MAKALAH
MENCARI DAN BERBAGI ILMU DALAM PANDANGAN ISLAM DENGAN MEDIA E-LEARNING Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Islam dan Sains Dosen pembimbing: Frida Agung
Disusun oleh:
Rosalia Susilowati
(08650080)
Sri Gustiani
(08650083)
Veny Diastika Putri
(08650100)
Nurul Hidayati
(08650101)
TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2010
BAB I PENDAHULUAN
Dunia telah memasuki era globalisasi dimana teknlogi semakin berkembang. Teknologi mempunyai peran penting dalam setiap lini kehidupan. Bidang industri, kesehatan, pemerintahan sampai pendidikan, Begitu pula dalam usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia. Secara tidak langsung, setiap individu dituntut untuk senantiasa meningkatkan pengetahuan. Pada dasarnya rasa keingintahuan manusia ternyata menjadi titik-titik perjalanan manusia yang takkan pernah usai. Hal inilah yang kemudian melahirkan beragam penelitian dan hipotesa awal manusia terhadap inti dari keanekaragaman realitas. Sedangkan ilmu pengetahuan sendiri selalu mengalami perkembangan yang kontinu. Menuntut ilmu, dalam ajaran Islam, adalah sesuatu yang diwajibkan bagi setiap Muslim, baik itu menuntut ilmu agama ataupun ilmu pengetahuan lainnya. Terkadang orang tidak menyadari betapa pentingnya kedudukan ilmu dalam kehidupan ini. Namun kebanyakan dari manusia, mereka lebih mengutamakan harta benda dibanding ilmu yang sebenarnya harta benda itu sendiri dapat habis dengan sekejap jika ia tak memiki ilmu untuk tetap memeliharanya sebagai titipan Allah SWT, bahkan dapat menjadi malapetaka bagi pemiliknya. Sebaliknya dengan ilmu, ia akan bertambah terus yang tidak pernah habis-habisnya sebagai kunci untuk memperoleh apa yang dicita-citakan dalam hal duniawi ataupun ukhrawi yang harus direalisasikan dengan usaha dan mengamalkannya. Menyikapi hal seperti ini, Rasulullah saw. bersabda, "Nabi Sulaiman disuruh memilih antara harta benda, kerajaan dan ilmu. Maka dia memilih ilmu, akhirnya dia diberi pula kerajaan dan harta benda." (H.R. AdDailami). Ini berarti, dengan ilmu segala sesuatu dapat tercapai, selama ia istiqamah dan ada dalam jalan Allah SWT. Maka dengan ke-istiqamahan dan ber-amar ma'ruf nahi munkar baik dalam menuntut ilmu ataupun mengamalkannya, secara otomatis ia akan mampu menjalankan hidup dengan baik guna tercapainya apa yang dimaksud. Pengetahuan dan pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pengetahuan yang didapat oleh seseorang takkan pernah ada bila tanpa melalui proses pendidikan. Sedangkan hakekat daripada pendidikan itu sendiri adalah untuk memperoleh pengetahuan. Untuk memperoleh tersebut dapat mengikuti pelatihan atau dapat juga untuk membaca buku. Dapat dibayangkan bila pelatihan tersebut dapat digantikan dengan menggunakan bantuan teknologi informasi yang kini berkembang sedemikian pesatnya dan telah merambah
berbagai aspek kehidupan manusia. Bayangkan pula berapa waktu dan biaya yang dapat dihemat bila proses pelatihan dan pendidikan tersebut dapat dilakukan tanpa memandang siapa pelakunya, tanpa batasan tempat dan waktu. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat cepat, akurat, dan memikat dalam menyajikan informasi dan komunikasi telah mempengaruhi dunia. Pengaruhnya terjadi pada berbagai aspek kehidupan, termasuk pembelajaran, yaitu dengan dikembangkannya pembelajaran yang memanfaatkan perangkat keras (hard ware) dan perangkat lunak (soft ware) dari teknologi informasi dan komunikasi tersebut. Dalam terminology perkembangan teknologi informasi bentuk pelatihan dan pendidikan demikian dikenal dengan istilah e-Learning. Lantas, hubungan antara elearning dengan perintah untuk menuntut dan berbagi ilmu akan dikaji dengan ayat-ayat AlQur‟an, salah satunya QS Al-Mujadillah : 11 dan QS Al-Baqarah : 159-160. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menemukan ranah dan model integrasi interkoneksi antara mancari dan berbagi ilmu melalui media e-learning.
