Jurnal Analisis Pendidikan Dasar dan Menengah Indonesia (JA-DIKDASMEN) e-ISSN: 2460-5905 Volume 1, Nomor 1, Juli 2015, 29-40
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TATA BAHASA INGGRIS MELALUI STRATEGI PRACTICE GENERALIZATION REINFORCEMENT (PGR) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Supriyo Kepala SMP Negeri 1 Konang, Bangkalan, Jawa Timur
Abstract The aim of this classroom action research that based on Hopkins model was to investigate whether practice, generalization and reinforcement (PGR) strategy by from example to rule type can improve student’s achievement of English grammar in the junior high school. The research subjects were students of VII class in the second semester of 2014/2015 academic year in SMP Negeri Konang, Bangkalan, Madura. The research had two cycles. The data collected by formative test method. Descriptive statistics was used to analyze the data. Result of this research obtained by gained of result outcome (mastery learning) compared to before applying of PGR, that is pre Cycle=40%; Cycle I=63,30%; Cycle II=80%. So, the research results showed that PGR strategy by from example to rule type can improved learning outcome, specially to learning concept of English grammar in SMP. Keywords: Instructional strategy, PGR, classroom action research.
JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905 [Volume 1, Nomor 1, Juli 2015]
| 29
Meningkatkan Hasil Belajar Tata Bahasa Inggris melalui Strategi Practice Generalization Reinforcement (PGR) di Sekolah Menengah Pertama
PENDAHULUAN Para siswa sekolah menengah pertama (SMP) di Indonesia sepanjang periode tiga tahun masa studi mempelajari tiga jenis bahasa. Bahasa pertama yang dipelajari adalah bahasa Indonesia, baik dalam kedudukannya sebagai bahasa pengantar maupun dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional menurut konstitusi. Bahasa kedua adalah bahasa ibu yang jumlahnya ratusan bahasa dan pada umumnya dipelajari dalam konteks muatan lokal dengan tujuan utama: selain untuk berkomunikasi sehari-hari dalam keluarga juga agar bahasa ibu tidak mengalami kepunahan. Bahasa ketiga yang dipelajari adalah bahasa Inggris dalam kedudukannya sebagai bahasa asing (foreign language), bukan dalam kedudukan sebagai bahasa kedua (second language) seperti di Malaysia atau di India. Ketiga jenis bahasa tersebut dikemas dalam kurikulum baik dalam kurikulum yang bersifat nasional, maupun dalam kurikulum pada tingkat satuan pendidikan SMP. Bahasa Inggris secara nasional resmi dipelajari sejak siswa masuk SMP meskipun ada satuan pendidikan di tingkat sekolah dasar (SD) bahkan di pendidikan anak usia dini 30
(PAUD) yang mengenalkannya. Bahasa Inggris dipelajari secara dini oleh karena bahasa Inggris merupakan bahasa pergaulan internasional yang seringkali digunakan dalam komunikasi antarbangsa, merupakan salah satu bahasa resmi PBB, dan bahasa yang paling banyak dipakai untuk menulis hasil karya ilmu pengetahuan di seluruh dunia. Upaya mempelajari bahasa Inggris secara dini di SMP sudah barang tentu sangat menggembirakan, namun sangat disayangkan karena pembelajaran bahasa Inggris di SMP masih lebih banyak ditekankan pada kemampuan menghafal dibandingkan dengan kemampuan memahami. Konsekuensi logis dari hal itu ialah kurang mendukung dalam mempersiapkan seseorang untuk dapat menggunakan bahasa Inggris dalam komunikasi dengan orang lain dan untuk kepentingan akademis. Dampaknya dapat dilihat ketika para lulusan SMP melanjutkan studi ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yakni SMA/SMK, bahkan ke perguruan tinggi. Mereka kurang mampu memberikan penjelasan atas pemilihan kata, tenses/ bentuk waktu dan konstruksi kalimat yang baik dan benar yang sesuai dengan kaidah tata bahasa Inggris.
JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905
Supriyo
Tanggung jawab atas kelemahan tersebut tidak semata karena cakupan (scope) dan tata urutan (sequence) kurikulum bahasa Inggris SMP, namun juga karena strategi pembelajarannya yang kurang tepat, tidak mengena, dan kurang variatif. Hasil wawancara penulis dengan sejumlah siswa kelas VIII SMP baik di SMPN I Bangkalan dan SMPN 1 Blega menunjukkan bahwa para siswa belum mengenal strategi pembelajaran yang khusus digunakan untuk membelajarkan konsep tata bahasa Bahasa Inggris. Sebagai contoh, konsep-konsep tata bahasa dalam mata pelajaran Bahasa Inggris pada umumnya dibelajarkan secara konvensional, yaitu dengan pola from rule to example (Oshima & Hogue, 2006; 2007). Pola pembelajaran yang demikian, berpotensi menyebabkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep kunci tata bahasa menjadi tidak selalu bermakna, lebih bersifat khayalan (verbalistik) dan tidak aplikatif. Pemahaman konsep seperti ini diduga menjadi salah satu penyebab kurang optimalnya hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa Inggris, khususnya penguasaan tata bahasa, dan empat keterampilan berbahasa
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015
pada umumnya yang dicapai siswa SMP. Di Kabupaten Bangkalan misalnya, tingkat pencapaian kemampuan bahasa Inggris siswa SMP masih dikategorikan rendah. Terbukti nilai rata-rata ujian nasional SMP di Kabupaten Bangkalan tahun 2013/2014 untuk mata pelajaran Bahasa Inggris masih mencapai 64,40. Menurut Sharpe (2000), secara umum ada empat keterampilan yang dibelajarkan dan diujikan dalam bahasa Inggris yaitu mendengarkan, tata bahasa, menulis dan membaca. Keempat keterampilan ini dibagi ke dalam tiga kategori yaitu 1: mendengarkan, 2: tata bahasa dan 3: membaca. Lebih lanjut, kategori 1 (mendengarkan) dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pertama, percakapan pendek (details, idiomatic expressions, suggestions, assumptions, predictions, implications, problems dan topics). Kedua, percakapan yang lebih panjang (informal conversation dan academic conversation). Ketiga, perbincangan dan materi pengajaran (class discussion, radio program, tours, academic tasks dan lectures). Khusus untuk tata bahasa terdiri dari dua bagian yaitu pola kalimat (pattern) dan gaya penulisan (style). Materi pada pola kalimat
31
Meningkatkan Hasil Belajar Tata Bahasa Inggris melalui Strategi Practice Generalization Reinforcement (PGR) di Sekolah Menengah Pertama
adalah verbs, pronouns, nouns, comparatives, prepositions, conjuctions dan adverbs and adverb – related structure. Materi pada gaya penulisan adalah point of view, agreement, introductory verbal modifiers, parallel structure, redundancy dan word choice. Pembelajaran tata bahasa pada hakikatnya adalah pembelajaran tentang konsep. Strategi-strategi pembelajaran konsep yang telah dikembangkan selama ini terutama untuk membelajarkan ide-ide kunci yang berfungsi sebagai fondasi bagi siswa berfikir tingkat tinggi dan menyediakan basis untuk pemahaman dan komunikasi yang bermutu. Strategi pembelajaran konsep tidak didesain untuk mengajarkan informasi dalam jumlah yang banyak untuk siswa. Pada dasarnya tanpa pemahaman yang bermutu pada ide-ide kunci tertentu, pembelajaran pada area atau subjek yang luas hampir tidak mungkin dilakukan (Richey,1986). Para ahli telah mengembangkan beberapa jenis strategi untuk pembelajaran konsep, diantaranya strategi pembelajaran langsung dari Tennyson (1981) dan concept attainment dari Brunner (1996). Pada strategi pembelajaran langsung guru secara cermat menyediakan urutan
32
