Memaknai Kembali Konstitusi Indonesia
Hari
UNAIR NEWS – Hari Konstitusi Indonesia mulai diperingati pada tanggal 18 Agustus Tahun 2008. Hari itu bertepatan dengan ditandatanganinya Deklarasi Hari Konstitusi Indonesia oleh Lembaga Kajian Konstitusi, Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), dan Pimpinan serta anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dilengkapi pula oleh berbagai komponen masyarakat Indonesia. Gagasan diperingatinya tanggal 18 Agustus sebagai Hari Konstitusi Indonesia, diawali dari sebuah artikel yang ditulis Mochamad Isnaeni Ramadhan dengan judul “Konstitusi Indonesia” yang dimuat dalam harian Suara Karya. Menanggapi peringatan Hari Konstitusi Indonesia, pakar Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Dr. Sukardi, S.H., M.H., mengatakan, konstitusi merupakan hukum tertinggi yang dapat dipahami pula dari sisi materiilnya. Sukardi juga menambahkan bahwa dalam konstitusi mengatur antara pemerintah dengan masyarakat yang berisi hak asasi manusia serta menandai adanya suatu negara. “Konstitusi itu bisa dipahami sebagai hukum tertinggi. Kemudian juga dilihat dari sisi materiilnya konstitusi juga mengatur antara pemerintah dengan yang diperintah yang berisi hak asasi manusia dan menandai adanya sebuah negara,” ujarnya. Terkait adanya wacana mengembalikan UUD NRI 1945 ke naskah aslinya, pengampu mata kuliah hukum perancangan undang-undang ini menegaskan, apabila hal itu akan dilakukan tentu saja diperlukan poin-poin penting terkait urgensi yang mendasari pengembalian tersebut perlu dilakukan. “Kalau mau melakukan pengembalian naskah UUD asli tentu saja harus menentukan urgensinya. Karena apabila kita tarik mundur bahwa UUD 1945 itu megatur mengenai sistem pemerintahan yang
kuat. Padahal yang sekarang terjadi adalah sistem check and balances dimana tidak ada satu lembaga pun yang memiliki kekuatan super power. Antara lembaga legislatif, eksekutif, dan yudisial memiliki kedudukan yang seimbang yang sesuai dengan makna konstitusi mengenai pembagian kekuasaan,” pungkas Sukardi. Mengenai usulan apa yang disarankan oleh Sukardi tentang konstitusi, dirinya mengatakan apabila saat ini yang paling penting adalah bagaimana pembentuk undang-undang memaknai bunyi konstitusi sesuai dengan konsep kekinian karena konstitusi multitafsir. Penulis : Pradita Desyanti Editor : Nuri Hermawan
ALSA LC UNAIR Raih Juara I Kompetisi Peradilan Semu Nasional free instagram followermake up wisudamake up jogjamake up prewedding jogjamake up wedding jogjamake up pengantin jogjaprewedding jogjaprewedding yogyakartaberita indonesiayogyakarta wooden craft
Sivitas Akademika FH Berikan Penghormatan Terakhir untuk Prof. Rudhi Prasetya UNAIR NEWS – Pada hari Minggu (5/2) lalu, Fakultas Hukum Universitas Airlangga telah kehilangan salah satu Guru Besar Prof. Dr. Rudhi Prasetya, S.H. Almarhum meninggal dunia sekitar pukul 00.35 WIB di ICU Rumah Sakit Darmo pada usia 78 tahun. Hari ini, Kamis (9/2), keluarga besar FH UNAIR mengadakan upacara penghormatan terakhir untuk almarhum. Upacara ini dihadiri oleh para sivitas akademika FH seperti dosen, karyawan dan mahasiswa. Selain itu, turut pula hadir keluarga almarhum serta pimpinan universitas. Upacara dibuka dengan alunan nada oleh paduan suara FH UNAIR dengan menyanyikan lagu Hymne Airlangga dan Padamu Negeri. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan riwayat hidup almarhum. Setelah pembacaan riwayat hidup selesai, salah satu keluarga almarhum memberikan sambutan serta ucapan terimakasih kepada pihak perguruan tinggi. “Almarhum merasa bahwa ia dibesarkan oleh UNAIR. Beliau juga berpesan kepada keluarga agar suatu saat ketika dirinya meninggal, ia ingin mengenakan toga ketika proses pemakaman. Sedemikian besar kecintaannya kepada UNAIR. Terimakasih kepada Universitas Airlangga karena telah membesarkan ayah,” ungkap salah satu putra Prof. Rudhi. Selanjutya Prof. Mochammad Amin Alamsjah Memberikan ungkapan bela sungkawa atas kepergian almarhum. “Satu putra terbaik Universitas Airlangga telah meninggalkan kita. Semoga kita dapat mencontoh beliau,” tutur Wakil III Rektor UNAIR tersebut.
