First
First
Viewpoint
Viewpoint
BERNARIDHO I.H.
ZATNI ARBI
Business Intelligence Expert
Pengamat Teknologi Informasi
P
Bayangkan kalau momen-momen yang penting dan tidak penting, yang ingin Anda ingat maupun yang ingin Anda lupakan, semua direkam? Semua kenakalan Anda ketika remaja, setiap ucapan Anda, baik ketika Anda sedang serius maupun sedang berkelakar, semua doa maupun umpatan dan sumpah serapah Anda, direkam dan dapat didengar kembali berpuluh-puluh tahun kemudian? Ide ini bukan ide baru. Di tahun 1945, Vannevar Bush, yang ketika itu menjadi Direktur Badan Riset dan Pengembangan Ilmiah di Amerika Serikat, menulis artikel yang berjudul “As We May Think” yang pada intinya menghimbau para ilmuwan untuk mencari cara agar manusia dapat memanfaatkan semua pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya— baik sadar maupun tidak—agar bisa menjadi lebih bijaksana. Visi Bush ini dinamai Memex, yang konon berasal dari memory extension. Artikel yang sangat menarik ini perlu Anda baca. Tersedia di banyak situs di Internet.
24
VIEWPOINT
MyLifeBits Kalau Anda pelupa dan tidak bisa mengingat di mana Anda baru saja meletakkan dompet, kunci pintu, atau kacamata Anda, itu masalah lain. Anda tidak akan tambah bijaksana seandainya Anda selalu tahu persis di mana meninggalkan benda-benda ini. Tapi kalau Anda bisa mendengarkan kembali percakapan dengan seseorang yang sangat inspirasional, presentasi yang memotivasi Anda atau konsultasi Anda dengan seorang profesional, pastilah Anda akan banyak terbantu. Sejak 1998, Gordon Bell, ilmuwan komputer di Microsoft, telah melakukan eksperimen dengan merekam segala sesuatu yang dialaminya dari hari ke hari. Semua yang masuk di benaknya, baik melalui mata dan telinga maupun dokumen yang harus di-scan-nya, disimpan dalam harddisk. Di lehernya terlilit kamera khusus Microsoft SenseCam yang bisa diperintahkan untuk mengambil foto kapan saja. Dalam sehari, boleh jadi dia merekam 1000 foto. Dia juga menggunakan perekam suara digital merk Olympus untuk merekam audio. Selain itu, ada perekam pembicaraan telepon dan WebCam. Setiap bulan, “tabungannya” rata-rata meningkat sebanyak 1 gigabyte. Semua data ini diberi indeks dan tag, sehingga dapat ditemukan kembali dengan cepat. Hyperlink juga digunakan untuk memudahkan penelusuran. Dengan demikian, Gordon bisa tahu dengan siapa saja dia berpapasan ketika berjalan kaki ke tempat kerjanya hari Selasa lalu, dengan siapa dia berbincang-bincang di ruang tunggu di bandara, seluruh film Casino Royale yang ditontonnya, dan sebagainya. Dengan memilih satu tanggal di waktu lampau, dia bisa mendengarkan kembali transkrip pembicaraan dia di telepon dengan istrinya, memutar kembali video yang diambilnya seminggu sesudah itu ketika sedang berlibur di Disneyland, menonton kembali siaran TV yang dia rekam sebulan kemudian. Tentu saja istrinya
selalu memintanya untuk menghapus semua rekaman pembicaraan mereka berdua. Gordon Bell adalah salah satu peneliti dalam kelompok ilmuwan yang kini sedang berusaha membuat manusia selalu ingat segala sesuatu dalam hidupnya. Piranti lunak yang sedang dia kembangkan diberi nama MyLifeBits.
Bermata Dua Jelas teknologi seperti ini ada segi positif dan negatifnya. Kalau Anda terlibat dalam persengketaan mengenai keputusan yang diambil dalam sebuah rapat sebulan yang lalu, penyelesaiannya akan mudah sekali. Tinggal putar kembali rekaman pembicaraan waktu itu. Lalu, kalau saja peralatan seperti kamera dan perekam digital ini bisa disembunyikan di balik pakaian kita, kita akan memiliki dokumentasi pengalaman buruk seperti ditodong penjahat, diperlakukan kasar oleh petugas check-in di bandara, diperas oleh polisi yang selalu menunggu kapan kita berbuat kesalahan dalam mengemudikan mobil, dan sebagainya.
“
ernahkah Anda membayangkan seandainya kehidupan Anda dari detik ke detik—sejak kecil hingga Anda menutup mata untuk selamalamanya—seluruhnya terekam lengkap dalam berbagai format termasuk teks, audio, dan video? Bayangkan kalau momen-momen yang penting dan tidak penting, yang ingin Anda ingat maupun yang ingin Anda lupakan, semua direkam?
Kita ingin orang lain memaafkan dan agar adil tentulah kita juga harus mampu memaafkan...
“
Bila banyak orang memiliki teknologi ini, yang bisa berfungsi sebagai penangkal, niscaya Jakarta akan jauh lebih nyaman. Tapi, kita manusia biasa. Tidak terlepas dari kesalahan. Kita ingin orang lain memaafkan dan agar adil tentulah kita juga harus mampu memaafkan orang lain dan melupakan kesalahannya. Bagaimana jika “MyLifeBits” tidak memungkinkan kita untuk memaafkan dan melupakan? Apakah kita akan jadi manusia lebih baik dan bijaksana? (
[email protected]) 01/2007
Paradoks Kecerdasan ohn Lennon dan Paul McCartney dianggap orangorang yang cerdas dalam hal musik karena membuat lagu-lagu dengan banyak variasi irama dan tema. Ucup Kelik—pelawak yang lagi naik daun—dianggap cerdas karena membuat banyak pelesetan kata-kata yang menggelitik.
J
Di sisi lain musisi yang membuat lagu-lagu dengan irama yang itu-itu saja dan tema yang itu-itu saja tidak layak disebut sebagai musisi yang cerdas. Pelawak yang pelesetan katakatanya itu-itu saja akan dianggap sebagai pelawak yang tidak cerdas. Dengan kata lain, umumnya manusia mengukur kecerdasan dari banyaknya variasi yang mampu diproduksi. Musisi yang cerdas seperti John dan Paul memproduksi musik dengan berbagai varian irama, pelawak seperti Ucup Kelik memproduksi hiburan dengan dengan berbagai pelesetan. Sepintas, kecerdasan memang hanya diukur dari banyaknya variasi. Tetapi, ada hal yang agak mengganggu: sering orang-orang yang dianggap intelek menyatakan bahwa seseorang dapat disebut pintar kalau dapat menyederhanakan hal-hal yang rumit. Ada kaitan antara menyederhanakan dengan variasi. Menyederhanakan berarti mengurangi jumlah variasi. Apa contohnya? Orang yang menyimpulkan bahwa nada-nada dalam sekian banyak lagu—mungkin semua lagu di dunia ini—dapat dikelompokkan dalam 12 nada saja: 7 nada mayor dan 5 nada minor) adalah orang yang 01/2007
sangat cerdas. Kita tidak tahu siapa orang ini, tetapi dia sangat cerdas. Penyederhanaan yang dilakukannya membuat kita mampu menulis lagu-lagu serumit apapun ke dalam notasi yang dapat dipahami hampir semua musisi. Sebelum penemu sistem ini membuat penemuannya, telah banyak orang cerdas yang menulis lagu-lagu rakyat di berbagai tempat di dunia; tetapi mereka tidak dapat menemukan kesederhaan tersebut. Di sini kita mulai melihat paradoks (pertentangan): di satu sisi kecerdasan diukur berdasarkan kemampuan memperbanyak variasi. Di sisi lain, kecerdasan diukur berdasarkan kemampuan mengurangai variasi. Bahasa Inggris memiliki minimal dua padanan untuk kata cerdas: intelligent dan expert (selain smart, clever, dan lain-lain). Kita dapat memakai kedua kata ini sebagai solusi masalah paradoks kecerdasan. Pada masa awal istilah “Sistem Pakar” (Expert System) diperkenalkan sampai beberapa tahun setelah itu, istilah pakar menjadi populer di Indonesia, demikian pula istilah Expert dalam hal software. Saya berpikir: apa yang membuat seseorang layak disebut pakar? Pertanyaan saya ini muncul terutama karena seringnya orang mengatakan ada orang-orang yang pakar untuk dirinya sendiri: tidak dapat menjelaskan ke orang lain. Saya akhirnya simpulkan: seorang pakar dapat melihat detail (gambaran mikro), dapat melihat gambaran makro, dan dapat menjelaskan keterkaitannya. Bagaimana kesimpulan ini membantu solusi masalah paradoks kecerdasan? Orang yang dapat memperbanyak variasi adalah orang yang intelligent. Orang yang dapat memperbanyak variasi DAN sekaligus mengurangi variasi-variasi atas variasi-variasi esensial yang sederhana adalah orang yang expert. Dunia TI kekurangan orang-orang
yang expert: orang-orang yang mampu mengurangi variasi-variasi yang tidak esensial dalam dunia TI menjadi variasi-variasi yang esensial saja. Alan M. Davis dan Chris J. Date adalah sedikit kekecualian. Davis dalam Software Requirements: Objects, Functions, and States menyatakan “Every Requirements technique tends to emphasize a particular aspect of the problem and solution domains; either the entities (objects) in the real world, the functions performed, or their states”. Bila kita samakan functions dengan operations, states dengan values; kita dapat simpulkan, setiap spesifikasi perangkat lunak menspesifikasikan objek-objek, operasi-operasi, dan (transisi) nilai dari objek-objek tersebut. Chris J. Date dalam An Introduction to Database Systems menyamakan object class dengan (data) type. Setelah lama mempelajari ObjectOriented sejak 1989 dan merenungkan baik-
“
Memori Abadi, dari Awal hingga Akhir
...umumnya manusia mengukur kecerdasan dari banyaknya variasi yang mampu diproduksi.
