MEDIA PENYIMPANAN BENDA BERHARGA DI BANK PADA MASA KOLONIAL (KOLEKSI MEDIA PENYIMPANAN DI MUSEUM BANK MANDIRI) Pranalendro Muliawan dan Dr. Kresno Yulianto Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16431, Indonesia
[email protected]
Abstrak Media penyimpanan yang digunakan di bank memiliki beberapa variasi diantaranya lemari besi dan Safe deposit box. Penelitian ini mengambil koleksi lemari besi dan Safe deposit box di Museum Bank Mandiri. Koleksi Lemari besi dan Safe deposit box menjadi objek penelitian karena memiliki keunikan dalam pembuatan, penggunaan dan bahan materi media tersebut. Analisa penelitian menitikberatkan pada bentuk, ruang, dan waktu. Penelitian dilakukan dengan observasi, analisis, dan interpretasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis media penyimpanan pada masa kolonial dan untuk mengetahui fungsi dari media penyimpanan tersebut. Kata Kunci : Lemari besi, Safe deposit box, Museum Bank Mandiri
Media of Valuable Thing at Bank in the Colonial Period Abstract Storages which used in bank has several variations including the vault and safe deposit box. This study takes the collection of vault and safe deposit box at the Bank Mandiri Museum. The vault and the safe deposit box was the research object because it has uniqueness in making, using and the resource materials. The main research analysis focuses on form, space, and time. The research was done by observation, analysis, and interpretation. This study intended to find the types of storage media in the colonial period and to find the function of the media. Key Word: Vault, Safe Deposit Box, Museum Bank Mandiri
Pendahuluan Menyimpan benda adalah salah satu sikap yang sejak masa prasejarah sudah dilakukan oleh manusia. Terutama pada masa berburu dan mengumpulkan makanan. Dilihat dari kata “mengumpulkan”, hal ini mengindikasikan adanya perilaku untuk menyimpan benda yang dalam hal ini berupa makanan baik yang didapat dari tumbuhan maupun yang didapatkan dari hewan. Salah satu cara penyimpanan makanan pada masa sebelum ditemukannya bahan pengawet makanan adalah dengan
melalui proses tertentu, kemudian disimpan dalam sebuah lumbung dan wadah yang digunakan terbuat dari tanah liat (gerabah). Selain itu, ditemukan juga beberapa bejana yang berbentuk seperti keranjang nelayan, terbuat dari perunggu, dan diperkirakan sebagai alat upacara, diperkirakan benda-benda ini berasal dari masa Neolithic sekitar 4000 tahun yang lalu (Kempers, 1959:28-29). Pada kuburan prasejarah juga ditemukan benda-benda berharga yang dijadikan sebagai bekal kubur.
Media penyimpanan…, Pranalendro Muliawan, FIB UI, 2013
Pada masa Majapahit perilaku menyimpan benda berharga antara lain diwujudkan dalam bentuk celengan yang terbuat dari bahan tanah liat yang mengindikasikan kegiatan menabung untuk menyimpan uang logam. Indikasi lain adalah adanya peripih yang digunakan sebagai tempat menyimpan elemen-elemen sakral. Media lain sebagai tempat penyimpanan adalah cepuk yang kebanyakan ditemukan terbuat dari bahan keramik. Pada masa kerajaan Islam sebelum kolonisasi, penggunaan media penyimpanan kemungkinan tidak banyak berubah dengan masa sebelumnya. Hal ini disebabkan tidak banyak temuan media penyimpanan benda berharga yang berasal dari zaman ini. Namun perkembangan benda berharga semakin berkembang terutama di kerajaan Aceh dan Banten karena kerajaan tersebut menggunakan mata uang logam dari bahan logam mulia, yaitu emas dan perak. Secara umum penggunaan kertas sudah dikenal sejak masa mesir kuno sekitar ± 4000 SM, namun ada juga yang mengatakan bahwa di daratan cina sudah menggunakan kertas jauh sebelumnya. Pada awalnya penggunaan kertas hanya sebagai media tulis, lukis, gambar, seni melipat kertas maupun media kesenian lainnya. Kemudian pada abad ke-19 M ditetapkan berdasarkan Code Civil dan Code de Commerce yang berlaku di Perancis penggunaan surat berharga sebagai alat tukar yang sah, pada saat itu yang surat berharga yang berlaku berupa wesel. Hukum ini dijiplak oleh Belanda dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Belanda