BAB II MENCARI DAN BERBAGI ILMU DALAM PANDANGAN ISLAM
1.1. Kedudukan Ilmu Ilmu adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu scientia yang berarti ilmu. Atau dalam kaidah bahasa Arab berasal dari kata „ilm yang berarti pengetahuan. Ilmu atau sains adalah pengakajian sejumlah penrnyataan-pernyataan yang terbukti dengan fakta-fakta dan ditinjau yang disusun secara sitematis dan terbentuk menjadi hukun-hukum umum. Ibnu Munir berkata : “Ilmu adalah syarat benarnya perkataan dan perbuatan, keduanya tidak akan bernilai kecuali dengan ilmu, maka ilmu harus ada sebelum perkataan dan perbuatan, karena ilmu merupakan pembenar niat, sedangkan amal tidak akan di terima kecuali dengan niat yang benar.” Dalam pengertian lain “Ilmu itu modal, tak punya ilmu keuntungan apa yang bisa didapat, ilmu adalah kunci untuk membuka pintu kebaikan kesuksesan, kunci untuk menjawab pertanyaan dan masalah di dunia . . .” Peranan ilmu pengetahuan dalam kehidupan seseorang sangat besar, dengan ilmu pengetahuan, derajat manusia akan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Seperti firman Allah dalam Surat Al-Mujaadilah ayat : 11 yang berbunyi: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Menurut tafsir al-misbah karya M. Quraish Shihab, ayat di atas tidak menyebut secara tegas bahwa Allah akan meninggikan derajat orang berilmu. Tetapi, menegaskan bahwa mereka memiliki derajat-derajat, yakni yang lebih tinggi dari pada yang sekedar beriman. Tidak disebutnya kata meninggikan itu sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang berperanan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari factor dari luar ilmu itu. Tentu saja, yang di maksud dengan”alladzina utul al-„ilm/ yang diberi pengetahuan” adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat di atas membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang pertama sekedar beriman dan beramal saleh dan yang kedua beriman dan beriman saleh serta memiliki pengtahan. Derajat kelompok kedua ini lebih tinggi, bukan saja karna nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain, baik secara lisan atau tulisan maupun dengan perbuatan. Ilmu yang dimaksud dalam ayat di atas buka saja ilmu agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Dalam QS. Fathir [35]: 27-28, Allah menguraikan sekian banyak makhluk lahi dan fenomena alam, lalu ayat tersebut itutup denga menyatakan
bahwa : yang takut kepada Allah dari hamba-hambaNya hanyalah Ulama. Ini menunjukan bahwa ilmu dalam pandangan Al Quran bukan hanya ilmu agama. Di sisi lain, itu juga menunjukkan bahwa ilmu haruslah menghasilkan khasyyah, yakni rasa takut dan kagum kepada Allah, yang pada gilirannya mendorong yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya untuk kepentingan makhluk. Rosul SAW sering kali berdoa: “Allahumma inni a‟udzu bika min „ilm(in) la yanfa” (Aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat). Segala jenis pekerjaan yang dilakukan selalu memerlukan ilmu pengetahuan, dalam kehidupan sehari-hari misalnya, dapat dilihat bahwa pada umumnya orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, taraf kehidupannya lebih baik dari pada orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan atau orang ilmu pengetahuannya rendah, baik ilmu agama maupun ilmu umum biasanya tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi atau menyediakan kebutuhan hidup sehari-hari, misalnya untuk makan, pakaian, obat-obatan dan tempat tinggal. Satu hal yang lebih penting lagi, bahwa orang yang berilmu memiliki pendirian yang teguh, tidak mudah terombang-ambing tidak mudah tergoda oleh bujukan syetan. Allah menyuruh manusia untuk menuntut ilmu tidak hanya ilmu agama, tetapi juga ilmu umum. Dimana kedua ilmu ini selain memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia itu sendiri, juga memiliki peranan penting bagi kehidupan masyarakat serta bagi bangsa dan negara.
