MENGIKUTI PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN, DAN KESEHATAN KERJA
SMK Bidang Keahlian: BISNIS DAN MANAJEMEN
Oleh: Sihabudin, S.Pd.
KATA PENGANTAR
Materi yang disusun dalam bentuk modul ini merupakan bahan ajar yang disiapkan bagi siswa dan guru dalam usaha pencapaian standar kompetensi Mengikuti prosedur Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Kegiatan belajar yang terdapat di dalamnya mencakup beberapa kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa, antara lain lain meliputi; mengikuti prosedur
keamanan,
keselamatan,
dan
kesehatan
kerja,
menghadapi
situasi-situasi
darurat/emergency, menjaga standar keamanan penampilan pribadi, dan memberikan umpan balik mengenai keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja. Modul ini disusun berdasarkan kurikulum 2004 dan kajian materinya disusun secara sistematis sesuai dengan kompetensi dasar yang diajarkan. Dengan penyusunan modul ini diharapkan turut membantu siswa dan guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Penulis menyadari di dalam penyusunan modul ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi peningkatan mutu modul di masa yang akan datang. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya modul ini, terutama kepada (nama penerbit/pihak yang membantu beredarnya modul ini).
Kota Tangerang, September 2014
Penulis
SUB KOMPETENSI I MENGIKUTI PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat menentukan bagi perusahaan. Sebagai faktor yang memberikan kontribusi besar terhadap perusahaan, tenaga kerja perlu mendapat perhatian serius. Salah satu upaya dan bentuk perhatian perusahaan terhadap tenaga kerja adalah dengan diterapkannya program keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan. Tanpa adanya perhatian dan pemeliharaan tenaga kerja, maka tujuan-tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang akan terhambat. Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta bebas pencemaran lingkungan menuju peningkatan produktivitas sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
tentang keselamatan kerja. Seperti diketahui bahwa
kecelakaan kerja bukan hanya menimbulkan korban jiwa maupun proses produksi secara menyeluruh dan merusak lingkungan yang akhirnya berdampak kepada masyarakat luas. Karena itu perlu dilakukan upaya yang nyata untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja secara maksimal. Apabila dilakukan analisis secara mendalam maka kecelakaan, peledakan, kebakaran, dan penyakit akibat kerja pada umumnya disebabkan tidak dijalankannya syarat-syarat K3 secara baik dan benar. A. Pengertian Keamanan, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja 1. Keamanan Kerja Keamanan kerja adalah suatu usaha untuk menjaga dan melindungi pekerja dan fasilitas/asset yang dimiliki, baik yang berada di dalam perusahaan maupun yang berada di luar lingkungan perusahaan. Upaya memberikan jaminan keamanan kerja tidak hanya diperuntukkan bagi tenaga kerja yang bekerja di dalam lingkungan perusahaan, tetapi juga bagi tenaga kerja yang bekerja di lapangan, misalnya: karyawan bank yang bertugas mengambil atau mengantarkan uang ke suatu tempat perlu mendapat pengawalan yang ketat untuk mengantisipasi tindak kejahatan. Di dalam kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, khusus mengenai keamanan kerja dijelaskan bahwa pihak perusahaan wajib mengatur dan memelihara ruangan, alat, dan perkakas, dimana perusahaan menyuruh pegawainya melakukan pekerjaan sehingga para pekerja terlindung dari bahaya. Apabila perusahaan tidak memenuhi kewajiban tersebut, pihak perusahaan wajib mengganti kerugian kepada pekerja yang tertimpa musibah saat bekerja. 2. Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang pada saat bekerja. Keselamatan kerja berhubungan dengan mesin, peralatan kerja, bahan, dan proses pengolahannya, lingkungan kerja, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Dengan demikian, keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Jadi, dapat dikatakan bahwa bahaya yang dapat timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan, proses pengerjaannya, dan lingkungan kerja harus sebisa mungkin dikendalikan dan atau bila mungkin dihilangkan. Masalah keselamatan kerja perlu mendapat perhatian serius, mengingat lingkungan kerja yang aman, tenang, dan tenteram akan membuat pekerja bersemangat dan dapat bekerja dengan lebih baik lagi sehingga diperoleh hasil kerja yang memuaskan. 3. Kesehatan Kerja Kesehatan kerja merupakan upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat disekitarnya agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Undang-Undang Kesehatan tahun 1992 pasal 23). Kapasitas kerja meliputi status kesehatan pekerja, dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima, semuanya itu diperlukan agar pekerja dapat melakukan pekerjaan secara baik dan optimal. Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat kerja yang terlalu berat atau fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan pekerja mengalalmi gangguan atau penyakit akibat kerja. Sedangkan kondisi lingkungan kerja turut dipengaruhi oleh panas, kebisingan, debu, maupun zat-zat kimia. Selain kesehatan kerja, dikenal juga istilah hygiene kerja, yaitu ilmu terapan yang mendalami masalah identifikasi, pengukuran, evaluasi, dan pengendaliannya terhadap faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan
perusahaan. Kesehatan kerja dan higiene kerja merupakan satu kesatuan yang saling mengisi dan bekerja sama mengatasi permasalahan kesehatan secara menyeluruh dari tenaga kerja. Perbedaan kesehatan kerja dan hygiene kerja dapat dilihat pada table berikut ini: Kesehatan kerja
Higiene kerja
Sasarannya adalah Manusia
Sasarannya adalah lingkungan kerja
Bersifat medis
Bersifat teknis
Secara keseluruhan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. B. Tujuan Keamanan, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja 1. Tujuan Keamanan Kerja Setiap pekerja menginginkan adanya keamanan dalam bekerja, baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja (lapangan). Keamanan saat bekerja akan membuat pekerja merasa tenang dan nyaman sehingga lebih berkonsentrasi terhadap pekerjaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas. Tujuan keamanan kerja, antara lain: a. Meningkatkan kinerja menuju hasil yang lebih baik , b. Melindungi pekerja ketika sedang bekerja, c. Melindungi dan menjaga fasilitas dan asset perusahaan.
2. Tujuan Keselamatan Kerja Keselamatan kerja erat kaitannya dengan usaha peningkatan hasil produksi dan pencapaian produktivitas kerja. Menurut Dr. Suma’mur P.K, M.Sc. dalam bukunya yang berjudul “Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan”, dikemukakan bahwa
produktivitas adalah perbandingan di antara hasil kerja (output) dan upaya yang dipergunakan (input). Pengaruh keselamatan kerja terhadap peningkatan produktivitas diperlihatkan oleh hal-hal berikut ini: a. Tingkat keselamatan kerja yang tinggi dapat menghindari terjadinya pengeluaranpengeluaran yang tidak perlu. b. Tingkat keselamatan kerja yang tinggi akan menciptakan suasana kerja yang nyaman dan aman sehingga para karyawan dapat bekerja semaksimal mungkin. Sedangkan yang menjadi tujuan dari keselamatan kerja, antara lain: a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melaksanakan pekerjaan, b. Menjamin keselamatan tiap orang yang berada ditempat kerja, c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
3. Tujuan Kesehatan Kerja Penanganan kesehatan kerja yang baik akan membuat tenaga kerja mampu bekerja dengan baik pula karena para tenaga kerja merasa nyaman dalam menjalankan tugasnya, sebaliknya apabila lingkungan kerja kurang baik misalnya dari sisi ventilasi yang kurang baik, penerangan dan kebersihan yang kurang memadai, ruangan yang sangat padat, serta suhu yang sangat panas akan mengakibatkan menurunnya produktivitas para tenaga kerja. Pentingnya arti produktivitas dalam meningkatkan kesejahteraan telah disadari secara universal, tidak ada jenis kegiatan manusia yang tidak mendapatkan keuntungan dari produktivitas yang di tingkatkan sebagai kekuatan untuk menghasilkan lebih banyak barang maupun jasa, peningkatan produktivitas juga menghasilkan peningkatan langsung pada standar hidup yang berada di bawah kondisi distribusi yang sama dari perolehan produktivitas yang sesuai dengan masukan tenaga kerja. Perusahaan yang telah menyadari pentingnya tingkat produktivitas akan selalu memperhatikan factor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga kerja salah satunya adalah keselamatan dan kesehatan kerja. Beberapa
upaya
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
untuk
meningkatkan
produktivitastenaga kerja adalah dengan memberikan jaminan kepada tenaga kerja yang antara lain berupa:
- Jaminan pengobatan dan perawatan karena pekerjaan - Gaji selama sakit - Tunjangan kecelakaan kerja, misalnya; asuransi dan tunjangan berupa uang.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa kesehatan kerja bertujuan untuk: a. Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif b. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan kerja yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosialnya. c. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada meningginya efisiensi dan daya produktivitas factor manusia dalam produksi. Dari tujuan-tujuan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dibuatnya aturan penyelenggaraan keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja pada hakekatnya adalah pembuatan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan peralatan dalam bekerja serta pengaturan dalam penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan, sehingga potensi bahaya kecelakaan tersebut dapat dieliminir. C. Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 dan Hukum K3 Yang Berlaku Secara Internasional Beberapa peraturan perundangan yang berlaku selama ini termasuk produk kolonial yang menempatkan pekerja pada posisi yang sulit dan kurang menguntungkan dalam hal pelayanan penempatan tenaga kerja dan sistem hubungan industrial yang menonjolkan perbedaan kedudukan dan kepentingan sehingga dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini dan tuntutan masa yang akan datang. Ketentuan-ketentuan yang masih relevan dari peraturan perundang-undangan yang lama ditampung dalam undang-undang baru, yaitu Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003. Selain mencabut ketentuan yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan dan
