|
205
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 205 | MEI 2013
“... jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.” 1 Timotius 6:17
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: UOB a/c 003 005 657-1 BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 205: (dalam urutan abjad) Alex Lim, Alfred Jobeanto, Andree Kho, Anggiat M. Pandiangan, Chang Khui Fa Elok Chrisinar, Esther Santoso, Ie David, Lanjarsari Tandjung, Liem Sien Liong Lim Supianto, Liona Margareth, Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung Tan Hai Hwa, William Liem Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga
K
enaikan Tuhan Yesus ke sorga merupakan peristiwa yang sangat penting bagi kekristenan. Peristiwa ini menyatakan suatu kebenaran teologis yang sangat indah dan mendasar bagi kelangsungan iman jemaat-Nya. Kebenaran teologis apa sajakah itu? 1. Kenaikan-Nya ke sorga menyatakan bahwa segala kuasa, baik di sorga maupun di bumi, telah diberikan kepadaNya (Mat. 28:19). Realitas pernyataan Tuhan Yesus ini disingkapkan dalam peristiwa penganiayaan orang Yahudi terhadap Stefanus, di mana ia melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Allah (Bapa). Istilah “duduk di sebelah kanan Allah Bapa” menyatakan, bahwa Yesuslah Pemegang kekuasaan (Kis. 7:56). Demikian Paulus menyatakan, bahwa setelah kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus Kristus menerima kemuliaan-Nya (Flp. 2:9-11). 2. Kenaikan-Nya ke sorga “menyediakan tempat” bagi mereka yang percaya kepada-Nya; bahwa mereka akan selama-lamanya bersama dengan Tuhan dalam kehidupan kekal (Yoh. 14:1-3). Realitas ini menyatakan sebuah jaminan yang pasti akan kehidupan yang kekal orang percaya, sebab tidak ada kehidupan kekal, tanpa Yesus Kristus (Yoh. 6:47, 11:25-26). 3. Kenaikan-Nya mendahului realitas karya Allah Roh Kudus bagi orangorang percaya, yang menyertai, menghibur, dan menjadi meterai bagi mereka. Naiknya Yesus Kristus ke sorga, menunjukkan karya Allah Roh Kudus dinyatakan secara luar biasa. Itu sebabnya, ketika Tuhan Yesus akan naik ke sorga, Ia berpesan kepada murid untuk menantikan menantikan turunnya Roh Kudus (Yoh. 16:7; Kis. 1:8; Ef. 1:13-14). 4. Kenaikan-Nya menunjukkan bahwa Dialah yang akan datang kembali dan menghakimi semua orang. Dialah Hakim yg adil, yang memberikan hidup kekal bagi mereka yang percaya dan memberikan hukuman kekal bagi mereka yang tidak percaya kepada-Nya (2 Tim. 4:8, bdk. Yoh. 14:3, 28, Kis. 1:11, 2Tes. 2:8). 5. Kenaikan-Nya menyatakan peran orang percaya dalam menjalankan misi Allah di dunia, yaitu “menjadikan segala bangsa murid Tuhan Yesus” (Mat. 28:1920). Ketika Kristus akan naik ke sorga, saat itulah dimulainya kebangunan rohani gereja Tuhan yang perdana, yang sangat berpengaruh, baik bagi orang Yahudi maupun non-Yahudi (Kis. 2). 6. Kenaikan-Nya ke sorga menyatakan karya ke-imam-an-Nya yang Agung, yang melebihi ke-imam-an Harun; bahkan Ia menjadi Imam Agung bagi kita yang turut merasakan pergumulan hidup kita (Ibr. 4:14). Dari paparan teologis di atas, mungkin kita masih bisa menjumpai kebenaran teologis yang mengikuti kenaikan Tuhan Yesus ke sorga dari sejumlah data Alkitab. Namun semua pemaparan ini menunjukkan bahwa iman kita di dalam Kristus Yesus memiliki janji dan kebenaran yang pasti. Karena itu, bersyukurlah dan setialah kepada Tuhan Yesus.
01 RABU
MEI 2013
“Oleh karena … engkau tidak berpegang pada perjanjian dan segala ketetapan-Ku yang telah Kuperintahkan kepadamu, maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu.” (1 Raja-raja 11:11)
Bacaan hari ini: 1 Raja-raja 10-11 Bacaan setahun: 1 Raja-raja 10-11
AKHIR YANG MENYEDIHKAN
T
ak dapat disangkal bahwa Raja Salomo adalah orang yang paling berhikmat di muka bumi ini. Ketika ratu Syeba bertemu langsung dengan Salomo, bertanya jawab dengannya serta menyaksikan bagaimana hebatnya Raja Salomo mengatur kerajaannya, maka dia berkata kepada Salomo: “Benar juga kabar yang kudengar di negeriku tentang engkau dan tentang hikmatmu, tetapi aku tidak percaya perkataanperkataan itu sampai aku datang dan melihatnya dengan mataku sendiri; sungguh setengahnya pun belum diberitahukan kepadaku; dalam hal hikmat dan kemakmuran, engkau melebihi kabar yang kudengar” (1Raj. 10:6-7). Begitu terkesimanya ratu Syeba melihat hikmat Salomo, sehingga pada akhirnya dia hanya bisa memuji Tuhan: “Terpujilah TUHAN, Allahmu, yang telah berkenan kepadamu sedemikian, hingga Ia mendudukkan engkau di atas takhta kerajaan Israel! Karena TUHAN mengasihi orang Israel untuk selama-lamanya, maka Ia telah mengangkat engkau menjadi raja untuk melakukan keadilan dan kebenaran” (1Raj. 10:9). Sayang sekali, perkataan bahwa “Ia telah mengangkat engkau menjadi raja untuk melakukan keadilan dan kebenaran” ternyata tidak diperhatikan oleh Raja Salomo. Pasal 11:1-2 mencatat bahwa: “Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het, padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan mereka pun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka” (1Raj. 11:2). Karena perempuan-perempuan ini, Salomo mengizinkan dibangunnya altar penyembahan ilah-ilah asing, seperti Asytoret, Milkom, Baal, Molokh, dan sebagainya (1Raj. 11:5-7), bahkan Salomo ikut menyembah berhala. Karena kelakuannya yang jahat itu, maka Tuhan akan mengoyakkan kerajaannya, dan itu terjadi setelah kematian Salomo. Ini adalah akhir yang menyedihkan. Bagaimana dengan Anda? Berhati-hatilah! STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Raja Salomo mengalami kemerosotan perilaku dalam hidupnya, sehingga tidak berkenan di hati Allah? Pelajaran apa yang Anda dapatkan? Berdoalah kepada Tuhan, agar Ia memberikan kepekaan rohani kepada Anda, sehingga tidak jatuh dalam godaan tipu muslihat Iblis yang membawa Anda jauh dari Tuhan.
02 KAMIS
MEI 2013
“Lalu orang-orang muda yang sebaya dengan dia itu berkata: ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi.” (1 Raja-raja 12:10-11)
Bacaan hari ini: 1 Raja-raja 12:1-24 Bacaan setahun: 1 Raja-raja 12-13
MENDENGARKAN NASIHAT
R
emaja lebih senang mendengarkan pendapat yang diberikan oleh teman sebaya yang merupakan kelompok geng mereka daripada nasihat orangtua mereka sendiri. Mereka berasumsi, teman sebaya lebih memahami dan mengerti dunia mereka, sedangkan orangtua, bagi mereka justru cenderung membatasi keinginan dan kesenangan mereka; karena itu mereka cenderung tidak ingin mendengarkan pendapat atau nasihat orangtua mereka sendiri. Namun, realita berbicara bahwa tidak sedikit remaja yang terjerumus dalam kehidupan yang rusak dan menghancurkan masa depan mereka, justru karena terlalu percaya pada pandangan dan nasihat yang diberikan oleh teman sebaya mereka. Dalam bagian firman Tuhan yang kita baca hari ini, kita juga diperhadapkan dengan realita yang sama. Firman Tuhan mencatat bahwa Rehabeam setelah menggantikan Salomo, ayahnya, menjadi raja atas Israel, maka rakyat datang kepadanya agar diberikan keringan pajak yang selama ini dirasakan terlalu memberatkan kehidupan mereka. Mulanya Rehabeam meminta pendapat dari para tua-tua Israel yang selama ini telah menjabat sebagai pemimpin pada masa pemerintahan Salomo, namun hal ini diabaikan oleh Rebabeam, ia lebih tertarik dengan nasihat orang muda yang dimintai pendapat. Rehabeam, dengan angkuh, sebagaimana nasihat orang muda, berkata: "Ayahku telah memberatkan tanggungan kamu, tetapi aku akan menambah tanggunganmu itu; ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi" (1Raj. 12:14). Akibatnya rakyat Israel memberontak terhadap raja Rehabeam, sehingga kerajaan Israel terbagi menjadi dua. Pengamsal mengatakan: “berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah” (Ams. 9:9). Hari ini, sebagai anak Tuhan, nasihat siapakah yang engkau pandang patut untuk didengar? Jadilah orang bijak yang mau mendengarkan nasihat para orangtua agar engkau bertambah bijak. STUDI PRIBADI: Mengapa Rehabeam lebih mendengarkan nasihat teman sebaya daripada nasihat para tua-tua? Apa akibatnya? Berdoalah bagi anak-anak muda Kristen agar mereka tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang merusak hidup mereka, tetapi mau mendengarkan nasihat orang tua yang bijak untuk takut kepada Tuhan.
03 JUMAT
MEI 2013
“Tetapi pada tahun kelima zaman raja Rehabeam, majulah Sisak, raja Mesir menyerang Yerusalem.” (1 Raja-raja 14:25)
Bacaan hari ini: 1 Raja-raja 14:21-30 Bacaan setahun: 1 Raja-raja 14-15
TIDAK BERTOBAT?
T
erpecahnya kerajaan Israel menjadi dua pada masa pemerintahan raja Rehabeam, tidaklah membuatnya membenahi diri, mengoreksi kebijakannya yang salah, supaya pemerintahannya tidak tambah hancur. Sebaliknya, Rehabeam justru kehilangan pegangan hidup dengan mendirikan tempat-tempat pengorbanan dan tugu-tugu berhala; ia telah melalukan kejahatan di mata Tuhan lebih dari pada segala yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Seharusnya kesalahan yang pernah Rehabeam lakukan pada masa lalu, yang membuat kerajaannya terpecah menjadi dua menimbulkan kesadaran baru dalam hidupnya agar jangan lagi mengulangi kesalahan yang sama. Namun bukan ini yang dilakukan Rehabeam; Alkitab justru mencatat bahwa ia terus berbuat dosa dan melakukan kekejian di mata Tuhan Allah. Pada masa itu rakyat pun tidak bisa menikmati ketentraman hidup; Kerajaan Yehuda (Israel Selatan) yang dipimpin oleh Rehabeam sepanjang masa pemerintahnya terus berperang dengan Kerajaan Israel (Israel Utara) dan juga dengan Mesir. Akibatnya barang-barang perbendaharaan rumah TUHAN juga ikut terampas. Hari ini bila kita boleh sadar akan kesalahan atau dosa yang pernah kita perbuat, janganlah mengeraskan hati dan terus-menerus melakukan kejahatan di mata-Nya. Bertobatlah dan kembali kepada-Nya; agar hidup kita tidak tambah hancur dan terpuruk. Karena orang yang mengeraskan hati akan terus menuai kesengsaraan dan malapetaka dalam hidup, seperti yang dikatakan oleh Pengamsal: “Berbahagialah orang yang senantiasa takut akan TUHAN, tetapi orang yang mengeraskan hatinya akan jatuh ke dalam malapetaka” (Ams. 28:14). Apakah ini sesungguhnya yang Anda cari? Adalah lebih baik jatuh ke tangan Tuhan daripada ke tangan musuh; karena di tangan Tuhan selalu ada anugerah, belas kasihan dan pemulihan. Inilah yang akan dilakukan Tuhan Allah bagi setiap kita yang mau berpaling meninggalkan dosa dan kembali pada-Nya. Bertobatlah dan lakukan yang baik di hadapan-Nya. STUDI PRIBADI: Apa akibat dari orang yang tidak mau berbalik dari jalannya yang salah? Sikap apa yang seharusnya kita lakukan ketika kita telah berbuat kesalahan? Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki kepekaan rohani, sehingga ketika melakukan dosa, mereka segera berbalik kepada Tuhan dan meminta pengampunan-Nya.
