.
Keasalan mengalami
suatu
barang
tidak
pro s e s / pengerj aan
berubah
sebagaimana
sepanJ ang
hanya
dimaksud
pada
huruf a . 4.
De Minim is a.
Suatu barang yang tidak mengalami perubahan klasifikasi pos tarif harus dianggap originating dalam hal : 1)
Untuk barang selain yang diatur dalam Chapter 5 0 sampa1 Chapter 63 H S , nilai semua bahan baku non originating yang digunakan dalam produksi yang tidak mengalami perubahan klasifikasi pos tarif yang dipersyaratkan tidak melebihi 1 0% (sepuluh persen) dari total FOB barang.
2)
Untuk barang yang diatur dalam
Chapter 50
sampai
Chapter 63 H S , berat semua bahan baku non o riginating yang digunakan dalam produksi yang tidak mengalami perubahan klasifikasi pos tarif yang dipersyaratkan tidak melebihi 1 0% (sepuluh persen) dari total berat barang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 48 -
b.
N ilai bahan baku non originating s e bagaimana dimaksud pada angka 1 (satu) harus dimasukkan dalam komponen bahan baku non o riginating untuk keperluan perhitungan RVC barang.
5.
Perlakuan terhadap kemasan a.
Dalam hal barang menggunakan kriteria asal barang RVC , nilai pengemas untuk penjualan eceran harus ikut dihitung sebagai komponen
barang
dalam
RVC
apabila
pengemas
tersebut
dianggap membentuk ke seluruhan barang. b.
. D alam hal ketentuan huruf a) tidak dapat diterapkan, pengemas untuk penjualan eceran , apabila diklasifikasikan dalam satu pas tarif
dengan
barangnya,
tidak
diperhitungkan
dalam
menentukan asal barang sepanj ang kriteria asal barang yang digunakan ad al ah CTC . Kontainer dan pengemas yang khusus digunakan untuk tujuan pengangkutan tidak diperhitungkan untuk penentuan keasalan barang. 6.
Aksesoris, Spare Part, dan Perlengkapan Keasalan
akse soris,
spare parts,
peralatan ,
dan instruksi atau
manual informasi yang disertakan dengan barang harus diabaikan dalam menentukan keasalan barang, sepanj ang aksesoris, spare parts, peralatan , dan manual informasi tersebut diklasifikasikan menj adi satu dengan barang utamanya.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 49 F.
B ENTUK DAN FO RMAT FORM AK ------------�·-------
l.
Re-forcnce No.
Goods con.signed from (Exporter's business nnmc, address. c-0untry)
KOREA-ASEAN FREE TRADE AREA PREFERENTIAL.
TARIFF
CERTIFICATE OF ORIGIN (Combi!led Declarat ion and Cert i fi cate)
2. Goods consigned to (Con s i gnee's n ume, ad dressf
fasued
country)
FORM AK ln
(Country)
Sec Noles Overl eaf 3 . Means of transport and route
(as far as known)
4. For
Official
Departure dnte
D
Vc.s�el's naml:l/A i rcrnn elc.
D
Use Preferential Treatment G iven Under Korcu-ASEAN
Free Trade Area Prcforen l i u l Preforcntlol Treatment
stale reason/s)
Tori ff
Not Given (Please
Port of Disch argo Signature of Authorised Signaiory of the Importing
Cow1try S. Item nu1nber
6. Marks and numbers on pa.ck ages
goods (including quantity
where appropriulc and HS
number o f lhe country) f----··------'------��
8.
7. Num ber and type o f packages, descri ption of
Origin criterion (see Notes overleaf)
9. Gross weight: or other quontity nnd value (FOB only when R VC criterion. is
l O. Number and date of Invoices
used)
importing
�-.L___________Jc__________._______--j
-----------
1 2 . Certifi cation
J 1 . Declaration by t h e cxportcl'
The undersignct.l hereby dcclurcs thnt the above deta i l s and stutcmcmt arc correct� lhut oll the goods were produocd in
lt is hereby certified, on the basis of control carried out, thut the deoluration by the exporter is correct.
(Country)
and 1 J 1at they comply with the origin requ irements specified for these goods I n the KOREA-AS BAN Free Trnde Area Preferent ial Tariff for lhc goods exported Lo
(Importing Country) Plttc<;; nnd dulc,, s i gnature of ttutlmrised signatory 13.
n T h i rd Country Invo i c i ng
·
CJ Exhibi tion
Pl 11cc Wld date, signature and stamp of certif}'ing authority
o B ack-to-Back CO
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 50 -
O VERLE A F N OTES I.
P a1i i e s wh i u h n c c e p l t h i s fb rm fo r the p u rpose of prcfen:.11 ti a l t a ri ff u n d e r the K O R E A - /\ S EA N Free
( K A FTA) :
B R UN E I D A R U S S A L A M
2_
(i)
( i i)
].
this
(iii)
Agree m e n t
C A M B ODIA
I N D ON ES I A
R E P U B L I C O F KO REA MA LAYSIA MYAN M A R S I N G A PO R E T H A I LA N D CON D I T I O N S : T o enj oy
Trncle
LAOS
P l l lLIPPINES preferential
VIETN A M tari ff u n d e r 1-he K A F TA, gm>
must fn l l within a description of goo d s e l i g i b l e fb r concessions i n the c o u n t ry o f
O R f G IN C R I TE R I A : For goods that m e e t the orig i n criteric1, t h e 'exporter and/or prod ucer m ust i n d i c a t e i n box 8 of Form, the o r i g i n cri lcria rn c 1 1 i n lhe m a n ner !ihown i n the fol l o w i n g table: C i rc u m st a n ces u f prodL1 c t i o n o r
m a n u facture i n t h e first
c o u ntry n a m e d i n box 1 1 o f t h i .s fb n n
G oods who l l y o b t a i ned or produced i n L h e territory o f the ex port i n g Party
(b)
( io o d s s
(c)
G o o d s satisfying tile Product Speci fic Ru les - C h �:inge in Tari ff C l ass i fi cation
o f t h e /\ KFTA
of Origin)
- Who l l y Obtained o r Produced in the territory
Party - Reg i o n a l V a l u e Co n t e n t - Rcg i o n tt l Va l ue C o n te n t . + Change i n Tari ff C l as s i fi cat i o n
(d)
satisfying
"WO" "CTH" o r "RVC 40%" - "CTC"
of any
- " W O-AK" - "R V C " thnl needs to be met for the good lo q u a l i fy os o r i g i n at i n g ; e.g. "RVC 4 5%" - The com bl nat i o n rule that needs lo be met fo r good to quuli fy as o r i g i n at i n g ; e . g . "CTH + RVC 4 0o/o.. " S p e c i fi c Processes"
- S p ec i fi c Processes
Goods
Ins ert in box 8
Rule 6
"Rule
6n
4_ EACH A R T I C L E M U S T QUALIFY: I t s h o u l d be noted th at nil the goods. in a consignm c 1 1 t m u s t q u a l i fy separate l y i n t h e i r o w n r i g h t . Th i s i s of part i c u l a r rel evance wh e n s i m i l ar urti c l e s o f d iffcrenl. s i zes o r sp are parts a r e sent. 5. D E S C R I P T I ON OF G O O D S : The tl cscri p l i o n o f go o d s must be s u f!h.: i en t l y d c tn i l c d to e11able the goo d s lo be i d e n t H icd by lhe Customs O ffi c ers exa m i n i ng t h e m . A ny trnrle mark s h a l l also be specified. 6F R E E- O N - B O A R D ( F O B ) VAL U E : T h e FOB val u e i 11 B o x 9 s h a l l b e re fl e c t e d o n l y when t h e Regi o n a l V u l u e C o n l t rn l 'c r i t e r i o n i s app l i ed i n d et e rm i n i n g t h e ori g i n o f g o o d s . T h e C O (Form A K ) i � s u ed t o a n d fro m Cambod i a n n d M y u n m a r s h a l l re fl e c t t h e F O B v a l u e , reg ard l e ss o f t h e o r i g i n cri t e r i a used, fo r the n e x t two (2) y e a rs u p o n t h e i m p l t:: rnentttlinn o f t h i s new arra n g e m e n t . 7_ H A R M O N I Z E D S YSTEM N UM B ER: T h e H a r m o n ized System n u m b e r $hall b e that of t h e i m p orting Pa rty. E X P O R TE R : The tenn «Exporter" i n box 1 1 mny i n c l u d e t h o man u fAct· urer o r the producer. 8.
9.
F O R O F F I CI A L U S E: The Custo m s Authority o f t h e i m pot�ing Party m ust i n d i cnte
c o l u m n 4 w h e t h e r o r not prcteren t i u l tariff i s �ccordcc..I .
( .../) in
! h e relevant boxes in
10. TH I R D CO UNTRY I N V O I CING: In cases where i nv o i ces are i s s u e d by a t h ird country, "the Third Country I n vo i c i ng" box s h o u l d be ticke ("Y) ::t n cJ such i n tbrm ntions ns rnune untl coun 1ry o f t h e com pany issuing the i nvoice s h u l l b!3 i n d i calcd in box 7 . 1 1.
EXH I B I TI O N S : Jn oases wh ere goods a r c s e n t fro m the tel'dtory o f the
exporting Party for exh i b i tion
in a n o t h e r
c o u n t ry a n d s o l d d u ri n g or a1ler t h e exh i b i t i o n fb r i m po1tat i o n i n t u the L erri1 ory . o f a PEtrLy, i n n c c o r d n n c e w i t h R u l e 2 0 of
Operational i n d i cnted i n
the
Certi fi c a t io n Proced u res) the " E x h i b i t i o n s " box s h o u l d b e ticked (..../) a n c1 t h e n n m e and a d d ress of the exh i b ition bo:t\ 2. 12. B ACK-TO-B ACK CERT I F I CATE OF O R I G I N : I n cases o f B ack -to - B ack C O , i 11 accordnnce with Rule 7 (2) o f the Opernt i o n a l C e rt i fi c a t i o n P roce d u res. the " B nc k -to- B nc k CO" box s h o u l d be ticked ( -/) _
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 51 -
O rigin a l (D uplica te/Triplica te)
(Additional P a ge)
Rd� re:nce No S. Item number
7 . Numhcr and lypc of packages,
6 . M ark� nmJ n u m h crs on pack ages
ovcrlc11f)
n u m ber or lhc importing cou111ry)
. .
-- · ··
H. O r i g i n criterion (sea Notc.c;
9. Gro�s wei ght or (JI her quru1Lily am.I v u l m : (FOB only when R VC crit�rion Is used)
I O . Number nnd date of IJlVoiccs
...... .. .......-....-·--·
--- -- ·----· .
. ._ .. _, ___ _
,, .--·--------�-------
1 2 . Cert i fi cation
I I . Occlnrntion by tlu.� cxponcr
It is ht:rcby cert ified, on th� bus h > of control curried out, thnt the dccl<Jration by the exporter is correct.
TIH.: urukrsigmxl hereby Llccl nres that the above deta ils nml suitc111cnt nrt.! correct; that al l the f,tlods wen: prn
(Ct.iunl1')') and thnt t h ey comply w i t h the origin req u i rements specified for these goods i u lhc K O H EA-/\SEAN Frc<.� Trndt: Arcn PrdCrc n t i al Turi ff for U r n goods 1..: xportcd 10
(Import i n g
Counlry) l1lai;c am.I tlalc. s i g m1 l m c m1tl ccn i <:,\·ing n111hority
P i nce and d ate, s i g n nnire of atllhoriscd s ignatory
�------ --·-..-----·--·--·
·-·------·
..
.. ........ _ __ ,,_ ,,_,,_
______
,
stamp uf ___J
,, ,_,,____ ___ _ _ ___ _ _ _ _ _ _
· -·- · - - · ·--·-- ·-·--·---·----- -- - --------
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK IND O NE SIA, ttd . BAMBANG P . S . BRODJONEGORO
ementerian
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 52 -
LAMPIRAN IV PERATURAN M ENTER! KEUANGAN REPUBLIK IND ONESIA NOM O R 2 0 5 / P MK . 0 4 / 2 0 1
5
TENTANG TATA
CARA
BEA
PENGENAAN
MASUK
TARIF
BERDASARKAN
PERJANJIAN ATAU KESEPAKATAN INTERNASIONAL
KETENTUAN ASAL BARANG DALAM RANGKA INDONESIA-JAPAN
ECONOMIC PAR TNERSHIP AGREEMENT (IJEPA)
A.
KRITERIA ASAL BARANG
Kriteria Asal B arang dalam rangka skema IJEPA meliputi : 1.
Wholly Obtained or Produced Barang- barang yang dikategorikan sebagai Wholly Obtained atau Wholly Produced adalah sebagai berikut: a.
Binatang hidup , lahir dan dibesarkan di Negara Anggota;
b.
Hasil perburuan, perangkap , pemancingan, pengumpulan atau penangkapan yang dilakukan di Negara Anggota;
c.
B arang yang diperoleh dari binatang hidup d i Negara Anggota;
d.
Tanaman dan
produk tanaman, yang dipanen, dipetik, atau
dikumpulkan di Negara Anggota; e.
Mineral dan produk alam lainnya, tidak termasuk dalam huruf a sampai huruf d,
yang diekstraksi atau diambil
di
Negara
Anggota; f.
Hasil penangkapan ikan di laut dan produk lain yang diambil oleh kapal yang terdaftar di Negara Anggota dari laut di luar wilayah perairan Negara Anggota lainnya;
g.
Prociuk yang dibuat di kapal pengolahan hasil laut (factory ship) yang terdaftar di Negara Anggota di luar wilayah Negara Anggota lainnya dari barang sebagaimana dimaksud dalam huruf f;
h.
B arang yang diambil dari dasar laut atau lapisan tanah di bawahnya yang berada di luar wilayah Negara Anggota, dengan ketentuan Negara Anggota tersebut memiliki hak eksploitasi atas dasar laut atau lapisan tanah di bawah dasar laut tersebut;
i.
B arang yang dikumpulkan d i Negara Anggota, yang tidak dapat lagi berfungsi se suai fungsi semula, tidak dapat dikembalikan
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 53 -
kepada fungsi semula maupun diperbaiki dan hanya cocok untuk dibuang atau untuk diambil bagiannya atau bahan baku; J.
Sisa
dan
scrap yang
berasal
dari proses
produksi
a tau
pengolahan atau konsumsi di negara anggota dan hanya cocok untuk dibuang atau untuk diambil bagiannya atau bahan baku; k.
B agian atau bahan baku yang diperoleh di Negara Anggota dari barang yang tidak dapat lagi berfungsi se suai fungsi semula atau tidak
dapat
lagi
dikembalikan
kepada
fungsi
awal
maupun
diperbaiki; dan I.
