Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 1 April 2016
MENGINTEGRASIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA BANTEN PADA PENDIRIAN SD LABORATORIUM UPI KAMPUS SERANG Supriadi, Andika Arisetyawan & Tiurlina PGSD UPI Kampus Serang Jl. Ciracas Serang Banten Email:
[email protected]
ABSTRACT This study focused on the characteristics of the development of teaching materials, teachers and students in mathematics learning based on Banten's culture. The Method which is used in this research are didactical Design Research and experimental study, the subject of the study is a second grade of primary school student in the city of Serang where this research was taking place in academic year 2015/2016. The study stated that: Characteristics of teachers in mathematics learning based on Banten’s culture,the teachers have the ability of metapedagogical skill in preparing the learning process which are divided into three stages: before, during and after learning. Meanwhile, before learning the subject, The Students have to learn more about Banten’s culture, Also They discussed and solved the problems using it. On the last stage, the students reflected their knowledge and shared their impressions after learning. Keyword: mathematical instruction, Culture, Didactical Design Research.
Banten
ABSTRAK Penelitian ini berfokus pada karakteristik pengembangan bahan ajar, guru dan siswa dalam pembelajaran matematika berbasis budaya Banten. Metode Penelitian menggunakan penelitian Didactical Design Research dan eksperimen dengan subjek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas dua SD swasta di kota Serang tahun ajaran 2015/2016. Hasil penelitian menyatakan bahwa: Karakteristik guru dalam pembelajaran matematika berbasis budaya Banten guru memiliki kemampuan metapedadidaktik dalam menyiapkan proses pembelajaran yang dibagi dalam tahap sebelum, saat dan setelah pembelajaran. Siswa memiliki karakteristik dimana sebelum pembelajaran siswa akan belajar mengenai budaya Banten, saat belajar siswa akan berdiskusi dan memecahkan masalah dengan menggunakan budaya Banten, dan setelah pembelajaran siswa akan melakukan refleksi terhadap pengetahuan dan kesan setelah mendapatkan pembelajaran berbasis budaya Banten. Kata kunci: Pembelajaran matematika, budaya Banten, Didactical Design Research.
PENDAHULUAN ~ Isu pendidikan Indonesia
Ethnomathematics merupakan suatu cara
di
yang sangat tepat dalam mendidik siswa
tahun
2010
dilaksanakannya
adalah
mulai
pendidikan
berbasis
yang
karakter. Pendidikan matematika sangat berperan dalam
berkarakter
berbasis
budaya
bangsa.
mewujudkan karakter
bangsa yang cerdas, ulet, jujur, kritis dan
Ethnomathematics relatif baru sebagai
kreatif.
bidang
Suatu
inovasi
pembelajaran
penelitian
dalam
matematika pada tahun 1986 digagas
matematika.
oleh Ambrosio, seorang ahli
pendidikan
matematika sebagai "budaya bebas" dan
matematika dari Brasil tersebut mencoba
"universal" telah lebih cepat muncul dalam
menghubungkan
kurikulum, sedangkan ethnomathematics
matematika
dengan
pembelajaran budaya
yang
muncul
dipahami siswa saat belajar matematika.
pendidikan
[1]
Sebagai
pendidikan
relatif
pandangan
terlambat.
matematika
Prestasi
Indonesia
di
Supriadi, Andika Arisetyawan & Tiurlina, Mengintegrasikan Pembelajaran Matematika
dunia
Internasional
selalu
di
urutan
Pembelajaran
matematika
berbasis
terendah daripada negara-negara lain. Ini
budaya (Ethnomathematics) bukan berarti
disebabkan
kita
masih
kita menjadi masyarakat yang primitif atau
kurang
cocok
kembali pada jaman dahulu. Namun
dengan dengan budaya dan karakter
bagaimana budaya yang sudah menjadi
siswa Indonesia. Bangsa-bangsa seperti
suatu
Jepang, Korea, Cina dan bangsa-bangsa
bertahan dengan disesuaikan waktu dan
Tiongkok
jamannya
eurosentris,
kurikulum sehingga
lainnya
telah
lama
karakter asli bangsa dapat terus saat
ini.
Ethnomathematics
menggunakan budaya mereka dalam
adalah suatu pendekatan pengajaran
pembelajaran
dan
matematika.
Sehingga
pembelajaran
yang
mereka dapat maju pesat dalam segala
dibangun
bidang. Keberhasilan negara Jepang dan
sebelumnya,
Tionghoa
pembelajaran
lingkungan bermain dalam hal konten dan
mereka
metode, dan pengalaman masa lalu dan
dalam
lingkungannya saat ini (D'Ambrosio, 2001).
dalam
matematika
karena
menggunakan
Etnomatematika
atas
matematika
pengetahuan
latar
siswa
belakang,
peran
pembelajaran matematikanya (Kurumeh, 2004).
Pengamatan yang dilakukan oleh Supriadi (2011) selama 1 semester di UPI Kampus
Ruang lingkup ethnomathematics dalam
Serang, diperoleh data bahwa hampir
pendidikan matematika yaitu menekanan
seluruhnya (80%) dari 80 orang mahasiswa
pada analisis pengaruh dari faktor sosial-
tidak memahami budaya yang ada saat
budaya dalam kegiatan belajar mengajar
pembelajaran matematika berlangsung.
dan
Sehingga
pengembangan
sendiri.
matematika
itu
Matematika merupakan produk
nampak
matematika
budaya. Setiap kebudayaan dan subkultur
dari
berbasis
hasil
budaya
tes
Banten
yang rendah dengan rerata 50%.
mengembangkan matematikanya sendiri. Matematika dianggap menjadi universal,
Permasalahan di atas disebabkan bahwa
berisi semua aktivitas manusia. Sebagai
pembelajaran matematika di SD, SMP,SMA
produk
dan
budaya
matematika
memiliki
PT
kurang
sebagai
budaya tertentu, hal itu muncul dan
pembelajaran.
berkembang
budaya membawa budaya lokal yang
bawah
kondisi
lain,
arah ia
tertentu, di muncul
dan
atau
budaya
sejarah. Dalam kondisi ekonomi, sosial dan dalam
tema
menyajikan konstek
Pembelajaran
dalam berbasis
selama ini tidak selalu mendapat tempat
berkembang di arah lain. Dengan kata
dalam kurikulum sekolah (Paulina, 2005).
lain, pengembangan matematika tidak unilinear.
