MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA KAWASAN PERBATASAN (Perspektif Pemberdayaan Pemuda) di Provinsi Kepulauan Riau Oleh Afrizal Dosen Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Abstract Border region is a strategic issue, especially for the area directly adjacent to the neighboring countries. Riau Islands Province of Indonesia one of the provinces that are geographically located adjacent with three neighboring countries, namely Malaysia, Singapore and Vietnam. Lack of human resources to be a major obstacle in realizing the border region that is ready to compete with neighboring countries. Necessary concrete steps to achieve it strategic. One strategy is to empower communities committed to youth empowerment perspective. The approach taken in the welfare of youth empowerment approach, the development approach and the approach empowerment. So the low human resource issues can be controlled. Key Word : Border region, empowerment. A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan kawasan perbatasan wilayah Indonesia sangat jauh dari harapan yang diinginkan oleh bangsa Indonesia. Hal ini dilihat dari realita yang kita saksikan hari ini betapa pembangunan diwilayah perbatasan sangat berbeda dengan pembangunan diwilayah tidak berbatasan dengan Negara tetangga. Hal ini sangat ironis sekali jika dilihat dari negara lain yang sangat memperhatikan pembangunan wilayah perbatasan, karena kawasan perbatasan merupakan daerah yang sangat rawan terjadinya konflik perbatasan maka pembangunan segala bidang didaerah tersebut sangat menjadi perhatian utama oleh pemerintah Indonesia. Sebuah paradigma masa lalu yang menganggap bahwa wilayah perbatasan merupakan wilayah tempat bersembunyi dan berkembangnya gerakan separatis sehingga dianggap berbahaya jika diberikan perhatian khusus baik secara pembangunan fisik dan pembangunan manusianya. Paradigma seperti ini menyebabkan wilayah tersebut makin tertinggal dalam segala bidang. Sehingga memberikan dampak yang luar biasa bagi pemerintah Indonesia dikarenakan kesenjangan tingkat ekonomi dan pendidikan. Sebaliknya jika daerah perbatasan dikelola dengan baik, ekonomi dan pendidikan berkembang baik maka wilayah ini akan menjadi sentra bisnis yang baru sehingga secara langsung bisa meningkatkan kesejsahteraan masyarakat.
Isu-isu wilayah perbatasan yang sangat serius dan segera mendapat tanggapan dari pemerintah Indonesia adalah makin berkurangnya luas wilayah Indonesia seperti berubahnya batas (patok) wilayah diperbatasan Indonesia dengan Malaysia dipulau Kalimantan. Pencaplokan wilayah oleh Negara lain dan lebih parahnya pindahnya orientasi ekonomi dan bisnis ke Negara tetangga oleh masyarakat Indonesia yang berada diwiliyah perbatasan. Bagi mereka lebih mudah dan murah ketika melakukan transaksi bisnis dengan Negara tetangga dengan uang Ringgit dari pada transaksi dengan warga Indonesia sendiri. Sebuah data yang mencengangkan terungkap pada akhir tahun 2007 sejumlah warga Negara Indonesia yang tinggal diwilayah perbatasan dengan Malaysia di Kalimantan berhasil direkrut oleh pemerintah Malaysia menjadi Tentara Milisi yang disebut dengan “Askar Watania”. (Yanyan Mochamad Yani). Menurut Sianturi dan Nafsiah (2002) kawasan wilayah perbatasan kondisinya sangat memprihatinkan. Setidaknya bias dilihat dari beberapa aspek, yakni: Aspek Ideologi, tidak heran jika kita menyaksikan masyarakat yang berada diwilayah perbatasan sangat mirip dengan eidelogi Negara tetangga, hal ini karena akses informasi dari pemerintah pusat maupun daerah sangat minim, sebaliknya akses informasi sangat mudah diperoleh dari Negara tetangga. Sehingga pengaruh ideologi Negara tetangga yang dipahami oleh masyara-