B arang yang diproduksi atau diperoleh d i N egara Anggota hanya dari barang sebagaimana dimaksud dalam huruf a sam pai h uruf k .
2.
Produced Exclusively B arang
yang
seluruhnya
diproduksi
di
Jepang
dengan
hanya
menggunakan bahan baku originating Indonesia dan / atau Jepang. 3.
Product Specific Rules (PSR) a.
Product Specific Ru les (PSR)
diatur tersendiri dalam daftar
Product Specific Rules (PSR) IJEPA . b.
Suatu barang memenuhi kriteria asal barang yang tercantum dalam Product Specific Rules (PSR) meliputi : 1)
Qualifying Value Content (QVC) untuk barang-barang yang diatur dalam daftar PSR, dapat dihitung dengan rumus :
QVC
=
VNM
FOB
------
FOB
x
1 00%
Dimana: QVC adalah besaran qualifying value content suatu barang yang dinyatakan dalam presentase . FOB adalah nilai free-on-board suatu barang yang dibayar oleh
pembeli
pengiriman,
kepada
penjual
tanpa
melihat
tidak termasuk pengurangan,
mode
pembebasan
maupun pengembalian paj ak pada saat barang diekspor; dan VNM adalah nilai bahan baku yang berasal dari luar Negara Anggota yang digunakan dalam pembuatan barang.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 54 -
2)
Change
zn
Tariff
Classification
( CTC)
se bagaimana
ketentuan yang tercantum dalam daftar P S R . 3)
Pro s e s atau Pengolahan Tertentu ( Specific Manufactu ring o r Processing Operation) yang diterapkan p a d a
bahan baku
non o rigin se bagaimana keten tuan yang tercan tum dalam daftar PSR.
B.
KRITERIA PENGIRIMAN
Dalam hal pengiriman barang melibatkan negara selain Negara Anggota IJEPA, Pej abat Bea dan Cukai dapat meminta dokumen atau informasi lain dari negara tran sit yang membuktikan bahwa barang tersebut tidak mengalami perlakuan selain proses bongkar, muat dan pro s e s lainnya yang ditujukan untuk menj aga kualitas keamanan barang.
C.
KETENTUAN PROSEDURAL
1.
Penelitian Atas Pemenuhan Ketentuan Penerbitan Surat Keterangan Asal Penelitian atas pemenuhan ketentuan penerbitan S KA Form IJEPA meliputi : a.
Ukuran kertas I S O A4 .
b.
Penandatanganan SKA oleh pemohon/ eksportir .
c.
Penandatanganan SKA dan stempel oleh instansi penerbit se suai dengan spesimen dan dicantumkan secara manual atau dicetak (p rinted) .
d.
Penerbitan S KA sebelum Tanggal Eksportasi atau tidak lebih dari 3 (tiga) hari setelah Tanggal Eksportasi atau Tanggal Pengapalan .
e.
Pemberian cap atau tulisan "Issued Retroactively' pada kolom 8 S KA dalam hal SKA diterbitkan lebih dari 3 (tiga) hari setelah Tanggal Eksportasi atau Tanggal Pengapalan .
f.
Pengisian kolom-kolom lainnya pada S KA Form IJEPA .
g.
Penerbitan Form JIEPA baru dalam hal terdapat ke salahan ·
pengisian ,
koreksi
dan / a tau
perubahan
berupa lainnya
penghapusan , pada
Form
penambahan JIEPA
tidak
di per bolehkan .
2.
Penelitian SKA Back to Back Back- to-Back SKA tidak berlaku untuk skema IJEPA .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 55 -
3.
Penelitian Third Cou ntry In voicing Penelitian
penggun aan
Third
Cou ntry
meliputi
In voicing
pencan tuman : a.
Nomor dan tanggal In voice pihak ke tiga ( Third Country In voice) yang digunakan untuk importasi ke Indonesia pada kolom 7 Fo rm J I E PA ;
b.
N o m o r dan tanggal m vorce yang diterbitkan o l e h eksportir pada kolom 7 Fo rm JIEPA d alam hal n o m o r invoice pihak ke tiga b elum diketahui pada s aat penerbitan Form J I E PA ; dan
c.
I n fo rmasi adanya pe nggunaan in voice pihak ke tiga ( Third Cou ntry In voice) disertai n ama dan alamat p e ru s ahaan yang menerbitkan invoice pihak ketiga ( Third Cou ntry In voice) pada kolom 8 S KA (Fo rm JIEPA) .
4.
Retro active Check Pelaks anaan Retroactive Check dilaks anakan dengan ketentuan : a.
Pej abat B e a d an Cukai dapat meminta retro active check d ari in stan si p e nerbit melalui perwakilan Ke dutaan B e s ar Jepang yang ada di Indonesia.
b.
J awaban atas permintaan retroactive check diterima dalam j an gka
waktu
tidak
lebih
d ari
6
(enam)
bulan
sej ak
diterimanya permintaan tersebut. Apabila dianggap perlu , Pej abat B e a dan Cuka_i dapat meminta informasi tambahan terkait ke a s alan b aran g . c.
Apabila s e suai
info rmasi dengan
tambahan
peraturan
diminta,
yang
in stan si
b e rlaku
di
p e nerbit,
n egaranya,
memberikan informasi yang diminta d alam j an gka waktu tidak l e b ih dari 4 (empat) bulan s ej ak diterimanya p e rmintaan informasi tam b ah an . d.
D al am hal j awaban retroactive check yang diterima tid ak m e ncukupi
untuk
membuktikan
ke b e n aran
tercan tum dalam S KA dan keab s ahan S KA , s e hingga
Tarif
Preferensi
tidak
data
yang
S KA ditolak
diberikan
d engan
mempertimbangan pro sedur penetapan tarif b e a masuk o le h D irektur Jenderal s e suai Undang Undan g Kepab e anan .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 56 -
5.
Verifi cation Visit a.
Dalam hal hasil retroactive check dianggap tidak mencukupi untuk membuktikan pemenuhan Ketentuan Asal Barang (Rules of Origin), Pej abat Bea dan Cukai dapat mengajukan permintaan melalui Kedutaan Jepang untuk: 1)
Mengumpulkan dan menyediakan informasi terkait keasalan barang dan melakukan kunjungan ke lokasi proses produksi di lokasi eksportir atau produsen barang terkait.
2)
menyediakan informasi terkait keasalan barang yang dimiliki oleh instansi penerbit pada saat atau setelah dilakukan Verifi cation Visit.
b.
Permintaan kunjungan disampaikan
secara tertulis melalui
Kedutaan Besar Jepang di Indonesia dalam j angka waktu minimal
40
kunjungan .
(empat
puluh)
Kedutaan
hari
Besar
sebelum
Jepang
rencana
meminta
tanggal
persetujuan
tertulis kepada eksportir atau produsen yang lokasinya akan dikunjungi . c.
Permintaan
yang
dimaksud
pada
huruf a
harus
memuat
informasi: 1)
Eksportir / produsen barang yang akan dikunjungi;
2)
Rencana tanggal dan tempat verifi cation visit;
3)
Tujuan dan ruang lingkup kunjungan , termasuk keterangan lain yang mendukung penj elasan atas barang yang akan diverifikasi; dan
4)
Nama dan j abatan pej abat yang melaksanakan verifi cation visit. ·
d.
Memperoleh
j awaban
tertulis
diterima
atau
ditolaknya
permintaan verification visit dalam j angka waktu 3 0 (tiga puluh) hari
sej ak
Kedutaan
Besar
Jepang
menerima
permintaan
verifi cation visit. e.
Instansi
pemerintah
pengekspor, negaranya,
sesuai harus
yang dengan
berwenang peraturan
menyerahkan
di
Negara yang
informasi
Anggota
berlaku
di
se bagaimana
dimaksud pada huruf a angka 1 dan angka 2 kepada Direktur Jenderal dalam j angka waktu maksimal 4 5 (empat puluh lima) hari atau dalam j angka waktu yang disetujui sej ak hari terakhir dilakukannya verification visit.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 57 f.
Apabila
dianggap
m engaj ukan
perlu,
permintaan
dilakukannya
Pej abat
Bea
verificatio n
retroactive
check
d an
s elama
vis it
atau
Cukai
tanpa
dapat p erio d e
didahului
p e rmin taan retro active check. g.
D alam
hal
p engekspor
in stan si tidak
yang berwenang
di
memberikan j awab an
N egara Anggota atas
p ermintaan
p e n elitian S KA atau verification visit atau informasi yang diberikan tidak lengkap , S KA dinyatakan ditolak . h.
S e te lah
pro sedur
penelitian
S KA
d an
verification
visit
dilakukan , instan s i pabean negara anggota p engimpor harus m enyampaikan
keputu s an
tertulis
apakah
suatu
b arang
memenuhi ketentuan asal b arang atau tidak d i s e rtai dengan fakta d an dasar hukum keputu s an ter s e but kepada instan s i pemerintah di ne gara p engekspo r . 6.
Ketentuan Pengisian Pemberitahuan Pabe an Impor D alam Rangka IJEPA Untuk tuj uan pengenaan Tarif Preferensi berdasarkan IJEPA , pada
Pemberitahuan Impor B arang
Preferen si ,
nomor referensi,
( PI B )
diisikan
ko d e Tarif
dan tanggal Form J I E PA s e b agai
.beriku t : 1)
D alam hal PIB hanya menggunakan skema IJEPA , kode 5 6 nomor referensi dan tanggal S KA Form J I E PA dicantumkan pada kolom 1 9 dan / atau ko lom 32 PIB ;
2)
D alam hal PIB menggun akan skema IJEPA dan fasilitas kepabean an , s e d angkan dicantumkan
kode nomor pada
56
dic antumkan
referensi Lembar
d an
pada
kolom
tanggal
Lampiran
32
Form
D o kumen
PIB
J I E PA D an
Pemenuhan Persyaratan / Fasilitas Impor PIB .
7.
Pengisian pada Pemberitahuan Impor B arang Untuk D itimbun di Te mpat Penimbunan B erikat (BC 2 . 3 ) dan Pemberitahuan Impor B arang d ari Tempat Penimbunan B e rikat (BC 2 . 5 ) diatur tersendiri dalam Peraturan D irektur Jenderal yang mengatur ketentuan mengenai Kawasan B e rikat dan Gudang B e rikat .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 58 -
D.
HAL-HAL LAI N TERKAIT KETENTUAN ASAL BARANG
1.
Akumulasi a.
B arang o riginating dari Negara Anggota yang digunakan sebagai bahan b aku untuk suatu barang j adi · di Negara Anggota lain yang memenuhi Ketentuan Asal B arang untuk memperoleh Tarif Preferensi, harus dianggap sebagai b arang o riginating ne gara tempat di mana pro s e s produksi b arang j adi dilakukan .
b.
D alam
perhitungan
Qu alifying
Value
Content,
untuk
men en tukan nilai bahan baku non o riginating yang digunakan dalam
produksi
barang j adi
non
nilai
o riginating,
yang
diperhitungkan dibatasi hanya dari nilai b ahan baku non yang
o riginating
digunakan
dalam
produksi
b arang j adi
terse but sepanj ang memenuhi kriteria asal b arang. 2.
De Minim is Bahan baku non originating yang digunakan dalam proses produksi yang tidak mengalami perubahan tarif klasifikasi
(CTC) ,
dapat
dianggap o riginating sepanj ang jumlah total dari bahan baku terse but tidak melebihi presentase tertentu dari nilai , berat, atau volume dari barang j adinya sebagaimana diatur masing-masing dalam PS R . 3.
Pro ses yang Tidak Memenuhi Kualifikasi Suatu barang tidak dianggap memenuhi ketentuan perubahan tarif klasifikasi (CTC) atau perubahan melalui proses tertentu ( specific process) j ika hanya mengalami pro ses sebagai berikut: a.
pro ses untuk memastikan barang dalam kondisi baik sel.ama pengq_ngkutan
dan ·
penyimpanan
(misalnya
pengeringan ,
pembekuan, penyimpanan dalam air asin) dan pro ses seJ en1s lainnya; b.
perubahan
pengemas ,
pembongkaran
dan
penyusunannya
kembali; c.
pengura1an;
d.
pengemasan dalam botol, peti, kotak dan pro ses pengemasan sederhana lainnya;
e.
pengumpulan
bagian
dan
komponen
yang
diklasifikasikan
sebagai barang lengkap atau rampung sesuai Ketentuan Umum Untuk Menginterpretasi Harmonized System (KUMHS) 2 (a) ; f.
semata-mata mengumpulkan barang menj adi satu set; atau
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 59 g.
kombinasi dari proses sebaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf f.
4.
Barang Belum Dirakit atau Terbongkar a.
Dalam hal barang memenuhi ketentuan kriteria asal barang dan diimpor ke suatu Negara Anggota dari Negara Anggota lainnya dalam
kondisi
belum
dirakit
atau
terbongkar
tetapi
diklasifikasikan sebagai satu kesatuan barang sesuai KUMHS 2 (a) , barang tersebut harus dianggap sebagai barang originating Negara Anggota tempat barang tersebut berasal. b.
Suatu barang yang dirakit di suatu negara dari komponen yang belum dirakit atau terbongkar yang diimpor ke negara tersebut dan diklasifikasikan sebagai satu kesatuan barang sesuai KUMHS 2 (a) harus dianggap sebagai barang originating, sepanj ang barang tersebut memenuhi kriteria asal barang dan dalam hal terdapat bahan baku non-originating maka bahan baku non-originating tersebut
harus diimpor ke Negara Anggota secara terpisah dan
tidak dalam bentuk belum dirakit atau terbongkar.
5.
Aksesoris, spare part, dan peralatan a.
D alam rangka menentukan apakah semua bahan baku non originating yang digunakan dalam pro s e s produksi barang j adi mengalami perubahan tarif klasifikasi barang atau perubahan melalui proses tertentu sebagaimana yang telah ditentukan dalam PSR, keasalan aksesoris, spare part, atau peralatan yang dikirim dengan barang j adi yang merupakan akse soris, spare part, atau peralatan standar tidak diperhitungkan, sepanj ang: 1)
Akesoris, spare part, atau peralatan tersebut tidak dalam invoice
yang
terpisah
dengan
barangnya;
mempertimbangkan apakah aksesori s ,
tanpa
spare part,
atau
peralatan tersebut dirinci terpisah dalam in u oicenya; dan 2)
Jumlah dan nilai aksesoris, spare part, atau peralatan tersebut umum disaj ikan bersama barangnya.
6.
Dalam
hal
Qualifying
suatu Value
barang Content,
menggunakan nilai
kriteria
aksesori s ,
spare
asal part,
barang atau
peralatannya harus diperhitungkan berdasarkan keasalannya -:-Bahan pengemas untuk penjualan eceran :
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 60 -
a.
