Membuat Jingle yg Baik Vishnu Satyagraha 2015 www.musicinu.com
Tulisan ini merupakan hal-hal yang akan dipaparkan dalam Meet Up #001 ArtSonica Arranger Club di Teras Benhil Jakarta yang digagas oleh Agus Hardiman. Tulisan ini berisi dua hal pokok. Yang pertama, akan menjawab pertanyaan besar “bagaimana membuat jingle yang baik?” Dan Yang kedua, akan menjawab proses jingle “Kunjungi, Lindungi, Lestarikan” karya saya diciptakan, diproduksi, dan akhirnya menang dalam ajang lomba jingle Cagar Budaya 2015. Ini merupakan sharing dari refleksi saya dalam belajar musik dan bekerja selama 3 tahun sebagai music composer di RCTI.
Jika kita ditanya bagaimana membuat jingle yang baik, maka akan datang berbagai pertanyaan susulan seperti; Jingle yg Baik itu yg bagaimana? Mengapa harus baik? Memangnya ada jingle yang jahat? Apakah ada sebuah jingle ada normanya sampai ada yang baik ada yang jahat. Bagaimana cara membuat jingle yg baik? Siapakah yang bisa membuat jingle yg baik? Hal-hal apa sajakah yg harus dikuasai untuk membuat jingle yang baik? Berapa durasi yang pas untuk sebuah jingle? Apa saja tips membuat jingle yang baik?
1. Apakah Jingle yg baik itu? Jingle adalah sebuah karya musik fungsional. Artinya karya musik yang mengabdi untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Fungsi ini dibedakan dari musik absolut; yaitu karya musik yang muncul karena ekspresi perasaan dan akal budi seseorang.
Hal ini menyebabkan beberapa konsekuensi. Jingle biasanya berisikan tentang ajakan memakai suatu produk atau pemikiran. Pemakaiannya lebih sering digunakan untuk reklame. Re berarti mengulang. Clame artinya Berteriak/ Berbicara. Reklame artinya berteriak berkali-kali. Arti ini juga membawa konsekuensi bagi sebuah karya jingle.
Secara kasat telinga, Jingle yang baik adalah yang semacam ini: 1. Mudah diingat tagline nya. Hook utama dan judul sama. Di salah satu tangannya, captain Hook mempunya tangan berbentuk kait. Kait ini berfungsi untuk “menggaet” atau menarik manusia atau barang-barang disekitarnya. 2. Kesesuaian style musik dengan produk atau pemikiran yang ditawarkan.
3. Padat, ringkas, dan menarik. 4. Sesuai dengan pesanan klien. 5. Menarik perhatian dan terus menarik perhatian hingga akhir. 6. Pengulangan tagline dan penyebutan berulang cukup. 7. Kreatif: bisa instrumennya, strukturnya, arransementnya, dst,
2. Berapa durasi ideal sebuah jingle? Jawabnya tergantung pesanan. Tetapi biasanya untuk berbagai kepentingan media, seharusnya jingle bisa dipotong sedimikian rupa sehingga sangat pendek; bisa 5-10 detik. Maka "hook" atau tagline biasnya ditaruh di frase akhir supaya jika dipotong untuk ditayangkan/ diputar bisa mudah dan tetap bagus.
3.Hal-hal apa yg harus dikuasai untuk membuat jingle yang baik? Berbicara hal ini, berarti membicarakan SENJATA membuat jingle. Berikut ini jenis-jenis senjata musikal yang perlu kita kuasai; 1. Kemampuan membuat melodi yang bagus. 2. Kemampuan membuat syair yang utuh dan bagus. 3. Penguasaan progresi chord yang kaya. 4. Memahami struktur musik. 5. Memiliki referensi yang banyak; sound, genre, warna vokal yang dibutuhkan. Semuanya dipelajari dan dijalani. Otot tangan bisa menjadi kekar karena latihan. Otak musikal bisa menjadi cerdas juga karena latihan. Belajarnya adalah dengan melakukan. Learning by doing. Kecuali anda adalah titisan Mozart, pelajarilah berbagai aspek-aspek dalam musik. Mozart saja perlu belajar dan membedah karya-karya seniornya untuk bisa menjadi seperti dia.
