Memahami Khotbah Yesus di Nazareth Luk 1:1‐4 Luk 1:14‐30 oleh P. Otello Pancani, sx
Yesus memaklumkan YUBILEUM tahun rahmat Tuhan
1
2
Luk 1: 1- 4 Luk 1: 14 - 30
Yesus memaklumkan YUBILEUM tahun rahmat Tuhan 3
"Roh Tuhan ada pada‐Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk … memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang! "
4
5
6
7
8
9
Tujuan perjumpaan‐perjumpaan kita adalah lebih mengenal Pribadi Yesus. Semakin kita mengenal Yesus semakin kita mengenal juga wajah dan hati Allah, Bapa Yesus. Dampaknya dalam hidup kita adalah rasa bebas dan damai yang semakin mendalam. Tahun ini adalah Tahun Liturgi C. Pada hari‐hari Minggu selama tahun ini kita ditemani oleh Penginjil Lukas – penginjil kerahiman Allah. Kalau di Tahun Liturgi A, kita ditemani oleh Penginjil Matius, dan di Tahun Liturgi B, oleh Penginjil Markus di Tahun Liturgi C, kita ditemani oleh Penginjil Lukas. Hari ini kita coba memahami 2 momen dari Injil Lukas: momen pertama adalah pembukaan injil Lukas (Luk 1:1‐4). momen kedua adalah khotbah Yesus yang pertama di tempat asalnya, Nazareth. (Luk 4:16‐30) Mari kita lihat kedua momen ini satu per satu, sebagaimana disampaikan oleh penginjil Lukas. Tapi, sebelumnya mari kita lihat – secara singkat ‐ Siapaka penginjil Lukas dan kepada siapa Lukas mengalamatkan karyanya. 10
PENGINJIL LUKAS, SIAPA? dan kepada siapa Lukas mengalamatkan karyanya ?
11
PENGINJIL LUKAS, SIAPA ? Dari studi terkini, nampak bahwa Lukas adalah seorang RABI. Siapakah seorang RABI? Kata Rabi berarti Tuan‐ku. Rabi adalah orang awam yang sepanjang hidupnya menekuni studi tentang Sabda Allah dalam dua bentuknya: Tertulis dan lisan. Diyakini bahwa Musa di atas gunung Sinai menerima Sabda Allah – Hukum Taurat – dalam dua bentuk: Tertulis dan lisan. Sabda Allah yang tertulis terdapat pada kedua loh batu: Tuhan berfirman kepada Musa, "Datanglah kepada‐Ku di atas gunung dan tinggallah di sana, maka Aku akan memberikan kepadamu loh batu, yakni hukum dan perintah, yang telah Kutuliskan untuk pengajaran bagi bangsa itu.“(Kel 24:12) Dan Sabda Allah dalam bentuk lisan suka disebut: TALMUD. Talmud merupakan penjabaran Hukum Taurat yang tertulis itu. DalamTalmud dijelaskan bagaimana penerapan sabda Allah secara detail, terperinci dalam hal‐ihwal kehidupan sehari‐hari. Rabi adalah orang awam yang sepanjang hidupnya menekuni studi tentang Sabda Allah dalam dua bentuknya: Tertulis dan lisan. 12
Dan pada usia 40 th – yang pada waktu itu – sdh merupakan usia yang lanjut – ia ditahbiskan menjadi rabi lewat ritus penumpangan tangan. Dengan menerima ritus penumpangan tangan diayakini bahwa roh Musa menanungi si rabi itu. Sejak itu kaum Rabi menjadi “magisterium” institusi agama Yahudi. Seorang Rari kebal salah. Di Israel tak ada orang yang lebih penting dari pada seorang rabi. Rabi lebih penting dari pada raja, bahkan lebih penting juga dari pada imam besar – meski imam besar itu diyakini adalah wakil Allah di dunia – sebab ajaran rabi adalah sabda Allah sendiri. Dalam Talmud tertulis bahwa kata‐kata rabi adalah kata‐kata Allah. Diayakini bahwa rabi adalah satu‐satunya penafsir resmi sabda Allah. Bahkan lebih dari itu. Diayakini bahwa ajaran seorang rabi lebih berwibawa dari pada wibawa sabda Allah yang tertulis, sehingga kalau ada ayat dari kitab suci yang kurang jelas, tafsiran yang diberikan oleh rabi lebih penting dari sabda Allah yang tertulis, dan yang harus diikuti adalah penafsiran dan ajaran rabi. – Dalam satu kata saja: Rabi mempunyai mandat ilahi. (Mrk 1:22) Dan LUKAS adalah seorang RABI ! Dan TEOFILUS SIAPA ? 13
Penginjil Lukas telah menghasilkan sebuah karya dalam dua bab: Bab pertama adalah apa yang disebut Injil dan Bab kedua adalah adalah apa yang disebut Kisah para rasul. Dari karyanya – Injil dan Kisah para rasul – nampak bahwa Lukas adalah seorang rabi yang eminen dari segi intelektual. Ia adalah seorang sastrawan dan teolog yang unggul yang memahami betul sejarah dan tradisi bangsanya, bangsa Israel. Lukas mengawali injilnya dengan menulis: Teofilus yang mulia, banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa‐peristiwa – yaitu Yesus dan ajarannya ‐ yang telah terjadi di antara kita, ‐adalah seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu ‐ dengan seksama dari asal mulanya ‐ aku mengambil keputusan untuk mem‐buku‐kan‐nya dengan teratur bagimu, Teofilus, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar. (Luk 1:1‐4)
14
Teofilus yang mulia ... Lukas mengalamatkan karyanya kepada seorang yang bernama Teofilus. Dan Lukas menyapa Teofilus itu dengan gelar “yang mulia” Teofilus “yang mulia” “yang mulia” adalah sebuah gelar yang dikhususkan oleh Lukas dalam kisah para rasul bagi orang penting dalam masyarakat, seperti para gubernur. Kata TEOFILUS terdiri dari 2 kata: TEO dan FILEO. TEO yang berarti ALLAH dan FILEO yang berarti BERSAHABAT. Teofilus berarti sahabat Allah – atau – yang dikasihi Allah. TEOFILUS ini, siapa? ‐ Hasil studi terkini mengatakan bahwa Teofilus adalah anak ke‐3 Imam Besar Hana, mertua Imam Besar Kayafas. Dan Teofilus sendiri adalah Imam Besar yang menjabat sebagai imam besar antara th 37‐41 ses M. Jadi Lukas mengalamatkan KARYANYA kepada seorang imam besar, yang keluarganya telah memainkan peranan penting dalam perisitwa Yesus dari Nazaret. Lukas menitipkan pesan bahwa Teofilus, Imam Besar itu, tertarik oleh peristiwa Yesus dan ajarannya, maka ia minta dari Rabi Lukas informasi lebih lanjut. Maka rabi Lukas menaggapi permintaan Teofilus, imam besar itu. 15
Lukas sendiri berada dalam situasi seperti kita. Maksudnya, Lukas tidak hidup sezaman Yesus. Ia tak pernah berjumpa dengan Yesus. Ia termasuk generasi murid‐murid Yesus yang ketiga. Ia tertarik sama pribadi Yesus dan ajaranNya, maka – katanya: “aku menyelidiki segala peristiwa itu ‐ dengan seksama dari asal mulanya" ‐ Lukas dapat melakukan itu sebab di antara murid‐ murid Yesus, masih hidup saksi mata yang pernah berjumpa dengan Yesus yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman – dan sekarang Lukas meneruskan kepada Teofilus – imam besar itu – data‐data ‐ “seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka.” Kemudian Lukas “mengambil keputusan untuk mem‐buku‐kan‐nya dengan teratur bagimu, Teofilus, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.” Dalam karyanya yang dialamatkan kepada imam besar Teofilus, Lukas mencantumkan beberapa nama Imam besar dan tokoh‐tokoh lainnya – jumlahnya sekitar 50 orang – yang kebanyakannya dikenal oleh Teofilus, maka Teofilus bisa mencek kebenarannya, kalau informasi Lukas punya dasar atau tidak.
