1.
Pendahuluan
Penggunaan internet di lingkungan pendidikan mengalami peningkatan yang cepat, seiring dengan dianjurkannya pemanfaatan internet sebagai salah satu media pembelajaran di sekolah-sekolah. Penggunaan internet tidak hanya sekedar mencari informasi, tetapi juga sebagai media publikasi dan komunikasi sekolah dalam meningkatkan mutu dan kualitas sekolah yang direalisasikan dalam sebuah website sekolah. Bahkan saat ini sedang digalakkan pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran elektronik atau pembelajaran berbasis internet (e-learning) dimana siswa dan guru bisa saling berkomunikasi melakukan pembelajaran dan ujian secara online dari manapun dan kapanpun. Problema sistem pendidikan di Indonesia masih mengacu pada metode “teacher center learning” dimana guru dijadikan titik sentral keberhasilan siswa karena yang aktif dalam proses pengajaran adalah guru, sementara siswa pasif [1] Student-Centered Learning (SCL) atau yang sering juga dikenal dengan Learner-Centered Teaching adalah suatu paradigma atau metode dalam dunia pembelajaran dan pengajaran dimana di dalamnya siswa atau mahasiswa memiliki tanggung jawab atas beberapa aktivitas penting seperti perencanaan pembelajaran interaksi antara guru dan sesama pelajar, penelitian, dan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dikerjakan [1]. Paradigma baru ini muncul sebagai jawaban atas paradigm lama yang cenderung berpihak kepada Teacher-Centered Learning (TCL). Berdasarkan wawancara dan observasi selama melakukan PPL di SMK Bina Nusantara, dapat diketahui bahwa pada saat mata pelajaran Produktif siswa merasa bosan dikarenakan guru menyampaikan materi dengan cara konvensional, yaitu guru menyampaikan materi dengan ceramah dan siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Komunikasi guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidaklah semudah yang dibayangkan. Dalam kenyataanya, terkadang siswa hanya sekedar datang dan duduk di kelas akan tetapi pesan yang disampaikan dalam pembelajaran tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa. Terbatasnya waktu belajar mengajar dikelas terkadang menghalangi para guru dalam memberikan semua materi pelajaran kepada siswanya. Hal ini menjadi masalah tersendiri bagi guru yang ingin menyampaikan materi secara detail kepada para siswa. Kesulitan ini banyak dikeluhkan oleh siswa dan guru yang terkadang materi yang butuh penjelasan dalam waktu yang lama justru harus dijelaskan waktu yang singkat. Berdasarkan permasalahan di atas, dengan adanya proses pembelajaran konvensional pada mata produktif di SMK Bina Nusantara (Binusa) Ungaran, pembelajaran berbasis komputer telah terbukti bisa lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran [2]. Berdasarkan latar belakang tersebut, diajukanlah penelitian untuk menggali potensi beserta manfaat yang dapat diberikan dari web e-learning Binusa terhadap proses pembelajaran siswa. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan batasan masalah pada Penggunaan metode kolaboratif dengan media web e-learning Binusa sebagai
6
media belajar dalam Mata Pelajaran Produktif di SMK Bina Nusantara Ungaran khususnya pada kelas X TKJ1.Siswa akan melaksanakan proses pembelajaran online. Siswa dapat mengunduh materi dan dapat berkomunikasi dengan guru atau siswa lainya diluar jam pelajaran. 2.
Kajian Pustaka
Penelitian oleh Urip Widodo dengan judul Penerapan Metode Kolaboratif Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Membaca Gambar Sketsa Di SMK Negeri 2 Klaten ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kolaboratif berdampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, baik itu dari hal afektif maupun psikomotoriknya. Ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setelah adanya penerapan pembelajaran kolaboratif ini. Dalam proses penelitian ini dilakukan 3 tahap penelitian dan dilakukan dalam 2 siklus. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan serta refleksi tindakan. 3 tahapan ini dilakukan dalam 2 siklus penelitian. Pada siklus I dan siklus II terdapat perubahan keaktifan siswa yang semakin meningkat. Penerapan metode kolaboratif dalam proses pembelajaran membaca gambar sketsa terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar kognitif siswa. Ditunjukkan dengan hasil tes siswa yang dilakukan pada saat pra siklus, siklus I, dan siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas. Siswa yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) juga meningkat jumlahnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya nilai rata-rata kelas pada saat pra siklus yaitu 7,1. Sedangkan pada saat siklus I cukup mengalami perubahan dan mengalami peningkatan menjadi 7,8 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 8,2. Jumlah siswa yang mencapai KKM juga meningkat dari yang semula pra siklus 11 orang, siklus I menjadi 20 orang dan pada siklus II meningkat menjadi 28 orang. Perubahan ini menunjukkan bahwa dengan adanya penerapan metode kolaboratif dalam pembelajaran membaca sketsa gambar memberikan dampak positif terhadap prestasi siswa. Penelitian lain “Penerapan Aplikasi E-learning Berbasis Web di STIMIK AMIKOM Purwokerto”, disusun oleh Supangkat Eka Prasetya (10.11.00.49) Jurusan Teknik Informatika STIMIK AMIKOM Purwokerto tahun 2009. Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelompok, namun tujuannya bukan untuk mencapai kesatuan yang didapat melalui kegiatan kelompok. Namun para siswa dalam kelompok didorong untuk menemukan beragam pendapat atau pemikiran yang dikeluarkan oleh tiap individu dalam kelompok. Pembelajaran tidak terjadi dalam kesatuan, namun pembelajaran merupakan hasil dari keragaman atau perbedaan [3]. Di dalam pembelajaran kolaboratif diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok belajar dan setiap anggota kelompok tersebut harus bekerja secara aktif untuk meraih tujuan yang telah ditentukan dalam sebuah kegiatan dengan struktur tertentu sehingga terjadi proses pembelajaran yang penuh makna[4]. Langkah-langkah dalam penerapan metode kolaboratif ialah: a)