Penelitian bagaimana
ini
akan
difokuskan
pada
mengintegrasikan
Pembelajaran matematika pada tahapan [2]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 1 April 2016
pendirian
SD Laboratorium UPI Kampus
mitos dan cara khusus yang digunakan
Serang dengan mengoptimalkan Budaya
untuk berpikir dan untuk menyimpulkan
Banten sebagai pondasi pembentukan
(Rosa dan Orey, 2007). Ethnomathematics
karakter,
merupakan
terutama
berfokus
pada
bidang
interdispliner
yang
karakteristik guru, materi dan siswa dalam
meliputi antropologi budaya matematika,
pembelajaran matematika yang berbasis
pendidikan
budaya Banten.
matematika
matematika
dan
kognisi
(Matang,
2006).
Ethnomathematics merupakan irisan dari Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
tiga himpunan disiplin ilmu: matematika,
mengetahui:
antropologi
1. Bagaimana
Karakteristik
Laboratorium
UPI
guru
Kampus
SD
budaya
dan
pemodelan
model matematika (Rosa dan Orey, 2006).
Serang
dalam pembelajaran matematika. 2.
Bagaimana
Karakteristik
Laboratorium
UPI
Materi
Kampus
SD
Serang
dalam pembelajaran matematika. 3. Bagaimana
Karakteristik
Laboratorium
UPI
siswa
Kampus
SD
Serang
dalam pembelajaran matematika. Gambar 1. Definisi Ethnomathematics Adopsi dari Rosa dan Orey, 2006.
Pembelajaran Ethnomathematics Definisi Ethnomathematics Pembelajaran
Budaya dan Matematika
ethnomathematics
Definisi
pertama kali digagas oleh D’Ambrosio
dari
sebuah
pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum,
1992 (Sadjiyo dan Pannen, 2005). Definisi berasal
adalah
keseluruhan kompleks yang mencakup
pada tahun 1985 dan Nunes pada tahun ethnomathematics
budaya
moral, adat, dan setiap kemampuan lain
kata
dan kebiasaan yang ada oleh manusia
ethno yang mengacu pada sosial konteks
sebagai anggota masyarakat (Tyler, 1871).
budaya yang terdiri dari bahasa, jargon, kode perilaku, mitos dan simbol. Mathema berarti
menjelaskan,
Budaya menurut Koentjaraningrat (2002)
mengetahui,
sebagai seluruh total dari pikiran, karya
memahami kegiatan seperti penyandian, mengukur, menyimpulkan
dan
mengelompokkan, dan
pemodelan.
hasil
karya
manusia
yang
tidak
berakal kepada nalurinya dan hanya
Tics
dicetuskan oleh manusia sesudah proses
berarti teknik, dengan kata lain etno
belajar.
mengacu pada anggota kelompok di dalam lingkungan budaya diidentifikasi oleh tradisi budaya mereka, kode simbol, [3]
Supriadi, Andika Arisetyawan & Tiurlina, Mengintegrasikan Pembelajaran Matematika
Matematika adalah produk dari budaya
Schultes dan Shannon (1997) menemukan
yang berbasis kegiatan sosial manusia dan
bahwa banyak siswa telah mendapatkan
semua
praktek-
penghargaan yang lebih besar untuk
dianggap
matematika setelah mempelajari subjek
paling sesuai dengan kehidupan sehari-
materi dari perspektif. Budaya ini telah
hari dan budayanya. Sistem ini disebut
memberikan kontribusi untuk siswa merasa
sebagai
(Matang,
lebih nyaman dan percaya diri tentang
2006). Selain itu, matematika diidentifikasi
membahas konsep-konsep matematika.
sebagai
Menurut
masyarakat
praktek
memiliki
matematika
yang
ethnomathematics kegiatan
budaya
dalam
Rosa
dan
Orey
masyarakat tradisional dan non tradisional
pendekatan
(Dowling,
sebagai tanggapan budaya terhadap
1991;Rosa
Matematika
dalam
dan
Orey
2007).
ethnomathematics
kebutuhan
matematika
(2003),
siswa
disajikan
dengan
membuat
dipandang sebagai suatu disiplin ilmu
koneksi antara latar belakang budaya
yang terikat dengan budaya dan nilai-nilai
dan
sosial dalam kehidupan mahasiswa, jelas
mendukung
ini
"matematika dipahami sebagai produk
sangat
bertentangan
dengan
matematika.
Pendekatan
pandangan
pendapat selama ini bahwa matematika
budaya
adalah sebagai disiplin ilmu yang bebas
sebagai
dari budaya dan nilai-nilai sosial.
"(Bishop, 1988, hal. 182).
Matematika, dianggap
untuk
waktu
yang
sebagai
disiplin
netral
lama
yang hasil
telah dari
bahwa
dikembangkan
berbagai
Pernyataan-pernyataan
dan
mengemukakan
ini
kegiatan
tersebut
bahwa
matematika
bebas budaya dan dihapus dari nilai-nilai
dalam pembelajaran ethnomathematics
sosial (Bishop, 1993; D'Ambrosio, 1990).
merupakan suatu produk atau hasil karya
Tidak ada gunanya matematika diajarkan
dari suatu budaya yang dihasilkan oleh
sebagai objek abstrak dan bebas dari
manusia dalam kehidupannya, sehingga
budaya (Bishop, Hart, Lerman, dan Nunes,
matematika memiliki nilai-nilai sosial dan
1993).
terikat
dengan
budaya
setempat.