ditetapkan mulai tanggal 1 Oktober 1838 karena Belanda masih dibawah jajahan Perancis. Hukum ini baru resmi digunakan di nusantara pada 1 Mei 1848 dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang Hindia Belanda. Khusus tentang sejarah pengaturan surat berharga dibagi menjadi 3 sistem: sistem Perancis, sistem Jerman, dan sistem Inggris. Pada tahun 1930 dilakukan penyeragaman pada sistem wesel dalam koferensi di Jenewa. Selanjutnya pada tahun 1931 di tempat yang sama dilakukan penyeragaman sistem cek (Suryohadibroto dkk, 1987 : 38-39). Pada masa kolonial perilaku untuk menyimpan benda berharga semakin berkembang dan semakin bervariasi karena dipengaruhi perkembangan teknologi dan informasi sehingga memicu juga perkembangan perdagangan dan perekonomian. Benda berharga yang dikenal pada masa kolonial diantaranya terbuat dari logam biasa maupun logam mulia, ada pula benda berharga yang terbuat dari bahan kertas. Benda berharga yang terbuat dari kertas dikenalkan karena penggunaan uang kurang efisien. Benda berharga yang terbuat dari kertas ini risikonya mudah rusak karena terkena air, api, dan pelapukan. Risiko lain adalah bahaya dari manusia seperti dirusak atau dicuri. Semakin majunya teknologi penyimpanan semakin besar pula kemungkinan dicuri
karena pencuri dapat menggunakan alat yang dapat merusak tempat penyimpanannya. Hal ini menyebabkan diperlukannya penyimpanan khusus untuk benda yang rentan terhadap kerusakan dan aman dari kemungkinan dicuri. Salah satu institusi yang memiliki media penyimpanan tersebut adalah bank. Bank-bank yang berkembang pada masa kolonial antara lain Javasche Bank dan Nederlandsche Handel Maatschappij. Javasche Bank atau Bank Jawa yang didirikan pada tahun 1828 dan memperoleh izin pada tahun 1827 sebagai bank sirkulasi dan mengemban tugas sebagai bank sirkulasi. Bank sirkulasi merupakan lembaga yang mengedarkan dan mengawasi peredaran dan penggunaan mata uang (Poesponegoro dan Notosusanto, Vol 5, 2008:173-174). Sementara itu Nederlandsche Handel Maatschappij pada tahun 1929 adalah bank milik Belanda yang berperan sebagai penyandang modal perusahaan perkebunan (Poesponegoro dan Notosusanto, Vol 5, 2008:177). Ternyata penggunaan semua alat tukar masih kurang efisien karena pembeli harus membawa alat perantara tersebut dengan jumlah yang banyak jika ingin membeli barang dengan jumlah besar maupun barang dengan harga yang mahal, selain itu ada pula faktor keamanan yang menjadi bahan pertimbangan juga seperti pencurian maupun perampokan. Maka berkembanglah penggunaan surat berharga antara lain: wesel, aksep, cek, saham, obligasi, konosemen, karcis, surat penitipan barang, bilyet giro, kartu kredit, dan lain sebagainya. Dengan menggunakan surat-surat tersebut, seorang pembeli tidak perlu membawa uang dengan jumlah yang banyak. Pembeli hanya perlu memberikan (dengan bukti-bukti tertentu) surat berharganya untuk ditukarkan dengan barang yang dimaksud dan si penjual dapat menerima uangnya dari bank dengan melakukan prosedur yang berlaku. Secara singkat itu lah kegunaan surat berharga, ada beberapa definisi dari surat berharga menurut beberapa ahli antara lain; Molengraaf, Ribbius, Scheltema, dan Prof. Soekardono. Menurut Molengraaf, surat berharga adalah akta-akta atau alat-alat bukti yang menurut kehendak dari penerbitnya atau ketentuan undang-undang diperuntukkan semata-mata sebagai upaya bukti diri (legitimasi), akta-akta mana diperlukan untuk menagih. Ribbius mengatakan melihat surat-surat demikian sebagai surat-surat yang pada umumnya harus di dalam pemilikan seseorang untuk dapat melaksanakan hak yang ada di dalamnya. Scheltema memiliki pendapat lain yaitu berdasarkan posisi dari kreditur maupun debiturnya dengan mengemukakan pandangannya: “bahwa tidak hanya pemilikannya perlu bagi kreditur untuk dapat melaksanakan haknya tetapi bahwa juga bagi debitur untuk dapat membayar yang membebaskan, tidak dapat berbuat lain selain dengan meminta penyerahan/pengunjukan dari surat itu”. Berbeda dengan
Media penyimpanan…, Pranalendro Muliawan, FIB UI, 2013
