MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK MELALUI PEMBELAJARAN SANDIWARA BONEKA DI TK GENENGAN 2, KELOMPOK B KECAMATAN JUMANTONO, KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini
Disusun Oleh : REMIYATI NIM : A. 520081053
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
ABSTRAK
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK MELALUI PEMBELAJARAN SANDIWARA BONEKA DI TK GENENGAN 2, KELOMPOK B, KECAMATAN JUMANTONO, KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2011/2012 (Penelitian Tindakan Kelas di TK Genengan 2 Kelompok B Jumantono, Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012 ) Remiyati, A 520 081 053, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012, Halaman
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak melalui pembelajaran sandiwara boneka di Taman Kanak- kanak Genengan 2 kelompok B Jumantono, Karanganyar. Penerima tindakan adalah seluruh anak kelompok B TK Genengan 2 tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 11 anak. Pelaksana tindakan adalah peneliti, sedangkan guru bertindak sebagai kolaborator. Data dikumpulkan melalui observasi, catatan lapangan, dan hasil karya. Analisis data secara deskiptif kualitatif dengan model alur yang terdiri atas reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kecerdasan emosional anak secara berarti dalam proses pembelajaran melalui pembelajaran sandiwara boneka. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan anak yang meliputi empat deskriptor yaitu (MT) kemampuan anak yang melampaui target, (BN) kemampuan anak yang berjalan normal, (PD) kemampuan anak yang perlu ditingkatkan, (PPK) kemampuan anak yang perlu perhatian khusus. Sebelum adanya tindakan nilai rata-rata kelas dengan prosentase 33,3% setelah dilakukan tindakan pada siklus I rata-rata kelas meningkat menjadi 77,6%, pada siklus II rata-rata kelas menjadi 81% dan di akhir tindakan yaitu pada siklus III rata-rata kelas menjadi 86,8%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan bercerita dengan boneka tangan dapat meningkatkan kecerdasan emosional anak.
Kata kunci : Kecerdasan Emosional, Pembelajaran sandiwara boneka.
1. PENDAHULUAN Di Indonesia perkembangan pendidikan bagi anak sudah mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah, hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 butir (1) yang menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Salah satu usaha untuk menumbuh kembangkan potensi anak, adalah melalui Pendidikan Anak Usia Dini sebagai wadahnya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang sisdiknas 2003 (UU RI No.20 Th.2003) Bab I pasal 14 tentang PAUD. PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui perubahan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menurut Solehuddin (1997), karakteristik anak usia taman kanak-kanak (usia 4 - 6 tahun), yaitu (a) rasa ingin tahu dan antusias yang kuat terhadap segala sesuatu, (b) memiliki sikap berpetualang (adventurousness) yang begitu kuat, (c) banyak memperhatikan dan bertanya, (d) keinginan mengenal tubuhnya sendiri, (e) senang bernyanyi, permainan, dan atau rekaman yang membantunya untuk mengenal tubuhnya itu, (f) mengobservasi lingkungan dan benda-benda di sekitarnya, (g) aktif melakukan berbagai aktivitas, (h) tidak lama-lama duduk dan berdiam diri, (i) menunjukkan hubungan dan kemampuan kerjasama dengan teman-temannya.
Secara garis besar ada dua hal utama dalam kecerdasan emosi, yaitu mengenali dan mengelola emosi. Apabila anak sedari usia dini sering dilatih untuk peka dalam mengenali emosi, maka semakin dewasa akan semakin mudah mengenali emosi, dan akhirnya dapat menyesuaikan sikapnya dengan situasi emosi yang ada. Menurut Goleman (dalam Ayriza:2006) untuk menstimulus kecerdasan emosional anak pada awalnya adalah dengan mengoptimalkan peran anak dalam kehidupan sehari-hari. Langkah tersebut dapat diawali dengan mengembangkan lima wilayah kecerdasan emosional, antara lain kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain serta membina hubungan yang baik dengan orang lain. Bercerita dengan memanfaatkan sandiwara boneka diharap anak sangat berani untuk bercerita di depan kelas, kemampuan anak dalam bercerita juga meningkat, ketertarikan anak juga meningkat sehingga anak dalam bercerita tidak banyak yang bergurau dengan temannya karena guru dalam membelajarkan anak, lebih banyak anak praktek melalui sandiwara boneka sehingga pembelajaran lebih terpusat pada anak. Tidak hanya anak disuruh mendengarkan cerita saja dan di ceritakan kembali tanpa menggunakan alat peraga yang menarik bagi anak. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak Melalui Pembelajaran Sandiwara Boneka Di Tk Genengan 2,kelompok.