Sehingga
pembelajaran
Fasheh (1997), “telah lama miskonsepsi
melalui
ethnomathematics
dalam pengajaran matematika ada, dan
membentuk
masih,
memahami budayanya dengan baik dan
keyakinan
bahwa
matematika
karakter
matematika dapat
mahasiswa
akan dapat diajarkan secara efektif dan
mengaplikasikannya
bermakna dengan menghubungkannya
sehari-hari,
dengan budaya atau untuk siswa secara
secara tidak langsung telah dilestarikan
individual.
keberadaannya matematika kelas. [4]
sehingga
dalam
yang
kebudayaan
melalui
selama
kehidupan kita
pembelajaran
proses
belajar
di
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 1 April 2016
Pembelajaran Ethnomathematics Davidson
(2000),
mengatakan
ethnomathematics teknik
untuk mengubah cara guru matematika
adalah
menjelaskan,
bahwa
seni
membangun lingkungan belajar.
atau dan
Pembelajaran ethnomathematics memiliki
memahami konteks budaya beragam.
beberapa karakter yaitu: a) penggunaan
Ethnomathematics
konsep
(2001),
menurut
adalah
pengajaran
mengetahui
suatu dan
matematika
yang
pengetahuan
Ambrosio pendekatan
khususnya
pembelajaran
mengukur,
dibangun
siswa
yang
luas
dari
menghitung,
matematika, menemukan,
mendesain,bermain
dan
di
atas
menjelaskan; b) penekanan dan analisis
sebelumnya,
latar
pengaruh
faktor
belakang, peran lingkungannya bermain
proses
dalam hal konten dan metode, dan
pengembangan
pengalaman
sosial-budaya
belajar,
pada
mengajar,
dan
matematika;
c)
masa
lalunya
dan
matematika dianggap sebagai produk
sekarang.
Kurumeh
(2004)
budaya. Setiap orang, setiap kebudayaan
pembelajaran ethnomathematics adalah
dan setiap subkultur mengembangkan
sebuah pendekatan dalam pembelajaran
matematika khususnya sendiri (Gerdes,
matematika
2000).
lingkungan
yang
digunakan
untuk
menjelaskan realitas hubungan antara lingkungan budaya dan matematika saat
Pembelajaran ethnomathematics dapat
mengajar.
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu belajar tentang budaya, belajar dengan
Pembelajaran ethnomathematics sangat
budaya, dan
dipengaruhi
(Goldberg, 2000).
oleh
teori
konstruktivis,
pengetahuan dikonstruksi secara sosial
belajar
1. Belajar
tentang
sehingga belajar merupakan tanggung
menempatkan
jawab
bidang ilmu.
bersama
antara
mahasiswa
di
pembelajaran
konstruktivis
dosen
kelas.
dan
Perspektif meliputi:
melalui
budaya budaya,
budaya
sebagai
Proses belajar tentang budaya sudah
1)
dipelajari
secara
langsung
oleh
pembangunan pengetahuan individu, 2)
mahasiswa melalui mata pelajaran
pengaruh
kesenian dan kerajinan tangan, seni,
sosial
terhadap
konstruksi
individu, 3) situasional dan persyaratan
dan
konstruksi pengetahuan konstektual dan 4)
menggambar.
konstruksi sosial dari realitas (Chemark dan
dalam satu mata pelajaran khususnya
Van der Merwe dalam Matang, 2006).
tentang
Rosa
Produk budaya yang berlaku dalam
dan
bahwa
Orey
kurikulum
(2007)
berpendapat
matematika sebuah
harus
didasarkan
pada
konstruktivis
untuk belajar dan berusaha
sastra,
melukis, Budaya
budaya
serta dipelajari
untuk
budaya.
sebuah masyarakat dapat digunakan
pendekatan
menjadi
sebuah
pemecahan [5]
metode
masalah
dalam
matematika
Supriadi, Andika Arisetyawan & Tiurlina, Mengintegrasikan Pembelajaran Matematika
yang akan dilakukan oleh mahasiswa
Penelitian
dalam perkuliahan matematika.
campuran Didactical Design Research
2. Belajar dengan budaya. Belajar
dengan
mahasiswa
menggunakan
metode
(DDR) dalam memodifikasi situasi rutin
budaya
meliputi
ini
bagi
dalam pembelajaran matematika di SD
pemanfaatan
dan penelitian eksperimen.
beragam bentuk perwujudan budaya. Budaya dan perwujudannya menjadi
DDR merupakan sebuah metodologi yang
media
dikembangkan Suryadi (2010) yang terdiri
pembelajaran
atau konteks
dalam proses belajar di kelas.
dari tiga tahapan, yaitu: 1) Analisis situasi
3. Belajar melalui budaya Belajar
melalui
didaktis
budaya
bagi
dengan
pencapaian
2)
Analisis
metapedadidaktik (AM); dan 3) Analisis
mahasiswa yaitu dengan memberikan kesempatan
(ASD);
retrosfektif (AR).
menunjukkan
pemahaman
atau
Analisis situasi didaktis (ASD) dilakukan oleh
makna yang diciptakannya dalam
seorang
suatu mata pelajaran melalui ragam
pengembangan
perwujudan budaya. Belajar melalui
diujicobakan
budaya merupakan salah satu bentuk
pembelajaran. ASD diwujudkan dalam
multiple
bentuk Disain Didaktik Hipotesis (DDH)
representation
assessment
atau
of
ajar
dalam
sebelum peristiwa
Antisipasi
pemahaman dalam beragam bentuk.
