MENGURANGI PERILAKU BULLYING MELALUI METODE ROLEPLAYING PADA SISWA KELAS VIII D DI SMP N 1 TEMPEL
ARTIKEL E JURNAL
Oleh Hendra Krisnadi Darmawan NIM 09104244017
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JUNI 2015
PERSETUJUAN ARTIKEL JURNAL SKRIPSI
Artikel E jurnal skripsi yang berjudul “MENGURANGI PERILAKU BULLYING MELALUI METODE ROLE-PLAYING PADA SISWA KELAS VIII D DI SMP N 1 TEMPEL” yang disusun oleh Hendra Krisnadi Darmawan, NIM 09104244017 ini telah dikoreksi dan disetujui oleh pembimbing untuk diupload.
Yogyakarta, 22 Juni 2015 Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Suwarjo, M.Si NIP. 19650915 199412 1 001
Agus Triyanto, M.Pd NIP.19760802 200501 001
Mengurangi Perilaku Bullying ... (Hendra Krisnadi Darmawan) 1
MENGURANGI PERILAKU BULLYING MELALUI METODE ROLEPLAYING PADA SISWA KELAS VIII DI SMP N 1 TEMPEL HOW TO DECREASE BULLYING TROUGH ROLE-PAYING METHOD ON CLASS VIII D OF SMP N 1 TEMPEL Oleh: Hendra Krisnadi Darmawan, Psikologi Pendidikan dan Bimbingan,
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi perilaku bullying di SMP N 1 TEMPEL kelas VIII D melalui metode bermain peran (role playing). Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK), atau CAR (Classroom Action Research). Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Tempel.Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII D SMP N 1 Tempel yang terdiri dari 31 siswa. penelitian ini hanya terdiri dari satu siklus dengan desain perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan skala tertutup. Uji coba instrumen menggunakan Uji validitas menggunakan rumus Korelasi Product Moment dari Karl Pearson dan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha dari Chornbach. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitaf. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik bermain peran dapat mengurangi perilaku bullying pada siswa kelas VIII D di SMP N 1 Tempel Sleman Yogyakarta. Perilaku bullying sebelum diberikan treatment sebagian besar dalam kategori sedang. Setelah diberikan treatment menggunakan metode role playing terjadi kesadaran pelaku dapat menurunkan/ mengurangi perilaku bullying. Selain itu terdapat peningkatan empati dari saksi prilaku bullying sehingga dapat menekan perilaku bullying. Hal ini ditunjukkan skor rata-rata (mean) yang dicapai siswa mengalami penurunan pada pelaku bullying pada awalnya 17,41 menjadi 12,72, pada korban bullyingd ari 19,69 menjadi 15,00 dan sebagai saksi bullying dari 4,34 menjadi 3,14. Selain itu, persentase penurunan perilaku bullying pada pelaku bullying mengalami penurunan sebesar 25,3%, pada korban bullying mengalami penurunan sebesar 22,7% dan saksi bullying mengalami penurunan sebesar 29,9%. Kategorisasi pada pra siklus dan siklus I juga mengalami penurunan perilaku bullying seluruhnya menjadi kategori rendah.Oleh karena itu, berdasarkan hasil interpretasi skala, hasil observasi, dan hasil wawancaraguru BK sebagai fasilitator dan peneliti menentukan untuk tidak melanjutkan pada siklus II. Kata kunci : perilaku Bullying, Metode Role playing
ABSTRAK This research aims to reduce bullying behaviour in the SMP N 1 Tempel the class VIII D through the method of role-playing. This research is a type of Classroom Action Researc (CAR). This research was carried out in the SMP N 1 Tempel. This research conducted on grade VIII D SMP N 1 Tempel that include 31 students. This research consists of only one cycle with the design of planning, action, observation and reflection. Engineering data collection using the enclosed scale. Instrumental test was using validity test that use Product-Moment Correlation Coefficient from Karl Pearson and the reliability test using the Alpha formula from Chornbach. Analytical technique-based data was using a quantity descriptive analysis. Based on data obtained from the results of analysis carried out, it can be drawn the conclusion that the role-playing techniques can reduce bullying behaviors in students of class VIII D in SMP N 1 Tempel Sleman Yogyakarta. Bullying behavior before treatment is given mostly in the medium category. After being given treatment method using role-playing, the perpetrators are able to reduce bullying behaviours. In addition, there is a growing empathy
2 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 7 Tahun ke- 4 2015
from witnesses of bullying behavior so it can suppress the bullying behavior. This is shown based on the average numbers (mean) that reached experience a decrease in bullying 17,41 to 12,72, and on the victims the numbers decreased from 19,69 to 15,00 and on the witnesses 4,34 to 3,14. In addition, the percentage on bullying behavior on the perpetrators decreased by 25,3%, on the victims it decreased by 22,7% and on the witnesses it decreased by 29,9%. Categorization on pre cycle and cycle I also experienced a decreasing in bullying behavior that is entirely became low category. Therefore, based on the interpretation of the results of observation, the scale, and the results of interview with BK teachers as facilitators and researchers determine not to continue to cycle II. Keywords : role-playing methods, bullying behavior terhadap anak yang lebih lemah baik fisik
PENDAHULUAN Bullying adalah adalah penggunaan
atau psikis.
