Mengenal Digital Forensik Ray Indra
[email protected] :: http://rayindra.ilearning.me
Abstrak Sejak dikenalnya internet, kejahatan dunia maya (cybercrime) pun mulai berkembang dengan pesat. Jenis cybercrime yang dilakukan pun bermacam-macam, dari penyebaran virus, pembobolan sistem (cracking), pemakaian kartu kredit secara ilegal (carding), sabotase terhadap perangkat digital, pencurian informasi suatu organisasi hingga cyberterrorism. Pelaku kejahatan dapat melakukan kejahatannya di belahan dunia manapun, tanpa terbatas jarak dan waktu. Penanganan kejahatan komputer ini pun tidak dapat disamakan dengan penanganan untuk kejahatan di dunia nyata. Oleh karena itu, penulis ingin mengenalkan tentang digital forensik.
Kata Kunci: digital forensik, cybercrime
Pendahuluan Tujuan saya menulis artikel ini adalah untuk mengenalkan bahwa kejahatan dunia maya (cybercrime) sudah mulai berkembang dan bertransformasi dalam berbagai macam bentuk. Dikarenakan kejahatan di dunia nyata dan di dunia maya itu berbeda, maka lahirlah sebuah konsep yang dinamakan digital forensik. Penulis ingin mengenalkan apa itu digital forensik.
Lisensi Dokumen: Copyright © 2008-2014 ilmuti.org Seluruh dokumen di ilmuti.org dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang disertakan dalam setiap dokumen. Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari ilmuti.org
Pembahasan Digital forensik adalah sebuah cabang dalam ilmu komputer yang mempelajari mengenai investigasi, analisa, recovery, dan management data dari media digital yang biasanya setelah terjadi aksi cybercrime. Dalam dunia nyata, penyelidikan dapat diacu dari “crime scene” atau tempat kejadian perkaranya (yang seringkali dipasang garis polisi berwarna kuning, dan bertuliskan “Do not cross/dilarang melintas”). Namun tidak demikian untuk kejahatan komputer. Karena kejahatan komputer ini umumnya meninggalkan “jejak digital”, maka para ahli forensik komputer akan mengamankan barang bukti digital atau biasa disebut sebagai e-evidence (dan tanpa perlu membuat garis polisi berwarna kuning). E-evidence dapat berupa komputer, ponsel, kamera digital, hard disk, USB flash disk, memory card, dan lain sebagainya.
Dalam penanganan e-evidence ini, diperlukan perlakukan khusus karena hampir semua informasi digital yang tersimpan di media, dapat dengan mudah berubah dan diubah – dan sekali terjadi perubahan, akan sulit untuk dideteksi atau dikembalikan dalam keadaan awalnya (kecuali telah dilakukan upaya-upaya untuk mencegah perubahan). Hal yang sering dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah menghitung nilai hash kriptografik yang berfungsi sebagai validasi keaslian data.
Beberapa perlakukan untuk menangani e-evidence yang lazim dilakukan adalah: 1. Memberikan write-blocker terhadap media yang hendak dianalisis sehingga tidak memungkinkan terjadinya penulisan/penambahan atau modifikasi data terhadap media tersebut. 2. Membuat image duplikat media tersebut (dan nantinya analisis dilakukan terhadap image file yang dihasilkan).
Lisensi Dokumen: Copyright © 2008-2014 ilmuti.org Seluruh dokumen di ilmuti.org dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang disertakan dalam setiap dokumen. Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari ilmuti.org
3. Merekam semua chain of custody atau tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap e-evidence yang ada. 4. Menggunakan perangkat yang telah diuji, dan dievaluasi untuk memastikan akurasi dan reabilitasnya.
Namun, penggunaan e-evidence tidaklah dapat disamaratakan. Prosedur umum berlaku untuk proses forensik secara umum, sedangkan pada kasus-kasus khusus akan dibutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak yang khusus pula.