Pedagogis
(ADP)
Dengan menganalisa produk budaya
dalam bahan ajar. ASD berupa sintesis
yang diwujudkan mahasiswa, dosen
hasil pemikiran dosen tentang berbagai
dapat menilai sejauh mana produk
kemungkinan respons siswa yang diprediksi
budaya yang diwujudkan mahasiswa,
akan
dosen dapat menilai sejauh mana
pembelajaran
mahasiswa memperoleh pemahaman
antisipasinya. Analisis metapedadidaktik
dalam
(AM)
topik
penilaian
bahan
dalam
termasuk
sebuah
bentuk
learning
dosen/guru
mata
kuliah
yang
muncul
dilakukan
Didaktik akan
pada dan
dan termuat
peristiwa
langkah-langkah
dosen/guru
sebelum,
matematika. Belajar melalui budaya
pada saat, dan setelah uji coba bahan
memungkinkan
ajar. AM berupa kemampuan dosen/guru
mahasiswa
memperhatikan
untuk
kedalaman
untuk
dapat
memandang secara
peristiwa
pemikirannya, penjiwaannya terhadap
pembelajaran
komprehensif,
konsep atau prinsip yang dipelajari
mengidentifikasi dan menganalisis hal-hal
(Sardjiyo dan Panen, 2005).
penting yang terjadi, serta melakukan tindakan cepat dan tepat (Scaffolding)
METODE
untuk mengatasi hambatan pembelajaran
Desain Penelitian
(learning obstacles) sehingga tahapan pembelajaran dapat berjalan lancar dan [6]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 1 April 2016
hasil belajar mahasiswa menjadi optimal.
penelitian
AM
percobaan studi kasus sekali tes. Penelitian
meliputi
tiga
komponen
yang
eksperimen
terintegrasi, yaitu: 1) Kesatuan, artinya
eksperimen
selama
hubungan
proses
dosen/guru
pembelajaran
akan
berjalan
senantiasa
berpikir
dengan
dilakukan
untuk
sebab-akibat
pemanipulasian
variabel
melihat melalui
bebas
menguji
HP; 2) Fleksibilitas, artinya antisipasi yang
oleh pemanipulasian tadi, namun subjek
sudah
tidak
disesuaikan
dosen/guru
dengan
situasi
perlu didaktis
dikelompokan
(Ruseffendi,
2005).
yang
dan
tentang keterkaitan antara ADP, HD, dan disiapkan
perubahan
disain
diakibatkan
secara
acak
Hasil
dari
maupun pedagogis yang terjadi; dan 3)
pemanipulasian terhadap variabel bebas
Koherensi, artinya setiap situasi didaktis-
ini dapat dilihat dari variabel terikatnya
pedagogis
yaitu berupa hasil belajar siswa melalui
yang
pembelajaran
dimunculkan
harus
dalam
mendorong
dan
pembelajaran
memfasilitasi aktivitas belajar siswa yang kondusif
dan
mengarah
matematika
berbasis
budaya Banten.
pada
pencapaian hasil belajar yang optimal.
Pada penelitian ini, sampel penelitian
Analisis retrosfektif (AR), dilakukan dosen
dipilih tidak secara acak, sampel terdiri
setelah uji coba bahan ajar. AR berupa
dari 1 kelompok eksperimen. Berdasarkan
analisis yang mengaitkan hasil analisis
uraian di atas, maka desain penelitian
situasi didaktik hipotesis dengan proses
yang digunakan adalah desain studi kasus
pengembangan situasi didaktis, analisis
sekali
situasi belajar yang terjadi sebagai respons
digambarkan sebagai berikut:
tes
yang
secara
ringkas
atas situasi didaktik yang dikembangkan, serta
keputusan
yang
diambil
dosen
selama proses analisis metapedadidaktik.
X
Dari AR dilakukan revisi terhadap bahan
Keterangan:
ajar
0
yang
sebelumnya
telah sehingga
dikembangkan akan
dihasilkan
X :
suatu bahan ajar yang ideal, yaitu bahan
0
: Postes Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya Banten
ajar yang sesuai kebutuhan siswa, dapat memprediksi dan mengantisipasi setiap
Subjek Penelitian
hambatan pembelajaran yang muncul,
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelas 2
sehingga tahapan pembelajaran dapat
SD Islam Khalifah kota Serang. Tahap
berjalan lancar dan hasil belajar siswa
pengamatan
menjadi optimal (Suryadi, 2010).
Awal,dan implementasi dilakukan di yang sama.
Tahap
selanjutnya
pelaksanaan
adalah
menggunakan
tahap metode [7]
belajar,
Desain
Didaktik SD
Supriadi, Andika Arisetyawan & Tiurlina, Mengintegrasikan Pembelajaran Matematika
Instrumen Penelitian Instrumen
Teknik Analisis Data
yang
digunakan
dalam
Tahap DDR menggunakan analisis deskripsi
penelitian ini adalah bahan ajar
yang
kualitatif terhadap situasi pembelajaran
dilengkapi
untuk
yang
dengan
pertanyaan
berlangsung.
siswa, lembar jurnal harian siswa, lembar
eksperimen
pengamatan
berupa
situasi
pembelajaran
matematika SD, dan daftar isian guru
Sedangkan
menggunakan
Uji
t
dibandingkan
satu
uji
tahap statistic
sampel
dengan
nilai
yang
KKM
dan
rerata kelasnya sehari-hari Teknik Pengumpulan Data Beberapa cara yang dilakukan untuk
HASIL
mengumpulkan data pada penelitian ini
Tahap Sebelum Pembelajaran
adalah sebagai berikut:
Sebelum pembelajaran di mulai, peneliti bekerja sama dengan guru kelas dalam
Tahap DDR:
menyusun bahan ajar dan membahas
a. Wawancara Obtacles
mengenai dilakukan
Learning
mengenai
situasi
sebelum
matematika yang akan diberikan dan
penyusunan bahan ajar dengan guru
yang
kelas
dilakukan dengan guru diperoleh informasi
b. Desain didaktik awal disusun setelah learning
obstacles
diperoleh
akan
pembelajaran
untuk
menggunakan
yang
aspek
budaya
Banten
tidak terbiasa menggunakan budaya lokal
mendapatkan learning obstacles dari
dalam
desain
kehidupan
yang
diskusi
belum pernah dilakukan, siswa sehari-hari
c. Revisi desain didaktik disusun setelah awal
Dari
bahwa pembelajaran matematika yang
diujicoba pada kelas yang dipilih.
