Antologi, Vol .... , No .... , Juli 2016
TEKNIK WRITE AND DRAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WRITING SISWA SEKOLAH DASAR Mega Wahyuni1, Winti Ananthia2, Etty Rohayati3 Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru
[email protected]
ABSTRAK Kemampuan keterampilan menulis siswa sekolah dasar dipengaruhi oleh kurangnya keberagaman teknik belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Artikel ini merupakan bagian dari penlitian tindakan kelas yang dilihat berdasarkan hasil dari pembelajaran. Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya kemampuan menulis pada siswa sekolah dasar dan pentingnya melakukan komunikasi untuk menyampaikan pesan atau informasi selain menggunakan komunikasi lisan. Hal ini berdampak pada kegiatan pembelajaran yang kurang bermakna bagi siswa. Penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran kemampuan writing siswa dengan teknik write and draw. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian tindakan kelas dengan model penelitian Elliot. Penelitian dilakukan sebanyak tiga siklus. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V di SDN Cijati 01 yang terdiri dari 39 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu lembar observasi guru dan siswa, lembar catatan lapangan, lembar pedoman wawancara, lembar kerja siswa, lembar evaluasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan writing siswa yang diperoleh dengan menggunakan teknik write and draw mengalami peningkatan pada setiap siklus, yaitu pada siklus I 67,69; siklus II 72,69,; dan pada siklus III 77,17.
Kata Kunci : Teknik Write and Draw, Kemampuan Writing, Siswa sekolah dasar, Pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia, PTK.
1
Penulis Penulis dan Penanggung Jawab 3 Penulis dan Penanggung Jawab 2
Mega Wahyuni, Teknik Write And Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Writing
Siswa Sekolah Dasar
WRITE AND DRAW TECHNIQUE FOR STUDENTS WRITING SKILL IN ELEMENTARY SCHOOL Mega Wahyuni1, Winti Ananthia2, Etty Rohayati3 Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru
[email protected]
ABSTRACT Writing skills was influenced by limited number of various learning techniques utilized in the classroom. This article is the part of classroom action research based on result of study. This situation made learning activities meaningless for the students. This research was conducted to obtain the result of study from the students in writing lesson by employing write and draw technique. Classroom Action Research (Elliot model) was employed in this research. It was conducted through three cycles in which each cycle consisted of three actions. The research subjects were 39 fifth grade students of Cijati 01 Public Elementary School. Teachers’ and students’ observation, field notes, interview guidelines, worksheets, evaluation sheets, and documentation were utilized as the research instruments. The result of study obtained by the students in writing lesson through write and draw technique was improving on each cycle; the score in cycle I was 67.69; in cycle II was 72.69; and in cycle III was 77.17. Key Words: Write and Draw Technique, Writing Skill, Elementary school students, English Language Teaching in Indonesia, Classroom Action Research
1
Penulis Penulis dan Penanggung Jawab 3 Penulis dan Penanggung Jawab 2
Antologi, Vol ...., No ...., Juli 2016
