Pemaknaan Mahasiswa, Pengurus Masjid dan Komunitas Kajian Islam di Fakultas Ilmu Budaya Universitas XYZ Mengenai Masjid Sebagai Ruang dan Tempat
MEMAKNAI MASJID SEBAGAI RUANG DAN TEMPAT OLEH MAHASISWA, PENGURUS MASJID DAN KOMUNITAS KAJIAN ISLAM DI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS XYZ Erwan Baharudin, Sumrahyadi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul, Jakarta Mahasiswa Doktoral Jurusan Antropologi, Universitas Indonesia, Jakarta
[email protected]
Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pemaknaan masjid atau musholla sebagai ruang dan tempat untuk beraktifitas oleh pengguna masjid tersebut seperti mahasiswa, karyawan, pengurus masjid, dan orang-orang yang menggunakan masjid tersebut. Permasalahannya pemaknaan masjid oleh sebagian orang awam merupakan tempat untuk beribadah saja seperti sholat berjamaah, dan tadarussan. Tetapi mengingat jaman Nabi dahulu, masjid bukan hanya sebagai tempat untuk beribadah saja, tetapi berfungsi sebagai manifestasi keagamaan, berfungsi sosial dan berfungsi politik juga. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan cara mendeskripsikan segala perbuatan, tindakan, persepsi dan motivasi dari warga komunitas musholla Fakultas Ilmu Budaya dalam menjalankan seluruh aktifitasnya di musholla. Dengan demikian penelitian ini lebih bersifat emik. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara penelitian lapangan yaitu terjun langsung dilokasi penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukandan dengan cara observasi partisipasi. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu sebagian besar pengguna masjid ini mempunyai pemaknaan yang sama yaitu selain berfungsi untuk beribadah, pendidikan, masjid ini juga berfungsi sosial juga. Ditemukan juga bahwa masjid disini digunakan juga sebagai tempat untuk menunggu waktu kuliah, janjian dengan pacar, dan tempat untuk istirahat buat sebagian mahasiswa mengingat lokasi masjid ini dipojok kampus dekat dengan lapangan olahraga dan dirasakan sangat rindang banyak pepohonan di sekitarnya. Kata Kunci: Pemaknaan Masjid, Penggunaan Masjid, Aktifitas Masjid
Pendahuluan Masjid merupakan tempat ibadah, dan tempat sujud bagi umat islam di dunia. Sekarang ini keberadaan masjid bisa kita jumpai hampir di setiap kampung, sepanjang jalan besar, bahkan hampir sebagian besar pabrik, perkantoran dan universitasuniversitas memiliki masjid tersendiri. Bagi pemilik perusahaan, pendirian masjid ini dimungkinkan supaya para karyawannya tidak usah jauh-jauh kalau mau berangkat sholat jumat, sehingga waktu untuk kembali bekerja lebih efektif dibandingkan jika mereka keluar kantor untuk sholat jumat. Forum Ilmiah Volume 7 Nomor 3, September 2010
221
Demikian juga masjid yang berada di kampung / daerah terutama yang berada disepanjang jalan raya, di hari jumat banyak penduduk sekitar dan juga orangorang yang melintasi jalan tersebut mampir untuk menjalankan sholat jumat. Demikian juga masjid yang berada di kampus-kampus, khusus dihari jumat penggunanya sangat banyak dan hampir tidak muat. Tetapi, ketika hari hari biasa selain jumat, keberadaan masjid tersebut sangat kontras dengan jumlah orang yang berjamaah di hari jumat. Tak jarang kita
Pemaknaan Mahasiswa, Pengurus Masjid dan Komunitas Kajian Islam di Fakultas Ilmu Budaya Universitas XYZ Mengenai Masjid Sebagai Ruang dan Tempat