didaktik
terjadi.
telah
diujicobakan.
karena
d. Wawancara dilakukan pada siswa dan
pembelajaran
guru.
sehari-hari
itu
sebuah
di
sangat
bahan
di
kelas
dan
rumah.
Oleh
penting ajar
diperlukan
yang
dapat
mengatasi permasalahan tersebut. Bahan ajar yang menggunakan aspek budaya
Tahap Eksperimen
sangat diperlukan dalam pembelajaran,
a. Tes, dilakukan sesudah (postes) proses
karena sangat sesuai dengan amanat
pembelajaran
kurikulum
b. Jurnal diberikan kepada seluruh siswa
pendidikan
memelihara
setelah selesai setiap pertemuan.
kearifan
c. Lembar observasi di isi oleh observer setiap
yang
mengedepankan aspek budaya dalam
untuk diisi dan dikumpulkan kembali
pada
dasar
lokal
dan
mengembangkan
dalam
pembelajaran
matematika khususnya, dan pada mata
pembelajaran
pelajaran lainnya pada umumnya.
matematika berlangsung.
[8]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 1 April 2016
Desain Didaktik Berikut instrumen berupa desain didaktik
Kemudian guru dan tim peneliti membuat
awal yang menggunakan budaya Banten
antisipasi
pedagogik
dalam pembelajaran:
pembelajaran,
kerena
dalam
terdapat
siswa
yang tidak terbiasa maka siswa tersebut Bahasa Ibu
diajak untuk mendengarkan penyajian
Coba Ananda menuliskan bilangan dari 1-
dari
10 menggunakan bahasa daerah yang
menyebutkan
biasa digunakan sehari-hari di rumah!
menggunakan bahasa daerah. Kegiatan
teman-temannya
dalam
nama-nama
bilangan
pembelajaran dilakukan secara individu Desain didaktik tersebut disusun bertujuan menggali
kemampuan
penggunaan
bahasa
kehidupan
siswa
dalam
daerah
dalam
sehari-hari,
agar kompetensi siswa dapat diamati. Skenario pembelajaran pun guru bersama
sehingga
tim
direncanakan dapat
sebaik
mungkin,
penggunakan bahasa daerah di Banten
sehingga
mengurangi
learning
dapat diterapkan di kelas. Prediksi yang
obstacle dalam pembeajaran di kelas
didiskusikan bersama guru dan tim peneliti: Siswa akan menjawab:
Tahap Saat Pembelajaran Setelah bahan ajar selesai di desain maka
Untuk siswa yang menggunakan bahasa
tahap selanjutnya adalah pelaksanaan
Sunda
pembelajaran
dalam
kehidupan
sehari
akan
menjawab 1=Hiji, 2=Dua, 3=Tiga, 4=Opat,
matematika
berbasis
budaya banten.
5=Lima, 6=Genep, 7=Tujuh, 8=delapan, Karakteristik Guru
9=Salapan, dan 10=sapuluh.
Pada
saat
pembelajaran
Untuk siswa yang menggunakan bahasa
menyampaikan
Jawa
matematika
dalam
kehidupan
sehari
akan
tujuan
berbasis
guru
telah
pembelajaran
budaya
banten
menjawab 1=Siji, 2=Loro, 3=Telu, 4=papat,
dengan menyampaikan manfaatnya dan
5=Limo, 6=enem, 7=pitu, 8=wolu, 9=Songo,
memberikan
dan 10=sepuluh.
dengan baik,terutama dalam memelihara
motivasi
kepada
siswa
budaya di Banten. Konsep dan materi Untuk siswa yang terbiasa menggunakan
yang disampaikan sudah baik dan benar
dua bahasa Sunda dan Jawa maka siswa
dalam
akan
masalah
memberikan
jawaban
dengan
penyampaiannya. budaya
Pemilihan
cukup
dalam
kedua bahasa. Untuk siswa yang tidak
memberikan situasi pembelajaran yang
terbiasa
kondusif. Guru dalam memancing siswa
Sunda
kemungkinan
dan
siswa
Jawa
akan
maka
menjawab
dalam
dengan menggunakan bahasa Indonesia.
mengajukan
berhubungan [9]
pertanyaan
dengan
budaya
yang sudah
Supriadi, Andika Arisetyawan & Tiurlina, Mengintegrasikan Pembelajaran Matematika
baik. Guru pun dapat mendorong siswa
berjalan
untuk menyelesaikan permasalahan yang
mengidentifikasi
diajukan dengan baik. Pengaturan giliran
respon
atau kesempatan kepada siswa untuk
mempertanyakan gagasan penyelesaian
mengajukan pertanyaan atau pendapat
soal atau masalah bila mendapat kritikan
sudah
dilakukan
dari siswa lain. Siswa sudah cukup baik
kelas.
