“MENGENAL ANAK UNDER ACHIEVER DAN UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJARNYA DI MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) Sulthon Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus
Abstract: underachiever is a psychosocial conditions experienced by the child so it causes the failure in achievement related to his ability. Psychological factors relate to the children characteristics while social factors relate to the less responsive environment and less attention to the child. This lack of motivation in the child’s progress and learning is a part of the psychological aspects that determine the child becomes an underachiever. While low motivation is triggered by negative assessment itself. Under-achiever children tend to lack confidence in their own abilities as a result of the low perception or a picture of yourself that is formed from environmental influences. As a result, the children have less confidence in the success or less believes that they are able to achieve success in the end a low motivation to learn. Besides environmental factors of personality factors also have a major impact on the cause of an underachiever, a teacher who ignores more children into the cause worsening underachiever. Also parents pay less attention to the child’s learning so that children no strength to want to realize the capabilities that the achievements are not in accordance with their potential (intelligence). Key words: underachiever, Achievement, and MI Student.
A. Pendahuluan Pendidikan yang berkualitas dan bermutu bagi semua warga negara merupakan hak yang telah diakomodir dalam UUSPN NO.20 tahun 2003 pada pasal 11 ayat 1. Untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas selalu bersinergi dengan upaya peningkatan pembelajaran yang juga
200
berkualitas. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa berbicara masalah kualitas pembelajaran selalu terkait dengan tujuan pembelajaran, guru, siswa, materi dan sarana prasarana pembelajaran. Dari kelima komponen di atas yang paling menentukan adalah guru dan siswa, guru akan menciptakan kualitas pembelajaran sedang siswa menjadi subyek yang akan melakukan belajar. Hasil belajar siswa adalah ukuran keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru. Yang paling dominan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa adalah kualitas pembelajaran oleh guru dan kondisi siswa dalam belajar. Kualitas pembelajaran ditentukan oleh seberapa besar guru itu dapat memenuhi kompetensi guru atau (professionalitas) sedang karakteristik siswa ditentukan oleh aspek kesiapan (kondisi psikologis) yang mempengaruhi motivasi, minat dan keinginan siswa dalam belajar. Aspek psikologis merupakan hal yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar, karena hampir sebagian besar dari hasil belajar seseorang ditentukan oleh faktor ini. Bagi siswa, keberhasilan belajar apa saja itu sangat tergantung pada motivasi, keinginan, harapan kepercayaan diri pada kemampuan, kesungguhan dan keseriusan seseorang serta keteraturan dalam mengelola waktu dan kesempatan belajar. Motivasi yang baik didukung dengan stabilitas emosi yang baik pula serta memiliki keyakinan diri terhadap kemampuannya yang baik dan kemampuan yang baik maka dimungkinkan akan mencapai hasil belajar yang maksimal. Selanjutnya dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas yang harus dilakukan guru adalah menciptakan suasana yang kondusif yang mencakup kesiapan jiwa (siswa) dan permbelajaran yang bermutu sebagai tugas bagi guru. Guru dituntut tidak hanya menguasai materi dan metodologi pembelajaran agar berkualitas namun bila kesiapan belajar siswa belum terbentuk maka hasil belajar sisw secara otomatis juga belum maksimal. Banyak dijumpai di lapangan bahwa banyak anak yang memiliki kecerdasan yang baik tapi hasil belajarnya tidak maksimal bahkan dibawah rata-rata, hal ini menunjukkan ada hal yang masih terhambat menyangkut aspek psikologis siswa. Anak yang memiliki kemampuan tinggi atau normal namun hasil belajar yang dicapai berada di bawah kemampuannya atau dibawah rata-rata kelas maka dapat diindikasikan anak tersebut mengalami under achiever. Anak under achiever adalah anak yang memiliki kemampuan baik namun terdapat hambatan motivasi Sulthon “Mengenal Anak Under Achiever Dan Upaya Peningkatan Prestasi Belajarnya Di Madrasah Ibtidaiyah (MI)