D alam menentukan apakah semua bahan baku non-originating yang
digunakan
dalam
produksi
suatu
barang
memenuhi
ketentuan perubahan tarif klasifikasi barang atau perubahan melalui proses tertentu sebagaimana telah diatur untuk barang terse but,
pengemas
untuk
penjualan
eceran
yang
diklasifikasikan se suai ketentuan KUMHS 5 harus diabaikan . b.
D alam hal suatu barang menggunakan kriteria Qualifying Value Content, nilai bahan pengemas untuk penjualan eceran harus diperhitungkan sesuai originnya dalam perhitungan Qualifying Value Content barang tersebut.
7.
Bahan pengemas untuk pengangkutan diatur dengan ketentuan sebagai berikut: I
a.
Tidak diperhitungkan dalam menentukan apakah semua bahan baku non-originating yang digunakan dalam produksi mengalami perubahan tarif klasifikasi barang atau perubahan melalui pro ses tertentu sebagaimana telah diatur untuk barang tersebut; dan
b.
Tanpa memperhatikan dimana pengemas tersebut diproduksi, dianggap se bagai bahan originating di negara di mana barang j adi diproduksi dalam perhitungan Qualifying Value Content barang j adi .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 61 -
BENTUK DAN FORM JIEPA
E.
--- ...... =�UM;;-�-.-.-�=�---- -- -i - --- -- - - -' -j
--
· ·· --·--�1<1re o;-; anti r · ·L:1-;·.����-rt;��;��;: -
.cdC;;;; -
-- -·
I
Z.l'mpurlll r's
numc .
��ddr�<;.i.
'4fld
-·
-- -
countl'"y·
1· 1�;.;-,;;;;;r;�;.�:;;;;;-,:-;;; ;,-;:;;;;;-(.;;i�;-;;:,-K"����.;-)-
·-· ··---�--- -·-·· ·--·--..... · --·-
·
-·---- -- ---
Num::-;f·p•"o
AGREEM ENT BETWEEN JAPAN AND THE REl'UBUC 01' IN D O N ESIA FOR AN. ECO N O M rc PARTN ERSHIP
· ·· -
--- ---
I
-
CERTIF,ICATJ:; OF OR[G\N l'ORM JlEPA Iso:;u�c.f In Japan·
!
i
s. Prcr�re:nce critar1on
.
.,
6,QlJeintlty or we•ght
'l�lnvolcc· number(s.) nnd dote(�)
f M a rt�!> .md number":
l Number 1:md ldncJ C'll rno::kng�s:�
l
n.Rcm>
I f---------··------· O..:cl�roUon by !;Mc c:v.1Jortcr�
l, lhe undersigned, daclun: 1h.<1t; . . · lhc O'?J?'.'/C d6tll l l� �m� 5",\:_!],t�r�cnt ui,c tr ue and t1cr.:ur'o.te. · requlred. for tl:t� - thc . gOoi;l(s) 1!h?�o/l�,ed abovrr. mt:ct tfle cnm. Jitlg�(s) · laSUl!nCe. or tll ls cerW/cf.llt:; - th1: c£ounl 1y of u11oin 0( tht• godd ( .:- )· t.lrm:nb�tf !'lb
I
I
I
10.Celrt1'ncaHon
,
..
tt Is her
by: the,expo�er;-.��. F�rrc,c� . . i • · : •.: · . � , Cort'lJ'.l'.1"itent·tiPv�trm!:l'r�rd1 ai/.�la�\y..vf- d:C_¥s>n.�fi-otr'µ::c : . The JaP.ah -.ch� rnber \ii f •C<Jinmdrce and fodustty stamp:
Plf!CC' "Tlll rJ�lc:
Srgnetur��
-
Pluec t'ru.I dist.a� Glf.ln rihlrn:
Nomn(prlnt'a!d)!
�-- --·-·-··�---·-
-----
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 62 -
t>nrtl- Wli!ch li!CCCpt U 1i. fomt for lh..
fllllj0"61' Of p1wromnlla.I tnlll lm'11Gll
Un!fer Ill!>
A{jtll'eU><'mt b!o!WOOH the fl.opubll<> "f lrn;l<>nm
ml
.Jtlpun fOr'{l:n Enc>n01nfn �'Pa.rtrwm..hJp (Mn.r.fr1aftUr rofOmeid tc.•.B"$ �'thU- �-U f1!i�rntont''}c11e tndt,)JiO:fffa e..nd .J..:ap.o.o.
Q.'i'J10Fi!LQ\'.l!i!Jltlial:l!.l;:
�nle-(;:Qf1C.Htions. �tt•
.
.
.
•
.
P'(!J:f©fe�?fo:l..trarlfftre(.ltlnc.-nt uni.!Of' ths-_J)..g.rat:tm�it a1-e ttu�J � goods :1?..xpo11ed ·too l�·n.Sr;m��te or �Japnn ��J�ot.k:J: ·
ittll wnhin dusciipUo!-i c>f _goc;xfs eligible ft\...r oorK.-e.�sfCUl irt lnd<.)m:�sio or Japan; r.�tlm):;Jly \aJ'li l One OfU� t'4'5K1Ulr��ments 6:61: C\.!Un P.refer�.J'J()(.� ctif.erla ; and cx�-nply wilh lhq c:ont11\)rll'l1<.>n t r.i1terla rif"AO.IC!o 13$.
.
P�li;�.\:!'i��tl.a: A
B
c
·Ioo go..� ilt v,11Qfly ctt.odr.ed -0r ph 2 of Art!ol� 2fit . ·n,.. IJ<>O:I pi"'11.loorl arnilit'.l)t In lhe Pl<Jrty e>.dl.!sf<ely (mm orlf1lnatirlfl "moo rials of tho P.any. ·� � �tlsfic..-s th& prodUr.:t, .A..'tf?tac>if!'c mtu_.,� out in l'"'-i1nex .2,. �'ln= W.-Jll :e19: .fl!:f other api:#.llli:d...i"!)j l"�!re:lnent:B cr t�tn�r�tGr $,. vtf)en th.a good {A J.M�oad entlte� in the; Par�y u�ng n61)--00$}1fWtintJ niaturlafs. · . .
It��lft�.tr;u;if.QrJltiU; I'<;><· V·"" \>Ufpo<>e$ bf ciain•ln<J "'eferentia! ta:tff.frua-, tile do.-:i1nenl ahr.lUlct bi> <:a.mp{ef.e.d 1<'!,1lbry.add 11'\ :1tiU by lhd d agff < !I ••ncl ""'1.i�'"d by th<> comf>l"ftmt-goveir�nei>l"l."\llhorl ty or I!" dlm.ot,,.,!,t.ffi $houlct oo iw �:·1r..&J, rm. Is °""'''"'I"'·' l» any b.>n1;rua1ias ci!l>
!I !Jte 6p8<:1'> <°)f lhl,;; � in niml!ll<:imrt·t .tl{JOcify th!ll ,,,.._., .,., ,.'Y J.IBr!Jw!&.; (qr kfenlify!ng !hi.I !)Ood� ctn.;...- m11rt<>d i•ifwl'ft>Ulion. 1lt"1 ""'"''llmr· CJ< ll:t• t�1Jlhoruoo .-.gll;)I< u� .Oditlon..l. " Aµpetir,UX 1 � 1!-1 1/1.it ""'"'· r;"""' '"1difi<:lnal App,,nli:>nt gilven'irnl!itlll l! de1'1�i"""' Fiei<j 1 ; Fle-id2:· fl!lld 3: �'!feld 4:
Btith'-'flZeel s�ntmi
Sta!ltl lhe !'u!! name; add1e.aa anti -.imJY of lhe "'""°r U!!t . St.nte the f·o.U r)"$m&, r:ttklm-.sn. �J'KJ �;ntrv ot :thtit: ff»P'��?L . A$ "c;feJiheliJ irt �.ubpaingraph. imtiort� a IJOOd 1nto tile lmpo11lt1(1 Party (<>.g. �" ron•lg.1...,.. who.d�i.lres th" fu'ipi,:111,.!!on).
·fl11!'.f al1Um1i,y· ot.f�
(f> pf Attlcliet 2.8, 11YiPQrt'9('" '��-�mi. u "'""(1r.son "'"ho . Pn:ivicl"' u·1<• ,..,,.,;,. .:•f �11:11) �vl. !1>m1�t Port a.id disi:.11>lfiilng po of veasel I filghi 11m-nl'>!lr. as rat as khown. Pl'lJ.vi� tt&Jn rn.wnbm:· {. a•-nt�.,.;i;.s�). MAt"k!i. 1.mp:· 1\11rnberS c(p,nt�kr��'f:lS, rimnbrtr m1d .hfrn;J ..ot' p�cX(\geS� MS bmUt daSSffi.catioO nt.trnl�' na ,,,-,,.... 1<1<><1 ''" .m.rn.tary 1. ;\!002 ""'° den.:.'flpflt>n ct ""'cit gpml rorislun.,..l . Fet- Q..'llii good, the HS tar!IJ' c:1a..s\f!�.1•U<>11 nuc'f\l>iill' t\f>.'.•$dt>e Indicqted at �·ai<..Jlglt level. Tl"' •1��Ul:l1.1 of lh<> Jj� '<X.f '"'V fh« et.'!Ufic3fe ot wlgli> ,;t��IQ be eiJb.•t.QntlAll/ lct, If P<J�lm , to lt\<'< · das·c..rp uon utl\W lfl 1--lb: l'tli' fm 9""'1. Wilt• m� lu "i;lbhe<>dfng 2:10:,,00, Zl,00.00• .46.<J1.21) and 4601 .91, lJ1 "" ,.,_�oaplil.11.\aH::as> "1here tho. gl'.:IC)C) In "' $per.;iPt:: !ll'XIU<-� roquiltn1} 411 �;:il ci.asqlpllon (1i.u: inslilint aimy 1md · tgura �s). o;i;ct1 dosi':dptit.1'1 of s�,;ltlo proc1m::w "'"lo\.ikl b" lmii<:a!ecl. W�h 1l;!sf� to �"W g� of Chapter r10 Oiro:\.fOh �l ot' Uie M� th� nlfltetitils Of th& tJt."'ittr !\!orly or non·Parfi� vv-h.lch a_.re n1ember�mHf-e-t\ . t1f me A.SEAN.. \net pm;iOO$e�. or Olina tlafl(.k.tciotj Ill ""''.It Pa!1y�lf /ll.1ft.Panles, a!i<J ·the r>F.tmes of. sooh !"erfy or non·•Partles "ho<Jtr.J Im . i,i� (. gQ<3k4t � �Moo. criierkJo (A through 0 llnder Prateren1;:0 Cdlali.a abt:ntt.!) fti" otJ.PllcabJe, Tue 1utes of odgtn �P!J · i;:c...,..ln<1>d l1i Coof>{r.r.3 ar� Ar..-.a. I:� h;-.r ac.r..umulaUon, �°oMJ" fbt' ,�� tt.Jfll1ii:t,rs: .and "f::"(�M'! for fl.JnQt.i:!e: 90Qds aa-" 11mtorial$.. if �pj:iliatble.' For eadl g
·
·
f'1"'fd. 4');
f'leld7!
lmp<1tfti:1g Pany. ·
. If ti�u ki� II> ,,.,__ by "' f..m;tin
!>"fll($:: !ocall'd ;,.. n11r>-Pa1 w. il; <ee pt��-� ."Whe� -11� ·th•.t1wm,,.,.,.111J nlbtln>nd:. ·
· �.;:·ot�..�u�;"")��;����r,�;2 .-.;J?· y.n �.th!1�1S>� io�f�.lt\'�$�UB�nro Cth¢r·
at I�t� bl .a· non..Parw,·��.ntJt . orn-l!11J.·� rtffi catl> ·of . • . . 11,.,ttaf/cn lnt<:> · thrn· . . 10r 1n�n1c;. It! b.o: mld ·tt,oh<-.!la.lnctiooi.J,-:t . i.n�.t\1�� ·lo ,-uJe,h c:l;l00. ·U1e rawvant h fti"at Vv'ilf 13.ilu.e . 1elev.i.il! lhi> Tn>lolooa. !lnr.r '"t/ . ,gaQs <�!• ,. '9 � lr'(1pon. <:trlgif\ I• !ssuec:l lti�roectilief�' !1'1 �.>rdaf\<W with l'l.Wi!! 3(b}, 'lhe c:ompelan!" goverttm"''rt "<.lfdf.ll] OO wnt1 · H.1.11<'> · 3(e). .111<> compet.er;t If !he <.1<.'lliffcat" <>f or;gft» fs· �'�1.Y ll!suad il'1· fiOC tm!iestn "ISSUF-P REffrJ.OACTIVl::i.Y.' goi•a.mm<mlal_i•ulho1ffy_<.ir Jls r.u...i)gn<m. shb\1ld lnctk·.\ll� lht> e certlfk'tt>!fon �b!>r of ltie mig1nal cilliJfk;a{<> cf otlgfl!. · . . 01.hw· *"'""'"" "" n.,_..,,llly, Tl�a fio!<.l &!-\I t;,e· _,,1\!l<>!e 1he lhe• · oorlill!lQln �.1 �f"pl!!ild li>r. . . In ar�
·
oumPer·of.tht" .fr��oli:.>a ·
·
l:>1''1,1ifi "'1te·of
FielttB:
Field •[Q:. Thtt:t .ffeJd st�"tttf.t b&. �.:mprem,�r dated•. �lg,ne:d e!"1fl ..stamped b\l"ttlt! ·t�n:�Jetent .gr..w�n,rnr.-mtt�.I aJJthorlly of t.ha w-i:PQtting Pu1 ty or Its deslgrf�.
N.,.l•;n
1.
Not�: � compe\enl govemmenU.i aulJ1c>>ify's .,.. ii\> tl"sll)f..:e'$.sli;ilW"-' may be rllut.;gr
I»
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd . BAMBANG P. S . B RODJONEGORO
ementerian
NI
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 63 -
LAMPIRAN V PERATURAN M ENTER! KEUANGAN REPUBLIK IND ONESIA NOM O R
2 0 5 / PM K . 0 4 / 2 0 1 5
TENTANG TATA
CARA
BEA
PENGENAAN
MASUK
TARIF
BERDASARKAN
PERJANJIAN ATAU KESEPAKATAN INTERNASI ONAL
KETENTUAN ASAL BARANG DALAM SKEMA ASEAN-INDIA FREE TRADE AREA (AIFTA)
A.
KRITERIA ASAL BARANG
Kriteria Asal B arang dalam rangka skema AIFTA meliputi : 1.
Wholly Obtained or Wholly Produced a.
Tanaman termasuk produk kehutanan , buah- buahan , bunga, sayuran, pohon, rumput laut, j amur, dan tanaman hidup lain, dan produk tanaman, yang tumbuh dan dipanen di Negara Anggota;
b.