“
baik isi kedua buku ini; saya simpulkan bahwa tipe (yang dibahas Date), digabungkan dengan operasi, nilai, dan objek (yang dibahas Davis) adalah konsep-konsep dasar komputasi. Kedua expert ini membuat penyederhanaan yang hebat. Bulan depan saya akan berikan gambaran bagaimana hasil kerja mereka dapat dipakai untuk business-process re-engineering, untuk solusi masalah yang dihadapi salah satu BUMN terbesar di Indonesia. (
[email protected]) VIEWPOINT
25
First Viewpoint
ZATNI ARBI Pengamat Teknologi Informasi
Mencari Uang Melalui Situs Web S
Sepuluh tahun adalah waktu yang amat panjang. Banyak perubahan yang terjadi dalam kurun waktu sepanjang itu. Era dotcom berlalu secepat era itu datang. Ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari era dotcom. Antara lain, ternyata kita tidak bisa hanya mengandalkan penerimaan dari pemasang iklan. Situs-situs web baru bermunculan setiap menit, dan semuanya bersaing mendapatkan uang dari pemasang iklan. Lalu, apakah ini berarti kita tidak bisa lagi mendapatkan uang melalui situs web?
Masih Menjanjikan Mungkin salah satu pelajaran terpenting dari era dotcom adalah kreativitas kunci sukses dalam berbisnis. Jelas hal ini berlaku bukan hanya di dunia maya, tapi di dunia maya pintu untuk kreativitas terbuka jauh lebih lebar. Selain itu, karena teknologi tersedia bagi siapa saja, orang dapat dengan cepat menjiplak keberhasilan Anda. Oleh sebab itu pula, Anda tidak pernah boleh berhenti mencari dan mengimplementasikan ide-ide baru.
22
VIEWPOINT
Masih ada sejumlah cara Anda dapat mendapatkan penghasilan melalui situs web. Pertama, menjual spot untuk iklan masih tetap dapat dilakukan, walau nilainya mungkin tidak spektakuler seperti dulu. Selain itu, Anda juga bisa mencari sponsor bagi situs web Anda. Kunci utamanya, tentulah memastikan bahwa situs web Anda memiliki daya tarik yang kuat. Situs berita Detikcom, misalnya, kini kewalahan menampung permintaan calon pengiklan hingga mereka terpaksa melelang spot-spot yang paling diincar para pengiklan. Semua ini karena Detikcom memuat konten yang diinginkan pengunjung, dan bola mata yang dapat dijual bukan main banyaknya. Cara lain untuk mendapatkan penghasilan dengan mengarahkan pengunjung ke situs lain yang memiliki program kemitraan dengan Anda. Bila seseorang pergi ke amazon.com dan membeli buku di sana karena Anda telah membimbingnya ke sana, misalnya, maka Anda berhak mendapatkan komisi. Cara berbisnis seperti ini juga sudah cukup lama dilakukan orang. Anda juga dapat membangun database dari pengguna situs kemudian menjualnya ke pihak ketiga. Database ini bisa berisikan informasi, seperti nama, alamat, hobi, dan preferensi. Hanya saja, dalam hal ini Anda harus selalu menghormati hak privasi para pengguna. Bila mereka tidak mengizinkan Anda berbagi informasi personal yang mereka berikan—seperti alamat, nomor telepon, pekerjaan, dan berbagai data pribadi lainnya—dengan pihak ketiga, maka Anda harus patuh. Di negara maju, berbagi informasi personal tanpa seizin orang yang bersangkutan dapat membawa Anda ke meja hijau dan membuat Anda bangkrut atau bahkan menghabiskan usia di penjara.
Lebih Maju Lagi Kini banyak surat kabar yang meletakkan konten terbarunya di situs web. Siapa saja dapat
mengakses konten itu tanpa harus membayar. Namun, begitu pengunjung ingin mengakses arsip—misalnya berita yang muncul dua hari yang lalu, dia harus membayar. Ini sebuah model bisnis yang juga sudah lama dipakai. Sebagian dari isi situs web Anda dapat dimanfaatkan secara gratis, tapi sebagian lagi baru bisa dipakai setelah pengunjung membayar. Model bisnis lainnya adalah mengirimkan e-mail yang berisikan informasi yang berguna bagi mereka yang menginginkannya. E-mail ini juga dapat membawa iklan. Namun, Anda harus memastikan bahwa e-mail Anda bukan spam. Anda hanya mengirimkan e-mail ke pemakai Internet yang memang menginginkannya. Lalu, bila seorang penerima E-mail Anda telah menyatakan bahwa dia tidak lagi ingin Anda kirimi e-mail, maka Anda pun harus menghormatinya dan menghapus namanya dari daftar penerima e-mail Anda yang berikut. Akhirnya, mempersewakan perangkat lunak di Internet juga semakin menjadi
“
ekitar sepuluh tahun yang silam, setiap kali orang berbicara tentang cara mencari penghasilan di web, yang kali pertama terlintas pastilah iklan. Orang menjual “bola mata” pengunjung situs. Semakin banyak jumlah bola mata yang mengunjungi sebuah situs, semakin tinggi harga yang bisa diminta pada pemasang iklan.
...salah satu pelajaran terpenting dari era dotcom adalah kreativitas kunci sukses dalam berbisnis.
“
pilihan yang menarik, terutama dengan semakin tersedianya koneksi broadband. Pemilik usaha kecil biasanya keberatan untuk membeli lisensi perangkat lunak yang mahal, sementara dia tidak memerlukan sebagian besar dari fungsionalitas yang tersedia. Ini merupakan satu peluang lagi, terutama bagi para pemrogram, sepanjang Anda tidak melanggar hak cipta dan hak atas kekayaan intelektual orang lain. (
[email protected]) 02/2007
IKLAN
First Viewpoint
ZATNI ARBI Pengamat Teknologi Informasi
Peranti Lunak Juga Sebuah Investasi B
Lalu, kita tinggal meng-copy citra dari harddisk lama ke harddisk yang baru. Kita tidak perlu lagi repot-repot memasukkan Product Key maupun melakukan aktivasi produk melalui Internet. Setelah diisi dengan citra ini, harddisk pun akan langsung bootable. True Image 10 Home banyak mendapat penghargaan dari editor. Harganya? Kalau Anda ingin men-download-nya langsung dari situs web Acronis, harganya US$49.99.
Nilai Sebuah Peranti Lunak Baru-baru ini file data Outlook saya rusak. Saya tidak bisa mengakses pesan-pesan e-mail saya—baik yang masih di Inbox maupun yang sudah saya pindahkan ke folder-folder yang telah saya siapkan di Outlook saya. Sebenarnya Microsoft sudah menyediakan utilitas scanpst. exe untuk memperbaiki file .pst yang rusak. Sayangnya, utilitas ini tidak berhasil mem-
22
VIEWPOINT
perbaiki file data Outlook saya, meski seluruh harddisk telah di-defragment. Apa boleh buat, saya harus menggunakan program yang lebih ampuh. Setelah membaca berbagai ulasan di web, saya putuskan untuk mencoba Outlook Recovery Toolbox dari Recovery Toolbox. Ternyata versi Outlook Recovery Toolbox yang dapat kita download gratis hanyalah versi demo. Banyak fitur yang tidak berfungsi. Kita harus membeli versi yang lengkap bila ingin menggunakan semua fitur yang ada. Meski demikian, saya berhasil memperbaiki file .pst dengan menggunakan versi demo—walau tidak sempurna. Setidak-tidaknya saya sudah bisa kembali mengakses daftar kontak, Inbox, dan folder-folder yang lain. Bagi saya, semua data ini sungguh-sungguh tidak ternilai. Omong-omong, untuk melindungi komputer saya dari serangan virus, saya sudah beberapa tahun berlangganan ViruScan dari McAfee. Biaya yang harus saya bayar adalah US$ 29.95 per tahun. McAfee, seperti halnya perusahaan pembuat antivirus lain, secara berkala memeriksa sistem tanpa mengganggu kegiatan saya. Ini dapat mereka lakukan karena saya memang menggunakan akses Internet kabel, yang selalu hidup 24 jam dalam sehari.
Nilai yang Nisbi Produk peranti lunak seperti True Image dari Acronis mungkin tidak kita pakai terusmenerus, walau sebenarnya—jika kita mau dan mempunyai harddisk ekstra—back-up data dan citra yang dilakukannya mungkin akan sangat menolong bila terjadi musibah. Outlook Recovery Toolbox mungkin lebih jarang lagi kita gunakan. Namun, pada saat kita sangat membutuhkannya, harganya yang US$49.90 itu mungkin tidak akan terasa berat. Produk peranti lunak lain seperti antivirus mempunyai nilai yang tinggi bagi pemakai Internet aktif. Anda pasti tahu bagaimana repotnya bila komputer sudah dimasuki virus.
Rasanya, Anda akan rela membayar jauh di atas US$29.95 untuk sebuah program antivirus yang mampu membersihkan komputer dan menyelamatkan data Anda. Jadi, nilai sebuah peranti lunak adalah nisbi. Bagi seseorang yang sangat tergantung pada peranti lunak tertentu dalam bekerja, nilai peranti lunak itu akan jauh lebih besar daripada nilai yang diberikan orang lain yang menggunakannya hanya sekali-sekali. Sayangnya, kita sering lupa pada nilai peranti lunak bagi pekerjaan. Soalnya, ada alternatif yang jauh lebih murah, yaitu peranti lunak hasil bajakan. Lalu, karena ada peranti lunak bajakan dengan harga sekitar Rp25.000, banyak di antara kita menganggap bahwa harga peranti lunak asli seharga US$300 terlalu mahal. Padahal, investasi kita pada peranti keras juga tidak kecil. Harga komputer baru dengan spesifikasi lumayan, tapi tanpa sistem pengoperasian sekitar Rp4 juta. Peranti keras tanpa peranti lunak tidak ada gunanya. Berbeda dari ketika kita harus membeli peranti lunak,
“
eberapa minggu yang lalu, saya menerima kiriman peranti lunak True Image 10 Home dari Acronis untuk saya uji coba dan ulas. Mirip dengan Norton Ghost, peranti lunak ini berfungsi mem-back-up data atau membuat citra (image) dari seluruh isi harddisk kita. Jika terjadi sesuatu pada harddisk yang kita gunakan, kita tinggal memformat ulang harddisk itu atau menggantinya dengan harddisk baru.