1.2. Perintah Menuntut Ilmu Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan. Menuntut ilmu merupakan ibadah sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. “Menuntut Ilmu diwajibkan atas orang islam laki-laki dan perempuan”. Mu‟adz bin Jabbal berkata : “Tuntutlah ilmu, karena mempelajari ilmu karena mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa Khasyyah, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya adalah Jihad, mengajarnya untuk keluarga adalah Taqarrub.” Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu. Waktu untuk menuntut ilmu tidak terbatas pada usia masuk sekolah dasar atau Madrasah Ibidaiyah sampai keperguruan tinggi, tetapi masa untuk menuntut ilmu ialah sejak
manusia di lahirkan dan berakhir pada saat manusia meninggal dunia, orang barat menyebtnya “Long Life Education” pendidikan seumur hidup. Orang yang menuntut ilmu akan diberikan pahala yang sangat besar. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan lain-lain dari shabat Abu Hurairah, Rasulullah Saw. Bersabda :
Artinya : “Barangsiapa berjalan di suatu tempat guna menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke Syurga.”1 Ilmu amatlah luas, jika di pelajari tidak akan pernah selesai, selama bumi masih berputar, selama hayat di kandung badan selama itu pula manusia memerlukan ilmu pengetahuan islam tidak hanya cukup pada perintah menuntut ilmu, tetapi menghendaki agar seseorang itu terus menerus melakukan belajar, karena manusia hidup di dunia ini perlu senantiasa menyesuaikan dengan alam dan perkembangan zaman. Jika manusia berhenti belajar sementara zaman terus berkembang maka manusia akan tertinggal oleh zaman sehingga tidak dapat hidup layak sesuai dengan tuntutan zaman, terutama pada zaman sekarang ini, zaman yang di sebut dengan era globalisasi dan derasnya arus informasi, orang di tuntut untuk memiliki bekal yang cukup banyak, berupa ilmu pengetahuan. Bahkan kalau perlu menuntut ilmu di lakukan tidak hanya di tempat yang dekat tetapi kalau perlu harus mengembara untuk menuntut ilmu di tempat yang jauh. Seperti sabda Rasulullah Saw. : “Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina.” Disebutkan negara Cina karena pada zaman Nabi Muhammad pada permulaan abad VII Masehi negeri yang terjauh dan terkenal di Arab adalah negeri Cina tampak asal barangbarang mewah seperti kain sutera, porselin atau keramik. “Makin tinggi seseorang menuntut ilmu, makin tinggi pula nilai ilmu yang ia miliki, makin tinggi ilmu seseorang makin banyak kesempatan bagi orang tersebut untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.”
1.3. Perintah Menyampaikan Ilmu Seringkali kita berpikir bahwa kewajiban berdakwah hanyalah milik seorang mubaligh berpengalaman atau ustadz/ustadzah yang sudah mumpuni ilmunya. Padahal kita sebagai manusia dan sebagai hamba Allah yang dipercaya untuk menjadi khalifahnya dimuka bumi 1
Drs. Masan Al-Fat.,et.al., Aqidak Akhlak (Semarang, 1994),hal. 142-143
juga memiliki kewajiban untuk berdakwah. Saya sebut “kita” artinya setiap manusia tidak ada pengecualian. Hal tersebut di atas berkaitan dengan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi, Balighu „anni walau ayyah (Sampaikanlah dariku, walaupun hanya satu ayat). Bila kita pahami dalam hadits diatas mengandung dua definisi penting, yakni eksistensi dan instruksi.
1. Eksistensi Hadits yang mengandung kata “baliighu” yang artinya “sampaikan” adalah sebuah bukti bahwa “tabligh” atau “menyampaikan” adalah salah satu sifat wajib seorang Rasul. Dengan didukung dengan sifat wajib lainnya, “amanah”, maka beliau menyampaikan hal ini kepada umatnya, kita semua, manusia. Eksistensi lain yang terkandung dalam hadits ini adalah “walau ayyah” yang artinya “meski hanya satu ayat”. Maknanya bahwa untuk bisa menyampaikan (berdakwah), seorang manusia sekaliber Rasulullah SAW sekalipun tidak harus menunggu seluruh informasi dan data yang membuktikan bahwa “Islam itu unggul dan tidak (akan) ada yang (bisa) mengunggulinya” telah beliau peroleh. Ketika sebuah wahyu turun kepada beliau, seketika itu pula beliau sampaikan. Karena setiap wahyu yang diturunkan selalu berhubungan langsung dengan kondisi yang terjadi, kondisi masa lalu yang perlu diceritakan, atau kondisi masa depan yang perlu disampaikan saat itu.