16
Lukas menulis satu karya dalam Dua Bab: Injilnya serta Kisah para Rasul. Tujuan: supaya engkau, Teofilus, dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu “yang diajarkan” kathch,qhj (katekeses) kepadamu sungguh benar. Ternyata Teofilus, imam besar itu, punya interes pada Yesus, sehigga dikatekisasi oleh rabi Lukas. Secara singkat, apakah materi atau topik‐topik yang disampaikan oleh Lukas kepada Teofilus yang mulia itu dan bagaimana telah distrukturkannya? Atau – dengan kata baku yang dipakai oleh pakar kitab suci ‐ apakah Rencana Teologis Penginjil Lukas dalam menulis karyanya kepada Teofilus? Sampai beberapa puluhan tahun yang lalu para penginjil ‐ Markus, Matius, Lukas dan Yohanes – dianggap orang yang ber‐pengetahuan terbatas. Setelah dianalisa karya mereka, orang menyadari bahwa para penginjil itu adalah sastrawan dan teolog yang unggul. Disadari pula bahwa masing‐masing penginjil telah menyusun injilnya – pesan Yesus satu dan sama itu ‐ dengan mengikuti suatu Rencana Teologis tersendiri dan masing‐ masing penginjil mempergunakan teknik‐teknik sastra tersendiri dalam menyampaikan pesannya. 17
Apakah yang dimaksudkan dengan Rencana Teologis? Pesan Yesus yang diwartakan oleh para penginjil itu adalah satu dan sama, yaitu, bahwa Allah BapaNya, mencintai masing‐masing manusia sebagai anaknya. Namun cara, rumusan, teknik‐teknik sastra yang dipakai berbeda, terutama mengingat kebutuhan komunitas yang ditujui. Rencana Teologis Penginjil Lukas Dalam “katekese” kepada Teofilus, Lukas merasa perlu menyampaikan beberapa hal penting: 1. Lukas mengatakan bahwa Allah mempunyai suatu rencana untuk menyampaikan kasihNya kepada manusia. 2. Rencana itu dilaksanakan Allah dalam 3 tahap. Tahap 1. adalah Perjanjian Lama (janji Allah) Tahap 2. adalah Peristiwa Yesus – peristiwa hidup Yesus dari kelahiran s/d kebangkitannya Tahap 3. adalah Gereja. Zaman Gereja. Lukas mengatakan bahwa ketiga tahap itu terkait dan bersinabungan satusama lain. Tetapi pusatnya tetap KRISTUS, TUHAN. Maksudnya: Perjanjian Lama mencapai kepenuhannya dalam diri Kristus, Tuhan. 18
Perjanjian Lama itu ibarat satu jalan, atau banyak jalan yang mengantar kepada satu tujuan saja: Yesus, Kristus, Tuhan. Lalu dari Yesus terpancarlah Gereja yang “keluar menuju dunia” ‐ misinya adalah dunia. Pusatnya tetap Yesus, Kristus,Tuhan. Zaman Gereja adalah zaman “Kristus‐Tuhan”, yang berkarya di dalam dan melalui murid‐muridNya. Zaman Gereja adalah zaman: “KRISTUS‐GEREJA”. Zaman Gereja itu sangatlah penting bagi Lukas. Zaman Gereja itu mengandung kekayaan yang besar, sebab dalam dirinya hadirlah kembali peristiwa hidup Yesus dengan kepenuhan yang sama, dengan kesempatan yang sama bagi manusia utuk memperoleh keselamatan. Dalam zaman Gereja – tetap hadir dan tetap berkarya – tokoh‐tokoh yang sama yang berperan dalam hidup Yesus, yaitu, Roh Kudus, Sabda Allah, Tuhan Yesus yang hidup mulia, Murid‐murid, Ke 12 rasul dan Maria, ibu Yesus! Artinya: Hidup Yesus berkesinambungan dalam hidup Gereja!
19
Topik‐topik yang digemari oleh Lukas adalah: •Kemiskinan, •Perhatian terhadap manusia yang terpinggirkan dan •Kerahiman ilahi.
Itulah Rencana Teologis Penginjil Lukas! Dengan mengetahui Rencana/Strategi Teologisnya, bacaan Injil Lukas akan bersinarlah dengan terang baru dalam hati kita!