Prosesi acara selanjutnya adalah sambutan Dekan FH UNAIR yakni Prof. Dr. Drs. Abdul Shomad, S.H.,M.H., yang turut mengucapkan bela sungkawa serta menyampaikan kesannya terhadap sosok almahum. “Almarhum pernah menyarankan saya menulis disertasi dengan mengutip serta mengulas ayat Al-Quran tentang bisnis. Beliau adalah ilmuwan yang disegani di Indonesia serta dunia. Beliau juga telah menyiapkan generasi penerus keilmuannya. Prof. Rudhi sosok yang lucu, disiplin, rajin, dan senang menyetir sendiri,” tuturnya. Usai persemayaman, dikebumikan. (*)
jenazah
diberangkatkan
dan
segera
Penulis : Pradita Desyanti Editor: Defrina Sukma S
Guru Besar Fakultas Hukum UNAIR Prof. Rudhi Prasetya Tutup Usia UNAIR NEWS – Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Airlangga Prof. Dr. Rudhi Prasetya, S.H., tutup usia pada usia 78 tahun. Prof. Rudhi menghembuskan nafas terakhir Minggu (5/2) dini hari sekitar pukul 00.35 WIB, di ICU Rumah Sakit Darmo, Surabaya. Salah satu kolega akademik Prof. Dr. Abd. Shomad, S.H.,M.H., yang saat ini menjabat sebagai dekan FH UNAIR mengatakan, almarhum merupakan sosok yang ahli dalam bidang hukum perusahaan. Almarhum juga pribadi yang humoris, disiplin,
serta suka mengemudi sendiri. Dekan yang dilantik tahun 2016 itu memiliki cerita tersendiri mengenai Prof. Dr. Rudhi. “Beliau sangat ahli dan berkualitas dalam bidang hukum perusahaan. Almarhum juga pernah menyarankan saya menulis disertasi dengan mengutip serta mengulas ayat-ayat Al-Quran tentang bisnis,” Ujar Prof Shomad. Ia juga menambahkan, almarhum adalah ilmuwan yang disegani di Indonesia. Hal itu terbukti pada kegigihannya dalam meneruskan generasi penerus keilmuannya. “Prof. Rudhi sosok yang lucu, disiplin, rajin, dan senang menyetir sendiri. Beliau telah menyiapkan generasi penerus keilmuwannya,” tuturnya. Pengukuhan guru besar Prof. Rudhi dilakukan pada tahun 1993. Beliau merupakan salah satu dosen yang pernah mengampu mata kuliah Hukum Perbankan dan Hukum Perseroan. Selain mengajar di FH UNAIR, almarhum juga mengajar di beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Surabaya (UBAYA) dan Universitas Pelita Harapan (UPH). (*) Penulis : Pradita Desyanti Editor
: Binti Q. Masruroh
Dalami Ilmu Hukum Bisnis, FH Adakan Business Week UNAIR NEWS –Pertengahan tahun mendatang, mahasiswa Forum Studi Bisnis (FSB), Fakultas Hukum, Universitas Airlangga berencana mengadakan ajang kompetisi di bidang hukum bisnis. Kompetisi Business Week akan dilangsungkan pada tanggal 5 Mei-7 Mei 2017
dengan tema “Peran Hukum Bisnis dalam Peningkatan Perekonomian Negara.” Business Week UNAIR 2017 (BW UNAIR 2017) adalah ajang kompetisi yang diadakan oleh mahasiswa FSB. FSB sendiri merupakan salah satu badan semi otonom (BSO) yang fokus mewadahi minat mahasiswa dalam mempelajari hukum bisnis. Lomba Business Week ini mencakup kompetisi pembuatan Legal Opinion (LO) dan Contract Drafting dengan tema Persaingan Usaha. Kompetisi ini berlaku bagi seluruh mahasiswa Fakultas Hukum se-Indonesia baik negeri maupun swasta. “Di dalam BW nantinya akan terdiri dari tiga rangkaian acara. Pertama adalah seminar. Tujuannya, untuk menambah pengetahuan para peserta mengenai persaingan usaha. Kemudian, ada pula city trip di Surabaya. Yang paling ditunggu-tunggu adalah kompetisi BW yakni membuat Legal Opinion (LO) serta Contract Drafting,” ungkap Irfan Naufal selaku Ketua FSB. Menurut Naufal, acara BW sudah dipersiapkan jauh-jauh hari oleh panitia. Panitia sudah membuka pendaftaran sejak 1 Februari 2017 lalu. “Pendaftaran BW sendiri sudah dibuka mulai tanggal 1 Februari dan akan ditutup pada tanggal 2 Maret nanti. Sejauh ini panitia telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Semoga di hari H acara berjalan dengan lancar dan sukses,” imbuhnya. (*) Penulis : Pradita Desyanti Editor: Defrina Sukma S