Binatang hidup termasuk mamalia, burung, ikan, krustasea, moluska, reptil, orgamsme hidup lain , lahir dan dibesarkan di Negara Anggota;
c.
Produk yang diperoleh dari binatang hidup yang dimaksud pada huruf b yang belum dipro ses lebih lanj ut termasuk susu, telur, madu alam, rambut, wol, semen, dan kotoran binatang;
d.
Hasil
perburuan,
perangkap ,
pemancmgan,
budidaya
air,
pengumpulan, atau penangkapan yang dilakukan di Negara Anggota; e.
Mineral dan produk alam lainnya, selain huruf a sampai huruf d, diekstraksi atau diambil dari tanah, perairan , dasar laut atau di bawahnya di Negara Anggota;
f.
Produk yang diambil dari perairan , dasar laut, atau di bawahnya di luar perairan teritorial Negara Anggota dengan ketentuan Negara Anggota tersebut memiliki hak atas eksploitasi perairan, dasar laut, dan di bawahnya berdasarkan Konvensi Hukum Laut Internasional 1 9 8 2 ;
g.
Hasil penangkapan ikan di laut dan produk laut lainnya dari laut lepas oleh kapal yang terdaftar di Negara Anggota dan berbendera Negara Anggota tersebut;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- ' 64 -
h.
Pro duk yang di pro ses dan / a tau dibuat di kapal pengolahan hasil laut (facto ry ship) yang terdaftar di n egara anggota dan berbendera Negara Anggota, hanya dari produk sebagaimana dimaksud pada huruf g;
1.
B arang yang dikumpulkan d i Negara Anggota, tidak dapat lagi berfungsi se suai fungsinya semula, tidak dapat dikembalikan kepada fungsi semula atau tidak dapat diperbaiki dan hanya cocok untuk dibuang atau digunakan sebagai b ahan baku , atau untuk tuj uan daur ulang;
J.
B arang yang diproduksi atau diperoleh di N egara Anggota semata-mata dari produk sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai huruf i .
2.
Not Wholly Obtained atau Not Wholly Produ ced 2 . 1 Regional
Value
(RVC)
Content
dan
Change
zn
Tariff
Classification (CTC) a.
B arang dianggap originating dalam rangka AI FTA apabila memenuhi RVC minimal 3 5% (tiga puluh lima persen) sekaligus CTC pada tingkat 6 digit (CTS H ) .
b.
RVC dalam rangka AI FTA atau disebut AI FTA content dapat dihitung dengan rumus : 1)
Metode Langsung (Direct Method)
Biaya Bahan A WTA
+
Biaya Tenaga Kerja
+
Biaya
Tambahan
+
Biaya Lainnya
+
Keuntung an
-----
Harga FOB
x
100%
.'.'.. 35%
A tau :
2)
Metode Tidak Langsung (Indirect Method)
Nilai Bahan Baku Non
AIFiA
Nilai Bahan Baku Yang +
Tidak D apat Ditentukan Keasalannya
-------
Harga FOB
x
1 00%
�
65%
Nilai bahan baku non-originating, adalah : (a)
Nilai
CIF
bahan baku , bagian atau produk non-AI FTA
pada saat importasi bahan terse but pada saat importasi;
www.jdih.kemenkeu.go.id
-- 6 5 (b)
B arga
pasti yang pertama
bahan
yang
tidak
dapat
dibayarkan ditentukan
untuk
semua
keasalannya
di
wilayah Negara Anggo ta dimana pengerj aan atau pro s e s berlangsung . Product Specific Ru les (PS R)
3.
B arang dianggap originating apabila memenuhi kriteria asal barang yang tercantum dalam daftar PSR AANZFTA .
B.
KRITERIA PENGIRIMAN LANGSUNG
Dalam hal pengiriman barang melalui negara selain negara anggota AIFTA, kriteria pengiriman langsung dapat dibuktikan dengan dokumen sebagai berikut: 1.
Through Bill of Lading yang diterbitkan di Negara Anggota pengekspor;
2.
Form AI yang diterbitkan oleh instansi penerbit S KA di Negara Anggota pengekspor;
3.
Invoice dari barang yang bersangkutan;
4.
Dokumen
lainnya
yang
Dokumen
pendukung
lainnya
yang
membuktikan pemenuhan ketentuan Pasal 5 huruf b .
C.
KETENTUAN PROSEDURAL
1.
Penelitian atas Pemenuhan Ketentuan Penerbitan Surat Keterangan Asal Penelitian atas pemenuhan ketentuan penerbitan Form AI meliputi : a.
Ukuran kertas I S O A4 warna putih
b.
Penandatanganan Form A I oleh pemohon/ eksportir .
c.
Penandatanganan Form AI dan stempel oleh instansi penerbit.
d.
Penerbitan Form AI pada tanggal ekportasi atau sampai dengan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Tanggal Eksportasi atau Tanggal Pengapalan .
e.
Pencantuman "ISSUED RETROA CTWEL Y' pada Form AI dalam hal Form AI diterbitkan lebih dari 3 (tiga) hari kerj a setelah Tanggal Eksportasi atau Tanggal Pengapalan .
f.
Pengisian kolom-kolom lainnya pada S KA Form AI .
g.
Perbaikan atas kesalahan pengisian berupa coretan (strike out) pada data yang salah,
penambahan data yang benar dan
persetujuan oleh pej abat yang berwenang dengan tanda tangan dan tanda sah oleh instansi Penerbit Form AI .
www.jdih.kemenkeu.go.id
. - 66 -
Penelitian S KA Back to Back
2.
Penelitian Form AI Back- to-Back yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang di Negara Anggota pengekspor kedua meliputi keharusan pemenuhan : a.
Ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Peraturan Menteri lnl .
b.
Pencantuman nama Negara Anggota pengekspor pertama pada kolom
1 1 , tanggal penerbitan dan nomor referensi Form AI yang
diterbitkan oleh negara pengekspor pertama pada kolom 7 . c.
Pemberian tanda
( '1 ) atau ( X ) pada kolom 1 3 Form AI kotak
"Back-to-Back CO' .
3.
Penelitian Third Country Invoicing Penelitian penggunaan Third Country Invoicing meliputi keharusan pemenuhan : a.
Pencantuman nama perusahaan dan negara yang menerbitkan invoice pihak ketiga ( Third Country Invoice) pada kolom 7 Form AI .
b.
Pencantuman nomor invoice yang dikeluarkan oleh pihak ketiga (negara yang melakukan transaksi) pada kolom 1 0 Form AI .
c.
Pencantuman
nama
dan
negara
pihak
ketiga
yang
akan
menerbitkan invoice pada kolom 7 Form AI dalam hal Invoice tersebut belum diterbitkan. d.
Pencantuman tanda Invoicing 11 pada kolom
4.
( ,/
) atau (
X ) pada kotak 11Third Country
1 3 Form AI .
Retroactive Check Pelaksanaan Retroactive Check dilaksanakan dengan ketentuan : a.
Permintaan retroactive check harus melampirkan Form AI terkait dan harus men cantumkan alasan dan informasi tam bahan lain yang menyebabkan Form AI diragukan ,
kecuali dalam hal
permintaan retroactive check dilakukan secara random; b.
Instansi penerbit SKA yang menerima permintaan retroactive check memberikan j awaban atas permintaan retroactive check dalam j angka waktu 3 (tiga) bulan sej ak diterimanya permintaan retroactive check;
c.
D alam hal j awaban atas permintaan retroactive check tidak diterima dalam j angka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf b, Form AI ditolak.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 67 -
d.
D alam hal j awaban retroactive check tidak mencukupi untuk membuktikan kebenaran data yang tercantum d alam Form AI dan keab s ahan Form AI , Form AI ditolak .
e.
Pej abat menetapkan ditolak atau diterimanya Form A I dalam j angka waktu 6 (enam) bulan sej ak p ermintaan retroactive dengan
dikirimkan
check
pro sedur
mempertimbangan
penetapan tarif b ea masuk oleh Direktur J ender al se suai Undang Undang Kepabeanan . 5.
Verification Visit Verification Visit dilaksanakan dengan ketentuan : a.
Negara anggo ta pengimpor haru s : 1)
Mengirimkan pemberitahuan tertulis kepada: (a)
Eksportir/ produ sen yang akan dikunj ungi;
(b)
In stan si penerbit S KA di Negara Anggota pengekspor;
(c)
I n s tansi pabean Negara Anggota pengekspor;
(d)
Importir
terkait
barang
yang
AI
Form
akan
diverifikasi . 2)
Pemberitahuan tertulis pada angka
1 ) mencantumkan
informasi antara lain : (a)
Nama eksportir / produ sen yang akan dikunj ungi ;
(b)
Rencana tanggal verification visit;
(c)
Rencana
ruang
lingkup / tuj uan
referensi
termasuk
verification yang
b arang
atas
visit, akan
diverifikasi; dan (d)
Nama
dan
j abatan
pej abat
yang
melaksanakan
verification visit. 3)
M e mperoleh izin tertuli s dari eksportir / produ sen yang akan dikunj ungi .
b.
D alam hal izin tertulis sebagaimana dimaksud dalam huruf a angka 3 ) tidak diperoleh dalam j angka waktu 3 0 (tiga puluh) hari
setelah
diterimanya
pemberitahuan
permintaan
verification visit, Fo rm AI dinyatakan ditolak . c.
Verification Visit harus dilakukan d alam j angka waktu 6 0 (enam puluh) hari sej ak diterimanya persetuj uan tertulis .
d.
D alam
hal
atas
barang
terkait
dinyatakan
memenuhi
ketentuan asal barang, Form AI dinyatakan diterim a .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 68 -
e.
Keputu san diterima atau ditolaknya S KA disampaikan kepada Instansi Penerbit S KA dan produsen / eksportir .
f.
Dalam
hal
produsen / puluh)
atas
barang terkait
dinyatakan
non- originating, · eksportir diberikan kesempatan selama 3 0 (tiga
hari
sebagaimana
sejak
diterimanya
dimaksud
pada
pemberitahuan
huruf
e . untuk
keputusan memberikan
klarifikasi. g.
Dalam hal atas barang masih ditetapkan sebagai non- o riginating, penetapan
tersebut diberitahukan
kembali
kepada Instansi
Penerbit SKA dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sej ak diterimanya klarifikasi dari produsen / eksportir . h.
Penetapan diterima atau ditolaknya Form A I dilakukan dalam j angka waktu maksimal 6 (enam) bulan sej ak izin tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 3 ) diterima .
6.
Ketentuan Pengisian PIB Dalam Rangka AIFTA a.
Ketentuan Pengisian Pemberitahuan Impor B arang (PIB) B C 2 . 0 . Untuk tujuan pengenaan tarif preferensi berdasarkan AIFTA, pada PIB diisikan kode Tarif Preferensi, nomor referensi dan tanggal SKA Form AI sebagai berikut: 1)
D alam hal PIB hanya menggunakan skema AIFTA, kode 5 7 , nomor referensi dan tanggal S KA Form A I dicantumkan pada kolom 1 9 dan / atau kolom 32 PIB ;
2)
D alam hal PIB menggunakan skema AIFTA dan fasilitas kepabeanan , kode 57 dicantumkan pada kolom 32 PIB sedangkan nomor referensi dan tanggal S KA Form AI dicantumkan
pada
Lembar
Lampiran
Dokumen
D an
Pemenuhan Persyaratan / Fasilitas Impor PIB . b.
Ketentuan Pengisian pada Pemberitahuan Impor Barang Untuk Ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat (BC 2 . 3) dan dengan mempertimbangan prosedur penetapan tarif Bea Masuk oleh Direktur Jenderal.
Pemberitahuan Impor Barang dari Tempat
Penimbunan Berikat (BC 2 . 5) diatur tersendiri dalam Peraturan Direktur Jenderal yang mengatur ketentuan mengenai Kawasan Berikat dan Gudang Berikat .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 69 -
D.
KETENTUAN LAIN TERKAIT KETENTUAN ASAL BARANG
1.
Kumulasi Kecuali ditentukan lain, suatu barang originating di wilayah suatu Negara Anggota, yang digunakan di wilayah Negara Anggota lain sebagai
bahan
preferensi,
baku
harus
produk j adi
dianggap
yang
originating
dapat
dikenakan
negara
di
mana
tarif
proses
pengerj aan produk j adi dilakukan . 2.
Proses dan Pengolahan Minimal a.
Suatu barang tidak dapat dianggap o riginating di satu Negara Anggota yang melakukan proses di bawah ini, yaitu : 1)
Proses pengawetan untuk memastikan barang dalam kondisi baik
selama
pengeringan, ventilasi,
pengangkutan pembekuan,
penebaran,
dan
penyimpanan
penyimpanan
pendinginan,
dalam
(seperti air
penggaraman,
asin, sulfur
dioksida, dan larutan cair lainnya) ; 2)
Pengerj aan
sederhana
pemilahan,
penyanngan,
penghilangan
seperti
penyortiran,
de bu,
pengklasifikasian,
pencocokan (termasuk penyusunan set barang) , pencucian , pengecatan, pemotongan) ; 3)
Perubahan
pengemas ,
pembongkaran
dan
perakitan
kemasan ; 4)
Pemotongan sederhana, peng1nsan dan pengemasan ulang atau
pegemasan
pemasangan
dalam
pada
kartu
botol,
termos ,
tas ,
kotak,
atau
papan ,
dan
pro s e s
pengemasan sederhana lainnya; 5)
Pemasangan tanda, label atau tanda pembeda lainnya pada produk atau kemasannya;
6)
Pencampuran sederhana produk - produk baik yang seJ en1s maupun
tidak,
campuran
di
mana
tersebut
tidak
satau
atau
memenuhi
lebih
komponen
ketentuan
untuk
dianggap sebagai barang o riginating; 7)
Perakitan
sederhana
bagian-bagian
dari
suatu
produk
untuk membentuk produk utuh; 8)
Penguraian;
9)
Penyembelihan yang berarti menghilangkan nyawa binatang;
1 O) Pelarutan sederhana dengan air, atau senyawa lainnya tanpa mengubah karakter barang;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 70 -
b.
Untuk tekstil dan produk tekstil yang ada dalam daftar Appendix C dari Perj anjian AIFTA, suatu barang tidak dapat dianggap originating Negara Anggota hanya karena telah melalui proses
pengolahan sebagai berikut: 1)
Pro ses
penggabungan
sederhana,
pelabelan,
setrika,
pembersihan atau dry cleaning, atau proses pengemasan atau kombinasi di antaranya; 2)
Pemotongan hingga panjang atau lebar tertentu, pengeliman, penj ahitan,
dan
penggabungan
kain
yang
telah
dapat
diidentifikasi peruntukannya untuk penggunaan komersial tertentu; 3)
Merapikan dan/ atau menggabungkan dengan menj ahit, tusuk, mengaitkan aksesoris semacam tali, pita, mote , benang, cincin , dan eyelets;
4)
Satu atau lebih proses penyelesaian pada benang, kain atau bahan tekstil lainnya seperti pemucatan, pelapisan anti air, dekatisasi, penyusutan, mercerisasi, atau proses semacam itu; atau
5) 3.