kekuasaan atau kekuatan dengan tujuan
Bullying
memiliki
beberapa
menyakiti orang atau kelompok yang lebih
karakteristik, diantaranya yaitu, adanya
lemah, sehingga korban merasa tertekan
agresi
atau trauma dan tidak berdaya. Bullying
menyakiti korbannya secara fisik dan
sudah menjadi trend jaman sekarang yang
verbal, bullying dilakukan secara berulang-
mulai ditiru oleh siswa dari SMP, SMA
ulang, dan adanya kesenjangan antara
bahkan hingga terjadi pada siswaTK dan
pelaku dan korban dimana pelaku adalah
SD.
seseorang yang kuat secara fisik dan Istilah Bullying diambil dari bahasa
dan
mental
keinginan
sedangkan
pelaku
korban
untuk
merupakan
Inggris, yaitu bull berarti hewan banteng.
seseorang yang lemah, baik fisik maupun
Bullying
mana
mental. Dalam tindakan bullying terdiri
seseorang atau suatu kelompok orang yang
dati dua pihak yang memiliki peran saling
menyalahgunakan
berlawanan yaitu antara pelaku bullying
adalah
perilaku
di
kekuatan
atau
kekuasaan yang dimiliki. Tindakan dapat
atau orang yang
dikatakan
dilakukan
bullying dan korban bullying yaitu orang
menyakiti
yang dikenai tindakan bullying.
bullying
berulang kali
apabila
dengan
niat
melakukan tindakan
korban dan korban merasa tertindas atau
Pelaku bullying biasanya merupakan
terintimidasi atas tindakan tersebut. Pelaku
siswa atau kelompok yang memiliki sifat
bullying adalah mereka yang kuat baik
anti sosial sehingga memiliki kebiasaan
fisik maupun mental (SEJIWA, 2008 : 2).
melanggar aturan. Pendapat lain yang
Menurut Pony Retno Astuti (2008 : 2),
hampir sama dengan kedua pendapat di
bullying adalah bagian dari tindakan agresi
atas adalah menurut Pony Retno Astuti
yang
(2008 : 55), karakteristik pelaku bullying
dilakukan
berulang
kali
oleh
seseorang atau anak yang lebih kuat
sebagai berikut:
Mengurangi Perilaku Bullying ... (Hendra Krisnadi Darmawan) 3
1.
Hidup berkelompok dan menguasai
atau frustasi dengan keadaan yang
kehidupan social siswa di sekolah.
dihadapi maka korban memilih tidak
Pelaku mempunyai atau membentuk
masuk sekolah guna menghindar dari
kelompok yang berisi siswa yang
pelaku.
populer. Mereka merupakan siswa-
2.
Sering menangis, ketakutan, marah
siswa populer yang menjadi penguasa
tanpa sebab. Karena korban sering
social di sekolah
menjadi pusat perhatian dengan alasan
Menempatkan diri di tempat tertentu
yang
di
berpeluang melakukan bullying pada
sekolah.
mempunyai
Pelaku tempat
biasanya tongkrongan
tersendiri di sekolah. Biasanya tempat yang sepi dan bebas dari pengawasan guru
3.
3.
seperti
kantin,
lorong
tidak
korban
seperti
pelaku
mengejek
atau
menggertak. Tindakan bullying pada dasarnya dilakukan untuk menyakiti orang lain. Tindakan
Merupakan siswa popular di sekolah.
dilakukan dengan beragam cara. Tindakan
Pelaku
bullying sendiri memiliki bentuk yang
merupakan
siswa
yang
menyakiti
tersebut
dapat
popular, baik populer karena fisiknya
beragam. Menurut Andri Priyatna (2010 :
atau tingkah lakunya yang agresif.
3) menjelaskan lebih ringkas mengenai
karakteristik kuat, agresif, mudah emosi dan popular, maka korban bullying adalah seseorang
yang
karakteristiknya
bentuk bullying yaitu: 1. Fisikal:
mendorong,
2. Verbal: panggilan,
menjelaskan karakteristik korban bullying
mengancam
sebagai berikut :
3. Sosial:
Pemalu, pendiam, bodoh. Korban yang
memiliki
kekurangan
atau
memukul,
menjewer, mencubit
sebaliknya. Pony retno astuti (2008 : 55)
2.
maka
sekolah,sudut lapangan sekolah.