Tetap Rendah Hati Meski Menuai Berbagai Prestasi UNAIR NEWS – Dr. R. Herlambang Perdana Wiratman, S.H.,M.A, merupakan salah satu dosen Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum, Universitas Airlangga yang memulai karirnya sejak 2003. Sebelumnya, laki-laki berkacamata yang akrab disapa Herlambang ini pernah menjadi asisten dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR pada tahun 2001 hingga 2002. Ia mengajar mata kuliah seperti Hukum Perdata, Hukum Dagang, dan Hukum Bisnis. “Sebelum saya mengajar di FH, saya sempat mengajar di FEB UNAIR pada tahun 2001 dan 2002. Waktu itu saya mengajar hukum perdata, hukum dagang, dan hukum bisnis. Namun, sepertinya saya kurang cocok,” ujar Herlambang yang pernah bekerja di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya selama sepuluh tahun. Herlambang menyelesaikan pendidikan sarjananya di FH UNAIR tahun 1998. Pada tahun 2006, Herlambang menuntaskan pendidikan magister Human Rights and Social Development di Universitas Mahidol, Thailand. Sedangkan pendidikan doktor ia tuntaskan di Universitas Leiden, Belanda pada tahun 2014. Ia bercita-cita menjadi dosen sejak ia duduk di bangku sekolah menengah atas. Sang guru dan kakek menjadi inspiratornya pada saat itu. “Dulu ada guru PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) yang sering menceritakan kisah-kisah kemanusiaan, pluralisme, toleransi, dan lainnya. Nah, itu yang menurut saya menarik dan menginspirasi, setidaknya para diri saya untuk menjadi guru atau dosen yang bahkan tidak terpikir saat itu. Kemudian dulu kakek saya juga merelakan rumahnya di Wuluhan, Jember untuk kegiatan pendidikan seperti menjahit, cara bertani yang baik dan sebagainya,” tutur Herlambang. Berbagai penelitian pernah dilakukan Herlambang. Tercatat,
tidak kurang dari 74 penelitian telah dipublikasikan dalam bentuk karya ilmiah, jurnal maupun buku. Beberapa publikasi terbarunya antara lain “Mempertimbangkan Kembali Orientasi Gerakan Bantuan Hukum di Indonesia” yang diterbitkan dalam jurnal Veritas et Justitia, Vol. 2, No. 2 (2016), milik FH Universitas Parahyangan. Ada pula tulisannya berjudul “Legal Pluralism in The Context of Social Movement”, edisi terjemahan dari naskah Simarmata tahun 2013 dalam buku berjudul “Pluralisme Hukum: Sebuah Pendekatan Interdisiplin”, tahun 2016. Di luar profesinya sebagai dosen, Herlambang aktif dalam berbagai asosiasi akademik di antaranya Southeast Asian Human Rights Studies Network (SEAHRN) sebagai anggota sekaligus pendiri. Herlambang juga menjadi ketua pada beberapa asosiasi seperti Serikat Pengajar HAM Indonesia (SEPAHAM), Asosiasi Filsafat Hukum Indonesia (AFHI) tahun 2013-2014, dan Pusat Studi Hak Asasi Manusia (HRLS) FH UNAIR. Selama karirnya, Herlambang pernah mendapat hibah penelitian dari Australian-Netherlands Research Collaboration, Belanda, pada tahun 2012. Ia juga mendapat hibah penelitian dari SHAPE Research tahun 2015-2017, dan masih banyak lagi prestasi Herlambang. Herlambang dikenal sebagai pribadi yang sederhana meski telah menorehkan berbagai prestasi. Selain itu, tidak jarang dirinya membela kaum yang tertindas meskipun ia tidak pernah memberi label aktivis untuk dirinya sendiri. Penulis: Pradita Desyanti Editor: Defrina Sukma S