Variasi
dengan
baik
dalam
pertanyaan
dan
teknik
dengan yang
baik. dan
Siswa
dapat
mendiskusikan
diajukan.
dalam
Siswa
dapat
mengidentifikasi
bertanya dapat memicu motivasi siswa
kekurangsempurnaan suatu penyelesaian
bertanya. Guru melakukan pengamatan
yang diajukan siswa lain. Siswa dapat
dan
membuat
mengarahkan
dengan
baik,
pekerjaan
sehingga
guru
siswa dapat
kesimpulan
di
akhir
pembelajaran.
membantu dalam proses berpikir siswa. Guru dapat menciptkan diskusi antara
Karakteristik Materi beserta respon siswa
siswa dengan siswa dalam kelompok.
baik kinerja dan kesannya
Pengaturan waktu untuk menyelesaikan
Berikut Contoh Respon siswa, dari 20 siswa
permasalahan yang diajukan cukup baik.
yang memberikan respon.
Karakteristik Siswa Pada saat pembelajaran siswa sudah baik dalam memperhatikan materi pelajaran dan masalah matematika dan budaya yang diajukan guru. Siswa dengan baik mempelajari Lembar Kerja Siswa yang diberikan guru dengan baik. Tanya jawab antara siswa dan guru terhadap materi pelajaran,
dan
masalah
matematika-
budaya sudah berjalan dengan baik. Mengemukakan ide untuk menyelesaikan masalah cukup baik dalam pembelajaran. Siswa cukup mengajukan
dapat merumuskan dan penyelesaian
dari
Gambar 2. Respon Siswa 2
permasalahan yang diberikan guru. Siswa memberikan
komentar,
pertanyaan,
saran,kritikan
tanggapan,
Respon siswa 2 sesuai dengan prediksi,
terhadapa
siswa
menyebutkan
nama
bilangan
penyelesaian yang diajukan siswa lain
menggunakan bahasa Sunda yang sudah
berjalan dengan baik. Menyakinkan siswa
dimiliki siswa dalam kehidupan sehari-hari.
lainnya melalui alasan yang cepat dan
Namun masih terdapat learning obstacles
tepat terhadap respon yang diajukan
siswa [10]
masih
menggunakan
bahasa
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 1 April 2016
Indonesia dalam penyebutan bilangan Sembilan.
Gambar 3. Respon Siswa 9
Respon siswa 9 sesuai dengan prediksi,
Sembilan, selain itu terdapat kesalahan
siswa
penyebutan
menyebutkan
nama
bilangan
nama
bilangan
pada
menggunakan bahasa Sunda yang sudah
bilangan delapan dan sembilan. Dan
dimiliki siswa dalam kehidupan sehari-hari.
terdapat
Namun masih terdapat learning obstacles
menggunakan
siswa
pada bilangan lima.
masih
menggunakan
bahasa
Indonesia dalam penyebutan bilangan
Gambar 4. Respon Siswa 10
[11]
adanya
pelafalan
bahasa
Jawa
dengan Serang
Supriadi, Andika Arisetyawan & Tiurlina, Mengintegrasikan Pembelajaran Matematika
Respon siswa 10 sesuai dengan prediksi, siswa menyebutkan nama bilangan menggunakan bahasa Sunda yang sudah dimiliki siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar 5. Respon Siswa 15
Respon siswa 15 sesuai dengan prediksi, siswa
menyebutkan
nama
bilangan
menggunakan bahasa Sunda dan Jawa yang
sudah
kehidupan
dimiliki
sehari-hari.
siswa
dalam
Namun
masih
terdapat learning obstacles siswa lupa menuliskan bilangan lima.
[12]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 1 April 2016
Gambar 6. Respon Siswa 19
Respon siswa 19 sesuai dengan prediksi, siswa menyebutkan nama bilangan menggunakan bahasa Jawa yang sudah dimiliki siswa dalam kehidupan sehari-hari. Namun masih terdapat learning obstacles siswa tidak dapat menyebutkan bilangan dari enam sampai sepuluh.
Gambar 7. Respon Siswa 20
Respon siswa 20 sesuai dengan prediksi,
pembelajaran. Guru sangat setuju bahwa
siswa
bilangan
pemberian aspek budaya Banten dalam
menggunakan bahasa Sunda dan Jawa
pembelajaran matematika sangat bisa
yang
diterapkan.
menyebutkan sudah
siswa
dalam
Namun
masih
bahwa terdapat kelebihan pembelajaran
terdapat learning obstacles siswa belum
matematika berbasis budaya banten yaitu
tepat
kita bisa mengenalkan budaya Banten
kehidupan
dimiliki
nama
sehari-hari.
dalam
menyebutkan
bilangan
delapan.
secara
Menurut
tidak
pendapat
langsung
guru
dalam
pembelajaran matematika. Menambah Tahap Setelah Pembelajaran
wawasan siswa terhadap budaya banten,
Refleksi dengan Guru
dan membiasakan diri siswa mencintai
Guru
belum
pembelajaran
pernah
menggunakan
matematika
aneka ragam budaya banten. Saran dari
berbasis
guru terhadap pembelajaran sebaikna
budaya banten, sehingga guru tertarik
diikuti
untuk
kemudian
menggunakannya
dalam [13]
dengan
bahasa
diselingi
banten
dengan
yang
artinya,
Supriadi, Andika Arisetyawan & Tiurlina, Mengintegrasikan Pembelajaran Matematika
membiasakan siswa dan guru bertanya-
matematika
jawab
siswa 7,8 dan 9 merasa senang belajar
menggunakan
Banten.
Soal
yang
bermanfaat mengingat
bahasa/budaya
berbasis
disajikan
sangat
matematika
siswa
dapat
bahasa Sunda.
sehingga budaya
dan
budaya
dengan
banten,
menggunakan
menggali
budayanya.