perkembangan zaman, undang-undang ini jugadimaksudkan untuk menampung perubahan yang sangat mendasar di segala aspek kehidupan bangsa Indonesia dengan dimulainya reformasi. Rancangan Undang-Undang ketenagakerjaan yang disahkan menajdi UndangUndang No. 13 tahun 2003 pada tanggal 25 Maret 2003 oleh pemerintah terdiri atas 18 Bab dan 193 pasal, antara lain mencakup penempatan tenaga kerja; penggunaan tenaga kerja asing; hubungan kerja perlindungan, pengupahan dan kesejahteraan; hubungan industrial, pemutusan hubungan kerja; ketentuan pidana dan sanksi administratif. Dalam ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, khusus mengenai keselamatan dan kesehatan kerja terdapat dalam pasal 86 dan 87. Pasal 86: (1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: a. Keselamatan dan kesehatan kerja b. Moral dan kesusilaan c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. (2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. (3) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Pasal 87: (1) Setiap perusahaan wajib menerapkan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan system manajemen perusahaan. (2) Ketentuan mengenai penerapan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.
Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Khusus pasal 86 ayat (2):
“ Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi”. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja merupakan ketentuan pokok dibidang keselamatan dan kesehatan kerja. Undang-Undang ini menegaska ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja. Didalam penjelasan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja khusus pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa ruang lingkup bagi berlakunya undang-undang ini jelas ditentukan oleh tiga unsur, yaitu: 1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi sesuatu usaha, 2. Adanya tenaga kerja yang berada disana, 3. Adanya bahaya kerja di tempat itu. Ditambahkan pula dalam penjelasan pasal 2 ayat (2), diperinci sumber-sumber bahaya yang dikenal dewasa ini yang bertalian dengan: 1. Keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat-alat kerja, peralatan lainnya, bahan-bahan, dan sebagainya. 2. Lingkungan 3. Sifat pekerjaan 4. Proses produksi
Hukum keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku secara internasional tertuang dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1969 tentang persetujuan konvensi ILO No 120. Adapun isi konvensi ILO No. 120 adalah: a. Semua bangunan yang digunakan oleh pekerja-pekerja dan perlengkapannya harus selalu dipelihara dengan baik dan dijaga kebersihannya. (Pasal 7).
b. Semua bangunan yang digunakan oleh pekerja-pekerja harus mempunyai ventilasi yang cukup dan sesuai, bersifat alami atau buatan atau kedua-duanya, yang dapat member udara segar atau yang dibersihkan. (Pasal 8). c. Semua bangunan
yang digunakan oleh pekerja-pekerja harus mempunyai
pennerangan yang cukup dan sesuai, tempat-tempat kerja sedapat mungkin harus mendapat penerangan alam. (Pasal 9). d. Bangunan harus mempunyai suhu dan keadaan yang nyaman untuk para pekerja. (Pasal 10). e. Semua tempat kerja dan tempat duduk harus disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan kesehatan para pekerja. (Pasal 11). f. Tersedianya air minum yang sehat untuk para pekerja. (Pasal 12). g. Tersedianya perlengkapan mencuci dan sanitasi yang cukup dan sesuai yang dipelihara dengan baik. (Pasal 13). h. Tersedianya tempat duduk yang cukup dan sesuai untuk pekerja serta kesempatan yang cukup untuk menggunakannya. (Pasal 14). i. Tersedianya fasilitas yang sesuai untuk mengganti, menyimpan, dan menggunakan pakaian yang tidak dipakai pada waktu bekerja yang dipelihara dengan baik. (Pasal 15). j. Bangunan yang berada di bawah tanah atau bangunan yang tidak mempunyai jendela harus memenuhi standar kesehatan dan keselamatan kerja yang baik. (Pasal 16). k. Adanya perlindungan untuk para pekerja dari bahan, proses, dan teknik yang berbahaya, tidak sehat, atau beracun. (Pasal 17). l. Pengurangan atau peniadaan kegaduhan dan getaran-getaran yang memberikan pengaruh berbahaya untuk para pekerja. (Pasal 18).
