Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA SASTRA DAN BUDAYA JAWA MELALUI “PAIR CHECK” Parminingsih
Guru Kelas IVB SD Jetis 1 Yogyakarta Abstrak Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan dan hasil belajar bahasa, sastra, dan budaya Jawa dengan Pair Check. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VI B SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata pada siklus 1 yaitu sebesar 56,12, dan siklus 2 sebesar 76, 84. Guru diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif Pair Check pada mata pelajaran yang sesuai agar tercipta pembelajaran inovatif yang memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, pertumbuhan fisik, serta perkembangan psikologi siswa. Kata kunci: Pair Check, kooperatif, bahasa sastra, budaya Jawa.
Pendahuluan Bahasa Sastra dan Budaya Jawa merupakan upaya yang efektif sebagai sarana untuk mencapai pendidikan karakter. Bahasa Sastra dan Budaya Jawa penuh dengan unggah-ungguh dan tata krama. Bahasa Sastra dan Budaya Jawa digunakan sebagai pengantar bahasa pada tingkat permulaan sekolah dasar di daerah dan alat pengantar pendukung kebudayaan Jawa. Bahasa Sastra dan Budaya Jawa merupakan suatu mata pelajaran penting karena di dalamnya banyak mengandung pembelajaran budi pekerti dan budaya Jawa. Pemahaman makna akan berkaitan dengan situasi ucapan yang berakibat pada raut muka, nada, atau intonasi saat penyapaan. Pada tindak berbicara ada makna lateral dan akan memberikan efek dari ujaran tersebut. Dalam Bahasa Sastra dan Budaya Jawa, kemampuan untuk menangkap makna tersebut penting karena dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan budaya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Purwanto (2013: 42–43) bahwa
proses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Prinsip kegiatan belajar menimbulkan perubahan dalam aspek kemampuan berpikir. Aspek belajar secara afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afektif), sedangkan belajar secara psikomotorik dapat memberikan hasil belajar berupa keterampilan (psikomotorik). Pembelajaran Bahasa Sastra dan Budaya Jawa di kelas IVB SD Negeri Jetis 1 terdapat beberapa permasalahan yaitu sulitnya siswa menangkap, atau memahami isi suatu bacaan, dan kesulitan membaca huruf Jawa dan menyimpulkan perilaku budaya dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut berdampak pada kurangnya pemahaman makna budaya yang terkandung dalam pesan bacaan sehingga hasil belajar siswa rendah. Suatu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan Pair Check melalui cara siswa berlatih memahami suatu bacaan dengan cara bertanya-jawab. Siswa memahami isi 34
Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 suatu wacana melalu tanya jawab tentang isi wacana. Pair Check yang merupakan pembelajaran berkelompok terdiri dari dua orang atau berpasangan satu berperan sebagai pelatih, yang lain berperan sebagai partner. Siswa dituntut untuk mandiri dan memiliki kemampuan dalam menyelesaikan persoalan, serta melatih tanggung jawab sosial, kerjasama, dan memberikan penilaian. Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks yang pada hakikatnya merupakan suatu usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2012: 17). Ismail (2002: 4) menambahkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Miftahul Huda, (2012 : 211), pembelajaran kooperatif model Pair Check merupakan metode pembelajaran berkelompok antara dua orang atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagan. Model ini menerapkan pembelajaran kooperatif yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan. Metode ini juga melatih tanggung jawab sosial siswa, kerja sama, dan kemampuan memberi penilaian. Pembelajaran kooperatif Pair Check ini dilaksanakan dengan langkah: (1) Guru memberi tugas kepada siswa agar membentuk kelompok berpasangan; (2) Guru memberi arahan akan peran dari setiap anggota kelompok; seorang disebut pelatih dan seorang yang lain disebut partner; (3) Guru menjelaskan bahwa tugas pelatih memberikan pertanyaan, dan partner menjawab sesuai isi bacaan; (4) Guru menjelaskan pula bahwa pelatih wajib mengecek jawaban dan partner boleh mempertahankan pendapatnya; (5) Guru menjelaskan se-