2. LANDASAN TEORI Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dan dibutuhkan anak dalam upaya pengembangan emosi
yang sehat sebagaimana yang
dikemukakan oleh Reynold (1990) diantaranya adalah sebagai berikut ; 1. Anak TK harus mendapatkan rasa cinta dan kasih sayang dari orangtuanya, keluarga, guru-guru dan teman-temannya. 2. Anak TK harus memiliki perasaan diinginkan dan memiliki tempat dalam keluarga, sekolah dan lingkungannya (perasaan saling memiliki). 3. Anak TK perlu memperoleh kesempatan untuk merasakan rasa berprestasi dan rasa puas terhadap hal-hal/pekerjaan baik di rumah, maupun di sekolah dan diberi pujian untuk keberhasilannya. Ia juga memerlukan dorongan dalam menghadapi kegagalannya dan bukan cemoohan. Anak yang senantiasa dikritik akan tidak mau lagi untuk mencoba melakukan sesuatu yang baru. 4. Anak TK juga perlu memperoleh kesempatan untuk mandiri dan membuat keputusan sendiri. Dengan kesempatan untuk mencoba lagi bila gagal. Ia juga harus belajar bagaimana cara memimpin (sebagaimana pemimpin), sebaik bagaimana cara mengikuti sebagai anggota dari suatu kelompok, dan bagaimana belajar cara berbagi dengan orang lain. 5. Seorang anak TK harus mempunyai rasa aman dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
6. Seorang anak TK harus pula memiliki kepercayaan pada dirinya dan membangun kesadaran akan kebaikan-kebaikan yang ada pada dirinya. Ia harus belajar bagaimana menghargai diri sendiri. 7. Anak TK harus diperlakukan sebagai seorang, tidak sebagai bagian dari keluarga atau kelompok, tetapi sebagai seseorang yang mempunyai identitas. Meuthia Ulfah (UNESA : 2004) dalam penelitiannya “efektivitas pembelajaran dengan media sandiwara boneka dan komik transparansi dalam membentuk sikap moral siswa sekolah dasar” menyimpulkan bahwa adanya peningkatan kemampuan yang sangat signifikan pada pembelajaran dengan media sandiwara boneka lebih efektif membentuk sikap moral siswa. Peningkatan kecerdasan emosional (emotional quotion) anak usia dini melalui pendidikan seni tari Eny Kusumastuti Staf Pengajar Seni Tari,Sendratasik, FBS, UNNES. Peningkatan kecerdasan emosional anak usia dini melalui pembelajaran seni tari dapat dilihat melalui: (1) timbulnya perasaan bangga, (2) memiliki sifat pemberani, (3) mampu mengendalikan emosi, (4) mampu mengasah kehalusan budi, (5) mampu menumbuhkan rasa bertanggung jawab, (6) mampu menumbuhkan rasa mandiri, (7) mudah berinteraksi dengan orang lain, (8) memiliki prestasi yang baik, (9) mampu mengembangkan imajinasi, dan (10) menjadi anak yang kreatif. Sandiwara disebut juga drama, adalah sebuah pertunjukan pentasan sebuah cerita atau disebut pula lakon dalam bahasa Jawa. Sebuah sandiwara
bisa berdasarkan skenario atau tidak. Apabila tidak, maka semuanya dipentaskan secara spontan dengan banyak improvisasi. Secara umum istilah "sandiwara" dalam bahasa Indonesia diartikan sama dengan drama. Akan tetapi secara khusus istilah sandiwara mengacu kepada kesenian pertunjukan teater drama tradisional rakyat Indonesia, khususnya di daerah Jawa Barat. Kelompok Sandiwara Sunda atau Sandiwara Indramayu dapat ditemukan di Jawa Barat (terutama sekitar Cirebon dan Indramayu) dan Jakarta, salah satunya yang terkenal adalah kelompok Sandiwara Sunda Miss Tjitjih di daerah di Cempaka Baru Timur, Jakarta Pusat. Kisah sandiwara ini dapat bersifat percintaan, komedi, horor, tragedi, atau kisah roman sejarah (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas) Anak TK adalah anak yang berada pada umur 4 sampai 6 tahun, masa anak-anak juga dikenal dengan masa usia prasekolah atau usia taman kanakkanak dan merupakan usia penuh keemasan bagi perkembangan fisik dan mental bagi anak tersebut. Ernawulan (2005 :4), memaparkan anak usia TK adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. 3. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini termasuk