Nilai yang kita lekatkan pada peranti lunak sangatlah tergantung pada persepsi kita...
“
kita jarang mengomel ketika membeli peranti keras. Soalnya, peranti keras tidak bisa diduplikasikan. Kembali ke soal nilai peranti lunak: Nilai yang kita lekatkan pada peranti lunak sangatlah tergantung pada persepsi kita tentang manfaat yang didapatkan dari investasi kita. Bila dengan peranti lunak seharga US$300 hingga US$500 kita dapat benar-benar memaksimalkan produktivitas, bukankah kita seharusnya siap berinvestasi sebesar itu? (
[email protected]) 03/2007
IKLAN
First
First
Viewpoint
Viewpoint
RHENALD KASALI
ZATNI ARBI
Direktur Program Magister Manajemen UI
Pengamat Teknologi Informasi
Krisis Banjir, Antara Ancaman dan Peluang
Entah karena manusia sudah tidak bersahabat dengan alam atau mungkin karena faktor lainnya, yang pasti hujan di awal tahun 2007 menjadi sesuatu yang berbeda. Hujan yang deras menetes tanpa henti selama beberapa jam ternyata sanggup mengubah sebagian kota Jakarta dan beberapa tempat lainnya menjadi genangan air raksasa. Krisis banjir ini rupanya dapat membuka mata kita kembali. Krisis ini tidak hanya menghanyutkan (menenggelamkan) sebagian dari harta kita. Krisis ini juga membawa luka dan duka yang masih menusuk ke dalam hati. Bagi bisnis, krisis ini menciptakan masalah. Seperti yang kita baca dari laporan media massa, kerugian ternyata tidak terbatas pada ketidakhadiran sebagian karyawan. Krisis banjir juga melumpuhkan beberapa mesin atau proses produksi yang seharusnya berjalan baik. Masalah lain yang tidak kalah merepotkan adalah mengenai informasi. Sudah umum bahwa bisnis terbiasa menyimpan informasi dalam bit-bit di komputer personal, server, atau media penyimpanan teknologi tinggi lainnya. Memang betul sekarang juga era Internet, di-
28
VIEWPOINT
Dua Filosofi dari Krisis Umat beragama selalu percaya bahwa selalu ada hikmah di balik setiap krisis. Hikmah ini tentu saja tidak tampak begitu saja. Butuh keimanan dan sikap memperbaiki pascakrisis apabila kita ingin mengambil hikmahnya. Filosofi ini juga terlihat pada masyarakat Tionghoa. Pada dasarnya, krisis dalam aksara Cina terdiri dari sentakan dua huruf, yaitu peluang dan ancaman. Hal ini juga berlaku ketika terjadinya krisis banjir. Krisis ini seakan pedang bermata dua bagi perusahaan berteknologi tinggi seperti telekomunikasi, vendor komputer, software house, dan lain sebagainya. Bagi mereka kerepotan tidak hanya menghadapi krisis yang dialami oleh dirinya sendiri. Kerepotan juga hadir ketika klien atau konsumen mereka sekonyong–konyong lebih membutuhkan mereka daripada sebelumnya. Perusahaan telekomunikasi bukannya tidak tahu akan hal ini. Salah satu distributor elekronik memasang iklan besar–besaran mengenai sikap menanggung beban melalui skema asuransi. Beberapa perusahaan jenis lainnya memasang iklan untuk minta maaf. Apakah semua ini cukup? Jawabannya terletak kepada bagaimana kita memahami konsumen. Teori dasar pemasaran menulis bahwa salah satu faktor mendasar dari proses memilih yang dilakukan konsumen terletak pada pengalaman sebelum, ketika dan sesudah mengonsumsi suatu produk. Ketiga faktor ini menjadi krusial ketika krisis banjir terjadi. Sebagai contoh, bayangkan apabila konsumen yang sudah dijanjikan support
teknis selama 24 jam tanpa henti harus gigit jari mengetahui bahwa call center atau contact person yang ingin dihubungi tulalit atau bahkan tidak ada di tempat. Kekecewaan akan menjadi sesuatu yang mutlak terjadi. Meskipun mungkin ada alasan yang cukup kuat, seperti karena teknisi atau administratornya juga mengalami kebanjiran di rumahnya. Kekecewaan ini tentu akan membuat persepsi konsumen berubah arah untuk mencari solusi yang lebih andal. Bagi perusahaan teknologi tinggi, perubahan arah ini berarti mereka siap–siap akan kehilangan satu konsumen yang (mungkin) loyal dan menguntungkan. Cara terbaik untuk menghindari ancaman larinya konsumen pascabanjir terletak pada pengendalian risiko. Di negeri yang serba tidak pasti ini ternyata tidak cukup hanya membatasi risiko seperti serangan virus atau hacker, pemadaman konvensional, pencurian fisik, dan lain
...krisis pun dapat menjadi sarana waktu pembuktian betapa unggulnya layanan suatu perusahaan...
“
sebagainya. Para perusahaan teknologi tinggi juga harus memperhatikan dampak—ekonomi maupun sosial—dari risiko bencana seperti banjir dan lain sebagainya. Apabila risiko yang ada dapat dikelola serta dikendalikan secara baik dalam implementasi nyata, krisis pun dapat menjadi sarana waktu pembuktian betapa unggulnya layanan suatu perusahaan terhadap konsumennya. Ujung– ujungnya, penderitaan dan beban konsumen jadi berkurang. Dan bagi perusahaan, peluang yang lebih besar mungkin akan membentang di depan mata. (
[email protected]) 04/2007
asih ingat Comdex Las Vegas? Di tahun 1990-an, nasib baik membawa saya ke sana. Waktu itu, Comdex Las Vegas merupakan acara yang kolosal. Mencari taksi saja tidak mudah. Kamar hotel penuh. Orang berduyun-duyun datang. Apalagi ketika Bill Gates menjadi salah satu pembicara kunci, lengkap dengan demo teknologi masa depannya.
M
Banyak orang mengatakan, Comdex-lah yang membuat Las Vegas semegah sekarang ini. Penuh dengan hotel mewah, semarak dengan berbagai macam atraksi. Dari tahun ke tahun Las Vegas Convention Center selalu diperbesar untuk menampung kegiatan-kegiatan Comdex. Namun, di awal tahun 2000-an, daya tarik Comdex memudar. Penggemarnya menurun drastis, baik pengunjung maupun peserta pameran. Salah satu penyebabnya tentulan peristiwa 9/11. Akhirnya Comdex Las Vegas pun tamat riwayatnya. Sekarang, acara tahunan yang terkemuka di Las Vegas adalah Consumer Electronics Show (CES). Bulan pelaksanaannya tidak lagi November melainkan Januari. Sebegitu jauh saya belum bernasib baik bisa mengunjungi CES. Namun, banyak yang berpendapat bahwa CES adalah reinkarnasi Comdex. Tidak mengherankan, karena Bill Gates masih tetap menjadi salah satu pembicara kunci di acara ini. Saat ini trade show yang dianggap terbesar di dunia adalah CeBIT di Hannover, Jerman. Selain itu, acara-acara serupa juga diadakan di 04/2007
Taiwan dan Singapura. Misalnya, COMPUTEX dan CommunicAsia. Di Eropa dan Amerika Serikat, acara pameran telekomunikasi bergerak semakin populer. Di Eropa ada acara 3GSM World Congress, misalnya. Di acara ini, yang sejak dua tahun terakhir telah pindah dari Cannes, Prancis, ke Barcelona, Spanyol, pengunjung dapat menyaksikan berbagai produk mobile yang terbaru dan tercanggih. Hampir semua vendor komunikasi bergerak dan Internet hadir di sana. Tahun ini, pengunjung 3G World Congress sudah mencapai 6500 orang, masih jauh di bawah jumlah pengunjung Comdex yang berkisar antara 60.000 hingga—konon, katanya—200.000. Umumnya orang menganggap pengelola Comdex bersalah membuat acara itu tidak menarik lagi. Namun, bagi saya, rasanya ada hal lain yang terjadi di balik ketidakbecusan mereka. Di tahun 1980-an dan 1990-an, komputer personal merupakan produk dan teknologi yang mengagumkan. Di tahun 2000an, daya tarik komputer personal dan berbagai pernak-perniknya sudah menjadi barang biasa. Ini Tidak berarti bahwa teknologi komputer—termasuk teknologi printer, scanner dan sarana penyimpanan data—telah berhenti berkembang. Komputer dan periferalnya tetap jadi semakin canggih. Tapi, daya tarik komputer kini telah dikalahkan daya tarik peralatan bergerak dan berbagai aplikasinya. Seolah-olah tidak peduli, semua peranti bergerak hanya bisa berfungsi karena ada komputer. Komputer kini eksis di latar belakang, sebagai teknologi pendukung. Andaikata kita memandang masa jaya komputer sebagai sebuah gelombang, lalu masa jaya perangkat telekomunikasi bergerak sebagai gelombang berikutnya, kita bertanya-tanya berapa lama daya tarik perangkat bergerak ini akan bertahan? Lalu, apa yang akan menjadi gelombang berikutnya?
Alangkah baiknya jika kita dapat mengetahui gelombang berikut setelah perangkat bergerak. Kita dapat mengantisipasi dengan selalu berusaha tetap berada di depan kurva. Banyak keuntungan yang bisa diperoleh bila kita menjadi pionir dalam gelombang baru. Dalam benak saya, mungkin sekali peralatan kesehatan pribadi akan menjadi gelombang berikut. Peralatan ini, terutama yang memiliki kemampuan diagnosis, tetap akan bergantung pada komputer dan sensor-sensor. Peralatan ini mungkin juga dapat memanfaatkan komunikasi data. Misalnya, elektrokardiogram personal yang ringkas dan dapat dibawa-bawa serta dapat dihubungkan ke terminal di rumah sakit langganan kita atau Personal Health Record secara nirkabel. Mengapa saya memperkirakan peralatan ini akan banyak dicari? Karena umumnya kita malas mendatangi rumah sakit atau klinik untuk pemeriksaan kesehatan. Tak jarang pula kita merasa malu duduk di ruang tunggu dokter dan diketahui orang kita mengidap
“
H
mana informasi dapat disimpan secara remote di kejauhan. Tetapi, ini hanya menjadi teori bagi banyak bisnis ketika banjir menerjang. Padamnya listrik dan macetnya komunikasi—data mupun suara—di beberapa tempat membuat realitas penyelamatan data menjadi lebih sulit daripada yang dibayangkan.