temui beberapa masjid baik di daerah/ perkampungan, di perkantoran dan dikampus-kampus ketika hari normal jumlah orang yang beribadah sangat sedikit, bahkan kadang-kadang hanya terdiri dari satu shof saja ketika sedang sholat berjamaah. Untuk masjid dan musholla dikampus beberapa universitas atau fakultas keberadaannya ada yang lebih ramai dibandingkan masjid-masjid yang bukan berada di kampus. Hal ini dikarenakan beberapa mahasiswa banyak yang aktif di kegiatan kerohanian islam, tetapi ada juga mahasiswa yang tidak hanya beribadah saja, tetapi mereka mempunyai aktifitas yang lain di masjid atau musholla tersebut. Bagi kampus dan sekolah sekolah, masjid merupakan tempat untuk membina mental kerohanian yang dilakukan terjadual selain shalat wajib dan sholat jumat, diadakannya kultum setiap selesai sholat wajib, diadakannya pengajian dan kajian islam secara rutin, dan juga kegiatan keagamaan lainnya pada bulan ramadhan. Berbicara mengenai masjid, maka dapat diketahui bahwa masjid pertama di dunia ini adalah masjid Nabawi yang berada di Madinah. Masjid Nabawi ini menjadi jantung kota Madinah pada saat itu, karena digunakan sebagai kegiatan kegiatan politik, perencanaan tata kota, pusat strategi militer, dan juga dijadikan sebagai tempat tinggal oleh fakir miskin. Dengan demikian, masjid bisa dimaknai dalam beberapa pemahaman dan pemaknaan fungsi masjid yaitu sebagai fungsi keagamaan dan fungsi sosial. Bagi beberapa orang, masjid berfungsi sebagai tempat ibadah saja, selain ibadah dilarang menggunakan masjid. Hal ini dialami sendiri oleh penulis ketika masih menjadi mahasiswa, kita berdiskusi tentang masalah keagamaan, tetapi oleh pengurus masjid kita justru di suruh pindah tempat, tidak boleh di masjid. Hal serupa juga terjadi dengan beberapa teman penulis. Bahkan, universitas tertua di Mesir (Universitas Forum Ilmiah Volume 7 Nomor 3, September 2010
222
Al Azhar Kairo), pada awalnya merupakan sebuah masjid yang dengan perkembangannya dengan mengawali kehidupan intelektual masyarakat Islam di masjid ini perlahan mulai bertransformasi menjadi sebuah universitas. Dengan adanya berbagai kejadian yang dialami oleh penulis dengan realita keberadaan masjid sekarang ini dan pemahaman individu yang berbeda beda mengenai masjid, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pemaknaan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas XYZ terhadap masjid sebagai ruang dan tempat dalam beraktifitas. Hasanuddin Yusuf Adan (2008) mengatakan bahwa antara masjid dan musholla kalau di Aceh disebut meunasah dalam termynology ke-Aceh-an memiliki pengertian sedikit berbeda pada dataran fungsional. Namun mempunyai makna dan eksistensi yang bersamaan pada dataran operasional. Masjid digunakan untuk keperluan peribadatan, musyawarah, penyelesaian sengketa, pernikahan, pendidikan, dakwah dan lainnya pada peringkat kemukiman. Perihal serupa juga berfungsi untuk meunasah pada peringkat gampong. Oleh karenanya eksistensi fungsi antara masjid dengan meunasah sebetulnya tidak berbeda hanya ruang lingkup dan skopnya saja yang berlainan bentuk. Lebih lanjut lagi Hasanuddin Yusuf Adan mengemukakan bahwa di Aceh kita memiliki masjid dan meunasah, di Minangkabau selain masjid juga mempunyai surau sama halnya dengan di Malaysia sementara di Jawa namanya adalah langgar. Baik meunasah, surau ataupun langgar semuanya tidak berfungsi dan tidak digunakan untuk shalat jumat, walaupun pada tempat-tempat tertentu sekali kali digunakan untuk melaksanakan shalat dua hari raya. Ini mungkin lebih dipengaruhi oleh ketidakcukupan pekarangan masjid untuk melaksanakan shalat
Pemaknaan Mahasiswa, Pengurus Masjid dan Komunitas Kajian Islam di Fakultas Ilmu Budaya Universitas XYZ Mengenai Masjid Sebagai Ruang dan Tempat
dua hari raya karena pada hari itu orang yang tidak pernah shalat jumat ke masjidpun sudah melaksanakan shalat dua hari raya, atau ada faktor lain yang menyebabkan demikian mempunyai perbedaan. Untuk penelitian ini penulis menyamakan antara masjid dan musholla, yang dimaksudkan disini adalah musholla Fakultas Ilmu Budaya Universitas XYZ.