20
Lukas menulis kepada seorang yang bernama Teofilus dan mengatakan bahwa “banyak orang” pernah menyusun suatu berita tentang peristiwa‐peristiwa yang telah terjadi di antara kita... yaitu tentang Yesus dan ajaranNya. – Di antara “banyak orang itu” yang sebelum Lukas sudah menulis tentang Yesus dan ajrannya ada Markus. Penginjil Markus. Kalau kita buka kitab suci, injil pertama yang kita temukan adalah Injil Matius. Akan tetapi injil pertama yang telah ditulis bukan injil Matius, melainkan injil Markus. – Dan Markuslah yang telah menciptakan sastra injil. Urutannya – menurut terbitnya – adalah: Markus, Matius, Luka dan Yohanes. Lukas menulis injilnya, di mana 2/3 dari bahan injilnya diambil dari penginjil Markus. – Jangan terkejut, Lukas tidak menyontek, melainkan mempergunakan bahan dari Markus dan dikemas dengan cara tersendiri untuk menjawab kebutuhan komunitasnya yang ditujui. Itu suka disebut: Rencana teologis. Apakah yang dimaksudkan dengan Rencana Teologis? Kita ulangi: Pesan Yesus yang diwartakan oleh para penginjil itu adalah satu dan sama, yaitu, bahwa Allah BapaNya, mencintai masing‐masing manusia sebagai anaknya. Namun cara, rumusan, teknik‐teknik sastra yang dipakai berbeda, terutama mengingat kebutuhan komunitas yang ditujui. 21
CATATAN Lukas telah menyelidiki dasar imannya “aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya untuk mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan sungguh benar.” Menyelidiki dasar iman kita – untuk mengerti dasar iman kita, ITU PERLU DAN MERUPAKAN HAK MANUSIA! Memang kita akan percaya, tetapi kita perlu dan wajib mengetahui mengapa kita percaya. – Suatu iman yang “menelan bulat” segala yang diajarkan tanpa menyelidiki apa yang diajarkan itu, nampak suatu iman besar, tapi sebenarnya tidak. St Agustinus telah mengatakan: Fides quaerens intellectum = Faith seeking understanding = Iman berikhtiar untuk mengerti. Kemudian St. Anselmus – bertitik tolak dari pernyataan St Agustinus yang di atas ini ‐ suka mengatakan, ”Credo ut intelligam = I believe so that I may undertand = saya percaya supaya aku dapat mengerti. Dan sebaliknya: Intellego ut credam = I think so that I may believe = Saya menyelidiki untuk memahami agar aku dapat percaya. Lihat juga Ensiklik Paus Yoh Paulus II: Fides et ratio = iman dan dan akal budi. 22
Setelah dibekali oleh informasi‐informasi yang di atas ini, mari kita memasuki Momen yang kedua ‐ yaitu ‐ khotbah Yesus yang pertama di tempat asalnya, Nazareth. (Luk 4:16‐30)
khotbah Yesus yang pertama di tempat asalnya, Nazareth. (Luk 4:16‐30)
23
24
Pembacaan Inji Lukas, 4 : 14.16‐21 14 Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. 16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan‐Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. 17 Kepada‐Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka‐Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: 18 "Roh Tuhan ada pada‐Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang‐orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang‐orang tawanan, dan penglihatan bagi orang‐orang buta, untuk membebaskan orang‐orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." 20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada‐Nya. 21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata‐Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
25
Lukas menulis: 14 Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Istilah “kuasa Roh” berarti “seluruh daya kasih Allah, napas dan kehidupan Allah” yang telah dicurahkan dalam hati Yesus ketika telah dibaptis oleh Yohanes pembaptis. (Luk 3:21‐22) Kuasa Roh itu menggerakkan Yesus. 16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan .... Nazareth, terdapat di pegunungan Galilea. Studi terkini – berdasarkan penemuan arkeologi – mengatakan bahwa penduduk Nazareth pada waktu sekitar 300 orang. Masyarakat Nazareth orang miskin lagi diperas oleh pajak raja Herodes dan oleh penjajah Roma. Masyarakat Nazareth terkenal sebagai gerilyawan yang panas (Kis 5:37). Setiap saat mereka siap angkat senjata untuk mengusir penjajah Roma. Mereka antusias mendengar bahwa Yesus, orang mereka, berjalan ke‐liling seluruh Palestina sambil melakukan perbuatan‐perbuatan ajaib. Itulah mesias yang mereka nanti‐nantikan untuk memimpin revolusi dan menjadikan Israel penguasa bangsa‐bangsa.
26
16 … dan menurut kebiasaan‐Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Perhatian! “kebiasaan Yesus pada hari Sabat masuk ke rumah ibadat” ‐ tidak berarti bahwa Yesus pada hari sabat biasa pergi ke rumah ibadat untuk mengikuti ibadah. Melainkan ketika Yesus pergi ke tempat ibadat ‐ punya kebiasaan membaca dari Alkitab. Para penginjil tak pernah mengatakan bahwa Yesus – satu kali pun ‐ pergi ke rumah ibadat atau ke kenisah di Yerusalem untuk berdoa atau untuk beribadah., melainkan hanya untuk mengajar. 17 ... Kepada‐Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka‐Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis .... Di sini Yesus menyalahi ketentuan yang ditetapkan oleh Institusi agama Yahudi. Untuk mengerti apa yang telah dilakukan oleh Yesus, perlu kita ingat bahwa – di Israel dijalankan siklus trienial dalam membaca Alkitab. Gereja Katolik belajar dari orang Israel kebiasaan itu, sehingga Konsili Vatikan II – 1962‐1965 ‐ menetapkan agar siklus trienial dalam membaca alkitab itu djalankan juga dalam Gereja Katolik. Maka sejak Konsili Vat II kita punya Tahun Liturgi A – B – C 27