Apabila pelaku bullying memiliki
1.
jelas,
mengolok-olok
nama
menakut-nakuti,
menyebarkan
gosip,
mempermalukan di depan umum. Semua
bentuk
bullying
pasti
berbeda dengan yang lain seperti
membawa dampak buruk bagi korbannya.
pendiam,
karena
Bullying membuat korbannya mengalami
kurang populer merupakan sasaran
perubahan perilaku yang negatif. Secara
pelaku bullying.
fisik, bullying mengakibatkan luka di
Sering tidak masuk sekolah dengan
tubuh korbannya. Secara psikis, bullying
alasan tidak jelas, karena korban
membuat korbannya merasa tidak aman,
terlalu takut dengan pelaku bullying
takut, terintimidasi, rendah diri, sulit
pemalu,
bodoh
4 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 7 Tahun ke- 4 2015
konsentrasi
dalam
belajar,
bersekolah,
prestasi
belajar
enggan menurun,
Sekolah
merupakan
lembaga
pendidikan formal yang secara sistematik
bahkan korban bullying bisa tidak percaya
melaksanakan
pada lingkungannya. Akibat terburuk dari
pengajaran dan latihan dalam rangka
bullyingadalah anak mengalami tekanan
membantu siswa agar mengembangkan
mental yang beujung pada stres dan
aspek – aspek yang ada dalam dirinya baik
percobaan bunuh diri.
menyangkut
Besarnya pengaruh bullying bagi perkembangan
seseorang
kegiatan
aspek
bimbingan,
moral-sepiritual,
emosional, sosial maupun intelektual.
dapat
Di dalam lingkungan sekolah guru
menjadikan orang tua maupun pihak
bertugas meningkatkan intelektual siswa
sekolah lebih mawas diri dan mencari
dan tidak hanya itu guru juga bertugas
solusi untuk mengurangi perilaku bullying.
membimbing pertumbuhan nilai – nilai,
Mengingat perilaku bullying marak terjadi
sikap, dan perilaku dalam diri siswa.
di usia remaja. Hal ini dikarenakan pada
Sekolah juga merupakan tempat khusus
usia remaja, anak mengalami masa transisi
untuk
dari
mengubah perilaku siswa secara menetap
anak-anak
menuju
dewasa.
membangun
Perkembangan anak tidak hanya terjadi
dalam
pada fisik namun juga psikis anak. Hal
masyarakat.
inilah mengapa pada usia remaja disebut masa pencarian jati diri. Remaja sering
hubungan
kepribadian
sebagi
atau
anggota
Gangguan sosial yang dialami siswa seringkali membuat para guru kewalahan
mencontoh atau
dalam
mendidik dan mengarahkan siswa
terpengaruh hal-hal disekitarnya salah
agar dapat terarah oleh aturan yang
satunya
semestinya.
pergaulan
dengan
teman-
Menurut
Hurlock
temannya. Hal inilah yang menjadikan
(SyamsuYusuf,
anak usia remaja kerap kali terlibat dalam
merupakan faktor penting sebagai penentu
tindakan bullying. Untuk mencegah atau
bagi
mengurangi terjadinya tindakan bullying
(siswa), baik dalam cara berfikir, bersikap,
pada remaja dibutuhkan peran besar orang
maupun perilaku. Dengan demikian siswa
tua dalam mendidik dan
mengawasi
di harapkan tidak melakukan hal yang
perkembangan anak, selain itu sekolah
tidak sesuai tata tertib sekolah atau bahkan
juga memiliki peranan yang tidak kalah
memperlihatkan perilaku yang merugikan
besar dalam mencegah dan mengurangi
orang lain. Salah satunya adalah tindakan
tindakan bullying yang kerap kali terjadi
bullying.
pada anak khususnya usia remaja.
2001:
perkembanga
95)
kepribadian
sekolah
anak
Mengurangi Perilaku Bullying ... (Hendra Krisnadi Darmawan) 5
Olweus, 2005
(Coloroso
tahun
karakter tokoh yang diperankannya itu.