ahli sebelumnya, pendapat Prof. Soekardono menyederhanakannya bahwa surat-surat berharga adalah surat-surat yang senilai dengan perikatan dasarnya. Secara keseluruhan definisi surat berharga menurut para ahli tersebut adalah surat yang diadakan oleh suatu perusahaan maupun perorangan untuk memenuhi pembayaran sejumlah harga uang. Pembayarannya menggunakan alat tukar berupa surat-surat yang di dalamnya terdapat suatu pesan atau perintah kepada pihak ketiga atau pernyataan kesanggupan untuk membayar sejumlah uang kepada pemilik surat tersebut (Suryohadibroto dkk, 1987: 5-7). Media penyimpanan pada bank bisa berupa Safe Deposit Box, kotak uang, lemari besi (Strongbox), dan ruang besi (Strong Room atau Vault). Secara umum Safe Deposit Box adalah loker pribadi untuk menyimpan harta benda yang disediakan oleh bank maupun perusahaan kredit dan selalu terkunci, izin masuk ke loker dibatasi hanya bagi penyewa (Woelfel, Vol 2, 1994:1018). Benda berharga adalah benda yg memiliki nilai tertentu yg di dalamnya mengandung nilai sejarah, material mulia maupun sesuatu yg ditetapkan oleh Negara. Benda yang disimpan dalam media-media tersebut umumnya uang, saham, giro, bilyet giro, surat wesel, surat aksep, emas, dan perhiasan. Uang sebagai alat tukar dapat berupa instrumen, alat tukar khusus, atau sebuah komoditas, berbahan dasar kertas dan logam, digunakan memindahkan nilai suatu benda (Woelfel, Vol 2, 1994:752). Emas adalah logam berharga yang sering digunakan sebagai alat tukar sebelum adanya penggunaan uang kertas, bank pada masa lalu menyimpannya dalam bentuk emas batangan sejak 1934 sesuai dengan Gold Reserve Act of 1934 (Woelfel, Vol , 1994:522). Seperti yang telah ditulis diatas Javasche Bank merupakan bank sirkulasi yang memiliki wewenang untuk mengeluarkan uang kertas, pembukaan rekening giro, menerima deposito berjangka, memperdagangkan logam mulia dan alat-alat pembayaran luar negri, berdasarkan Undangundang tahun 1922 (Poesponegoro dan Notosusanto, Vol 5, 2008:174). Tempat penyimpanan dan benda berharga pada masa kolonial yang hingga kini koleksinya masih tersimpan cukup lengkap dan masih asli salah satunya berada di Museum Bank Mandiri yang berlokasi di Jl. Lapangan Stasiun No. 1 Pinang Siang, Tambora, Jakarta Barat, Jakarta. Bangunan Museum Bank Mandiri awalnya merupakan kantor Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM) dengan nama de Factorij Batavia yang dibangun sejak 1929 dan diresmikan pada tanggal 14 Januari 1933. Gedung ini dirancang oleh J.J.J. de Bruyn, A.P. Smits, dan C. van de Linde. Pada zaman kemerdekaan gedung ini diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan perusahaan NHM dilebur menjadi Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) urusan ekspor impor. Kemudian
terjadi perubahan-perubahan berdasarkan kebijakan pemerintah BKTN diintegrasikan dengan Bank Indonesia urusan Tani dan Nelayan, selanjutnya berubah menjadi Bank Negara Indonesia unit II, fase selanjutnya menjadi Bank Expor Impor (Bank Exim) dan menjadi Bank X pada tahun 1998. Pada tahun yang sama tepatnya tanggal 2 Oktober 1998 bangunan ini menjadi Museum Bank Mandiri. Sejak saat itu bangunan ini menjadi aset sejarah Bank X karena bangunan ini yang masih mempertahankan keasliannya. Di Museum Bank Mandiri dapat dijumpai berbagai macam media penyimpanan, lebih rinci media penyimpanan benda berharga dan aset-aset bank, antara lain lemari besi, safe deposit box, kotak uang, dan vault. Secara keseluruhan kondisi media penyimpanan yang dipamerkan secara fisik masih dalam kondisi yang baik. Kerusakan yang terjadi pada media penyimpanan biasanya hilangnya bagian hiasan, cat yang pudar, karat pada sudut-sudut dasarnya, dan beberapa koleksi tersebut tidak bisa dibuka, penyebabnya tidak diketahui apakah karena kuncinya hilang, karat hingga pintunya macet, atau rusak. Media penyimpanan yang ada kebanyakan berasal dari Belanda, tetapi ada juga yang dari Inggris dan Jepang. Ada beberapa variasi asal tahun media penyimpanan, lemari besi memiliki kurun waktu sekitar 1800-an sampai 1990an, kotak uang sulit diketahui karena tidak