Manusia memiliki potensi untuk mampu berfikir (cipta), berperasaan (rasa), berkehendak (karsa), dan memiliki potensi untuk berkarya (Syaripudin, Tatang dan Nuraini, 2006). Berkarya dalam rangka melakukan antisipasi terhadap globalisasi dan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi komunikasi informasi yang semakin canggih. Potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan salah satunya melalui suatu proses yang disebut belajar. Seorang individu yang sudah melalui fase belajar dan dikatakan berhasil, ditunjukkan dengan terlibatnya sebuah perubahan dari perilaku individu. Proses belajar dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dimiliki peserta didik. Melalui suatu keterampilan peserta didik dapat menyesuaikan dirinya dalam tuntutan zaman, agar dapat menjadi pribadi yang berkualitas tidak hanya dalam lingkup nasional namun dalam kancah internasional. Salah satu keterampilan tersebut adalah keterampilan bahasa. Keterampilan bahasa dapat menunjang anak agar dapat berkomunikasi secara lancar. Tidak hanya keterampilan berbahasa Indonesia yang harus ditekuni. Alangkah baiknya apabila peserta didik dalam usia sekolah dasar diperkenalkan juga bahasa asing khususnya dalam bahasa Inggris. Seperti yang diungkapkan oleh Brewster, Ellis dan Girard (2002) bahwa kemampuan bahasa asing khususnya bahasa Inggris sebaiknya dipelajari sejak anak usia sekolah dasar. Permbelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar, yang ditemui berdasarkan hasil observasi lebih cenderung pada pembelajaran yang konvensional dan monoton. Guru biasanya memberikan materi ajar melalui buku LKS dengan ilustrasi yang minim. Hal ini membuat siswa tidak tertarik untuk mempelajari keterampilan berbahasa Inggris. Keterampilan bahasa Inggris terdiri dari keterampilan listening, speaking, reading
dan writing. Keterampilan bahasa tidak dapat berdiri sendiri, biasanya ada keterampilan lain yang dapat menunjang keterampilan lainnya. Pada keterampilan writing dalam kegiatannya dapat ditunjang oleh keterampilan speaking dan listening misalnya. Berkomunikasi tidak hanya dilakukan melalui lisan, namun dapat tersampaikan melalui tulisan. Tidak semua orang dapat menggambarkan atau mengungkapkan isi pikirannya ke dalam bahasa lisan. Sebagian orang mengungkapkannya melalui bahasa tulisan. Maka dari itu keterampilan writing perlu adanya penguasaan. Dalam writing terdapat hal yang dilakukan melalui gerak tubuh yang dikombinasikan dengan kemampuan berfikir dan menuangkan perasaan untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menulis dapat didefinisikan dari berbagai pandangan. Keterampilan menulis dilakukan pada pembelajaran bahasa, baik di bahasa Indonesia maupun di pembelajaran bahasa Inggris. Menulis merupakan kegiatan berinteraksi secara tidak langsung yang dilakukan dari seorang penulis terhadap pembaca. Masih berkaitan dengan uraian diatas, dalam pembelajaran writing memiliki bermacam-macam tujuan yang menciptakan banyak bentuk tulisan yang berbeda. Writing for learning adalah kegiatan menulis yang mana menulis disini bukan sebagai tujuan utama, melainkan hanya sebagai alat bantu bahkan pendamping kegiatan lain dan yang dievaluasi oleh guru bukan dibagian menulis namun bagian lainnya. Misalnya siswa diminta untuk menuliskan pengalaman, melalui kegiatan ini guru mengasah kemampuan past-tense siswa. Ada pun Writing for writing, tujuan writing disini dilakukan untuk melatih keterampilan menulis siswa, untuk melatih bagaimana menyampaikan makna tulisan secara benar. Seperti pada penilaian penggunaan punctuation,
Mega Wahyuni, Teknik Write And Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Writing
Siswa Sekolah Dasar
grammar, dan lain sebagainya (Harmer, 2004). Writing menjadi salah satu keterampilan bahasa yang dianggap sulit khususnya bagi siswa sekolah dasar. Keterampilan writing merupakan keterampilan bahasa yang paling kompleks, seperti yang diungkapkan oleh Pinter (2006) bahwa keterampilan writing merupakan keterampilan yang kompleks, karena writing dapat diajarkan kepada siswa setelah siswa menerima tiga keterampilan bahasa lainnya. keterampilan writing merupakan hal yang sulit dalam pembelajaran bahasa kedua, namun merupakan hal yang penting dan berguna untuk dipelajari. Melalui writing siswa sekolah