2006) menjelaskan bahwa dalam konteks
Bermain peran atau role-playing, selain
dunia pendidikan khususnya di sekolah,
merangsang kecerdasan interpersonal, juga
istilah bullying merujuk pada perilaku
dapat merangsang
agresif yang dilakukan berulang–ulang
(Tadkiroatun Musfiroh, 2005:246).
kecerdasan bahasa.
oleh seseorang atau kelompok siswa yang
Kekerasan pada anak tidak hanya di
memiliki kekuasaan terhadap siswa atau
rumah, masyarakat tetapi di sekolah pun
siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan
sering terjadi. Peserta didik yang kondisi
menyakiti orang tersebut.
fisiknya lebih lemah sering kali ditindas
Kecendrungan
agresif
oleh peserta didik yang fisiknya lebih kuat
berkaitan erat dengan afektif siswa. Afektif
atau mereka yang lebih dewasa secara
merupkan
yang
usia. Anak yang lemah atau tidak berdaya
dan
hanya bisa diam dan menerima perlakuan
menggambarkan sesuatu bentuk di luar
kasar secara verbal ataupun non-verbal
ruang lingkup kesadaran, misalnya: bakat,
yang terus menerus menimpa.
aspek
perilaku
tingkah
mencakup perasaan
laku
serta emosi
minat, konsep diri, dan lain sebagainya.
Berdasarkan observasi yang telah
Perilaku agresif merupakan bentuk afektif
dilakukan
khususnya sikap, hal ini dapat dilihat
terjadi diantaranya yaitu perilaku anak
sebagai kesiapan untuk selalu menanggapi
yang agresif yang merugikan teman-teman
dengan cara tertentu dan menekankan
di lingkungan sekitar sekolah. Hal ini
implikasi
tampak dalam pengamatan yang dilakukan
perilakunya
(Stuart
Oskamp,1991).
dilapangan,
masalah
yang
di SMP N 1 TEMPEL. Perilaku merugikan
Terkait hal tersebut siswa dengan
teman dan infrastruktur yang tersedia
gangguan perkembangan sosialnya yang
disekolah terjadi setiap hari bahkan banyak
dapat merugikan orang lain. Siswa perlu
siswa yang tiap hari mengadu sebagai
belajar untuk mengenal peran orang lain
korban bullying di sekolah.
karena bermain peran diyakini oleh para
Muhamad Fatah (Fatah) kelas VIII
ahli sebagai bentuk permainan yang paling
D mengaku dirinya setiap hari selalu
berperan dalam pengembangan sosial anak
diejek oleh teman–temannya setiap di
didik. Melalui permainan bermain peran,
kelas karena kondisi fisiknya yang paling
siswa belajar melihat prespektif orang lain.
kecil dibandingkan yang lain. Teman–
Ketika berperan sebagai seseorang, anak
teman yang beda kelas pun sering ikut–
akan berusaha menghayati tugas dan
ikutan mengejek. Adam kelas VIII D
profesi tokoh sekaligus belajar memahami
mengaku ketika dia mengejek orang lain
6 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 7 Tahun ke- 4 2015
hingga orang lain tersudut, ia merasakan
dan diejek oleh teman lain hingga saya
kepuasaan tersendiri dalam dirinya. Dia
menangis. Pastinya saat saya menagis,
juga mengatakan menjaili teman seperti
perhatian tertuju pada saya sehingga
mencubit, menendang, bahkan mendorong
pelajaran pun sempat terhentikan”.
temannya merupakan hal yang biasa dalam
Dari pemaparan dia atas, guru BK
bercanda, meskipun sering kali berujung
maupun pihak sekolah sudah berusaha
pada perkelahian.
untuk mengatasi
Bullying yang terjadi di SMP N 1
permasalahna bullying
dengan bebagai cara, misalnya dengan
TEMPEL tidak hanya terjadi pada siswa
metode konseling individual, konseling
saja, bahkan hal ini juga terjadi antara
kelompok,
siswi
sudah
pemanggilan orang tua bahkan hingga
Hal ini
pengeluaran siswa. Namun hal ini belum
disampaikan oleh guru BK (Bimbingan
bisa untuk menangani berbagai bentuk
dan Konseling) SMP N 1 TEMPEL.
bullying siswa. Keadaan ini tentunya tidak
Frekuensi pengaduan yang tinggi pada
dapat dibiarkan terus menerus. Dilihat dari
guru serta pengamatan langsung dari
permasalahan-permasalahan
peneliti menggambarkan betapa seringnya
di sekolah tersebut maka dipilihlah metode
bullying terjadi di sekolah tersebut.
bermain peran atau role-playing sebagai
perempuan dan
bahkan
merupakan hal yang biasa.