ada tanggal pembuatannya namun dapat diperkirakan tahun 1933 berdasarkan merek dagangnya, safe deposit box dan vault sekitar tahun 1933. Media penyimpanan merupakan salah satu tinggalan yang menunjukkan perkembangan teknologi dan perilaku manusia dalam menyimpan benda. Melalui tinggalan ini kita bisa merekonstruksi perilaku separti apa penyimpanan benda berharga pada masa kolonial. Hal yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah media-media penyimpanan yang digunakan oleh bank. Lebih spesifik lagi penelitian ini mendalami pada masa kolonial di Batavia. Penelitian ini membahas media penyimpanan benda berharga ditinjau dari sisi bentuk, bahan, dan variasi. Kemudian untuk mengetahui fungsi dari media penyimpanan tersebut. Penelitian ini menitik beratkan pada jenis-jenis media penyimpanan yang digunakan bank pada masa kolonial. Kemudian untuk membahas bentuk, bahan, dan variasi media penyimpanan pada masa kolonial. Selanjutnya untuk membahas fungsi dari media penyimpanan tersebut. Penelitian ini dibatasi hanya koleksi Museum Bank Mandiri dan masa kolonial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk media penyimpanan benda berharga di Museum Bank Mandiri pada masa kolonial. Pada masa ini media penyimpanan memiliki perkembangan yang maju karena media penyimpanan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang diberikan
Media penyimpanan…, Pranalendro Muliawan, FIB UI, 2013
oleh institusi bank. Kemudian untuk mengetahui fungsi dari media tersebut.
Metode Metode dilakukan dengan 3 proses: observasi atau pengumpulan data, analisis data, dan penafsiaran data (Deetz, 1967: 9). Penelitian ini lebih difokuskan pada tahap pangumpulan dan pengolahan data, namun penelitian ini tidak menerapkan teori tertentu. Mengumpulkan data-data berupa bentuk, bahan, ukuran dan sebagainya. Selain itu, mengumpulkan data dari studi pustaka. Observasi dilakukan dengan izin yang diberikan oleh Bank X pusat. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung ke Museum Bank Mandiri kemudian merekam data dengan kamera saku digital dan data difoto bersama skala untuk pembanding. Kemudian mengumpulkan data tentang bahan dengan mengamati, memegangnya dan mengetuk untuk mengetahui jenis bahannya. Untuk mengumpulkan data ukuran dilakukan dengan pengukuran langsung dengan menggunakan meteran 5 meter dan ditambah dengan database dari museum. Selain itu dilakukan observasi pustaka tentang sejarah dari Museum Bank Mandiri dan kegiatan perbankan di masa kolonial belanda pada pertengahan abad ke-20. Kemudian ditambah dengan data-data dari internet tentang perusahaan yang memproduksi dan sejarah perkembangannya. Dari data-data tersebut kemudian dilakukan deskripsi dimulai dengan bentuk dasar, ornamen, bahan, hiasan dan merek. Pendeskripsian dilakukan secara verbal dan ditampilkan dengan foto. Tahap pengolahan data adalah tahap memilah, mengklasifikasi data yang telah dikumpulkan dan menyatukan data yang didapat di lapangan maupun data pustaka. Pemilahan dilakukan dengan menjabarkan semua data bentuk dasar, ornamen, bahan, hiasan dan merek. Kemudian pendeskripsian pada bentuk dasar yang dilakukan dengan melihat bentuk dasarnya dari muka koleksi. Selanjutnya pendeskripsian ornamen-ornamen pada koleksi yang meliputi jumlah pintu dan bentukbentuk pegangan pintu. Tahap selanjutnya pendeskripsian pada bahan yang dilakukan berdasarkan data lapangan yang diperoleh. Tahap selanjutnya pendeskripsian hiasan yang meliputi logo dan gambargambar yang terdapat pada koleksi. Untuk merek hanya dilakukan penghitungan untuk melihat merek yang paling dominan digunakan dan negara yang memproduksi merek tersebut. semua data dimasukkan kedalam tabel untuk dipilah. Semua data akan dikorelasikan berdasarkan variabel-variabel yang sudah ditentukan. Selanjutnya di lakukan analisa pada setiap variabel berdasarkan data yang tertera pada tabel. Analisa dilakukan berdasarkan jumlah terbanyak dan keunikan