2. Instruksi Sebuah konsekuensi logis bagi kita, umat manusia, ketika mengetahui ada sebuah hadits, yang merupakan salah satu wasiat dari Rasulullah, maka harus menjalankannya. Karena akhlak Rasulullah SAW adalah Al Quran sehingga apa yang beliau sampaikan pasti bersumber dari Allah pula. Khusus hadits “sampaikan walau satu ayat” di dalamnya benarbenar ada makna instruksi bagi umat manusia, terutama “orang-orang (yang mengaku) beriman” untuk menindaklanjuti isi dari hadits tersebut. Kata pertama adalah “sampaikan”. Apabila diartikan secara mudah kata “sampaikan” bermakna “sekedar” menginformasikan dan selanjutnya selesai. Ternyata, menurut sebagian ulama yang paham bahasa aslinya, kata “sampaikan” dalam hadits tersebut bermakna lebih dalam, yakni “sampaikan sehingga dengan benar-benar sampai”. Jadi, supaya tercapai tujuannya minimal perlu tiga unsur pendukung: a. Communication skill (teknik berkomunikasi) b. Consistency (terus menerus) c. Qudwah (keteladanan)
Instruksi berikutnya adalah satu frasa terakhir dari hadits tersebut yaitu “walau ayyah” yang artinya “meski hanya satu ayat”. Sebuah perintah bagi umat manusia terutama bagi orang-orang beriman agar “menyampaikan” sekecil apapun yang dimiliki tentang pemahaman keislamannya. Ada sebagian orang yang merasa baru pantas menyampaikan tentang pemahaman keislamannya ketika dia telah berbekal ilmu yang cukup. Namun bila kita telusuri, sampai ajal menjemput pun belum tentu pemahaman seorang manusia tentang keseluruhan ajaran Islam akan tercukupi. Kondisi ini mengakibatkan seorang muslim kehilangan kesempatan untuk menyampaikan apa yang telah dipahaminya. Sebagai jalan tengah dari kondisi tersebut, kalimat “sampaikan meski hanya satu ayat” adalah solusinya. Substansi dari kalimat tersebut adalah sesedikit apapun ilmu yang baru diperoleh, asal disertai dengan landasan yang kuat, segera sampaikanlah. Tidak perlu menunggu sampai mencapai level “kesempurnaan” ilmu untuk menyampaikannya. Karena Allah tidak menyukai orang-orang yang menyembunyikan ilmu, dalam hal ini Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 159-160 yang berbunyi:
159. Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang Telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati, 160. Kecuali mereka yang Telah Taubat dan mengadakan perbaikan* dan menerangkan (kebenaran), Maka terhadap mereka Itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima Taubat lagi Maha Penyayang. *Mengadakan perbaikan berarti melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik untuk menghilangkan akibat-akibat yang jelek dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
Dalam tafsir al-misbah karya M.Quraish Shihab, Ayat ini walaupun turun dalam konteks kecaman terhdap orang-orang yahudi, redaksinya yang bersifat umum menjadikannya sebagai kecaman terhadap orang yang menyembunyikan apapun yang diperintahkan agama untuk disampaikan, baik ajaran agama maupun ilmu pengetahuan/ hak manusia. Dalma konteks ini Rosul SAW bersabda: “Siapa yang ditanyai tentang ilmu, lalu ia menyembunyikannya, dihari kemudian diletakkan di
mulutnya kendali yang terbuat dari api neraka”. Walau demikian, perlu dicatat bahwa setiap ucapan ada tempatnya dan setiap tempat ada ucapannya yang sesuai. Memang, tidak semua apa yang diketahui boleh disebarluaskan, walaupun itu bagian dari ilmu syariat dan bagian dari informasi tentang pengetahuan hokum. Informasi tebagi mnejadi dua, ada yang dituntut untuk disebarluaskankebanaykan dari ilmu syariat demikian- dan ada juga yang tidak diharapkan sama sekali untuk disebarluaskan setelah mempertimbangkan keadaan, waktu atau sasaran. Tidak semua informasi disampaikan sama kepada yang pandai dan bodoh atau kepada anak kecil dan dewasa. Tidak juga semua pertanyaan harus dijawab. Tentu saja, Allah memberi kesempatan bertaubat kepada mereka yang menyembunyikan keterangan yang dibutuhkan itu, karena itu pula lanjutan ayat tersebut menyatakan, kecuali mereka yang bertaubat denagn menyesali perbuatannya serta memohon ampun dan mengadakn perbaikan dengan jalan bertekad untuk tidak mengulanginya. Perbaikan ndimaksud paling tidak setimpal dengan kerusakan yang diakibatkannya, serta menerangkan kebenaran, paling tidak dalam kadar yang ia sembunyikan. Maka, terhadap merekaitu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang MAha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Demikian terlihat syariat-syariat pengabulan taubat. Kata Ana^/ Aku yang digunakan dalam penutup ayat ini mengisyaratkan bahwa taubat adalah wewenang Allah sendiri. Tidak ada yang berwenang dalam hal atubat kecuali Dia Yang Maha Esa lagi Maha Pengampun itu. Semua kata dalam al Quran yang menunjukan kepada Allah dalam bentuk tunggal, pada dasarnya tidak melibatkan siapapun dalam aktivitas yang ditunjuk oleh kata kerja yang digunakannya.