“
ujan seharusnya menjadi teman manusia. Tanaman tidak mungkin hijau berbuah hasil tanpa kehadiran hujan. Demikian juga dengan sisi penting kehidupan manusia lainnya. Jangan harap ada sumber air minum, memasak, mencuci, dan lain sebagainya apabila hujan tidak menetes ke bumi.
Tetap Berada di Depan Kurva
Banyak keuntungan yang bisa diperoleh bila kita menjadi pionir dalam gelombang baru.
“
penyakit. Andaikata diagnosis dapat dilakukan sendiri di rumah dengan hasil cukup akurat, mengapa tidak? Cobalah pikirkan, apa saja peralatan personal lain yang dapat dimasukkan ke kategori ini. Pengukur PSA untuk pria setengah baya atau peralatan mammogram. Ada banyak lagi. Cikal-bakalnya sudah ada. Jangan lupa, para astronot sudah lama menggunakan peralatanperalatan seperti ini. Ayo, kali ini mari kita coba menjadi yang di depan. (
[email protected]) VIEWPOINT
29
First Viewpoint
ZATNI ARBI Pengamat Teknologi Informasi
Aplikasi Pendeteksi Orang-orang Berbahaya K
Di antara 32 orang yang menemui ajal dalam peristiwa yang tidak terbayangkan itu, ada saudara kita sesama orang Indonesia, Partahi, orang yang disayangi begitu banyak keluarga dan teman. Peristiwa ini bukan satu-satunya yang pernah terjadi di Amerika Serikat, meskipun jumlah korban yang menjadi korban kali ini adalah yang terbesar. Peristiwa ini lalu menyadarkan kita bahwa kesehatan mental (mental health) adalah hal yang selama ini selalu dianggap sepele. Ternyata di sekitar kita ada banyak penderita gangguan mental bergentayangan. Saya jadi teringat beberapa waktu yang lalu bagaimana seorang teman—seorang peneliti yang sudah cukup semior—tega memukuli rekan sekerjanya habis-habisan. Celakanya, rekannya itu seorang peneliti wanita yang belum menikah. Cedera yang dialaminya sebagai akibat insiden tersebut tidak alang-kepalang. Menurut dokter, dia tidak akan mungkin lagi hamil. Belum lama, terbongkar pula kekejaman yang berlangsung di IPDN. Sulit bagi kita membayangkan manusia bisa tega memukuli sesama manusia hingga meninggal. Namun, begitulah kenyataannya.
Sendiri dalam Kesepian Di Amerika Serikat, karakter masyarakat yang individualistis membuat banyak orang hidup
22
VIEWPOINT
dalam perasaan tidak pasti (insecure). Banyak penyebabnya. Di sana, seorang karyawan bisa dengan mudah diberhentikan, karena pekerjaannya dialihdayakan (outsourced) ke India, China atau Filipina, di mana upah pekerja jauh lebih murah. Di Indonesia, di mana kekerabatan lebih erat dan dukungan sanak keluarga seringkali masih dapat diandalkan, keadaannya lebih parah lagi. Bayangkan saja bila seorang peneliti, bisa melakukan hal yang begitu kejam terhadap seorang wanita! Dalam banyak hal, ada faktor penyebab yang sangat kuat. Mungkin sang peneliti sedang marah pada sesuatu, belum tentu pada rekan wanitanya. Lalu dia melampiaskan kemarahannya itu lewat pukulan. Tentu saja, apapun yang membuat dia marah, perbuatannya tidak dapat dibenarkan. Bayangkan kalau kita berurusan bukan dengan peneliti yang tidak bisa mengontrol kemarahannya. Bayangkan kalau kita harus berurusan psikopat-psikopat seperti Cho (banyak orang mengatakan bahwa dia bukan seorang psikopat tetapi seorang penderita psikosis). Maka semakin menakutkanlah hidup ini.
“Ular” di Sekitar Kita Bila Anda bekerja di sebuah perusahaan, ada pula peringatan dari Paul Babiak dan Robert Hare bahwa di sekitar Anda mungkin ada psikopat. Dalam bekerja, dia bisa berprestasi seperti orang-orang lain yang normal. Palingpaling dia memperlihatkan sifat-sifat seperti pendiam dan menarik diri. Kita tidak bisa mendeteksi bahwa dalam benaknya ada kemarahan yang berakumulasi. Babiak dan Hare menyampaikan wantiwantinya dalam buku berjudul “Snakes in Suits.” Salah satu berita yang mereka sampaikan adalah bahwa persentase psikopat di dunia bisnis jauh melampaui persentase
psikopat di masyarakat. Para psikopat tidak memiliki kemampuan merasakan penderitaan orang lain yang menjadi korban perbuatannya. Menurut Babiak dan Hare, para psikopat ini tidak peduli kalau perusahaan di tempat mereka bekerja dan mencari makan bisa gulung tikar karena perbuatannya. Mereka tidak memiliki emosi, dan dapat memanipulasi rekan-rekan sekerja, dan juga berani mengambil langkah-langkah dengan tingkat risiko yang sangat tinggi. Bagaimana caranya mendeteksi “ularular” di sekitar kita? Cara konvensional tidak dapat diandalkan, karena psikopat dapat menyembunyikan intensi dia yang sesungguhnya. Nah, ini satu lagi peluang bagi pengembang aplikasi. Betapa akan bergunanya sebuah aplikasi SDM yang dapat menelusuri tingkah laku seorang karyawan, dan menyalakan lampu kuning bila tampak tanda-tanda yang mencurigakan, dan lampu merah bila tindakan drastis sudah tidak mungkin ditunda-tunda
“
ita ikut menangis mendengar berita tentang seorang psikopat yang menembaki sesama mahasiswa dengan rencana yang begitu rapi, di Virginia Tech, Amerika Serikat.
...psikopat tidak memiliki kemampuan merasakan penderitaan orang lain...
“
lagi. Aplikasi se perti ini pastilah sangat berguna, bukan saja untuk menyelamatkan perusahaan tetapi juga komunitas seperti murid-murid sekolah mahasiswa di perguruan tinggi, murid-murid di sekolah dan bahkan para terpidana di penjara. Mengapa bagi lembaga-lembaga seperti ini, aplikasi tersebut akan sangat berguna? Karena jumlah komunitas terlalu besar sehingga tidak mungkin bagi kita untuk memantau masingmasing individu.(
[email protected]) 06/2007
IKLAN
First Viewpoint
ZATNI ARBI Pengamat Teknologi Informasi
Milan, Inovasi yang Tanggung-tanggung DVD. Padahal, di dalamnya tetap ada produk Intel dan Microsoft. Keyboard dan mouse biasanya disembunyikan jauh-jauh. Sehari-hari, navigasi dilakukan menggunakan remote control yang desainnya juga dibuat mengikuti standar remote control TV biasa. Sebegitu jauh, baik Tablet PC maupun Media Center hanya digunakan oleh kelompok pemakai tertentu untuk keperluan tertentu. Media Center masih merupakan produk niche yang harganya selangit. Namun, yang lebih penting adalah kenyataan bahwa sampai sekarang, mayoritas pemakai komputer tetap membutuhkan keyboard dan mouse sebagai alat input.
Lalu, komputer datang dalam bentuk laptop, notebook dan subnotebook. Ada variasi lain, seperti mini notebook. Nokia, Dopod dan sejumlah perusahaan teknologi lainnya bahkan telah memproduksi smartphone cum PDA, yang sebenarnya lebih tepat disebut komputer. Contohnya adalah Nokia E90. Empat tahun yang lalu, muncul Tablet PC dengan berbagai variannya. Ada Tablet PC yang datang dengan keyboard yang terintegrasi, ada yang menggunakan keyboard lepas dengan koneksi USB. Apapun konfigurasinya, ciri khas Tablet PC adalah layar sentuh (touch sensitive). Kita bisa menulis di layar, lalu aplikasi handwriting recognition akan mengubah tulisan kita menjadi karakter yang bisa disunting, sebagaimana kita menyunting teks dalam Microsoft Word. Lalu, salah satu tren PC termutakhir adalah Media Center. Kita dapat menggunakan Media Center melakukan berbagai hal, seperti merekam program TV sesuai jadwal yang telah kita input. Penekanan utama dalam mendesain Media Center adalah menghilangkan citra PC. Sepintas lalu, orang akan melihat sebuah Media Center sebagai sebuah produk elektronika biasa seperti pemutar
Tablet PC Jilid Dua
S
22
VIEWPOINT
Ada berita menarik akhir bulan Mei yang lalu. Microsoft memperkenalkan apa yang mereka namakan Surface Computer. Julukannya adalah Milan. Peralatan input yang terpenting bukanlah keyboard, melainkan sebuah layar sentuh yang horisontal, dan berukuran 75 cm. Dengan layar sentuh ini, pada waktu yang sama beberapa pemakai dapat menggunakan jari dan tangan mereka untuk menulis, memilih obyek, memindahkan atau memutarbalikkannya, dan sebagainya. Lebih dari itu, Milan dapat mengenali benda yang diletakkan di atas layarnya itu. Jadi, misalnya, pengunjung sebuah toko elektronika dapat meletakkan sebuah kamera digital di atas permukaan layar, dan Milan akan menampilkan spesifikasi serta harganya. Menurut Microsoft, harga Milan ini akan berkisar antara USD 5,000 dan USD 10,000. Pada awalnya, pemakainya diharapkan perusahaan-perusahaan seperti restoran, hotel berbintang, gerai ponsel seperti T-Mobile. Dengan bantuan Milan, tamu restoran dapat lebih leluasa memilih sendiri, dan memesan makanan yang mereka inginkan. Pelanggan T-Mobile tinggal meletakkan ponselnya di atas
layar, dan Milan akan mengenalinya. Milan lalu akan menawarkan nada dering (ringtone) yang dapat di-download menggunakan Bluetooth, baik secara gratis maupun tidak. Sepintas lalu, Milan tampak sangat inovatif. Namun, saya kira nasibnya tidak akan banyak berbeda dari Tablet PC. Teknologi yang diimplementasikan, seperti kemampuan mengenali gerak-gerik tangan kita, pasti akan membuat kita terkagum-kagum. Pertanyaannya adalah apakah kita membutuhkan teknologi ini? Dari dulu kita mengenal komputer melalui keyboard dan layarnya. Dari dulu kedua komponen ini adalah perangkat standar yang menjadi perantara di antara manusia dan komputer. Saat ini sudah banyak komputer dan ponsel yang dilengkapi voice recognition, sehingga kita sebenarnya dapat memberikan perintah dengan suara kita. Namun dalam kenyataannya, tidak banyak di antara kita yang memanfaatkannya.