7
mengorientasi siswa; b) membentuk kelompok belajar; c) menyusun tugas pembelajaran; d) memfasilitasi kolaborasi siswa; e) menilai dan mengevaluasi pembelajaran kolaboratif yang telah dilaksanakan [4]. Dalam kelas yang menggunakan model pembelajaran kolaboratif, pembelajaran yang terjadi adalah pengetahuan yang terbagi antara guru dan siswa. Dengan demikian, guru maupun siswa dianggap sebagai sumber informasi. Keadaan ini berbeda dengan keadaan yang terjadi dalam kelas tradisional. Di dalam kelas tradisional guru dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dan pengetahuan serta pembelajaran yang terjadi itu berpusat pada guru sebagai sumber informasi. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara berkelompok untuk mendapatkan pengetahuan serta mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran kolaboratif siswa turut aktif dalam pembelajaran guna menghasilkan pembelajaran yang bermakna. E-learning memiliki banyak definisi. E-learning merupakan satu jenis belajar-mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lainnya [5]. E-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer, maupun komputer standlone (mandiri). E-learning tidak berarti menggantikan model pembelajaran konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan. E-learning merupakan istilah yang mengacu pada pembelajaran yang ditunjang dengan teknologi yang menggunakan seperangkat alat pengajaran dan pembelajaran seperti telefoni, audio, vedeotape, telekonferensi, transmisi satelit [5]. Secara lebih sederhana, Allan mendefinisikan e-learning sebagai pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer, atau biasanya internet [5]. E-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang berlandaskan tiga kriteria. Pertama, merupakan jaringan dengan kemampuan memperbarui, meyimpan, mendistribusikan, dan membagi materi ajar atau informasi. Kedua, pengiriman sampai kepada pengguna dengan komputer menggunakan internet standar. Ketiga, memfokuskan pada pandangan paling luas tentang pembelajaran dibalik paradigma pembelajaran tradisional [5]. Setidaknya ada tiga fungsi e-learning terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas, yaitu: sebagai suplemen, komplemen, dan substitusi. Sebagai suplemen (tambahan) jika peserta didik memiliki kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Sekalipun bersifat opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan. Kedua, sebagai komplemen (pelengkap) jika materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Hal ini juga berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pengayaan atau remedial. Sebagai pengayaan (enrichment) jika peserta diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran yang khusus untuk mereka dengan tujuan meningkatkan
8
penguasaan materi. Sebagai program remedial jika siswa yang kesulitan memahami materi di kelas memperoleh kesempatan memanfaatkan materi elearning yang khusus untuk mereka agar mudah memahami materi. Ketiga, sebagai substitusi jika e-learning dilakukan sebagai pengganti kegiatan belajar, misalnya dengan model-model kegiatan pembelajaran [5]. Ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu: (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet [5]. Manfaat e-learning antara lain adalah: (1) Melalui e-learning, siswa tidak perlu pergi ke luar untuk mendapatkan pengetahuan, melainkan cukup dengan mengakses pengetahuan tersebut dimana pun mereka berada dan kapan pun mereka mau. (2) Melalui e-learning, pikiran siswa menjadi tidak terbatas dalam mencari pengetahuan. Siswa pun dapat meningkatkan kemampuan mereka. (3) Melalui e-learning, siswa dapat menjalin komunikasi dengan semua orang di dunia melalui internet, lebih banyak yang bisa mereka ketahui dan dapatkan. (4) Melalui e-learning, kemampuan siswa dalam bidang TIK meningkat sehingga pembelajaran tidak lagi terbatas pada jadwal belajar dan buku ajar. (5) Melalui elearning, siswa dapat mencari ilmu pengetahuan dalam bidang apapun, tidak terbatas pada satu bidang. Siswa pun bisa mendapatkan wawasan yang luas tentang segala hal. (6) Melalui e-learning, siswa belajar dengan cara yang menyenangkan sehingga terbebas dari stres dan tekanan yang biasa dialami di sekolah formal. (7) Sifat e-learning interaktif dan inovatif. Materi bisa disampaikan melalui kuis, gambar, grafik, ataupun video. (8) Siswa akan merasa lebih percaya diri karena mahir dalam teknologi. (9) Melalui e-learning, sisa didorong untuk bereksplorasi dengan website-website yang tersedia sehingga kreativitas dan rasa ingin tahunya terus bertambah. (10) Melalui e-learning, siswa tidak harus selalu berada dalam ruang kelas sehingga sangat membuka peluang untuk munculnya pemikiran baru [5]. Manfaat lain dapat ditemukan jika dipandang dari segi guru. manfaat tersebut antara lain: guru dapat mengembangkan media pembelajaran dan pembaruan materi terus menerus. Guru dapat memberikan materi dan soal-soal secara Online kepada siswa sehingga menghemat waktu dan biaya. Pemeriksaan hasil ujian atau pelatihan pun dapat dilakukan dengan sistem otomatis [5]. 3.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, sampel sumber data secara purposive dan snowbal, teknik analisis bersifat kualitatif [6]. Pengembangan media web e-learning Binusa sebagai media belajar menggunakan metode sekuensial linear atau waterfall. Sedangkan untuk menerapkan sistem e-learning peneliti melakukan penelitian tindakan (Action research). Penelitian tindakan adalah suatu penelitian kualitatif dimana semua individu dilibatkan dalam studi sebagai peserta yang mengetahui dan menyokong [7].