BAB III E-LEARNING DALAM PANDANGAN SAINS
2.2. Pengertian e-Learning E-Learning merupakan singkatan dari Elektronic Learning, merupakan cara baru dalam proses belajar mengajar yang menggunakan media elektronik khususnya internet sebagai sistem pembelajarannya. E-Learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa ahli mencoba menguraikan pengertian e-Learning menurut versinya masing-masing, diantaranya : Jaya Kumar C. Koran (2002) e-Learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Dong (dalam Kamarga, 2002) e-Learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-Learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Darin E. Hartley [Hartley, 2001] e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain. LearnFrame.Com dalam Glossary of e-Learning Terms [Glossary, 2001] e-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone. E-Learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. E-Learning secara formal misalnya adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-Learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat
interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahaan konsultan) yang memang bergerak dibidang penyediaan jasa e-Learning untuk umum. E-Learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya). 2.3. Syarat-Syarat e-Learning Syarat-syarat kegiatan pembelajaran elektronik (e-Learning) adalah: a. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan internet. b. Tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya CD-ROM atau bahan cetak. c. Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan. d. Adanya lembaga yang menyelenggarakan/mengelola kegiatan e-Learning. e. Adanya sikap positif pendidik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet. f. Adanya rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap peserta belajar. g. Adanya sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar. h. Adanya mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara. 2.3.
Penyusun e-learning Pakar-pakar yang dibutuhkan untuk “menghidupkan” e-Learning adalah :
a. Subject Matter Expert (SME), merupakan nara sumber dari pembelajaran yang disampaikan. b. Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari SME menjadi materi e-Learning dengan memasukkan metode pengajaran agar materi menjadi lebih interaktif, lebih mudah, dan lebih menarik untuk dipelajari. c. Graphic Designer (GD), bertugas untuk mengubah materi teks menjadi bentuk grafis dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang, efektif, dan menarik untuk dipelajari. d. Learning Management System (LMS), bertugas mengelola sistem di website yang mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa
lainnya, serta hal lain yang berhubungan dengan pembelajaran, seperti tugas, nilai, dan peringkat ketercapaian belajar siswa. 2.4. Komponen e-Learning Komponen yang membentuk e-Learning meliputi: 1. Infrastruktur e-Learning: Infrastruktur e-Learning dapat berupa personal computer (PC), jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia. Termasuk didalamnya peralatan teleconference apabila kita memberikan layanan synchronous learning melalui teleconference. 2. Sistem dan Aplikasi e-Learning: Sistem perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian (rapor), sistem ujian online dan segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar. Sistem perangkat lunak tersebut sering disebut dengan Learning Management System (LMS). LMS banyak yang opensource sehingga bisa kita manfaatkan dengan mudah dan murah untuk dibangun di sekolah dan universitas. 3. Konten e-Learning: Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk Multimedia-based Content (konten berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa). Biasa disimpan dalam Learning Management System (LMS) sehingga dapat dijalankan kapanpun dan dimanapun.2
Teknologi Pendukung E-Learning 2
Depdiknas cukup aktif bergerak dengan membuat banyak kompetisi pembuatan multimedia pembelajaran. Pustekkom juga mengembangkan e-dukasi.net yang mem-free-kan multimedia pembelajaran untuk SMP, SMA dan SMK.