dasar khususnya dapat belajar menuangkan ide dan kreativitas ke dalam bentuk tulisan. Kegiatan pembelajaran writing yang diterapkan di sekolah dasar penelitian yaitu hanya sampai jenis kegiatan guided writing. Hal ini dikarenakan siswa belum mampu mencapai tahap kemampuan writing dalam jenis free writing. Lebih lanjut keterampilan writing yang dilakukan di sekolah dasar berbeda dengan tingkatan keterampilan writing pada tingkatan lebih atas lainnya (Asmari, 2013). Kegiatan writing yang dilakukan disekolah dasar harus memperhatikan ha-hal seperti kondisi siswa, media sebagai alat bantu dan hal dapat menunjang ketertarikan siswa. Menggambar dilakukan oleh anak untuk menuangkan imajinasi yang mereka miliki, menggambar juga bisanya digunakan untuk mengungkapkan suatu ide. Menggambar adalah kegiatan yang menarik bagi siswa karena banyak anak dapat menikmati kegiatan tersebut (Linse, 2005; Scott dab Ytreberg,2003). Tidak hanya ide kreatif dari seorang seniman, setiap orang juga seringkali menggunakan gambar untuk menjelaskan buah pikirannya melalui pengalaman yang pernah ditemuinya ataupun melalui imajinasi. Hal ini di dukung oleh Wilson
dan Wilson (dalam Anning, 2002) yang menyatakan mengapa anak menggambar. Anak menggambar karena mereka dapat mengekspresikan dunia yang mereka miliki ,mencurahkan ide dan pengalaman secara tidak disengaja berjalan begitu saja. Gambar yang dibuat oleh anak menunjukan bentuk dan isi yang sama kuatnya seperti penyusunan dalam kegiatan menulis. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambanglambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami lambang-lambang grafik itu. Dengan mengkombinasikan drawing dan writing maka memberikan kompleksitas teks yang semakin kuat. Dalam teori kognitif yang mendukung teknik write dan draw yang di sampaikan dalam bentuk menggambar dan menulis yang dilakukan siswa secara langsung dan bertahap yang membuat anak mendapat pengalamannya sendiri melalui kegitan tersebut. Para psikologi anak menekankan pentingnya bermain bagi anak-anak. Bermain bagi anak-anak merupakan kegiatan yang alami dan sangat berarti. Maka tidak ada salahnya siswa diminta untuk menggambar terlebih dahulu dan menuliskan keterangan tulisan mengenai apa yang digambarnya. Selain itu, gambar yang dibuat oleh siswa dapat mempresentasikan apa yang ditulisnya dan memudahkan siswa untuk memahami tulisannya tersebut menggambarkan ide yang dimilikinya dituangkan dengan menulis dan menggambar. Kegiatan writing dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik write and draw. Setelah itu teknik write and draw juga digunakan pada kegiatan evaluasi, siswa diminta untuk membuat suatu produk sederhana. Untuk menuangkan idenya siswa menggambarnya dan menulis cerita berdasarkan tema
Antologi, Vol ...., No ...., Juli 2016
pembelajaran yang sudah ditentukan. Ditulis dengan pola kalimat yang sudah diberitahukan sebelum membuat hasil tulisan cerita. METODE Penelitian dilaksanakan pada siswa SDN Cijati 01 Kabupaten Bandung. Subjek dari penelitian yang dilaksanakan adalah siswa kelas V dengan jumlah siswa sebanyak 39 yang terdiri dari 24 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Setiap siswa memiliki latar belakang kemampuan bahasa Inggris yang berbeda. Alasan dilakukannya penelitian di kelas tersebut karena minimnya penerapan teknik dalam proses pembelajaran writing yang mengakibatkan kurang optimalnya hasil belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Secara singkat PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif (Hermawan, Mujiono, dan Suherman, 2007). Dengan melakukan tindakantindakan tertentu, dapat memeperbaiki atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Maka dari itu PTK terkait erat dengan persoalan prakatek pembelajaran sehari-hari yang di hadapi oleh guru. Desain yang digunakan dalam penelitian adalah desain model John Elliot yang diambil dari buku Elliot. Pada model ini setiap siklus terdiri dari tiga tindakan yang dilaksanakan secara rinci di setiap tingkatannya. Indikator keberhasilan penelitian ditemtukan oleh peneliti. Maka dari itu peneliti memilih model John Elliot. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil belajar diukur melalui tulisan siswa yang dituangkan dalam bentuk produk sederhana seperti mini book, zigzag book, dan mini poster. Hasil belajar merupakan salah satu tujuan yang ingin