04 SABTU
MEI 2013
“Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.” (1 Raja-raja 17:16)
Bacaan hari ini: 1 Raja-raja 17:7-16 Bacaan setahun: 1 Raja-raja 16-18
PEMELIHARAAN TUHAN ATAS HIDUP ORANG PERCAYA
A
lkitab mengajarkan bahwa Allah tidak saja menciptakan isi dunia ini lalu membiarkannya berjalan sendiri. Allah terus-menerus bekerja, memelihara dan mengatur alam semesta ini, sesuai dengan peraturan dan ketentuan-ketentuan dari Allah. Itu sebabnya, Ayub berkata: “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal” (Ayb. 42:2). Bagaimanakah dengan kehidupan orang percaya? Apakah Allah juga memelihara mereka? Kenyataannya, orang percaya bisa bekerja dan memelihara hidupnya sendiri. Namun harus disadari, bahwa di dalam kehidupan orang percaya ada banyak pertolongan Tuhan yang dirasakan dan dialaminya. Pertolongan itu akan semakin dirasakan saat kita menemui kesulitan dan pergumulan hidup, di mana seakan-akan tidak ada jalan keluar untuk semua itu. Hal ini nampak di dalam kisah Elia dan janda di Sarfat. Diceritakan dengan jelas bahwa Tuhan memerintahkan Elia untuk pergi ke Sarfat, di mana seorang janda akan memberi Elia makan (1Raj. 17:9). Pada waktu itu terjadi kelaparan yang hebat, sehingga banyak masyarakat yang hidup kekurangan. Janda ini juga mengalaminya, bahkan ia berkata bahwa setelah memakan persediaan terakhirnya, ia dan keluarganya akan mati (1Raj. 17:12). Namun Elia berkata, “Buatlah terlebih dahulu bagiku,” – dan di dalam kekurangannya, janda ini taat memberi. Ternyata ketika janda ini melakukan seperti yang dikatakan Elia, ia bisa menikmati pemeliharaan Allah; tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang, sebagaimana firman Tuhan yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia (1Raj. 17:16). Pelajaran rohani dari bagian ini adalah bahwa pemeliharaan Allah akan semakin dirasakan jika kita ada di dalam pergumulan dan kesulitan hidup. Ketika pemasalahan seakan tidak ada jalan keluar dan kita menaruh percaya kepada firman-Nya, maka kita akan menemukan kelegaan. Pemeliharaan Allah akan kita alami di dalam hidup kita. STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap kita dalam menghadapi kesulitan hidup? Mengapa demikian? Apakah Allah terlibat dalam segala sesuatu dalam kehidupan kita? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat yang sedang menghadapi kesulitan hidup, agar mereka tetap percaya dan menaruh harapan di dalam Tuhan, dengan tetap mengerjakan yang terbaik dalam hidup mereka.
05 MINGGU
MEI 2013
“Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati…” (1 Raja-raja 19:4)
Bacaan hari ini: 1 Raja-raja 19:1-8 Bacaan setahun: 1 Raja-raja 19-20
MENGALAMI KEPUTUSASAAN
K
etika seseorang mengalami keputusasaan yang hebat, yang mungkin ada di pikirannya adalah segera mengakhiri hidupnya. Hal ini nampak dalam perjalanan kehidupan Nabi Elia. Nabi Elia adalah seorang nabi yang berjuang sungguh-sungguh untuk Tuhan. Ketika ia menghadapi para nabi Baal, ia bisa menunjukkan kuasa Tuhan yang benar, dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh para nabi Baal yang didukung oleh Izebel, istri Ahab. Para nabi tersebut akhirnya mati di tangan Elia (1Raj.18:40). Kematian para nabi Baal ini mendatangkan kemarahan dan dendam yang sangat besar dari Izebel, istri Ahab, kepada Nabi Elia. Izebel membuat suatu ancaman terhadap Nabi Elia dan berjanji akan membunuhnya (1Raj. 19:2). Muncul pertanyaan: “Mengapa Nabi Elia sangat takut menghadapi ancaman itu?” (1Raj. 19:3). KJV menerjemahkan secara berbeda untuk ayat 3, demikian: “Dan ketika ia [Elia] melihat itu, ia bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya.” Istilah “melihat” (ra'ah) diterjemahkan dengan “mempertimbangkan”, atau “melihat dengan seksama”, atau “memperhatikan”. Jadi, Nabi Elia bukannya takut menghadapi ancaman dari Izebel tentang kematiannya, melainkan karena Elia melihat apa yang telah dilakukannya terhadap nabi-nabi Baal, tidak menyebabkan Izebel menyerah, sebaliknya mengancam dia. Maka Elia mengambil keputusan untuk melarikan diri dan menyelamatkan nyawanya, dan pergi ke Gunung Horeb. Di sana ia meminta Tuhan untuk mencabut nyawanya. Tuhan tidak melakukan sebagaimana yang Elia inginkan, sebaliknya Tuhan memberikan Nabi Elia makanan untuk dimakan (1Raj. 19:4-8). Pada umumnya orang Kristen memiliki pergumulan hidup yang hampir sama dengan Nabi Elia, meski masalahnya berbeda. Orang Kristen seringkali putus asa melihat persoalan yang dihadapi tidak kunjung selesai, seolah-olah kuasa Tuhan terbatas dibandingkan dengan persoalannya. Namun percayalah, Tuhan tidak pernah tinggal diam. Ia tahu kapan waktu dan saat-Nya untuk bertindak (Mzm. 37:5-6). STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap Elia dalam menghadapi ancaman Izebel? Bagaimana seharusnya sikap kita saat ancaman dan kesulitan belum juga terselesaikan? Berdoalah bagi jemaat yang menghadapi sakit yang tidak kunjung sembuh, agar imannya tetap kuat dan tekun berserah pada kehendak maupun waktu Tuhan dalam menjawab doanya.
06 SENIN
MEI 2013
“Bangunlah, ambillah kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu, menjadi milikmu, karena Nabot yang menolak memberikannya kepadamu dengan bayaran uang, sudah tidak hidup lagi; ia sudah mati.” (1 Raja-raja 21:15)
Bacaan hari ini: 1 Raja-raja 21:1-29 Bacaan setahun: 1 Raja-raja 21-22
TRAGEDI KEBUN ANGGUR NABOT
S
uatu kali, Ahab, seorang raja dari kerajaan Israel (Samaria) mempunyai sebuah keinginan, yaitu untuk memiliki sebuah kebun anggur yang ada di samping istananya. Ia melihat bahwa kebun anggur tersebut cocok sekali kalau ditanami sayur. Untuk itu ia memohon dengan penuh harap kepada Nabot, pemilik kebun anggur tersebut, agar memberikan kebun anggurnya (ay. 2). Namun keinginannya tersebut tidak terpenuhi, karena Nabot menolaknya. Nabot menolak bukan karena dia tidak mengindahkan permintaan raja, tetapi karena apa yang diminta raja merupakan milik pusaka keluarganya (ay. 3). Sebagai anak yang mewarisi milik pusaka nenek moyangnya, maka sudah merupakan kewajiban bagi Nabot untuk mempertahankannya, sesuai aturan hukum Musa (bdk. Bil. 36:7,9). Saat keinginannya tidak terpenuhi, maka Ahab menjadi kesal hati dan gusar. Ia mutung dan melakukan aksi mogok makan (ay. 4). Rupanya, suasana hati Ahab tersebut telah menarik perhatian Izebel, istrinya (ay. 5). Sebagai seorang istri, Izebel menunjukkan perhatiannya kepada Ahab, suaminya. Ia berjanji akan memenuhi keinginan Ahab untuk memiliki kebun anggur Nabot tersebut (ay. 7). Kemudian dengan kelicikannya, Izebel menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, yaitu merampas kebun anggur Nabot (ay. 8-10). Demikianlah Izebel memenuhi keinginan Ahab yang ditolak oleh Nabot, dengan rekayasa (ay. 14-15). Perbuatan Ahab ini jelas sangat tidak terpuji dan tidak patut untuk kita teladani. Jika kita menginginkan sesuatu, janganlah kita menjadi seorang yang memaksakan kehendak dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan kita. Jauhlah dari kita sikap dan perbuatan yang sedemikian. Tuhan tidak menginginkan hal tersebut. Bahkan Dia murka terhadap orang-orang yang berlaku demikian (ay. 21-24). Sebagai umat Tuhan, marilah kita menunjukkan sikap hati yang takut akan Tuhan dan mengasihi sesama kita. Jika ada masalah selesaikan dengan benar, dan jangan merekayasanya demi keuntungan kita sendiri. STUDI PRIBADI: Mengapa Ahab membiarkan istrinya melakukan rekasaya demi memenuhi keinginannya? Saat keinginan Anda tidak terpenuhi, bagaimanakah sikap Anda? Berdoalah agar kita ditolong Tuhan untuk mempunyai sikap yang benar saat keinginan kita tidak tercapai, dan tetap menunjukkan sikap yang takut akan Tuhan dan mengasihi sesama.
07 SELASA
MEI 2013
“... Bangunlah, berangkatlah menemui utusan-utusan raja Samaria dan katakan kepada mereka: Apakah tidak ada Allah di Israel, sehingga kamu ini pergi untuk meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron?” (2 Raja-raja 1:3)
Bacaan hari ini: 2 Raja-raja 1:1-18 Bacaan setahun: 2 Raja-raja 1-3
CARILAH TUHAN, BUKAN YANG LAIN
S
aat mengalami kesulitan hidup, seringkali kita diliputi oleh perasaan cemas. Kita cemas kalau-kalau kita tidak dapat keluar dari kondisi yang sulit tersebut, atau kondisi yang kita hadapi semakin parah, bahkan berakhir dengan kematian. Demikianlah kira-kira yang sedang dialami dan dirasakan oleh Ahazia, raja Israel, pasca ia mengalami kecelakaan karena jatuh dari kisi-kisi kamarnya (ay. 2). Entah kenapa ia bisa jatuh, kita tidak tahu pasti, tetapi yang jelas ia begitu cemas, khawatir, bahkan takut akan kondisinya. Di dalam kecemasannya, ia mengutus para prajurit kerajaannya untuk meminta petunjuk tentang kepastian, apakah ia akan sembuh atau tidak dari penyakitnya tersebut. Sayangnya, raja Ahazia bersikap salah. Ia mengirim utusannya untuk meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron. Dengan mencari petunjuk kepada Baal, sesungguhnya Ahazia telah menyakiti hati Tuhan. Ia telah membuat Tuhan tersinggung. “Apakah tidak ada Allah di Israel, sehingga kamu ini pergi untuk meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron?” (ay. 3). Di tengah-tengah pergumulan hidup yang kita hadapi, seringkali kita pun bersikap sama dengan raja Ahazia. Kecemasan, kekhawatiran dan ketakutan kerapkali membuat kita mencari pertolongan kepada yang lain dan bukan kepada Tuhan. Kita tanpa sadar telah menganggap Allah tidak ada, dan mencari petunjuk dan pertolongan kepada ilah-ilah, entah itu “orang-orang pintar”, dukun-dukun, paranormal-paranormal, ataupun mengandalkan diri kita sendiri. Perbuatan-perbuatan seperti itu sesungguhnya sangat melukai hati Tuhan, bahkan menimbulkan murka Tuhan kepada kita. Karena itu, janganlah kita berbuat demikian. Marilah kita menghargai dan menghormati keberadaan-Nya di dalam kehidupan kita. Entah apapun kondisi yang sedang kita hadapi, marilah kita menyadari kehadiran-Nya dan mengandalkan-Nya di dalam seluruh pergumulan hidup kita. Carilah Tuhan dan mintalah petunjuk kepada-Nya, dan bukan kepada yang lain. STUDI PRIBADI: Apakah sesungguhnya yang membuat raja Ahazia mati? Bagaimana sikap Anda dalam menghadapi kecemasan dan kekhawatiran hidup? Berdoalah agar setiap kita boleh ditolong Tuhan untuk dapat mempunyai sikap menghormati dan mencari Tuhan saat kita mengalami kecemasan, kekhawatiran, dan ketakutan di dalam kehidupan ini.