penyajian seperti metode penjelasan (expository) dan atau pemeriksaan (interrogatory) pada konsep yang akan dibelajarkan. Pembelajaran langsung dilakukan dengan terlebih dahulu mengemukakan rule, kemudian menyajikan contoh untuk memperjelas konsep, dan mencapai pemahaman konsep. Pola ini disebut from rule to example (Arends, 2007). Disisi lain ada strategi PGR (practice generalization reinforcement) yang digunakan ketika siswa siap dengan beberapa ide mengenai konsep tertentu atau seperangkat konsep melalui penyajian dan berberapa contoh (examples) dari suatu konsep, guru mempromosikan cara berfikir induktif kepada siswa dan membantu mereka mengawasi proses berfikirnya (Boardman & Frydenberg, 2002; Harmer, 2004). Dalam implemantasinya strategi ini mengunakan pola yang disebut from example to rule, yaitu mengawali pembelajaran dengan menyajikan contoh-contoh kemudian konsep menuju pada pemahaman rule. Perbedaan pola penyajiaan antara pola from rule to example pada pembelajaran langsung dengan pola from example to rule pada strategi PGR akan menimbulkan pola
JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905
Supriyo
perbedaan penerimaan dan pengolahan informasi dalam struktur kognitif siswa untuk memahami tingkat pemahaman tertentu (Harmer, 2004). Pada pola from rule to example pemahaman konsep dibangun secara deduktif yang berasal dari definisi konsep kemudian pemberian contoh dan non--contoh, proses pemahaman terhadap konsep dimulai dengan mengidentifikasi atributatribut yang terkandung dalam konsep kemudian dibandingkan dengan comoh dan non-contoh. Sebaliknya pada pola from example to rule pemahaman konsep dibandingkan berdasarkan data-data atau contoh-contoh yang disajikan pada awal pembelajaran melalui proses identifikasi terhadap kesamaan ciriciri umum yang terdapat dalam contoh-contoh, siswa mendapat bimbingan guru dalam berusaha menemukan konsep atau rule (Merril & Tennyson, 1983). Dengan demikian dalam strategi PGR dalam diri siswa akan terbentuk melalui proses induktif, sedangkan pada strategi pembelajaran langsung pemahaman konsep dibentuk melalui proses deduktif. Perbedaan pola penyajian dapat menimbulkan konsep yang berbeda terhadap hasil belajar pemahaman
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015
konsep. Bagaimana dan strategi mana yang lebih efektif dalam membelajarkan konsep tata bahasa (grammar) khususnya? Merupakan pertanyaan menarik untuk dikaji secara empirik. Pembelajaran tata bahasa melalui strategi pembelajaran langsung atau strategi PGR memiliki landasan metodologis yang kuat dalam mengembangkan kemampuan belajar memahami konsep sebagai scaffolding penting untuk membangun pemahaman siswa tentang berbagai objek yang dibelajarkan (Scheffler,1960). Namun demikian kedua strategi hampir jarang diterapkan karena pesan-pesan pembelajaran yang berupa konsep kebanyakan tidak dibelajarkan secara khusus melainkan digabungkan dengan materi pembelajaran secara keseluruhan (Ismail, 2012). Berdasarkan argumentasi teoritis tersebut maka penulis mengajukan penelitian dengan fokus Meningkatkan Hasil Belajar Tata Bahasa Inggris melalui Strategi Practice Generalization Reinforcement (PGR) di Sekolah Menengah Pertama. Bahasa Inggris merupakan alas untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis sebagai upaya untuk memahami dan mengungkapkan 33
Meningkatkan Hasil Belajar Tata Bahasa Inggris melalui Strategi Practice Generalization Reinforcement (PGR) di Sekolah Menengah Pertama
infonnasi, pikiran, dan perasaan. Kompetensi atau kemampuan berkomunikasi ini pada bakekatnya adalah kemampuan berwacana, yaitu kemampuan seseorang dalam pemahaman dan penciptaan wacana. Wacana secara sederhana diartikan sebagai teks, baik tulis maupun lisan, dalam konteks bennakna yang dipengaruhi situasi dan budaya (Celce-Murcia, Domyei & Thurrell, 1995). Kompetensi kebahasaan (linguistic competence) mengacu pada pemahaman dan kemampuan menerapkan unsur-unsur tata bahasa, kosakata, lafal, dan ejaan dalam teks dengan benar. Memaharni pentingnya tata bahasa dalam mengupayakan peningkatan kompetensi kebahasaan, maka diperlukan strategi pembelajaran tata bahasa Bahasa Inggris dengan tepat. Salah satu strategi pembelajaran tata bahasa Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing adalah strategi PGR (practice generalization reinforcement). Strategi PGR merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan proses penyelidikan terstruktur dalam pembelajaran tata bahasa Bahasa Inggris mulai tahap practice, generalization dan reinforcement.