Senjata ekstramusikalnya: 1. Percaya pada intuisi. 2. Komunikasi yg baik dengan klien. Pada aspek praproduksi dan paskaproduksi kemampuan komunikasi yang baik dengan klien perlu dipelajari. Berargumen dengan manis tanpa menimbulkan keragu-raguan bagi klien itu penting. Menghadapi revisi yang mungkin bertubi-tubi juga butuh sikap kepala dingin.
3. Bagaimana membuat jingle yang baik? Berikut ini adalah tips yang merupakan hasil refleksi saya pribadi. Antara saya dan orang lain bisa berbeda. Namun beberapa hal di bawah ini harusnya bisa menjadi pegangan;
1. Pertimbangkan menaruh "hook" atau tagline di akhir lagu. Sesuai dengan kodratnya, manusia lebih mengingat bagian awal dan akhir. Hal ini ini berkaitan dengan penggunaan jingle kita nanti; jika nanti lagu akan dipotong di bagian akhir. 2. Pilih style music yang tepat. Style music mempengaruhi banyak hal; ritme, instrumentasi, dan pilihan produksi chord. Yang bisa menjadi pertimbangan adalah kesan rasa yang mau dicapai dan produk atau pemikirannya sama. Kalau semangat, keras, maka rock dan dub step bisa jadi pilihan. Jika kesan mewah dan anggun, orkestra dan piano Bisa menjadi pilihan. 3. Jika klien belum belum memiliki slogan atau taglinenya dan anda diminta untuk membuatnya, buatlah Tagline yang semusikal mungkin misalnya dari segi bunyi huruf atau rima. Manalagi selain di Mc-D secara bunyi rimanya aaii selain di ei atau
Djarum Coklat Saat Tepat Secara bunyi rimanya; …at - …at
Bunyi slogan yg berima membuat lagu yg kita buat menjadi lebih mudah
4. Kreatiflah dalam menentukan struktur lagunya. Pengulangan merupakan hal yang penting dalam musik, begitu pula jingle. Pengulangan bisa dilakukan dengan mulus jika didukung dengan struktur lagu yang cocok pula.
Aku suka susunya hingga tetes terakhir, Aku suka coklatnya hingga tetes terakhir Susu bendera coklat nikmat hingga tetes terakhir, Susu bendera coklat, (nikmat…)hingga tetes terakhir Susu Saya susu bendera. Maka struktur dalam dirinya; anggaplah B (=hingga tetes terakhir) A -B C - B D - B E - B F 6. Intro semenarik mungkin, Outro sependek mungkin. Karena kita harus bekerja dalam durasi yang terbatas, maka intro harus semenarik mungkin dan seefisien mungkin alias jangan bertele-tele. Bisa jadi kita hanya memiliki satu birama untuk Intro. Seperti pada garapan musik pada umumnya, Intro bisa diambil dari kandungan musik dalam tubuh lagunya, bisa diambil dari instrumen khas yang ingin ditonjolkan dan seterusnya. Outro sebaiknya pendek. Outro yang panjang akan menjadi sasaran empuk bagi jagal editor audio atau video. Karena makan waktu. Biasanya fade out harus dibantu sejak awal pada saat recording vokal maupun instrumen pendukungnya, supaya halus. 7. Tugas Jingle adalah merayu bukan menjelaskan. Dia bukanlah guru atau dosen. Dia tetaplah harus menjadi model yang cantik menawan yang slalu membuat penasaran. Menimbulkan keingintahuan dan keinginmauan. Dalam lirik jingle anda tidak perlu memasukkan keterangan jenis-jenis produk, komposisi produk, dan teori-teori lain yang mendukung. Anda hanya perlu merayu pendengar untuk menjadi sang terang alias terang-sang. Jingle adalah produk musik. Dia bekerja dengan mempengaruhi rasa. 8. Menurut Slamet Abdul Syukur. Hukum cinta abadi dalam musik. Ilmu ini dari SAS yang baru saja meninggal (semoga beliau tenang di Surga). Hukum cinta abadi itu madsudnya hendaknya musik yang kita buat dari awal hingga akhir terus membuat jatuh cinta. Caranya banyak, manfaatkan variasi, adding instrumen di bagian yang diperlukan naik. Dengarkan klien, jika mereka tidak merasakan klimaks yang anda inginkan, maka anda seperti lelaki egois yang tak memikirkan kepuasan pasangan saat bercinta. Usahakan dari awal selalu menyenangkan dan jangan sampai membosankan. Klimaks adalah soal rasa. Jika dalam