08 RABU
MEI 2013
“...Lalu pergilah Naaman dan membawa sebagai persembahan sepuluh talenta perak dan enam ribu syikal emas dan sepuluh potong pakaian.” (2 Raja-raja 5:5)
Bacaan hari ini: 2 Raja-raja 5:1-19 Bacaan setahun: 2 Raja-raja 4-6
RANGKAIAN KESELAMATAN
K
eselamatan adalah suatu peristiwa yang singkat, tapi terus berjalan dengan berbagai proses yang harus dilaluinya. Proses ini meliputi kenyatan-kenyataan yang ada, perasaan-perasaan yang kita alami, iman kita, dan juga buah yang kita tunjukkan. Kisah tentang Naaman mengemukakan ilustrasi akan rangkaian proses yang dialami Naaman, yang membawanya kepada suatu pertobatan yang total. Ada empat hal yang bisa kita pelajari dari perikop ini. Pertama, kondisi Naaman (ay.1-7). Dalam ayat 1-7, kita dapat melihat kegigihan Naaman, dan kondisi tawanan yang memberitahukannya untuk menemui Nabi Elisa. Begitu kontras sekali; Tuhan memakai orang yang sederhana untuk menyampaikan keberadaan-Nya, dan semua komunikasi itu dicatat dalam ayat-ayat di atas. Kedua, momentum Naaman (ay.8-10). Kita dapat melihat waktu Tuhan yang tepat, saat memakai orang yang Dia utus untuk menyampaikan pesan-Nya yang sangat berharga kepada Naaman. Ketiga, pilihan Naaman (ay.11-14). Naaman sangat jengkel, marah, merasa dirinya direndahkan dengan pesan yang disampaikan oleh suruhan Elisa. Dalam ketidakberdayaannya, Tuhan berbicara melalui pegawai Naaman. Dia diperhadapkan pada pilihan yang sulit, namun kita percaya bahwa pilihan Naaman adalah kehendak Tuhan yang sudah menghancurkan keangkuhannya. Keempat, pembersihan Naaman (ay.1419). Ketaatan Naaman pada perintah Allah membawa dia ke suatu tahap dalam pembersihan secara total, baik secara fisik, mental, dan seluruh pribadinya. Dengan ini, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa ketika kita meresponi pesan Allah secara intelektual, afeksi, dan dengan totalitas hidup kita, maka hal itu akan membawa kita pada proses pembersihan total kehidupan kita dari dunia yang penuh dosa ini. Tentunya, segala proses yang dijalani bukanlah karena kepandaian kita, tapi semata-mata karena anugerah-Nya, yang memimpin kita melalui karya-Nya yang ajaib, sehingga kita boleh mendapatkan pembaruan dan perubahan hidup dari-Nya. STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap saat Naaman mendengarkan pemberitahuan dari budak perempuan Israel, yang menjadi pelayannya? Apa hasil dari ketaatan Naaman? Marilah kita memohon kepada Tuhan, agar Ia menjadikan kita peka akan setiap momentum atau kesempatan, di mana kita dapat mendengar pesan Tuhan melalui firman-Nya.
09 KAMIS
MEI 2013
“Lalu berkatalah Elisa: Dengarlah firman Tuhan. Beginilah firman Tuhan: Besok kira-kira waktu ini sesukat tepung yang terbaik akan berharga sesyikal... di pintu gerbang Samaria.” (2 Raja-raja 7:1)
Bacaan hari ini: 2 Raja-raja 6:24-7:20 Bacaan setahun: 2 Raja-raja 7-9
KAIN KABUNG DI BALIK PAKAIAN
D
alam bacaan hari ini, kita melihat bahwa Benhadad, raja Aram itu, merencanakan sesuatu yang benar-benar tidak manusiawi, yaitu mengepung kota Samaria dan membiarkan mereka kelaparan. Bahkan, dari antara rakyat yang kelaparan itu, ada yang mulai melakukan tindakan kanibal (6:28). Begitu menyedihkan dan menyeramkan. Pada waktu raja Israel mengetahui hal tersebut, raja berkabung dengan sedih. Dia mengoyakkan baju kerajaannya, dan terlihat kain kabung yang dikenakannya. Ada tiga hal yang dapat kita pelajari dari perikop ini. Pertama, penghiburan dalam kehadiran Allah. Raja Israel merasakan kesedihan rakyatnya, dan pada ayat-ayat selanjutnya diceritakan bahwa raja menghadap Elisa karena dia tidak dapat melihat kehadiran Allah di dalam situasi ini. Namun, kita melihat Allah tidak meninggalkan penduduk Samaria yang adalah umat-Nya. Ia hadir dan terlibat dalam pergumulan umat-Nya. Demikian juga, Allah hadir dan peduli terhadap kita, ketika kita berada dalam situasi yang buruk. Bahkan ketika kita merasa seolah Tuhan meninggalkan kita, sesungguhnya Ia sedang mengerjakan karya-Nya dalam hidup kita. Itulah sebabnya, sekalipun dalam kelemahan kita, kuasa Allah tetap nyata dan menjadi sempurna. Kedua, kekuatan dalam tindakan Allah. Di dalam kesedihan raja Israel, sebenarnya Allah sudah merencanakan hal yang baik untuk umat-Nya. Kekuatan itu akan nyata jika umat-Nya berpaling dan beriman kepada-Nya. Karena itu, ketika kita dalam pergumulan, tetaplah bersandar dan percaya pada pemeliharaan-Nya. Ketiga, perubahan bersama dengan Allah. Diceritakan pada pasal selanjutnya, ada perubahan tindakan dari sang raja di dalam mengambil keputusan untuk kelangsungan hidup rakyatnya. Suatu transformasi yang bertumbuh di dalam iman kepercayaan kepada Allah akan mendewasakan kehidupan kerohanian mereka. Demikian juga dengan kita, jika kita tetap setia kepada-Nya tatkala pergumulan datang, maka kita akan mengalami pembaruan iman yang semakin dewasa di dalam Dia. STUDI PRIBADI: Bagaimana tindakan Allah dalam menolong penduduk Samaria yang dikepung raja Aram? Bagaimanakah sikap raja Israel dalam menghadapi raja Aram? Berdoalah kepada Tuhan dan mohon kekuatan dari-Nya, agar Anda tetap teguh dalam iman dan melihat pertolongan Tuhan pada waktu-Nya ketika Anda sedang menghadapi kesulitan hidup.
10 JUMAT
MEI 2013
“Tetapi Yehu tidak tetap hidup menurut hukum TUHAN, Allah Israel, dengan segenap hatinya; ia tidak menjauh dari dosa-dosa Yerobeam yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula.” (2 Raja-raja 10:31)
Bacaan hari ini: 2 Raja-raja 10:1-36 Bacaan setahun: 2 Raja-raja 10-12
TUNTAS SAMPAI KE AKARNYA
D
alam 2 Raja-Raja 10 ini kita melihat bagaimana Yehu bersemangat membasmi yang jahat. Ia memusnahkan semua keluarga Ahab sesuai firman yang diucapkan Tuhan kepada Elia (ay. 17), bahkan ia menghapuskan penyembahan Baal dan semua pengikutnya (ay. 18-28). Tetapi sayang, apa yang dilakukan Yehu tidaklah tuntas. Dalam ayat 29 dicatat, “Hanya, Yehu tidak menjauh dari dosa-dosa Yerobeam bin Nebat, yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula, yakni dosa penyembahan anak-anak lembu emas yang di Betel dan yang di Dan.” Ketika seseorang percaya dan bertobat, ia mungkin bertekad meninggalkan dosa-dosa yang lama sebagai wujud kerinduan untuk hidup kudus bagi Tuhan. Ia berhenti berjudi, berhenti merokok, berhenti mabukmabukan, berhenti berbicara kotor dan sebagainya. Tetapi seringkali masih ada kebiasaan-kebiasaan atau hobi lama yang kelihatan sepele, bahkan sikap yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, yang terus dipertahankan dan enggan dilepaskan. Contohnya saja: kemalasan, kebencian, sifat tidak jujur, iri hati, ketakutan, kemarahan, kepahitan hati dan sejenisnya, yang apabila dibiarkan akan membuat hidup kita sebagai anak-anak Tuhan menjadi tidak bisa produktif, bahkan bisa menyakiti orang lain dan menjadi batu sandungan. Hal yang sama terjadi dalam kehidupan bangsa Israel di bawah pimpinan Yehu. Dia memang dengan penuh semangat menghapuskan seluruh orang yang dianggap jahat dan berdosa karena menyembah baal, tetapi ia tidak menghancurkan penyembahan anak-anak lembu emas yang ada di Betel dan Dan. Dia tidak membereskan dengan tuntas masalah dosa di antara umat Tuhan, dan memberikan celah bagi dosa untuk tumbuh dengan subur. Akibatnya, ia membuat bangsa Israel jatuh dalam dosa yang sama lagi, yakni menyembah ilah lain. Karena itu, jangan kita bermain-main dengan dosa. Jikalau dalam hati kita masih memendam kebencian, kepahitan, iri hati, kesombongan, mari kita datang ke hadapan Tuhan untuk memohon pengampunan, dan dengan segera membereskannya. STUDI PRIBADI: Dosa apa yang dilakukan oleh Ahab, sehingga ia dan keturunannya harus dibasmi? Semangat apa yang bisa kita pelajari dari Yehu? Berdoalah agar kita peka dengan dosa sekecil apapun dalam hidup kita, dan kita bisa membereskannya dengan tuntas di hadapan Tuhan, sehingga kita memiliki hidup yang benar-benar berkenan kepada-Nya.
11 SABTU
“Memang engkau telah mengalahkan Edom, sebab itu engkau menjadi tinggi hati. Cukuplah bagimu mendapat kehormatan itu.... Untuk apa engkau menantang malapetaka, sehingga engkau jatuh MEI 2013 dan Yehuda bersama-sama engkau?” (2 Raja-raja 14:10) Bacaan hari ini: 2 Raja-raja 14 Bacaan setahun: 2 Raja-raja 13-14
KESOMBONGAN
R
aja Amazia mengawali pemerintahannya dengan melakukan apa yang benar di mata Tuhan dan mengikuti teladan ayahnya (ay. 3). Sayang, setelah Tuhan menolong dia mengalahkan bangsa Edom, raja Amazia justru menjarah para allah bangsa Edom dan menyembahnya. Tuhan murka dan menyuruh seorang nabi untuk menegurnya, tapi teguran itu diabaikan karena merasa diri hebat dan tidak membutuhkan nasihat (2Taw. 25:14-16). Di dalam kesombongannya, Amazia bahkan kemudian mengirim utusan untuk menantang raja Yoas, raja Israel. Raja Yoas berusaha menasehatinya untuk tidak tinggi hati, tetapi raja Amazia tidak mau mendengarnya. Akibatnya terjadilah perang di antara mereka. Akibat kesombongannya, raja Amazia pun mengalami kekalahan. Bagaimana dengan kita? Berhati-hatilah dengan dosa kesombongan. Dalam Amsal 16:18 telah dikatakan, “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” Bahkan Amsal 16:5 mengatakan bahwa kesombongan merupakan kekejian bagi Tuhan (bdk. Ams.6:16-17, 8:13; Yes. 2:11). Kita semua cenderung untuk menyombongkan diri ketika kita mulai merasa lebih tinggi dari orang lain, dan cenderung memandang rendah orang lain. Orang yang sombong cenderung tak bisa mempercayai orang lain dalam melakukan sesuatu, karena ia beranggapan bahwa tidak ada orang yang dapat melakukan sebaik yang ia lakukan. Ia juga akan merasa sakit hati ketika ada orang lain mampu mengerjakan sesuatu lebih baik daripada dirinya. Intinya, bagi dia, pujian dan sanjungan haruslah ditujukan bagi dirinya. Kesombongan adalah dosa yang sering mengintai anak-anak Tuhan, khususnya ketika mereka berada di puncak keberhasilan. Celakanya, tidak ada seorangpun yang kebal terhadap dosa ini. Oleh karena itu, bila kita sedang berada dalam puncak keberhasilan, kita justru harus menyediakan waktu yang lebih lagi merendahkan diri di hadapan Tuhan serta memohon hikmat dan kekuatan, agar tidak jatuh dalam dosa kesombongan. STUDI PRIBADI: Mengapa setelah sebelumnya hidup benar di mata Tuhan, raja Amazia melakukan yang jahat di mata Tuhan? Apa yang perlu kita waspadai dari hal ini? Berdoalah kepada Tuhan, agar kita peka dengan dosa kesombongan yang seringkali menggerogoti hidup kita. Mohonlah hikmat Tuhan sehingga kita dapat memiliki hidup yang memperkenankan hati-Nya.