Membangun Sumber Daya Manusia Kawasan Perbatasan (Perspektif Pemberdayaan Pemuda) di Provinsi Kepulauan Riau
kat bisa mengancam keutuhan Negara Republik Indonesia. Aspek politik, kondisi sosial ekonomi masyarakat perbatasan biasanya dipengaruhi oleh aktifitas Negara tetangga. Keadaan seperti ini bisa mengundang kerawanan dibidang politik. Aspek ekonomi, masyarakat wilayah perbatasan di Indonesia pada umumnya memiliki kondisi ekonomi, pendidikan dan keamanan yang sangat memprihatinkan dikarenakan letaknya yang terisolir dan tidak mendapat akses sehingga kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan pembangunan menghiasi pemandangan diwilayah perbatasan. Aspek sosial budaya, tidak heran kita menyaksikan masyarakat wilayah perbatasan sangat mengerti dengan budaya Negara tetangga daripada budaya bangsa Indonesia. Bahkan bukan hanya sekedar mengerti mereka bahkan sudah mulai mengadopsi dalam bentuk perilaku yang dikarenakan budaya asing lebih mudah untuk diakses dari pada budaya sendiri. Oleh karena itu penulis pernah mendapat informasi bahwa masyarakat wilayah perbatasan disuatu daerah di Indonesia lebih hafal lagu kebangsaan Negara tetangga dari pada lagu Indonesia Raya. Ironis memang. Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang letaknya berbatasan langsung dengan Negara tetangga, yakni Malaysia, Singapura dan Vietnam. Dengan kondisi geografis gugusan pulau-pulau kecil serta sebagian besar wilayahnya adalah perairan menjadikan provinsi Kepulauan Riau sebagai lokasi yang sangat strategis bagi lalu lintas perdagangan dunia tertutama jalur perairan. Oleh karena itu membangun sumber daya manusia merupakan harga mati bagi pemerintah Indonesia khususnya bagi masyarakat provinsi Kepulauan Riau. Mengingat begitu pentingnya dan krusialnya permasalahan masyarakat Indonesia yang tinggal diwilayah perbatasan. Pembangunan sumberdaya manusianya harus jelas dan tepat sasaran sehingga pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah benar-benar memberikan kemanfaatan yang nyata bagi masyarakat perbatasan dan secara umum memberikan dampak poisiti bagi pembangunan masyarakat Indonesia secara utuh. Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu dari provinsi di Indonesia yang letaknya berbatasan langsung dengan Negara tetangga yakni Malaysia, Singapura, dan Vietnam. Jika diperhatikan belum ada langkah kongkrit dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk membangun wilayah perbatasan terutama membangun manusianya. Padahal manusia merupakan faktor utama untuk mendukung pembangunan dari aspek yang lain. Oleh karena itu pembangunan manusia dalam perspektif pembangunan pemuda merupakan salah satu
353 cara untuk membantu mempercepat kemajuan masyarakat dikawasan perbatasan. Mungkin muncul pertanyaan mengapa harus pemuda? Pemuda merupakan pemimpin masa depan. Sumber daya pemuda merupakan sumber daya yang sangat penting, pada usia yang sangat produktif energy pemuda dapat menghasilkan banyak karya dan karsa sehingga apa yang dibutuhkan oleh perkembangan zaman ada pada pemuda. Menurut Yusuf Qordhowi, pemuda merupakan usia yang produktif dimana pada usia tersebut pemuda berada diantara dua kelemahan manusia yakni masa balita dan masa tua (pikun). Masa pembentukan karakter dimana pemuda hari ini sangat menentukan seperti apa mereka dimasa depan. Menurut Rohmad (1998) menyimpulkan bahwa pemuda memiliki sifat dan karakter dasar yakni, mereka yang memiliki identitas