Selain itu, masalah yang dilakukan
suatu
hukuman
penanganan
skors
atau
yang terjadi
terhadap
perilaku
anak yaitu perilaku anak yang sulit
bullying yang dilakukan oleh peserta didik
dikendalikan. Hal ini dapat dibuktikan
disekolah tersebut.
pada saat berinteraksi langsung dengan
Bermain peran merupakan metode
anak dimana anak sangat sulit untuk diatur
yang sering digunakan dalam mengajarkan
dan diarahkan. Dilihat dari segi akademik,
nilai-nilai
prestasi belajar siswa cenderung turun, hal
masalah yang dihadapi dalam hubungan
ini dapat diamati dari bukti tertulis pada
sosial dengan diberikan berbagai peran
rapor anak dan kemampuan kognitif anak
tertentu dan melakukan peran tertentu,
pada saat berada dikelas. Keadaan ini
serta mendiskusikannya di kelas (Ibrahim
banyak dikeluhkan para siswa khususnya
dan
korban yang merasa tidak nyaman belajar
menurutSudjana
di sekolah karena adanya berbagai bentuk
bermain peran adalah teknik
bullying. Korban (Fatah) berujar, “ketika
pembelajaran
saya di dalam kelas saat proses belajar
kemampuan penampilan peserta didik
mengajar berlangsung, saya pernah dicubit
untuk memerankan status dan fungsi pihak
dan memecahkan
Nana,
2010). (2005,
masalah-
Sedangkan 134),
teknik kegiatan
yang menekankan
pada
Mengurangi Perilaku Bullying ... (Hendra Krisnadi Darmawan) 7
lain yang terdapat pada kehidupan nyata.
dapat merasakan apa yang dirasakan
Kelebihan metode bermain peran ini
korban sehingga sadar akan kesalahannya.
adalah lebih menarik peserta didik agar
Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah
mereka
untuk
untuk mengurangi perilaku bullying di
berinteraksi dan memainkan peran sebagai
SMP N 1 TEMPEL kelas VIII D melalui
orang lain sehingga pemaknaan peran akan
metode bermain peran (role-playing).
lebih cepat untuk dipahami anak, sehingga
METODE PENELITIAN
dapat
lebih
rileks
secara perlahan anak akan mengetahui
Penelitian
ini
merupakan
jenis
perilaku yang mereka lakukan merugikan
penelitian tindakan kelas (PTK), atau CAR
orang lain dan perilaku tersebut harus
(Classroom
diubah.
bertujuan bukan hanya mengungkapkan
Action
Research).
PTK
Alasan dipilihnya metode bermain
penyebab dari berbagai permasalahan yang
peran atau role-playing untuk peserta didik
dihadapi, misalnya kesulitan siswa dalam
adalah sebagai suatu
yang
memahami pokok-pokok bahasan tertentu
digunakan untuk menangani peserta didik
tetapi yang lebih penting lagi adalah
dengan perilaku bulliying yang
memberikan solusi berupa tindakan untuk
menjadi
kebiasaan
tindakan
siswa,
sudah
sehingga
mengatasi
berbagai
permasalahan
merugikan orang lain baik teman-teman
pembelajaran tersebut. Penelitian Tindakan
atau lingkungan sekolah. Dengan cara
Kelas dalam penelitian ini menggunakan
bertukar peran antara korban menjadi
model Kemmis & McTaggart yang terdiri
pelaku bullying dan sebaliknya pelaku
spiral perencanaan, tindakan, observasi
menjadi
dan releksi (Suwarsih Madya, 2007: 64).
korban.
Metode
ini
sangat
memungkinkan untuk menyadarkan pelaku bahwa yang
ia
adalah
N 1 Tempel.Penelitian ini dilakukan pada
kesalahan. Dengan memerankan korban
siswa kelas VIII D SMP N 1 Tempel yang
sebagai
korban
terdiri dari 31 siswa. Subjek penelitian
tersadarkan bahwa apa yang dilakukan
tindakan ini adalah peserta didik kelas VIII
pelaku merupakan kesalahan, sehingga
D SMP N 1 Tempel. Alasan kelas VIII D
korban
sebagai subjek penelitian karena kelas
pelaku
tidak
lakukan
itu
Penelitian ini dilaksanakan di SMP
diharapkan
akan
menjadi
pelaku
dikemudian hari sebagai bentuk balas
tersebut
dendam. Melalui metode ini dapat melatih
perilaku bullying sebagian merupakan
korban agar asertif dan korban tegas
pelaku bullying, sebagian menjadi korban
membela
tidak
dan saksi yang membiarkan terjadinya
melakukan pada orang lain. Bagi pelaku,
perilaku bullying. Hal ini dibuktikan
hak-haknya
agar
mempunyai
masalah
dalam
8 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 7 Tahun ke- 4 2015
dengan adanya anak-anak yang berperilaku
validitas menurut Suharsimi Arikunto,
bullyingyang sering menganggu teman-
validitas
temannya seperti, saling mengejek di
menunjukkan
sekolah.