12
MINGGU
MEI 2013
“Ahas berumur dua puluh tahun pada waktu ia menjadi raja... Ia tidak melakukan apa yang benar di mata TUHAN...” (2 Raja-raja 16:2)
Bacaan hari ini: 2 Raja-raja 16:1-4, 10-18 Bacaan setahun: 2 Raja-raja 15-16
MENIRU YANG SALAH
M
anusia adalah peniru yang hebat; banyak kreativitas atau inovasi baru timbul dari meniru; misalnya meniru suara dan gerak-gerik binatang, meniru gaya tokoh terkenal, dan lain-lain. Dalam hal rohani, manusia juga diizinkan untuk meniru Tuhan, dan sebagai orang Kristen, haruslah kita hidup menyerupai/meniru Kristus. Maka waspadalah, jangan meniru yang salah seperti yang terjadi pada Raja Ahas. Pertama, Ahas meniru kelakuan raja-raja Israel (ay. 3), seperti dosa Yerobeam, raja pertama di Kerajaan Utara (1Raj. 12:25-33). Yerobeam membuat ibadah baru menurut kehendak hatinya sendir; dia membuat patung dua anak lembu jantan dari emas, meletakkannya di Betel dan di Dan, lalu mengajak rakyatnya menyembah patung/berhala. Yerobeam melantik imam-imam bukan dari suku Lewi, juga menentukan hari-hari raya. Semua ibadah baru yang dibuat Yerobeam adalah kesengajaan yang dirancang untuk melawan semua aturan Tuhan yang diberikan lewat Musa (Kel. 32, Im. 23: 33-44). Kedua, Ahas meniru perbuatan keji orang kafir dalam ibadah mereka (ay. 3-4), yaitu menjadikan ciptaan Tuhan sebagai objek penyembahan, menyembah dewa Baal, juga mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban bakaran untuk dewa. Padahal dengan jelas Tuhan mengharamkan pola penyembahan bangsa-bangsa kafir, tetapi Ahas malah sengaja mengadopsinya dan rela bayar harga untuk penyembahan berhala. Ketiga, Ahas meniru model mezbah dan ibadah bangsa Asyur, dan menggeser mezbah Tuhan (ay. 10-18). Ahas ingin mendapat perlindungan dari Asyur dalam melawan bangsa Aram dan Kerajaan Utara, sehingga dia membuat mezbah seperti milik bangsa Asyur dengan tidak segan-segan membuang mezbah Tuhan. Ini berarti Ahas dengan jelas membuang dan menolak Tuhan sendiri. Ahas bergantung pada Asyur yang akhirnya malah menyesakkannya dengan upeti-upeti, dan menghancurkan citra diri bangsa Yehuda (2Taw. 28:19). Karena itu, hati-hatilah! “Meniru yang salah menjadikan kita sama salahnya dengan yang kita tiru!” STUDI PRIBADI: Apa yang telah Anas lakukan, sehingga Allah tidak berkenan kepadanya? Apa yang Anda dapatkan dari pengalaman hidup Ahas ini? Berdoalah bagi setiap orang Kristen, agar mereka sungguh-sungguh hidup takut akan Tuhan dan hidup berkenan kepada-Nya dengan berlaku setia dan taat perintah-Nya.
13 SENIN
MEI 2013
“Ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa leluhurnya.” (2 Raja-raja 18:3)
Bacaan hari ini: 1 Raja-raja 18:1-8 Bacaan setahun: 2 Raja-raja 17-18
MENIRU YANG BENAR
T
idak seperti ayahnya (Ahas), raja Hizkia justru meniru yang benar. Alkitab mencatat, “Ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa leluhurnya” (ay. 3). Hizkia telah melihat sendiri kelakuan ayahnya yang melawan Tuhan, dan menyaksikan kekejian ayahnya yang mengorbankan anak-anaknya (saudara Hizkia) kepada Baal. Hizkia juga mengamati kebergantungan ayahnya pada raja Asyur, yang justru pada akhirnya menghancurkan citra bangsa Yehuda di mata dunia. Maka Hizkia berketetapan hati untuk tidak meniru ayahnya, melainkan meniru teladan bapa leluhurnya, yaitu Daud, seorang yang diperkenan oleh Tuhan (bdk. Kis. 13:22). Hizkia tidak pernah mengenal Daud secara pribadi, namun ia betulbetul mencari tahu dan mempelajari kehidupan Daud dari catatan sejarah, atau dari sumber-sumber yang ada lainnya. Setelah mempelajarinya, maka bangkitlah kerinduan hatinya untuk meneladani hidup bapa leluhurnya tersebut, dengan percaya dan bersandar kepada Tuhan. Hizkia tidak takut bahwa kehidupan dan imannya akan bertentangan dengan ayahnya sendiri. Sebaliknya, dengan berbuat demikian maka semakin terlihat imannya yang teguh. Ketika tiba kesempatan untuk menjadi raja, maka Hizkia menyatakan imannya dengan lebih berani lagi untuk memulihkan citra/harga diri bangsanya yang sempat terpuruk. Meniru yang benar akan menghasilkan buah yang benar pula. Hizkia melakukan banyak hal rohani yang besar, seperti: (1) Memperbaiki sistem ibadah (2Taw. 29:3-36). Ia menguduskan rumah Tuhan, memfungsikan kembali ke-imam-an dari suku Lewi, menerapkan tata cara ibadah yang diajarkan hukum Musa; (2) Mengadakan perayaan Paskah; (3) Memulai kembali ibadah kepada Tuhan dan menghapuskan penyembahan berhala; (4) Meminta para imam untuk mengajarkan Taurat kepada rakyat. “Dengan meniru yang benar, Hizkia telah kembali memulihkan citra dan membangun kerohanian bangsanya.” Bagaimana dengan diri kita? Sudahkah kita meniru apa yang benar! STUDI PRIBADI: Apa yang dilakukan Hizkia, yang membuatnya berbeda dari ayahnya, raja Ahas? Berkat apa yang diberikan Tuhan kepada Hizkia selama masa pemerintahannya? Berdoalah bagi para pemuda-pemudi Kristen, agar mereka tidak meniru cara hidup orang yang tidak mengenal Kristus, tetapi sebaliknya mereka hidup senantiasa meneladani Tuhan Yesus.
14 SELASA
MEI 2013
“Dan Aku akan memagari kota ini untuk menyelamatkannya, oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku.” (2 Raja-raja 19:34)
Bacaan hari ini: 2 Raja-raja 19:32-36 Bacaan setahun: 2 Raja-raja 19-21
JANJI TUHAN YANG SEMPURNA
P
emahaman yang salah (meremehkan) tentang sebuah janji, sering membuat manusia hanya berjanji, tetapi tidak melakukannya. Ada banyak anak Tuhan yang tidak lagi setia memegang teguh janji suci pernikahan mereka; bahkan banyak anak Tuhan yang selalu berjanji untuk tidak berbuat dosa, tetapi masih saja melakukannya dalam hidupnya. Di sini dapat kita lihat bahwa memegang dan memelihara sebuah janji di hadapan Tuhan bukanlah pekara yang ringan, tetapi membutuhkan komitmen dan keseriusan setiap diri kita untuk hidup menyenangkan dan memuliakan nama Tuhan. Pembacaan firman Tuhan hari ini menunjukkan bagaimana Allah adalah Pribadi yang berjanji, tetapi juga menepati janji-janji-Nya. Melalui pengalaman raja Hizkia menghadapi bangsa Asyur yang sangat kuat, maka kita dapat belajar tentang: (1) Janji Tuhan memberikan ketenangan hati. Di tengah ketakutannya, Hizkia menghadap Tuhan dan memohon pertolongan, sehingga Yerusalem terluput dari bahaya tangan Sanherib yang sombong dan suka mengejek (2Raj. 19:10-13); (2) Janji Tuhan membuktikan kesetiaan-Nya kepada perjanjian-Nya dengan Daud (ay. 34). Yerusalem merupakan kota yang sangat penting bagi bangsa Israel dan keturunan raja Daud, karena di situlah Tabut Perjanjian dan Bait Allah yang kudus didirikan untuk menyatakan kehadiran Tuhan bagi umat-Nya. Kesetiaan-Nya terhadap janji-janji-Nya tidak pernah dilalaikan-Nya; (3) Janji Tuhan bukan sekedar sebuah kata-kata yang indah, tapi mengandung perbuatan nyata yang dialami sendiri oleh raja Hizkia dan bangsa Israel. Tuhan sendiri, dengan kuat kuasa-Nya, menghancurkan dan menceraiberaikan bangsa Asyur; malam itu juga, sebanyak 185 ribu nyawa telah dibinasakan oleh Tuhan. Mengenal janji Tuhan dengan benar akan membuat kita mengalami ketenangan hati dan melihat perbuatan Tuhan yang dahsyat dalam hidup kita. Karena itu, marilah kita bersandar pada janji-Nya, sebab dari situlah akan terpancar kehidupan yang menyenangkan hati-Nya. STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap Hizkia terhadap janji Tuhan? Apa yang Tuhan lakukan bagi Hizkia ketika ia taat dan hidup berkenan kepada Tuhan? Berdoalah bagi jemaat Tuhan, agar mereka tidak ragu terhadap janji dan penyertaan Tuhan, sehingga mereka hidup berkenan di hati Tuhan dengan berlaku setia pada perintah-Nya.
15 RABU
MEI 2013
“Ia meninggalkan Tuhan, Allah nenek moyangnya dan tidak hidup menurut kehendak TUHAN.” (2 Raja-raja 21:22)
Bacaan hari ini: 2 Raja-raja 21:19-26 Bacaan setahun: 2 Raja-raja 22-23
AMON, RAJA YEHUDA
A
da banyak nama raja bangsa Israel yang jarang disebut, bahkan seringkali dilupakan dan tidak diingat oleh banyak orang. Salah satunya ialah Amon, raja Yehuda. Demikian pula dalam kehidupan kita, ada kalanya kita dilupakan atau diingat banyak orang. Persoalannya adalah: apa yang mereka ingat atau lupakan? Perbuatan baikkah, atau yang jahat? Melalui catatan sejarah kehidupan Amon, sang raja Yehuda ini, ada beberapa hal yang dapat kita pelajari: (1) Kehidupan setiap anak Tuhan sangat dipengaruhi oleh keberadaan anggota keluarganya. Pencatatan nama ibunya dalam bagian ini merupakan sesuatu yang penting untuk diperhatikan. Seorang ibu akan memberikan pengaruh yang kuat bagi kehidupan anak-anaknya. Sebab itu, suasana dan kehidupan di sekitar kita menjadi suatu pengaruh yang perlu diperhatikan; (2) Teladan hidup setiap anak Tuhan sangat dapat memberikan dampak posifit bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Kondisi sekitar juga menuntut setiap anak Tuhan menjadi teladan yang berdampak bagi orang di sekitar. Oleh sebab itu, kita tidak boleh semata-mata menyalahkan kondisi yang kita alami, sebaliknya kondisi itu justru memotivasi kita untuk menjadi teladan yang baik bagi sekeliling. Manasye, raja Yehuda, telah gagal menjadi ayah yang baik dengan memberi teladan yang tidak baik, sehingga Amon, raja Yehuda, juga gagal menjadi raja yang berkenan kepada Allah; (3) Relasi yang baik dengan Tuhan akan memberikan makna yang luar biasa untuk kehidupan setiap anak Tuhan. Kalimat “melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan meninggalkan Tuhan, Allah nenek moyang” merupakan suatu tanda kehidupan yang memiliki kehidupan relasi yang rusak dengan Allah. Relasi yang rusak inilah yang selalu menjadi penyebab utama kegagalan bagi setiap raja yang memerintah bangsa Israel. Sebagai akibatnya, maka Allah menyatakan hukuman bagi setiap raja yang meninggalkan-Nya. Sebab itu, perlu menjadi perhatian dalam kehidupan kita bahwa hukuman Tuhan selalu akan hadir bagi setiap anak Tuhan yang meninggalkan-Nya. STUDI PRIBADI: Apa yang dicatat oleh penulis kitab 2 Raja-Raja tentang kehidupan Amon, raja Yehuda? Apa yang perlu kita perhatikan ketika kita membaca sikap Amon? Berdoalah bagi kehidupan keluarga Kristen, agar mereka menyaksikan contoh kehidupan yang takut akan Tuhan, sehingga anak-anak mereka mendapatkan teladan dan pengaruh kehidupan iman yang baik pula.