prakteknya anda telah menambah banyak trak, simbal, high pitch instrumen, perkusi, untuk menimbulkan klimaks; sementara klien belum merasa bahwa jingle anda belum ada klimaksnya; brarti memang ada yang salah. 9. Seperti dalam bikin musik pada umumnya. Ini cara yang saya pelajari dari Royke Koapaha, dosen gitar dan komposisi musik. Komunikasi; TEORI/NALAR dan INTUISI/ NALURI Ini dua alat untuk mencipta, dan dua alat untuk mengevaluasi atau mendengar. Jika teori-teori musik yang anda punya membuat anda merasa mentok, maka gunakanlah intuisi atau naluri. Sebutlah ini feeling, ilham, inspirasi, atau seterusnya. Kalau ditengah-tengah komposisi musik ada yang ter”rasa” janggal. Periksalah dengan teori. Jika teori sudah benar tetapi kok terdengar tidak enak, maka percayakanlah pada intuisi. Keduanya bekerja seperti ping-pong yang continue, sehingga energi kreatif tidak pernah punah. 10. VST atau Instrumen asli? Jawabannya tergantung bugdet dan kebutuhan. Tetapi saya rasa,ada beberapa yang sampai sekarang membutuhkan recording dari instrumen asli: -
Gitar listrik maupun elektrik.
-
Solo Biola.
-
Kendang dengan kebutuhan ritmis yang sangat khusus; memotong dan menyambung dari sample yang ada sangat memakan waktu dan kadang hasilnya membuat sakit hati.
11. Jika menggunakan vokal, pikirkan dan pertimbangkan baik-baik. Pemilihan vokal jangan didasarkan hanya pada perkawanan atau karena orang itu adalah mantan pacar anda atau vokalis band anda. Semua unsur dalam musik ini adalah mengabdi pada kepentingan reklame produk. Perluas pergaulan dan dapatkan vokalis yang menurut anda paling cocok untuk jingle anda. Sebaliknya, jika dari pihak klien sudah menyediakan vokalis, sebaiknya anda menyesuaikan lagu dengan gaya vokalis. Jangan paksakan Tantri kotak bernyanyi seperti Gita Gutawa. 12. Nikmatilah prosesnya. Kenikmatan musisi panggung adalah ketika di panggung. Kenikmatan pembuat musik digital adalah ketika membuat trak, memixing, memilih sound, memilih nada. Jika prosesnya enak biasanya hasilnya juga enak.
Hal-hal Ekstramusikal: 1. Dengarkan Klien ;
Setelah meneken kontrak, kita harus bisa meletakkan ego kita dibawah kesepakatan dengan klien. Jika dia in.gin musiknya terdengar seperti musik The Script, ya jangan paksakam musiknya seperti musik Afgan. Kalau dia merasa ada bagian yang membosankan dalam komposisi kita, maka kita harus mencari tahu mengapa komposisi musik kita bisa membuatnya bosan. Ini bukan berarti idealisme kita kemudian dijual; tetapi memang pada dasarnya ini adalah musik pesanan, yang memang dicipta karena dipesan. Masih banyak hal-hal lain dalam produk musik yang bisa menjadi ekspresi idealisme kita, misalnya pilihan sound, kualitas mastering, kualitas vokalis. 2. Buatlah choice/ pilihan Ini adalah trik lain yang sangat jitu. Jika kita tidak membuatkan pembanding, biaanya klien akan menghujani kita dengan banyak masukan. Jika klien diberi satu, hukum fokus bekerja dengan sangat baik; mereka akan terus berpikir, mmm kurang apa ya, yang tentunya ini tidak menyenangkan bagi kita. Tetapi Jika diberi pembanding, maka mereka akan berpikir...ooo...yang A ini adalah yang terbaik. 3.