Jadi di tempat ibadat itu sudah ditentukan bacaan tertentu untuk hari sabat tertentu. Mereka mengadakan 2 bacaan. Bacaan pertama dari kitab Taurat dan bacaan kedua dari kitab nabi‐nabi. Tetapi Yesus tidak membaca bacaan yang telah ditentukan untuk hari itu, melainkan Yesus mencari bacaan lain dan setalah menemukannya Ia berdiri hendak membacanya... Terjemahan “Ia menemukan nas” – benar. Namun untuk mengerti maksud Lukas dengan kata “menemukan “ perlu ingat bahwa Lukas pakai kata “eureka”! Dalam bhs yunani “eureka” berarti “menemukan” setelah orang ‐ di sengaja ‐ telah mencari. Eureka adalah kata seruan yang digunakan untuk melambangkan penemuan suatu hal. Kata ini berasal dari bahasa Yunani “Εuρηκα” = "Eureka!" yang berarti "Aku telah menemukannya." Seruan ini terkenal karena digunakan oleh Archimedes. Ia mengucapkan kata "Eureka!" ketika ia masuk kedalam bak mandi dan menyadari bahwa permukaan air naik, sehingga ia menemukan bahwa berat air yang tumpah sama dengan gaya yang diterima tubuhnya. Ia dikatakan gencar untuk membagi penemuannya hingga ia berlari telanjang di Syracuse, kotanya! Archimedes telah menemukan karena ia telah mencari. 28
Demikian juga Yesus. Yesus telah menemukan nas Yesaya, karena telah dicariNya. Tapi dengan berbuat demikian Yesus menyalahi ketetapan liturgi yang resmi. Lukas menulis: 17 Kepada‐Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka‐Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: 18 "Roh Tuhan ada pada‐Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang‐orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang‐orang tawanan, dan penglihatan bagi orang‐orang buta, untuk membebaskan orang‐orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.“ Yesus berhenti di sini. Titik! Tetapi teks nabi Yesaya tidak berhenti di sini, ada juga “dan memberitakan hari pembalasan Allah kita.” Nubuat Yesaya ini sangat populer dan dikenal oleh semua lapisan masyarakat sebab berbicara tentang Utusan Allah, yaitu tentang Mesias. Mesias yang terurapi itu datang untuk melakukan misinya. Dan Misinya – menurut tradisi Israel ‐ adalah membebaskan bangsa Israel dari penjajahan orang kafir – Roma ‐ dan menegakkan kerajaan Israel, yang berarti menjadikan Israel bangsa adikuasa dengan menaklukkan segala bangsa kafir. Itulah maksudnya “memberitakan hari pembalasan Allah kita.” (Yes, 61:1‐2.) 29
hari pembalasan Allah kita” 30
Dan bagaimana dengan “hari pembalasan Allah kita, sebagaimana dikatakan oleh nabi Yesaya? – Yesus tidak menyetujui pernyataan nabi Yesaya itu. Maka perkataan itu tidak diucapkan oleh Yesus. Sebab dengan Yesus dimulai relasi baru antara Allah dan manusia. Allah, Bapa Yesus, tidak menjadi sekutu dengan bangsa Israel untuk membinasakan para musuhnya dan menjadikan Israel bangsa yang adikuasa: kerajaan Israael. Yesus tidak datang untuk membalas dendam atau untuk membinasakan musuh‐ musuh, sebab Yesus tidak memusuhi siapa‐siapa. Yesus datang bukan untuk membunuh orang, melainkan untuk menghidupkan orang. Ia menyerahkan hidupnya agar manusia memperoleh kehidupan dalam kepenuhannya dan kebahagiaan dalam kepenuhannya . Yesus tidak datang untuk menegakkan kerajaan Israel, sebagaimana dimengerti oleh masyarakat Nazareth. Yesus datang untuk menegakkan kerajaan Allah, atau kerajaan surga. Memberi kesempatan kepada Allah untuk meraja.
31
Kerajaan Allah, atau Kerajaan surga maknanya persis sama. Markus dan Lukas pakai kata “Allah”. Matius pakai istilah “surga” bukan “Allah” sebab Matius adalah orang Israel dan menulis injilnya untuk komunitas yag terdiri dari orang‐orang Israel. Orang Israel – sebagai tanda kehormatan – tidak menulis dan tidak mengucapkan nama “Allah” – gantinya mereka pakai sebuah simbol: surga. Kerajaan Allah atau kerajaan surga tidak berarti “kerajaan di dalam surga” yaitu kerajaan setelah manusia mati. Kerajaan Allah atau kerajaan surga menurut Matius – bukanlah suatu kerajaan setelah manusia mati, melainkan adalah masyarakat baru, masyarakat alternatif yang dibangun Yesus di dunia ini. Dunia punya logika sendiri. Logika dunia mengatakan bahwa ¾ kalau saya mau menjadi orang sukses saya harus berkuasa dan menundukkan orang lain melayani kepentingan saya; ¾ saya harus kejar harta dan uang sebanyak mungkin hanya untuk diri saya, dan ¾ saya harus menggeser siapa saja yang merintangi jalan saya menuju sukes menjadi manusia nomor satu di dunia, juga lewat pembunuhan moril, yaitu fitnah, atau pembunuhan fisik. – Inilah orang yang sukses menurut logika dunia. 32
Dunia punya logika sendiri. Logika dunia mengatakan bahwa ¾ kalau saya mau menjadi orang sukses saya harus berkuasa dan menundukkan orang lain melayani kepentingan saya; ¾ saya harus kejar harta dan uang sebanyak mungkin hanya untuk diri saya, dan ¾ saya harus menggeser siapa saja yang merintangi jalan saya menuju sukes menjadi manusia nomor satu di dunia, juga lewat pembunuhan moril, yaitu fitnah, atau pembunuhan fisik. – Inilah orang yang sukses menurut logika dunia. Yesus juga punya logika sendiri. Yesus punya logika dan kriteria tersendiri yang ditawarkan kepada manusia kalau manusia mau menjadi orang yang terealisir, orang yang dewasa dan bebas. Logika dan kriteria yang ditawarkan Yesus, adalah: ¾ melayani terdorong oleh kasih ¾ berbagi apa yang dimiliki ‐ mulai dari kekayaan kepribadian, pengetahuan pun pula harta dan uang – sebatas kemampuan untuk mengurangi penderitaan sesama dan untuk mendukung kehidupan dan kebahagiaan sesama. ¾ menjadi yang terakhir terdorong oleh kasih. Menjadi yang terakhir berarti bahwa tak ada satu orang pun yang saya kucilkan dari relasi saya dan tak ada satu orang pun yang saya anggap lebih rendah dari saya. 33