Pencelupan atau pencetakan pada kain atau benang.
Perlakuan terhadap pengemas a.
Dalam hal suatu barang menggunakan Kriteria Asal Barang CTC ,
keasalan
pengemas
untuk
penjualan
eceran
yang
diklasifikasikan bersama dengan barang yang dikemasnya, tidak diperhitungkan dalam menentukan keasalan suatu barang. b.
Dalam hal suatu produk menggunakan kriteria asal barang RVC ,
nilai
pengemas
untuk
penjualan
eceran
harus
diperhitungkan . c.
Pengemas
yang
hanya
digunakan
untuk
keperluan
pengangkutan suatu barang tidak dapat diperhitungkan dalam menentukan keasalan suatu barang. 4.
Aksesoris,
Spare
Parts,
Peralatan
dan
Petunjuk/ Manual
atau
Informasi lainnya Keasalan aksesoris, spare parts, peralatan dan petunjuk/ instruksi atau informasi lainnya yang disajikan bersamaan dengan suatu produk tidak diperhitungkan dalam menentukan keasalan suatu barang sepanj ang akse soris, spare parts, peralatan dan petunjuk/ manual atau informasi lainnya tersebut:
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 71 -
a.
Se suai dengan praktek standar di pasaran domestik negara pengekspor; dan
b.
Diklasifikasikan bersamaan dengan produk pada saat penetapan bea masuk oleh negara pengimpor
Namun demikian, apabila suatu produk menggunakan Kriteria Asal arang RVC , nilai aksesoris, spare parts, peralatan dan manual instruksi atau manual informasi lainnya harus diperhitungkan . Instansi Yang Berwenang Menerbitkan SKA (Fann AI ) dalam Rangka
5.
AIFTA: a.
Brunei Darussalam Ministry of Foreign Affairs and Trade (MOFA T}
b.
Cambodia Ministry of Commerce
c.
Lao PDR Ministry of Industry and Commerce
d.
Indonesia Ministry of Trade
e.
Malaysia Ministry of International Trade and Industry
f.
Myanmar Ministry of Commerce
g.
Phillipines Bureau of Customs
h.
Singapore Singapore Customs
i.
Thailand Bureau of Foreign Trade Services, Ministry of Commerce
J.
Viet Nam Ministry of Industry and Trade
k.
India Export Inspection Council of India, Ministry of Commerce and Industry.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 72 -
E.
BENTUK DAN FORMAT FORM AI ,------ -------..··
----· '"'"""° F.l e-' �e re .,.n _ . c _ e_ .,;N o. -------- -----�
1 . Goods consigned from (Exporte r's b u si n ess n a m e ,
ASEAN-INDIA FREE TRADE AREA
address , cou ntry)
P R E F E RENTIAL TA R I F F
CERTI FI CATE O F O R I G I N
(Com bined Declaratlon and
!----------··-------< 2. Goods c o nsig n ed to (Consignee's n a m e , a dd ress,
Certificate)
FORM Ai
Issued In ---
cou n l ry)
--- -...,-,...-(Country)
See Notes Overleaf
3. Means of trans port and ro ute
(as far as k n own)
4 . For Ofllclal Use
Depa rture d a t e
D
Vessel's nam e/Aircraft etc.
D
Preferentlal Tariff Treatment Given
Free Trade Area Preferential Tariff
Preferential T a riff
state reason/s)
Under ASEAN-/ndla
Treatment Not G ive n (Please
Port of D i s ch a rg e
Sign ature of Auth orised Signatory of th e Importing C o u ntry 5. Item n u m ber
6 . M a rks and num bers on Packages
7 . Number a n d type of packages, description of goods (Inclu d i n g q uantity where appropriate and HS nu m b e r of lhe Importing
9. Gross:
8. Origin criterion
(see Notes
weig h t or
other q u a n tity and value
overleaf)
(FOB)
country)
1 1 . Deol aratlon by the exp orter
1 o. Number an d date of Invoices
1 2 . Certification
The unders i g n e d h e reby declares that the � b ove
detalls and statement a re c o rre ct : that all the goods were prod uced in
l l Is
h ereby certifie d , on the basis
of control
carried out, that the declarati o n by the
exp o rte r Is correct.
(Country)
and lhal lhey comply with the o ri g in req u irem ents
s pecified for these goods in the ASEAN-I N D IA
Free
Trade Area Prefere ntl e l Tariff for the g o ods
exported to
)
( I m p o rting Coun try
d a te , $ l g n a lure authorised signatory
P l a ce and
1 3 . Where appropriate please tick;
�----o Third C o untrv l nvolclno
P l ace a n d d ate, signature a n d stamp of
of
certifying authority
o Exhibition
c1
Back-l o-Back CO
o cumulation
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 73 -
N OTES
OVERLEAF
P a rti e s w h i c h a c c e p t this fo rm fo r t h e Free Tra de Agreement (A I FTA) :
1.
p u rpose
B R U N E I DAR U S S A LA M
ta ri ff tre a t m e n t u n d e r the A S EA N- I N D I A
INDONESIA
MALAYSIA
LAOS PHILIPPI NES
M YAN MAR
T H A I LA N D
S I NGAPORE
VIETNAM
the A I FTA ,
To e n j o y p re ferenti a l t a r i ff u n d e r
CONDITI ONS:
(i)
preferential
CAM B O D IA
I N D IA
2.
of
g oo d s s e n t to a n y P a rt i e s l i s t e d a b o v e :
m u s t fa l l with i n a d e s cri p t i o n of g o o d s e l i g i b l e fo r c o n c es s i o n s i n t h e P a rty of d e s t i n ati o n :
( i i)
must
comply
wi t t 1 t t 1 e c o n s i g n m e n t c o n d i t i o n s in accord a n c e wi t h R u l e 8 of t h e A I FTA
O ri g i n ; a n cl
m u s t com p l y
( i i i)
with t h e o ri g i n c rite ria in
the
A I F TA
R u l e s of Orig i n .
O R I G I N C F� I T E R I A : F o r g o o d s t h a t m e e t t h e o ri g i n c r i te r i a , t h e b o x 8 o f t h i s F o rm , t h e o ri g i n criteria met, i n t h e m a n n e r s h own
3.
-
C i rc u m s t a n c e s of p ro d u ct i o n o r c o u n try n a m e d in Box ·1 ·1 of this
(a)
Goods wholly o b ta i n e d the exporting P a rty
(b)
Goods
----·"'··
Goods
(c)
'---·- · ··
m a n ufactu re i n fo rm
the fi rs t
o r produced i n the te r r i tory
--··-·
satisfying Rule 4 ( N o t W h o l l y P roduced o r Obta i n ed Produ cts ) of the A I FTA R u le s of Ori g i n s a t i s fy i n g R u l e 6
A I FTA R u l e s of ··· ··--·-----· ·······-
Origin
(Product
expo rter a n d/o r p ro d u c e r i n t h e fo l l ow i n g t a b l e : I n s e rt
of
S p e c i fi c R u l e s )
i n Box
m ust i n d i cate I n
8
"WO" "RVC
[ ]%
+
Ap propriate
of t h e
-·· · -· ----
··· ·-· · ·
Rules of
CTS H" q u a l i fyi n g
criteria
· · · · · · · - ·-··--------
E A C H ARTI C L E M U S T Q U A L I FY; It s h o u ld b e n ot e d t h a t a l l t h e g o o d s i n a c o n s i g n ment m u s t qual ify s e p a rate l y in their own rig h t . T l1 i s is of particular relevance w h e n s i m i l a r a rticles of differe nt s izes or s p a re parts a re s e n t .
4.
D E S C R I PTI O N O F G O O D S : T h e d es c r i p t i o n o f g o o d s m ust b e s u ffi c i e n tl y d e ta i le d t o e n a b l e t h e g o o d s the C u s tom s Officers exa m i n i n g t h e m . Name of m a n ufact u re r , any trade m a rk s h a l l
5.
t o b e i d e n t i fi e d by a l s o be s p e c ifi e d .
H A R M O N I Z E D SYST E M N U M B E R :
6.
T h e H a r m o n ized
P a rt y .
that
of
the
i m p o rting
EXP O RTE R :
8.
FOR O F F I C IAL boxes i n co l u m n
9.
T H I R D C O U N TRY I N VO I C I N G : I n ca s e s w h e re i n v o i c e s a re i s s u e d b y a t h i rd c o u n t ry , "Thi rd C o u ntry I n vo i c i n g " i n Box 1 3 s h o u l d b e t i c k e d (.../) a n d s u ch i n fo r m a t i o n a s n a m e and c o u ntry o f the compan y i s s u i n g the' i n v o ice s h a l l be I n d i cated i n B o x 7 .
1 O.
EXH I B IT I O N S : I n cases w h e re g o o d s a re s e n t fro m t h e territory of t h e exporting Pa rty fo r exh i bition i n a n o t h e r co u n t ry a n d s o l d d u ri n g o r a ft e r t h e e x h i b i t i o n f o r i m p o rta tion I n to t h e te rrito ry o f a P a rt y , i n a c c o r d a nce with A rt i c l e 2 1 o f t h e Operational Certification P ro c ed u r e s , " Ex h i b i ti o n s " i n B o x 1 3 s h o u l d b e
U S E : The C u stoms
4 wheth e r
t i cked (.../) a n d t11e
or
i n c l u de
the
n u mber shall b e
7.
T h e t e r m " E x p o rt e r" i n B o x 1 1
may
System
m a n ufa c t u r e r o r the p r o d u c e r .
Authority of the importing Party must indicate (.../) ta riff i s accord e d .
n o t p refere n t i a l
n a m e and address o f
the
exh i b i t i o n
indicated
in the
relevant
i n B ox 2 .
B A C K-TO - B A C K C E RTI F I CATE O F O R I G I N : I n cases of B a ck-to- B a c k C O , 1 1 of the O p e rat{onal C ertification Procedure s , " B a ck-to-B a c k CO" In Box1 3
·1 1 .
n a m e o f o r i g i n a l exp o rt i n g P a rty t o b e I n d i cated i n be i n d icated in Box 7 .
reference n u mber wi l l
Box 1 1
and the
in a ccord a n c e wi t h Article s h o u l d be · ticked (.../) . T h e dale o f the i s s u a n ce o f CO a n d th e
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK IND O NESIA, ttd . BAMBANG P . S . BRODJONEGORO Salinan sesuai dengan aslinya Kep ala Bir.a Um-um
�
�b�E�
B ''f' g1an I '
0
v
.
•
. ementenan ,_
,�
u\'1-U�
�
....--
•
G IA��TO / NIP � 59Q4"2o 1 9�5J2 1 00 1 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 74 -
LAMPIRAN VI PERATURAN MENTER! KEUAN GAN REPUBLIK IND O NESIA
2 0 5 / P MK . 0 4 / 2 0 1 5
NOM O R
TENTANG TATA
CARA
PENGENAAN
MASUK
BEA
TARIF
BERDASARKAN
PERJANJIAN ATAU KESEPAKATAN INTERNASI O NAL
KETENTUAN ASAL BARANG DALAM SKEMA ASEAN-AUSTRALIA-NEW ZEALAND FREE TRADE AREA
(AANZFTA ) A.
KRITERIA ASAL BARANG
Kriteria Asal B arang dalam rangka AANZFTA meliputi : Who lly Obtained or Produ ced.
1.
B arang-barang yang dikategorikan sebagai Wholly Obtained atau Who lly Produ ced adalah sebagai berikut :
a.
Tanaman
clan
produk
tanaman ,
termasuk
buah-buahan ,
bunga, sayuran , pohon, rumput laut, J amur clan tanaman hidup , yang tumbuh, dipanen, dipetik, atau dikumpulkan di Negara Anggo ta; b.
Binatang hidup yang lahir clan dibes arkan d i Negara Anggota;
c.
Produk yang diperoleh dari binatang hidup d i Negara Anggo ta;
d.
B asil
perb,u ruan ,
budidaya air,
perangkap ,
pemanc1ngan ,
peternakan ,
pengumpulan atau penangkapan
di
Negara
Anggota; e.
Mineral clan pro duk alam lainnya, yang diekstraksi atau diambil dari tanah , perairan , dasar laut atau di bawahnya di Negara Anggota;
f.
B asil penangkapan ikan di laut clan pro duk laut lainnya yang diambil
dari
laut
bebas,
se suai
hukum
internasional,
menggunakan kapal yang terdaftar atau tercatat di Negara Anggota clan berbendera negara tersebut; g.
Produk yang diproduksi di kapal pengolahan hasil laut (factory s hip) yang terdaftar di Negara Anggota dan berbendera Negara · Anggota, berasal dari barang-barang sebagaimana tersebut
p ada huruf f;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 75 -
h.
Barang-barang
yang
diambil
oleh
Negara
Anggota,
atau
seseorang dari Negara Anggota, dari dasar laut atau di bawahnya di luar Zona Ekonomi Ekslusif dan berbatasan dengan landas kontinen Negara te sebut, di luar wilayah dari pihak ketiga yang memiliki
kewenangan
untuk
mengeksploitasi
berdasarkan
hukum internasional; 1.
Barang-barang yang merupakan : 1)
Limbah atau sisa- sisa produksi dan konsumsi di Negara Anggota yang hanya bisa untuk dij adikan bahan baku; atau
2)
Barang bekas pakai yang dikumpulkan di · Negara Anggota yang hanya dapat untuk dij adikan bahan baku; dan
J.
Barang-barang
yang
diproduksi
atau
diperoleh
di
Negara
Anggota, hanya berasal dari bahan baku sebagaimana huruf a s . d . i, atau turunannya. 2.
Not Wholly Produced atau Not Wholly Obtained 2. 1
Regional Value Content (RVC) Regional Value Content (RVC) yang memenuhi kriteria asal
barang dalam rangka AANZFTA adalah kandungan nilai regional paling sedikit 40% (empat pu luh persen) dari FOB barang yang dihasilkan, yang dihitung dengan menggunakan metode : Rumus Langsung (Direct Formula)
a.
Biaya Bahan AANZFTA
+
Biaya Te naga Ke rja
+
Biaya Ove rhead
+
Ke u n tu ngan
+
Biaya Lain
----
FO B
x
1 00%
A tau : b.