201
dan emosi serta kurang memahami kemampuanya sehingga prestasi belajrnya selalu berada jauh dibawah rata-rata kelas. Anak underachiever ini banyak dialami anak-anak yang berada di Madrasah Ibtidaiyah (MI). Karena banyak hal yang menyebabkan diantaranya karena anak memiliki motivasi yang rendah sehingga sering anak mengabaikan tugas-tugas di sekolah. Banyak penelitian tentang anak underachiever seperti yang dilakukan Lau dan Chan (2001) telah mengadakan penelitian tentang siswa underachiever di China, dan terungkap bahwa anak underachiever memiliki perbedaan dimana ditandai antara kesenjangan hasil kinerja yang diharapkan dan prestasi aktual. Uunderachiever merupakan suatu kondisi yang dialami anak dimana di sekolah anak cenderung kurang memperhatikan guru, kurang memiliki motivasi belajar, dan selalu mengabaikan guru sehingga guru juga kurang simpati terhadap murid dan cenderung mengabaikan anak underachiever tersebut sehingga anak akan semakin terpuruk prestasinya. B. Konsep Underachiever Underachiever adalah istilah yang digunakan untuk individu atau seseorang yang prestasi belajarnya berada di bawah kemampuannya atau rendah. West & Pennell (2003) mengemukakan konsep underachiever dengan menggunakan istilah “potensi” dan “prestasi”, dengan sistem penilaian yang lebih adil. Underachiever terjadi karena adanya kesenjangan antara pencapaian skor dalam prestasi jauh berada di bawah kemampuan (potensi) yang dimiliki. Sedang Dowdall & Colangelo (1982) menjelaskan bahwa terdapat tiga hal yang mendasari definisi dari underachiever; pertama, adanya perbedaan antara potensi dan pencapaian prestasi aktual, kedua, adanya perbedaan antara prestasi yang diprediksi dan pencapaian aktual, ketiga, kegagalan untuk mengembangkan atau menggunakan potensinya. Menurut Maciejkarwowski underachiever sebagai berikut:
(2008)
mengemukakan
definisi
Underachiever is the phenomenon of achieving results below one’s abilities, where as the mentined translation emphasizes inadequacy of school results with respect to the intellectual level of students, Underachievement could be described as a situation which is based ELEMENTARY Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014
202
on that school children who are intelligent do not achieve school results, expected on the basis of their IQ level. Maksudnya Underachiever adalah fenomena capaian hasil belajar seseorang di bawah kemampuannya, dimana ketidaksepadanan hasil belajar yang dicapai siswa di sekolah dengan tingkat intelektualnya, prestasi yang kurang tersebut bisa digambarkan sebagai suatu situasi yang didasarkan pada anak-anak sekolah yang cerdas tidak mencapai hasil baik di sekolah sesuai dengan yang diharakan berdasarkan tingkat IQ mereka. Dari berbagai pendapat tentang pengertian underachiever di atas dapat disimpulkan bahwa underachiever adalah suatu kondisi individu atau seseorang yang memiliki kemampuan potensial tinggi diukur dengan tes IQ tapi prestasi belajarnya atau akademiknya berada di bawah kemampuannya, merujuk pada kinerja akademis, yaitu pencapaian prestasi akademik yang rendah yaitu nilai rata-rata pada tes prestasi belajar kurang dari mean beberapa kelompok lainnya atau prestasi aktual yang diukur dengan nilai kelas dari evaluasi yang diberikan guru, perbedaan antara potensi (kemampuan) dan kinerja (prestasi) sebagaimana diukur