34
Harmer (2004) dan Boardman & Frydenberg (2002), mengemukakan sintaks strategi pembelajaran PGR dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) practice phase, pada fase ini guru menyajikan materi pembelajaran berupa contohcontoh teks, siswa memahami isi teks dan mengidentifikasi grammarnya, dan menjawab pertanyaan, (2) generalization phase, pada fase ini guru memfasilitasi siswa untuk menemukan pola (pattern) tata bahasa yang digunakan dalam teks, siswa bekerja kelompok mencari pola tata bahasa dan mempresentasikannya, dan guru memberikan konfirmasi, dan (3) reinforcement phase, pada fase ini guru memberikan soalsoal atau pertanyaan yang berkaitan dengan tata bahasa yang telah dipelajarinya, siswa mengerjakan secara individu, dan guru bersama siswa mengkonfirmasi jawaban. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus dan bersifat kolaboratif antara peneliti dan guru bahasa Inggris. PTK dilaksanakan dalam dua siklus, meliputi empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, obserJA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905
Supriyo
vasi, dan refleksi. Siklus I dijadikan sebagai acuan terhadap pelaksanaan tindakan siklus II. Siklus II dilaksanakan karena terdapat kelemahan atau kekurangan pada siklus I, siklus II dihentikan karena telah mencapai target. Pada tahapan pelaksanaan pembvelajaran dilakukan dengan menggunakan strategi pembelajaran PGR pola from example to rule.
Desain PTK yang digunakan adalah model siklus yang berbentuk spiral yang dikembangkan oleh Hopkins (1993). Penelitian tindakan kelas dalam bentuk spiral terdiri dari empat fase yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi/pengamatan, dan refleksi sebagaimana tampak pada Gambar 1.
Perencanaa nn Refleksi
Tindakan/ Obse rvasi
Perbaikan Rencana
Refleksi
Tindakan/ Observasi
Perbaikan Rencana
Refleksi
Tindakan/Obervasi
Dan seterusnya
Gambar 1. Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Hopkins, 1993: 48)
Volume 1, Nomor 1, Juli 2015
35
Meningkatkan Hasil Belajar Tata Bahasa Inggris melalui Strategi Practice Generalization Reinforcement (PGR) di Sekolah Menengah Pertama
Subjek penelitian ini adalah Kelas VII SMP Negeri I Konang, semester genap tahun pelajaran 2014-2015. Materi yang menjadi konten peneltitian adalah Show Me How? Untuk pra siklus; Do You Like Sports? untuk siklus I; dan Could You Help Me Please! Untuk siklus II. Tahap pra siklus menggunakan strategi pembelajaran langsung pola from rule to example,
sedangkan pada siklus I dan II menggunakan strategi PGR pola from example to rule. Data penelitian dikumpulkan melalui tes formatif di setiap akhir siklus. Analisis data menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk presentasi tabel, grafik dan diagram. Data dirangkum dalam persentase dengan kriteria berikut ini.