ego yang stabil, dapat berfikir secara sistematis, memiliki minat tertentu, mampu menyesuaikan dengan nilai, norma dan harapan masyarakat, perkembangan moralnya mencapai tahap konvensional, terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan dan dilingkungan serta secara umum diakui keberadaan dan eksistensinya dalam program pembangunan kemasyarakatan. Selain itu pemuda juga memiliki cirri khas dengan kebiasaan yang aktif, energik dalam kegiatan masyarakat yang merupakan manifestasi daeri sifat energik, original, spontan dan ideal. Oleh karena itu karakter kebaikan dan membangun harus menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dan masyarakat jika menginginkan masa depan dikelola oleh orang-orang yang berkualitas dikarenakan pada usia mudanya mereka memiliki karakter dan potensi positif dalam membangun bangsanya. Jadi dalam tulisan ini penulis mencoba untuk menjelaskan strategi meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dikawasan perbatasan dalam perspektif pemberdayaan pemuda. B. Pemberdayaan Empowement atau pemberdayaan adalah salah satu strategi atau merupakan paradigma pembangunan yang dilaksanakan dalam kegiatan pembangunan masyarakat, khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang. Pemberdayaan ini muncul dikarenakan adanya kegagalan-kegagalan yang dialami dalam proses dan pelaksanaan pembangunan yang cenderung sentralistis seperti community development atau pengembangan komunitas. Model ini tidak memberi kesempatan langsung kepada rakyat untuk terlibat dalam proses pembangunan, terutama dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut pemilihan pejabat, perencanan, pelaksanaan dan evaluasi program pembangunan.
354 Friedmann (1992) menawarkan konsep atau strategi pembangunan yang populer disebut dengan empowerment atau pemberdayaan. Konsep pemberdayaan ini adalah sebagai suatu konsep alternatif pembangunan yang pada intinya memberikan tekanan pada otonomi dalam mengambil keputusan di suatu kelompok masyarakat yang dilandaskan pada sumberdaya pribadi, bersifat langsung, demokratis dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung. Fokus utama pemberdayaan, menurut Friedmann, adalah sumberdaya lokal, namun bukan berarti mengabaikan unsur-unsur lain yang berada di luar kelompok masyarakat, bukan hanya ekonomi akan tetapi juga politik, agar masyarakat memiliki posisi tawar menawar yang seimbang, baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional. Pemberdayaan local yang sangat potensial tersebut adalah pemuda dengan segala kelebihan dan keutamaan dalam menciptakan perubahan (agen of change). Elliot (1987), menyatakan bahwa strategi pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu: a. The Welfare Approach; pendekatan ini mengarah pada pendekatan manusia dan bukan untuk memberdaya masyarakat dalam menghadapi proses politik dan pemiskinan rakyat. Kemandirian pemuda dalam ekonomi dan politik merupakan upaya yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Oleh karena itu pendekatan ini menjadi sesuatu yang mutlak untuk mempermudah pembangunan kawasan secara umum. b. The Development Approach; pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan proyek pembangunan untuk meningkatkan kemampuan, kemandirian dan keswadayaan masyarakat. Infrastruktur penunjang pembangunan merupakan instrument inti dalam pembangunan manusia secara umum. Pendekatan ini melihat pembangunan infrastruktur sebagai unsure pokok dalam menuju kemnadirian masyarakat. c. The Empowerment Approach; pendekatan yang melihat bahwa kemiskinan sebagai akibat dari proses politik dan berusaha untuk memberdayakan atau melatih rakyat untuk mengatasi ketidakberdayaan masyarakat. Masyarakat harus memiliki kemampuan untuk membangun diri sendiri tanpa menunggu dan tergantung dengan pihak lain. Selain menciptakan peluang dan memotivasi masyarakat perlu pemberdayaan dengan konsep yang sesuai dengan lokalitas suatu kawasan. C. Proses Pemberdayaan Pemuda Proses pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan
Membangun Sumber Daya Manusia Kawasan Perbatasan (Perspektif Pemberdayaan Pemuda) di Provinsi Kepulauan Riau
secara bertahap melalui tiga fase (Pranaka dan Prijono, 1996) yaitu: (a) Fase Inisiasi adalah bahwa semua proses pemberdayaan berasal dari pemerintah, dan masyarakat hanya melaksanakan apa yang direncanakan dan diinginkan oleh pemerintah dan tetap tergantung pada pemerintah. Dalam fase ini pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus menyodorkan program-program strategis kepada masyarakat. Kemudian masyarakat hanya menjalankan apa yang telah diprogramkan pemerintah. Model ini memiliki kelebihan yang mana masyarakat tidak perlu memikirkan apa yang harus dilakukan. Namun model ini juga memiliki kelemahan yang mana program pemerintah tersebut belum tentu sesuai dengan keinginan masyarakat. (b) Fase Partisipatoris adalah bahwa proses pemberdayaan berasal dari pemerintah bersama masyarakat, oleh pemerintah dan masyarakat, dan diperuntukkan bagi rakyat. Pada fase ini masyarakat sudah dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembangunan untuk menuju kemandirian. Sehingga peluang keberhasilan program ini akan lebih besar karena masyarakat lebih awal telah dilibatkan dalam perencanaan dan pembangunan. Sehingga ketika terjadi kekurangan dan kesalahan secara psikologis bisa diterima dan diselesaikan secara bersamasama. (c) Fase Emansipatoris adalah bahwa proses pemberdayaan berasal dari rakyat dan untuk rakyat dengan didukung oleh pemerintah bersama masyarakat. Pada fase emansipatori ini masyarakat sudah dapat menemukan kekuatan dirinya sehingga dapat dilakukan dalam mengaktualisasikan dirinya. Puncak dari kegiatan proses pemberdayaan masyarakat ini adalah ketika pemberdayaan ini semuanya datang dari keinginan masyarakat sendiri (fase emansipatoris). D. Strategi Pemberdayaan Pemuda Menuju Masyarakat Kawasan Perbatasan Yang Berkualitas Secara umum pemberdayaan pemuda dikawasan perbatasan dalam menuju masyarakat kawasan perbatasan yang berkualitas harus memiliki kerangka dan konsep yang jelas. Semua pihak harus dilibatkan dan melibatkan diri baik itu dari masyarakat, pemerintah, swasta dan dari pemuda yang bersangkuta. Kerangka dan konsep yang jelas akan memudahkan untuk melakukan tindakan secara sistematis dan terarah sehingga tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan harapan. Oleh karena itu pemberdayaan pemuda yang
Membangun Sumber Daya Manusia Kawasan Perbatasan (Perspektif Pemberdayaan Pemuda) di Provinsi Kepulauan Riau
menjadi fokus utama dalam kajian ini harus menuntaskan berbagai macam persoalan besar bagi masyarakat perbatasan, yakni masalah pendidikan, kemiskinan dan kesehatan yang menjaadi masalah pokok masyarakat perbatasan sehingga mereka tidak siap untuk hidup berdampingan dengan Negara tetangga yang akhirnya memberikan efek negative bagi bangsa Indonesia terutama permasalahan keamanan, ekonomi perbatasan, batas wilayah dan sebagainya. Pemberdayaan pemuda menjadi fokus utama untuk membangun masyarakat secara umujm dan utuh. Ada beberapa scenario yang harus dilakukan oleh semua pihak baik pemerintah, swasta dan