dicapai dalam suatu pembelajaran. Hasil belajar didapat setelah siswa menempuh pengalaman belajar atau proses belajar mengajar. Indikator yang digunakan sebagai penilaian dalam membuat produk sederhana yaitu kesesuaian gambar dengan tulisan, pola kalimat, dan kreatifitas. Melalui proses writing yang terdiri dari tahap pre-writing, drafting, editing, dan final version. Peneliti merancang tahapan writing yang diawali dengan tahap pertama yaitu tahap pre-writing. Siswa dibimbing untuk memperoleh target vocabulary, dengan memberikan kosa kata atau kata benda maupun struktur kalimat yang sesuai dengan tema yang dipelajari. Tahap kedua yaitu tahap drafting. Tahap ini dilakukan pada saat kegiatan menggambar dan menulis target vocabulary yang diberikan pada tahap pre-writing. Siswa menggambar dan menyertakan kosa kata sebagai keterangan gambar. Tahap ketiga yaitu tahap editing. Pada tahap editing siswa diminta untuk memperbaiki hasil dari drafting bersama rekan sekelasnya. Dilakukan dengan teman sebangku agar tidak siswa dapat saling membantu dan memahami kesalahan yang dilakukan dalam penulisannya tersebut. Selanjutnya tahap final version. Tahapan terakhir yang dilakukan yaitu setelah adanya perbaikan pada proses editing, diharapkan siswa mampu membuat produk sederhana berupa deskripsi gambar situasi dengan pola kalimat yang ditentukan namun isisnya disesuaikan dengan gambar yang siswa buat. Pada tahapan terakhir yang dilakukan selama kegiatan writing yaitu final version merupakan tahap pemerolehan hasil kemampuan writing siswa. Hasil evaluasi ini yang di lihat dan digunakan sebagai hasil pantauan peningkatan nilai siswa. Bukan tidak memungkinkan nilai siswa mengalami fluktuasi nilai, hal tersebut dapat terjadi karena banyak faktor salah satunya yaitu
Mega Wahyuni, Teknik Write And Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Writing
Siswa Sekolah Dasar
disebabkan oleh rasa ketertarikan siswa pada sebuah kegiatan yang dilakukan dan karena tema yang digunakan. Hasil belajar siswa dalam penelitian yang dilakukan diperoleh melalui produk yang dibuat oleh siswa pada setiap tindakan 3 disetiap siklusnya. Produk sederhana yang dihasilkan siswa berupa gambar yang disertai deskripsi kalimat sederhana. Kemampuan writing yang dimaksud dalam penelitian yang dilakukan yaitu melihat kemampuan siswa dalam menuangkan idenya kedalam bentuk gambar dan kalimat sederhana dengan pola kalimat yang ditentukan dan isi cerita sesuai dengan ide siswa. Pola kalimat ditentukan oleh guru karena tujuannya hanya memperkenalkan siswa pada pola kalimat, memberitahu bahwa pola kalimat merupakan bagian yang penting dalam membuat susatu tulisan. Diakhiri dengan membuat produk sederhana melalui pengetahuan awal yang didapat (Bloom dalam Roybal, 2012). Baik dalam bentuk zig-zag book, mini book, dan mini poster. Walaupun terlihat berbeda-beda produk yang dihasilkan, namun cara pengerjaan dan penilaian yang dilakukan semuanya sama. Rerata hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus yang dilakukan. pada siklus I yaitu 67,69. Siklus II 72,69, pada siklus III yaitu 77,17. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik write and draw dapat meningkatkan keterampilan writing siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris di kelas V sekolah dasar.