“
ejak awal, komputer personal datang dalam format yang kurang-lebih standar. Ada layar, ada keyboard. Mouse datang belakangan. Dulu, dimensi casing sering menjadi topik diskusi. Sekarang orang tidak lagi heran melihat casing PC yang kompak.
Inovasi seringkali melupakan apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pemakai.
“
Keyboard dan mouse masih tetap akan dibutuhkan untuk berinteraksi dengan komputer. Tanpa keyboard dan mouse, rasanya Milan tidak akan pernah tinggal landas. Untungnya, Microsoft punya dompet yang sangat tebal. Meskipun produk ini nasibnya nanti tidak berbeda dari Tablet PC, perusahaan ini tidak akan terlalu menderita. Inovasi seringkali melupakan apa yang dibutuhkan dan diinginkan pemakai. Dalam hal komputer, keyboard dan mouse adalah peralatan input yang masih menjadi pilihan. Dibutuhkan inovasi yang lebih hebat lagi untuk dapat menggantikannya.(
[email protected]) 07/2007
IKLAN
First
First
Viewpoint
Viewpoint
ZATNI ARBI
BERNARIDHO I.H.
Pengamat Teknologi Informasi
Business Intelligence Expert
Code of Conduct yang Pantas Ditiru
Sudah bukan rahasia lagi bahwa bonus untuk para dokter, pemilik apotik, pimpinan rumah sakit dan para stakeholder lainnya di sektor kesehatan, merupakan komponen terbesar dari biaya produksi obat-obatan. Dengan kata lain, berbagai fasilitas yang mereka nikmati ini sebenarnya berasal dari dompet kita, para pengonsumsi obat resep. Seandainya semua fasilitas ini—termasuk tamasya ke luar negeri—dapat dihapuskan dari daftar komponen-komponen biaya produksi obat, niscaya harga obat yang kita butuhkan dapat jauh lebih terjangkau. Niscaya lebih banyak anggota masyarakat kita akan dapat memperoleh pengobatan yang mereka perlukan. Yang membuat saya terhenyak adalah bahwa ternyata bonus untuk para dokter, pemilik apotik, pimpinan rumah sakit dan sebagainya ini, mencapai jumlah yang sangat besar. ”Di salah satu perusahaan farmasi, orang-orang sales-nya cukup menggunakan kalkulator. Tidak perlu strategi, tidak perlu berpikir,” kata teman ini. Ingin tahu bonus apa yang akan diberikan kepada mereka yang berhasil ”mencapai target”? Mobil, bahkan rumah baru. Tentu saja kita tidak bisa main pukul rata. Seperti juga halnya berbagai profesi yang lain di dunia ini, tidak semua dokter bersedia ”dibeli”. Tetap ada dokter yang memberikan obat tertentu kepada pasiennya, karena
24
VIEWPOINT
Nama lain untuk ”komisi” Gratuity, kickback, tanda terima kasih, bonus—apapun namanya—bukanlah barang aneh. Apalagi di Indonesia. Semua ini menjadi masalah, karena dokter memiliki kekuasaan yang hampir-hampir mutlak dalam menentukan obat mana yang akan dicantumkannya di dalam resepnya. Sementara keputusannya itu sering dipengaruhi oleh bayang-bayang bonus yang telah dijanjikan, ataupun bonus-bonus yang sudah menjadi tradisi. Padahal, resep dokter membawa pengaruh langsung pada kesembuhan dan kesehatan pasien.
Itulah sebabnya, sebagaimana diberitakan di situs The Sydney Morning Herald (SMH) pada tanggal 27 Juni 2007, Australian Competition Tribunal, otoritas yang mengatur persaingan bisnis di Australia, mewajibkan perusahan farmasi di sana untuk menyampaikan secara terbuka, hadiah-hadiah apa saja yang mereka berikan kepada para dokter. Alasan otoritas ini adalah ”ada risiko bahwa hadiah-hadiah—termasuk biaya perjalanan, akomodasi dan hiburan—dapat mempengaruhi, bagaimana dokter membuat resep yang ’tidak relevan’ bagi kesejahteraan pasien.” Ini adalah sebuah code of conduct yang sangat perlu kita tiru di berbagai aspek kehidupan bisnis, termasuk di pasar produk TI. Misalnya, vendor-vendor TI diwajibkan untuk menyampaikan secara terbuka kepada publik, apa saja hadiah yang mereka berikan pada para pengambil keputusan ataupun influencer di proyek-proyek pemerintah. Seperti telah
Ini adalah sebuah code of conduct yang sangat perlu kita tiru di berbagai aspek ...
“
kita ketahui juga, di antara vendor TI pun ada perbedaan dalam cara mendekati pimpinan proyek. Mengapa khususnya proyek-proyek pemerintah? Karena proyek-proyek ini menggunakan uang rakyat. Kita memang telah memiliki Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang sudah bekerja cukup baik. Namun, code of conduct seperti yang diberlakukan pada perusahaan farmasi di Australia akan membantu memperkuat transparansi di negara kita, dan pengadaan produk TI akan semakin didasarkan pada kriteria seleksi yang objektif. (
[email protected]) 08/2007
Richard Stallman adalah salah seorang tokoh besar di bidang computing. Dia penggagas free(dom in) software. Tanpa dia, tak ada Linux. Bagi saya, dia bahkan lebih besar daripada Linus Torvald. Richard Stallman sangat terkenal dengan ucapannya “A program is like a recipe”. Ucapan ini yang agak mengganggu bagi saya. Dia mungkin sangat hebat dalam membuat program komputer, sehingga tidak merasa terganggu dengan banyaknya bahasa pemrograman. Tapi sekalipun Richard Stallman membuat banyak program komputer, kita tidak harus mengamini begitu saja apa yang dia katakan. Benarkah a program is like a recipe? Pembaca, anggaplah saya sedang mengajukan case in di hadapan Anda, dan Richard Stallman. A program is NOT like a recipe. Please Richard, Anda terlalu menyederhanakan program sebagai sebuah resep. Pertama, resep masakan takkan pernah diubah bahasanya. Seberapa sering seorang pembuat resep akan mengubah bahasa dari resepnya? Tidak ada di dunia ini, seorang pembuat resep yang pada dua tahun lalu membuat semua resepnya dalam bahasa Jawa, tahun ini dalam bahasa Arab, dan pada dua tahun ke depan dalam bahasa Prancis. Di sisi lain, seorang programmer mungkin saja pada dua tahun lalu harus membuat program dalam Visual BASIC, tahun ini dalam Java, dan dua tahun kemudian dalam C#. A program is NOT like a recipe. Richard, apakah Anda lupa sintaks dan semantik setiap resep masakan tidak formal. Apakah 08/2007
pembuat resep dalam bahasa Indonesia akan selalu berpikir tentang sintaks bahasa Indonesia sebelum membuat resep? Tidak akan, dan memang tidak perlu. Tidak ada yang menyampaikan error message bahwa dia menyalahi sintaks bahasa. A program is NOT like a recipe. Richard mengambil contoh bagaimana ibunya membaca resep. Hmm, seberapa banyak manual yang dibaca Ibu dari Richard Stallman (yang bukan chef restoran internasional) untuk memahami suatu resep. Kalaupun ada manual bagi seorang chef dalam membaca resep yang dibuat chef lain atau pembaca majalah, seberapa sulit manual/petunjuk itu? Mungkin kita perlu cek ke berbagai sekolah tataboga. Tapi hmm...saya tak percaya petunjuk itu akan berisi diagram sintaks, dan cara membaca diagram sintaks. A program is NOT like a recipe. Hmm, cari deh pada resep apapun dalam bahasa Inggris atau Indonesia, apakah ada karakterkarakter aneh di luar 26 abjad latin, koma, titik koma, titik, plus-minus, spasi, dijit, /, dan parentheses. Nah, setelah itu, coba deh buat program C, PERL, PHP, atau HTML tanpa karakter-karakter di luar semua yang saya sebut di atas : % ^ ~ & * $ # < > / ‘ “ dan @. Saya berani bertaruh, program Anda tak bisa di-translate dan di-run. A program is NOT like a recipe. Tuan Richard, tak ada resep yang jumlah barisnya mencapai ribuan. Tapi sebuah program dapat mencapai puluhan ribu baris. Saya tidak pernah temukan pembuatan resep memerlukan 100 orang. Tapi pembuatan program komputer pada masa kini dapat memerlukan 100 orang. A program is NOT like a recipe. Pembaca, apakah Anda pernah melihat satu resep tapi sebagian petunjuknya dalam bahasa Batak, sebagian bahasa Ibrani, sebagian lagi dalam bahasa Cina; tapi merupakan satu resep yang
utuh? He...he...kalau Anda mau buat resep seperti itu, siapa yang dapat membacanya, dan apa yang sebenarnya Anda tuju dengan kemampuan itu? Tapi sebuah program HTML dapat berisi embedded SQL dan embedded JavaScript. A program is NOT like a recipe. Tuan Richard, sebuah resep biasanya tidak berisi banyak subresep (subrecipe, if there is such a thing). Tapi sebuah program dapat berisi ratusan modul. Pembaca, tak ada seseorang yang akan menyebut resep dengan nama lain, resep adalah resep. Tapi di dunia programming, orang bahkan dibingungkan dengan klaim yang tak jelas tentang perbedaan software dengan program. Kalau saya memakai Java, saya bingung. Saya sedang membuat program atau sebuah class? Karena apapun yang saya buat harus didahului dengan mantera, atau kata kunci yang bernama ‘class’.