Rumus Tidak Langsung (Indirect/ Build-Down Formula)
FOB
Nilai Bahan Non-Originating FOB
Dimana: 1)
Biaya bahan adalah nilai bahan baku, bagian atau produk berasal dari suatu Negara Anggota, yang digunakan dalam pro ses produksi barang oleh produsen;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 76 -
2)
Biaya Tenaga Kerja meliputi upah, remuneras1 dan biaya kesejahteraan karyawan lainnya;
3)
Biaya Overhead adalah total tambahan pengeluaran untuk proses produksi;
4)
Biaya-Biaya Lain
adalah
biaya yang timbul pada saat
pemuatan barang di kapal atau alat transportasi lainnya untuk tujuan ekspor namun tidak terbatas pada, biaya transportasi
domestik,
peny1mpanan
dan
pergudangan,
penanganan pelabuhan, biaya broker dan biaya layanan; 5)
FOB adalah nilai free- on- board barang; dan
6)
Nilai dari Bahan Non Originating adalah nilai CIF pada saat importasi atau harga terawal yang dibayarkan
(earliest
ascertain price paid) untuk seluruh bahan baku, bagian, atau
produk non- originating yang dibeli oleh produsen untuk produksi barang. Bahan non-originating termasuk bahan yang asalnya tidak diketahui, namun tidak termasuk bahan yang berproduksi dengan sendirinya (selfproduced) . 2.2
Change in Tariff Classification (CTC)
Perubahan klasifikasi barang yang digunakan sebagai kriteria asal barang adalah perubahan pada tingkat 4 (empat) digit dan disebut Change in Tariff Heading (CTH). 2.3
Product Specific Rules (PSR)
Barang dianggap originating apabila memenuhi kriteria asal barang yang tercantum dalam daftar PSR AANZFTA. 3.
Produced Exclusively (PE)
Barang yang diproduksi dengan menggunakan bahan baku yang seluruhnya berasal dari bahan originating satu atau lebih Negara Anggota.
B.
KRITERIA PENGIRIMAN LANGSUNG
Dalam hal pengiriman barang impor melalui transit atau transhipment. di negara bukan anggota, kriteria pengiriman langsung dapat dibuktikan dengan dokumen sebagai berikut: 1.
Through Bill of Lading atau dokumen pengangkutan lainnya yang
diterbitkan di negara pengekspor dan menunjukkan keseluruhan rute
p e rj al an an dari negara pengekspor,
termasuk
kegiatan
transit
atau transhipment, sampai ke daerah pabean ;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 77 -
Form AANZ yang diterbitkan oleh In stan si Penerbit S KA di negara
2.
pengekspor; dan 3.
In voice dari barang yang bersangkutan ;
4.
Dokumen
pendukung
lainnya yang membuktikan
pemenuhan
ketentuan Pasal 5 huruf b Peraturan Menteri ini .
C.
KETENTUAN PROSEDURAL
1.
Penelitian atas Pemenuhan Ketentuan Penerbitan Surat Keterangan Asal Penelitian atas pemenuhan ketentuan penerbitan S KA meliputi : a.
Ukuran kertas I S O A 4 warna putih .
b.
Penandatanganan S KA oleh pemoho n / eksportir .
c.
Penandatanganan S KA dan stempel oleh instan si penerbit.
d.
Penerbitan
S KA
sebelum
tanggal
ekportasi
atau
sampai
dengan paling lambat 3 (tiga) hari setelah Tanggal Eksportasi atau Tanggal Pengapalan . e.
Pemberian tanda ( --./ ) atau ( X ) pada kolom 1 3 kotak "Issued Retro actively" dalam hal Form AANZ diterbitkan lebih dari 3
(tiga)
hari kerj a setelah Tanggal Eksportasi atau Tanggal
Pengapalan . f. 2.
Perbaikan atas ke salahan pengi sian .
Penelitian S KA Back to Back Penelitian Form AANZ Back- to- Back yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang di negara anggota pengekspor kedua meliputi : a.
Pemenuhan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Peraturan Menteri ini;
b.
Pencantuman Nilai FOB barang di negara pengekspor kedua pada Kol o m 9 Form AANZ "Back-to-Back "
c.
Pemberian tanda
;
dan
( --./ ) atau ( X ) pada kolom 1 3 Form AANZ
ko tak "Back-to-Back CO' . 3.
Penelitian Third-Party In voice Penelitian penggunaan Third-Party In voice meliputi : a.
Pencantuman nama perusahaan yang menerbitkan invoice pihak ketiga ( Third-Party Invoice) pada Form AANZ .
b.
Pencantuman nomor invoice yang dikeluarkan oleh eksportir a tau manufacturer/ produsen clan invoice trader/ pihak ketiga (j ika diketahui) pada kolom 1 0 Form AANZ .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 78 -
c.
Pencantuman tanda ( .Y ) atau ( X ) pada kotak ))Third Country In voicing )) pada kolom 1 3 Form AANZ .
Retro active Check
4.
Pelaks anaan Retroactive Check dilaksanakan dengan ketentuan : a.
Terdapat alasan yang cukup untuk meragukan
keaslian
dan / a tau kebenaran informasi S KA a tau dokumen lain yang menunj ukkan bukti keasalan barang. b.
Permintaan retro active check haru s melampirkan copy S KA (Fo rm AANZ) terkait dan menyatakan alasan serta permintaan
informasi tambahan lain yang menyebabkan S KA diragukan . c.
Instansi penerbit yang menerima permintaan retro active check harus segera memberikan j awaban atas permintaan tersebut dengan dis ertai data dan informasi yang diminta dalam j angka waktu
maksimal
90
(sembilan puluh)
hari
sej ak tanggal
permintaan retroactive check. d.
D alam hal j awaban
retroactive check yang diterima tidak
mencukupi untuk membuktikan pemenuhan Ketentuan Asal B arang atau keabs ahan
Form AANZ,
Fo rm AANZ
ditolak
sehingga Tarif Preferensi tidak diberikan . e.
Pej abat menetapkan ditolak atau diterimanya Form AANZ dalam j angka waktu 6 0 (enam puluh) hari sej ak diterimanya informasi
yang
diperlukan
secara
lengkap ,
dengan
mempertimbangan pro sedur penetapan tarif B e a Masuk oleh Direktur Jenderal sesuai Undang Undang Kepabeanan . 5.
Verification Visit Verification Visit dilaks anakan dengan ketentuan :
a.
Mengirimkan
permintaan
tertulis
untuk
Verification Visit sekurang-kurangnya 3 0
melakukan
(tiga puluh) hari
sebelum tanggal Verification Visit yang direncanakan . b.
Permintaan tertulis pada huruf a dikirimkan kepada instansi penerbit
S KA
di
negara
anggota pengekspor .
Dalam hal
instansi penerbit S KA bukan intansi Pemerintah , permintaan tersebut diberitahukan kepada instansi Kepabeanan negara anggo ta pengekspor. c.
Permintaan tertulis pada huruf a mencantumkan informasi sekurang-kurangnya berupa: ( 1)
Nama instansi pabean yang membuat pemberitahuan ;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 79 -
(2)
Nama eksportir / produ sen yang akan dikunjungi ;
(3)
Tanggal permintaan tertulis tersebut dibuat;
(4)
Rencana tanggal dan tempat dilakukannya verification visit;
(5)
Rencana
ruang
lingkup
verification
visit,
termasuk
referensi atas barang yang diverifikasi; dan (6)
Nama dan j abatan pej abat yang melaksanakan verification visit.
d.
D alam hal persetujuan tertulis untuk melakukan verification visit tidak diperoleh dalam j angka waktu 3 0 (tiga puluh) hari
sej ak tanggal permintaan untuk melakukan verification visit, Tarif Preferensi ditolak/ tidak dapat diberikan . e.
Penetapan diterima atau ditolaknya Form AANZ dilakukan dalam j angka waktu maksimal 1 5 0 (seratus lima puluh) h ari sej ak tanggal permintaan tertuli s verification visit sebagaimana dimaksud pada huruf a.
6.
Ketentuan Pengisian PIB dalam Rangka AANZFTA Untuk tuj uan pengenaan tarif preferensi berdasarkan AANZFTA, pada PIB diisikan ko de Tarif Preferensi, nomor referensi dan tanggal Form AANZ sebagai berikut: a.
D alam hal PIB hanya menggunakan skema AANZFTA , nomor referensi dan tanggal Form AANZ dicantumkan pada kolom 1 9 dan kode 5 8 dicantumkan pada kolom 3 2 PIB ;
b.
D alam hal PIB menggunakan skema AANZFTA dan fasilitas kepabeanan , sedangkan dicantumkan
kode nomor pada
58
dicantumkan
referensi Lembar
dan
pada
kolom
tanggal
Lampiran
32
Form
Dokumen
PIB
AANZ D an
Pemenuhan Persyaratan / Fasilitas Impor PIB . 7.
Pengisian pada Pemberitahuan Impor B arang Untuk Ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat (BC 2 . 3) dan / atau Pemberitahuan Impor B arang dari Tempat Penimbunan Berikat (B C 2 . 5) diatur tersendiri
dalam
Peraturan
Direktur Jenderal yang mengatur
tentang Kawasan Berikat dan Gudang Berikat.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 80 -
D.
KETENTUAN LAIN TERKAIT KETENTUAN ASAL BARANG
Kumulasi
1.
Barang originating dari Negara Anggota yang digunakan se bagai bahan baku untuk suatu barang j adi di Negara Anggota lain yang memenuhi
Ketentuan
Asal
Barang
untuk
memperoleh
Tarif
Preferensi, harus dianggap se bagai barang originating negara tempat di mana pro ses produksi barang j adi dilakukan . 2.
Pro ses Minimal Pro ses atau pengerjaan,. berikut ini dianggap sebagai minimal dan tidak dapat diperhitungkan dalam menentukan apakah suatu barang originating Negara Anggota. Proses Minimal tersebut adalah pro ses
yang bertujuan untuk: a.
Pro ses pengawetan untuk memastikan barang dalam kondisi baik selama pengangkutan dan penyimpanan;
b.
Mempermudah pengapalan atau pengangkutan;
c.
Pengemasan
(kecuali pengemasan sej enis enkapsulasi pada
industri kabel) atau penyajian barang untuk pengangkutan atau penjualan; d.
Pro ses sederhana terdiri dari, pemilahan , pengklasifikasian , pencucian, pemotongan, pengirisan, pembengkokan, pengaitan ( coiling) , dan pencopotan (uncoiling) , dan pro ses sej enis lainnya;
e.
Penempelan tanda, label atau tanda pembeda lainnya pada produk atau kemasannya;
f.
Pelarutan sederhana dalam air atau senyawa lainnya yang secara material tidak mengubah karakter barang.
3.
De Minimis
a.
Dalam hal suatu barang j adi menggunakan kriteria asal barang CTC ,
nilai
bahan
baku
non
originating yang
tidak wajib
mengalami perubahan tarif klasifikasi adalah : i.
Untuk barang selain dari Bab 5 0
-
B ab 6 3 Harmonized
System, bahan baku non- originating yang nilainya tidak
melebihi 1 0% (sepuluh persen) nilai FOB barang j adinya. IL
Untuk barang dari Bab 50
-
Bab 63 Harmonized System,
bahan baku non- originating yang nilainya tidak melebihi 1 0% (sepuluh persen) nilai FOB barang j adinya atau yang beratnya tidak melebihi 1 0% (sepuluh persen) berat barang j adinya.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 81 -
b.
Dalam hal suatu barang j adi menggunakan kriteria asal barang RVC
maka
nilai
bahan
baku
non- o riginating
sebagaimana
dimaksud pada angka 1 ) harus tetap diperhitungkan . 4.
Aksesoris , Spare Part, dan Peralatan a.
Untuk keperluan penentuan asal suatu barang, aksesoris, spare part, peralatan dan petunjuk/ manual atau informasi lainnya
yang disaj ikan bersama barang harus dianggap sebagai bagian dari barang tersebut dan tidak dapat diperhitungkan dalam menentukan apakah semua bahan baku non-originating yang digunakan dalam proses produksi telah mengalami perubahan klasifikasi pos tarif sebagaimana dipersyaratkan , dalam hal : 1)
Aksesoris, spare part, peralatan dan petunjuk/ manual atau informasi lainnya yang disajikan bersama barali.g tidak dalam invoice yang terpisah dengan barangnya; dan
2)
Jumlah dan nilai dari aksesoris, spare part, peralatan dan petunjuk/ manual
atau
informasi
lainnya
merupakan
sesuatu yang umum disajikan dengan barangnya. b.
Dalam hal suatu barang menggunakan kriteria o rigin RVC , nilai akse soris, spare p art, peralatan dan petunjuk/ manual atau informasi lainnya yang disaj ikan bersama barang harus turut diperhitungkan
sebagai
originating
maupun
non-originating
dalam perhitungan RVC . c.
Ketentuan huruf a dan aksesoris ,
spare part,
informasi
lainnya
huruf b tidak berlaku dalam hal
peralatan dan petunjuk/ manual a tau
yang
disajikan
bersama
barang
sengaj a
disertakan dengan tujuan meningkatkan nilai RVC , yang dapat dibuktikan oleh Negara Anggota pengimpor. 5.
·
Perlakuan Terhadap Pengemas a.
Pengemas
untuk keperluan
pengangkutan
dan
pengapalan
suatu barang tidak diperhitungkan dalam menentukan keasalan suatu barang, b.
Pengemas untuk penjualan eceran,
apabila diklasifikasikan
dalam satu pos tarif dengan barangnya, tidak diperhitungkan dalam menentukan asal barang sepanj ang kriteria asal barang yang digunakan adalah CTC
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 82 -
E.
BENTUK DAN FORMAT FORM AANZ
1. Goods C o ns i g n e d from co u n try )
(Exportor's
n a m e, add ress a n d
Certificate N o .
Form AANZ
A G R E E M E N T ESTABLISHING T H E ASEAN A USTRA LIA - NEW ZEA LA N D FREE TRA D E AREA (AA NZFTA} C E RTIF ICATE O F O R I G I N Declaration and Certificate)
2. G o o d s: C o n s i g n e d to ( • m p o rt e r' sa/ C o n s i g n ee's name,
(Combined
a d dress, c o u ntry)
I s s u e d in
(see 3. Means of tra n s p o rt and route (if known)
D Prefere nti a l Treatmont G i ve n Under AANZFTA
Vessel's n a me/Aircraft etc.;
5. Item
n u mb e r
Overleaf
4. For Offic ial Use
S h i p m e n t Date:
P o rt of
(Country) Noles)
... ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...
)
0 Preferential reason/a
Discharge:
6. M a rk� a n d n u m b e rs o n packages
7. Number and kind of packa ges ; description of goods I n c l u d i n g HS G o d e (6 d i g i ts ) a n d b ra n d' n a m e (if
a.