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa inggris disebut dengan classroom action research karena peneliti melakukan suatu tindakan perbaikan untuk mengatasi permasalahan yang ada di kelas. Menurut IGAK Wardani dkk (2008:1.4) mendefinisikan, penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian ini bertujuan sebagai usaha untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak melalui sandiwara boneka. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberi informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk meningkatkan kecerdasan kecerdasan emosional anak melalui sandiwara boneka. Adapun langkah-langkah penelitian untuk setiap siklus dapat di ilustrasikan dalam siklus sebagai berikut : PELAKSANAAN
PELAKSANAAN
SIKLUS 1
PELAKSANAAN
REFLEKSI
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN
SIKLUS 1
REFLEKSI
Model John Elliot Sumber data http://akhmadsudrajat.wordpress.com/20 08/03/21/penelitian-tindakan-kelas-part-ii/
PELAKSANAAN
Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanak Genengan 2, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar tahun ajaran 2011/2012. Penelitian di tempat ini didasarkan atas pertimbangan bahwa karakteristik sekolah tersebut sudah dikenal oleh peneliti. Selain itu sekolah ini belum dilakukan penelitian dengan judul yang sama oleh peneliti
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN TK Genengan 2 Jumantono berdiri pada tahun 1980. Sekolah ini mempunyai 1 kelas yaitu kelas untuk kelompok B. Adapun penelitian ini berada di TK Genengan 2 Jumantono beralamatkan di Jalan Raya Genengan Rt 02 / 04, Genengan, Jumantono, Karanganyar. Letak TK Genengan 2 Jumantono ini cukup strategis karena terletak di pinggir jalan raya genengan, sehingga mudah dijangkau oleh berbagai alat transportasi. Walaupun terletak di pinggir jalan raya genengan, TK Genengan 2 Jumantono cukup kondusif jika digunakan untuk proses pembelajaran. Hal ini sangat mendukung proses pembelajaran karena anak didik tidak terganggu dengan keramaian kendaraan bermotor. Lingkungan sekitar TK Genengan 2 Jumantono juga sangat mendukung proses pembelajaran, dalam artian tidak terletak di lingkungan ramai dan bising yang mengganggu pembelajaran seperti terminal, pabrik. Lingkungan sekitar Aspek Metode
Pra siklus Pemberian
Siklus 1 - Bercakapcakap
Siklus 2 - Bercakapcakap
Siklus 3 - Bercakapcakap
pembelajaran
tugas
- Tanya jawab
- Tanya jawab - Tanya jawab
- Demonstrasi
- Demonstrasi - Demonstrasi
- Pemberian
- Pemberian -
tugas Media yang
Tidak ada
tugas
- Boneka
digunakan
tangan
Pemberian tugas
- Boneka
- Boneka
tangan
tangan
- Cap Bintang
- Replika buahbuahan
Tema
Tanaman
Hari Ulang
Lingkungan
Rekreasi
Tahun Ibu Proses pembelajaran
Waktu
- Kegiatan
- Kegiatan
awal
- -kegiatan awal - -kegiatan
Awal
- Inti
- Inti
- Penutup
- Penutup
45 menit
45 menit
- Inti - Penutup
awal - Inti - Penutup
45 menit
45 menit
Pertemuan
Pertemuan
pembelajaran observasi
Beberapa
Pertemuan
anak banyak pertama biasa- pertama anak
pertama anak
yang
saja, sudah aktif
antusias dan
ada mengikuti
bersemangat
belum biasa
aktif / takut masih karena tidak beberapa
anak kegiatan
sekali
belum berani yang tidak aktif walaupun
mengikuti
untuk
dalam
masih ada
kegiatan,
melakukan
pembelajaran,
beberapa anak
anak sangat
tugas.