16 KAMIS
MEI 2013
“Ia melakukan apa yang jahat di mata Tuhan tepat seperti yang dilakukan ayahnya.” (2 Raja-raja 24:9)
Bacaan hari ini: 2 Raja-raja 24:8-17 Bacaan setahun: 2 Raja-raja 24-25
JANGAN BERBUAT JAHAT TERHADAP TUHAN
D
alam segala kegemilangan hidup yang kita miliki, kadang membuat kita lupa diri siapa sebenarnya diri kita di hadapan Tuhan. Dengan segala yang kita miliki, kita merasa menjadi “tuhan” atas hidup kita, bahkan berani mengabaikan firman-Nya. Demikianlah pula kehidupan raja Yoyakhin di hadapan Tuhan. Alkitab mencatat: “Ia melakukan apa yang jahat di mata Tuhan” (ay. 9). Dalam catatan Alkitab, istilah “melakukan yang jahat di mata Tuhan” mengacu kepada sikap tidak taat kepada perintah Tuhan dan menghina Pribadi-Nya dengan cara beribadah kepada allah lain; serta tidak mengakui kedaulatan-Nya atas hidup umat-Nya. Ironisnya, sikap ini juga dilakukan oleh bangsa Yehuda, sehingga hal ini memicu murka Allah yang kudus, dan mendatangkan hukuman bagi mereka. Apa yang kemudian Tuhan lakukan terhadap mereka? Tuhan menyerahkan mereka kepada penindasan raja Babel, membiarkan perkakas Bait Allah diambil raja Babel, dan membuang mereka ke wilayah Babel (ay. 16). Apa yang Tuhan lakukan menunjukkan bahwa relasi-Nya dengan bangsa Yehuda telah hancur, karena mereka merendahkan diri-Nya. Tuhan memakai bangsa Babel untuk menghukum Yehuda, umat-Nya. Ini merupakan peringatan bagi kita hari ini, janganlah kita merendahkan Tuhan dalam hidup kita, hanya karena kita merasa memiliki harta benda yang melimpah, atau jabatan yang dapat menjamin kesejahteraan hidup kita. Semua itu akan lenyap, jika Tuhan menyatakan murka-Nya kepada kita. Karena itu, marilah kita tidak bermain-main dengan kekudusan murkaNya, sebab sekali saja Ia bertindak melawan kita, maka kehidupan kita bisa saja sama seperti raja Yoyakhin. Kita akan mengalami banyak kesulitan, di mana Tuhan tidak berkenan memberikan pertolongan-Nya kepada kita. Siapakah kita di hadapan-Nya? Rendahkanlah diri dan bersikaplah yang baik kepada Tuhan dengan berlaku setia dan hidup memuliakan-Nya, sebab Ia adalah Allah yang kudus dan memandang rendah orang yang memandang rendah diri-Nya. STUDI PRIBADI: Apa yang Allah lakukan kepada bangsa Yehuda, akibat kejahatan raja Yoyakhin dan bangsanya? Bagaimana seharusnya sikap kita di hadapan Allah? Berdoalah bagi jemaat, agar mereka mampu hidup rendah hati di hadapan Allah dan tidak melakukan yang jahat, sehingga Allah berkenan memberikan berkat dan pertolongan-Nya.
17 JUMAT
MEI 2013
“Adam, Set, Enos, Kenan, Mahalaleel, Yared, Henokh, Metusalah, Lamekh, Nuh, Sem, Ham, dan Yafet.” (1 Tawarikh 1:1-4)
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 1:1-27 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 1-3
SILSILAH DAN ANUGERAH ALLAH
K
etika membaca Alkitab, maka kita akan menjumpai daftar silsilah. Salah satunya adalah bacaan Alkitab yang kita baca hari ini. Bagi kita yang hidup pada hari ini, mungkin tidak terlalu peduli dengan silsilah, sehingga membuat kita bertanya, “Mengapa silsilah semacam ini perlu dicatat dalam Alkitab dan apa faedahnya?” Pada umumnya, silsilah dicatat agar pembaca dapat mengerti garis keturunan dari orang tertentu, dan bagaimana perkembangannya sampai keturunan berikutnya, yang memiliki kekuasaan atas wilayah tertentu dan perkembangan peradabannya. Namun di balik pencatatan silsilah tersebut, ternyata bukan hanya menjelaskan tentang garis keturunan belaka, tetapi juga menyatakan anugerah dan rencana Allah kepada umat pilihan-Nya. Dalam bacaan yang kita baca, daftar silsilah yang dicatat dimulai dari Adam. Siapakah Adam? Adam adalah manusia pertama yang jatuh dalam dosa. Namun, karena kasih karunia Allah, manusia tidak dimusnahkanNya, tetapi memperoleh belas kasihan dan dipelihara oleh-Nya, sehingga manusia memiliki keturunan yang berjumlah besar. Bahkan, Allah memilih Abraham (ay. 27) dan mengadakan perjanjian dengannya untuk mengerjakan rencana-Nya yang besar, bagi umat manusia. Karena itu, pencatatan silsilah ini sekaligus membuktikan bahwa keberadaan mereka sampai saat itu, semua karena kasih karunia Allah dan rencana-Nya yang tidak pernah gagal. Bagaimana dengan kita? Garis kerturunan yang kita miliki bukanlah sebuah kebetulan, tetapi juga menyatakan kasih dan rencana Tuhan dalam hidup kita. Janganlah pernah menyesali, mengapa Anda termasuk dalam anggota keluarga yang Anda miliki hari ini. Anda mungkin saja tidak menyukainya, tetapi ingatlah bahwa keberadaan Anda bukan karena kebetulan, tetapi karena anugerah dan rencana Tuhan. Marilah kita meresponi keberadaan kita dengan penuh syukur dan mengerjakan apa yang menjadi rencana Allah dalam hidup kita, yang telah memanggil kita menjadi umat-Nya. STUDI PRIBADI: Apa tujuan Alkitab mencatat daftar silsilah keturunan Adam sampai pada orang-orang Israel pada masa kerajaan Israel? Mengapa silsilah begitu penting? Berdoalah bagi setiap orang Kristen yang berada di tengah-tengah keluarga yang tidak mengenal Kristus, agar melalui mereka, anggota keluarga yang mereka miliki dapat mengenal dan menerima Kristus.
18 SABTU
“Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku! Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.” MEI 2013 (1 Tawarikh 4:10)
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 4:9-10 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 4-6
DOA YABES
A
da yang menarik ketika kita membaca 1 Tawarikh 4, yaitu catatan tentang Yabes, yang jauh berbeda dengan catatan lain yang berupa silsilah. Terlebih lagi ketika kita melihat isi doa Yabes. Bukankah kita juga ingin menaikkan doa seperti itu? Apalagi Tuhan mengabulkan doa Yabes. Tetapi kita jangancepat-cepat berpikir untuk segera menaikkan doa seperti itu dan berharap-harap Tuhan langsung mengabulkan. Karena bisa saja kita berdoa hanya untuk memuaskan hawa nafsu/keinginan kita semata. Yakobus 4:3 mengatakan bahwa Tuhan tidak berkenan akan permintaan yang memuaskan hawa nafsu semata. Lalu, apakah tidak boleh berdoa seperti Yabes untuk memohon berkat atau kesembuhan? Tentunya tidak. Mengapa Yabes berdoa seperti itu? Apa yang menjadi motivasinya? Ayat 9 menyebutkan bahwa ibunya memberi dia nama Yabes, karena dia dilahirkan dalam kesakitan. Nama “Yabes” ini berarti “dia menyebabkan kesakitan”, suatu arti nama yang negatif. Bisa jadi Yabes merasa dirinya menanggung suatu kutukan dan kesulitan hidup. Bahkan Yabes merasa dirinya adalah orang yang membawa “kesialan” bagi orang di sekitarnya. Karena itu dalam kesesakan dia berseru agar Tuhan memberkatinya, dan Tuhan mendengarnya. Jadi, doa ini dipanjatkan bukan semata Yabes ingin berkat melimpah, tapi karena Yabes berada dalam pergumulan terkait dengan arti hidupnya. Bagi kita, doa Yabes ini mengingatkan akan beberapa hal: (1) Sumber pertolongan dan berkat yang sejati hanya dari Tuhan. Jangan mencari jalan pintas di luar kehendak Tuhan ketika kesulitan datang; (2) Ketika kita selalu mengalami pergumulan tanpa henti, jangan berpikir yang “aneh-aneh”, yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Seperti Yabes, datanglah pada Tuhan dalam doa memohon kekuatan iman dan pertolongan-Nya; (3) Jika orang menganggap kita pembawa sial, janganlah membela diri dan marah. Seperti Yabes, mari kita memohon agar Tuhan boleh membela dan menolong kita untuk menjadi saluran berkat bagi orang-orang di sekitar kita. STUDI PRIBADI: Apakah Yabes berdoa dalam keserakahan atau ketulusan memohon berkat dan pertolongan dari Tuhan? Apa buktinya? Doakan jemaat Tuhan, agar mereka menaruh pengharapan hidupnya hanya pada Tuhan, Sang Sumber berkat dan Penolong yang sejati. Doakan juga agar mereka tetap setia pada firman-Nya.
19
MINGGU “Ner memperanakkan Kish; Kish memperanakkan Saul; Saul memperanakkan Yonatan, Malkisua, Abinadab dan Esybaal.” (1 Tawarikh 9:39) MEI 2013
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 9:39-44 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 7-9
KETURUNAN RAJA SAUL
A
da yang menarik ketika kita melihat silsilah keturunan raja Saul pada pasal 9:39-44 ini. Bukankah mirip dengan 1 Tawarikh 8:33-40? Lalu apa bedanya? Silsilah di pasal 8 ingin menunjukkan garis keturunan dari suku Benyamin, sedangkan di pasal 9 ini adalah garis keturunan dari raja Saul, raja pertama Israel. Sekaligus ini sebagai awal dari kisah raja Saul di pasal 10, yang menunjukkan alasan mengapa Saul digantikan oleh Daud. Jika kita melihat silsilah Saul ini, maka jelas terlihat bahwa keturunan Saul hanya diteruskan dari Yonatan, yang dikenal sebagai sahabat Daud. Di sini pikiran kita dibawa kembali untuk mengingat kisah persahabatan Yonatan dan Daud, yang menghasilkan satu perjanjian di antara mereka, dan Tuhan ada di antara mereka dan keturunan mereka (1Sam. 20:42). Walaupun Daud menjadi raja, dia tidak akan menghancurkan keturunan Saul dan Yonatan. Daud menepati hal ini ketika dia memerintahkan untuk mencari sisa keturunan Yonatan yang masih hidup dan menemukan Mefiboset (2Sam. 9:1-13). Bahkan Daud memperlakukan Mefiboset seperti keluarga kerajaan yang tinggal di Yerusalem dan makan bersamanya. Jadi, walaupun Saul ditolak oleh Tuhan, dan Yonatan tidak meneruskan tahtanya, melainkan Daud, Tuhan tetap memelihara keturunan mereka melalui Daud. Daud tidak menganggap keturunan Saul dan Yonatan sebagai pesaing dan ancaman bagi tahtanya. Tuhan benar-benar nyata dalam persahabatan mereka dan keturunan mereka berdua. Ada yang menyedihkan melihat silsilah raja Saul ini, yaitu dia ditolak Tuhan menjadi raja, dan kematiannya bersama anak-anaknya yang begitu mengenaskan. Tetapi ada juga keindahan dalam persahabatan Yonatan, anak Saul, dan Daud. Yonatan ternyata tidak mengikuti teladan ayahnya yang salah, tapi justru tetap setia dan meletakkan Tuhan di atas segalanya, termasuk ketika bersahabat dengan Daud, yang notabene adalah raja Israel pengganti ayahnya. Biarlah ketika hidup dalam dunia ini, kita boleh membina persahabatan seperti Daud dan Yonatan. STUDI PRIBADI: Apa bukti Tuhan hadir di tengah-tengah persahabatan Yonatan dan Daud? Pelajaran rohani apa yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita? Berdoa bagi jemaat Tuhan, agar Tuhan menganugerahkan sahabat-sahabat yang baik, dan juga mereka boleh menjadi sahabat yang baik untuk orang lain, sehingga tercipta hubungan yang indah antar jemaat.