Signa ture
Origin
of Authorised
C o n ferring Criterion (&ee Overleaf
applicable)
Treatm e n t Not G lvon ( P l eas e stato
Notes)
Sign atory or tha I m posting Country
9. Quantity ( G ross weig h t or ot h o r measuroment ) , and val u " ( FOB) ( s e e Ove rleaf
Notes)
1 0. I n voice n u m b er(s)
a n d date of
lnvolce(s)
1----t·---···--- ··-------+---+---· -----1
1 1 . D e c l a ratl o n
by the exporter
12.
The u n d e rs i g ned h e re b y d e c l a re s that the a bov& d e ta i l 9 and statements a ro co rrect; that a l l the g o ods were produced I n
Ce rtification
,
O n t h e ba.s ls of c o ntrol carried o u t i t l s hereby certified t h a t the I nformation herein Is co rrect and that tho g oods described with the ori g i n re q ufrem onta s p ecifi e d J n the Agreemont Estab lishing the ASEAN-Austra l l a -New Zea l a n d Fruo Trade Area.
comply
(country)
a n d t h at thoy c o m p l y w l t h · the r u l e s of o r i g i n , as p rov i d e d In Chapte r 3 of the .Ag reement Esta b l i s h Ing t h e A S E A N Au$tra l l a - N ow Zeal a n d Free Tra d e A rea for th o goods exported to
(Importing coun try)
comnanv
13.
Place a n d dato, � t g n ature and stamp of Auth orlsod lss u l n i:1 Autho r itv/ Bodv
Place a n d d a te, n a m e , s i g n ature a n d of a u t h o rised sls:rnatorv
Subject of t h i rd-party I n voice
D Back-to-back Cortlflcate o f O r i g i n
D
0
0 Acc u m u lation
De Minirnis
D Issued retroactivoly
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 83 -
OVERLEAF NOTES
C o u n t ri e s w h i c h acce p t t h i s fo rm f o r t11e p u r p o s e of p r a feren t l a l tre a t m e n t u n d e r t i l e Agree m e n t E s t a b l i s h ing t h e AS EAN-Au stralla New Z e a l a n d Free T r a d e Arca (t11e Agrecma nt) : New Z e a l a n d
M ya n m a r
(here i n afte r i n d i v i d u a l l y re fe rred t o a s
2.
3. 4.
Ci.
Cambodia
B r u n e i D a r u s sa l a m
A u s tra l i a
C O N D I TI O N S :
a
Party)
Ind onesia
S i n g apore
Phili ppines
Lao P D R
M a laysia
Thailand
Viet
T o be ellg l b l e for t h e prefe r e n t i a l t re a l m e n t u n d e r t h e AANZFTA, g o o d s m us t :
F a l l w i t h i n a d es c r i p l i o n o f products e U g lble f o r c o n cess i o n s i n the i m p o rt i n g Party; C o m p l y w i t h a l l relevant p rovis i o n s of C h a p te r 3 ( R u l e s ·ur O r i g i n ) of the Agreement.
a. b.
EXPORTER A N D C O N S I G N E E : Deta l l s of the ttxp o rter o f the goods ( I n cl u d i n g name, a d d ress and c o u n t r y) a n d cons i g n e a (name Ile provided I n B o x ·1 a n d Box 2 , respective l y .
a n U H d cj r n s s ) m u s l
D E S C RI PTION OF G O O D S :
Tt1e de s c r i p t i o n of e a c.h g o o d i n B o x 7 m ust i n c l u d e t h e Harmonrzed C o m m od i t y Descri p t i o n a n d at !he 6-d l g l t l e v e l of the e x p o rt e d p ro d u c l , a nd If a p p l l c a b l e , product n a m e and b ra n d n a m e . This d e t a i l e d to e n a b l e t h e products to be I d e ntifi ed by the customs o ffi c e r e xa m i n i n g them.
C o d i n g System ( H S ) s u b h e a d i n r,i Info r m a t i o n should b e s u ffi c i e n t l y
O R fG I N C R I TERIA: For the goodi:; that mHel the o r i g i n t11e m a n n e r s h ow n J n Hie f o l l owi n g ta b l e :
crite r i a , the exp o rt e r s h o u l d
n1G.• t , I n
I n d i ca t e I n Box 8 of t h i s Form. t h e o rig i n criteria
C i rc umsta n ces of prod u ct i o n o r ma n u facturo i n the c o u n t ry n a m e d I n Box 1 1 of t h l s form:
(a)
Good s w h o l l y p r o d u ced or o b t a i ned s a t i s fy i n g Artlcle 2 . 1 ( a ) o f t h e A g r e e m e n t
(b)
Goods
(c;J
N o t w h o l l y p r o d u ced o r obta i n e d I n
(d)
Agreement Not
(a)
WO
PE
w h o l ly
protlucad -··-
or
obt� i n e d in
a P a rt y , p rovid e d t h a t the g o o d s s a t i s fy Artlcle 4 . 1 (a) of the
RVC
(b) of the
CTH
a P s r l y , provide d that t h e g o o d s s a t i s fy
Article
4.1
N o t w h o l l y p ro d u ced o r obta i n e d in a P a rty, provi d e d t h a t t11a g oods s atisfy Ar ticle 4 . 2 , I . e . , I f t h e is s p e cifieU in Annex 2 , a l l l t ) e pro d u ct 5pe clflc req u i re m ents l i ste d h FJ v e been m e t :
good
-
7.
EAC H
I n s e rt I n Box 0
pro d u ced e n l i re l y satisfying Art i cl e 2. 1 (c) of the Ag reo menl
A g re e m e n t
6.
Nam
C h a n g e i n Tari ff Cl assifica t i o n
H e g i o n a l V a l u e Content Ot11er, l n c l u d l n g a Specific M a n u facturing or Processing O p e r a t i o n o r require m e nt com b i n e d with an a d d i t i o n a l requirement
GOOD C L AI M I N G P R E F E R E N T I A L
TARI FF
a
CTC
or HVC
PSR(CTC)
P S R ( RVC)
PSR(Othor)
TREATM E N T MUST Q U A L I F Y I N ITS OWN RIGHT: It should be n o te d t il a l in thelr awn ri g h t . T h i s I s o f p a rti c u l a r releva n ce when s l m l l a r artlcles of
a l l the g o o d s In a . c o n s i g n m e n t m u s t q u a l i fy s e p a ra t e l y d i ffe r e n t srzes o r s p a r e p a rts are exported. FOB • •
VAL U E :
from a n A S E A N M e m be r State m u s t provide i n Box 9 t h e F O B v a l u e o r l h e g oo d s An exporter fro m Austra l i a o r N ew Ze a l a n d c a n c o m p l ete eith e r B o x 9 o r provide a separate "Exporter Decla ratt o n " stating the FOB value o f lhe g o o d s . An e x p o rt e r
a.
I NVO I C E S : I n d i ca te t h e l n v o i c l:l n u m b e r g o o d i n to me I m p o rti n g Party.
9.
S U BJ E C T O F T H I HD PARTY I NVO I C E : I n c a s e w h e re I n v o i c e s a re I s s u e d by a third c o u n t r y , I n a ccord a n ce w i t h R u l e 22 o f t h e O p e r a ti o n a l C e rt i f i c a t i o n Proced ure s , the . "S U B J ECT OF ·r H I R D - PA RTY I NV O I C E " b o x i n Box 1 3 s h o u l d b e ticked ( ..r) . T h e n u m b e r of i nv o i ce s l sSlJecJ by t h e m a n u fa ct u rers o r t h e e x p o rt e rs a n d t h e n u m b e r of I n v o i ce i s s u e d b y the trader ( i f known) f o r t h e i m p o rt at i o n of goods I n to the I m p o rting Party s h o u l d b e l n d l c.."lted I n Box 1 O.
1 0. 11.
1 2.
13
c:i n d d a te f o r e ach (te rn .
The i n voice s h o u l d lJ e t 1 1 e o n e I ss u ed f o r the I m p o r t a t i o n o f t h e
C E R T I F I C A T E O F O RI G I N : I n l l 1 e ca s e of a ba ck-to - b a ck certificate of o r ig i n I s s u e d in a cc o rd a n ce with 3 of R u l e 10 o f the O p e r a t i o n a l Cert i fication Proce d u r e s , the b a ck-to-back ce rtificate o f origin i n Box 13 s h o u l d b e ti cked
B A C K�TO � B A C K
p a r a g ra p l 1
( "'' ) .
C E RTI F I ED T R U E
C O PY:
I n case o f a certi O e d t ru e copy, the words " C E RT I F I ED TR U E CO PY" should b e written o r stamped o n the d a t a of I s s u a nce of t h e copy I n accord a n ce w i t h Rule 1 1 o f the O p erati o n a l C e rt i fi c a t i o n
B o x ·1 2 of the C ertificate w i th P r o ce d u r e s .
0
F O R O F F I C I A L U S E : The CuGtoms Au U 1 rity n o t preferential tariff t r e a t m e n t Is accord t=t d .
B O X 1 3 : Tt·1e i lerns i n B o x 1 3 covered b y lhe C e rtificate .
should
be
o f U1e I m p o rt i n g P a rty m u s t I n d i ca te ( v" ) I n the releva n t boxes in Box 4 w h e t h e r o r
t i c k 8 d (./") , ci s a p p ro p ri a t e ,
I n those ca s e s where s u ch I t e m s are re l e v a n t
to
t h e goods
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK IND O NESIA, ttd .
BAMBANG P . S . BRODJO NEGORO
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 84 -
LAMPIRAN VII PERATCJRAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK IND O NESIA
2 0 5 / P MK . 0 4 / 2 0 1 5
NOMOR
TENTANG TATA
CARA
PENGENAAN
MASUK
BEA
TARIF
BERDASARKAN
PERJANJIAN ATAU KESEPAKATAN INTERNASIONAL
KETENTUAN ASAL BARANG DALAM RANGKA INDONESIA PAKISTAN PREFERENTIAL TRADE
AGREEMENT (IPPTA)
A.
KRITERIA ASAL BARANG
Kriteria Asal Barang dalam rangka IPPTA meliputi : 1.
Wholly Obtained atau Wholly Produced
Barang-barang yang dikatego:rikan · sebagai Wholly Obtained atau Wholly Produced adalah sebagai berikut:
a.
Tanaman atau produk tanaman yang dipanen, dipetik atau dikumpulkan di Negara Anggota;
b.
Binatang hidup yang lahir dan dibesarkan d i Negara Anggota;
c.
Prociuk
yang
diperoleh
dari
binatang
hidup
sebagaimana
dimaksud dalam huruf b di atas ; d.
Hasil
perburuan,
perangkap ,
pemancingan ,
pertanian,
peternakan , budidaya air, pengumpulan , atau penangkapan yang dilakukan di Negara Anggota; e.
Mineral dan produk alam lainnya, selain huruf a sampai huruf d, diekstraksi atau diambil dari tanah , perairan , dasar laut, atau di bawahnya di Negara Anggota;
f.
Prociuk yang diambil dari perairan, dasar laut, atau di bawah dasar laut di luar wilayah perairan Negara Anggota, dengan ketentuan
bahwa
Negara
Anggota
memiliki
hak
untuk
mengeksploitasi perairan, dasar laut, dan bawah laut tersebut se suai dengan hukum internasional; g:
Hasil penangkapan ikan di laut dan produk laut lainnya da:ri laut lepas oleh kapal yang terdaftar di Negara Anggota atau memiliki hak un tuk menggunakan bend era Negara Anggota terse but;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 85 -
Produk ya,ng di pro s e s dan / a tau dibuat di kapal pengolahan
h.
hasil laut (factory ship) yang terdaftar di Negara Anggota . ataumemiliki hak untuk menggunakan bendera Negara Anggota, hanya dari produk sebagaimana dimaksud dalam huruf g di atas ; 1.
B arang yang dikumpulkan , yang tidak dapat lagi berfungsi se sua1 fungsinya semula, tidak dapat dikembalikan kepada fungsi semula atau tidak dapat diperbaiki d an h anya cocok untuk dibuang atau digunakan sebagai bahan baku , atau untuk tuj uan daur ulang;
j.
B arang yang diproduksi atau diperoleh di Negara Anggota pengeksporannya dari pro duk se bagaimana dimaksud dalam huruf a s ampai huruf i di atas .
2.
Not Who l ly Produced o r Obtained
Kriteria asal barang dalam rangka I PPTA selain Wholly Obtained atau Who l ly Produced adalah sebagai berikut:
a.
Total nilai bahan , bagian atau barang non-originating tidak melebihi 6 0 % (enam puluh persen) dari nilai FOB barang yang diproduksi atau dihasilkan , sepanj ang pro s e s terakhir dari pengo lahan barang tersebut dilakukan di negara anggota pengekspor. Untuk penghitungannya menggunakan tumus sebagai berikut:
Nilai Bahan Baku Non-IPPTA
+
Nilai Bahan Baku Yang Asalnya Tidak Dapat Ditentukan
------- x
100%
<
60%
Nilai FOB
Nilai bahan baku Non-IPPTA dan nilai bahan baku yang asalnya tidak dapat ditentukan, adalah : 1)
Nilai CIF pada saat importasi barang atau pembuktian importasi; atau
2)
Harga pasti yang pertama dibayarkan untuk semua bahan yang tidak dapat ditentukan keasalannya di wilayah Negara Anggota dimana pengerj aan atau proses berlangsung.
b.
Product Specific Criteria
Barang dianggap originating apabila memenuhi kriteria asal barang yang tercantum dalam daftar PSR IPPTA .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 86 -
B.
KRITERIA PENGIRIMAN LANGSUNG
Pengiriman barang impor melalui transit atau transhipment di satu atau lebih negara bukan anggota harus dilengkapi Form IP yang diterbitkan oleh
Instansi
Penerbit
SKA
di
negara
pengekspor
dan
dokumen
pendukung yang membuktikan pemenuhan ketentuan Pasal 5 huruf b Peraturan Menteri ini .
C.
KETENTUAN PROSEDURAL
1.
Penelitian atas Pemenuhan Ketentuan Penerbitan Form IP Penelitian atas pemenuhan ketentuan penerbitan S KA meliputi : a.
Ukuran kertas I S O A4 warna putih .
b.
Penandatanganan Form I P oleh pemohon/ eksportir.
c.
Penandatanganan Form I P dan stempel oleh instansi penerbit.
d.
Penerbitan Form IP sebelum tanggal ekportasi atau sampai dengan paling lambat 3 (tiga) hari setelah Tanggal Eksportasi atau Tanggal Pengapalan .
e.
Pemberian tanda "ISSUED RETROSPECTWELY' pada kolom 1 1 Form I P dalam hal Form IP diterbitkan lebih dari 3 (tiga) hari
setelah Tanggal Eksportasi atau Tanggal Pengapalan . f.