Tabel 1. Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Hasil Belajar 80 ke atas 70-79 60-69 50-59 49 ke bawah
Klasifikasi Sangat Memuaskan Memuaskan Cukup Kurang Sangat Kurang
(Sumber: Poerwanti, 2008)
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian berupa peningkatan hasil belajar siswa dapat di-
lihat pada Tabel 2 dan Gambar 1. Sedangkan hasil ketuntasan belajar siswa disajikan pada Gambar 2.
Tabel 2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II No.
Kriteria Hasil Belajar
Siklus I
Siklus II
1. 2. 3. 4. 5.
Sangat memuaskan Memuaskan Cukup Kurang Sangat kurang Jumlah
20% 43,3% 23,3% 13,3% 0 100%
30% 46,7% 3,3% 10% 10% 100%
36
Selisih Siklus I – II 10% 3,4% -20% -3,3% 10% 0,00%
JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905
Supriyo
Gambar 1. Diagram Perbandingan Pencapaian Hasil Belajar Siklus I dan II
Gambar 2. Grafik Persentase Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Pembahasan Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 1 tampak jelas adanya perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I dan siklus II. Terdapat peningkatan pada setiap kriteria hasil belajar Volume 1, Nomor 1, Juli 2015
siklus I maupun siklus II. Peningkatan kriteria hasil belajar sangat memuaskan pada siklus II dengan siklus I memiliki selisih sebesar 10%. Hasil peningkatan kriteria memuaskan pada siklus II dengan 37
Meningkatkan Hasil Belajar Tata Bahasa Inggris melalui Strategi Practice Generalization Reinforcement (PGR) di Sekolah Menengah Pertama
siklus I memiliki selisih 3,4%, hasil peningkatan kriteria cukup pada siklus II dengan siklus I memiliki selisih sebesar -20%. Hasil peningkatan kriteria kurang pada siklus II dengan siklus I memiliki selisih sebesar -3,3% dan hasil peningkatan kriteria sangat kurang pada siklus II dengan siklus I memiliki selisih 10%. Berdasarkan Gambar 2 diperoleh data bahwa terdapat peningkatan persentase ketuntasan siswa pada setiap siklusnya. Pada saat pra siklus persentase siswa yang mendapatkan nilai ≥70 (sesuai KKM) sebesar 40%, mengalami peningkatan sebesar 23,3% pada siklus I yaitu sebesar 63,3% siswa yang mendapatkan nilai ≥70 (sesuai KKM) dan mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 16,7% yaitu sebesar 80% siswa yang mendapatkan nilai ≥70 (sesuai KKM). Berdasarkan hasil penelitian tersebut nampak bahwa penerapan strategi PGR pola from example to rule memiliki peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran tata bahasa Inggris terutama untuk pokok bahasan Do You Like Sports? dan Could You Help Me Please!.