Respon siswa setelah belajar matematika dengan
menggunakan
pembelajaran
Refleksi dengan Siswa
matematika
Respon siswa setelah belajar matematika
siswa 10,11 dan 12 merasa senang belajar
dengan
matematika
menggunakan
matematika
berbasis
pembelajaran
budaya
banten,
berbasis
budaya
dengan
banten,
menggunakan
bahasa Sunda.
siswa 1 merasa senang belajar dengan
Respon siswa setelah belajar matematika
menggunakan bahasa daerah. Siswa 2
dengan
mengatakan senang karena gampang
matematika
belajar
dengan
siswa 13 merasa senang belajar dengan
menggunakan bahasa daerah. Walaupun
menggunakan bahasa Sunda dan Jawa.
siswa
Siswa 14 mengatakan senang belajar
matematatika 2
menuliskan
menggunakan
bahasa
responnya
Sunda,
namun
menggunakan
matematika
berbasis
pembelajaran
budaya
dengan
banten,
menggunakan
siswa 2 pun menyukai bahasa Jawa
bahasa daerah, sehingga cepat lancar
dalam
berbicara
penggunaan
bahasa
sehari-
dengan
bahasa
budaya
harinya. Siswa 3 mengatakan senang
Banten. Siswa 15 mengatakan senang
belajar
belajar
matematika
dengan
menggunakan bahasa Sunda dan bahasa
matematika
dengan
menggunakan budaya Banten.
Jawa. Respon siswa setelah belajar matematika Respon siswa setelah belajar matematika
dengan
dengan
matematika
menggunakan
matematika
berbasis
pembelajaran
budaya
banten,
menggunakan berbasis
pembelajaran
budaya
banten,
siswa 16 dan 18 merasa senang belajar
siswa 4 merasa senang belajar dengan
matematika
menggunakan bahasa daerah. Siswa 5
Budaya Banten. Siswa 17 senang belajar
mengatakan senang belajar matematika
matematika dengan bahasa Sunda dan
dengan menggunakan bahasa Sunda.
Jawa.
Siswa
6
mengatakan
matematika
dengan
senang
dengan
menggunakan
belajar
menggunakan
Respon siswa setelah belajar matematika
budaya Banten.
dengan
menggunakan
pembelajaran
matematika
berbasis
budaya
banten,
Respon siswa setelah belajar matematika
siswa
merasa
senang
belajar
dengan
matematika
menggunakan
pembelajaran [14]
19
dengan
menggunakan
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 1 April 2016
Budaya Banten. Siswa 20 senang belajar
menggunakan uji t. Setelah melakukan uji
matematika dengan bahasa daerah.
normalitas maka diperoleh data sebagai berikut:
Analisis Statistik Berdasarkan lembar kerja yang dikerjakan siswa
peneliti
memberikan
One-Sample Test
penilaian
Test Value = 65
sebagai berikut:
95% Confidence
No
Siswa
Nilai
1
S1
70
2
S2
90
3
S3
90
4
S4
90
5
S5
90
6
S6
70
7
S7
70
8
S8
80
9
S9
70
10
S10
100
11
S11
70
12
S12
70
13
S13
80
14
S14
80
15
S15
70
16
S16
70
17
S17
80
18
S18
90
19
S19
50
20
S20
70
Rerata
Interval
berbasis
budaya
)
ence
Lower r
4.8
19
.000
12.50
7.051
17.94
000
6
84
sebesar
menyatakan matematika
0,000
bahwa
<5%
ini
pembelajaran
berbasis
budaya
memiliki
keunggulan dari KKM nya. One-Sample Test Test Value = 68.88 95% Confidence Interval
t nil 3.3 ai
akan
of
Sig.
the
(2-
Mean Difference
tailed Differ
peneliti
Uppe
df
)
ence
Lower r
19
.004
8.620
3.171
14.06
00
6
84
11
Dari tabel uji t di atas diperoleh nilai
matematika
banten
Uppe
df
signifikansi
menguji perbandingan rerata nilai siswa pembelajaran
Mean Difference
Dari tabel uji t di atas diperoleh nilai
diperoleh KKM =65 dan Rerata kelas
melalui
(2-
lai 02
Berdasarkan data dari ketuntasan belajar maka
the
T
77,5
sehari-hari=68.88,
Sig. tailed Differ
Ni
of
signifikansi
dengan
menyatakan [15]
sebesar bahwa
0,004
<5%
ini
pembelajaran
Supriadi, Andika Arisetyawan & Tiurlina, Mengintegrasikan Pembelajaran Matematika
matematika
berbasis
budaya
memiliki
b. Karakterisitik Siswa Matematika dalam
keunggulan dari rerata kelasnya sehari-
pendirian SD Laboratorium UPI Kampus
hari.
Serang.
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis peneliti, siswa pada
Hasil penelitian ini lebih difokuskan pada
umumnya
aspek guru, siswa dan bahan ajar, yang
menggunakan pembelajaran matematika
nantinya
data
berbasis budaya Banten, selain dekat
SD
dengan kehidupan siswa, mereka pun dapat belajar bahasa daerah melalui
dapat
pendukung
dijadikan
dalam
pendirian
Laboratorium
UPI
Kampus
Serang.
Berdasarkan
analisis
peneliti
diperoleh
merasa
pelajaran
senang
matematika.
pembelajaran
bahan ajar sebagai berikut:
bercakap-cakap dengan menggunakan
a. Karakterisitik Guru Matematika dalam
budaya atau mempelajari budaya banten
pendirian SD Laboratorium UPI Kampus
dengan disuruh oleh guru kelasnya, saat
Serang.
pembelajaran siswa akan berdiskusi dan
Guru berperan sebagai fasilitator dan
memecahkan
mediator
dengan menggunakan budaya, setelah
pembelajaran
dapat
Sebelum
temuan pada karakteristik guru, siswa, dan
dalam
siswa
belajar
masalah
mencoba
matematika
matematika berbasis budaya Banten,
pembelajaran
siswa dapat
melakukan
karena guru harus terampil dan cakap
refleksi teradap kesan pembelajaran yang
dalam memahami budaya di Banten.
sudah diperoleh siswa
Guru menyuruh siswa merekontruksi pengalamannya
sendiri
pembelajaran
matematika.Guru
mengarahkan
siswa
dalam
untuk
c.