tertentu pada data, serta dilakukan tinjauan pustaka jika memungkinkan. Setelah melakukan pendeskripsian dan penganalisasan tahap selanjutnya adalah tahap penafsiran. Penafsiaran dilakukan berdasarkan tabel-tabel yang dibuat dengan menghubungkan bentuk dengan fungsi ditambah dengan data arsip dan data internet, membedakan bentuk, bahan, merek, ukuran, dan hiasan. Hal ini dilakukan dengan mengkorelasikan variabel-variabel yang telah ditentukan. Hasil dari korelasi untuk menentukan fungsi dan penggunaannya jika memungkinkan. Sejarah Sosial-Ekonomi di Batavia Sebelum menjadi Batavia, kota ini bernama Sunda Kelapa, lalu menjadi Jayakarta dan setelah Belanda menaklukkan daerah ini pada tahun 1619, daerah ini dinamaka Batavia. Nama ini diambil dari nama sebuah kota di Belanda. Batavia bukan hanya namanya saja yang dijadikan sebagai jiplakan dari kota di Belanda akan tetapi juga bentuk bangunan-bangunan kota, kanal-kanal, jembatan tarik, gereja, dan jalanan yang dikeraskan dengan batu-batu bulat. Sebagai salah satu kota pelabuhan nusantara, Batavia menjadi kota yang sangat berkembang di masa penjajahan Belanda. Batavia menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan VOC. Batavia dibangun dengan kanal-kanal sedemikian rupa tanpa memperhatikan keadaan alam tropis. Munculnya berbagai penyakit endemis dan berkembangbiaknya populasi nyamuk malaria yang disebabkan oleh tambak yang dibangun di jalur pantai berlumpur antarkota dan laut. Hal ini lah yang menyebabkan masyarakat golongan atas banyak yang berpindah ke selatan karena lingkungannya lebih sehat dan lebih sejuk, antara lain daerah Weltevreden dan wilayah selatan di pinggir kota Oud Batavia. Pada masa penjajahan Belanda, VOC adalah perusahaan yang menguasai Batavia. VOC atau Verenigde Oostindische Compagnie bertugas untuk memonopoli perdagangan di Batavia. Di Batavia terdapat pembagian penduduk dalam beberapa golongan, yaitu pegawai dan tentara VOC, vrijbrgers atau bekas pegawai atau tentara VOC yang tidak kembali ke tanah airnya, meztizo atau yang berdarah campuran Belanda-Asia, mardjiker atau bekas budak yang telah dibebaskan, orang-orang Asia yang kebanyakan berasal dari cina, dan berbagai etnik dari nusantara (Tim Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, 2003). Namun setelah dirasakannya kemunduran VOC, Batavia ditetapkan sebagai kota yang mengalami kemajuan pesat antara tahun 1690-1730 (Haris, 2007). Pada awal abad 20 Batavia menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda. Pusat pemerintahan itu berada di Stadhuis yang sekarang menjadi Museum Sejarah
Media penyimpanan…, Pranalendro Muliawan, FIB UI, 2013
Jakarta. Selain menjadi pusat pemerintahan Stadhuis juga menjadi pengadilan, penjara, dan tempat eksekusi mati. Penduduk pada masa kolonial di Batavia meliputi orang Eropa, Pribumi, dan Cina. Penduduk yang paling dominan adalah orang-orang Pribumi, dengan minoritasnya orang Cina dan tujuh persen dari jumlah keseluruhannya adalah orang Eropa (Blackburn, 2007). Batavia memang sudah dikenal sebagai kota yang ditinggali berbagai macam suku bangsa. Mereka berada di bawah perlindungan hukum kolonial Hindia Belanda yang berlaku pada saat itu. Bank yang ada di Batavia pada saat itu belum banyak, hanya beberapa bank swasta, yaitu De Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM), Nederlandsch Indische Handelsbank (NIHB), Nederlandsche-Indische Escomto Maatschappij, De Nederlandsche Handel-bank, Yokohama-Spiece Bank, The Chartered Bank of India, Australia and China (bank milik Inggris), Oversea Chinese Banking Corporation (bank milik Cina) dan satu bank sirkulasi, yaitu De Javasche Bank (Poesponegoro dkk, 2008). Pada awal kemerdekaan R.M. Margono Djojohadikoesoemo memprakarsai untuk segera membentuk Bank Negara Indonesia sejak bulan September 1945. Beliau pada saat itu menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung. Usul tersebut tidak disetujui oleh Ir. Soerachman, beliau memberikan usulan sebaiknya menguasai Javasche Bank lengkap beserta aparatnya. Meskipun pada akhirnya terbentuk juga Bank Negara Indonesia yang diresmikan pada tanggal 17 Agustus 1946 (Tim, 1996). Keadaan masyarakat Pribumi sebagai orang-orang yang terjajah kebanyakan