20
SENIN
MEI 2013
“Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap Tuhan, karena ia tidak berpegang pada firman Tuhan, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah, dan tidak meminta petunjuk Tuhan…” (1 Tawarikh 10:13)
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 10:1-13 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 10-12
SAUL YANG TIDAK SETIA
K
ita semua memiliki satu keyakinan bahwa kita telah dipanggil dan dipilih Tuhan untuk menjadi umat kesayangan-Nya. Dalam Wahyu 17: 14 berkata: Mereka yang bersama-sama dengan Dia di surga kelak dan mereka yang menang adalah mereka yang terpanggil, dipilih dan yang setia. Ada satu komponen yang merupakan tanggung jawab kita, yaitu kesetiaan. Kesetiaan akan menjadi tolok-ukur, apakah kita berhasil atau tidak di dalam menggenapi panggilan Tuhan sampai akhir. Panggilan Allah yang mulia diresponi, dijawab dan dilaksanakan oleh manusia yang berdosa. Sebagai manusia berdosa di dalam wadah yang kita miliki, kita cenderung tidak taat, cenderung tidak tekun, cenderung tidak setia, cenderung ingin memuaskan keinginan daging daripada mau tunduk kepada Roh Kudus. Kecenderungan-kecenderungan negatif seperti ini adalah benih-benih yang akan membuahkan ketidaksetiaan kita kepada Tuhan. Di dalam perikop hari ini, firman Tuhan tegas menyatakan tentang Saul yang tidak setia, padahal Tuhan telah memanggil dan mengurapinya. Sungguh satu kesedihan yang harus kita renungkan. Pertanyaanya, mengapa hal seperti ini bisa terjadi? Kesetiaan adalah sesuatu yang aktif dilakukan, bukan pasif. Kesetiaan adalah perjuangan yang tidak henti-henti. Kesetiaan juga membutuhkan kekuatan fisik dan rohani. Kesetiaan berarti tidak mudah digoyahkan oleh faktor-faktor dari luar yang mengancam keberadaan kita. Kesetiaan berarti tetap tegak berdiri dan terus berjalan setiap saat di dalam track yang sudah Tuhan tetapkan buat kita. Kesetiaan mengandung ketaatan, kesetiaan menuntut kerelaan dan kegigihan untuk mau berjuang terus melakukan kehendak Tuhan! Kesetiaan adalah harga yang harus dibayar oleh setiap anak-anak Tuhan yang ingin dipakai Tuhan. Kesetiaan yang kita kerjakan di dunia ini tidak akan pernah sia-sia! Tuhan akan menghadiahkan mahkota kehidupan bagi setiap kita yang berjuang sampai akhir. Kiranya Tuhan menolong kita. STUDI PRIBADI: Apa yang seharusnya kita lakukan dalam menghidupi anugerah yang Tuhan telah berikan kepada kita? Bagaimana kita dapat menjadi umat-Nya yang efektif dalam karya-Nya? Berdoalah: Tuhan, tolonglah kami yang telah dipanggil dan dipilih ini, untuk tetap setia sampai akhir. Apapun yang terjadi, kiranya mata kami tetap tertuju kepada Allah yang hidup. Teguhkan iman kami ya Tuhan.
21
SELASA
MEI 2013
“Maka bangkitlah murka Tuhan terhadap Uza, lalu Ia membunuh dia oleh karena Uza telah mengulurkan tangannya kepada tabut itu…” (1 Tawarikh 13:10)
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 13:1-14 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 13-15
MENGIKUTI PETUNJUK TUHAN
T
abut Allah berusaha dipindahkan oleh Daud ke Yerusalem. Hanya saja, dalam pelaksanaannya terjadi tragedi yang sangat besar, karena Uza mengulurkan tangan menyentuh tabut itu hingga ia mati. Karena peristiwa itu Daud menjadi sangat marah. Mungkin saja ia berkata: “Aku melakukan ini semua bagi Tuhan, tapi mengapa Tuhan murka dengan membunuh Uza? Padahal yang dilakukan Uza adalah baik, menahan supaya tabut tidak jatuh saat lembu-lembu tergelincir?” Tapi, di tengah kemarahannya, akhirnya Daud menjadi takut kepada Allah dan bertanya: “Bagaimana aku dapat membawa tabut Allah ini ke tempatku?” Di tengah pergumulannya, Daud membiarkan tabut Allah itu di rumah Obed. Adakah hari ini kita menjalani kehidupan sesuai dengan petunjuk Tuhan? Petunjuk Tuhan sangat indah, membawa kita kepada kehidupan yang berkelimpahan. Tuhan akan membuat segala sesuatunya berhasil, hanya Tuhan pernah berfirman: “Janganlah engkau melupakan apa yang telah Aku perintahkan.” Saat kerinduan kita akan sesuatu tidak terwujud, mengapa kita marah? Jika kita menjadi marah dan kecewa, adakah kita seperti Daud yang akhirnya takut kepada Allah dan bertanya kepada-Nya, apa yang sesungguhnya terjadi dan bagaimana harus melaksanakannya supaya berhasil? Setelah beberapa waktu lamanya membiarkan tabut Allah tersebut di rumah Obed, Daud tetap berikhtiar untuk membawa tabut Allah ke Yerusalem, hanya kali ini dia mengetahui apa yang menjadi kehendak Tuhan tentang siapa yang berhak memindahkannya: Janganlah ada yang mengangkat tabut Allah selain dari orang Lewi, sebab merekalah yg dipilih Tuhan untuk mengangkat tabut Tuhan dan untuk menyelenggarakannya sampai selama-lamanya (1Taw. 15: 2). Kali ini Daud berhasil memindahkan tabut Allah, karena melaksanakannya sesuai petunjuk Tuhan. Anak-anak Tuhan mungkin mengalami kegagalan, namun janganlah kita melupakan Tuhan. Ingatlah akan setiap petunjuk-Nya di dalam setiap langkah yang kita lalui, niscaya Tuhan akan menolong kita. STUDI PRIBADI: Mengapa Allah membunuh Uza, padahal ia hanya menyangga agar Tabut tidak jatuh? Apakah petunjuk dan aturan Tuhan itu sangat penting? Mengapa? Berdoalah: Tuhan, tolonglah kami untuk selalu mengikuti petunjuk-petunjukMu di dalam seluruh jalan yang kami akan lalui. Setiap keputusan yang kami ambil, kiranya boleh sesuai dengan hikmat dan kehendak Tuhan.
22
RABU
MEI 2013
“Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (1 Tawarikh 16:34)
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 13:1-14 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 13-15
TERPUJILAH TUHAN SELAMA-LAMANYA
P
erjalanan kehidupan Daud untuk meraih kemenangan bukanlah perjalanan yang mudah. Ia harus mengalami banyak masalah dan ancaman yang bisa membawa kematian. Daud tahu apa yang harus ia lakukan ketika berhadapan dengan banyaknya masalah. Daud dekat dengan Tuhan dan memuji Dia, sebagai keyakinan bahwa Tuhan selalu menyertai dia dan akan memberikan kemenangan dalam hidupnya. Melalui pembacaan firman Tuhan dari 1 Tawarikh 16:7-36 ini, kita dapat melihat bagaimana sikap Daud ketika mendapatkan kemenangan dan pertolongan dari Allah dalam setiap perjalanan kehidupannya. Pertama, bersyukur kepada Tuhan (8-18). Kata bersyukur berkaitan dengan tindakan seseorang kepada Allah karena alasan-alasan yang jelas dari pihak Allah. Daud mengingat bahwa semua yang terjadi dalam kehidupannya, semua karena Tuhan. Daud bersyukur atas karya Tuhan, bukan hanya dalam hidupnya, tetapi juga anak-anak dan cucu-cucunya. Sebagai anak Tuhan, kita juga harus memberikan ucapan syukur kepada Tuhan atas segala kebaikan dan cinta-Nya dalam kehidupan kita. Kedua, bernyanyi bagi Tuhan (23-27). Daud sangat terkenal dengan sebutan “Pemazmur”, yang memiliki arti, pribadi yang menyanyikan pujian. Kehidupan Daud selalu dipenuhi dengan puji-pujian kepada Allah. Daud menyatakan kebesaran Allah, keadilan, pertolongan, dan kasih setia Allah melalui puji-pujian (ay. 25-27). Sebagai orang yang sudah ditebus Allah, kitapun seharusnya memuji Allah dalam seluruh aspek kehidupan kita. Ketiga, memberikan kemuliaan bagi Tuhan (ay. 28-36). Daud tahu bahwa kemuliaan bukan diberikan kepada manusia, tapi kepada Pencipta. Karena itu, kehormatan yang tertinggi itu Daud berikan kepada Allah. Tindakan yang dilakukan Daud adalah sujud menyembah kepada Allah. “Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah menghadap Dia! Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan” (ay. 29). Sebagai orang yang percaya kepada-Nya, kita juga harus memberikan kemuliaan kepada Allah saja. STUDI PRIBADI: Apakah yang dimaksud dengan bersyukur kepada Allah? Bagaimana sikap kita ketika mendapatkan kemenangan dan pertolongan dari Allah? Berdoalah bagi bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain untuk tetap bersyukur kepada Tuhan serta memuji dan memuliakan nama Tuhan setiap waktu dan dalam keadaan apapun.
23
KAMIS
MEI 2013
“...Pergilah, hitunglah orang Israel dari Bersyeba sampai Dan, dan bawalah hasilnya kepadaku, supaya aku tahu jumlah mereka.” (1 Tawarikh 21:2)
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 21:1-17 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 19-21
DOSA KESOMBONGAN
S
emakin seseorang menjadi sukses, semakin rawan dia untuk jatuh dalam dosa kesombongan. Di pasal 18-20 ini, dicatatkan bagaimana Daud memperoleh kemenangan demi kemenangan ketika melawan musuhnya. Daud telah berhasil memerintah seluruh Israel, menegakkan keadilan dan kebenaran bagi seluruh bangsanya (18:14). Kesuksesan Daud sabagai pemimpin sudah terbukti. Namun sayang, di puncak kesuksesannya Daud menjadi lengah, sehingga ia tidak sadar telah masuk dalam perangkap Iblis. Iblis membujuk Daud untuk menghitung orang Israel dari Dan sampai Bersyeba (dari utara sampai selatan), supaya Daud tahu jumlah rakyatnya. Tapi di balik semua itu, perangkap apa yang sebenarnya dipersiapkan Iblis? KESOMBONGAN! Daud dibuat ingin melihat sebesar apa tanahnya, seluas apa kerajaannya. Ia membuat keputusan ini, sama sekali tanpa melibatkan Tuhan. Daud tidak berdoa dan tidak mencari nasihat Tuhan, sehingga ketika Tuhan, melalui Yoab, memperingatkan Daud untuk tidak melakukan hal itu, Daud tidak peka. Daud sama sekali tidak memedulikan perkataan Yoab dan memaksakan agar titahnya harus dijalankan (ay. 2-4). Hal ini adalah jahat di mata Tuhan (ay. 7). Akibat kelengahan dan dosa kesombongan dalam hati Daud, Tuhan menghukum Daud dengan cara yang dipilih Daud sendiri, yaitu 3 hari penyakit sampar melanda orang Israel sehingga 70 ribu orang Israel tewas. Juga Tuhan hendak memusnahkan Yerusalem! Dosa yang kelihatannya kecil, orang lain tidak mengetahui, tapi berakibat fatal. Ketika Daud menyadari dosanya, Tuhan mengurungkan niatnya untuk memusnahkan Yerusalem. Dalam hidup kita, mungkin kita tidak pernah berniat untuk sombong. Namun kita harus waspada, ada kesombongan dalam hati, yang tidak terucapkan, yang tidak kelihatan. Ketika kita merasa bangga dengan diri sendiri, dengan apa yang kita hasilkan, ketika kita bangga dipuji orang, bahkan ketika kita ingin dipuji orang, berhati-hatilah! Karena itu semua bisa membawa kita jatuh dalam dosa kesombongan. STUDI PRIBADI: Mengapa kesombongan adalah jahat di mata Tuhan? Mengapa Daud yang berbuat dosa, tapi rakyat Israel juga terkena hukuman Tuhan? Berdoalah agar kita senantiasa sadar dan bersyukur, bahwa semua yang kita miliki dan keberhasilan kita dapat terjadi hanya karena pertolongan dan anugerah Tuhan. Segala kemuliaan hanyalah bagi Tuhan!