masyarkat untuk membangun sumber daya manusia melalui pendekatanpendekatan sebagai berikut. Yaitu: 1. Meningkat Kesejahteraan Ekonomi Pemuda Kawasan Perbatasan Skenario pemberdayaan pemuda melalui pendekatan kesejahteraan akan menitik beratkan kepada kesejehteraan pemuda. Maksudnya kemapanan ekonomi yang berdampak kepada kesejahteraan akan memberikan efek dan kekuatan bagi pembangunan kawasan perbatasan secara umum. Temuan dilapangan menunjukkan kepada kita bahwa permasalahan kemiskinan menjadi isu utama dan hiasan yang melekat pada masyarakat perbatasan ditambah lagi dengan tingkat pendidikan yang rendah. Pemuda perbatasan dengan penghasilan yang minim dan dengan profesi yang rata-rata nelayan sesuai dengan kondisi geografis masyarakat Kepulauan Riau yang mayoritas tinggal dipulau-pulau kecil dengan pencaharian masyarakat adalah nelayan menjadi nilai tambah dari kemiskinan yang mana model yang digunakan dalam menangkap ikan masih menggunakan model tradisional. Dengan hasil tangkapan yang sedikit tapi energy yang besar dikeluarkan membuat kondisi ekonomi pemuda perbatasan semakin menambah deretan panjang permasalahan kemiskinan di Kepulauan Riau ini. Dalam hal ini peran yang dominan seharusnya dimainkan pemerintah untuk mengupayakan dan menciptakan peluang-peluang sehingga para pemuda dikawasan perbatasan bisa meningkat taraf hidup mereka. Kemiskinan yang melanda mereka hari ini mengakibatkan para pemuda tidak memikirkan pembangunan kawasan secara konprehensif, namun mereka berfikir sangat pragmatis. Hal ini disebabkan oleh kondisi ekonomi yang sangat memprihatinkan. 2. Membangun Infrastruktur (jalan, pelabuhan, listrik) Kawasan Perbatasan
355 Pembangunan infrastuktur kawasan perbatasan bagi masyarakat merupakan pendekatan untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berdaya guna. Infrastruktur jalan yang baik, pelabuhan yang layak serta listrik yang mencukupi akan memberikan ruang dan kemudahan bagi masyarakat untuk berkarya. Permasalahan selama ini masyarakat tidak memiliki ruang untuk mendayagunakan kemampuan mereka sehingga potensi mereka menjadi sia-sia karena tidak didukung oleh fasilitas yang seharusnya disediakan oleh pemerintah. Akses pelabuhan yang baik akan memberikan ruang bagi pemuda yang berprofesi sebagai nelayan untuk mempromosikan produk mereka. Listrik yang lancar akan memudahkan mereka untuk membuat berbagai jenis produk lokal terutama yang berbahan dasar hayati dari laut. Secara tidak langsung pembangunan dari aspek infrastruktur jalan, pelabuhan dan listrik akan memberikan ruang kreatifitas bagi pemuda ditambah lagi dengan keterampilan yang telah diberikan kepada pemuda, jika tidak diiringi dengan pendekatan pembangunan seperti diatas akan menyebabkan pelatihan dan pendidikan bagi pemuda menjadi sia-sia. 3. Pemberdayaan Pemuda Kawasan Perbatasan Masyarakat yang berada dikawasan perbatasan memiliki masalah yang krusial yakni kemiskinan. Salah satu upaya yang harus dilakukan oleh masyarakat terutama pemudanya adalah meningkatkan dan memberdayakan diri mereka sendiri untuk bangkit melawan kemiskinan. Tidak ada pilihan lain bagi masyarakat jika ingin keluar dari masalah kemiskinan selain salah satunya adalah mandiri dalam ekonomi serta tidak tergantung dengan pihak lain. Oleh karena itu pemuda harus melakukan beberapa langkah dan strategi untuk mewujudkan impian mereka khususnya dari aspek ekonomi Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan pemuda kawasan perbatasan agar sumber daya pemuda dapat didayagunakan dalam aktifitas pembangunan setidaknya ada tiga hal : Faktor pertama, kualitas pemuda. Pemuda harus memiliki kualitas yang bisa menghasilkan karya serta bisa menghasilkan barang dan jasa yang bias digunakan untuk kebutuhan hidupnya. Namun kemampuan untuk menghasilkan karya baik barang maupun jasa tersebut tidak dating dengan sendirinya namun berawal dari pelatihan, pendidikan dan pembelajaran serta lingkungan yang mendukung. Faktor kedua, jiwa kewirausahaan dan kemandirian seorang pemuda yang diwujudkan dengan kemampuan