dengan pencapaian standar skor tes atau penilaian kemampuan intelektual. Anak underachiever `memiliki kebiasaan menunda-nunda tugas dan lebih banyak mengabaikan pembelajaran di kelas. Anak lebih sering melawan guru dan teman lain di sekolah, sering diantara mereka merasa belajar itu tidak penting dan ada diantara anak merasa bahwa dirinya tidak mampu atau malas dan sebagainya.. C. Identifikasi Anak Underachiever Siswa underachiever dapat diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri diantaranya terdapat ketidaksesuaian hasil-hasil pengukuran baik pengukuran potensi akademik, skolastik, performance, maupun testes inteligensi dengan prestasi belajarnya. Dalam beberapa penelitian, identifikasi underachiever meliputi: kesenjangan antara prestasi dan kompetensi, perbedaan antara kemampuan aktual dan potensial, dan pencapaian nilai prestasi dengan skor tes-tes inteligensi yang diperoleh. Sulthon “Mengenal Anak Under Achiever Dan Upaya Peningkatan Prestasi Belajarnya Di Madrasah Ibtidaiyah (MI)
203
Low (2007) mengemukakan identifikasi siswa yang mengalami underachiever diantaranya dijelaskan sebagai berikut. Tiga cara dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi siswa underachiever adalah dengan mengukur perbedaan antara: 1) nilai prestasi; 2) peringkat skor persentil baku; dan 3) skala umum peringkat persentil. Dengan nilai prestasi yang diperoleh, underachiever dapat diidentifikasi dengan adanya dua nilai prestasi peringkat persentil, underachiever diidentifikasi dengan adanya penurunan minimal peringkat persentil ambang batas (D ≥ m) dipilih bertepatan dengan (m) perbedaan rata-rata dari underachiver. Ada tiga metode mengidentifikasi siswa underachiever yaitu dengan menggunakan; 1) achievement bands, 2) rentangan presentil, dan 3) menggunakan skala rentang presentil. Lebih jelasnya dapat diuraikan dalam tabel 2.2. Tabel 2. 2 Identified by Achievement Band Year 8 Performance Year 7 A b i l i t y
Band 2
Band 2
Band 3
Band 4
Band 1 Band 2 Band 3 Band 4
Sumber : Low. S.K. & Chia. S.C. (2007 Tabel 2. 3 Identified Percentiles Ranks P e r c e n t i l e
R a n k s
100 80 D≥m
60 40 20 0 Ability Performance
(Sumber: Low & Chia, 2007) ELEMENTARY Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014
204
Sedang Montgomery (2003) mengemukakan identifikasi siswa underachiever adalah sebagai berikut. Tiga kelompok diidentifikasikan sebagai underachiever yaitu, kelompok 1). Ketidaksesuaian atau terjadi perbedaan antara pencapaian skor tinggi pada tes kemampuan dengan pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran sekolah yang rendah atau formal Kurikulum Nasional Tes (SAT). Tampilkan skor pada tes IQ antara item verbal dan kinerja (misalnya skor CAT) tetapi mungkin tampil di kelas pada tingkat rata-rata. Tampilkan pola yang tidak rata prestasi tinggi dan rendah di mata pelajaran sekolah dengan hanya skor tes kemampuan rata-rata; Kelompok 2). kecacatan ganda (kemampuan mereka cacat) misalnya siswa berbakat dengan disleksia, kesulitan perkembangan koordinasi, ADHD atau Asperger Sindrom. Memiliki kesulitan belajar khusus - misalnya mengalami jenis kesulitan disleksia dalam skor tes kemampuan rata-rata, masalah koordinasi motorik, atau gangguan sensorik, ADHD dan sindrom asperger; Kelompok 3) menipu (biasanya tidak diidentifikasi). Murid malas dengan kesulitan sosial dan perilaku, latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda. Whitmore (1980) dalam hal ini mengemukakan ada7 cara mengidentifikasi sifat gifted underachiever yaitu: 1) Poor test performance; 2) achievement at or below grade-level expectations in one or all of the basic skill areas: reading, language arts, or mathematics; 3) daily work frequently incomplete or poorly done; 4) superior comprehension and retention of concepts when interested; 5) vast gap between qualitative level of oral and written