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan cara mendeskripsikan segala perbuatan, tindakan, persepsi dan motivasi dari warga komunitas musholla Fakultas Ilmu Budaya dalam menjalankan seluruh aktifitasnya di musholla. Dengan demikian penelitian ini lebih bersifat emik. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara penelitian lapangan yaitu terjun langsung dilokasi penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukandan dengan cara observasi partisipasi yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktifitas dan tindakan dari warga komunitas masjid sekaligus dengan terlibat langsung serta berpartisipasi dari kegiatan di musholla, dan juga wawancara dengan pengguna musholla tersebut.
Hasil dan Pembahasan Fakultas Ilmu Budaya sebagai salah satu Fakultas di lingkungan Universitas XYZ mempunyai musholla yang digunakan oleh komunitasnya (pengurus, mahasiswa, karyawan) untuk mengadakan kegiatan kegiatan rutin seperti kajian islam, pendidikan keagamaan, dan sholat berjamaah. Dalam musholla tersebut, terdapat rak rak buku yang berisikan buku buku islami, dan Al-Qur’an, yang sering dibaca oleh para jemaah masjid tersebut. Pengurus masjid ini dilakukan oleh seorang pengurus yang Forum Ilmiah Volume 7 Nomor 3, September 2010
223
berstatus sebagai PNS. Semenjak mengurus musholla ini, bapak umar tersebut merasa lebih tenang dalam bekerja sebab sambil bekerja bapak umar tersebut bisa sambil beribadah, seperti yang bisa dilihat oleh penulis ketika sedang mengamati subjek yang sedang diteliti. Hal ini juga sesuai yang diungkapkan pak umar ketika diwawancarai “Alhamdulillah saya merasa lebih tenang kerja disini (musholla), dimana dapat berkonsentrasi untuk beribadah, sholat berjamaah, baca AlQur’an dan ibadah lainnya, habis mau ngapain lagi kan dua tahun lagi akan pensiun”. Dengan demikian masjid/musholla buat pak umar adalah tempat untuk menjalankan ibadah. Ibadah yang dimaksudkan pak umar disini bukan sekedar menjalankan sholat saja, dia juga sering mendengarkan kajian-kajian rohaniah, mengikuti diskusi yang diselenggarakan di musholla tersebut, serta ibadah-ibadah yang lain seperti mensyiarkan agama islam, serta tadarussan (membaca Al-Qur’an). Selain menjadi pengurus masjid, pak umar ini sering dijadikan sebagai panutan oleh banyak mahasiswa, ketika mereka sedang ada masalah, ada ada pertanyaan mengenai ajaran ajaran agama, menjembatani konflik antara mahasiswa, dan lain-lain. Dalam masjid di Fakultas Ilmu Budaya ini ada organisanisasi keislaman yang disebut Formasi (Forum Amal dan Studi Islam). Dalam menjalankan aktifitasnya ini mereka lebih cenderung memilih berada di masjid. Formasi ini terdiri dari kumpulan mahasiswa beberapa jurusan dari Fakultas Ilmu Budaya. Kegiatan mereka yaitu mengadakan kajian kajian Islam pada hari tertentu, menggalang dana untuk memberikan bantuan bantuan kepada teman temannya yang sedang membutuhkan dan juga infak infak yang lain. Dalam pelaksanaan kajian islam ini, sepintas mengganggu jemaah lain yang sedang menjalankan shalat wajib, sebab,
Pemaknaan Mahasiswa, Pengurus Masjid dan Komunitas Kajian Islam di Fakultas Ilmu Budaya Universitas XYZ Mengenai Masjid Sebagai Ruang dan Tempat