“
B
memang menurut pengetahuan dan pengalamannya, obat itu memang tepat bagi penyakit yang diderita sang pasien. Selain itu, tidak semua perusahaan farmasi memberikan bonus yang berlebihan kepada para dokter yang memenuhi kuota. Ada perusahaan farmasi besar yang bisa bertahan di papan atas, dengan tetap memegang teguh standar etika profesional. Ada satu hal lagi yang perlu kita ingat. Tradisi memberikan imbalan pada dokter dan yang lain-lain itu bukanlah monopoli Indonesia. Cobalah masukkan kata-kata kunci ”bonus pharmaceutical company physician” di Google, dan Anda akan tahu bahwa praktik ini adalah praktik yang lumrah di berbagai negara lain—dari India hingga Inggris. Di Amerika Serikat sendiri, banyak yang melakukan studi mengenai hubungan dokter dan perusahaan pembuat obat resep. Sebagian besar dari studi-studi tersebut berkesimpulan bahwa masalah ini sangat merisaukan konsumen pelayanan kesehatan di Amerika Serikat, yang menyumbangkan sekitar 50% dari belanja obat-obatan di seluruh dunia—sebagaimana diungkapkan Alan Cassels and Ray Moynihan dalam buku mereka yang berjudul, “Selling Sickness” (2006).
“
eberapa waktu yang lalu, saya berbincang-bincang dengan seorang teman lama yang bekerja di sebuah perusahaan farmasi. Dia menceriterakan hal yang sudah kita ketahui bersama.
A Program Is NOT Like A Recipe
Benarkah a program is like a recipe? Pembaca, anggaplah saya sedang mengajukan case...
“
Pembaca dan Tuan Richard Stallman, percayalah, saya tetap sangat mengagumi Tuan Richard dengan idealisme untuk mengizinkan source-code dibuka. Saya kagumi strateginya membuat organisasi, mengurus lisensi, dan membuat sendiri translator yang menghasilkan runnable-code Linux. Tuan Richard, Anda lebih besar daripada Linus. Pembaca, Andalah juri dalam case ini. Apa kata Anda pembaca? Silakan e-mail saya.(
[email protected]) VIEWPOINT
25
First
First
Viewpoint
Viewpoint
ZATNI ARBI
BERNARIDHO I.H.
Pengamat Teknologi Informasi
Business Intelligence Expert
Jangan Lupa Stamina
Bukan saja mobil-mobil bisa melaju dengan lebih cepat, jumlah kecelakaan juga berkurang. Setidak-tidaknya, begitulah menurut catatan Direktorat Lalu-lintas Polda Metro Jaya, sebagaimana dilaporkan Tempointeraktif pada tanggal 11 Januari yang lalu . Tetapi, apa yang terjadi? Setelah beberapa bulan berlalu, kita lihat sendiri bagiaman pengendara sepeda motor sudah kembali leluasa menguasai semua lajur di jalan-jalan utama Jakarta. Kita kembali mengalami kemacetan karena mobil dan sepeda motor sudah campur aduk lagi.
Stamina vs Resistensi Kemampuan menciptakan solusi yang kreatif dan inovatif untuk memecahkan suatu masalah sudah lama menjadi perhatian kita semua. Di perguruan tinggi, terutama di jurusan-jurusan bisnis dan manajemen, kita diwajibkan membaca studi-studi kasus untuk memupuk kemampuan memecahkan masalah. Pencarian solusi seharusnya tidak lagi merupakan tantangan bagi kita. Yang membuat kita selalu tersandung adalah bahwa pimpinan tidak mempunyai stamina untuk terus-menerus mengawasi pelaksanaan di tingkat operasional. Dalam hal keharusan bagi sepeda motor untuk menggunakan jalur kiri ini, umpamanya, kekurangan tenaga polisi untuk secara konsisten menangkapi pengendara sepeda motor yang tidak kooperatif adalah titik lemah yang
24
VIEWPOINT
Empat Prinsip Sukses Ada serangkaian artikel menarik di Harvard
Business Review Edisi Juli-Agustus 2007. Salah satunya adalah artikel berjudul ”The Four Principles of Enduring Success,” yang membahas faktor-faktor yang membedakan “great companies” dari ”good companies.” Penulisnya, Christian Stadler, mengidentifikasi empat hal yang membedakan kedua kelompok perusahaan ini. Dari keempat prinsip itu, ada dua atau tiga yang sangat relevan bagi organisasi bisnis—maupun pemerintah—yang ingin melakukan perubahan. Pertama, kita harus lebih memfokuskan diri pada eksploitasi aset dan kapabilitas yang sudah ada dan baru mengejar inovasi bila semuanya itu telah kita manfaatkan sepenuhnya. Kedua, kita tidak boleh melupakan kesalahan yang telah kita perbuat di waktu lampau, agar kita tidak mengulanginya lagi. Ketiga, kita harus berhatihati dalam melakukan perubahan, karena
“
A
sudah kita perkirakan sejak awal. Maklumlah, begitu banyak di antara kita lebih suka melakukan pelanggaran begitu tidak ada yang mengawasi, sementara jumlah personil polisi kita masih terlalu kecil. Di dunia bisnis, kendala yang dihadapi tidaklah berbeda. Dalam sebuah organisasi sering muncul ide-ide cemerlang untuk mengatasi masalah yang sudah berlangsung lama. Ambillah e-Procurement, misalnya. Konsepnya sangat menarik, yaitu pemanfaatan teknologi untuk memaksimalkan efisiensi. Yang biasanya menjadi faktor penghambat adalah pihak-pihak yang selama ini mendapat keuntungan dari sistem pengadaan yang konvensional. Mereka, antara lain, adalah orang-orang yang selama ini menikmati selisih markup dalam berbagai pembelian yang dilakukan perusahaan. E-Procurement lalu menjadi ajang tarik tambang antara pimpinan perusahaan yang menginginkan kontrol, pengendalian biaya dan transparansi yang lebih baik di satu pihak dan mereka yang menolak sistem ini di lain pihak. Tidak jarang terjadi upaya dengan tujuan baik ini gagal karena pimpinan tidak memiliki stamina yang memadai. Stamina dalam menerapkan aturan main yang baru sangatlah dibutuhkan, terutama bila ada pihak yang merasa dirugikan. Pimpinan dituntut memiliki stamina yang luar biasa demi suksesnya perubahan. Sayangnya, stamina pemimpin sering kali tidaklah sedahsyat stamina mereka yang menentang. Ketika baru menduduki jabatannya, seorang presiden direktur biasanya akan menggebugebu dengan berbagai sasaran muluk. Namun, setelah beberapa waktu, kegarangannya akan memudar. Akhirnya pihak yang resisten akan menang dan bisnis kembali ke praktik-praktik lama.
E-Procurement lalu menjadi ajang tarik tambang antara pimpinan perusahaan...
“
“great companies” ternyata justru jarang melakukan perubahan yang radikal. Prinsip keempat, yang tidak relevan bagi pembawa perubahan adalah diversifikasi. Dalam merumuskan kebijakan publik, sering kali orang tidak mempedulikan prinsip ke tiga. Sering kali peraturan dikeluarkan terburu-buru, tanpa memikirkan bagaimana pelaksanaannya di lapangan dapat diawasi. Tentu saja semua prinsip ini menjadi tidak penting jika yang dicari hanyalah keberhasilan jangka pendek. Dan, celakanya, kita memang lebih sering terobsesi oleh sasaransasaran jangka pendek. (
[email protected]) 09/2007
on’t reinvent the wheel telah lama menjadi mantra manajemen. Suatu hari saya mengalami mimpi tentang mantra manajemen tersebut.