work; 6) wide range of interests and possibly special expertise in an area of investigation and research; and 7) low self-esteem in tendencies to withdraw or be aggressive in the classroom. Tujuh sifat gifted underachiever yaitu: 1) rendah tes kinerja; 2) kemampuan di bawah tingkat yang diharapkan pada beberapa keterampilan dasar membaca, bahasa dan seni, atau matematika; 3) malas bekerja atau frekuwensi kerja sehari-hari tidak sesuai; 4) berkemampuan tinggi tapi tidak memiliki ketertarikan; 5) terdapat kesenjangan antara tingkat kualitas pekerjaan lisan dan tertulis; 6) serangkaian ketertarikan dan kecakapan khusus dalam bidang penelitian dan penyelidikan; dan 7) Sulthon “Mengenal Anak Under Achiever Dan Upaya Peningkatan Prestasi Belajarnya Di Madrasah Ibtidaiyah (MI)
205
rendah self esteem atau menjadi agresif dalam kelas. Dari ketujuh identifikasi anak underachiever yang memiliki kemampuan tinggi (gifted) di atas semuanya juga digunakan untuk mengenal ciri-ciri anak underachiever di SD, SMP, atau SMA karena semuan ciri karakteristik dalam gifted underachiever juga samasama menjadi karakteristik underachiever di SD, SMP, atau SMA. Anak underachiever memiliki ciri selalu rendah tes kinerja, memiliki kemampuan di bawah rata-rata temannya, disebabkan karena mereka malas bekerja dan tidak tertarik dengan pelajaran dan prestasi belajar, dan sebagainya. Berdasarkan beberapa pendapat tentang identifikasi anak underachiever di atas dapat disimpulkan bahwa, siswa underachiever dapat diidentifikasi berdasarkan perbedaan antara: 1) kesenjangan antara IQ yang dimiliki dengan prestasi belajarnya, rendah tes kinerja atau nilai prestasi, didasarkan pada hasil pengukuran baik pengukuran potensi akademik, skolastik, performance, maupun tes-tes inteligensi. Semua hasil tes atau pengukuran tersebut akan dibandingkan dengan prestasi belajar yang dicapai oleh anak, bila terdapat kesenjangan antara IQ yang dimiliki dengan prestasi belajarnya, maka dapat diidentifikasi sebagai anak underachiever; 2) kemampuan di bawah tingkat yang diharapkan pada satu beberapa dasar keterampilan membaca, bahasa dan seni, atau matematika; 3) malas bekerja dan terbengkelai dalam tugas sehari-hari; 4) berkemampuan tinggi tapi tidak memiliki ketertarikan; 5) rendah self esteem atau menjadi agresif dalam kelas; dan 6) ketidaksesuaian perbedaan antara skor tinggi pada tes kemampuan dan rendah pencapaian dalam mata pelajaran sekolah. D. Karakteristik Underachiever McCoach & Siegle (2008) menjelaskan beberapa tipe karakteristik underachiever termasuk di dalamnya, 1) Self perception akademik yang rendah; 2) rendah motivasi diri, terbengkalai menyelesaikan tugas-tugas; 3) memiliki atribusi eksternal; 4) rendah dalam pencapaian tujuan; 5) bersikap negatif terhadap guru dan sekolah; 6) rendah pengaturan diri atau keterampilan metacognisi. Ada enam karakteristik siswa underachiever yang digambarkan oleh Hee Kim (2009). sebagai berikut. ELEMENTARY Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014
206
1) Suka menunda-nunda tugas baik di rumah dan di sekolah, mudah menyerah, menunjukkan sedikit perhatian, nilai-nilai rendah, mudah teralihkan dari pekerjaan sekolah dan tampak tidak peduli tentang masa depan; 2) Cemas, berprestasi rendah, mengalami masalah, cenderung menunjukkan kinerja defisit 10-20%, tegang dan tidak dapat santai, menghindari sekolah, terlalu khawatir dan realistis tentang kompetensi mereka dan kesalahan; 3) Underachiever pemberontak lebih sering anak laki-laki dibandingkan anak perempuan sebelum masa remaja. Mereka mudah marah, menentang, sengaja mengganggu orang lain dan menyalahkan orang lain atas tindakan mereka sendiri; 4) Berprestasi rendah mungkin impulsif, menarik atau mengintimidasi, manipulatif dan mementingkan diri sendiri dan minat pada kepuasan instan; 5) Mereka menjadi terganggu dan memiliki