9
Pendapat lain mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah kegiatan penelitian untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan cara melakukan tindakan secara kolaborasi dan partisipatif [8]. Desain penelitian yang digunakan terdiri dari desain penelitian untuk pembuatan dan pengembangan media pembelajaran dan desain penelitian untuk penerapan media pembelajaran. Pembuatan dan pengembangan media pembelajaran adalah pembuatan dan pengembangan perangkat lunak berupa web e-learning dengan PHP dan MySQL. Proses ini menggunakan model sekuensial linear atau siklus kehidupan klasik atau model air terjun digambarkan seperti Gambar 1:
Gambar 1. Model Waterfall [9]
Metode pengembangan perangkat lunak dengan pendekatan pada perkembangan perangkat lunak yang sistematik dan sekuensial yang mulai pada tingkat dan kemajuan system pada seluruh analisis, desain, kode, pengujian, dan pemeliharaan [10]. Model ini melingkupi aktivitas-aktivitas: (1) Definition Study / Analysis (Analisis), yaitu curah pendapat tentang software, apa yang akan dibuat, dan tujuan apa yang akan dipenuhi. Pemodelan yang dibuat masih bersifat umum menggunakan context diagram. Context diagram merupakan gambaran secara umum untuk mengidentifikasikan komponen-komponen yang ada pada sistem seperti terlihat pada gambar 2. Sedangkan gambaran sistem secara keseluruhan yang lebih detail dari context diagram terlihat pada DFD Level 1, seperti terlihat pada gambar 3. Guru
Informasi User Tampilan berita Tampilan setting Tampilan Data Guru
Input ID Siswa Input Jawaban Input Nilai Upload Materi Upload Soal
Akses Berita Pencarian Download Soal E-Learning
Download Materi
Tampilan Data Materi
Jawab Soal Diskusi
10
Siswa
Gambar 2 Context Diagram
Gambar 3 DFD Level 1
(2) Basic Design (Desain Dasar), merumuskan desain dasar dari perangkat lunak diatas kertas. (3) Technical Design / Detail Design (Desain Teknis), merumuskan desain teknis dan fungsi masing-masing bagian diputuskan dan unit rekayasa ditempatkan misalnya modul, dan program. (4) Construction / Implementation (Konstruksi/Implementasi), pada tahap ini, source code ditulis. (5) Testing (Pengujian), yaitu keseluruhan desain dan konstruksi program diletakkan pada pengujian untuk melihat fungsinya. (6) Integration (Integrasi), di dalam tahap integrasi, program digunakan setelah berhasil diuji. (7) Management and Maintenance (Manajemen dan Pemeliharaan), manajemen dan pemeliharaan dibutuhkan untuk memastikan bahwa sistem akan berjalan terus seperti yang diharapkan [9]. Tipe pemeliharaan dapat corrective, adaptive, perfective, dan
11
preventive [11]. Penerapan media pembelajaran berupa web e-learning menggunakan desain penelitian Action Research model Kemmis. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus mempunyai empat tahap penting yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi [7]. Hal-hal yang penting dari desain penelitian tindakan sebagai karakteristik setiap siklus adalah sebagai berikut: (a) Pada awalnya suatu pendirian eksploratori diadopsi, pemahaman masalah dikembangkan, dan rencana dibuat untuk beberapa bentuk strategi intervensi. Salah satunya berisi tentang pembuatan dan pengembangan media e-learning dengan metode waterfall. (b) Kemudian intervensi dilakukan berdasarkan rencana yang telah disusun. (c) Selama dan sekitar waktu intervensi, pengamatan dilakukan dalam berbagai bentuk (Monitoring pelaksanaan dengan observasi). (d) Strategi intervensi baru dilakukan, dan proses siklus diulangi, dilanjutkan sampai pemahaman yang cukup (atau menerapkan solusi yang mampu untuk) terhadap suatu masalah diperoleh [7]. Model Action research yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikemukakan oleh Kemmis [7]. Sebelum siklus I penelitian dilaksanakan prasiklus penelitian. Prasiklus penelitian adalah proses belajar mengajar dengan cara konvensional tanpa menggunakan media e-learning. Adapun deskripsi pelaksanaan setiap siklus adalah sebagai berikut: Pelaksanaan prasiklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. (a) Perencanaan terdiri dari dua langkah, yaitu: menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan, yaitu pembelajaran dengan metode ceramah, kemudian menyusun instrumen yang terdiri dari lembar pengamatan dan lembar tes formatif tertulis dan lisan. (b) Pelaksanaan, pada awal kegiatan pembelajaran, guru terlebih dulu mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran adalah pembelajaran dengan metode ceramah tanpa media e-learning. Penjelasan materi dengan ceramah, tanya jawab dengan siswa, memberikan tugas pada siswa, dan pengumpulan tugas. Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru melakukan review, memotivasi siswa dan mengumumkan bahwa pertemuan selanjutnya siswa akan langsung belajar di laboratorium komputer. (c) Pengamatan/pengumpulan data, dilakukan setelah pelaksanaan. Guru melakukan pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung. Caranya adalah dengan mencatat keaktifan siswa sesuai indikator yang telah ditentukan. Prasiklus penelitian memperlihatkan siswa kurang antusias, tidak aktif bertanya, tidak memperhatikan guru, dan tidak dapat bekerjasama. (d) Refleksi, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui pencapaian kompetensi dasar yang diinginkan. Melakukan kajian tentang proses penelitian tindakan mengenai apa yang telah dan yang belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal tersebut terjadi dan tindakan apa yang perlu dilakukan. Prestasi belajar siswa masih rendah, karena semua siswa belum mencapai nilai ketuntasan belajar minimal (75). Penelitian dilanjutkan pelaksanaan siklus I. Siklus I penelitian dilaksanakan setelah prasiklus. Siklus I terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. (a) Perencanaan, merupakan tahap awal penelitian. Pada tahap ini, guru: (1) menyusun rencana pembelajaran
12
sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan, yaitu pembelajaran kolaborasi dengan media e-learning. Pada tahap ini, peneliti menyusun RPP Pembelajaran dengan metode kolaborasi dan memasukkan media e-learning. (2) Guru mempersiapkan dan mengaktifkan web e-learning. (3) Menyusun materi ke dalam bentuk dokumen file kemudian diunggah ke web e-learning. (4) Menyusun soal latihan ke dalam bentuk dokumen file kemudian diunggah ke web e-learning. (5) Menyusun instrumen yang terdiri dari lembar hasil pengamatan dan lembar hasil tes. (b) Pelaksanaan, dilakukan setelah proses perencanaan selesai. Pada awal kegiatan pembelajaran, guru memulai proses pertama pembelajaran kolaborasi dengan terlebih dulu mengorientasi siswa agar siap mengikuti pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang telah memanfaatkan media web e-learning. Langkah kedua pembelajaran kolaborasi adalah membentuk kelompok. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar. Melakukan tanya jawab dengan siswa. Proses selanjutnya adalah memberi tugas kepada siswa dalam kelompok. Siswa memanfaatkan web e-learning untuk mengunduh tugas dari guru. Siwa juga memanfaatkan informasi materi dari web e-learning dalam mengerjakan tugas tersebut. Tanya jawab terjadi antara kelompok siswa yang satu dengan yang lainnya. Kemudian guru memfasilitasi jalannya kolaborasi siswa dan menjawab pertanyaan yang memerlukan penjelasan guru. Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru melakukan review tentang materi yang telah dipelajari dengan cara melempar pertanyaan kepada siswa. Guru mencatat siswa yang menjawab pertanyaan guru sebagai penilaian dan evaluasi pembelajaran kolaborasi. Guru memotivasi siswa tentang hikmah yang mempelajari periperal. Guru mengumumkan bahwa akan ada tugas di web elearning yang harus diambil dan dikerjakan siswa secara berkelompok di rumah. Pada pertemuan selanjutnya siswa kembali belajar di laboratorium komputer. Menutup pembelajaran dengan hamdalah dan doa. (c) Pengamatan/pengumpulan data, merupakan pengamatan proses pembelajaran. Kegiatan pengamatan pada siklus pertama hakikatnya sama dengan kegiatan pengamatan pada prasiklus. Mencatat keaktifan siswa sesuai indikator yang telah ditentukan pada lembar observasi. Mengamati keaktifan siswa telah mengalami peningkatan dari prasiklus. Siswa semuanya telah memperhatikan penjelasan dari guru, antusias siswa bertambah dengan media e-learning, dan siswa mulai aktif bertanya. Pada siklus ini, siswa juga telah mulai ada yang bertanya dan mengemukakan pendapat. (d) Refleksi, untuk mengetahui kegagalan dan keberhasilan pelaksanaan. Siklus I penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa jika dibandingkan dengan kondisi prasiklus penelitian. Pada siklus I, sebanyak 50% siswa telah mampu mencapai ketuntasan belajar minimal. Karena prestasi belajar belum mencapai target minimal yaitu 75%, maka penelitian dilanjutkan. Kekurangan yang ada pada siklus I adalah belum adanya sarana tanya jawab melalui web e-learning. Peneliti memahami bahwa fitur tanya jawab sangat penting dalam web e-learning. Oleh sebab itu, dilakukan penambahan fitur chat untuk mengakomodasi kebutuhan tanya jawab antara guru dengan siswa. Siklus II penelitian dilaksanakan setelah siklus I. Tahap awalnya adalah perencanaan yang terdiri dari: (1) Menyusun rencana pembelajaran perbaikan sesuai dengan hasil refleksi siklus pertama, yaitu pembelajaran kolaboratif dengan
13