Berikan masukan yang masuk akal dan ramah. Gunakan bahasa-bahasa yang mereka gunakan; meskipun anda sudah hafal 1000 istilah musik dalam bahasa asing dan dikelas teori musik nilai anda A++.
4. Bersikaplah Profesional; selesaikan perkara kita sendiri. Jika home recording kita akustiknya jelek, lakukan acoustic treatment. Jika speaker monitor kita tidak bisa dipercaya, cari jalan untuk ganti atau pinjam speaker, jika ternyata masih tidak bisa dipercaya; harus dicek apakah speaker yang salah, ruangan yang salah, atau telinga kita yang salah. Jika butuh penyanyi anak-anak, datangkanlah penyanyi anak-anak, jangan gunakan suara anda sendiri lalu memainkan pitchnya sedemikian rupa.
Akhirnya, ini semua adalah karya musik. Semua pembahasan yang panjang lebar di atas, akhirnya akan dipertemukan dengan intuisi kita sebagai manusia dan musisi. Peran Teori dan Intuisi sama pentingnya dalam menciptakan karya. Dua hal ini selalu bekerja untuk saya.
Tulisan berikutnya adalah membahas Proses “Kunjungi, Lindungi, Lestarikan” diciptakan yang akhirnya keluar menjadi pemenang.
Produksi Lagu “Kunjungi, Lindungi, Lestarikan” Mengetahui Pengumuman Sejak April 2015, saya mengetahui sayembara ini dari Internet. Ketika pindah di Jogja, di tempat pekerjaan yang baru terdapat poster ini pula. Namun, proses masih belum berjalan sama sekali. Saya menyepakati kerjasama dengan teman saya dengan pembagian tugas, saya membuat lagunya, teman saya membuat tata musiknya. Tanggal 2 Mei, Tim yang saya butuhkan saya hubungi; seorang penulis, sound mixing-mastering engineer, dan penyanyi. Penulis untuk melakukan riset tentang cagar budaya dan mengusulkan ide kreatif untuk syair. Sound mixingmastering engineer untuk memixing dan mastering hasil rekaman, dan penyanyi. Belakangan, penyanyi yang saya rencanakan berbeda dengan yang nantinya dipakai; karena lagu yang saya tulis nantinya tidak terlalu cocok karakternya dengan penyanyi yang saya rencanakan. Mencipta lagu 4 Mei 2015, malam dengan gitar Takamine andalan di rumah, saya mulai menulis lagu itu. Sejak siang hari, sambil WA-nan dengan Angger, penulis KOMPAS yang menjadi bagian tim, untuk berdiskusi. Angger memberikan banyak informasi mengenai apa isu yang paling sering dikaitkan dengan cagar budaya. Waktu itu kata yang muncul adalah CABUD AJA: Cagar Budaya Ayo diJAga. Sebenarnya saya kurang sreg dengan tagline itu, tetapi patut dicoba. Lalu lagu itu jadi.
Sementara itu, saya mencoba menulis lagu yang strukturnya memiliki bagian yang berkali-kali tetapi nyaman seperti Fiesta Chiken Nuget atau Susu Bendera Coklat.
Intuisi saya menuntun ke baris nada utamanya; Nada utamanya muncul , tiga kali sekuen: mi fa mi, re mi re,do re si do. Lalu muncul slogan dari lagu itu; Kunjungi, Lindungi, Lestarikan. Secara rima u-u-i
i-u-I e-a-i-a.