24
JUMAT
MEI 2013
“Karena pikir Daud: Salomo, anakku, masih muda dan kurang berpengalaman, dan rumah yang harus didirikannya bagi TUHAN haruslah luar biasa besarnya... sebab itu baiklah aku mengadakan persediaan baginya!...” (1 Tawarikh 22:5)
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 22:1-19 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 22-24
MEMBERI YANG TERBAIK
S
atu impian Daud yang tidak tercapai adalah mendirikan Bait Suci. Ketika keinginan Daud itu muncul dengan satu motivasi yang murni, ingin memberikan yang terbaik, Tuhan justru berkata “tidak”. Bukan Daud yang akan mendirikan Bait Allah, tetapi Salomo yang Tuhan pilih untuk mendirikannya (1Taw. 17:1, 4, 11-12). Dan saat Tuhan berkata “tidak”, Daud tidak menjadi marah, atau kecewa kepada Tuhan. Daud bisa menerima keputusan Tuhan itu dengan lapang dada. Daud menyadari bahwa tahun-tahun kehidupannya sudah tidak lama lagi, sedangkan Salomo masih muda dan kurang pengalaman, maka Daud merasa perlu mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Daud tetap ingin memberikan yang terbaik bagi pembangunan Bait Suci. Apa yang Daud lakukan? Pertama, Daud mengumpulkan orang-orang untuk memahat batu-batu pahat, bahan-bahan yang terbaik dan sangat banyak jumlahnya (ay. 2-4, 14). Kedua, Daud mempersiapkan Salomo, supaya Salomo juga dapat memberikan yang terbaik saat mendirikan Bait Suci. Salomo diteguhkan bahwa Tuhan yang menetapkannya untuk mendirikan Bait Suci, dan Tuhan akan mengokohkan takhta kerajaannya atas Israel sampai selama-lamanya (ay. 6, 9-10). Salomo diingatkan untuk tidak takut, tidak tawar hati, dan setia melakukan ketetapan dan hukum Tuhan, maka Tuhan akan membuatnya berhasil (ay. 13). Salomo juga harus mempersiapkan orang-orang dan bahan-bahan yang terbaik (ay. 16-17). Ketiga, Daud menyiapkan orang-orang untuk mendukung Salomo (ay. 1719). Meskipun bukan Daud yang akan mendirikan Bait Suci, tapi Daud tetap pada prinsipnya, bahwa ia akan melakukan yang terbaik untuk Tuhan, apapun yang bisa ia lakukan. Dalam melayani Tuhan, sudahkah kita memberikan yang terbaik? Atau kita memberikan waktu, tenaga, pikiran, materi yang sisa-sisa, melakukan seadanya, menghitung untung-rugi, dan lain sebagainya? Jika kita sudah memberikan yang terbaik, apa dasarnya? Apakah untuk kemuliaan Tuhan atau untuk kemuliaan diri sendiri? Mari kita meneladani Daud! STUDI PRIBADI: Apakah dengan mempersiapkan segala sesuatu untuk Salomo, berarti Daud tidak mempercayai pengaturan Tuhan dan pertolongan Tuhan untuk Salomo? Berdoalah agar kita sadar untuk memberikan yang terbaik dalam pekerjaan Tuhan, karena Tuhan sudah terlebih dulu memberikan yang terbaik bagi kita. Kiranya Tuhan memampukan kita untuk memberikan yang terbaik.
25
SABTU
MEI 2013
“Mereka ini sekalian berada di bawah pimpinan ayah mereka pada waktu menyanyikan nyanyian di rumah TUHAN dengan diiringi ceracap, gambus dan kecapi untuk ibadah di rumah Allah...” (1 Tawarikh 25:6)
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 25:1-7 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 25-27
MELAYANI BERSAMA KELUARGA
K
ita semua tahu bahwa Tuhan merindukan agar kehidupan kita dan generasi penerus kita hidup bukan dengan kekacauan, melainkan hidup yang memuliakan Tuhan. Keluarga merupakan tempat yang paling tepat untuk seseorang dapat dibimbing memahami Injil dan belajar untuk melayani Tuhan. Suatu hal yang indah jika seluruh anggota keluarga dilibatkan dalam pelayanan. Ketiga ahli musik yang dipilih Daud, yaitu Asaf, Heman, dan Yedutun, bukan hanya melayani sendirian, melainkan dengan melibatkan seluruh anggota keluarga. Setiap kepala keluarga merupakan pemimpin pujian saat memuji Tuhan di rumah Tuhan (1Taw. 25:6). Keluarga merupakan tempat untuk mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai kerajaan Allah dan pelayanan kepada Allah. Pelayanan yang melibatkan anggota keluarga merupakan teladan bagi kita saat ini. Untuk bisa mewujudkan hal tersebut, setiap keluarga harus menyediakan cukup banyak waktu untuk mengadakan acara kebersamaan, khususnya memuji Tuhan bersama-sama. Perbedaan usia antara generasi tua dan muda serta kesenjangan pengalaman dan keahlian, bukanlah suatu penghalang untuk bekerja sama dalam pelayanan. Dengan demikian, pelayanan bermanfaat untuk mempersatukan, bukannya untuk memecah belah keluarga maupun pelayanan. Bisa dibayangkan dampaknya dalam masyarakat lingkungan kita bila keluarga-keluarga Kristen mengajarkan serta mempraktikkan kehidupan yang memuliakan Tuhan. Pasti kita akan jarang sekali mendengar berita mengenai orang-orang Kristen yang melakukan kejahatan, karena generasi penerus kita adalah generasi yang memiliki kerendahan hati dan kerinduan untuk melayani Tuhan. Bagaimana dengan keluarga kita saat ini? Marilah kita mulai dari keluarga diri sendiri. Sebagai orangtua, kita bisa menjadi teladan bagi anak-cucu kita dan tuntunlah setiap anggota keluarga kita untuk mengasihi dan melayani Tuhan; maka kehidupan kita akan memiliki dampak yang baik bagi sekitar kita, dan mendatangkan nilai-nilai kehidupan yang bersifat kekal. STUDI PRIBADI: Coba bayangkan bagaimana kira-kira kehidupan keluarga Asaf, apakah mereka keluarga yang berbahagia? Jelaskan! Berdoalah bagi setiap anggota keluarga Anda agar mereka dapat memiliki pertumbuhan rohani yang baik dan dapat menjadi saksi bagi Tuhan di mana mereka berada, sehingga menjadi berkat.
26
MINGGU
MEI 2013
“Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkau-lah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya.” (1 Tawarikh 29:12)
Bacaan hari ini: 2 Samuel 29:1-17 Bacaan setahun: 2 Samuel 28-29
RANGKAIAN PUJIAN KEPADA ALLAH
S
etiap orang pasti ingin sukses dalam hidupnya. Karena itu, tidak heran apabila akhir-akhir ini, di kota-kota besar, banyak diadakan pelatihan atau seminar-seminar yang membangkitkan motivasi dan mendorong orang mencapai kesuksesan. Banyak perusahaan berani mengeluarkan biaya mahal bagi karyawannya untuk mengikuti seminarseminar kesuksesan tersebut agar mereka dapat mencapai kesuksesan secara materi. Namun seringkali semua itu berhenti pada berkat materi dan melupakan Sang Pemberi berkat. Bertolak belakang dengan hal tersebut di atas, Daud mengarahkan perhatiannya pada Allah yang telah memberkati kehidupannya dan seluruh upaya persiapan pembangunan Bait Suci. Di depan seluruh jemaah, Daud memuji Allah. Ada beberapa bagian di dalam puji-pujian ini. Pertama, Daud memulainya dengan rangkaian pujian bagi Allah (ay. 10b-13). Allah harus dipuji dari kekal sampai kekal (ay. 10b) karena Ia telah begitu baik kepada Daud. Lalu, Daud juga menjelaskan mengapa Allah layak dipuji. Allah adalah Allah yang memiliki kejayaan dan kehormatan (ay. 11). Pengungkapan ini menunjukkan antusiasme Daud, mengingat apa yang telah Allah lakukan di langit dan di bumi (ay. 11a-c). Allah juga dipuji karena kedaulatan-Nya yang dinyatakan melalui kerajaan Israel (ay. 11d). Segala kemakmuran dan kesejahteraan berasal dari Allah (ay. 12). Proses pemulihan sepenuhnya adalah anugerah Allah bagi mereka yang setia pada-Nya. Bagian ini ditutup dengan ucapan terima kasih kepada Allah dan pujian kepada nama-Nya yang mulia (ay.13). Kedua, kekaguman Daud pada Allah juga didasarkan atas pengenalan akan kerendahan dirinya sendiri (ay. 14-16). Ia menyadari bahwa segala sesuatunya berasal dari Allah (ay. 14). Daud menyamakan dirinya sebagai orang asing (ay. 15) yang biasanya adalah tuna wisma, yang bergantung penuh pada kebaikan orang lain (lih. Ul. 10:18). Meski Daud sudah aman di tanah Israel, ia dan rakyatnya tetap perlu bersandar kepada Allah sebagaimana nenek moyang mereka di padang gurun. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap Daud dalam mencapai kesuksesan hidup? Bagaimana Daud menyatakan rasa syukurnya kepada Tuhan yang telah memberkatinya? Berdoalah bagi jemaat agar mereka mengandalkan Tuhan dalam segala aspek kehidupan mereka dan senantiasa mensyukuri segala berkat Tuhan dalam kehidupan mereka dengan hidup benar di hadapan-Nya.
27
SENIN
MEI 2013
“Berilah sekarang kepadaku hikmat dan pengertian, supaya aku dapat keluar dan masuk sebagai pemimpin bangsa ini...” (2 Tawarikh 1:10)
Bacaan hari ini: 2 Tawarikh 1:1-13 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 1-3
APA YANG PENTING DALAM HIDUP KITA?
J
ika kepada kita diberikan pertanyaan: “Apakah yang terpenting dalam hidup Anda?” maka jawaban masing-masing kita tentu berbeda-beda, tetapi memiliki karakteristik yang sama, yaitu ketika itu sudah menjadi sesuatu yang paling banyak menyita waktu, tenaga, emosi dan pikiran kita, maka hal itu menjadi sesuatu yang terpenting bagi kita. Ketika Salomo menjadi pemimpin di Israel, ia tahu apa yang terpenting dalam tugas utamanya. Yang menarik adalah, ia tidak mementingkan harta untuk memperkaya dirinya sendiri, tapi justru memilih hikmat sebagai unsur terpenting dalam memimpin bangsanya. Ia sadar siapa dirinya. Ia memulai kepemimpinannya di usia yang masih sangat muda, belum berpengalaman (1Raj. 3:7), bahkan kedudukannya sebagai raja pun bukan didapatnya dari penunjukan profetis seorang nabi Allah secara langsung, seperti Daud, ayahnya. Oleh sebab itu, ketika Allah mengizinkan Salomo meminta sesuatu kepada-Nya, ia meminta sesuatu yang tepat dan penting bagi kepemimpinannya, yaitu hikmat dan pengertian, agar ia dapat memimpin bangsanya dengan baik. Tentu saja, rakyat lebih membutuhkan pemimpin yang berhikmat ketimbang pemimpin yang mencintai harta, sebab kekayaan tanpa hikmat adalah seumpama orang kaya yang bodoh, dalam perumpamaan Tuhan Yesus. Bagaimana dengan kita? Andaikata Tuhan bertanya, “Apa permintaan Anda? Apa yang akan Anda minta?” Sebagai pendeta, mungkin kita akan berseru, “Tuhan, berikan aku gedung gereja yang megah dan jemaat yang kaya.” Atau, sebagai pemimpin perusahaan, mungkin kita berkata, “Tuhan berikan aku modal besar.” Sekali lagi, apa yang sesungguhnya terpenting dalam hidup kita? Apakah itu menjalin hubungan dengan Tuhan secara pribadi dan melakukan pekerjaan-Nya, atau kita lebih ingin menghabiskan waktu hidup kita untuk memuaskan keinginan diri kita sendiri? Marilah kita tidak menyia-nyiakan hidup yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus, tetapi kerjakanlah segala sesuatu menurut kehendak-Nya. Itulah yang terpenting bagi kita, yang telah dipanggil menjadi umat-Nya! STUDI PRIBADI: Hal apakah yang paling banyak menyita waktu, tenaga, pikiran dan emosi kita selama ini? Apakah itu yang terpenting menurut firman Tuhan? Berdoalah bagi para aktivis gereja, agar mereka dapat memberikan waktu, tenaga, pikiran, dan perasaannya untuk mengerjakan pekerjaan yang Tuhan percayakan kepada mereka.