media web e-learning dengan belajar kelompok. Peneliti melakukan perbaikan media web e-learning dengan menambah fitur chat. (2) Mempersiapkan web elearning. (3) Menyusun materi dalam bentuk dokumen file dan upload ke web elearning. (4) Menyusun soal ujian dan memasukkannya ke dalam fitur ujian tryout di dalam web e-learning. (5) Menyusun instrumen yang terdiri dari lembar pengamatan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. Setelah perencanaan selesai, dilanjutkan dengan pelaksanaan. Pada awal kegiatan pembelajaran, guru terlebih dulu mengorientasi siswa agar siap mengikuti pembelajaran sebagai langkah pertama pembelajaran kolaboratif. Kegiatan inti pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran kolaborasi dengan web e-learning yang telah ditambahi fitur chatting. Guru membentuk kelas ke dalam kelompok belajar sebagai langkah kedua pembelajaran kolaboratif. Menjelaskan materi secara singkat. Tanya jawab siswa. Langkah ketiga pembelajaran kolaborasi adalah memberikan tugas kepada siswa agar mengunduh materi dan mengerjakan soal. Dalam proses tersebut, guru memfasilitasi siswa. Siswa menerapkan fitur chatting antara kelompok dan guru hanya menjawab pertanyaan dengan fitur chatting pula. Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru melakukan review tentang materi yang telah dipelajari, mencatat siswa yang menjawab pertanyaan, memotivasi siswa dan menjelaskan bahwa fitur chat ini bisa digunakan di rumah jika ada materi yang belum dipahami siswa. Tahap pengumpulan data kemudian dilakukan. Pada siklus kedua penelitian, guru mengamati kondisi siswa dan kelas. Pembelajaran berlangsung dengan baik. Siswa semuanya memperhatikan penjelasan guru. Siswa memiliki antusias tinggi, aktif bertanya dan menjawab pertanyaan terutama melalui fitur chatting. Secara keseluruhan, kondisi kelas dikatakan telah kondusif bagi proses belajar mengajar. Kegiatan refleksi pada siklus kedua penelitian mengungkapkan bahwa prestasi belajar pada tahap ini telah mencapai peningkatan sesuai target penelitian. Semua siswa berhasil mencapai nilai ketuntasan belajar minimal yaitu 75. Oleh sebab itu, penelitian dihentikan. Penelitian ini dilakukan di SMK Bina Nusantara Ungaran pada kelas X TKJ 1 dengan jumlah siswa 31 siswa. Jadwal penelitian dimulai dari bulan Februari 2014 – Juni 2014. Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan tes. Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang diteliti [12]. Wawancara adalah teknik mengumpulkan data dengan bahasa lisan baik secara tatap muka atau melalui media tertentu [12]. Tes adalah alat untuk mengevaluasi hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran [13]. Tes yang digunakan adalah tes perbaikan dan perawatan periferal yang berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 15 dan soal esay 5. Setelah data terkumpul, data kemudian dianalisis. Menganalisis data adalah satu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya sehingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian [12]. Teknik analisis data yang digunakan bersifat kualitatif dengan dilandasi oleh hasil atau keluaran dari setiap tindakan latihan, baik tertulis maupun lisan [7].
14
4.
Hasil pembahasan dan implementasi
Pada keadaan awal sistem pembelajaran, sistem pembelajaran untuk mata pelajaran produktif di kelas X SMK Bina Nusantara menggunakan sistem konvensional. Sistem pembelajaran konvensional menggunakan metode ceramah sehingga memposisikan guru sebagai pusat pembelajaran. Guru adalah satusatunya sumber belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar mengajar pun berjalan satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti, pada kondisi awal ini ditemukan hal-hal sebagai berikut: (1) Siswa merasa cepat bosan. (2) Keaktifan siswa rendah karena guru yang lebih aktif, dan siswa pasif. (3) Pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan rendah. (4) Guru kekurangan waktu untuk memberikan materi di kelas. Peneliti memutuskan untuk mengembangkan sebuah media pembelajaran yaitu web e-learning dan menerapkannya di pembelajaran dengan metode kolaborasi. Hasil pengembangan media pembelajaran adalah terwujudnya web elearning.
Gambar 4. Halaman Utama Aplikasi
Halaman utama terdiri dari beberapa menu. E-learning menjadi salah satu menu di dalamnya. Menu tersebut adalah: web utama, PSB Online, BKK Binus, Pramuka SMK Binus, OSIS SMK Binus, Galery Kegiatan, Bank Video Streaming, Makalah Renata, dan E-learning. Adapun yang diterapkan dan dikembangkan pada penelitian ini adalah e-learning. Jika menu e-learning diklik, maka akan diarahkan ke halaman login. Halaman Home disusun sedemikian rupa untuk membuka peluang pengembangan aplikasi di masa mendatang.
15
Gambar 5 login e-learning
Jika menu e-learning pada halaman utama diklik, maka jendela login elearning akan ditampilkan. Pada bagian ini pengguna diminta mengisi username dan password kemudian memilih statusnya sebagai siswa atau guru.
Gambar 6 interface guru
Interface guru akan ditampilkan jika pengguna login menggunakan status guru. Menu-menu yang ada antara lain: (a) Home: merupakan menu untuk menuju halaman utama. (b) Statistik Siswa: untuk melihat daftar siswa. (c) UpSload materi: fasilitas guru mengunggah materi pelajaran. Pada bagian ini guru juga dapat melihat materi apa saja yang telah diunggahnya. (d) Input Soal: merupakan fasilitas guru menyusun soal-soal berbentuk pilihan ganda beserta jawabanya ke dalam aplikasi. Guru juga dapat melihat soal-soal yang telah dia susun. (e) Mata pelajaran: berisi informasi mengenai jumlah materi berdasarkan mata pelajaran disertai guru pengampunya. (f) Guru: berisi informasi mengenai jumlah materi berdasarkan guru. (g) Pencarian: berisi alat untuk mencari materi pelajaran.