kesahihan
suatu
instrumen
yang
Penelitian tindakan kelas yang akan
adalah
suatu
tingkat
ukuran
yang
kevalidan
atau
instrumen. valid
dan
mempunyai
kelas
model
sebaliknya instrumen yang kurang valid
(Suharsimi
dan sahih mempunyai validitas yang
Arikunto, 2002:84) yang terdiri dari satu
rendah (Suharsimi Arikunto, 2006: 168).
siklus
siklus
Perhitungan validitas dilakukan dengan
menggunakan empat tahap tindakan yaitu
rumus Korelasi Product Moment dari Karl
perencanaan,
tindakan,
Pearson. Uji instrumen yang kedua adalah
observasi, dan refleksi dalam suatu spiral
uji reliabilitas. Menurut Azwar (2010:83)
yang saling berkait.Setting penelitian yang
reliabilitas sebenarnya mengacu kepada
peneliti lakukan adalah dengan beberapa
konsistensi atau kepercayaan hasil ukur,
siklus dengan ketentuan masing-masing
yang mengandung
siklus dilakukan dengan 3 pertemuan.
pengukuran.Reliabilitas digunakan untuk
Kemmis
menggunakan
&
McTaggart
dan
masing-masing
pelaksanaan
Teknik pengumpulan data yang
yang
sahih
peneliti lakukan adalah penelitian tindakan dengan
validitas
Suatu
tinggi,
makna kecermatan
mengukur item soal yang bersifat dapat
digunakan dalam penelitian ini yaitu skala.
dipercaya atau tetap. Uji reliabilitas dalam
Skala dalam penelitian ini menggunakan
penelitian ini reliabilitas instrumen diukur
skala tertutup, yang sudah disediakan
dengan menggunakan rumus Alpha dari
jawabannya sehingga responden tinggal
Chornbach.
memilih. Dalam skala yang menggunakan
Analisis data yang digunakan dalam
skala likert, responden diminta untuk
penelitian ini adalah analisis deskriptif
menjawab
kuantitaf, dengan menggunakan langkah-
suatu
pertanyaan
dengan
alternatif pilihan jawaban yang tergantung
langkah perhitungan sebagai berikut:
dari data penelitian yang diperlukan oleh
1.
peneliti.
skor
ideal
atau
skor
maksimum untuk perilaku bullying, yaitu hasil perkalian dari skor tertinggi
Penelitian ini dipergunakan satu instrumen
Mencari
berbentuk
mengetahui instrumen valid dan reliabel
skala.
dengan jumlah item angket.
Untuk
tersebut adalah
diketahui melalui uji
2.
Menjumlahkan skor yang diperoleh tiap subjek. Jumlah
skor subjek
validitas dan uji reliabilitas instrumen. Uji
merupakan penjumlahan dari
instrumen
subjek setiap item.
yang
pertama
adalah
Uji
skor
Mengurangi Perilaku Bullying ... (Hendra Krisnadi Darmawan) 9
3.
Mencari prosentase hasil sekala.
dalam kategori tinggi sebanyak 3 siswa
HASIL PENELITIAN DAN
(10,3%),
PEMBAHASAN
sebanyak 25 siswa (89,7%) dan dalam
A Hasil Penelitian
kategori rendah tidak ada. Dengan
Subjek dalam penelitian
ini
dalam
demikian
kategori
sebagian
besar
sedang
perilaku
adalah siswa kelas VIII D di SMP N 1
bullying siswa sebagai pelaku dalam
Tempel Sleman Yogyakarta berjumlah
kategori sedang. Hasil
31 siswa yang terdiri dari 13 siswa
pre-test
pada
korban
laki-laki dan 18 siswa perempuan.
perilaku bullying menunjukan bahwa
Namun pada saat pelaksanaan tindakan
29 siswa sebagai korban bullying pada
terdapat 2 siswa yang tidak hadir
pra siklus untuk kategori sangat tinggi
sehingga dalam penelitian ini hanya
tidak
menggunakan 29 subyek penelitian.