D
Dalam mimpi itu saya bertemu seseorang yang mengatakan “Kamu telah mendengar perkataan “No, Don’t reinvent the wheel”. Tapi aku berkata kepadamu “Yes. Reinvent the wheel”. Orang itu menghilang. Saya terbangun dan mulai renungkan sejarah bisnis TI maupun non-TI. Pada Agustus 1981, Bill Gates dengan perusahaannya, Microsoft, meluncurkan DOS (Disk Operating System). Membuat DOS adalah pekerjaan yang reinvent the wheel (walau Microsoft sebenarnya membeli lisensi QDOS dari perusahaan lain). DOS versi 1.0 tak bisa membuat folder, tak mampu tangani harddisk, dan tak bisa multiprocessing. Sementara pada saat yang sama, Unix pada tahun 1981 sudah mampu tangani semua pekerjaan di atas. Saya bayangkan bahwa pada saat itu pasti ada orang-orang sekitar Bill Gates yang mengatakan bahwa membuat DOS itu keliru, reinvent the wheel. Bagaimanapun, Microsoft sudah beberapa tahun sebelumnya (sejak didirikan tahun 1975) membuat dan memasarkan XENIX, sebuah varian Unix yang lebih baik daripada DOS. Bayangkan bila saat itu Bill Gates setuju pada nasihat yang terkesan “bijak” itu. Tidak akan ada konglomerasi sebesar Microsoft! Tahun 1983 Microsoft berencana untuk membuat operating system grafik. Baru pada tahun 1985 operating system grafik tersebut, Windows 1.0 berhasil dibuat, dan gagal di pasar. Sementara itu, tahun 1984 (setahun sebelum Windows 1.0 diluncurkan), 09/2007
Apple di bawah pimpinan Steve Jobs dan Steven Wozniak berhasil meluncurkan operating system grafis Macintosh dan sukses di pasar. Setelah Unix berhasil dibuat pada sekitar tahun 1973 dan DOS berhasil dibuat pada tahun 1981, Steve Jobs dan Steven Wozniak reinvent the wheel membuat operating system baru Mac pada tahun 1984. Pada tahun 1985 IBM dan Microsoft berencana membuat operating system grafis bernama OS/2. OS/2 versi 1.0 berhasil diluncurkan pada tahun 1987, sementara Windows 2.0 diluncurkan pada tahun 1988. Kedua operating system grafis ini bisa disebut sebagai produk “reinvent the wheel”, karena Macintosh sudah ada dan sudah sukses di pasar. Tahun 1990 kegigihan Microsoft berbuah manis. Windows 3.0 sukses besar, terjual jutaan kopi di seluruh dunia. Ah, sebentar, mari kita kembali ke tahun 1987. Saat itu, Tanenbaum menyelesaikan MINIX 1.0, operating system MIni uNIX. Hmm, Bapak Tanenbaum ini reinvent the wheel juga. Unix kan sudah ada, bahkan jauh lebih bagus daripada MINIX yang dibuatnya. Nah, kembali ke tahun 1990. Pada saat itu, apa bayangan kita tentang cita-cita seorang mahasiswa Ilmu Komputer? Pasti ingin membuat aplikasi Windows. Saat itu, belum banyak programer Windows. Alumni dan mahasiswa Ilmu Komputer hampir pasti memiliki advantage. Tapi, Linus Torvalds rupanya kurang tertarik, dia orang yang mau reinvent the wheel. Dia reinvent operating system, membuat Linux. Bila saya teman sekelasnya saat kuliah dulu, saya akan nasihati dia untuk tidak membuat operating system. Saya akan bilang “Untuk apa buat sistem operasi baru? Itu reinvent the wheel. Sudah ada Unix, DOS, Macintosh, Novell Netware, OS/2, dan
Windows. Memangnya kamu bisa buat yang lebih baik?” Syukurlah saya bukan teman sekelas Linus. Kalaupun ada teman Linus yang nasihati dia demikian, syukurlah dia tidak ikuti. Dunia ini akan jauh berbeda bila Linus mengamini “Don’t reinvent the wheel”. Linus “reinvent MINIX” dengan membuat operating system yang sekarang kita kenal dengan nama Linux. Sejarah bisnis TI diwarnai dengan banyak usaha reinvent the wheel yang sangat berhasil, terutama secara bisnis. OS/2 discontinued, tetapi MINIX yang dianggap mati pun ternyata masih hidup (www.minix3.org). Kalau mengamini prinsip “Don’t reinvent the wheel”, tidak ada Bill Gates, Steve Jobs, Tanenbaum, Richard Stallman, dan Linus Torvalds.
“
khir tahun lalu di beberapa ruas jalan di Jakarta diujicobakan peraturan yang mengharuskan para pengendara sepeda motor meluncur hanya di jalur kiri. Ternyata hasilnya cukup positif.
Yes. Reinvent the Wheel
Sejarah bisnis TI diwarnai dengan banyak usaha reinvent the wheel yang sangat berhasil, terutama secara bisnis.
“
Dengan semangat yang sama, saya merancang bahasa pemrograman Batak (nama alternatif: Nusa) dan translatornya. Banyak yang mencibir bahwa usaha tersebut bodoh, reinvent the wheel. Saya katakan: iklan shampoo pun banyak yang reinvent the wheel. Bisakah kita pastikan ada zat yang benar-benar baru di dalamnya? Deskripsi Batak (Nusa) dan translatornya dapat Anda download dari website www.bernaridho.com. Saya tetap berjuang mewujudkan usaha yang katanya “reinvent the wheel”. Sekarang saya berkata kepada siapapun: Yes, reinvent the wheel! (
[email protected]) VIEWPOINT
25
First Viewpoint
ZATNI ARBI Pengamat Teknologi Informasi
Perusahaan Keluarga Juga Bisa Tahan Lama B
Generasi pertama membangun perusahaan dari sama sekali tidak ada menjadi ada. Generasi kedua, yang sempat menyaksikan sendiri betapa orang tua mereka membanting tulang dari pagi sampai tengah malam, meneruskan usaha itu dan mengembangkannya hingga besar. Generasi ketiga, kata Shin yang orang Singapura ini, biasanya terdiri atas mereka yang sudah terbiasa manja dan tidak terbiasa bekerja keras. Generasi ketiga inilah yang lalu mulai menggerogoti bisnis besar yang telah dirintis dengan keringat dan darah oleh kakek dan nenek mereka. Generasi keempat hanya mendapat sisa dari kebesaran masa lampau. Belakangan ini saya menjadi tertarik pada perusahaan keluarga. Pemicunya adalah studi-studi kasus yang harus saya tulis untuk sebuah perusahaan peranti lunak. Di antara perusahaan yang harus saya wawancarai ada beberapa perusahaan keluarga yang saya anggap cukup progresif dan potensial. Saya jadi bisa melihat sendiri bahwa pendapat Shin ini tidak selamanya benar.
Kisah Bapak dan Anak Berbicara tentang perusahaan keluarga, ada yang menarik dari Semco, perusahaan
22
VIEWPOINT
yang sangat terkenal di Brazil. Perusahaan ini kali pertama didirikan di tahun 1952 oleh Antonio Semler. Sebelum tahun 1984, mereka memfokuskan diri di bisnis pembangunan kapal. Ketika Ricardo Semler, anak laki-laki Antonio, mulai bekerja di perusahaan itu setelah mendapatkan MBA dari Harvard, dia ingin agar perusahaan mereka melakukan diversifikasi ke bidang usaha lain di luar bisnis pembangunan kapal yang begitu kompleks. Tentu saja sang bapak tidak setuju. Konflik tajam antara bapak dan anak tidak terhindarkan. Akhirnya Antonio mengalah dan menyerahkan pucuk pimpinan perusahaan pada sang anak. Ricardo, yang menjadi salah satu penerima gelar MBA termuda di Harvard Business School, lalu melakukan sejumlah terobosan begitu dia menjadi CEO di tahun 1984 dalam usia 24 tahun. Dia mengubah secara total cara perusahaan dikelola. Ide-ide yang datang dari karyawan diberi kesempatan untuk berkembang. Apa yang dilakukannya bertolak belakang dengan prinsipprinsip manajemen perusahaan modern yang menekankan kontrol dan efisiensi. Walaupun dia sempat mengalami masamasa sulit, akhirnya dia berhasil mengubah Semco menjadi perusahaan terbesar di Brazil. Ricardo mendapat penghargaan dari manamana, termasuk The Wall Street Journal dan World Economic Forum, sebagai pemimpin bisnis yang revolusioner. Bila ingin tahu lebih banyak, Anda bisa membaca kisah Semco di salah satu buku Ricardo yang berjudul Maverick (1993). Sebagai salah satu indikator keberhasilannya, bayangkan saja bagaimana dia berhasil meningkatkan penghasilan perusahaan per tahun dari 4 juta dolar di tahun 1982 menjadi 212 juta dolar di tahun 2003. Lain lagi cerita perusahaan pembuat simbal
terbesar di dunia. Di sebuah artikel dalam Harvard Business Review edisi Juli-Agustus 2007 dikatakan bahwa perusahaan bernama Zildjian Company ini adalah perusahaan keluarga tertua di Amerika Serikat. Bayangkan, perusahaan ini didirikan kali pertama di Turki di tahun 1623 oleh Avedis Zildjian. Saat ini, perusahaan dipimpin oleh Craigie Zildjian, yang termasuk generasi ke-14. Apa rahasianya? ”Kami tidak punya rahasia apaapa,” kata Craigie, ”Semuanya adalah hal yang memang harus dilakukan oleh setiap perusahaan yang baik.” Namun, dia juga mengaku bahwa kakeknya selalu bekerja sama dengan pemain drum terkenal seperti Gene Krupa, Chick Webb and Papa Jo Jones untuk mengetahui apa keinginan mereka. Pelanggan ikut mendesain drum yang mereka buat. Selain itu, rupanya ada satu mantra yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikut: ”Kami tidak mau tercatat dalam sejarah sebagai ge-
“
eberapa tahun yang lalu, Shin—teman dan sekaligus guru saya dalam banyak hal—pernah mengutarakan pendapatnya tentang perusahaan keluarga. Menurut dia, perusahaan milik keluarga dan dikelola oleh anggota keluarga biasanya hanya bisa bertahan tiga generasi.
Di Indonesia, saya melihat semakin banyak perusahaan keluarga yang berkembang dengan baik.
nerasi yang terpaksa menjual perusahaan ini.” Ternyata mantra ini memang sangat ampuh. Di Indonesia, saya melihat semakin banyak perusahaan keluarga yang berkembang dengan baik. Ada perusahaan pembuat knalpot mobil untuk aftermarket di Jepang dan Australia, ada yang membuat berbagai aksesori mobil untuk pasar lokal maupun ASEAN. Mereka juga mulai memanfaatkan teknologi informasi untuk dapat bersaing di pasar yang lebih luas. Harapan kita, tentunya, semoga dalam waktu tidak terlalu lama mereka juga bisa menjadi Semco atau Zildjian-nya Indonesia. (
[email protected]) 10/2007
“
IKLAN
First Viewpoint
ZATNI ARBI Pengamat Teknologi Informasi
Dampak Teknologi Komunikasi Kolaborasi D
Sejak Internet mulai dibuka untuk publik di awal 1990-an, bukan hanya pribadi-pribadi tetapi bisnis pun semakin tergantung pada email untuk berkomunikasi. E-mail sendiri sudah mengalami evolusi. Push e-mail, yang dirintis oleh Research in Motion (RIM) melalui produk BlackBerry-nya, memungkinkan kita menerima dan mengirim e-mail melalui ponsel kita. Semakin melekatlah ponsel pada diri kita.