telah bertanya jawab untuk beberapa lama, siswa beralih peran, yang semula sebagai pelatih beralih sebagai partner kemudian melakukan kegiatan tanya jawab; (6) Guru menyimpulkan hasil kegiatan tanya jawab yang dilakukan setiap pasangan; (7) Guru memberikan evaluasi terhadap keterlaksanaan kegiatan tanya jawab; dan (8) Guru melakukan refleksi. Metode Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah 25 orang siswa kelas VI B SD Negeri Jetis 1 Yogyakarta pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Objek penelitian ini adalah: aktivitas guru dan siswa dalam menerapkan metode Pair Check dalam pembelajaran; dan hasil belajar siswa. Teknik pengambilan data tentang keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dengan model Pair Check diperoleh dari skenario pembelajaran dan hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa. Data peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari hasil test akhir siklus I dan siklus II. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif untuk tiap siklus. Untuk menentukan keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif model Pair Check digunakan lembar observasi terbuka dengan pilihan Ya atau Tidak dengan disertai dengan keterangan apa yang terjadi pada setiap item kegiatan. Hasil tes siswa dianalisis untuk menentukan ada tidaknya peningkatan nilai siswa. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebanyak dua siklus. Hasil penelitian ini dilaporkan untuk setiap siklus. Siklus I Pada siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan meliputi mengkaji bacaan 35
Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 “ Gamelan” lan” Tradisi Ngabekten Lan Grebeg Perlu Dilestarekake” Perencanaan penelitian tindakan kelas di kelas VI B SD Negeri Jetis 1 meliputi: merancang rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif Pair Check; menentukan pasangan siswa untuk melaksanakan Pair Check; mempersiapkan tugas tentang materi yang akan dikerjakan siswa; merancang monitoring keterlaksanaan pembelajaran kooperatif model Pair Check dengan lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru dan siswa; mempersiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran; dan membuat soal tes untuk setiap akhir siklus. Tindakan yang dilaksanakan pada tahap ini, guru melaksanakan rencana pembelajaran dengan model Pair Check yang telah disusun. Sebelum pelaksanaan model pembelajaran kooperatif model Pair Check, guru memberi tugas kepada siswa agar membentuk kelompok berpasangan terdiri dari dua siswa dalam satu bangku. Guru memberi arahan akan peran setiap anggota kelompok; seorang disebut pelatih dan yang lain disebut partner. Siswa berpasangan dengan penuh semangat. Pelatih bertugas memberikan pertanyaan dan partner menjawab pertanyaan dari isi bacaan yang diberikan oleh guru. Pelatih berkewajiban mengecek jawaban partner, bila jawaban atas pertanyaan dari pelatih salah, dijelaskan oleh pelatih bagaimana seharusnya. Bila pertanyaan dari pelatih dijawab benar diberikan pujian dengan acungan jempol. Pada pelaksanaan tanya jawab dalam pertemuan ini, sebagai pelatih dan partner tampak lebih bersemangat. Terdapat dua pasang yang tidak segera menghasilkan pertanyaan, juga yang berperan sebagai partner memberikan jawaban tidak sesuai pertanyaan. Dari salah satu pasangan dijumpai satu orang menanyakan materi di luar bacaan.