sebanyak 7 siswa (24,1%), dalam
ada,
dalam
kategori tinggi
tindakan
kategori sedang sebanyak 22 siswa
dilaksanakan oleh peneliti melalui
(75,9%) dan dalam kategori rendah
observasi dan melakukan pre-test pada
tidak ada. Dengan demikian sebagian
siswa kelas kelas VIII D di SMP N 1
besar periku bullying sebagai korban
Tempel Sleman Yogyakarta. Hasil
bullying dalam kategori sedang. Hasil
observasi awal menunjukkan bahwa
pretest pada saksi perilaku bullying
siswa kelas VIII D sering melakukan
menunjukan bahwa dari 29 siswa
tindakan bullying seperti mengolok-
sebagai saksi bullying pada pra siklus
olok,
teman,
untuk kategori sangat tinggi sebanyak
tentang
3 siswa (10,3%), dalam kategori tinggi
teman ke temannya yang lain bahkan
sebanyak 5 siswa (17,2%), dalam
tindakan bullying berupa kontak fisik
kategori sedang sebanyak 12 siswa
juga kerap dilakukan seperti memukul,
(41,4%) dan dalam kategori rendah
mencubit, dan mendorong siswa yang
sebanyak 9 siswa (31,0%). Dengan
lain. Hal ini terjadi karena kurangnya
demikian
sikap sosial dan rasa menghargai antar
bullying sebagai saksi bullying dalam
siswa.
kategori sedang.
Kegiatan
pra
mengerjain
menggosip/menyebarkan isu
Hasil
pre-testdari
29
siswa
sebagian
Setelah
besar
diberikan
periku
treatment
menunjukkan bahwa perilaku bullying
dengan
metode role-playing
yang
sebagai pelaku bullying pada pra siklus
dilakukan dalam satu siklus dan terdiri
untuk kategori sangat tinggi tidak ada,
dari 3 pertemuan tiap treatment-nya
10 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 7 Tahun ke- 4 2015
kemudian diadakan post-test untuk
berkelahi mulai berkurang. Siswa
mengetahui hasil penerapan metode
tidak lagi suka
mengolok-olok
role-playing tersebut. hasil post-test
temannya
menjadikannya
pada pelaku perilaku bullyingdari 29
bahan tertawaan.
siswa menunjukkan bahwa perilaku
menegur dan membela apabila ada
bullying pada pelaku bullying pada
teman yang berperilaku bullying
siklus I setelah diberikan tindakan
kepada teman yang lain.
role-playing keseluruhan siswa dalam kategori sedang (100%). Hasil
Siswa berani
Antar siswa saling menghargai dan menghormati, hal ini ditunjukkan
post-test pada
korban
perilaku bullying adalah dari 29 siswa
dengan siswa-siswa yang rukun dan tidak meremehkan teman.
menunjukkan bahwa perilaku bullying
Penurunan sikap tersebut bisa
pada korban bullying pada siklus I
terjadi karena ada kesadaran dalam diri
setelah diberikan tindakan role-playing
peserta didik setelah melakukan role-
seluruh siswa dalam kategori sedang
playing.
(100%). Sedangkan post-test
pada
bersimpati terhadap temannya dan
saksi perilaku bullying adalah, dari 29
dapat merasakan bagaimana rasanya
siswa menunjukkan bahwa perilaku
menjadi korban, saksi, maupun pelaku
bullying pada saksi bullying pada
tindakan bullying. Siswa yang tadinya
siklus I setelah diberikan tindakan
suka melakukan tindakan bullying pada
role-playing sebagian besar dalam
teman yang lain menjadi enggan
kategori rendah sebanyak 14 siswa
melakukan tindakan bullying dan lebih
(48,3%). Sementara sisanya dalam
mampu bertoleransi dan menghargai
kategori sedang sebanyak 10 siswa
antar teman. Siswa-siswa yang tadinya
(34,5%) dan kategori tinggi sebanyak 5
hanya melihat saja atau ikut mengolok-
siswa (17,2%).
olok korban tindakan bullying setelah
Berdasar
hasil
pengamatan
diberi
Siswa
tindakan
menjadi
menjadi
lebih
lebih
pasca siklus I siswa menunjukkan
bersimpati dan membantu teman yang
adanya penurunan perilaku bullying
menjadi korban bullying teman yang
pada
lain.
siswa,
hal
ini
ditunjukkan
dengan: 1.
2.
dan
B Pembahasan
Perilaku bullying siswa, seperti mengolok-olok, memukul,
menggosip,
mendorong
atau
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa teknik bermain peran dapat mengurangi
perilaku
bullyingpada
Mengurangi Perilaku Bullying ... (Hendra Krisnadi Darmawan) 11
siswa kelas VIII D di SMP N 1 Tempel
berperan terutama siswa yang tidak
Sleman
ini
pernah melakukan perilaku bullying,
ditunjukkan dengan kategorisasi pada
namun akhirnya siswa dapat saling
pra siklus dan siklus I juga mengalami
menyesuaikan. Metode role-playing
penurunan perilaku bullying sebagian
sangat bermanfaat dalam mengurangi
besar menjadi kategori rendah. Selain
perilaku bullying”.
itu
Yogyakarta.
setelah
Hal
dilakukan
menggunakan
metode
treatment role-playing
KESIMPULAN Simpulan
diketahui bahwa kesadaran pelaku
Berdasarkan data yang diperoleh dari
menurunkan perilaku Bullying. Terjadi
hasil analisis yang dilakukan maka dapat
juga peningkatan empati pada pelaku
ditarik kesimpulan bahwa teknik bermain
dapat menyadarkan pelaku bahwa yang
peran
ia lakukan adalah sebuah kesalahan.
bullyingpada siswa kelas VIII D di SMP N
Korban yang mempunyai sifat asertif
1 Tempel Sleman Yogyakarta. Perilaku
akan mengurangi perilaku bullying
bullying
dimasa selantjutnya.
sebagian besar dalam kategori sedang.