karakteristik penyerapan intens diri; 6) Sedih atau tertekan berprestasi rendah mengalami depresi, memiliki rasa rendah diri, merasa sulit untuk berkonsentrasi, diidentifikasi dengan kecerdasan atau intelijen yang tinggi, tanpa mengesampingkan kreativitas, dan sangat banyak anak-anak kreatif di sekolah tidak menunjukkan dengan baik kinerja di lingkungan sekolah. Karakteristik siswa undereachiever mirip dengan karakteristik anak kreatif underachiever. Sebagai cara mudah dalam memetakkan karakteristik underachiever menurut Montgomery (2003) adalah dengan mengelompokkan menjadi tiga kelompok underachiever yaitu: kelompok 1) ketidaksesuaian perbedaan antara skor tinggi pada tes kemampuan dan rendah pencapaian dalam mata pelajaran sekolah atau; 2) exceptionality ganda (biasanya topeng cacat kemampuan mereka) misalnya berbakat siswa dengan disleksia, perkembangan kesulitan koordinasi, ADHD atau Asperger Sindrom; dan 3) menipu (biasanya tidak diidentifikasi) murid dengan kesulitan sosial dan perilaku. Davis dan Rimm (1998) mengemukakan lima karakteristik siswa Sulthon “Mengenal Anak Under Achiever Dan Upaya Peningkatan Prestasi Belajarnya Di Madrasah Ibtidaiyah (MI)
207
yang perfeksionis memberikan kontribusi untuk underachiever adalah: penundaan; takut gagal; sebuah pola pikir semua atau tidak sama sekali mengurangi kesempurnaan (jika ada risiko kegagalan; do nothing) dan gila kerja (yang mengarah pada kelelahan; depresi; merugikan sekolah; keluarga dan teman); sifat serupa underachiever adalah rendah diri. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa underachiever adalah: 1) siswa yang memiliki ketidaksesuaian antara skor tinggi pada tes IQ namun rendah dalam pencapaian nilai prestasi belajar pada mata pelajaran sekolah; 2) tidak memiliki minat / berbuat baik dalam studi mereka; 3) Suka menundanunda tugas baik di rumah dan di sekolah, mudah menyerah, menunjukkan sedikit perhatian, nilai-nilai rendah, mudah teralihkan dari pekerjaan sekolah dan tampak tidak peduli tentang masa depan; 4) menyangkut karakteristik pribadi yaitu self perception rendah, sikap negatif terhadap sekolah, sikap negatif terhadap guru dan kelas, motivasi rendah, regulasi diri, dan rendah tujuan penilaian. Anak underachiever secara realitas memiliki karakteristik diantaranya meliputi: 1). tidak melakukan sesuatu sesuai dengan harapan lingkungan tertentu; 2) tidak memiliki minat / berbuat baik dalam studi mereka; 3). tidak menunjukkan kemampuan dalam bidang pelajaran tertentu; 4). memiliki kemampuan intelektual yang diperlukan namun tetap underachiever; 5). dibatasi oleh budaya, bahasa dan jenis kelamin baik akademis di sekolah. Dari berbagai pendapat tentang karakteristik siswa Underachiever dapat disarikan dalam tabel 1 berikut ini. Tabel 3 Karakteristik Siswa Underachiever Perilaku-Perilaku yang terkait dengan Sekolah 1 2 3 4
Tidak sekolah, negative sikapnya terhadap sekolah Memilih teman yang negative sikapnya terhadap sekolah Pobia tes Tidak dapat menyelesaikan tugastugas sekolah dengan baik
Ciri-Ciri Kepribadian 1. Rendah self esteem, self concept, dan self emage 2. Kurang self confidence 3. Membutuhkan dukungan dan control orang lain 4. Rendah persepsi terhadap kemampuanya
ELEMENTARY Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014
208
5
Lancar secara verbal tapi rendah tugas-tugas tulisnya
6
Kurang memiliki keterampilan akademik, kebiasaan belajar yang rendah Kesulitan dalam melakukan tugas belajar kelompok Resah kurang perhatian
7 8 9 10 11
Dis organisasi Kurang konsentrasi, dis tractability Bosan Tidak menyukai tugas-tugas dan latihan yang diulang-ulang
12
Kesulitan dalam tugas analitik yang detil, perhitungan dan konvergen
13
Kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang perlu ketepatan dan proses informasi analitik Rendahnya self concept akademik Lemah motivasi untuk berprestasi akademik