28
SELASA
MEI 2013
“Tetapi raja Salomo dan segenap umat Israel... berdiri di depan tabut itu, dan mempersembahkan kambing domba dan lembu sapi yang tidak terhitung dan tidak terbilang banyaknya.” (2 Tawarikh 5:6)
Bacaan hari ini: 2 Tawarikh 5:1-14 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 4-6
BERIKAN & LAKUKAN YANG TERBAIK UNTUK ALLAH
K
etika memberikan persembahan kepada Tuhan dalam wujud uang, apa motif yang melatarbelakanginya? Apakah Anda ingin diberkati lebih banyak lagi dari yang Anda berikan kepada Tuhan, atau Anda melakukannya begitu saja sebagai bagian dari ritual keagamaan tanpa pemahaman yang benar mengapa Anda melakukannya? Ketika membaca teks firman Tuhan hari ini, satu-satunya alasan umat Israel (Salomo) membawa persembahan yang tak terhitung banyaknya, adalah karena mereka ingin mengungkapkan rasa syukur mereka kepada Tuhan yang telah memungkinkan mereka membangun Bait Suci yang begitu megah dalam sepanjang sejarah bangsa Israel. Rasa syukur ini adalah motif yang mendorong mereka untuk mempersembahkan korban yang terbaik dan besar jumlahnya kepada Tuhan. Seringkali orang Kristen bertanya, berapa besar persembahan yang seharusnya kita berikan kepada Tuhan? Sepersepuluhkah, atau berapa? Sebab bukankah di gereja masih terdapat persembahan lainnya, seperti persembahan khusus, syukur, misi, dan sebagainya? Pada umumnya, gereja menganjurkan persembahan sepersepuluh dari penghasilan, sebagai cara mendisiplin diri dalam bersyukur kepada Tuhan. Tetapi apa motif kita memberikannya kepada Tuhan? Janganlah kita memberikannya dengan berpikir, bahwa kita akan menjadi lebih diberkati Tuhan, seolaholah berkat-Nya lebih penting daripada diri Tuhan sendiri! Jika kita berpikir demikian, sesungguhnya hati kita sudah berpaling dari Tuhan kepada harta, atau berkat materi yang Tuhan berikan. Janganlah uang dan harta menguasai hidup kita, tetapi pakailah itu semua untuk mengungkapkan syukur kita kepada Tuhan. Jika Salomo memberikan yang terbaik, maka itu dapat dikatakan bahwa jumlah persembahan yang diberikan kepada Tuhan menunjukkan seberapa besar syukur dan kasihnya kepada Allah. Demikian pula dengan kita, berikan persembahan yang terbaik untuk Tuhan, sebagai bukti syukur dan kasih kita kepada-Nya, sebab Tuhan telah memberkati dan memilih kita sebagai umat-Nya! STUDI PRIBADI: Apa yang mendorong Salomo dan umat Israel mempersembahkan milik mereka hingga tak terbilang banyaknya dalam pentahbisan Bait Suci? Berdoa bagi jemaat Tuhan, agar memiliki hati yang rela mempersembahkan apa yang mereka miliki (uang, harta, tenaga, pikiran dan perasaan) untuk melakukan pekerjaan Tuhan.
29
RABU
MEI 2013
“Sekarang mata-Ku terbuka dan telinga-Ku menaruh perhatian kepada doa dari tempat ini.” (2 Tawarikh 7:15)
Bacaan hari ini: 2 Tawarikh 7:11-15 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 7-9
DOA SALOMO
S
alomo dikenal sebagai raja yang berhikmat, berkekuasaan luas, dan memiliki kekayaan berlimpah. Namun semua itu tidak menjadikan dia sombang dan merasa tidak membutuhkan Tuhan. Dari pasalpasal sebelumnya, Salomo banyak mendekatkan dirinya kepada Tuhan melalui doa, katanya, “Ya Allahku, kiranya mata-Mu terbuka dan telinga-Mu menaruh perhatian kepada doa yang dipanjatkan di tempat ini” (2Taw. 6:40; 7:1). Kesungguhan Salomo dalam memohon kepada Tuhan, berkali-kali dilakukan, bukan hanya untuk dirinya, melainkan juga bagi bangsa Israel dan kepentingan rumah Tuhan. Doa Salomo menghadirkan Tuhan di rumah Tuhan, tertulis, “Setelah Salomo mengakhiri doanya, api pun turun dari langit memakan habis korban bakaran dan korban-korban sembelihan itu, dan kemuliaan Tuhan memenuhi rumah itu” (2Taw. 7:1). Tuhan berkenan hadir bukan karena ia raja atau kaya, tetapi karena Tuhan melihat kesungguhan hati Salomo mempersembahkan rumah Tuhan dan istananya. “Demikianlah Salomo menyelesaikan rumah Tuhan dan istana raja, dan berhasil melaksanakan dalam rumah Tuhan dan dalam istananya segala sesuatu yang timbul dalam hatinya. Kemudian Tuhan menampakkan diri kepada Salomo pada malam hari dan berfirman kepadanya: Telah kudengar doamu dan telah Kupilih tempat ini bagi-Ku sebagai rumah persembahan” (2 Taw. 7:11-12). Doa Salomo menarik perhatian Tuhan. Bukan karena suara doa yang keras, melainkan sikap hati dan isi doanya. Mereka merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah Tuhan dan berbalik dari jalan-jalannya yang jahat dan minta pengampunan dan pemulihan (2Taw. 7:14). Tuhan tidak berkenan kepada orang yang angkuh, apalagi yang sudah berdosa tapi tidak mau mencari pengampunan dari Tuhan. Jika kita tahu menempatkan doa kita seperti Salomo, maka Tuhan berkata: “Sekarang mata-Ku terbuka dan telinga-Ku menaruh perhatian kepada doa dari tempat ini.” Siapapun kita, jadikan doa sebagai sarana komunikasi kita kepada Tuhan dengan tulus dan ikhlas. STUDI PRIBADI: Mengapa doa menjadi begitu penting bagi anak-anak Tuhan? Manakah yang terpenting: sikap hati kita di hadapan Tuhan, atau isi doa kita? Berdoalah bagi jemaat, agar mereka memiliki sikap hati yang merendahkan diri di hadapan Tuhan dan suka berdoa, sebagai bukti kebergantungan mereka kepada pertolongan tangan-Nya.
30
KAMIS
MEI 2013
“Rehabeam beserta seluruh Israel meninggalkan hukum TUHAN...” (2 Tawarikh 12:1)
Bacaan hari ini: 2 Tawarikh 12:1-16 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 10-12
REHABEAM DAN ISRAEL
B
ila ada orangtua mengeluh dan berkata bahwa anak-anaknya telah mengabaikan nasihat dan ajarannya, tentu ini sangat menyakitkan. “Setali dua uang”, itulah pepatah yang cocok untuk Rehabeam sebagai pemimpin, dan Israel sebagai umat yang tidak taat kepada hukum Tuhan. Pada saat kerajaannya menjadi kokoh dan kekuasaannya menjadi teguh, mereka berubah dan tidak setia terhadap Tuhan. Apakah mereka pantas disebut generasi yang setia, setelah raja Daud dan Salomo? Mereka sudah tidak peduli pada hukum-hukum Tuhan dan tidak beribadah kepada-Nya. Ini menimbulkan kemarahan Tuhan terhadap umat-Nya. Rehabeam dan Israel telah meninggalkan Tuhan. Akibatnya, mereka terpukul kalah oleh serangan Sisak, raja Mesir itu. Ia merebut kota-kota benteng di Yehuda, bahkan mendekati Yerusalem (ay. 3-4). Mereka berpikir dapat mengalahkan serangan Mesir dengan kekuatan sendiri, tapi ternyata mereka kalah. Maka, “Nabi Semaya datang kepada Rehabeam dan pemimpin-pemimpin Yehuda yang berkumpul di Yerusalem berhubung dengan ancaman Sisak, dan berkata kepada mereka: Beginilah firman Tuhan: Kamu telah meninggalkan Aku, oleh sebab itu Aku pun meninggalkan kamu juga dalam kuasa Sisak” (ay. 5). Kekalahan Rehabeam dan Israel dikarenakan Tuhan tidak memihak mereka lagi, karena mereka merasa tidak membutuhkan Tuhan dan meninggalkan-Nya. Satu-satunya jalan untuk mendapatkan kemenangan dan merebut kembali kota-kota Yehuda adalah dengan merendahkan diri dan mengaku salah di hadapan Tuhan. Rehabeam dan Israel kembali kepada Tuhan. Ketika Tuhan melihat bahwa mereka merendahkan diri, Tuhan berfirman, “Aku tidak akan memusnahkan mereka. Aku segera akan meluputkan mereka dan kehangatan murka-Ku tidak akan dicurahkan atas Yerusalem dengan perantaraan Sisak” (ay. 7). Kemenangan atau kekalahan umat-Nya ada di tangan Tuhan, bukan kehebatan serangan pihak lawan. Sadarilah bahwa Tuhan menginginkan umat-Nya hidup dalam kemenangan dan kedamaian, asal kita merendahkan diri dan setia pada-Nya. STUDI PRIBADI: Mengapa Tuhan tidak memberikan kemenangan kepada Rehabeam dan bangsa Israel dari serangan musuh? Di mana letak sumber kemenangan orang percaya? Berdoalah bagi jemaat, agar mereka hidup benar dan setia kepada Tuhan, serta mengandalkan Tuhan dalam segala perkara yang mereka hadapi; karena itulah sumber kekuatan mereka.
31
JUMAT
MEI 2013
“...Maka Asa, anaknya, menjadi raja menggantikan dia. Pada zaman pemerintahannya negeri itu aman selama sepuluh tahun.” (2 Tawarikh 14:1)
Bacaan hari ini: 2 Tawarikh 14:2-6 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 13-14
SUKSES DALAM PENYERTAAN TUHAN
M
embaca catatan Alkitab tentang sejarah Yehuda, maka kita akan menemukan Asa sebagai salah satu raja yang tergolong sukses. Keberhasilannya bukan hanya karena strategi kepemimpinannya, tetapi karena sejak awal, dia telah hidup dalam relasi yang benar dengan Tuhan. Dia mengutamakan Tuhan dalam kehidupnya sendiri dalam wujud yang sangat praktis, yaitu melakukan apa yang baik dan benar. Jadi, dia bukan hanya menyembah Allah secara teori karena statusnya sebagai salah seorang umat Allah, tapi dia betul-betul hidup sesuai imannya. Selain itu, kepemimpinannya sebagai raja pun diwarnai kepercayaan kepada Allah. Dia membersihkan seluruh negeri Yehuda dari berbagai sarana penyembahan berhala, dan mengarahkan seluruh bangsa untuk mencari Allah dan menjunjung tinggi hukum. Sebagai hasil kehidupan dan kepemimpinan Asa yang hidup dalam relasi seperti itu dengan Tuhan, maka seluruh negeri hidup dalam keadaan aman. Keselamatan dan kesejahteraan bangsa tercapai. Tuhanlah yang mengaruniakan keamanan seperti itu kepada Asa dan Yehuda. Di tengahtengah ketenangan, kemapanan dan kenyamanan hidup, Asa tidak terlena dan menjadi lengah. Dia justru memanfaatkan kesempatan itu untuk memperlengkapi negeri, membangun kota-kota benteng. Dia mengajak rakyat untuk tetap hidup penuh waspada sambil terus mensyukuri pemeliharaan Tuhan. Bahkan ketika kekuatan militernya sudah terbentuk untuk menghadapi tantangan Zerah, Asa tetap rendah hati dan bersandar pada Tuhan, meminta pertolongan-Nya menghadapi musuh. Allah sekali lagi menolong Yehuda mengalahkan musuh. Kehidupan Asa dan kepemimpinannya adalah contoh yang patut kita teladani dalam kehidupan keseharian kita sebagai murid Kristus: hidup mengutamakan Tuhan, hidup dalam kebenaran, dan mengandalkan-Nya dalam segala hal. Ketika keberhasilan diraih, kita tidak mencuri kemuliaan Tuhan dengan berbangga atas kehebatan diri sendiri, tetapi tetap waspada dan tidak terlena karena keberhasilan dan kenyamanan hidup. STUDI PRIBADI: Apa yang dilakukan Asa sehingga dalam kepemimpinannya, kerajaan Yehuda dalam keadaan aman dan sejahtera? Sikap apa yang dapat kita teladani? Berdoalah bagi setiap orang Kristen, supaya mereka hidup rendah hati dan mengandalkan Tuhan dalam segala aspek kehidupan mereka, sehingga Tuhan berkenan kepada mereka.
Catatan...
“Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (1 Tawarikh 16:34)