Korban juga
dapat
mengurangi
sebelum
perilaku
diberikan
treatment
seharusnya tidak hanya diam saja
Setelah diberikan treatment menggunakan
mendapat perilaku bullying, hal ini
metode role-playing terjadi kesadaran
agar dapat menyadarkan pelaku bahwa
pelaku dapat menurunkan/ mengurangi
yang ia lakukan adalah salah. Seorang
perilaku bullying. Selain itu terdapat
saksi yang hanya diam saja juga akan
peningkatan empati dari saksi prilaku
menimbulkan
bullying sehingga dapat menekan perilaku
menjadikannya
potensi,
yang
sebagai
akan korban
bullying.
selanjutnya. Saksi yang asertif dan mau
Hal ini ditunjukkan skor rata-rata
bertindak atau ikut melawan bullying
(mean) yang dicapai siswa mengalami
dapat mengurangi jumlah korban dan
penurunan
pelaku bullying.
awalnya 17,41 menjadi 12,72, pada korban
Hasil
penelitian
ini
juga
pada
pelaku
bullyingpada
bullyingd ari 19,69 menjadi 15,00 dan
menunjukkan bahwa siswa menyukai
sebagai saksi bullyingdari 4,34 menjadi
penerapan metode role-playingdalam
3,14. Selain itu, persentase penurunan
layanan Bimbingan dan Konseling. Hal
perilaku
ini
bullyingmengalami
juga
sebagaimana
yang
bullyingpada
pelaku
penurunan
sebesar
dikemukakan oleh guru BK, “awalnya
25,3%, pada korban bullyingmengalami
ada beberapa siswa masih kesulitan
penurunan sebesar
22,7%
dan saksi
12 Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 7 Tahun ke- 4 2015
bullyingmengalami
sebesar
manfaat metode role-playing dalam
29,9%. Kategorisasi pada pra siklus dan
layanan Bimbingan dan Konseling
siklus
misalnya dikaitkan dengan kenakalan
I
juga
penurunan
mengalami
penurunan
perilaku
bullyingseluruhnya
kategori
rendah.Oleh
menjadi
karena
itu,
remaja
sehingga
menyempurnakan penelitian ini.
berdasarkan hasil interpretasi skala, hasil
DAFTAR PUSTAKA
observasi, dan hasil wawancaraguru BK
Andri
Priyatna. (2010). Let’s End Bullying. Memahammi, Mencegah dan Mengatasi Bullying. Jakarta: PT Elex Media Kompotindo.
sebagai fasilitator dan peneliti menentukan untuk tidak melanjutkan pada siklus II. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan saran sebagai berikut : 1. Dalam
penerapan
metode
playinghendaknya mempersiapkan
roleguru
perangkat/fasilitas
pembelajaran secara lengkap, serta memberikan motivasi kepada siswa untuk
tidak
melakukan
perilaku
bullying.
Nana Sudjana .(2005). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Ponny retno astuti. (2008). Merendam Bullying. Jakarta: grasindo R. Ibrahim & Nana Syaodih. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Saifuddin Anwar. (2001). Tes Prestasi . Yogyakarta : Pustaka Pelajar Sejiwa
2. Metode role-playing terbukti dapat menurunkan perilaku bullying. Oleh
dapat
(2008), bullying: mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar anak. Jakarta:grasindo
karena itu, guru disarankan untuk menerapkannya
dalam
Bimbingan dan Konseling.
layanan Hal
tersebut perlu dilakukan, mengingat dengan menggunakan metode roleplaying mampu menyadarkan siswa tentang dampak perilaku bullying, sehingga
mampu
menurunkan
Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. . (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. . (2010).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :Rineka Cipta
perilaku bullying. 3. Disarankan untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih mendalam tentang
Suwarsih Madya. (2007). Penelitian Tindakan : Teori dan Praktik. Bandung : Alfa Beta
Mengurangi Perilaku Bullying ... (Hendra Krisnadi Darmawan) 13
Tadkiroatun Musfiroh. (2005). Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta : Depdiknas