masih miskin dan hanya masyarakat Eropa dan Asia (luar Nusantara) yang menjadi pedagang maupun tuan tanah yang kaya. Kebanyakan dari mereka menjadikan masyarakat Pribumi menjadi jongos dan budak. Selain itu masyarakat atas tidak banyak yang bermukim di Batavia karena masalah kesehatan dan daerah Batavia dijadikan daerah perkantoran. Orang-orang Cina yang dibawa oleh orang-orang Belanda merupakan kuli-kuli yang dibawa dari daratan Cina. Setelah mereka sampai di Nusantara mereka bekerja di perkebunan dan mereka juga menjadi golongan perantara bagi Belanda dan Pribumi sehingga banyak dari mereka yang memiliki kedudukan, namun yang paling tinggi hanya Kapiten. Kebanyakan dari mereka cukup sukses sebagai pedagang dan tercatat jumlah orang Cina pada tahun 1920-an 40.000 jiwa dan sempat menurun di tahun 1930-an, namun tidak adanya penanganan dalam hal imigrasi jumlah ini bertambah menjadi 1,25 juta jiwa pada tahun 1950. Pada masa Indonesia merdeka Batavia menjadi Jakarta dan sebagai Ibu Kota Negara. Semua bidang perekonomian berpusat di sini karena kota ini menerima investasi dalam jumlah besar (Blackburn, 2011).
Hubungan Bank dengan Masyarakat Masyarakat yang menggunakan bank pada masa kolonial tidak banyak dan hanya masyarakat kelas atas dan petinggi-petinggi saja yang menggunakannya. Mereka menggunakan bank karena institusi ini memiliki pelayanan berupa penyimpanan khusus yang aman. Selain itu, bank memiliki konstruksi khusus pada bangunannya. Konstruksi khusus tersebut berupa ketebalan tembok yang mencapai tebal 100 cm dan lapisan besi yang ditanam pada tembok ruang penyimpanan. Hal ini juga didukung dengan lemarilemari besi yang tahan api, air, kelapukan. Bank juga memiliki penjagaan yang ketat serta pengawasan secara berkala, pencuri dan perampok pada masa itu sulit untuk menembus ke bank untuk melakukan tindak kriminal. Dengan adanya semua hal tersebut bank merupakan sarana yang baik untuk menyimpan benda berharga. Lemari besi Alat ini adalah media penyimpanan yang paling umum digunakan. Media ini cukup mudah penggunaannya dan memiliki ukuran yang beragam sesuai dengan kebutuhan. Dengan ukuran yang beragam ini pula lemari besi dapat disembunyikan di dalam tembok kemudian ditutup dengan lukisan maupun benda lain yang sekiranya dapat menyamarkan lemari besi tersebut. Pada umumnya lemari besi terbuat dari bahan logam keras seperti besi dan baja, namun perkembangannya bahan yang digunakan lebih bervariasi seperti bahan titanium. Lemari besi pada umumnya menggunakan bahan besi dengan ketebalan dinding dan pintu mencapai 10 cm. Dengan ketebalan ini lemari besi cukup kuat untuk menahan ledakan bom maupun dinamit. Bahkan kerap ada kasus sebuah bangunan yang runtuh namun lemari besi yang ada di dalamnya masih dalam keadaan utuh. Safe Deposit Box Safe Deposit Box merupakan sebuah pelayanan bank kepada masyarakat berupa loker pribadi untuk menyimpan harta benda yang disediakan oleh bank maupun perusahaan kredit dan selalu terkunci, izin masuk ke loker dibatasi hanya bagi penyewa (Woelfel, Vol 2, 1994:1018). Penggunaan Safe Deposit Box mulai dikenal di Indonesia sejak kedatangan Belanda. Safe Deposit Box mulai digunakan sejak 1928 pada perusahaan Nederlandsche Handel Maatschappij. Penggunaan Safe Deposit Box tidak hanya terdapat di bank saja akan tetapi digunakan juga dalam pegadaian dan kantor pos pada pertengahan abad ke-20 di Indonesia. Beberapa Safe Deposit Box yang digunakan di
Media penyimpanan…, Pranalendro Muliawan, FIB UI, 2013