pada pertemuan yang pasif
antusias dan
kedua
sudah mampu
saja beberapa
masih tetapi pada ada pertemuan anak kedua muncul
untuk berimajinasi
yang
belum kecerdasan
/bercerita
mau
emosional
sendiri,
berimajinasi
anak tetapi
kecerdasan
sendiri,
belum
emosional
beberapa
anak maksimal
sudah
masih
belum
meningkat
mau
untuk
dengan hasil
melakukan
yang
sandiwara
maksimal
boneka didepan kelas. Analisis dan
Anak kurang
refleksi
tertarik dengan mulai aktif
antusias
pembelajaran
mengikuti
mengikuti
disebabkan
kegiatan
kegiatan
media yang
karena sudah
sandiwara
digunakan
pernah
boneka
kurang
melakukan
karena media
menarik bagi
kegiatan yang
yang
anak dan guru
sama
digunakan
kurang
sebelumnya
sangat
memberi motivasi kepada anak
Anak sudah
Anak belum mau
Anak sangat
membuat anak tertarik
bersandiwara
Anak
Anak merasa
dengan
semangat
bosan dengan
kreasinya
sekali untuk
kegiatan
sendiri dan
melakukan
karena tergesa- masih
kegiatan
gesa ingin
sendiri dan
dibimbing un
bermain di
tuk melakukan
bersama
luar oleh
sandiwara
teman-teman
karena itu
boneka
lainnya
diperlukan media yang menarik dan anak merasa betah dikelas Prosentase
33.33%
76%
77,81%
87,5%
-
>40%
>70%
>80%
rata-rata Indikator penelitian
Adapun peningkatan kecerdasan emosional pada tiap siklus tidak menunjukkan suatu kestabilan. Dimana prosentase peningkatan sebelum tindakan sampai siklus I mencapai 76%, dari siklus I sampai siklus II peningkatan sebesar 77,81%. disini diketahui bahwa dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini disebabkan karena pada awal-awal pertemuan ketertarikan anak masih sangat tinggi, mereka sangat semangat dan antusias terhadap kegiatan menggambar yang dilakukan. Adapun untuk peningkatan dari siklus II ke siklus III juga mengalami peningkatan walapun hanya sedikit. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa anak yang masih belum percaya diri dengan kemampuannya sendiri. Antusias anak sendiri lebih besar dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan kegiatan sandiwara boneka.
5. KESIMPULAN Peningkatan kecerdasan emosional anak melalui kegiatan sandiwara boneka dapat meningkat. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan prosentase kemampuan anak dari sebelum tindakan sampai dengan siklus III yakni sebelum tindakan sebesar 33,33%, peningkatan kreativitas siklus I mencapai 76% ,peningkatan kreativitas pada siklus II mencapai 77,81% dan peningkatan kreativitas anak pada siklus III mencapai 87,85% . Oleh karena itu kegiatan sandiwara boneka dapat meningkatkan kecerdasan emosional anak. Melalui kegiatan sandiwara boneka yang dilakukan di TK Genengan 2 Jumantono, Karanganyar diharapkan sebagai media ekspresi yang dimiliki oleh anak dengan kegiatan dengan Metode sandiwara boneka mempunyai tujuan melatih daya tangkap, melatih daya pikir, melatih daya konsentrasi, melatih membuat
kesimpulan, membantu perkembangan intelegensi,
membantu perkembangan fantasi, dan menciptakan suasana senang di kelas.
6. DAFTAR PUSTAKA Cooper Cary & Makin Peter, 1995. Psikologi Untuk Manajer. Jakarta: Arcan. Dwi Siswoyo dkk. 2005. Metode Pengembangan Moral Anak Prasekolah. Yogyakarta: FIP UNY. Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pos PAUD. Semarang: CV. Jaya Sakti Mandiri.
Goleman, D., 1999, Kecerdasan Emosional: Mengapa EI lebih penting daripada IQ, Alih bahasa: T. Hermaya, Cetakan kesembilan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intelligence. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Lawrence E. Shapiro. (1998). Mengajarkan Emotional Intelligence. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Martina D.S. 2009. Peningkatan kemampuan menyimak cerita dengan menggunakan media diodrama sebagai wujud kenaikan empati dan daya ingat siswa di SD Sragen 2. UMS. Ulfah, Meuthia. 2004. Efektivitas pembelajaran Dengan Media Sandiwara Boneka Dan Komik Transparansi Dalam Membentuk Sikap Moral Siswa Sekolah Dasar. UNESA. http://www.blogspot.com (boneka sebagai media pembelajaran) (diakses tanggal 05 februari 2012)