Logika dan kriteria Yesus, tidak diwajibkan dan tidak dipaksakan. Hanya ditawarkan. Mengapa Yesus hanya menawarkan pesanNya? Mengapa Yesus tidak menetapakan ajarannya dengan ancaman dan dengan hukuman, kalau pesannya ditolak? Sebab pesan Yesus adalah eu‐angelion = kabar baik = yang menjawab kebutuhan hati manusia yang terdalam. Pesan Yesus bukan doktrin melainkan kasih sayang Allah Bapa‐Nya yang mencintai setiap manusia senantiasa, tanpa syarat, dan satu arah, … apa pun tanggapan manusia. Allah, Bapa Yesus, hanya berikan jawaban kasih kepada manusia. Makin besar penolakan manusia, makin besar pula kasih sayangNya. Dan, berbahagialah orang yang menyambut kasih sayang Bapa yang dihadirkan oleh Yesus, sebab ia akan menjadi orang yang terealisir, orang yang dewasa dan orang yang bebas. Jika manusia menutup dirinya terhadap penawaran kasihNya, Yesus tidak mengancam, hanya menangisi dia sebagai orang yang tak akan bahagia. Hidupnya akan hampa, yang tak terealisir, seperti sampah… 34
Logika Yesus dan logika dunia dalam membangun hidup manusia saling mengeliminir ‐ Tak ada kompromi. Jelaslah bahwa Yesus – dalam menjalankan misiNya sebagai Mesias – tak akan melayani logika dunia, sebagaimana dibisikkan kepadaNya oleh Setan di padang gurun. Kita akan saksikan Orang Nazareth antusias mendengar bahwa Yesus, orang mereka, berjalan keliling seluruh Palestina sambil melakukan perbuatan‐perbuatan ajaib. Itulah mesias yang mereka nanti‐nantikan untuk memimpin revolusi dan menjadikan Israel penguasa bangsa‐bangsa. Ternyata mereka keliru. Sebab Yesus bukan mesias yang datang untuk membunuh orang, untuk melenyapkan nyawa orang untuk berkuasa, melainkan Ia adalah mesias yang menyerahkan nyawanya untuk menyelamatkan nyawa orang lain, untuk mengurangi penderitaan manusia, untuk mendukung kehidupan dan kebahagiaan manusia. Orang Nazareth yang antusias menyambut Yesus – dalam sekejap mata mereka menjadi agresif dan mau membunuh Yesus. Maka jelaslah bahwa masyarakat Nazareth dan juga bangsa Israel ‐ salah orangnya. Salah Mesias. Mesias yang mereka nantikan bukan itu! Yesus tidak memenuhi aspirasi mereka! Mereka kesal dan marah …. Yesus mengkhianati aspirasi nasionalis bangsaNya. Mari kita ikuti saat‐saat yang terakhir di tempat ibadat di Nazaret pada hari itu. 35
Lukas mencatat, bahwa dalam tempat ibadat di Nazareth itu: … semua orang itu “memberikan kesaksian melawan Dia” dan mereka heran akan kata‐kata yang indah yang diucapkan‐Nya … … “memberikan kesaksian melawan Dia” ‐ Dalam teks kita tertulis: Dan semua orang itu “membenarkan Dia”. Lukas pakai istilah “martireo = martir= saksi. Kesaksian bisa merupakan kesaksian yang mendukung atau kesaksian yang melawan. Dalam situasi yang tercipta oleh sikap Yesus di tempat ibadat di Nazareth – mereka tidak memberikan kesaksian untuk membenaran dia, untuk mendukung Yesus, melainkan untuk “melawan Yesus” ‐ Sebab: orang Nazareth mengharapkan dari Yesus – sebagai mesias – tindakan untuk memusnahkan musuh. Tetapi Yesus berbicara tentang kasih bagi semua orang, bahkan bagi musuh juga. Sehingga mereka heran akan kata‐kata yang indah yang diucapkan‐Nya ini … Maka semua orang itu “memberikan kesaksian melawan Dia” –
36
Dan kata mereka: "Bukankah “Ia ini” anak Yusuf?“ ‐ Mereka tidak meragukan bahwa Yesus adalah anak Yusuf, sebab penginjil sudah mengatakan bahwa mereka tahu bahwa Yesus anak Yusuf. Dalam kebudayaan Israel, anak adalah dia yang bukan saja lahir dari ayahnya tetapi juga yang menyerupai ayahnya dalam perilaku. Masyarakat Nazareth mengenal Yusuf, dan Yusuf dikenal sebagai orang yang berhaluan nasionalis seperti mereka dan siap mempergunakan kekerasan untuk melawan penjajah. – Lalu pertanyaan mereka "Bukankah Ia ini anak Yusuf?“ Kalau Yusuf orang seperti ini mana bisa punya anak seperti Yesus? Akan tetapi Yesus daripada berikan penjelasan untuk menenangkan hati mereka, malah ia memanaskan situasi dengan mengangkat sebuah pepatah yang umum di antara mereka. Yesus berkata, "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada‐Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri‐Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal‐Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!“ Artinya,” Bantulah bangsamu sendiri! Bebaskanlah bangsamu dari orang kafir –orang Roma – yang menjajah kami selama 70 tahun!”‐ Bagi orang Nazareth sudah tiba waktunya bagi Yesus untuk bertindak sebagai Mesias yang mereka nanti‐nantikan, yaitu sebagai Mesias yang angkat senjata dan melenyapkan musuh‐musuh Israel. 37
Mereka mengharapakan balasan, tetapi Yesus berbicara tentang kasih Bapanya yang universal, yang meng‐global. Yesus memang orang baik, tapi betul‐betul bukan seorang diplomatik. Dari pada coba menenangkan hati para hadiri, malah Ia memprovokasi mereka dengan mengangkat dua peristiwa, yang mau dilupakan oleh orang Israel. Katanya: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. 26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. 27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu." 28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Artinya: Yesus seperti Elia dan Elisa telah diutus Bapa bukan hanya untuk bangsa Israel melainkan untuk segala bangsa.
38
Lewat dua contoh tadi, Yesus berusaha membantu masyarakat Nazareth beralih dari 'kerajaan Israel' kepada 'kerajaan Allah', yaitu, membuka hatinya ...pada "kasih yang universal, yang meng‐global", yang merangkul juga orang kafir dan orang musuh, seperti telah dilakukan oleh nabi Elia yang menyelamatkan dari kelaparan bukan seorang Israel, melainkan seorang ibu janda dari Libanon, dan oleh nabi Elisa yang menahirkan dari kusta bukan seorang Israel, melainkan Naaman, orang Siria. Orang Libanon dan Surya adalah orang kafir lagi musuh Israel. Ini betul‐betul membuat mereka marah. Maka Warga Nazareth bangkit hendak membunuh Yesus sebagai pengkhianat agama, tradisi Yahudi dan aspirasi rakyat. Mendengar itu sangat marahlah semua orang itu, yang bangun hendak membunuh Yesus. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah‐tengah mereka, lalu pergi.