Indonesia menjadi koleksi Museum Bank Mandiri yang terletak di lantai dasar Museum Bank Mandiri. Dalam setiap ukuran Safe Deposit Box memiliki perbedaan biaya dalam penyewaannya. Semakin besar ukuran Safe Deposit Box maka akan semakin mahal biaya sewanya. Safe Deposit Box loker Safe Deposit Box loker merupakan Safe Deposit Box yang digunakan oleh bank untuk pelayanan penyimpanan. Safe Deposit Box yang sekarang menjadi koleksi Museum Bank Mandiri setelah ditinggalkan oleh Bank Exim memiliki 2000 loker, namun sekarang jumlahnya kurang dari 2000 loker. Safe Deposit Box berpintu Safe Deposit Box berpintu adalah Safe Deposit Box dengan bentuk sebuah lemari besi, namun pada bagian dalamnya memiliki loker dengan dua lubang kunci. Museum Bank Mandiri memiliki dua buah koleksi Safe Deposit Box berpintu, yaitu Safe Deposit Box dengan merek De Haas Rotterdam dan Safe Deposit Box dengan merek Lips/Chubb. Sejarah Media Penyimpanan Bank merupakan sebuah institusi yang menyimpan asetaset berharga dan harta benda baik milik nasabahnya maupun milik bank itu sendiri atau bahkan benda berharga milik negara. Pada awalnya penjagaan dilakukan secara fisik yaitu dengan menggunakan petugas yang selalu berjaga. Namun cara ini memiliki kelemahan, terkait dengan orang yang menjaganya. Perlu dipertimbangkan seberapa kuat orang tersebut menjaga dan menghadapi pencuri yang datang. Kelemahan berikutnya adalah semakin berkembangnya teknologi senjata yang dapat melumpuhkan atau bahkan mematikan si penjaga. Cara penyimpanan selanjutnya adalah menggunakan peti yang terbuat dari kayu. Bahan kayu memang sulit ditembus dengan menggunakan tenaga manusia, namun masih dapat dihancurkan dengan mudah menggunakan logam. Selain itu, bahan ini mudah lapuk jika terkena air dan mendapatkan gangguan dari hewan seperti rayap, yang paling rentan dari bahan ini adalah mudah terbakar. Bahkan ada pula beberapa orang yang menyimpan peti hartanya dengan dikubur di dalam tanah. Hal ini juga menimbulkan kendala karena pemiliknya bisa saja lupa menguburkan dimana peti harta miliknya. Meskipun mereka membuat peta tempat penyimpanan peti tersebut tidak menjamin peti tersebut masih berada di tempatnya. Namun kemungkinan lain adalah bisa saja peta tersebut hilang.
Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut berkembang seiring dengan teknologi tempat penyimpanan berbahan logam. Penggunaan bahan logam lebih efektif karena sulit ditembus dan hanya bisa dibuka dengan menggunakan kunci. Berkembang juga kunci yang digunakan, ada yang menggunakan dua kunci dan ada yang menggunakan kunci berkode. Untuk berjaga-jaga, terkadang penggunaan kode ditambahkan juga dengan kunci. Hal ini dimaksudkan agar jika si pemiliknya lupa kodenya atau kunci kodenya rusak maka media penyimpanan ini masih bisa dibuka dengan kunci. Media penyimpanan meskipun sudah dikenal media penyimpanan berbahan logam, namun penyimpanan secara fisik dengan menggunakan penjaga masih tetap dilakukan. Perkembangan teknologi media penyimpanan juga berkembang hingga menjadi bagian dari suatu bangunan yang disebut vault atau strong room. Keunikan dari media ini adalah penggunaan semen dan logam. Biasanya pintu vault terbuat dari baja tebal dengan kunci dan kode kombinasi, namun temboknya terbuat dari bata yang di dalamnya terdapat plat besi baja sebagai tambahan kekuatan dan kekokohan ruangan tersebut. Penguncian pada vault dan lemari besi berbeda dari pintu biasa, penguncian alat-alat ini terdapat di 3 sisi daun pintu dengan besi tebal. Sehingga penempatan engsel pintu tidak menjadi masalah pada lemari besi dan vault. Penyimpanan aset-aset bank membutuhkan sebuah media yang aman, tahan api, tahan air, dan kelapukan karena aset yang disimpan di bank terbuat dari bahan yang mudah rusak, yaitu kertas. Selain itu, aset-aset yang terbuat dari logam juga membutuhkan perlindungan dari pencurian maupun benturan yang disebabkan oleh bencana alam. Media yang digunakan haruslah kuat, kokoh, dan sulit untuk dirusak maupun ditembus oleh orang selain pegawai bank. Media penyimpanan yang digunakan oleh bank pada masa kolonial dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu media penyimpanan yang portable dan yang menyatu dengan bangunan. Media penyimpanan yang Portable dapat diklasifikasikan lagi menjadi dua, yaitu: lemari besi, dan safe deposit box, sedangkan Media penyimpanan yang menyatu dengan bangunan disebut dengan Ruang Besi (Vault/Strong Room). Bentuk-bentuk lemari besi Bentuk pada lemari besi secara umum tidak memiliki banyak variasi. Pada umumnya berbentuk balok persegi. Bentuk balok ini mengikuti ruang yang digunakan karena bentuk balok lebih mengisi ruang.