38
Refleksi Tindakan Pada pelaksanaan pra siklus yang menggunakan strategi pembelajaran langsung dengan pola from rule to example, suasana kelas berjalan seperti biasa. Hasil observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan tidak terjadi perubahan signifikan dalam pengelolaan dan perilaku belajar siswa seperti hanya mendengarkan secara serius sambil mencatat dan tidak banyak pertanyaan yang dilontarkan. Siswa terlihat pasif. Pada pelaksanaan siklus I, ketika guru mengubah strategi pembelajaran menggunakan strategi PGR (practice, generalization dan reinforcement) pola from example to rule, suasana kelas mulai berubah. Ketika practice phase, siswa memang masih seperti biasa, yakni mendengarkan secara serius presentasi guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Pada fase ini memang guru hanya menyajikan materi pembelajaran berupa contoh-contoh teks, siswa memahami isi teks dan mengidentifikasi grammar-nya, dan sesekali menjawab pertanyaan. Namun ketika generalization phase berlangsung terjadi perubahan signifikan. Pada fase ini siswa begitu sibuk dan saling beker-
JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905
Supriyo
jasama untuk menemukan pola (pattern) tata bahasa yang digunakan dalam teks, siswa benar-benar bekerja kelompok mencari pola tata bahasa dan mempresentasikannya. Ini gejala menarik namun masih dalam suasana yang canggung karena untuk pertama kalinya mereka belajar dengan cara demikian. Sedangkan pada reinforcement phase, mulai tampak kegelisahan karena tidak seperti biasanya guru memberikan soal-soal atau pertanyaan yang berkaitan dengan tata bahasa yang telah dipelajarinya. Pada fase ini siswa bekertja secara individu. Pada siklus II suasana pembelajaran berubah secara signifikan. Barangkali berdasarkan pengalaman yang signifikan pada siklus I, pada siklus II pembelajaran berlangsung dengan sangat menyenangkan. Kesiapan para siswa melakukan pembelajaran terlihat nyata dan mereka tampak tidak lagi gelisah. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa strategi PGR (practice, generalization dan reinforcement) pola from example to rule dapat meningkatkan hasil belajar Volume 1, Nomor 1, Juli 2015
siswa, terutama dalam pembelajaran konsep tata bahasa Inggris di SMP. Oleh karena itu disarankan agar para guru mempertimbangkan untuk melaksanakan strategi PGR (practice, generalization dan reinforcement) pola from example to rule dalam pembelajaran konsep tata bahasa Inggris di SMP dengan improvisasi tersendiri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut juga disarankan agar para guru mencari alternatif strategi dan pola yang lain yang lebih menitikberatkan pada strategi yang berpusat pada siswa, bukan sematamata berpusat pada guru agar pembelajaran konsep tata bahasa Inggris tidak hanya bersifat hafalan (verbalistik), lebih bermakna, dan lebih aplikatif. DAFTAR RUJUKAN Arends, R.I. 2007. Learning to Teach. New York: The Mc Grow Hill Company. Boardman, C.A. & Frydenberg, J. 2002. Writing to Communicate: Paragraphs and Essays. New York: Pearson Education, Inc. Brunner, J. 1996. Toward a Theory of Information. New York: Norton.
39
Meningkatkan Hasil Belajar Tata Bahasa Inggris melalui Strategi Practice Generalization Reinforcement (PGR) di Sekolah Menengah Pertama
Celce-Murcia, M., Dornyei, Z. & Thurrell, S. 1995. Communicative Competence:A Pedagogically Motivated Model witht Content Specifications. Issues in Applied Linguistics, 6(2): 5-35.
Oshima, A. & Hogue, A. 2006. Writing Academic English. New York: Pearson Education, Inc.
Harmer, J. 2004. How to Teach Grammar. England: Pearson Education Limited.
Poerwanti, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Hopkins, D.A. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press. Ismail. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran Konsep melalui Direct Presentation vs Concept Attainment, Prior Knowledge dan Sikap terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas V Sekolah Dasar. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana UM, Malang. Merril, M.D. & Tennyson, R.D. 1983. Teaching Concept: An Introductional Design Guide. New Jersey: Educational Technology Publications.
40
Oshima, A. & Hogue, A. 2007. Introduction to Academic Writing. New York: Pearson Education, Inc.
Richey, R. 1986. Theoretical and Conceptual Bases of Instructional Design. New York: Nichols Publishing Company. Scheffler, I. 1960. The Language of Education. Illionis: Charles C.Thomas Publishers. Sharpe, P.J. 2000. How to Prepare for the TOEFL. Woodbur y, NJ: Barron’s. Tennyson, R.D. 1981. Concept Learning Effectiveness Using Prototype and Skill Development Presentation Form. Paper Presented at the Annual Meeting of the American Educational Research Association, Los Angeles. Unpublished.
JA-DIKDASMEN, e-ISSN: 2460-5905