Karakteristik Matematika
belajar
Bahan dalam
Ajar/materi pendirian
SD
Laboratorium UPI Kampus Serang
bekerja sama dalam kelompoknya dalam
menemukan
pengetahuannya. pembelajaran guru
sendiri
Materi
akan
menggunakan
Didactical
Sebelum
Design Research. Bahan ajar didesain
mempersiapkan
guru yang disajikan akan menggunakan
bahan ajar disertai dengan prediksi
pembelajaran
dan
budaya
antisipasi pedagogik didaktik.
matematika
Banten.
Sebelum
berbasis digunakan
Guru selalu berdiskusi dan terbuka
bahan ajar diujicoba dan didiskusikan
dalam menerima masukan dan ilmu
dengan guru dan ahli pembelajaran.
dari
Diadakan
teman
melakukan
sejawat. refleksi
Guru
selalu
terhadap
situasi
pembelajaran yang sudah dilakukan.
analisis learning obstacles, didaktik
pedagogik,
metapedadidaktik, dan analisis retospektif dalam penyempurnaan bahan ajar.
[16]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 1 April 2016
Selain temuan terhadap aspek kualitatif,
Banten, dan setelah pembelajaran
peneliti
siswa
menggunakan
pendekatan
akan
melakukan
refleksi
analisis statistik dengan membandingkan
terhadap pengetahuan dan kesan
hasil penilaian siswa dengan KKM kelas.
setelah mendapatkan pembelajaran
Berdasarkan
berbasis budaya Banten.
pengolahan
data
menggunakan uji t diperoleh data bahwa
c. Materi dalam pembelajaran berbasis
nilai signifikansi < 5% yang menyatakan
budaya
bahwa
pembelajaran
menggunakan
berbasis
budaya
matematika
banten
memiliki
Banten
Materi
Didactical
akan Design
Research. Sebelum digunakan bahan
keunggulan yang signifikan.
ajar
diujicoba
dan
didiskusikan
dengan guru dan ahli pembelajaran. Diadakan SIMPULAN Adapun
situasi dari
diperoleh
kegiatan
beberapa
penelitian
temuan
ini,
analisis learning obstacles, didaktik
metapedadidaktik,
penting
pedagogik, dan
analisis
retospektif.
sebagai berikut: Pembelajaran budaya
matematika
banten
dapat
berbasis
REFERENSI
memberikan
Bishop, A. J et.al (1993). Significant Influences on Children’s Learning of Mathematics. Paris, France: UNESCO.
pengaruh yang positif terhadap aspek guru, siswa dan bahan ajar.
D’Ambrosio, U. (1990). Etnomatemática [Ethnomathematics]. São Paulo, SP, Brazil: Editora Ática.
a. Karakteristik guru dalam pembelajaran matematika berbasis budaya banten memiliki
kompetensi
berpikir
yang
Davidson .(2000). An Etnomathematics Approach to Teaching Language Minority Student. Center for Excellence in Education, North American University.
dituangkan dalam penyajian bahan ajar
yang
ideal.
kemampuan dalam
memiliki
metapedadidaktik menyiapkan
pembelajaran tahap
Guru
yang
sebelum,
dibagi
dalam
dan
setelah
saat
Gerdes, P. (1994). Reflections on ethnomathematics. For the Learning of Mathematics, 14(2), 19-22.
proses
Goldberg, M. (2000). Art and learning: An integrated Approach to Teaching and Learning in Multicultural and Multilingual Settings. 2 nd Ed. New York: Addison Wesley Longman.
pembelajaran. b. Siswa memiliki karakteristik yang selalu melakukan situasi berpikir terhadap permasalahan budaya banten yang diberikan guru, sebelum pembelajaran
Koentjaraningrat. (2002). Kebudayaan Flores. Dalam Koentjaraningrat (Ed.) Manusia dan ebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan Knowing: Proceedings.
siswa akan belajar mengenai budaya banten,
saat
belajar
siswa
akan
berdiskusi dan memecahkan masalah dengan
menggunakan
budaya [17]
Supriadi, Andika Arisetyawan & Tiurlina, Mengintegrasikan Pembelajaran Matematika
Kurumeh. (2004). Effects of Ethnomathematics Teaching Approach on Students Achievement and Interest in Geometry and Mensuration. Unpublished Ph.D Thesis. University of Nigeria, Nsukka.
Sardjiyo dan Pannen. (2005). Pembelajaran Berbasis Budaya: Model Inovasi Pembelajaran dan Implementasi KBK, Jurnal Pendidikan.
Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang NonEksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Schultes & Shannon. (1997). Mathematics and Culture: A unique Liberal Arts Experience. PRIMUS: Problems, Resources, and Issues in Mathematics Undergraduate Studies, 7(3), 222-234
Rosa, M.,& Orey, D. C. (2006). Abordagens Atuais do Parograma Etnomatemática: Delinenando-se um Caminho para a ação Pedagógica [Current Approaches in the Ethnomathematics as a Program: Delineating a path toward pedagogical action]. BOLEMA, 19(26), 19-48.
Supriadi, (2012). Memajukan Pendidikan Banten Berkarakter melalui Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya Banten. Makalah Suryadi, D. (2010). Didactical Design Research (DDR) dalam Pengembangan Pembelajaran Matematika I. Bandung: Seminar Nasional Pembelajaran MIPA di UM Malang, 13 Novermber 2010.
Rosa, M., & Orey, D. C. (2007). Cultural Assertions and Challenges towards Pedagogical Action of an Ethnomathematics Program. For the Learning of Mathematics, 27(1), 10-16.
Tyler, E.B. (1871). Primitive Cultur . London.
[18]