Gambar 7 interface siswa
Interface siswa ditampilkan jika pengguna login menggunakan status siswa. Menu yang ada antara lain: (a) Home: merupakan menu untuk menuju halaman utama. (b) Ujian Tryout: merupakan fasilitas bagi siswa untuk latihan soal. Pada bagian ini siswa dapat memilih soal latihan berdasarkan mata pelajaran. (c) Mata pelajaran: berisi informasi mengenai jumlah materi berdasarkan mata pelajaran disertai guru pengampunya. Siswa dapat mengunduh materi yang telah disediakan pada bagian ini. (d) Guru: berisi informasi mengenai jumlah materi
16
berdasarkan guru. Pada bagian ini siswa dapat melihat profil guru beserta jumlah materi yang telah diunggah, sekaligus mengunduhnya. (e) Pencarian: berisi alat untuk mencari materi pelajaran. Setelah ditemukan, siswa dapat melihat informasi yang ada lalu mengunduh materi tersebut. Tahapan implementasi merupakan tahapan penerapan aplikasi web elearning yang telah disusun. Pada tahapan ini, peneliti menggunakan e-learning sebagai media pembelajaran kolaborasi mata pelajaran produktif. Dengan melaksanakan Action research, akan diketahui bagaimana cara penerapan media e-learning yang tepat dalam pembelajaran. Pada prasiklus penelitian, peneliti melaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah. Dengan metode tersebut dapat diketahui hasil analisis mengenai keaktifan siswa pada Tabel 1: Tabel 1 Keaktifan Siswa pada Pra Siklus Penelitian Keterangan Jumlah % Bertanya kepada guru 5 16,1% Menjawab pertanyaan guru 15 48,4% Bekerjasama dalam kelompok 15 48,4% Ikutserta dalam kegiatan 25 80,6% Berperan dalam kelompok 15 48,4% rata-rata 48,4%
Nilai rata-rata keaktifan kelas adalah 48,4%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode ceramah hanya dapat membuat kelas aktif sebesar 48,4%. Adapun prestasi siswa dapat dilihat pada Tabel 2:
Tabel 2 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I Keterangan Nilai Keterangan Tertinggi 80 Terendah 54 Tuntas 11 35,5% Tidak Tuntas 20 64,5%
Berdasarkan analisis data yang diperoleh pada prasiklus penelitian, diketahui bahwa 11 siswa (35,5%) tuntas, 20 siswa (64,5%) tidak tuntas. Banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam materi pelajaran yang diberikan menunjukkan bahwa siswa kurang memahami pelajaran yang diberikan dengan materi ceramah. Selain itu, melalui pengamatan peneliti diketahui bahwa siswa terlihat bosan, mengantuk, kurang memperhatikan penjelasan guru. Berdasarkan hasil analisis data pada prasiklus penelitian, maka peneliti melakukan siklus I. Siklus I penelitian merupakan usaha menjawab permasalahan yang ada pada kondisi awal dan prasiklus penelitian. Data keaktifan siswa pada siklus I penelitian dapat dilihat pada Tabel 3:
17
Tabel 3 Keaktifan Siswa pada Siklus I Keterangan Jumlah Bertanya kepada guru 12 Menjawab pertanyaan guru 20 Bekerjasama dalam kelompok 19 Ikutserta dalam kegiatan 26 Berperan dalam kelompok 13 Rata-rata
% 38,7% 64,5% 61,3% 83,9% 41,1% 58,1%
Setelah melaksanakan siklus I penelitian dengan menerapkan metode kolaborasi dengan media web e-learning keaktifan siswa meningkat. Berdasarkan analisis data penelitian diketahui nilai rata-rata keaktifan sebesar 58,1%. Nilai ini meningkat dari kondisi prasiklus yaitu 48,4%. Dari observasi peneliti menemukan bahwa sebagian besar siswa antusias mengikuti pembelajaran dengan media web. Banyak pertanyaan-pertanyaan dari siswa mengenai materi maupun media elearning. Adapun data mengenai prestasi siswa adalah Tabel 4: Tabel 4 Prestasi Siswa pada Siklus I KETERANGAN Nilai Keterangan Rata-rata 74,70968 Tertinggi 82 Terendah 64 Tuntas 20 64,5% Tidak Tuntas 11 35,5%
Pada siklus I penelitian, peneliti menemukan 20 siswa (64,5%) berhasil tuntas. Jika dibandingkan dengan prasiklus penelitian sejumlah 35,5%, kondisi ini mengalami peningkatan. Setelah menggunakan media web e-learning, siswa memperoleh pemahaman yang lebih terhadap materi pelajaran. Siswa memiliki motivasi yang lebih tinggi karena tertarik dengan media yang peneliti gunakan. Pada siklus I penelitian ini, waktu yang dipakai terasa kurang, dan siswa masih ingin terus belajar walaupun waktu telah habis. Banyak pertanyaan siswa yang belum terjawab pada waktu pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis yang peneliti lakukan, maka peneliti merasa perlu menambah dan memperbaiki fitur chat pada aplikasi e-learning. Hal ini untuk mengakomodasi kurangnya waktu untuk menjawab pertanyaan dan memberikan materi tatap muka di kelas. Dengan fitur chat ini, maka siswa dapat mengajukan pertanyaan secara Online saat belajar di rumah. Perbaikan-perbaikan telah dilakukan pada siklus II. Perbaikan tersebut berupa perbaikan media e-learning, yaitu penambahan fitur, dan perbaikan metode mengajar. Setelah dilakukan perbaikan tersebut, diperoleh data mengenai keaktifan siswa Tabel 5:
18
Tabel 5 Keaktifan Siswa pada Siklus II Keterangan Jumlah Bertanya kepada guru 25 Menjawab pertanyaan guru 25 Bekerjasama dalam kelompok 27 Ikutserta dalam kegiatan 31 Berperan dalam kelompok 26 Rata-rata
% 80,6% 80,6% 87,1% 100,0% 83,9% 86,5%
Keaktifan siswa pada siklus II penelitian ini mencapai 86,5%. Dibandingkan dengan siklus I yang mencapai 74,2%, maka kondisi kelas pada siklus II ini mengalami peningkatan. Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar tinggi. Dan permasalahan waktu yang kurang terpecahkan dengan fasilitas chat pada aplikasi yang sudah ditambahkan. Dengan fasilitas chat ini siswa dapat belajar kapanpun dimanapun, dan mengajukan pertanyaan saat mengalami kesulitan di luar jam pelajaran di kelas. Saat pembelajaran dikelas, fitur chatting menjadi daya tarik yang besar agar siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan. Adapun prestasi belajar siswa dapat diketahui dari Tabel 6: Tabel 6 Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II Nama Siswa Nilai Keterangan Rata-rata 78,25806 Tertinggi 90 Terendah 60 Tuntas 28 90,3% Tidak Tuntas 3 9,7%
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa mencapai 90,3% pada siklus II. Pada siklus kedua ini, siswa yang tidak tuntas hanya 3 orang. Setelah dilakukan analisis lebih lanjut, diketahui bahwa ketigatiganya tergolong siswa yang tidak aktif dalam hampir semua mata pelajaran. Solusi untuk siswa yang tidak tuntas adalah dengan memberikan remedial berupa materi dan latihan soal di luar jam sekolah. Untuk mengetahui seberapa besar aktivitas chatting siswa, peneliti melakukan perhitungan frekuensi chatting siswa. Hasilnya dituliskan dalam tabel 7. Tabel 7 Frequensi Chatting Siswa pada Siklus II Interval Fabs Frel(%) No Catting 1 0-2 5 16% 2 3-5 2 6% 3 6-8 5 16% 4 9-11 10 32% 5 12-14 5 16% 6 15-17 4 13%
19
130
Jumlah
100
Banyaknya kegiatan chatting yang dilakukan oleh 31 orang siswa sebanyak 130 kali. Yang paling banyak adalah ada 10 siswa yang melakukan 9111 kali chatting. Dari data lain diketahui bahwa siswa rata-rata melakukan chatting 8,6. Chatting terbanyak 17 kali walaupun ada 5 siswa yang chatting 2 kali atau kurang. Setelah seluruh tahap siklus pembelajaran dilaksanakan, peneliti melakukan Analisis Sistem Web E-learning. Tabel 8 Analisis Kemanfaatan KEMANFAATAN SANGAT BERMANFAAT BERMANFAAT KURANG BERMANFAAT TIDAK BERMANFAAT JUMLAH
JUMLAH 6 19 3 3 31
% 19% 61% 10% 10% 100%
Tabel 9 Analisis Kemudahan KEMUDAHAN SANGAT MUDAH MUDAH SEDANG SULIT
JUMLAH 7 15 6 3 31
% 23% 48% 19% 10% 100%
Tabel 8 dan Tabel 9 berturut-turut menampilkan hasil analisis kemanfaatan dan kemudahan yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner. Dua puluh lima siswa menyatakan bahwa web e-learning bermanfaat dan sangat bermanfaat dan 22 siswa mengatakan bahwa pemakaiannya mudah dan sangat mudah. Untuk menguji validitas hasil penelitian tentang prestasi siswa, peneliti menghitung korelasi hasil masing-masing siklus dan membandingkannya dengan tabel r product momen dengan n=31 dan signifikansi 5%, yaitu 0,355. Hasilnya, nilai korelasi prasiklus 0,84, siklus I 0,78 dan siklus II 0,74 sehingga lebih tinggi dari nilai tabel r. Kesimpulannya hasil penelitian prestasi siswa valid. Untuk keaktifan siswa dengan, nilai r tabel dengan n=5 dan signifikansi 5% adalah 0,878. Hasil perhitungan untuk prasiklus 0,97, siklus I 0,95 dan siklus II 0,89 sehingga lebih besar dari tabel r. Kesimpulannya hasil penelitian keaktifan valid. Perancangan Web E-learning ini menggunakan metode waterfall dengan memanfaatkan PHP dan MySQL. Karena berbasis web intranet, maka dapat diakses di komputer manapun yang terhubung jaringan wi-fi dengan menggunakan web browser. Kemudahan ini tidak ditemukan pada program yang bersifat standalone yang harus diinstall di asing-masing komputer. Hal ini telah dimanfaatkan peneliti dengan menanamkan program ke komputer server di lab
20