Digital forensik memiliki sub cabang keilmuan lagi, yaitu komputer forensik, mobile device forensic, network forensic, dan database forensic.
Computer forensic Tujuan dari computer forensic adalah untuk menjelaskan mengenai jejak atau status dari sebuah perangkat digital, seperti sistem komputer, media penyimpanan, atau dokumen elektronik. Bidang keilmuan ini biasanya dihubungkan dengan ilmu komputer, embedded systems, dan memory statis seperti usb.
Mobile device forensics Mobile device forensics adalah salah satu cabang keilmuan dari digital forensik yang mempelajari bagaimana me-recovery data digital dari sebuah mobile device. Ini berbeda dengan computer forensics, dalam mobile device forensics sangan berhubungan dengan sistem komunikasi seperti GSM atau cdma, dan biasanya juga berkaitan dengan mekanisme penyimpanan. Proses investigasi biasanya difokuskan pada data yang sederhana seperti data panggilan, dan komunikasi seperti email atau sms, dan juga data yang sudah terhapus dari media penyimpanan mobile device. mobile devices biasanya juga bisa digunakan untuk menemukan informasi mengenai lokasi, yaitu mengunakan
Lisensi Dokumen: Copyright © 2008-2014 ilmuti.org Seluruh dokumen di ilmuti.org dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang disertakan dalam setiap dokumen. Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari ilmuti.org
GPS atau alat pencari lokasi atau melalui cell site logs, yang melacak perangkat yang masuk di dalam range nya.
Network Forensics Network forensics berkonsentrasi pada monitoring dan analisa traffic data pada jaringan komputer, baik lokal maupun WAN/Internet, untuk mendapatkan informasi, evidence collection, ataupun deteksi serangan.
Database forensics Database forensics adalah cabang dari digital forennsics yang mempelajari aktivitas forensics pada database dan metadatanya. investigasi dijalankan menggunakan kontent dari database, log files, dan pada data RAM untuk membangun suatu informasi yang berkaitan untuk di recover.
Penutup Kehadiran internet telah melahirkan sebuah kejahatan baru, yaitu kejahatan dunia maya (cybercrime) yang marak terjadi di jaman sekarang yang serba terkomputerisasi. Untuk mengantisipasi dan menangani kasus cybercrime tersebut, maka lahirlah sebuah konsep bernama digital forensik, yaitu sebuah cabang dalam ilmu komputer yang mempelajari mengenai investigasi, analisa, recovery, dan management data dari media digital yang biasanya setelah terjadi aksi cybercrime. Akhir kata, penulis berharap semoga ini menambah wawasan kita semua. Aamiin.
Referensi Belajar dan Berbagi. Mengenal Digital Forensik. Diperoleh 22 April 2014, dari http://www.ksatriapembelajar.com/2012/02/mengenal-digital-forensik.html pcbolong.
Digital
Forensic.
Diperoleh
22
April
2014,
dari
http://pcbolong.blogspot.com/2011/10/digital-forensic.html Lisensi Dokumen: Copyright © 2008-2014 ilmuti.org Seluruh dokumen di ilmuti.org dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang disertakan dalam setiap dokumen. Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari ilmuti.org
Biografi Ray Indra Taufik Wijaya atau sering dipanggil dengan Ray, lahir di Bandung pada tanggal 15 Oktober 1992. Hobi menulis, bermain games dan menonton film. Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sistem Informasi dengan Konsentrasi Business Intelligence di Perguruan Tinggi Raharja Tangerang dan sedang fokus menjalani KKP (Kuliah Kerja Praktek) bersama Averroes Group dengan pembimbing Pak Ir. Untung Raharja, M.T.I menangani Project iTunes U. Penulis bisa dihubungi via twitter: @rayindra dan bisa juga via email:
[email protected]. Terima kasih.
Lisensi Dokumen: Copyright © 2008-2014 ilmuti.org Seluruh dokumen di ilmuti.org dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang disertakan dalam setiap dokumen. Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari ilmuti.org