356
Membangun Sumber Daya Manusia Kawasan Perbatasan (Perspektif Pemberdayaan Pemuda) di Provinsi Kepulauan Riau
berinovasi, kemampuan mengorganisir dan mampu menghadapi resiko dari suatu usaha atau bisnis yang dijalankan. Inovasi dalam melahirkan produk baru baik barang maupun jasa akan memberikan kekuatan bagi pemuda dalam menciptakan kemandirian dalam ekonomi. Faktor ketiga, pemuda harus bisa memperluas modal dan kapital sosial. Menurut Van Staveren (2003) memberikan definisi kapital sosial dalam berbagai bentuk sudut pandang. Dari dimensi fungsionalis, kapital sosial merupakan tindakan kolektif, dari sudut pandang sosiologis merupakan kohesi sosial, secara ekonomi adalah kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi. Intinya pemuda harus bisa memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya dan yang ada disekitar hidupnya sebagai kekuatan dan modal untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. E. Kesimpulan Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dikawasan perbatasan dalam perspektif pemberdayaan pemuda merupakan suatu upaya pembangunan manusia dari hulunya. Pemuda yang memiliki karakter dan potensi yang luar biasa bagi Negara ini masih belum digarap dan berdayakan dengan baik. Oleh karena itu
untuk mewujudkan pembangunan kawasan perbatasan secara konprehensif perlu upaya-upaya yang konprehensif juga dari pemerintah dan masyarakat yang dikuatkan oleh sektor swasta. Dengan berbagaimacam pendekatan pemberdayaan yang digunakan dalam meningkatkan kualitas pemuda sebagai terobosan awal untuk meningkatkan sumberdaya manusia secara utuh, diharapkan masyarakat yang berada dikawasan perbatasan memiliki harapan besar untuk melanjutkan kehidupannya dan menjadi garda terdepan bangsa ini dalam menuju masyarakat yang maju dilevel internasional. Namun untuk mewujudkan itu semua perlu kerja keras dan kerja sama semua pihak untuk saling bersinergi dan bahu membahu. Kerja dilakukan ini merupakan bentuk kerisauan kita bersama untuk membangun Kepulauan Riau ini diperhitungkan oleh negara-negara tetangga. Oleh karena itu ide-ide dalam tulisan ini masih memiliki kekurangan-kekurangan ditambah lagi dengan keterbatasan penulis dalam masalah data mengenai kawasan perbatasan. Namun yang lebih penting dari itu adalah perlunya realisasi dari ide-ide tersebut sehingga pembangunan manusia dikawasan perbatasan bisa ditingkatkan kearah yang lebih baik.
F. DAFTAR PUSTAKA Dault, Adhyaksa, 2008. Pemuda dan Kelautan. Jakarta: Pustaka Cidesindo. Iqbal, Andi, 2011. The Slipping Giant, Potensi dan Permasalahan Kelautan. Yansen T.P., Soesilo Zauhar, Adri Patton, dan Andy Fefta Wijaya, 2010. Pemberdayaan Masyarakat Desa Tertinggal Di Wilayah Perbatasan Studi tentang Pelaksanaan Gerakan Pembangunan Desa
Mandiri (Gerbang Dema) di Desa Nawang Baru Kecamatan Kayan Hulu Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Timur. Dalam Jurnal Spirit volum 6. N0.2 Tahun 2010 Mochamad Yani, Yanyan. Pengamanan Wilayah Perbatasan Darat Guna Mendukung Keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia. Naskah Lokakarya LEMHANAS RI 11 november 2008