14
5. Kesulitan dalam menjalin hubungan kepercayaan dengan teman sebaya 6. Tidak disukai oleh teman-temanya. 7. Kurang self direction 8. Suka menentang, impulsive 9. Suka memusuhi reaktif 10. Locus of control external 11. Cenderung terlalu sering self sufficient dan terlalu tergantung 12. Gagal dalam mengembangkan self efficacy 13. Terlalu sering mengkritik diri sendiri 14. 15. Memiliki keterampilan yang faking bad
(Sumber: Muhid, 2009) E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anak Underachiever Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya underachiever pada anak, diantaranya bisa berasal dari faktor anak dan faktor di luar anak, faktor dari dalam diri anak biasanya berupa rendahnya persepsi diri, konsep diri yang negatif, dan rendahnya motivasi dari dalam diri anak. Persepsi diri yang rendah menyebakan anak kurang tertarik dan rendah terhadap penilaian dirinya selanjutnya anak akan memiliki kepercayaan pada dirinya yang rendah bahwa dia merasa kurang mampu untuk berhasil. Percaya diri yang rendah berdampak pada rendahnya dorongan dalam diri untuk belajar dalam rangka mencapai keinginannya. Sedang faktor dari luar bisa berasal dari guru dan juga bisa dari orang tua atau bisa dari teman sekolahnya. Guru yang kurang memperhatikan Sulthon “Mengenal Anak Under Achiever Dan Upaya Peningkatan Prestasi Belajarnya Di Madrasah Ibtidaiyah (MI)
209
anak underachiever menyebabkan anak juga kurang menyukai belajar di kelas karena merasa tidak tertarik dengan guru sedang guru juga merasa bahwa anak sujar diatur sehingga cenderung di abaikan guru dalam pembelajaran di kelas akibatnya anak akan semakin terpuruk prestasinya. Sedang orang tua yang kurang memahami anaknya sehingga kurang memperhatikan belajar anaknya akibatnya anak kurang ada tanggung jawab dengan orang tuanya akibat kurang perhatian. Selanjutnya teman sekolah yang juga memiliki karakteristik yang sama akan cenderung membuat kelompok atau berkelompok untuk sama-sama kurang memperhatikan tugas-tugas dari guru, dan sebagainya. Menurut Borzym, (1984).berbagai faktor dapat mempengaruhi keberhasilan anak di sekolah yaitu menyangkut antara lain: intelektual, kepribadian, emosional, dan kondisi lingkungan, serta kemampuan kreatif underachiever dan overachievement sebagai fenomena prestasi sekolah yang menjadi masalah berkaitan dengan bakat. Sangat sering, bakat didefinisikan sebagai prestasi sekolah terkemuka, dan siswa yang memperoleh nilai bagus disebut yang berbakat. Sedang O’Sullivan dan Joy (1994) menyampaikan bahwa ada dua faktor masalah siswa underachiever, pertama, tidak memiliki kesadaran dan pemahaman tentang penyebab masalah underrachiever, kedua, tidak memiliki kesadaran yang memadai tentang strategi perbaikan. Sedang faktor lainya yakni berkaitan dengan latar belakang maladaptif siswa underachiever, atribusi, dan kinerja yang buruk sebagai faktor-faktor terbatasnya kemampuan dan kurangnya usaha atau tidak menggunakan strategi yang efisien. Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi siswa underachiever baik yang bersifat psikologis, sosial, emosional, lingkungan, dan faktor lain. Rangkuman faktor yang berpengaruh terhadap siswa underachiever dijelaskan dalam tabel 4. Tabel 4. Faktor yang Berpengaruh Underachiever Kategori
Aspek
Peneliti
Psikologi
Atribusi Locus of control
Davis (1985); dan Davis & Rimm (1989)
ELEMENTARY Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014
210
Kepribadian
Sekolah
Sikap dan perilaku Persepsi tentang keberbakatan Self-Concept/Self-Efficacy/ self regulation Learning Style Emosi, motivasi Persepsi tentang pembelajaran Self perception/ persepsi terhadap guru Academic self concept dan strategi belajar
Whitmore (1986); Bandura (1981); Delisle& Berger (1990) Deisle, 1982; Dr. Y. G. Singh Dr. T.A. Khan Asstt., Prof. K.M. Asghar Husain, 2010 Kit-Ling Lau & David W.