Perkaya Wawasan Hukum Koleksi Khusus FH UNAIR
di
UNAIR NEWS – Tak begitu banyak yang tahu, Fakultas Hukum Universitas Airlangga memiliki pusat literatur berupa koleksi khusus. Koleksi khusus yang terletak di FH UNAIR, berisi referensi seputar hukum, baik dalam versi cetak, maupun karya rekam profesional dengan sistem yang baku. Salah satu koleksi lawas yang dimiliki yaitu peraturan perundang-undangan sumbangan dari Belanda. Koleksi Khusus FH UNAIR ini tak ubahnya seperti perpustakaan pada umumnya. Hanya saja, di dalamnya terbatas menyediakan literatur yang berkaitan dengan hukum, baik buku, jurnal, maupun referensi lainnya. Salah satu unit bagian akademik FH ini sudah berdiri cukup lama, yakni sejak tahun 1985. Tujuan utamanya, memberikan layanan prima untuk pemenuhan kebutuhan informasi kepada sivitas akademika UNAIR, baik mahasiswa, dosen, maupun karyawan. Koleksi khusus ini terletak di lantaii 1 Gedung A, FH, menghadap ke barat. Tepatnya, di bagian belakang gedung A FH UNAIR. Pada lantai satu terdapat beberapa ruangan, diantaranya ruang informasi, lobby, tesis dan disertasi, ruang video conference, bilik kerja mahasiswa, ruang jurnal & majalah, laboratorium penelitian dan buku ajar. Di lantai dua, terdapat ruang koleksi buku teks, ruang referensi, ruang publik, dan ruang pengolahan. Sedangkan lantai terakhir yakni lantai tiga, terdapat ruang koleksi buku kuno dan ruang untuk diskusi. Demi memberikan pelayanan terbaik, ruang koleksi khusus ini buka setiap hari Senin hingga Jumat. Sivitas akademika UNAIR dapat mengunjunginya pada pukul 07.30 sampai 20.00 malam.
Adanya koleksi khusus ini, tentu sangat membantu civitas akademika dalam menunjang kegiatan belajar mengajar mereka. “Kalau ada tugas ya paling enak ngerjainnya di KK FH. Karena tempatnya dekat, literaturnya banyak, dan tentunya nyaman,” ujar Sisis, mahasiswa FH angkatan 2015. (*) Penulis : Pradita Desyanti Editor : Binti Q. Masruroh
Tim Debat FH Kembali Kantongi Juara dalam Kompetisi Debat se-Jatim UNAIR NEWS – Mengikuti kompetisi debat memang sudah menjadi ‘tradisi’ bagi mahasiswa yang tergabung dalam Badan Semi Otonom (BSO) Masyarakat Yuris Muda Airlangga (MYMA) Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Kali ini, tim debat BSO MYMA mengantongi Juara III dalam kompetisi debat se- Jawa Timur yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum, Universitas Narotama, Surabaya. Ada lima mahasiswa delegasi BSO MYMA. Mereka adalah Safira (2016), Malikuzzahir (2016), dan Isyrofah Amaliyah (2014) pada tim debat, serta Thoriq (2016) dan Hanan (2016) pada tim riset. Kompetisi bernama Kompetisi Debat Hukum H.R Djoko Soemadijo ini berlangsung pada 25-27 Januari 2017 dan diikuti oleh 11 perguruan tinggi baik negeri (PTN) maupun swasta (PTS) di Jawa Timur. Sejumlah PTN dan PTS itu adalah UNAIR, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Universitas 17 Agustus Surabaya,
Universitas Trunojoyo Madura, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Negeri Jember, dan beberapa perguruan tinggi lain. Sebelum lomba berlangsung, berbagai persiapan telah dilakukan tim guna menunjang penampilan ketika lomba. Meski hanya berlatih kurang dari satu bulan, namun para delegasi mampu membuktikkan bahwa mereka dapat meraih juara. “Tim kami bangga atas diraihnya Juara III ini. Kami tidak menyangka dengan persiapan yang kurang dari sebulan, dan di samping itu selama dua minggu kita disibukkan dengan ujian, tetapi alhamdulillah kami bisa mendapat juara. Karena usaha tidak akan menghianati hasil,” ungkap