Mengajarkan Bahasa Asing pada Anak Oleh: Noridha Weningsari
Mengapa Anak perlu Belajar Bahasa Asing? (1) • Anak bilingual (terpapar dan berbicara 2 bahasa) menunjukkan konsentrasi yang lebih baik dibandingkan anak yang monolingual (berbicara 1 baha) (Goldstein & Kohnert, Kohnert 2005; Fledge, 1999) • Individu yang bilingual lebih kreatif dan lebih baik dalam melakukan perencanaan dan penyelesaian masalah dibanding individu yang monolingual (King & Fogle, 2006) • Mengurangi penuaan otak dan menghambat dementia hingga 4 tahun pada orang dewasa yang bilingual (Goldstein & Kohnert, 2005)
Mengapa Anak perlu Belajar Bahasa Asing? (2) • Individu yang bilingual memiliki kemampuan berpikir yang lebih fleksibel, mampu menyesuaikan respon sesuai tuntutan. • Individu yang bilingual memiliki akses terhadap orang –orang dan sumber informasi yang lebih luas (King & Fogle, 2006) • Di Kanada, individu bilingual memperoleh kesempatan untuk dipekerjakan lebih tinggi dibanding monolingual (Goldstein & Kohnert, 2005) • Masih di Kanada juga, tingkat pendapatan individu yang bilingual lebih besar dibandingkan monolingual (Goldstein & Kohnert, 2005)
Jenis Pemaparan Bahasa Asing • Simultaneous Acquisition, diberikan secara bersamaan. Dilakukan saat anak dipaparkan dengan lebih dari satu bahasa sebelum berusia 3 tahun atau anak terpapar lebih dari 1 bahasa sejak lahir. • Sequential Acquisition, diberikan berurutan atau satu bahasa setelah bahasa lainnya. anak mulai dikenalkan bahasa kedua setelah anak sudah membentuk bahasa pertama secara cukup matang (biasanya setelah usia 3 tahun). Dikenalkan di sini bukan bararti di sekolahkan di sekolah berbahasa Inggris, tapi termasuk melihat video atau belajar nama benda.
Dampak Memaparkan bahasa Asing dengan Simultaneous Acquisition • Pada dasarnya, anak yang bilingual menunjukkan perkembangan bahasa yang tidak jauh berbeda dengan anak yang monolingual. Misalnya anak yang belajar B.Ind dan B.Ing mungkin perbendaharaan kata dan tata bahasanya terlihat tidak sebaik anak yang berbicara B.Ind saja, namun hal tersebut masih masuk dalam taraf yang normal. • Anak yang sejak dini terpapar dua bahasa pada awalnya akan kebingungan dengan penggunaan bahasa sehingga diawal akan terlihat lebih terlambat dalam bicara, bicara namun hal tersebut masih masuk dalam kategori yang sesuai dengan perkembangannya. • Anak dapat menyesuaikan dan switch bahasa, tergantung dengan lawan bicaranya.
Dampak Memaparkan bahasa Asing dengan Sequential Acquisition (1) • Anak mungkin akan tetap lebih sering menggunakan bahasa pertamanya di awal (terutama saat dimasukkan ke sekolah bilingual) • Anak akan memasuki fase silent (diam diam), dimana anak tidak mau berbicara karena bingung, kurang percaya diri, dan sulit mengungkapkan apa yang diinginkan/diharapkan dengan bahasa yang diharapkan lingkungan. Anak juga akan banyak menggunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi. • Pada fase silent ini, tidak jarang anak dianggap mengalami selective mutism atau kemunduran perkembangan bicara. bicara Pada anak yang lebih kecil fase ini bisa berlangsung cukup lama (dan seringkali membuat orang tua mulai memeprtanyakan pilihannya memasukkan anak ke sekolah bilingual).
Dampak Memaparkan bahasa Asing dengan Sequential Acquisition (2) • Anak akan mulai menggunakan kalimat yang terkesan meniru dalam berkomunikasi, terutama di lingkungan bahasa kedua (misalnya, anak menirukan kata-kata bahasa asing dalam film saat berbicara dengan guru atau temannya). • Anak akan mulai menggunakan kata sederhana dan singkat secara berulang (misalnya anak terus berkata ‘what?’). • Jika tidak ada masalah perkembangan, emosi dan inteligensi, biasanya anak akan melewati fase tersebut dan kemudian akan mulai fasih dalam berbicara 2 bahasa.
Masalah yang timbul saat anak diajarkan bahasa asing • Melupakan bahasa dan budaya mother tongue (bahasa ibu/bahasa pertama, dalam hal ini Bahasa Indonesia). Saat ini, banyak anak yang pandai berbahasa Inggris tapi bahasa Indonesianya kurang. Secara tidak sadar, tidak hanya bahasa pertama yang dilupakan, tapi budayanya pun lama-lama terkikis dan dilupakan. Belajar bahasa itu tidak hanya sekedar menambah jumlah perbendaharaan kata atau cas cis cus menggunakan bahasa asing, tapi juga mempelajari cara berpikir dan budaya bahasa yang dipelajari. • Bilingual memang membuka akses informasi yang lebih luas, tapi artinya informasi yang diperoleh juga akan semakin tidak tersaring sehingga orang tua perlu lebih berhati-hati. • Saat anak menguasai bahasa kedua namun tinggal di negara berbahasa pertama, secara tidak langsung pergaulan dan interaksi sosialnya pun akhirnya terbatas pada anak-anak yang sama.
Kapan sebaiknya anak mulai dikenalkan bahasa asing? • Sesuaikan dengan kebutuhan. Orang tua yang paling tahu kebutuhan anakanaknya. Jika saat SMP anak akan di bawa tinggal ke luar negeri maka memberikan pendidikan bahasa asing sejak dini tentu diperlukan. Kalau tidak ? Cobalah bertanya pada diri sendiri, apa gunanya? gunanya • Apakah akan di sekolahkan di sekolah bilingual atau sekolah kurikulum nasional namun diberikan les bahasa? Pertimbangkan kemampuan anaknya, ingat sekolah bilinguan/nasional plus itu memadukan kurikulum asing dan kurikulum nasional artinya beban tugasnya lebih berat. Les bahasa artinya menjadikan bahasa asing sebagai materi tambahan dan bukan utama. utama • Dalam memberikan bahasa asing, sesuaikan dengan kemampuan dan daya tangkap anak. Jika dalam berbicara mother tongue (bahasa ibu/bahasa pertama) saja anak kesulitan atau mengalami keterlambatan, keterlambatan maka fokuskan pada pengembangan bahasa fungsional dibandingkan mengajarkan bahasa baru.
Biodata Singkat • Nama : Noridha Weningsari, Weningsari M.Psi., Psikolog • Pendidikan Terakhir : Magister Profesi Psikologi Klinis Anak • Konsentrasi Keilmuan : Klinis, Perkembangan, Perkembangan Attachment, Kekerasan dan Trauma pada Anak • Aktivitas : Guidance counselor sekolah Edelweiss, Psikolog mitra Yayasan Pulih Jakarta, Psikolog anak Klinik Pelangi Cibubur.