Nilai Hasil Belajar 80
77.17 72.69
75 70
67.69
65 60 sikus I
siklus II
Siklus III
Diagram 1. Rerata Nilai Hasil Belajar Siswa Berdasarkan diagram tersebut, menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II dan siklus III. Nilai KKM yang dijadikan sebagai standar keberhasilan siswa yaitu 75. Pada siklus I, rerata nilai siswa yang didapat 67,6. Sebanyak 14 orang siswa yang sudah mencapai nilai KKM. Siswa yang mencapai nilai KKM masih belum mencapai 75% siswa, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Hasil belajar siswa yang diperoleh masih belum mencapai KKM dikarenakan siswa masih belum terbiasa dalam membuat pola kalimat dan membentuk sebuah cerita dalam bentuk zig-zag book, isi zig-zag book pada siklus I mengenai cara membuat kue dari tahap awal sampe tahap akhir sesuai keinginan. Namun sayangnya masih banyak siswa yang terpaku pada cerita dari big book yang disampaikan sebelum membuat evaluasi. Selain meniru cerita dari guru siswa juga melihat hasil temannya jadi gambar dan tahapan yang diceritakan sama persis, hal tersebut membuat penilaian kreativitas siswa tidak mencapai nilai maksimal. Lalu kalimat sederhana yang siswa tuliskan pola kalimatnya masih belum sesuai. Ada pula siswa yang hanya menggambar namun tidak menuliskan kalimatnya, sehingga nilai indikator lainnya juga jadi berkurang lagi. Ide yang siswa tuangkan juga berpengaruh pada hasil akhir. Menurut Paquette (2007) penulis yang baik hendaknya
Antologi, Vol ...., No ...., Juli 2016
memperhatikan isi tulisan yang dibuat, seperti ide yang digunakan untuk menuangkan isi tulisan. Pada siklus II tema yang digunakan tidak sama dengan tema yang ditentukan pada siklus I. Nilai yang peroleh ssiwa pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I. Rerata nilai siswa yang didapat yaitu 72,6. Sebanyak 22 orang siswa yang mencapai nilai KKM. Walau nilai yang diperoleh mengalami peningkatan sayangnya belum mencapai nilai KKM. Siswa membuat mini book pada siklus II. Faktor yang menyebabkan nilai siswa masih belum mencapai KKM sudah berkurang dalam kurannya pencapaian nilai maksimal pada setiap indikator yang sudah ditentukan. Karena siswa sudah mulai bisa membaca situasi apa yang harus mereka buat. Siswa sudah mulai terbiasa menulis. Namun masih ada beberapa siswa yang merasa materi yang digunakan pada siklus II lebih kompleks dari tema di siklus sebelumnya. Pada sikus III siswa mengalami peningkatan rerata nilai yang cukup signifikan. Rerata nilai yang diperoleh siswa yaitu 77,1 nilai ini sudah mencapai bahkan melebihi nilai KKM. Walau masih ada 9 orang siswa yang belum mencapai nilai KKM namun juka diprosentasikan jumlah siswa yang sudah mencapai nilai KKM sudah mencapai 75% siswa yang sudah mencapai nilai KKM. Hal ini dikarenakan siswa menyenangi tema yang dipelajari, lalu siswa sudah terbiasa dalam membuat gambar, kalimat sederhana yang diceritakan pada siklus sebelumnya. Siswa memuat mini poster, menggambarkan monster yang mereka inginkan dan membuat deskripsi tentang monster tersebut. Dalam hal ini siswa sudah terbiasa pada siklus-siklus sebelumnya.