Video-conferencing Teleconferencing bukan lagi hal yang aneh di perusahaan multinasional. Orang-orang di lokasi-lokasi yang terpencar secara rutin melaporkan kegiatan masing-masing melalui sarana ini. Di perusahaan yang sudah lebih maju, pertemuan rutin seperti ini berlangsung tidak hanya menggunakan suara tetapi juga video. Dengan video-conferencing, peserta dapat melihat ekspresi wajah masing-masing. Bos-bos menyukai video-conferencing, karena melalui komunikasi nonverbal, seperti ekspresi wajah dan gerak-gerik badan, mereka bisa langsung tahu siapa di antara anak buahnya yang hadir tanpa persiapan yang cukup, misalnya. Tahun ini Cisco Systems memperkenalkan TelePresence, suatu sistem yang lengkap yang mengandalkan layar-layar berukuran besar. Standar resolusi High Definition yang digunakan bisa mencapai 1080p. Begitu realistis, sehingga orang-orang yang hadir secara virtual pun terasa seakan-akan hadir secara fisik di ruang rapat.
Unified Communications Ya, kita sudah tidak terpisahkan dari ponsel kita. Artinya, kita selalu dapat dihubungi de-
22
VIEWPOINT
ngan menggunakan suara (voice), teks (SMS), video (SMS), dan e-mail. Pengguna layanan 3G bahkan dapat melakukan pembicaraan tatap muka, asalkan di ponsel mereka ada kamera yang menghadap ke depan. Tapi, bagaimana dengan faks? Apakah faks sudah ditinggalkan? Ternyata belum. Maka muncullah Unified Communications. Semua media komunikasi, mulai dari suara, teks, faks, dan sebagainya, disimpan dalam satu kotak pesan masuk tidak peduli datangnya dari mana dan dari siapa. Hebatnya lagi, kalau kita sedang berada di tempat lain, kita bisa menghubungi satu nomor khusus di kantor kita dan minta semua pesan dibacakan oleh sistem dengan menggunakan suara buatan (voice synthesizer). Kita juga bisa membalas pesan dengan suara kita, yang akan ditranskrip ke dalam teks melalui voice recognition. Kita cukup menggunakan telepon biasa. Microsoft pun telah masuk ke dunia komunikasi dengan produk Unified Communications-nya. Saingannya kali ini tentulah perusahaan-perusahaan yang sudah lama bergerak di bidang komunikasi, seperti Cisco. Lalu, ada pula fitur Presence, sarana yang bisa melacak keberadaan seseorang dari waktu ke waktu. Presence, misalnya, bisa memberitahu apakah dia sedang online, sedang menghadiri rapat, dan oleh sebab itu SMS adalah pilihan terbaik untuk menghubunginya.
Komunikasi dan Kolaborasi Di lingkungan perusahaan, komunikasi diperlukan untuk berkolaborasi—menggarap suatu proyek secara bersama-sama. Masalah terbesar yang sering sekali muncul dalam berkolaborasi ini adalah bahwa tanpa disengaja kita sering menggunakan file yang sudah kadaluwarsa. Setiap kali ada revisi yang didistribusikan, kita unduh dan simpan dalam harddisk tanpa
menghapus file yang sudah ada. Lalu, tanpa sadar, kita mengerjakan file dalam versi yang sebenarnya sudah ditinggalkan. Beberapa tahun yang lalu, Groove Networks menyediakan sarana kolaborasi yang mereka namai Groove Virtual Office. Microsoft melihat potensi aplikasi ini dan lalu mengakuisisi Groove. Sekarang orang-orang di perusahaan global dapat berkolaborasi tanpa khawatir bahwa mereka akan menggunakan versi dokumen yang sudah tidak dipakai lagi. Secara garis besar, begini cara kerjanya: Di Groove, pemimipin tim membuat sebuah ruang kerja (workspace), lalu mengundang anggota-anggota timnya untuk bersamasama menggarap sebuah dokumen. Groove selalu mencatat setiap perubahan yang dilakukan, lalu secara otomatis melakukan sinkronisasi. Groove akan menghapus dokumen yang tersimpan di harddisk para anggota
“
apatkah Anda bayangkan hidup tanpa ponsel? Kalau Anda pekerja informasi, pastilah jawaban Anda ”Tidak.”
Di lingkungan perusahaan, komunikasi diperlukan untuk berkolaborasi...
“
dan menggantinya dengan versi terbaru. Dengan demikian, setiap anggota akan selalu memiliki versi yang sama. Perusahaan-perusahaan seperti Cisco, Microsoft dan IBM terus mengembangkan cara-cara baru untuk mendukung kolaborasi dengan berbagai sarana komuunikasi. Sulit bagi kita untuk membayangkan apa lagi yang akan mereka ciptakan untuk mendukung kolaborasi dalam lingkungan bisnis. Yang jelas, ke depan jelas akan semakin sulit bagi kita, pekerja informasi, untuk mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan personal. (
[email protected]) 11/2007
IKLAN
First Viewpoint
ZATNI ARBI Pengamat Teknologi Informasi
Jangan Belanja Ketika Sedang Lapar J
Ada alat perekam digital yang menggunakan MiniDisc. Ada keyboard untuk PDA yang sudah lama pensiun itu. Ada entah apa lagi. Menurut pengakuan Anda, rata-rata 60% dari uang saku Anda setiap bulan habis untuk membeli gadget baru. Ketika proyektor digital model baru diluncurkan, Anda langsung membelinya. Mengapa tidak? Anda punya seribu alasan untuk berinvestasi. Antara lain, untuk menunjang produktivitas. Anda membutuhkan proyektor untuk memberikan pelatihan, kata Anda. Padahal, sebenarnya Anda hanya memberikan pelatihan sekali dalam tiga bulan. Itupun hanya untuk beberapa jam. Selebihnya, proyektor dipakai untuk memutar film DVD. Anda lalu meyakinkan diri bahwa Anda membutuhkan smartphone yang terbaru dengan fitur push e-mail, padahal inbox Anda lebih banyak dipadati oleh junk e-mail. Anda rupanya tidak bisa menahan nafsu setiap kali melihat produk baru. Begitu ada ada yang anyar, ingin langsung memilikinya. Akibatnya, meski digelari ”gadget freak” oleh teman sekantor, tabungan Anda di bank selalu kosong. Jangan malu. Anda tidak sendirian. Dulu saya juga seperti itu. Dan banyak lagi pria lain yang seperti kita. Kalau kita tidak bisa mengerem, mungkin malah seluruh penghasilan bisa habis
22
VIEWPOINT
untuk elektronika, terutama peralatan digital. Komputer baru, peripheral baru, peranti lunak baru, layanan-layanan baru seperti mobile TV dan traffic report. Kita selalu punya alasan untuk menikmatinya.
Jangan Beli Selagi Lapar Di pesta ataupun di restoran buffet, pernahkah Anda mengambil begitu banyak makanan sehingga Anda tidak sanggup menghabiskannya? Makanan jadi terbuang. Padahal, nenek kita dulu selalu mengingatkan bahwa membuang makanan adalah dosa. Mubazir. Namun, bagaimana lagi? Anda mengambil makanan itu pada saat sedang lapar. Sebuah artikel menarik di Harvard Business Review edisi September 2007 punya tip yang menarik. ”Don’t shop when you’re hungry,” katanya. Awalnya nasihat ini ditujukan kepada mereka yang berbelanja di supermarket, tapi sebenarnya berlaku universal. Artikel di HBR ini, misalnya, tidak berbicara soal mengambil makanan di restoran ”makan sepuasnya,” belanja di supermarket, ataupun membeli gadget ketika jalan-jalan di pusatpusat penjualan elektronika. Artikel ini, yang berjudul ”Rules to Acquire By”dan ditulis Bruce Nolop, intinya berbicara tentang pengalaman perusahaannya dalam mengakuisisi perusahaan-perusahaan lain untuk mencapai sasaran strategisnya. Tetap saja ada persamaan antara akuisisi perusahaan dengan belanja gadget. Keduanya ternyata boleh jadi dilakukan secara impulsif. Namanya juga sudah jatuh cinta. Perusahaan yang hendak diakuisisi tampak begitu menjanjikan. Demikian pula gadget yang terpajang di etalase itu kelihatan begitu ”cool”. Di tahun 2004, Clerical Medical (www.clericalmedical.co.uk) di Inggris melakukan polling online. Hasilnya cukup di luar dugaan. 62% responden pria mengaku berbohong pada pasangan mereka mengenai belanja impulsif
yang mereka lakukan. Dan, apa lagi yang mereka beli kalau bukan peralatan elektronis?
Kendalikan Selera Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengontrol nafsu belanja gadget. Pertama, bertanyalah dengan jujur pada diri Anda apakah peralatan yang sudah dimiliki benarbenar tidak dapat digunakan lagi? Tip kedua, jadwalkan belanja gadget Anda. Ponsel model baru muncul hampir setiap minggu. Kalau Anda tidak termasuk daftar incaran KPK, tentu tidak akan membeli ponsel baru setiap kali model baru diluncurkan. Anda akan lebih mampu mengendalikan belanja gadget kalau berdisiplin memberi waktu dua tahun sebelum menggantinya dengan yang baru, misalnya. Penjual gadget biasanya membujuk Anda untuk sekalian membeli aksesoris. Pancingannya adalah potongan harga khusus atau cerita tentang stok yang sangat terbatas.
“
adi, rupanya laci meja kerja Anda penuh dengan gadget. Ada beberapa pemutar MP3. Ada PDA yang baterainya sudah lama tidak bisa di-”recharge” lagi, ada beberapa kamera digital beresolusi 1 dan 2 megapiksel dengan aksesoris lengkap.
Akibatnya, meski digelari ”gadget freak” oleh teman sekantor, tabungan Anda di bank selalu kosong.
“
Situs web dan majalah seperti PC Media yang sedang Anda baca ini juga bisa membantu. Sebelum belanja gadget baru, bacalah dulu berbagai ulasan mengenai keunggulan dan kelemahan gadget yang tengah menggoda Anda itu. Siapa tahu hanya cantik di luar. Dan jangan lupa, kegembiraan kita dengan gadget baru biasanya hanya berusia dua hari sampai seminggu. Setelah itu, usang karena Anda tidak merasa lapar lagi. Oleh karena itu, memang benarlah kata mereka: “Jangan belanja ketika sedang lapar.” (zatni@cbn. net.id) 12/2007
IKLAN