Menurut saya rima yang bagus. Nada utama itu saya taruh dalam struktur lagu utuhnya; A-A A-B-A-C-A-D-A
A-A
Lalu saya rekam. Syair dan nada utama A sudah ketemu. Namun, syair untuk bagian B-C-D belum. Tetapi daripada lupa, saya rekam dulu saja, dengan syair yang “belepotan”.
PLAY_Draft_1 Setelah itu, syair baru dibentuk. Berbekal diskusi dari WA dan pengetahuan pribadi soal Cagar Budaya, Syairnya saya lengkapi pelan-pelan. PLAY_Draft_2 Begitu selesai, saya rekam semua utuh. Rekaman itu saya kirimkan kepada tim saya; penulis untuk mempersiapkan argumennya dan terutama bagi penata musiknya untuk segera dibuat arransemennya. PLAY_Draft_3 Selain lagu ini, saya masih membuat 2 lagu lain lagi di hari yang berbeda untuk sayembara yang sama; jadi totalnya ada 4 lagu.
Aransement Musik Berdasarkan Jadwal, saya akan take vokal di Yogyakarta tanggal 11 Mei 2015, sekitar satu minggu setelah lagu saya serahkan ke penata musik. Guide musik saya di 1=G, tetapi karena saya berencana menggunakan lead vokal wanita, maka dipindah menjadi 1=E. Aransement musik Rocky Irvano dilakukan oleh di Jakarta. Devicenya: DAW
: Pro Tools 10 HD
Soundcard
: AVID
Controller
: RD 700
Speaker
: Genelec
Setelah jadi, bersama 3 lagu lainnya, minus one dikirim ke Yogyakarta untuk diisi Vokal. Sedikit masukan dari saya, kemudian revisi dilakukan dengan cepat, sehingga tanggal 11 Mei 2015, bisa take vokal. Sebelumnysudah saya kirimkan minus one musik yang sudah diaransemen dalam vokal saya: DRAFT_3
Take Vokal Untuk lagu ini, saya membutuhkan satu penyanyi vokal utama, tiga backing vocal, dan suara anak-anak. Device yang digunakan: DAW
: Cubase 5
Soundcard
: Presonus
Michrophone
: Samsons CO 1
Preamp
: Presonus bluetube
Speaker
: Kurzweil
Headphone
: AT 2000
Suara anak-anak baru bisa direkam tanggal 12 Mei 2015. Editing Ternyata setelah dicek lagi, durasi lagu kami terlampau panjang; lebih dari 1 menit; itu artinya harus ada yang diubah. Intro didepan dipotong, dan satu frase pengulangan di belakang yang semula 2 kali, menjadi 1 kali saja. Ternyata hasilya tetap seimbang dan tetap bagus. Setelah itu, semua track diserahkan kepada sound engineernya untuk di mixing dan mastering. Mixing-Mastering Mxing dan Mastering dilakukan di Studio oleh Putro Subono. Hanya perlu 1 kali revisi sebelum akhirnya kita bilang itu hasil FINAL. DAW
: Reaper
Headset
: aiaiai tma
Soundcard
: Focusrite saffire
Hasilnya bisa anda dengar: PLAY_FINAL MASTER Pengiriman Tulisan mengenai penjelasan Slogan sudah dilayout dan tinggal dicetak di Jakarta. Tetapi melengkapi syarat administratif memang butuh waktu. Pengiriman baru bisa dilakukan tanggal 15 Mei 2015, menjelang deadline pukul 16.00. Pengumuman Pemenang Undangan pengumuman diberikan. Tetapi karena mendekati hari kelahiran anak, maka yang datang adalah teman saya, penata musik, yang memang tinggal di Jakarta. Kejutan, Lagu kami ini menang. Dan 1 lagu lain yang “Cabud Aja” (yang diciptakan di hari yang sama) masuk dalam 50 besar. Sekali lagi, jingle adalah karya musik. Mencipta musik melulu merupakan perpaduan dari kemampuan teknis musik, teori, dan intuisi. Ketiganya perlu dilatih terus menerus dan selalu bisa diandalkan dalam proses penciptaan. Semoga tulisan dan sharing ini berguna.
Terimakasih