Isyrofah selaku ketua delegasi. Dalam melakukan berbagai persiapan untuk lomba, tim debat dibimbing oleh Ekawestri Prajwalita Widiati, S.H., dosen Departemen Hukum Tata Negara UNAIR. Sebelum menempati posisi juara III, Isyrofah dan tim berhasil mengalahkan tim dari Universitas Pelita Harapan, Surabaya, dan Universitas Katholik Darma Cendika, Surabaya. Di babak semifinal, delegasi UNAIR tidak berhasil mengalahkan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, sehingga harus debat melawan Universitas Yos Sudarso, Surabaya. Dari debat kedua tim inilah, delegasi UNAIR memperoleh juara III. Mosi yang diperdebatkan saat penyisihan adalah Penetapan tersangka sebagai obyek pra peradilan dan amandemen ke-5 UUD NRI 1945. Pada babak semifinal, mosinya adalah Perjanjian kawin setelah perkawinan. Sedangkan ketika perebutan juara III, mosi yang diperdebatkan adalah Hak politik TNI Polri. Dari mosi-mosi tersebut para delegasi UNAIR menjadi tim pro sejak babak penyisihan hingga juara III. “Selama lomba berlangsung kami tidak mendapat kendala dan dapat dibilang lancar,” imbuh Isyrofah. (*) Penulis : Pradita Desyanti
Editor
: Binti Q. Masruroh
Terinspirasi Oleh Ayah, Ini Cerita Revy Mengenai Karirnya Menjadi Peselam UNAIR NEWS – Ungkapan ‘buah jatuh tidak jauh dari pohonnya’, nampaknya sangat tepat ditujukan pada Grananda Revy Pratama, peselam asal Fakultas Hukum, Universitas Ailangga. Beragam prestasi dari dunia selam telah ia torehkan, salah satunya adalah meraih 4 medali emas dalam ajang Pekan Olahraga Pelajar Provinsi (Porprov) tahun 2015. Beragam prestasi yang ia dapatkan tak lepas dari profesi sang ayah yang merupakan seorang pelatih renang. Sejak kecil, Revy terbiasa melihat sang ayah melatih atlet-atlet dan pergi ke luar kota ketika ada lomba renang. “Dulu saya sering melihat bapak dan murid-muridnya, yang kebanyakan adalah atlet, berlatih di kolam renang. Waktu kecil kalau lihat bapak sedang melatih, aku jadi ingin ikut renang,” ujar Revy, sapaan karibnya. Bermula dari hal itu, tumbuh keinginan Revy untuk ikut-ikutan berlatih renang. Ia mulai mengenal olahraga renang sejak usia empat tahun. “Saya sempat iri ketika melihat bapak dan atletnya yang mengikuti lomba renang, bisa sekalian liburan. Jadi seolah tumbuh keinginan dari dalam hati untuk menjadi atlet. Awalnya sih seperti itu,” ungkap laki-laki kelahiran 13 Oktober 1997 ini.
Setelah memiliki basic, pada usia 15 tahun Revy memutuskan fokus pada olahraga selam, cabang olahraga yang tidak jauh berbeda dengan renang. Beragam kompetisi pernah diikuti oleh Revy, seperti Kejuaraan Daerah (Kejurda) Selam Jatim sejak tahun 2011 hingga 2016, Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Selam di Jakarta sejak tahun 2012 hingga 2015. Revy juga berpartisipasi pada Porprov Jatim tahun 2013 dan 2015. Dari berbagai kompetisi yang diikuti Revy itu, tak jarang ia mengatongi juara. Revy konsisten dengan karir selamnya dengan melakukan latihan rutin yang terjadwal setiap hari Jumat dan Sabtu. Sedangkan hari aktif pada Senin hingga Jumat, ia gunakan untuk berfokus kegiatan akademik di kampus. Namun beberapa waktu terakhir, jadwal latihan laki-laki yang memiliki tinggi badan 176 cm ini semakin padat. Secara rutin setiap Senin hingga Sabtu, karena bertepatan dengan libur perkuliahan, ia melakukan latihan rutin. Meski kegiatan dalam bidang non akademik cukup pendidikan tetap menjadi prioritas Revy. “Saya
padat, selalu