39
Dengan demikian khotbah Yesus berakhir secara dramatis. Kali pertama Yesus berkhotbah di Nazareth, tempat ia dibesarkan, masyarakat berikhtiar membunuh Yesus. Hati mereka tertutup pada kasih yang universal yang dihadirkan dan yang ditawarkan oleh Yesus. Kasih yang universal Yesus, dibalas dengan kebencian yang universal pula.
40
41
42
43
Lukas menulis: Setelah Yesus masuk tempat ibadah di Nazareth, Yesus berdiri hendak membaca dari kitab suci. 17 Kepada‐Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka‐Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: 18 "Roh Tuhan ada pada‐Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang‐orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang‐orang tawanan, dan penglihatan bagi orang‐orang buta, untuk membebaskan orang‐orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.“
44
Apakah yang perlu dicatat di sini? Dalam programNya yang di atas ini – yang akan dijalankan selama hidupNya ‐ Yesus tidak menyebut nama Allah, pun pula Ia tidak mengatakan bahwa Ia diutus utk mengajar bagaimana manusia harus berdoa, harus berliturgi, beribadah, agar Allah merasa disembah, dihormati dan dimuliakan. Nama Allah tidak dicantumkan sama sekali. Dalam programNya itu hanya Ia cantumkan kebutuhan manusia: orang‐orang–miskin ‐ orang‐orang tawanan ‐ orang‐orang buta ‐ orang‐orang yang tertindas. Nampak bahwa: Keprihatinan Yesus bukanlah kemuliaan Allah, melainkan kebutuhan manusia. Programnya bukan mengajar manusia berelasi dengan Allah, melainkan berelasi dengan manusia dan dengan manusia yang menderita. Pertanyaan adalah: Kapan Allah merasa dihormati dan dimuliakan? Allah sudah pernah menunjukkan caranya, jauh sebelum Yesus datang, melalui suara nabi‐nabi, seperti nabi Yesaya.
45
Dengarlah apa yang dikatakan Tuhan kepadamu, "Sangkamu Aku suka akan semua kurban yang terus‐menerus kaupersembahkan kepada‐Ku? Aku bosan dengan domba‐domba kurban bakaranmu dan lemak anak sapimu. Darah sapi jantan, domba dan kambing tidak Kusukai. Siapa menyuruh kamu membawa segala persembahan itu pada waktu kamu datang beribadat kepada‐Ku? Siapa menyuruh kamu berkeliaran di Rumah Suci‐Ku? Percuma saja membawa persembahanmu itu. Aku muak dengan baunya. Aku benci dan tak tahan melihat kamu merayakan Bulan Baru, hari‐hari Sabat dan hari‐hari raya serta pertemuan‐pertemuan keagamaan. Semua itu kamu nodai dengan dosa‐dosamu dan merupakan beban bagi‐Ku; Aku sudah lelah menanggungnya. Apabila kamu mengangkat tanganmu untuk berdoa, Aku tak mau memperhatikan. Tak perduli berapa banyak doamu, Aku tak mau mendengarkannya, sebab dengan tanganmu itu kamu telah banyak membunuh. Tegakkanlah keadilan dan berantaslah penindasan; berilah kepada yatim piatu hak mereka dan belalah perkara para janda.“(Yes 1:10‐17) Jelas! Allah tidak merasa dihormati, dimuliakan oleh perayaan liturgi, oleh ibadah, oleh persembahan, oleh novena, oleh devosi, oleh doa yang dilakukan setiap malam pukul 01:00 …. 46
Allah merasa dihormati dan dimuliakan apabila manusia dihormati dan dimuliakan! Lalu, apakah masih perlu berdoa, beribadah ….? Berhubungan dengan Tuhan melalui doa, ibadah, devosi‐devosi, novena‐novena …. mutlak, untuk memperoleh kekuatan guna mampu melayani manusia. Ibadat itu sendiri, biar meriah dan angun, kalau tidak menghasilkan perbuatan kasih belum memuliakan Allah, "Sangkamu Aku suka akan semua kurban yang terus‐menerus kaupersembahkan kepada‐Ku? Siapa menyuruh kamu membawa segala persembahan itu pada waktu kamu datang beribadat kepada‐Ku? Aku benci dan tak tahan melihat kamu merayakan hari‐hari Sabat dan hari‐hari raya serta pertemuan‐pertemuan keagamaan. Tegakkanlah keadilan dan berantaslah penindasan; berilah kepada yatim piatu hak mereka dan belalah perkara para janda.“ ‐ NB. Pada waktu itu yatim piatu dan janda adalah orang yang paling lemah dalam masyarakat sebab mereka tidak punya seorang lelaki yang melindungi mereka. Yatim piatu tidak punya ayah dan janda tidak punya suami.
47
Dengan Yesus telah terjadi perubahan besar, dalam arti bahwa bukan manusia harus mempersembahkan dirinya beserta miliknya kepada Allah untuk memuliakan Allah, sebab Allah‐lah mempersembahkan diri kepada manusia, agar manusia bersama Allah dan seperti Allah mempersembahkan diri berserta milikynya untuk membantu sesama manusia. Kita tidak diminta mencintai Allah, melainkan kita diminta mencintai seperti Allah mencintai. Mencintai manusia seperti Allah mencintai manusia. Setelah membasuh kaki murid‐muridNya Yesus bersabda, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. (Yoh 13: 34) Perhatikan! Yesus tidak mengatakan,”Sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus mengasihi Aku!” Yesus tidak minta agar kita mencintai Dia, melainkan Yesus minta agar kita mencintai seperti Ia mencintai: sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.