Dalam prakteknya e-Learning memerlukan bantuan teknologi. Karena itu dikenal istilah: Computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan komputer; Computer assisted learning (CAL) yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama komputer. Teknologi pembelajaran terus berkembang. Namun pada prinsipnya teknologi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Technology based learning Technology based learning ini pada prinsipnya terdiri dari Audio Information Technologies (radio, audio tape, voice mail telephone) dan Video Information Technologies (video tape, video text, video messaging). Technology based web-learning Technology based web-learning pada dasarnya adalah Data Information Technologies (bulletin board, Internet, e-mail, tele-collaboration). Di antara banyak fasilitas internet, menurut Onno W. Purbo (1997), “ada lima aplikasi standar internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu email, Mailing List (milis), News group, File Transfer Protocol (FTC), dan World Wide Web (WWW)”. Sebenarnya apapun yang ada di Internet bisa kita jadikan media untuk e-Learning. Hanya saja semua tergantung mahasiswa sendiri. Jika mahasiswa memang serius ingin bisa, maka apapun akan dilakukan, salah satunya belajar dengan e-Learning. Media/Software untuk melakukan e-Learning tidak terbatas pada hal-hal yang sudah dijelaskan diatas. Segala sesuatu (apalagi yang berhubungan dengan internet) berkembang sangat cepat dan dinamis. Mungkin saja saat tulisan ini di-publish sudah ada media baru yang bisa dijadikan sebagai media untuk e-Learning
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. E-learning dan Menuntut Ilmu Kemajuan ilmu pengetahuan baik sosial maupun kealaman tidak diikuti kemajuan kearifan dan akhlak manusia. Manusia semakin kehilangan jati dirinya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu ilmu dengan epistemologi yang mampu membuat manusia tentram dan damai dalam hidup tanpa kehilangan eksistensi ilmu tersebut dan idealnya mampu saling mengisi antara ilmu satu dengan ilmu lainnya. Rektor kita, Bpk. Amin Abdulah menamainya integrasi interkoneksi yang bertujuan untuk mempertemukan kembali ilmu-ilmu modern dengan ilmu-ilmu keislmanan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan lainlain dari sahabat Abu Hurairah, Rasulullah Saw. Bersabda :
Artinya : “Barangsiapa berjalan di suatu tempat guna menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke Syurga.” Dari hadist di atas jelas bahwa agama islam memudahkan jalan ke syurga bagi siapa saja yang menuntut ilmu. Karena menuntut ilmu sangat tinggi nilai dan pahalanya. Bahkan suatu amal ibadat yang tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu akan sia-sia amalnya. Begitu pentingnya menuntut ilmu, sehingga di era yang semakin maju ini butuh suatu teknologi dimana kita bisa menuntut ilmu dengan mudah. Salah satunya yaitu menggunakan media e-learning. Kita bisa mencari berbagai ilmu tanpa harus bertatap muka dan lebih mudah mendapatkannya karena hanya dengan menggunakan jaringan internet, intranet maupun cd kegiatan e-learning bisa dijalankan. Beberapa manfaat e-learning bagi seorang penuntut ilmu secara umum adalah: 1. Fleksibilitas. E-learning memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk mengakses pelajaran. Siswa tidak perlu mengadakan perjalanan menuju tempat pelajaran disampaikan, e-learning bisa diakses dari mana saja yang memiliki akses ke Internet. Bahkan, dengan berkembangnya mobile technology (dengan telepon selular jenis tertentu), semakin mudah mengakses e-learning. 2. “Independent Learning”. E-learning memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar masing-masing, artinya pembelajar diberi
kebebasan untuk menentukan kapan akan mulai, kapan akan menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dulu. Ia bisa mulai dari topik-topik ataupun halaman yang menarik minatnya terlebih dulu, ataupun bisa melewati saja bagian yang ia anggap sudah ia kuasai. Jika ia mengalami kesulitan untuk memahami suatu bagian, ia bisa mengulang-ulang lagi sampai ia merasa mampu memahami. Seandainya, setelah diulang masih ada hal yang belum ia pahami, pembelajar bisa menghubungi instruktur, nara sumber melalui email atau ikut dialog interaktif pada waktu-waktu tertentu. Jika ia tidak sempat mengikuti dialog interaktif, ia bisa membaca hasil diskusi di message board yang tersedia di LMS (di Website pengelola). Banyak orang yang merasa cara belajar independen seperti ini lebih efektif daripada cara belajar lainnya yang memaksakannya untuk belajar dengan urutan yang telah ditetapkan. 3. Biaya. Banyak biaya yang bisa dihemat dari cara pembelajaran dengan e-learning. Biaya di sini tidak hanya dari segi finansial tetapi juga dari segi non-finansial. Secara finansial, biaya yang bisa dihemat, antara lain biaya transportasi ke tempat belajar dan akomodasi selama belajar (terutama jika tempat belajar berada di kota lain dan negara lain), biaya administrasi pengelolaan (misalnya: biaya gaji dan tunjangan selama pelatihan, biaya instruktur dan tenaga administrasi pengelola pelatihan, makanan selama pelatihan), penyediaan sarana dan fasilitas fisik untuk belajar (misalnya: penyewaan ataupun penyediaan kelas, kursi, papan tulis, LCD player, OHP).