komputer kemudian diakses oleh 31 siswa saat pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Program berjalan dengan baik tanpa kendala. Aplikasi bersifat multithread sehingga dapat diakses oleh banyak orang dalam waktu bersamaan. Karena hanya perlu dipasang pada satu komputer, maka pemeliharaannya pun mudah. Cukup memperbaiki koding program pada satu komputer maka komputer yang lain telah dapat menggunakannya kembali tanpa perlu instal ulang ke masing-masing komputer. Kondisi ini ditemukan saat perlu penambahan fitur baru pada program. Fitur tersebut adalah chat yang sangat diperlukan untuk mendukung fungsi program sebagai media pembelajaran interaktif. Peneliti hanya perlu memperbaiki program di komputer server tanpa harus instal ulang program di banyak komputer sehingga sangat menghemat waktu. Kesederhanaan tampilan aplikasi web e-learning juga menjadi nilai tambah. Siswa maupun guru dapat menggunakan aplikasi web e-learning dengan sedikit belajar. Sebagian besar guru dan siswa telah familiar dengan halaman web, membuka web, mengunduh dokumen, mengisi form data dan melakukan aktivitas chat. Kesulitan yang ditemui bersifat teknis terkait dengan pengaturan aplikasi web e-learning di server agar bisa diakses ke komputer client. Kendala lainnya adalah masalah ketergantungan sistem pada jaringan baik LAN maupun Internet. Tanpa adanya jaringan, maka sistem tidak akan terbentuk dan program hanya dapat dibuka pada satu komputer. Aplikasi juga rentan serangan virus ataupun hacker yang bermaksud merusak aplikasi. Hasil praktek pada siklus I menunjukkan bahwa fitur chat sangat diperlukan sehingga dilakukan perbaikan web e-learning dengan penambahan fitur tersebut. Chat memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan guru maupun siswa lain. Namun demikian, kontrol guru diperlukan agar siswa tidak menyalahgunakan fitur tersebut sehingga pembelajaran menjadi kurang efektif. Keberadaan materi-materi yang dapat diunggah guru dan diunduh oleh siswa dapat mengatasi masalah waktu belajar yang kurang. Sedangkan kemampuan aplikasi dalam menerima masukan soal dari guru dan jawaban dari siswa dapat menambah waktu latihan bagi siswa. Guru dapat membuat soal-soal latihan tanpa kendala waktu, dan siswa juga dapat mengerjakannya kapanpun dia mau. 5.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa (1) Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi web e-learning adalah dengan metode sekuensial linear atau waterfall. (2) Penerapan media pembelajaran berupa web e-learning yang tepat dapat dieksplorasi dengan menggunakan desain penelitian Action research. (3) Salah satu cara menerapkan media pembelajaran e-learning adalah dengan memadukannya dengan model pembelajaran kolaborasi. (4) Perpaduan antara model pembelajaran kolaborasi dan media web e-learning mampu meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. (5) Fitur chat adalah
21
fitur penting dalam aplikasi e-learning karena merupakan sarana tanya jawab dan komunikasi antara siswa dengan guru. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengajukan saran bahwa (1) E-learning sebaiknya dikembangkan lebih lanjut untuk diterapkan pada mata pelajaran yang lain. (2) Fitur chat yang ada di dalam web e-learning dapat lebih disempurnakan dengan memanfaatkan web cam sehingga lebih efektif dan interaktif. (3) Web e-learing dapat dikembangkan lebih lanjut dengan menambahkan berkas-berkas video berisi materi pelajaran sehingga siswa lebih tertarik. (4) Efektifitas pembelajaran jarak jauh dapat ditingkatkan dengan metode pembelajaran yang mengakomodasi penggunaan e-mail misalnya dalam mengumpulkan tugas. 6. [1]
[2] [3]
[4]
[5] [6] [7] [8] [9] [10]
[11]
[12] [13]
Daftar Pustaka Permana, Wim. (2008). Implementasi WordPress Sebagai Blogging Software Pendukung Student-Centered Learning. Skripsi Sarjana jurusan ilmu komputer FPMIPA UPI : tidak diterbitkan. Musfiqon, (2012). Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka. Sato, Manabu (2007). Tantangan yang Harus Dihadapi Sekolah. Makalah dalam Bacaan Rujukan untuk Lesson Study – Berdasarkan Pengalamn Jepang dan IMSTEP. Jakarta Sistems. Barkley, Elizabet E., Cross, K. Patricia & Major, Clair Howell. (2012). Collaborative Learning Techniques : Teknik-teknik Pembelajaran Kolaboratif. Penerjemah : Narulita Yusron. Bandung : Penerbit Nusa Media. Rahmasari, Gertika, Rita Rismiati, 2013. E-learning pembelajaran jarak jauh untuk SMA, Bandung : Penerbit Yrama Widya. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Emzir., 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta : Rajawali Pers. Mulyasa. 2010. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Waterfall Model: http://www.waterfall-model.com, diakses tanggal 20 Juli 2014 Proboyekti, tt, Bahan Ajar Rekayasa Perangkat Lunak: Software Process Model I, http://lecturer.ukdw.ac.id/othie/softwareprocess.pdf, Diakses: 20/07/2014 Williams, Laurie, and Sarah Heckman, 2008, Maintenance, http://openseminar.org/se/modules/22/index/screen.do, Diakses tanggal 20 Juli 2014 Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
22
23