D. Prosedur Bekerja Dengan Aman dan Tertib Prosedur bekerja dengan aman dan tertib yang dilakukan pihak pengusaha antara lain:
(1) Menetapkan standar K3. (2) Menetapkan tata tertib dan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi. Sedangkan prosedur bekerja dengan aman dan tertib yang dilakukan karyawan antara lain: (1) Meningkatkan kecakapan dan kedisiplinan kerja. (2) Meningkatkan tanggung jawab terhadap pekerjaan. (3) Memperbaiki cara kerja melalui pelatihan/pendidikan. (4) Melakukan pemeriksaan kesehatan (5) Menyelaraskan kemampuan dengann bidang kerja atau alat yang digunakan. (6) Menggunakan alat pelindung kerja.
Prosedur itu sendiri merupakan tingkatan atau tahap-tahap kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan. Jadi, prosedur bekerja dengan aman dan tertib adalah berbagai tahapan kegiatan yang dilakukan oleh pengusaha dan pekerja agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan perasaan aman dan terciptanya ketertiban seperti yang diharapkan.
E. Prosedur Pencegahan Agar Tujuan K3 Dapat Tercapai Usaha pencegahan ditujukan kepada lingkungan, mesin-mesin dan alat-alat kerja, perkakas kerja, dan manusia.Pencegahan kecelakaan kerja memerlukan kerjasama berbagai macam bidang keahlian/profesi seperti pembuat undang-undang, pegawai pemerintah, ahli teknik, ahli medis, psikologi, ahli statistic, guru, pengusaha, dan pekerja. Prosedur pencegahan yang dapat dilakukan agar tujuan K3 dapat tercapai antara lain: 1. Peraturan perundang-undangan Yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan, pemeliharaan, pengawasan, pengujian, cara kerja peralatan, tugas-tugas pengusaha dan buruh, pemeriksaan kesehatan, dan P3K.
2. Standarisasi Yaitu penyesuaian bentuk maupun ukuran, dan sebagainya dengan menggunakan pedoman yang telah ditetapkan dan dipakai sebagai tolak ukur. Pada dasarnya baik buruknya K3 di tempat kerja dapat diketahui melalui pemenuhan standar K3. 3. Pengawasan Yaitu pengawasan terhadap pelaksanaan kerja dan ketentuan-ketentuan perundangundangan yang diwajibkan. 4. Riset Yaitu penelitian atau pengkajian suatu masalah secara sistematis dan ilmiah. Riset yang dilkukan dapat meliputi; riset teknis, riset medis, dan riset psychologis. 5. Pendidikan dan latihan Pendidikan mempunyai arti yang sangat penting untuk menumbuhkan kesadaran akan arti pentingnya K3. Sedangkan latihan berperan untuk meningkatkan kemampuann dan keterampilan karyawan. 6. Persuasi Yaitu suatu cara pendekatan yang sifatnya pribadi dengan tidak memaksakan melalui sanksi-sanksi, misalnya dengan penyuluhan. 7. Asuransi Yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan kerja, misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar perusahaan apabila pekerja mendukung K3.
F. Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan Keamanan Bentuk gangguan keamanan umumnya disbabkan oleh kesalahan manusianya tetapi juga dimungkinkan oleh factor lain yang bersifat teknis maupun non teknis. Gangguan keamanan yang disebabkan oleh factor yang bersifat teknis, antara lain: Gangguan-gangguan seperti pintu keluar yang macet Tumpahnya bahan kimia Kesalahan perawatan seperti kabel listrik yang terkelupas
Kurang penerangan Rak yang tidak aman Kecelakaan Kebakaran yang terjadi karena kesalahan prosedur dan operasional mekanik. Faktor yang bersifat non teknis, antara lain: Kriminalitas: pencurian, penodongan, perampokan, pembunuhan, penganiayaan. Bencana alam: gunung meletus, banjir, gempa, tsunami, tanah longsor. Ancaman bom, ledakan bom.
G. Laporan Mengenai Kejadian Pencurian Dalam membuat laporan kejadian yang singkat dan jelas arahnya harus berdasarkan prinsip dasar manajemen umum, yaitu: 1. Who (siapa)
: pelaku dan korban
2. What (apa)
: apa yang terjadi
3. When (kapan)
: waktu kejadian
4. Where (dimana)
: letak/tempat kejadian
5. Why (mengapa)
: analisis penyebab kejadian
6. How (bagaimana)
: jalan cerita terjadinya
7. How many (berapa banyak)
: jumlah korban material dan personil.
Contoh surat laporan kejadian:
Kepada Yth. …………………… …….. …………………… ……..
LAPORAN KEJADIAN No. : ………………………. 1. Pada hari i i ………………. Ta ggal ………………………… tahu ……….. saya ……………………. Jabata ………………………….
elaporka sebagai berikut :
2. Pada Hari i i …………………..ta ggal ………………………….. a tara ja ja
…… sa pai de ga
………. Telah terjadi …………. Te pat kejadia di …………… Pelaku …………………….
Bara g bukti ya g dite uka ……………….. Sa ksi ……………………. 3. Ti daka ya g dilakuka : …………………… 4. Demikian laporan singkat ini saya buat dengan sebenarnya untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi pimpinan dalam mengambil langkah selanjutnya.
Jakarta, …………………………… Mengetahui,
LEMBAR KERJA SISWA Mata Pelajaran Kelas/Program Hari/Tanggal
: Ekonomi dan Bisnis (Menjelaskan K3LH) : :
I. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang benar berikut ini! 1. Hukum kesehatan dan keselamatan kerja internasional berlaku untuk badan-badan atau lembaga sebagai berikut, kecuali… a. badan perniagaan d. industri pengangkutan b. lembaga jasa e. rumah tangga c. lembaga perdagangan 2. Hukum kesehatan dan keselamatan kerja internasional tertuang dalam… a. konvensi ILO No. 120 d. artikel 10 dari “politic tuiju Reglement” b. declaration of Human Right e. veiligheids ordonantic 1910 c. magna Charta 3. Yang mempunyai tanggung jawab dalam upaya menjaga keamanan dan keselamatan kerja adalah… a. satpam d. panitia keselamatan kerja b. polisi e. semua orang yang bekerja di dalamnya c. pimpinan perusahaan 4. “Semua bangunan yang digunakan oleh pekerja-pekerja dan perlengkapannya harus selalu dipelihara dengan baik dan dijaga kebersihannya”. Pernyataan tersebut tertuang dalam… a. konvensi ILO No. 120 pasal 7 d. konvensi ILO No. 120 pasal 10 b. konvensi ILO No. 120 pasal 8 e. konvensi ILO No. 120 pasal 11 c. konvensi ILO No. 120 pasal 9 5. “Bangunan harus mempunyai suhu dan keadaan yang nyaman untuk para pekerja”. Pernyataan tersebut tertuang dalam… a. konvensi ILO No. 120 pasal 7 d. konvensi ILO No. 120 pasal 10 b. konvensi ILO No. 120 pasal 8 e. konvensi ILO No. 120 pasal 11 c. konvensi ILO No. 120 pasal 9 6. Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja, memuat tentang… a. keselamatan kerja b. penggantian kerugian bagi buruh yang mengalami kecelekaan atau penyakit akibat kerja c. hygiene perusahaan atau keselamatan kerja d. jam kerja, cuti tahunan, cuti hamil, aturan tentang tempat kerja e. syarat-syarat tempat kerja