4.2. E-Learning dan Menyampaikan Ilmu Allah Swt memerintahkan kita agar menerangkan ilmu. Karena seperti yang kita ketahui bahwa ilmu itu akan berguna bagi kita, tidak hanya ketika kita sudah mempelajari, menguasai dan mengamalkannya saja. Tetapi ada faktor lain yang kadang terlupa bagi orang berilmu itu adalah pentingnya berbagi kepada sesama agar ilmu yang kita pelajari dapat bermanfaat dan berkah. E-learning sebagai media penyampai ilmu secara modern dianggap sebagai media yang lebih mudah untuk menyampaikan ilmu, sehingga pengajar bisa lebih mudah dalam hal proses belajar mengajar. Untuk menyampaikan pembelajarannya, e-learning tidak harus selalu menggunakan internet. Banyak media-media lain yang dapat digunakan selain internet. Seperti cd, dvd, mp3, PDA dan lain-lain. Penggunaan teknologi internet pada e-learning umumnya dengan pertimbangan memiliki jangkauan yang luas. Ada juga beberapa lembaga pendidikan dan perusahaan yang menggunakan jaringan intranet sebagai media e-learning
sehingga biaya yang disiapkan relatif lebih murah. Dan dengan e-learning juga kita dapat dengan mudah membagi ilmu kita dengan orang lain. Hal ini berbanding lurus dengan nilai-nilai islam sebagaimana yang telah dibahas pada bab sebelumnya, yaitu dalam hal berdakwah/berbagi dan tidak menyembunyikan ilmu yang kita miliki, serta penegasan Allah SAW dalam surat Al-Baqarah ayat 159-160 dan Sabda Nabi SAW (Balighu ‟anni walau ayyah). Substansi dari kalimat tersebut adalah sesedikit apapun ilmu yang baru diperoleh, asal disertai dengan landasan yang kuat, segera sampaikanlah. Tidak
perlu
menunggu
sampai
mencapai
level
“kesempurnaan”
ilmu
untuk
menyampaikannya. Karena Allah tidak menyukai orang-orang yang menyembunyikan ilmu. Dalam hal ini e-Learning juga sebagai media berbagi ilmu bagi kita, karena pada elearning juga terdapat banyak manfaat yang diperoleh, salah satunya dari sisi pemberi ilmu atau dalam hal ini adalah pengajar. Beberapa manfaat yang diperoleh pemberi ilmu antara lain: 1. Lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggungjawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi 2. Mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif lebih banyak 3. Mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Bahkan instruktur juga dapat mengetahui kapan peserta didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang 4. Mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu 5. Memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik. Pengajar Peserta didik juga dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran ataupun kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Guru atau instruktur dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di dalam web untuk diakses oleh para peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan, pengajar dapat pula memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-soal ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula. Pengalaman negara lain dan juga distance learning di Indonesia ternyata menunjukkan sukses yang signifikan, antara lain: -
mampu meningkatkan pemerataan pendidikan;
-
mengurangi angka putus sekolah atau putus kuliah atau putus sekolah;
-
meningkatkan prestasi belajar;
-
meningkatkan kehadiran siswa di kelas,
-
meningkatkan rasa percaya diri;
-
meningkatkan wawasan (outward looking);
-
mengatasi kekurangan tenaga pendidikan; serta
-
meningkatkan efisiensi. (Soekartawi, 2005)
Dari penjelasan menuntut dan berbagi ilmu dengan e-learning sudah jelas bahwa agama islam telah menganjurkan agar umatnya mencari dan mempelajari ilmu. Setelah itu mengamalkan ilmu yang sudah dimilikinya sehingga ilmu akan bermanfaat, baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain. Salah satu media yang dapat digunakan untuk mencari ilmu dan berbagi ilmu yaitu menggunakan media e-learning yang memilki manfaat banyak, baik dari sisi penuntut ilmu maupun pembagi ilmu. Secara umum Model integrasi interkoneksi yang paling tepat untuk menggambarkan hubungan e-learning sebagai media pembelajaran kaitannya dengan mencari dan berbagi ilmu dalam persepsi islam dan sains adalah model informatif. Model informatif sendiri memiliki pengertian bahwa suatu disiplin ilmu memberikan informasi kepada disiplin ilmu yang lainnya. Agama islam melalui Al Quran dan al hadist memberikan informasi kepada ilmu sains tekhnologi mengenai pentingnya ilmu serta kewajiban bagi muslim untuk mencari dan berbagi ilmu sehingga para saintis dapat mengembangkan informasi tersebut dengan membuat sebuah media yang memudahkan proses mencari dan berbagi ilmu yaitu e-learning. Dalam QS Al-Mujadillah : 11 dijelaskan agama islam memberikan informasi bahwa sebagai umat muslim wajib menuntut ilmu, karena sudah jelas ada perbedaan antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu. Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu, dengan memilki ilmu maka semua yang dikerjakan akan disertai dengan ilmu yang berkaitan. Serta pada QS Al-Baqarah : 159-160 Allah juga menerangkan bahwa ilmu itu wajib untuk dibagi dan disebarluaskan, bahkan laknat dari Allah dan orang-orang yang bisa melaknat akan datang kepada mereka yang menyembunyikan ilmu yang telah dimiliki. Dengan kedua surat di atas agama islam memberikan informasi pentingnya mencari dan berbagi ilmu. Kaitannya dengan e-learning yaitu e-learning sebagai media yang digunakan untuk mencari dan berbagi ilmu. Jadi agama islam memberikan informasi kepada ilmu sains dan teknologi dengan mengkaitkan surat QS. Al Mujadillah : 11 dan Q.S Al-Baqarah: 159160 dengan e-learning sebagai media teknologi yang digunakan.