90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
76% 59% 53%
56%
79% 69% 56%
38%
siklus II
12%
kesesuaian ketepatan tulisan pola kalimat dengan gambar
siklus I
kreativitas
siklus III
Indikator Penilaian Hasil Belajar siswa
Gambar 2. Diagram Indikator Penilaian Hasil Belajar Siswa Berdasarkan data diatas menunjukan presentasi perolehan setiap indikator pada hasil belajar siswa yang semakin meningkat pada setiap siklusnya. Dari setiap indikator yang ditentukan dan skor yang di dapat dari setiap indikator, pada indikator kesesuaian tulisan dengan gambar serta indikator ketepatan pola kalimat, skor yang dianggap sudah dapat memenuhi nilai KKM yaitu skor 6 dan 5. Sedangkan pada indikator kreativitas skor yang mampu memenuhi KKM adalah skor 3 dan 4. Berdasarkan yang terlihat dari indikator hasil belajar dalam pembuatan zig-zag book, mini book, dan mini poster. Masih banyak siswa yang belum mampu membuat kalimat dengan pola kalimat yang sesuai. Rendahnya perolehan skor yang dapat mencapai KKM pada indakator kesesuaian pola kalimat karena siswa lebih menyukai kegiatan menggambar dan belum memperkatikan pola kalimat yang dibuat, walau begitu siswa mampu memahami kalimat yang siswa tulis. Karena gambar yang dibuat hampir semua siswa sudah sesuai dengan tulisan. Kesesuaian gambar dengan kalimat sangat terlihat baik pada siklus III, siswa mampu mendeskripsikan monster yang digambar masing-masing sesuai keinginan siswa. Berbeda dengan membuat kalimat pada siklus I dan II siswa kurang begitu antusias. Terlihat pada perolehan hasil siswa. Siswa kurang tertarik untuk menuliskan tahap demi
Mega Wahyuni, Teknik Write And Draw Untuk Meningkatkan Kemampuan Writing
Siswa Sekolah Dasar
tahap dalam membuat cookies pada siklus I, dterutama siswa laki-laki. Pada siklus II mulai mengalami peningkatan, karena siswa diminta untuk menuliskan keinginan siswa untuk berkunjung pada suatu tempat untuk berlibur, dan siswa antusias untuk berceita. Lalu pada pola kalimat yang senantiasa mengalami kesalahan, dipengaruhi oleh penggunaan pola kalimat pada bahasa pertama. Sulitnya mengaplikasikan bahasa kedua salah satunya karena kebiasan pada penggunaan penempatan pola kalimat dengan menggunakaan bahasa ibu (Ipek, 2009). Sebaiknya guru mengingatkan kepada siswa bentuk pola kalimat juga merupakan hal yang dianggap penting dalam penulisan kalimat, dengan tujuan agar tidak merubah makna pada kalimat yang ditulis. Siswa terkadang merasa kebingungan dalam menempatkan kosa kata pada kalimat. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SD Negeri Cijati 01, peneliti membuat suatu kesimpulan melalui proses pembelajaran dan hasil belajar siswa melalui kegiatan writing dengan mengguakan teknik write and draw di kelas V. Hasil belajar siswa yang diperoleh melalui kegiatan pembelajaran writing dengan menggunakan teknik write and draw mengalami peningkatan pada setiap siklusnya, pada siklus I yaitu 67,69. Siklus II 72,69, pada siklus III yaitu 77,17. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik write and draw dapat meningkatkan keterampilan writing siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris di kelas V sekolah dasar. REFERENSI Anning, A. (2002). Conversations around young children’s drawing: The impact of the beliefs of significant others at home and school. The
International of Art and Design Education, 21(3), 197-208. Asmari, A. A. (2013). Investigation of Writing Strategies, Writing Apprehension, and Writing Achievement among Saudi EFLMajor Students. International Education Studies, 6(11). 130-139. Brewster, J., Ellis, G., & Girard, D. (2002). The primary english teacher’guide. Harmer, J. (2004). How to teach writing. Malaysia: Longman. Hermawan, Mujiono, & Suherman. (2007). Metode penelitian pendidikan sekolah dasar. Edisi kesatu, Bandung : Upi Press. Ipek, H. (2009). Comparing and contrasing first and second language acquisition: Implikation for language teacher. English Language Teaching Journal, 2(2), 155-163. Linse, C. T. (2005). Practice English language teaching: Young learner. North Ammerica: McGraw Hill. Paquette, K, R. (2007). Encouraging primary students writing through childrens literature. Early Childhood Education Journal, 35(2), 155-163. Pinter,
A. (2009). Teaching young lenguage learners. New York : Oxford University Press.
Roybal, R.A., (2012). Creating critical thinking writers in middle school: a look at the jane schaffer model. University of California: San Rafael, CA
Antologi, Vol ...., No ...., Juli 2016
Scott, W. A. & Ytreberg, L. H. (2003). Teaching english to children. New York: Longman. Syaripudin, Tatang dan Nuraini. (2006). Landasan pendidikan. Bandung: UPI PRESS.