mengingat pesan kedua orang tua, bahwa pendidikan tetap yang utama,” ujar laki-laki yang tergabung dalam sebuah club bernama Pas Aquatic sejak tahun 2011 ini. Alhasil, karena Revy mampu membuktikan bahwa ia tidak pernah mengesampingkan pendidikan, ia selalu mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya. (*) Penulis : Pradita Desyanti Editor : Binti Q. Masruroh
Mahasiswa FH Juarai Ajang Pemilihan Puteri Indonesia Jatim 2017 UNAIR NEWS – Fatma Ayu Husnasari, mahasiswa semester tujuh Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga berhasil menjuarai ajang pemilihan Puteri Indonesia Jawa Timur (Jatim) tahun 2017. Pemilihan berlangsung Jumat malam (6/1) di Rama Ballroom – Wyndham Hotel (d.h. Pullman), Surabaya. Berbagai tahapan telah Fatma lewati, mulai dari mengikuti workshop bertajuk Smart, Independence & Creative, melakukan proses pendaftaran, dan dilanjutkan dengan sesi photoshoot. Fatma dan 11 finalis lainnya dari berbagai kota di Jawa Timur, juga mengikuti karantina selama dua hari terhitung sejak Kamis – Jumat (5-6/1). Fatma bercerita, ketika proses karantina, setiap finalis melakukan unjuk bakat dan deep interview yang dinilai oleh dewan juri. Saat unjuk bakat, Fatma menampilkan kebolehannya dalam menabuh drum. Fatma yang saat ini tengah menyelesaikan skripsi, mengaku tidak ada persiapan khusus sebelum mendaftar PI Jatim. Keikutsertaannya dalam PI Jatim dapat dikatakan secara tibatiba. Meski demikian, Fatma merupakan orang yang menyukai tantangan, sehingga ia akan mencoba banyak hal dan membekali dirinya dengan kegiatan positif guna membentuk pribadinya. “Tidak dapat dilupakan bahwa untuk turut serta dalam kompetisi ini bukan sesuatu yang instan. Ada proses yang harus saya jalani,” ujarnya. Sebelumnya, di tahun 2014, gadis yang memiliki tinggi badan 173 cm ini pernah menjadi Diajeng Kota Blitar. Ia juga menjadi Duta Lalu Lintas Jawa Timur (Jatim) di tahun yang sama. Pada
tahun 2015, ia memperoleh Juara Harapan II Raki Jatim. Tidak hanya itu, prestasi akademik kerap kali dikantongi Fatma, seperti Juara III National Moot Court Competition Piala Mahkamah Agung 2014, Juara II Mahasiswa Berprestasi FH tahun 2014, dan Juara III Mahasiswa Berprestasi FH tahun 2015. Selain itu, ia sempat menjadi Delegasi Lomba Debat Nasional Padjajaran Law Fair 2015 serta Delegasi pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah Law Fair 2015. Di FH UNAIR, Fatma tergabung dalam kegiatan mahasiswa Badan Semi Otonom (BSO) Asian Law Studens Association (ALSA) dan Masyarakat Yuris Muda airlangga (MYMA). Ia juga menjadi mentor Pembinaan Baca Al-Qur’an (PBA) tahun 2014 dan 2015. Nilai Indeks Prestasi Semester (IPS) yang diperoleh Fatma pun selalu cumlaude. Berbagai capaian di dunia modeling juga telah diraih Fatma. Seperti Finalis Top Guest majalah AnekaYess tahun 2012 dan Semifinalis Wajah Femina 2016. Ia juga sempat membintangi beberapa iklan, seperti iklan provider Telkomsel. Sosok inspiratif yang menjadikan Fatma hingga dalam posisi ini adalah sang ibunda. Fatma mengaku, ibunda lah yang membimbing ia sejak kecil. Sosok ibunda juga selalu menemani Fatma ketika mengikuti berbagai ajang perlombaan mulai dari model, mayoret drumband, lomba MTQ, dan lomba-lomba lainnya. “Saya ditinggal sama bapak sejak TK umur 5 tahun. Ibu saya adalah single fighter. Mendidik kedua anak perempuannya untuk tetap tegar dan mandiri tidaklah mudah. Apa yang saya lakukan ini untuk ibu. Bagi saya ibu nomor satu. Ibu yang membimbing saya dari kecil dan ikut wira-wiri ketika saya ikut lomba maupun kegiatan lainnya,” ungkap Fatma. (*) Penulis : Pradita Desyanti Editor : Binti Q. Masruroh