7. Prosedur keselamatan dan keamanan kerja dalam suatu perusahaan akan berbeda dengan prosedur keselamatan dan keamanan kerja diperusahaan lain. Hal ini tergantung dari… a. tunjangan yang diperoleh karyawan b. karakteristik pimpinan c. tingkat pendidikan d. jenis usaha dan proses produksi e. pengalaman kerja masing-masing 8. Berikut ini adalah bahaya-bahaya di tempat kerja, kecuali… a. semburan api, air panas, uap dan gas b. pencemaran lingkungan c. sentuhan listrik d. kerusakan mesin, peralatan, bahan dan bangunan e. gempa bumi 9. Salah satu alat/tanda peringatan bahaya yang paling tradisional adalah… a. kentongan d. pengeras suara b. alarm e. rambu-rambu lalu lintas c. sirine 10. Kelalaian adalah salah satu factor timbulnya keadaan bahaya yang disebabkan oleh… a. alat dan mesin d. manusia b. lingkungan tempat kerja e. fasilitas c. bahan yang digunakan 11. Di dalam mengidentifikasi perilaku yang mencurigakan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut, kecuali… a. berada bukan pada tempatnya b. mengenali tipe pelanggan yang biasa dating berbisnis c. sikap yang tidak biasanya d. memaksakan kehendak e. melaporkan diri kepada petugas keamanan 12. Tembakan peringatan dilakukan untuk member peringatan kepada pelaku tindak kejahatan supaya… a. menyerahkan diri d. mau mengakui kesalahan b. melarikan diri e. introspeksi diri c. berlari lebih cepat 13. Agar orang-orang dapat menyelamatkan diri, sebuah bangunan harus… a. mempunyai minimal dua jalan pada dua arah yang berlawanan b. mempunyai minimal dua jalan pada arah yang sama c. hanya mempunyai satu pintu masuk dan keluar d. mempunyai alternative jalan keluar yang tersembunyi e. mempunyai jalan keluar yang diperuntukkan bagi karyawann saja. 14. Berikut ini merupakan prosedur keadaan darurat untuk menangani kebakaran, kecuali… a. menutup sumber api dengan kain basah b. menutup sumber api dengan kain kering c. mematikan arus listrik
d. menyelamatkan dokumen penting dan barang berharga e. melaporkan kepada pihak yang terkait 15. Di bawah ini merupakan prosedur yang harus dilakuakan pada korban sengatan arus listrik, kecuali… a. mematikan tombol utama b. memisahkan korban dengan benda yang dialiri arus listrik c. memakai sandal karet yang dibasahi terlebih dahulu d. membaringkan korban e. menekan bagian pinggir luka sebelum dibalut 16. Kesehatan kerja bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggitingginya dengan usaha-usaha preventif dan kuratif. Kata “preventif mempunyai arti… a. Timbul secara mendadak dan cepat memburuk b. mencegah c. mengobati d. terapi e. mengulangi 17. Tingkat kesehatan dan kesegaran jasmani akan berpengaruh pada produktivitas kerja. Produktivitas adalah… a. kemampuan untuk menghasilkan barang atau jasa b. jumlah yang dihasilkan seseorang c. kecenderungan khusus ke arah perkembangan d. penyesuaian agar menjadi terbiasa pada lingkungan e. penyerasian antara pekerja, peralatan kerja, dan lingkungan kerja 18. Undang-Undang yang mengatur tentang ketenagakerjaan adalah… a. UU No. 13 tahun 2002 d. UU No. 14 tahun 2003 b. UU No. 14 tahun 2002 e. UU No. 15 tahun 2003 c. UU No. 13 tahun 2003 19. Goggles adalah alat pelindung yang dimaksudkan untuk melindungi… a. saluran pernafasan c. hidung e. mulut b. telinga d. mata 20. Respirator adalah dalah alat yang digunakan untuk melindungi bagian… a. saluran pernafasan c. hidung e. mulut b. telinga d. mata
II. Essay 1. Jelaskan yang dimaksud dengan: a. Keamanan kerja b. Keselamatan kerja c. Kesehatan kerja 2. Sebutkan tujuan kesehatan kerja! 3. Jelaskan pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap tingkat produktivitas! 4. Uraikan bunyi pasal 86 ayat 1 mengenai keselamatan dan kesehatan kerja 5. Sebutkan factor yang bersifat teknis yang menjadi penyebab gangguan keamanan!
LEMBAR JAWAB SISWA Nama Mata Pelajaran Kelas/Program Tanggal
Score:
: : : :
A. Pilihan Ganda NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
A B C D E NO. A B C D E B. Essay
*** Selamat Mengerjakan ***