Kurang menantang Interaksi dengan guru Lingkungan kelas
Gallagher (1979); Whitmore (1984) Torrance (1977); Whitmore (1984
Chan, (2001) Shreemathi S. Mayya1 & Sue Roff, (2004)
(Sumber: Muhid, 2009) F. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Underachiever Persoalan yang dihadapi anak underachiever adalah berkaitan dengan performansinya atau prestasi belajar yang dicapai. Anak disebut underachiever adalah karena prestasi belajarnya rendah namun secara umum memiliki potensi atau inteligensi yang normal bahkan ada yang di atas normal namun prestasi belajarnya tidak sesuai dengan potensinya. Oleh karena itu banyak yang bisa dilakukan agar anak mampu meningkatkan prestasi belajarnya. Karena banyak persoalannya berkaitan dengan fakror kepribadian, maka dalam rangka mengupayakan presatasi belajar siswa dibutuhkan adanya usaha dari guru yang sungguh-sungguh dengan memperhatikan dan kelemahan siswa, jika persepsinya yang salah terhadap pelajaran karena menganggap pelajaran tidak penting atau tidak ada hebatnya tentang pelajaran yang harus dipelajari atau bahkan merasa tidak mampu untuk berhasil dalam pelajaran atau mungkin merasa tidak suka dengan guru dan sebagainya. Maka yang harus kita lakukan adalah, pertama, mengajak bicara dengan siswa underachiever, kenapa prestasinya selalu rendah, masalah apa yang dihadapi dan seterusnya, Sulthon “Mengenal Anak Under Achiever Dan Upaya Peningkatan Prestasi Belajarnya Di Madrasah Ibtidaiyah (MI)
211
jawaban anak menjadi tujuan pokok dari penyelesaian anak. Kedua, membangun motivasi pada anak bahwa dirinya memiliki kemampuan yang bisa dikembangkan. Ketiga, memberikan cara dan strategi belajar yang selama ini tidak pernah dilakukan atau selalu meremehkan belajar di sekolah.
ELEMENTARY Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014
212
DAFTAR PUSTAKA Borzym, I. 1984. Wy Brane Cechy Funkejono Wania Intelectual Nego Osob Psychologgia Wychowowcza. 4, 54-65 (dalam Maciej Karwowski, 2008). Davis, G. A. & Rimm, S. B. 1998. Educational of the Gifted and Talented, Boston: Allyn and Bacon. _______, 1998. Student Characteristic that Discriminate Achieving from Underachieving Gifted African American Student In Their Freshman Year in an Historically Black, University. Dissertasion Abstracts, (UMI No. 9910751). Dowdall, C. B. & Colangelo, N. 1982. Underachieving Gifted Students: Review and Implication Gifted Child Quarterly, 26, 179-184. HeeKim, O.K. 2009. Underachievement and Creativity: Are Gifted Underachievers Highly Creative?/ /Eastern Michigan University; Arecls,/2009, Vol.6, 84-102. 84 Lau, K. L. & Chan, D. W. 2001. Motivational Characteristics of Underachievers in Hong Kong/ /Department of Educational Psychology, Faculty of education, The Chinese University of Hong Kong, / Educational Psychology, Vol. 21, No. 4, 2001. Maciejkarwowski. 2008. Explaining underachievement and overachievement The Role of Creativity, Emotional Intelligence and Personality. Mc Coach &Sigle, 2008. Understanding Underachievement: Recent Research on Underachievement. www.aare.edu.au Montgomery, D. (Ed.). 2003. Gifted and Talented Children with Special Educational Needs: Double Exceptionality, London: David Fulton. Muhid, A. 2009. Hubungan Guru-Siswa secara Simbolik pada Anak Gifted yang Mengalami Underachiever dengan Pendekatan Sosiologis, Malang: Disertasi, tidak terbit. Program pascasarjana Universitas Negeri Malang. O’sullivan, R.G., Puryear, P. dan Oliver, D. 1994. Evaluating the use of learning styles instruction to promote academic success among
Sulthon “Mengenal Anak Under Achiever Dan Upaya Peningkatan Prestasi Belajarnya Di Madrasah Ibtidaiyah (MI)
213
at risk 9 th graders dalam the Annual Meeting of the American Educational Research Association, New Orleans, LA. Sullivan, K. R. & Mahalik, R. 2000. Increasing Self Efficacy for Women Evaluating a Group Intervention, Journal & Development, 78, 5461. West, A. & Pennel, H.2003. Underachievement in School, London: Routledge Falmer.
ELEMENTARY Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014