Pelatih mengecek jawaban partner, dan partner boleh mempertahankan pendapatnya. Siswa yang berperan sebagai pelatih dijumpai mengajukan pertanyaan-pertanyaan, sebagian besar menggunakan kata tanya “apa” dan “sapa”. Dua pasang siswa mampu membuat pertanyaan dengan menggunakan kata “kepriye” (bagaimana). Partner beralih beralih fungsi sebagai pelatih, partner menjawab pertanyaan pelatih. Siswa yang berperan sebagai partner sebagian besar bisa menjawab, dijumpai dua orang yang memberikan jawaban tidak sesuai materi bacaan. Misalnya “Daerah ngendi sing uga duwe gamelan?” Padahal dalam bacaan tidak ada materi yang menuliskan daerah selain Yogyakarta. Guru menyimpulkan hasil pengamatan terhadap proses diskusi yang mereka lakukan. Guru menyampaikan apresiasi kepada siswa karena mereka telah melaksanakan seluruh tahapan Pair Check. Guru belum memberikan cara-cara atau langkah-langkah untuk mengetahui isi bacaan. Guru memberikan evaluasi tentang pelaksanaan tanya jawab mengenai materi yang telah diberikan. Semua siswa melaksanakan tanya jawab menggunakan kata-kata tanya yang ditetapkan sebelumnya, kecuali satu pasang menggunakan kata-kata tanya lebih dari yang ditetapkan sebelumnya. Jumlah kata tanya yang harus digunakan dibatasi sehingga mengakibatkan siswa mengalami kesulitan bertanya. Guru memberikan umpan balik tentang apa yang telah dilakukan siswa terutama semangat bertanya yang telah dimiliki, berusaha bertanya, mencari jawaban dari bacaan, diminta untuk melanjutkan. Di samping itu guru juga mengingatkan hal-hal yang harus ditingkatkan misalnya cara-cara memahami bacaan, keberanian mempertahankan jawaban, memberikan pujian kepada teman yang memberikan jawaban benar dan 36
Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 menjelaskan pembetulan jawaban partner secara santun. Berdasarkan pengamatan kolaborator terhadap guru dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif model Pair Check guru melaksanakan langkah-langkah Pair Check tetapi guru memberi batas waktu untuk membaca materi. Sebagian siswa belum menangkap isi bacaan. Guru belum menunjukkan cara-cara mengkaji isi bacaan. Guru membatasi kata-kata tanya sehingga siswa tidak leluasa menggali isi bacaan. Guru belum memberikan bimbingan intensif kepada pasangan yang mengalami kesulitan, dan belum menampilkan contoh pasangan yang berhasil. Guru juga belum memberikan penghargaan. Sebagian besar siswa belum dapat memunculkan pertanyaan kepada partner. Pelatih membaca ulang naskah bacaan, tetapi sebagian besar siswa belum mengerti tentang bagian bacaan yang penting. Sambil berkeliling mendampingi siswa, guru berusaha memberi ilustrasi tentang gong yang digantung. Sebagian siswa masih bingung meskipun guru sudah melakukan pendampingan terhadap pasangan secara bergantian, dan terdapat dua kelompok yang mengalami kesulitan. Satu kelompok siswa yang kemudian berganti peran sebagai pelatih, memunculkan pertanyaan yang sama dengan yang ia jawab, sedangkan satu pasangan lain tidak melakukan pergantian peran. Hasil belajar pada siklus I, nilai terendah 26 dan nilai tertinggi 83 dengan rata-rata nilai 56,12. Berdasarkan KKM pada mapel Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa yaitu ratarata kelas 70 dan nilai terendah 60. Empat belas orang (44%) memperoleh nilai lebih rendah dari 60. Berdasarkan analisis refleksi ini diadakan perbaikan perencanaan siklus II antara lain sebagai berikut. (1) Guru memberikan batas waktu yang cukup untuk mengkaji bacaan; (2) Agar siswa menang-
kap isi bacaan guru menyarankan menggarisbawahi kata-kata penting dalam bacaan. (3) Guru menyarankan untuk membaca sekilas. Guru menyarankan siswa untuk membaca secara bertahap kalimat demi kalimat. (4) Guru memberikan kebebasan penggunaan kata tanya, sesuai isi bacaan. (5) Guru memberikan bimbingan khusus kepada pasangan yang mengalami kesulitan dengan cara memberi contoh pertanyaan tentang isi bacaan secara benar. (6) Guru menampilkan contoh pasangan yang berhasil. (7) Guru memberikan penghargaan. (8) Guru mendampingi pasangan-pasangan yang mengalami kesulitan. (9) Guru menyarankan kepada pelatih agar mengecek jawaban partner. Siklus II Pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Pair Check masih menggunakan tahapan-tahapan sesuai siklus I, namun dilakukan perbaikan-perbaikan sesuai hasil rekomendasi dari refleksi di siklus I. Tindakan yang dilaksanakan pada tahap ini, guru melaksanakan rencana pembelajaran dengan model Pair Check yang telah disusun. Sebelum pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Pair Check, guru memberi tugas kepada siswa agar membentuk kelompok berpasangan terdiri dari dua siswa dalam satu bangku. Pada waktu siswa membaca guru memberikan batas waktu yang cukup untuk mengkaji bacaan. Upaya ini membuahkan hasil siswa lebih cepat mengetahui isi dari bacaan yang diberikan oleh guru. Langkah ini telah berjalan sesuai dengan yang disampaikan oleh guru. Guru memberi arahan akan peran setiap anggota kelompok; seorang disebut pelatih dan yang lain disebut partner. Siswa berpasangan dengan penuh semangat, karena masing-masing siswa sudah tahu apa yang seharusnya dilakukan. Agar siswa 37
Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 kooperatif Pair Check. Siswa yang berperan sebagai partner bisa menjawab sesuai pertanyaan pelatih. Pelatih juga sudah mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang isi bacaan dengan lancar. Guru memberikan evaluasi tentang pelaksanaan tanya jawab mengenai materi yang telah diberikan. Semua siswa melaksanakan tanya jawab menggunakan kata-kata tanya yang ditetapkan sebelumnya secara lancar. Guru memberikan umpan balik tentang apa yang telah dilakukan siswa terutama semangat bertanya yang telah dimiliki, berusaha bertanya, mencari jawaban dari bacaan, diminta untuk melanjutkan. Di samping itu guru juga mengingatkan hal-hal yang harus ditingkatkan misalnya cara-cara memahami bacaan, keberanian mempertahankan jawaban, memberikan pujian kepada teman yang memberikan jawaban benar. Siswa mengakhiri kegiatan tanya jawab dengan saling berjabat tangan sebagai tanda persahabatan yang harmonis dan bertepuk tangan sebagai ungkapan sukacita kebersamaan. Berdasarkan pengamatan, pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Pair Check semua langkah telah berjalan sebagaimana mestinya dan menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama siklus II model pembelajaran kooperatif Pair Check telah terlaksana sesuai rencana yang ditetapkan. Nilai hasil belajar yang dicapai siswa adalah pada siklus II, terendah 60 dan nilai tertinggi 93, rata-rata kelas mencapai 76,84. Berdasarkan KKM pada mapel Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa yaitu rata-rata kelas 70, dan nilai terendah 60, ternyata seluruh siswa (25 anak) atau 100% telah mencapai KKM. Demikian pula rata-rata hasil belajar secara keseluruhan berada pada posisi 76,84 dari KKM yang ditetapkan sebesar 70.
menangkap isi bacaan guru menyarankan menggarisbawahi kata-kata penting dalam bacaan. Guru menjelaskan kepada Pelatih dan partner bahwa mereka telah melaksanakan perannya sebagaimana mestinya dan melakukan tanya jawab lebih lancar. Guru menyarankan siswa untuk membaca secara bertahap kalimat demi kalimat. Akibatnya siswa menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada isi bacaan secara lancar. Partner mampu mempertahankan pendapatnya karena yakin jawaban sesuai isi bacaan bahkan mereka menyanggah sambil menunjukkan alinea yang memuat jawabannya. Guru menganjurkan kepada pelatih untuk mengecek jawaban partner. Pada pelaksanaan tanya jawab sebagai pelatih dan partner ini, siswa tampak lebih bersemangat. Dua pasangan yang semula tidak segera menghasilkan pertanyaan, juga yang berperan sebagai partner memberikan jawaban tidak sesuai pertanyaan, sekarang sudah lancar. Tidak ada lagi pasangan yang menanyakan materi di luar bacaan. Guru memberikan kebebasan penggunaan kata tanya berdasarkan isi bacaan. Akibatnya siswa dapat menggunakan berbagai kata tanya untuk menanyakan dengan isi bacaan. Guru menyarankan pada pasangan untuk beralih fungsi. Partner beralih beralih fungsi sebagai pelatih kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada yang semula sebagai pelatih. Siswa merasa gembira karena memperoleh kesempatan untuk ganti bertanya. Guru memberikan bimbingan khusus kepada pasangan yang mengalami kesulitan dengan cara memberi contoh pertanyaan yang benar. Akhirnya pasangan yang mengalami kesulitan dapat membuat pertanyaan dan menjawab sebagaimana mestinya. Bersama siswa guru menyimpulkan tentang proses maupun hasil pembelajaran 38
Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 Pembahasan Pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II telah dilakukan perbaikan-baikan sehingga memberikan suasana kondusif baik untuk guru maupun siswa. Adanya kegiatan pembelajaran kooperatif model Pair Check memberikan perubahan yang nyata, yaitu memberikan aktifitas sepenuhnya kepada siswa. Guru benar-benar berperan sebagai fasilitator dan nara sumber. Hal yang menonjol dalam pembelajaran ini, bahwa siswa mampu melakukan refleksi diri dengan cara menilai dirinya maupun temannya karena bertukar partner. Munculnya kreatifitas siswa dalam bentuk kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan berdasarkan kajian bacaan yang dipelajari. Dengan demikian siswa telah mampu melakukan elaborasi atau perluasan/rincian dari bacaan. Mereka mampu membuat rangkuman maupun kesimpulan yang dimanfaatkan untuk menyusun pertanyaan ataupun jawaban. Dari sisi lain guru telah menciptakan suasana belajar yang partisipatif dan kolaboratif sesama siswa, sehingga terjadi sinergi dalam belajar. Berdasarkan hasil belajar Bahasa Sastra dan Budaya Jawa dalam siklus I menunjukkan rata-rata 56,12 dan siklus II menunjukkan rata-rata 76,84. Dengan demikian dapat disimpulkan terjadi peningkatan hasil belajaran Bahasa Sastra dan Budaya Jawa melalui pembelajaran kooperatif model Pair Check. Berikut ini ditampilkan grafik hasil belajar siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. Pada Gambar 1 dan Gambar 2, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar pada siklus II setelah dilaksanakan pembelajaran pair check.
Gambar 1. Grafik Hasil Belajar Siklus I
Gambar 2. Grafik Hasil Belajar Siklus II Simpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian tindakan kelas tentang model pembelajaran kooperatif Pair Check dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Pair Check meliputi: (1) guru memberi kesempatan kepada siswa mengkaji bacaan yang diterima dari guru secara mandiri; (2) guru memberi kesempatan kepada siswa diberi kesempatan berpasangan; (3) guru memberi kesempatan kepada tiap pasangan memilih peran yang berbeda. Satu sebagai pelatih, yang lain sebagai partner; (4) guru memberi kesempatan kepada pelatih agar mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang isi bacaan kepada partner dan pelatih agar mengecek jawaban partner; (5) guru memberi kesempatan kepada pasangan bertukar peran kemudian melakukan kegiatan tanya jawab tentang isi bacaan; (6) guru memberikan evaluasi terhadap pelaksanaan diskusi; (7) 39
Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 mata pelajaran yang sesuai agar tercipta pembelajaran inovatif yang memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, pertumbuhan fisik, serta perkembangan psikologi siswa.
guru memberikan refleksi tentang pelaksanaan kegiatan bersama-sama siswa; dan (8) setiap akhir siklus guru memberikan evaluasi hasil belajar. Melalui pair check, siswa lebih lancar untuk mengetahui isi dari bacaan yang diberikan oleh guru. Siswa semakin lancar menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada isi bacaan. Partner mampu mempertahankan pendapatnya karena yakin jawaban sesuai isi bacaan bahkan mereka menyanggah sambil menunjukkan alinea yang memuat jawabannya. Siswa juga dapat menggunakan berbagai kata tanya yang sesuai dengan isi bacaan. Penerapan pair check juga dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Sastra dan Budaya Jawa dari siklus I, 56,12 menjadi 76,84 pada siklus II. Guru diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif Pair Check pada
Daftar Pustaka Huda, Miftahul. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran:Isu-isu Metode dan Paradigma. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ismail. (2002). Model-model Pembelajaran. Depdiknas: Jakarta. Purwanto. (2013). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
40