Perbaikan atas kesalahan pengisian sesuai ketentuan dalam Pasal 6 ayat (3) huruf b Peraturan Menteri ini .
2.
Retroactive Check Retroactive Check dilaksanakan dengan ketentuan :
a.
Permintaan retroactive check harus melampirkan fotokopi Form IP terkait dan mencantumkan alasan dan informasi tambahan lain yang menyebabkan Form IP diragukan, kecuali dalam hal permintaan retroactive check dilakukan secara random;
b.
Instansi penerbit yang menerima permintaan retroactive check memberikan j awaban atas permintaan retroactive check dalam j angka waktu tidak melebihi 6 (enam) bulan sej ak diterimanya permintaan retroactive check;
c.
Dalam
retroactive
hal j awaban
mencukupi
untuk
check yang
membuktikan
diterima
kebenaran
data
tidak yang
tercantum dalam SKA dan keabsahan SKA, SKA ditolak sehingga tarif
preferensi
tidak
diberikan
dengan
mempertimbangan
pro sedur penetapan tarif bea masuk oleh Direktur Jenderal sesuai Undang Undang Kepabeanan .
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 87 -
Verification Visit
3.
Dalam IPPTA tidak diberlakukan mekanisme Verification Visit. Ketentuan Pengisian PIB dalam Rangka IPPTA
4.
Untuk tuj uan pengenaan Tarif Preferensi berdasarkan IPPTA, pada PIB diisikan kode Tarif Preferensi, nomor referensi clan tanggal Form IP sebagai berikut: a.
Dalam hal PIB hanya menggunakan skema IPPTA,
nomor
referensi dan tanggal Form IP dicantumkan pada kolom 1 9 clan kode 5 9 dicantumkan pada kolom 32 PIB ; b.
D alam
hal
PIB
kepabeanan,
menggunakan
kode
59
skema
dicantumkan
IPPTA pada
clan
kolom
fasilitas 32
PIB
sedangkan nomor referensi · clan tanggal Form IP dicantumkan pada
Lem bar
Lampiran
Dokumen
Dan
Pemenuhan
Persyaratan / Fasilitas Impor PIB . 5.
Ketentuan Pengisian pada Pemberitahuan Impor Barang Untuk Ditimbun
di
Tempat
Penimbunan
Berikat
(BC
2 . 3)
clan
Pemberitahuan Impor Barang dari Tempat Penimbunan Berikat (BC 2 . 5) dalam Rangka IPPTA diatur tersendiri dalam Peraturan Direktur Jenderal yang mengatur ketentuan mengenai Kawasan Berikat clan Gudang Berikat.
D.
KETENTUAN LAI N TERKAIT KRITERIA ASAL BARANG
1.
Kumulatif Ketentuan Asal Barang Barang originating dari Negara Anggota yang digunakan sebagai bahan baku untuk suatu barang j adi di Negara Anggota lain yang memenuhi
Ketentuan
Asal
Barang
untuk
memperoleh
Tarif
Preferensi, harus dianggap sebagai barang originating negara tempat di
mana
pro ses
produksi
barang
j adi
dilakukan,
sepanj ang
kandungan Indonesia- Pakistan PTA pada produk j adi tidak kurang dari 40% (empat puluh persen) . 2.
Proses clan Pengerj aan Minimal Proses atau pengerj aan, di bawah ini, tidak diperhitungkan dalam penentuan keasalan barang yaitu : a.
Pengawetan produk untuk menj aganya dalam kondisi baik untuk keperluan pengangkutan atau penyimpanan;
b.
Perubahan kemasan, atau penguraian clan perakitan kemasan ;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 88 -
c.
Pembersihan
sederhana,
termasuk
penghilangan
oksida,
minyak, cat, atau lapisan lainnya; d.
Pengecatan dan pemole san sederhana;
e.
Kalibrasi dan tes sederhana;
f.
Pengupasan, pemutihan parsial maupun total, pemolesan dan pengglasiran serealia dan beras ;
g.
Pengemasan dalam botol, kaleng, termos, tas , koper, kotak, pemasanan pada kartu atau papan dan proses pengemasan sederhana lainnya;
h.
Pencetakan atau pemasangan tanda, label, logo dan tanda pembeda lainnya pada produk atau kemasannya;
i.
Pencampuran produk secara sederhana,
baik yang seJ en1s
maupun tidak; J.
Perakitan sederhana bagian dari produk untuk membentuk suatu produk j adi .
3.
Perlakuan terhadap pengemas a.
Apabila suatu produk menggunakan kriteria asal barang RVC , nilai pengemas untuk penjualan eceran harus diperhitungkan dalam
menen tukan
keasalan
barang,
dalam
hal
kemasan
tersebut dianggap membentuk ke seluruhan produk. b.
Dalam hal huruf a tidak diterapkan, kemasan dan bahan pengemas tidak diperhitungkan dalam menentukan keasalan barang.
c.
Pengemas
yang
pengangkutan
hanya
tidak
digunakan
diperhitungkan
untuk dalam
keperluan menentukan
keasalan suatu barang. 4.
Aksesoris, Sp are Parts, dan Peralatan Keasalan aksesoris, sp are p arts, peralatan dan petunjuk/ manual atau
informasi lainnya yang disajikan bersama dengan barang
utamanya tidak diperhitungkan dalam rhenentukan keasalan suatu barang, sepanj ang aksesoris , sp are p arts, peralatan dan manual instruksi
tersebut diklasifikasikan dengan barang utamanya di
negara pengimpor.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 89 -
E.
B ENTUK DAN FORMAT FORM IP
,
1 . E xpo rter's N a m e
2.
Con sig nee'"
3.. P rod ucer's
a n d' Add res s
CERT/FICA T E
NO.
INQO NESl.A PA K ISTAN P R EFERENTIA'L T R A O E AG REEMENT llPPTA} C E RTIFI CAl1E Of OR!GfN (Comb i n e d o.e c la ra.t l o n a n d C e rtl flc:a·tg)
Nam,e a nd Address.
fo,rm IP
N a m e a n d Addr e s: s
: ---:-- I s s ued in -:--:::-
(Country)
·"" "'" Overle a f N o l e s 4.
M e a n s of
known )
tra n s p o rt
and
route
(as fa t
as
D
Departure Date Ve sse l
/Flight N o.
Port ol
loading
Port
For O fficial
5.
D
Use
Prefe ren tial Trea t m e nt G i ve.n Under I P PTA Prefere.n !ial, Treatm e n t N o l ( Please s tate r�a.son/s )
o r dls charg:e
6. l tem number
On�y
7. M arks and numbers. ·on 8 . O rigin C ri terion pa cka ges; N u m b er a n d kind o f p·a cka-ges; d e scription o f goods; H S ·code of tne l'm .,,,., rtlnn co u n l rv
9 . G ross
Q u antity vah.l e
G i ven
Weigh !, FOB
and
Under IPPTA
1 0. N umber a nd date or i n v oices-
1 1 . Rem a rk s
1 2. Declara\ion by I.h e· exp orter
Th e un deri;ig n ed hereby clocta r e i; lh<1I Ill e above d el a l l ll and s1atemenl are c o tiT e c t ; l h a l all lhe g o ods w-o:ro produced irl
1 3.
CertUicalion
I Us hereby cer111led, on the basis o·r co ntrol carfled. out, ll11it lhe. declaralion by the exporter Is correcl.
(Count ry) and th at !hey co mply with the ori g i n req u i·remenls "peclfied.
thes e goods it:1 lhe Rules o f Origin und er �ndone s l a Pa klstan PTA for t h e g ood s exporte d to ·
(Im porting count.ry J
Pl'ace· and d a'L e , Oilm& .. Sig n a ture a n d com p a n y o f a u lho ri� e d !l i g mt t<>ry
. . . . . . .. . . . . . . .. . .. . . . .. .. . .. . . . .. . .. . . . . . . . . .. .. . . ... . . . . . . . .. ... . . . . . . .. .. . .. .. .
.pJ·a ce " n <1 dzlfe. �lgnat.ure a r;id $ 1 :> rn p ·of Aut horiz ed !$suing
AUlhOrlly/'Body
; I
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 90 -
O V E R LE A F N O T CS Bux I . S l a t e l h c fu l l l e g a l n a m e , address ( i n c l u d i n g country) o f t h e e x p o r t e r . Box 2 : S t o r e t h e fu l l l e gal n a m e , add ress (incl u d ing c o u n t r y ) o f l h e consignee. Box J : St8te t lte fu1 1 l e gal nam e , address ( i n c l u d i n r, coun t ry) of the producer. I f m o r e t h an o n e p r o duce1 ' s good is i n c l uded i n Ul e c e rt i Hc o t e . l is t the a d d i t ional producers , i n c l u d i n g name, a d d ress (inc l ud i ng country). If tile e x p orter o r t he p r o d u c e r wishe� the i n forma t i on to b e co n fi den t i R I , ii i s ncceptable to S \ 3 1 1' "A vai l a b l e t o Cu.< toms u pon req ues t " , l f lhe product r and t he exporter � re the s a m e , c o m p l e t e fiel d with " S A M E''. B ox 4 : Co m p le t e t h e m e a n:; of 1 r anspor1 and ro u t e and specify the d e.par t�are date, tra nsport vehi c l e No., port o f l o a d ing and d i s c harge. B ox 5 : Th e Cus tom s A u t hor i ty of the im poning Party m u s t indic ate i n the r el evant box es whe t h e r or n o t prefor c n l i a l treatmenl is accorded. Box 6: S l ate t h e item n u m b e r O ox7 : Provide a ful l d e s c r i pt i o n of e ach go od . T he descr i p t imi s hou l d be s u fli c i e ll l l y d e t a i l e d 10 < n a b l e t he prod u c ts to be ident i fied by the Cus wms O ffi cers examining t h e m· ;ind rel ate it to the invo ke descri p t i o n and 10 t h .. H S descript ion of t h e good . Ship ping M ar ks a n d n u mbers o n l he packages, n u m l?cr a n d k i n d o f packa&c sh a l l a l s o b e s p cci fi c d . For e ach good, identify t h e c ou cct H S t ari ff c l ll5 S i fical ion, us ing t h e H S t a r i fT c l as s i-fl c a t i o n o f the cou ntry into whos e territory t h e jl O O d s an: i mporte d . B o x 8 : t o r exports from o n e P liTly l o 1 h e o t her P a rt y I Q be e l ig i b l e for preferent ial tr c a une m , t h e re quiremrnt i s tha t ; i . T h e pro d uc ts who l l y obtained in the expor1 ing Party as de ri n c d in R u l,e 3 o r t h e R ules o f Origin; ii. S u bj ect t o sub-paragr a p h (i) • hove, for 1 h e purp o s e of imp l e m e n t i n g the provis ions o f R u l e 4 o f I l i c .Ru l e s o f O r i g in, p r o d ucts worked o n a n d pro cessed as a rcstJ ) t o f which the total val ue o r 60% ori g i n a t ing from n o n- p arty o r of u ndeterm i n e d or i gin used docs n o 1 exceed 6 0 % of th e FOB value or t h e produ c l p r o duced o r o b t a i n e d nnd the final process of t h e man u facture is performed w i t h i n t e r d tory o f t h e e x porting Party; iii. Prod ucu which comply w i lh o r igin requ i reme n t s provided for i n R u l e 5 of t h e Ru les o f Origin nnd wh i c h a re used i n a Party a s i np u t s for � fi n i s h e d product elig i b l e fo r pre fer e n l i ll l t r e a t m e n t s ha l l b e cons i d e r e d as 11 p r o d u c t originRt ing i n the Party whe t e '"o r k i ng Q r p rocess i n g o f t h e fi n i s h e d produ c t h a s t a k en p l ace pro v i d e d l h al the Pggre g a 1 e P T A c o n t e n t o f t h e fl n � I prod u c t is n o t l e s s l h a n � 0% : o r i v . Produ� 1 s t h a 1 s a l is fy t h e P ro d u c l Specific R u l e s provide d (or in A l ta clunent 8 o f t h e R u l es o f Ori g i n s h a l l b e c on s i de red as g oods 1 n which s u ffi c ient irons formation h as b e e n carr i e d o u 1 i n � Porty. I f ttie g o o d s q u al i fy u n d e r the above c C J t c r i a , the export e r mus t i n d i c a t e i n f i e l d 8 of l h i s forrJl the o r i g i n cr i teria o n t h e b a s i s o f w h i c h he cla ims 1 h a t h i s goo ds qu a l i fy fo r prefere n t i a l trea t m e n t . i n the m a n n e r _ .. . . . s h own i n t he fo l l o w i n g w bl e ; . 'Cl lci.ims.!il ifce·s· of produl:tfon Br tnhitlifnc rufr irr the ITrii c'otiiitry n s e r in •e 'i n F i e l d 1 2 o f t h i s fo rm . . .......• .. .;.• -
��) Pfoducr/·v.;i10li� tibtait�;a· or·�·�oduc"Cd_i_n_li;-;;
rillh'ied�r1 -,�.-F-.��-·····
c�untryof;(j;O'� ai iori,.�0.�-· - ------ .. .
·��-?-;i:;�K:::hw�;�c����n bui'°;;;il-�vholly ·prodt1cectin .Part y
wh i· c h
· . . we r e p r o d u c r. d in
c- o n �o r m .1 t y
w t. t I 1
t h e expo;iinglP ·_t . . o f . . s i n g. I e rc e n a g e f �· c"-··· t h e prov1s1Qns o :c o nten t , exa m p l e 4 0 %
country
E.ai:!!gr�e h -�-i!..Q 3�o�c. ---- ·-·"······----··�-··-'1 �-----·-· .,-'-�---· ·· _ .. .. . .·-·· · -- . · (c) P roducts woiRed u�on . bui' not · ivhol ly p ro·d·ur. e o . i n . ih e . · c x p o rl i n gP e r ce n c·fl g c . of lnd o n es i ·a -P a l< istalf J>arty wh i ch w e r e produced in c onform i t y w i t h .t h e pro v i s ions c u m u l � tive c o n t e n t , exmnp l e p�_a grnph 8 ( i ii) A\Jovc . -��,-·,-·-. - -----·---'
ot(TA '�.0%
� � ·--···-· · · �·
(d)
Products
comply with t he P r o d u c 1 S peci fi c flu l c>
' 'I' S R"
. . .! Gto.is cve l gli i ·i n Kflos·' s ti6 u fd · b'e · sho\�·t1 lie r i::·· o t h e r ui1its of mea rnrehi
B o x 9:
•.
.•
• , .
· -- � � -·- --- - -.- - -.,· - · ·· - ·
-?-· .. ........
-�.:.---ino--�-------·· --- ...:.�
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK IND ONESIA, ttd . BAMBANG P . S . BRODJO NEGORO
www.jdih.kemenkeu.go.id