Formasi ini menggunakan pengeras suara dalam kegiatannya tersebut. Untuk beberapa jemaah yang memaknai masjid sebagai tempat untuk beribadah saja, maka aktifitas dari Formasi mengganggu mereka, mereka lebih setuju apabila kajian-kajian islam tersebut tidak dilakukan di masjid, tetapi di ruang kelas dan ruangan-ruangan khusus. Tetapi kalau yang memaknai masjid berfungsi sebagai tempat pendidikan dan mempunyai fungsi sosial, maka aktifitas yang dilakukan Formasi ini dianggap mendukung kehidupan dalam masjid. Hal ini diungkapkan oleh bapak Supono seorang karyawan administrasi yang pada saat menjalankan shalat wajib berbarengan dengan kegiatan Formasi ini. Dalam wawancaranya pak supono ini sama sekali tidak terganggu dengan aktifitas tersebut, justru dia yang menyatakan bahwa dia yang shalat waktu itu tidak pas, sebab sudah tidak di awal waktu lagi, sehingga waktu tersebut sudah bisa digunakan jemaah lain untuk mengadakan kegiatan itu. Menurut dia, malah bagus dengan adanya kegiatan ini, mahasiswa tidak masuk ke dunia hedonisme, sebab daya tarik dunia gemerlap sekarang lebih menarik dibandingkan harus datang ke masjid untuk beribadah. Menurut samsudin, anggota Formasi bahwa lembaga ini juga tempat untuk memantau rekan-rekannya supaya tidak terjebak pada ajaran ajaran agama yang menyesatkan. Sebab, pernah kejadian ada beberapa rekannya yang ketahuan terbawa arus ajaran lain yang menyesatkan, ini diketahui setelah mahasiswa itu lama tidak pernah ikut kegiatan di Formasi padahal sebelumnya dia itu rajin di kegiatan kerohanian, setelah dicari infonya, ternyata dia terbawa oleh satu ajaran yang sesat. Tetapi alhamdulillah dengan bantuan rekan rekan Formasi temannya itu bisa bisadarkan kembali. Selain itu ada juga mahasiswa yang memaknai masjid dikampus sebagai fasilitas untuk janjian dengan temennya, Forum Ilmiah Volume 7 Nomor 3, September 2010
224
pacarnya, dan juga tempat untuk sekedar melepas penat ketika selesai berolahraga. Menurut mereka, mendingan berada di masjid saja dalam janjian dengan teman atau pacarnya itu, sebab kalau misalnya di perpustakaan tentunya tidak bisa sambil berbicara sebab perpustakaan yang jaga agak galak. Selain itu, mereka bisa tidur tiduran, makan, merokok, mengerjakan tugas dan lain sebagainya.
Kesimpulan Dari hasil temuan di lapangan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa masjid di Fakultas Ilmu Budaya mempunyai beberapa fungsi yang dimaknai oleh komunitas yang menggunakan ruang dan tempat, yaitu masjid mempunyai fungsi keagamaan (shalat wajib, syiar agama, dan membaca Al-Qur’an), juga mempunyai fungsi sosial seperti tempat untuk menggalang dana bagi mahasiswa dan juga kaum muslim yang sedang kesusahan, sebagai fungsi Interaksi antar mahasiswa seperti tempat berdiskusi, peduli dengan teman-temannya yang lain, saling sharing tentang semua hal, dan beberapa juga memaknai bahwa masjid berfungsi juga untuk tempat melepas penat karena bisa digunakan untuk tidur-tiduran, makan dan minum, merokok, membaca majalah atau koran, bahkan ketemuan dengan sang kekasih.
Daftar Pustaka Andrew Beatty, “Variasi Agama di Jawa: Suatu Pendekatan Antropologi”, Rajawali Pers, Jakarta, 2001. Clifford Geertz, “The Interpretation of Culture”, Kanisius, Yogyakarta, 1992
Pemaknaan Mahasiswa, Pengurus Masjid dan Komunitas Kajian Islam di Fakultas Ilmu Budaya Universitas XYZ Mengenai Masjid Sebagai Ruang dan Tempat
Emile
Durkheim, “Sejarah Agama”, IRCiSod, Yogyakarta, 2006
Hasanuddin Yusuf Adan, “Fungsi Masjid dan Meunasah di Aceh, 2008. Hilman
Hadikusuma, “Antropologi Agama”, Bagian 1 dan 2, Citra Aditya, Jakarta, 2003.
Forum Ilmiah Volume 7 Nomor 3, September 2010
225
Kuntowioyo, “Muslim Tanpa Masjid: Esai-Esai Agama Budaya dan Politik dalam bingkai Strukturalisme Transedental”, Mizan, Bandung, 2001.