48
TAHUN RAHMAT TUHAN Yesus diutus untuk memberitakan “tahun rahmat Tuhan telah datang” Kepada orang Nazareth Yesus mengatakan” "Roh Tuhan telah mengurapi Aku, dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan “tahun rahmat Tuhan telah datang." Tahun rahmat Tuhan, apakah itu? Tahun rahmat Tuhan adalah Tahun Sabat. Tahun rahmat Tuhan atau Tahun Sabat , ada kaitan dengan sejarah bangsa Israel. Apakah yang terjadi dalam sejarah Israel? Terjadi bahwa ketika orang‐orang Israel telah memasuki tanah Kanaan,(=tanah terjanji), tanah itu telah dibagi menurut ke 12 suku, dan setiap suku membaginya menurut masing‐masing klannya dan klannya menurut masing‐masing keluarga. Dalam kebudayaan bangsa israel ‘memiliki tanah’ sangatlah penting, sebab orang yang memiliki tanah ia dapat menghidupi keluarga, ia bermartabat dan ia mempunyai reputasi dan wibawa dalam masyarakat. Tanah berarti hidup, martabat, reputasi yang baik dan wibawa. 49
Setelah beberapa generasi, terjadi bahwa tanah itu jatuh dalam tangan beberapa orang yang lincah dan serakah, sedangkan yang lain kehilangan tanah yang pernah mereka warisi. Mereka ini dirampas tanahnya dengan kekerasan, dan tak berdaya untuk memperolehnya kembali. Tetapi kehendak Allah adalah,”Jangan ada orang miskin di antaramu” (Ul 15:4) Maka supaya tidak ada orang miskin di antara mereka dalam kitab Imamat ditetapkan adanya: Tahun Sabat. Tuhan minta agar Tahun Sabat diselenggarakan dalam dua versi : versi yang mini dan versi yang besar. Tahun Sabat – versi yang mini ‐ dirayakan tiap 7 tahun. Versi yang besar dirayakan tiap 50 tahun, yang disebut Yubileum. Selama Tahun Sabat itu dicita‐citakan empat hal: ¾ tanah tidak dikerjakan, ¾ hutang dihapuskan, ¾ tanah dikembalikan kepada pemiliknya yang semula, ¾ dan budak dibebaskan.
50
Tuhan berfirman, “Selanjutnya engkau harus menghitung tujuh tahun sabat, yakni tujuh kali tujuh tahun; sehingga masa tujuh tahun sabat itu sama dengan empat puluh sembilan tahun.” “Kamu harus menguduskan tahun yang kelima puluh, dan memaklumkan kebebasan di negeri itu bagi segenap penduduknya.” Itu harus menjadi: Tahun Yobel (Yubileum) bagimu, dan kalian harus masing‐masing pulang ke tanah miliknya dan kepada kaumnya.(Im 25:8‐10) Dalam Tahun Yobel (Yubileum), ladang harus dipulangkan kepada orang yang menjualnya kepadanya, yakni kepada orang yang mula‐mula memiliki tanah itu. (Im 27:24)
51
Yobel berarti domba jantan, yang tanduknya dikelola sehingga dapat dipakai sebagai sangkakala
52
53
54
CATATAN: ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾
Yubileum mendapat makna dari tiga kata bahasa Hibrani: DARI kata Yobel. Yobel berarti domba jantan, yang tanduknya dikelola sehingga dapat dipakai sebagai sangkakala; DARI kata Yobil. Yobil – yang berarti: memanggil ‐ umat agar berhimpun; DARI kata Yobal. Yobal – yang berarti: pembebasan. Sesuai dengan bab 25 kitab Imamat, di mana: Umat Israel diminta membunyikan Yobel – sangkakala setiap 49 tahun untuk Yobil = memanggil umat Israel agar berhimpun untuk mengumumkan Yobal = pembebasan bagi seluruh umat.
Yubileum itu adalah... “hari sabat” yang berlangsung selama satu tahun penuh! Tahun Sabatikal ! 55
Yesus mengumumkan, "Roh Tuhan ada pada‐Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” Roh Tuhan: Roh berarti nafas, berarti hidup, energi hidup. Orang Israel sangat konkrit. Mereka katakan: selagi orang bernapas, ia masih hidup. Kalau orang sudah tidak bernapas lagi, ia sudah mati. Jadi Roh Tuhan berarti napas Tuhan, berarti kehidupan Tuhan, energi hidup Tuhan. Allah itu adalah kasih. Maka Roh Allah adalah daya kasih Allah, kemapuan kasih Allah. CATATAN Roh itu jika datang dari Allah disebut “kudus”. Kata ‘kudus’ berarti terpisah. Maka kegiatan Roh Allah adalah “menguduskan, memisahkan” manusia dari yang negatif agar terbuka pada yang positif, agar membangun hidupnya atas nilai‐nilai yang positif. Yesus mengatakan: Roh Tuhan ada pada‐Ku. Mengapa ia tidak mengatakan Roh “Kudus” ada padaKu? – Sebab Yesus tidak perlu ‘di‐kudus‐kan’ yaitu dipisahkan dari ‘yang negatif’ yang berkaitan dengan dosa.
56
Roh jika tidak datang dari Allah disebut roh“najis” atau roh“jahat”. Dalam injil yang dimaksudkan dengan roh“najis” atau roh “jahat” adalah segala sesuatu yang menghalangi manusia menerima pesan Yesus, antara lain ideologi politik yang fanatik, nasionalime yang fanatik atau juga fanatisme agama. Orang yang fanatik agama, orang yang mabuk dan fanatik nasionalime pada waktu itu dikatakan bahwa ia dikuasai oleh roh jahat atau roh najis. Kata Yesus, "Roh Tuhan ada pada‐Ku”‐ artinya, seluruh daya kasih Allah menaungi Yesus untuk memberitakan YUBILEUM telah datang! Jadi YUBILEUM membawa kerahiman Allah ke dalam hati manusia. membawa belas kasih Allah dalam relasi manusia satu sama lain. Kerahiman tidak sama dengan Belas kasih Kerahiman menerjemahkan kata splagcni,zomai = splangk‐nizomai splangk berarti = rahim seorang ibu. splangk‐nizomai = berarti – ‘tergerak oleh kerahiman” dan merupakan suatu tindakan yang khusus yang dapat dilakukan hanya oleh Allah dalam Perjanjian Lama dan oleh Yesus dalam Injil, sebab berarti: “membangkitkan kehidupan di mana kehidupan tidak ada” seperti dilakukan oleh Yesus yang menghidupkan anak sulung seorang ibu janda di Nahin (Luk 7:13). Lihat juga: Mat 9:36; Mat 14:14; Mrk 6:34;Luk 10:33; Luk 15:20.‐ Manusia hanya bisa berbagi “belas kasih” kepada sesama: perasaan iba atau sedih melihat orang lain menderita. Manusia tidak mampu membangkitkan kehidupan di mana kehidupan tidak ada.