BAB V KESIMPULAN Ranah Integrasi-Interkoneksi: Epistimologi : Perintah dalam Al Quran kepada semua umat muslim untuk menuntut dan berbagi ilmu Aksiologi : E-learning sebagai media yang membantu untuk mempermudah proses mencari dan berbagi ilmu Model Integrasi-Interkoneksi : informatif : Islam memberikan informasi melalui Al Quran kepada saintis bahwa wajib hukumnya bagi muslim untuk mencari dan berbagi ilmu sehingga saintis bisa membuat sebuah konten yang memudahkan proses mencari dan berbagi ilmu. SARAN -
Setiap muslim hendaknya semaksimal mungkin menuntut ilmu serta menyampaikan ilmunya
-
Pemerintah hendaknya mempersiapkan dan mendistribusikan infrastruktur yang mendukung terselenggaranya e-learning di Indonesia Setiap instansi pendidikan menerapkan e-learning dalam model pembelajaraan
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. “E-learning dan Etika Pemanfaatan Media”. http://sawali.info/2008/06/21/elearning-dan-etika-pemanfaatan/. Di akses 24 April 2009. Hartohadi.
2010.
“
Pentingnya
Menuntut
Ilmu
Agama
”.
http://www.hartohadi.com/2010/07/pentingnya-menuntut-ilmu-agama.html. Diakses 8 Oktober 2010 Hermawan, Kholis, et al. 2009 .“E-learning”. Yogyakarta UIN Sunan Kalijaga Rafuan, Ahmad. 2010. “ Saudariku, betapa pentingnya menuntut ilmu ” http://berandamuslim.blogspot.com/2010/07/saudariku-betapa-pentingnya-menuntut.html. Diakses 8 Oktober 2010 Rahmad,
Redi,
et
all.
2010
“
Pentingnya
Menuntut
Ilmu
”.
http://irm-
alkautsar.blogspot.com/2008/01/pentingnya-menuntut-ilmu.html. Diakses 8 Oktober 2010 Wahono, Romi Satrio. 2008. “ Pengantar E-learning dan Pengembangannya ”. http://ilmukomputer.org/2008/11/25/pengantar-elearning-dan-pengembangannya/. Di akses 24 April 2009. Wimkhan. 2007. ” pemanfaatan e-learning sebagai pendukung kegiatan belajar mengajar universitas
terbuka
di
Indonesia,
studi
perangkat
lunak
”
http://wimkhan.wordpress.com/2007/09/28/pemanfaatan-e-learning-sebagaipendukung-kegiatan-belajar-mengajar-universitas-terbuka-di-indonesia-studiperangkat-lunak/. Di akses 24 April 2009. Yanto, Handri. 2010. “ ( Media Dakwah ) Pentingnya Menuntut Ilmu ”. http://www.mailarchive.com/
[email protected]/msg07931.html. Diakses 8 Oktober 2010 Zainal, Abidin Muhammad. 2010. “ Makalah pentingnya ilmu dan menuntut ilmu ”. http://meetabied.wordpress.com/2010/02/20/makalah-pentingnya-ilmu-dan-menuntutilmu/. Diakses 8 Oktober 2010 http://www.asep-hs.web.ugm.ac.id/Artikel/ELEARNING/PENGENALAN%20ELEARNING.pdf. Di akses 24 April 2009. http://www.info-baru.com/2007/12/pengertian-tentang-elearning.html - 114k -. Diakses 30 April 2009 http://e-dufiesta.blogspot.com/2008/06/pengertian-e-learning.html - 62k . Di akses 30 April 2009