57
Rangkuman tentang YUBILEUM. Tahun Yubileum ditetapkan agar “di tengah umatKu jangan ada orang miskin.” Tujuan Yubileum adalah menegakkan keadilan di tengah Bangsa Israel, supaya semua lapisan myarakat dapat menikmati kesejahteraan. Pemakluman program Yesus, tujuannya hanya itu: menyampaikan kabar baik kepada orang miskin … orang tawanan … orang buta … orang tertindas …. “untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan,” yaitu TAHUN YUBILEUM "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." Artinya: Dengan kedatangan Yesus, Yubileum itu tidak hanya terjadi setiap 50 tahun, melainkan terjadi "pada hari ini“ yaitu menjadi aktual setiap hari, apabila manusia menerima LOGIKA Yesus: berbagi, melayani, menjadi yang terakhir terdorong oleh kasih, untuk mengurangi penderitaan sesama, untuk mendukung kehidupan dan kebahagiaan manusia. Tujuan TAHUN YUBILEUM adlah: kesejateraan dan kebahagiaan manusia, sebagai buah keadilan.
58
YUBILEUM KERAHIMAN Tingkat dunia Maka Paus Fransiskus telah memaklumkan Tahun Yubileum Kerahiman dengan tema:”Wajah Kerahiman” ‐ yang telah dimulai pada tgl 8 Desember 2015 – pada HUT ke 50 Konsili Vatikan II ‐ dan akan ditutup pada tgl 26 November 2016. Merayakan Tahun Yubileum berarti: ¾ menyadari bahwa kita dirahmati bukan setimpal dengan jasa‐kepantasan‐kesalehan kita melainkan setimpal dengan kebutuhan dan kelemahan kita. ¾ Kita dilimpahi kasih, kerahiman dan pengampunan oleh Allah, Bapa Yesus, agar kita bersama Allah dan seperti Allah kita teruskan kepada sesama kasih, kerahiman dan pengampunan yang kita alami dari Allah, sehingga melalui kita, semua orang yang kita jumpai mengalami sentuhan kasih, kerahiman dan pengampunan Bapa. Dengan demikian diharapkan agar relasi antar manusia dijiwai oleh kasih, kerahiman dan pengampunan Bapa. TAHUN PERSEKUTUAN [KOINONIA] tingkat Keuskupan Padang Bapa Uskup kita Mgr Martinus Dogma Situmorang, OFMcap telah memaklumkan tahun 2016 sebagai Tahun persekutuan [koinonia] untuk seluruh keukupan Padang. Persekutuan [koinonia] adalah buah pertama yang dipetik dan dinikmati dari pohon 59 kerahiman.
YUBILEUM KERAHIMAN Tingkat dunia KARYA‐KARYA BELAS KASIH RAGAWI dan ROHANI Paus Fransiskus dalam BULLA (= dekret) pemakluman Yubileum yang berjudul WAJAH KERAHIMAN, pada no. 15 menulis: Keinginan saya sungguh bernyala‐nyala agar, selama Yubileum ini, umat Kristiani merenungkan dan melakukan karya‐karya belas kasih ragawi dan rohani. Karya‐karya belas kasih ragawi dan rohani, Masing‐masing sebanyak 7 karya. Karya‐karya belas kasih ragawi: 1. Memberi makan kepada orang yang lapar, 2. memberi minum kepada orang yang haus, 3. memberi pakaian kepada orang yang telanjang, 4. memberi tumpangan kepada orang asing, 5. merawat orang sakit, 6. melawat orang yang ada dalam penjara, dan 7. menguburkan orang mati. 60
61
KE – 7 KARYA BELAS KASIH ROHANI ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ ¾
memberi nasihat kepada orang yang bimbang, mengajar orang yang kurang pengetahuan, menasihati orang berdosa, menghibur orang yang berdukacita, mengampuni orang yang bersalah kepada kita, bersikap sabar dengan orang‐orang yang rewel, mendoakan semua orang, yang hidup dan yang mati.
62
63
Paus Franskus mengingatkan kita dengan mempergunakan kata Santo Fransiskus dari Sales, uskup Jenewa ‐ Swiss
"di saat hidup kita terbenam, kita akan dinilai atas dasar kasih.“
64
65
YUBILEUM DALAM 7 POINT YANG DITENTUKAN OLEH PAUS FRANSISKUS UNTUK MEMPEROLEH INDULGENSI YUBILEUM 1 ‐ MEMPEROLEH INDULGENSI YUBILEUM untuk umum Perlu: ¾ berziarah ke pintu suci di Roma atau di keuskupan sendiri. menerima sakramen rekonsilisasi ¾ mengikuti Perayaan Ekaristi ¾ berdoa menurut intensi bapa suci 2 ‐ UNTUK ORANG SAKIT dan JOMPO ¾ indulgensi dapat diperoleh dengan mengikuti Perayaan Ekaristi via Radio atau TV 3 ‐ UNTUK ORANG DI PENJARA indulgensi dapat diperoleh dengan: ¾ mengikuti Perayaan Ekaristi di kapel di penjara. ¾ Pintu suci yang perlu dilewati adalah pintu selnya itu sendiri. 66
4 ‐ KARYA RAGAWI dan ROHANI ¾ orang yang melakukan sendirian salah satu dari ke 7 karya belaskasih ragawi atau rohani, ia memperoleh indulgensi penuh. 5 ‐ BAGI ORANG YANG TELAH MENINGGAL ¾ Indulgensi penuh dapat diperoleh juga untuk orang yang telah meninggal dengan memenuhi syarat‐syarat di No. 1 di atas. 6 ‐ ABORTUS Orang yang telah melakukan ABORTUS untuk memperoleh indugensi penuh perlu: ¾ menyesali sikap yang tertutup terhadap penyambutan kehidupan. ¾ Bapa suci sadar bahwa abortus dialami sebagai drama eksistensial dan moral. ¾ semua imam diberi kuasa untuk memberikan absolusi untuk abortus. 7 – KOMUNITAS IMAM‐IMAM St. PIUS X [Lefevrian] ¾ absolusi penuh bagi anggota‐anggota komunitas itu dapat diperoleh dengan: mengaku dosa kepada imam‐imam mereka. 67
68