Media penyimpanan…, Pranalendro Muliawan, FIB UI, 2013
Bentuk dasar Bentuk dasar lemari besi terbagi kedalam 3 bentuk dasar, yaitu bentuk dasar polos, bentuk dasar dengan kaki, dan bentuk dasar yang berpelipit. Gambar 3.3 bentuk dasar berpelipit No Bentuk dasar Jumlah 1 Bentuk dasar polos 18 2 Bentuk dasar berkaki 4 3 Bentuk dasar berpelipit 1 4 Bentuk dasar berkaki dan berpelipit 4 Jumlah 27 Tabel 3.1 bentuk dasar lemari besi koleksi Museum Bank Mandiri Lemari besi dengan bentuk dasar polos adalah lemari besi yang hanya berbentuk segi empat. Bentuk ini menjadi bentuk dasar lemari besi pada umumnya. Variasi dari bentuk ini biasanya berupa tambahan pada engsel seperti pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 variasi bentuk dasar polos Lemari besi dengan bentuk dasar berkaki adalah lemari besi yang berbentuk segi empat dengan kaki pada bagian bawahnya. Lemari besi dengan kaki dapat mengurangin jangkauan air jika terjadi banjir. selain itu, dapat memudahkan penggunanya karena jangkauan pengguna tidak terlalu jauh. Bentuk ini memiliki variasi yang paling banyak, bahkan ada yang menggunakan roda untuk empermudah mobilisasi. Variasi bentuk dasar ini dapat dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 variasi bentuk dasar berkaki Bentuk dasar berpelipit adalah lemari besi yang berbentuk segi empat dengan tambahan hiasan pada bagian atasnya. Pada dasarnya pelipit pada bagian atas lemari besi ini hanya lah sebuah hiasan. Namun, secara tidak langsung pelipit ini dapat menahan benturan maupun beban yang mungkin menimpa lemari besi. Hanya ada satu jenis. Jenis bentuk ini dapat dilihat pada gambar 3.3.
Bentuk dasar berpelipit dan berkaki adalah bentuk dasar dari lemari besi dengan bentuk segi empat yang memiliki kaki dan hiasan berupa pelipit pada bagian atasnya. Hanya ada 1 jenis lemari besi yang menggunakan bentuk dasar berkaki dan berpelipit. Dapat dilihat pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 bentuk dasar berkaki dan berpelipit Dari tabel 3.1 dapat dilihat bahwa bentuk lemari besi dari bentuk dasar 1 sampai bentuk dasar 9, bentuk dasar 1 merupakan bentuk yang paling banyak digunakan yaitu sebanyak 17 lemari besi, kemudian bentuk dasar 3 dengan 4 buah lemari besi. Bentuk dasar 2, bentuk dasar 4, bentuk dasar 5, bentuk dasar 6, bentuk dasar 7, bentuk dasar 8 dan bentuk dasar 9 hanya terdapat 1 lemari besi. Bentu dasar 1 merupakan bentuk dasar yang paling banyak digunakan, hal ini kemungkinan disebabkan oleh bentuknya yang sederhana sehingga mudah dalam penempatan di suatu ruangan. Dalam penyimpanan benda berharga hal yang diutamakan adalah keamanan. Selain itu, bobot lemari besi menjadi keuntungan tersendiri, pencuri tidak dapat memindahkannya dengan mudah karena lemari besi dengan bentuk dasar 1 memiliki ukuran yang relatif besar. Akan tetapi lemari besi bentuk dasar 1 juga memiliki kekurangan, yaitu tidak memiliki kaki sehingga jika terjadi banjir ada kemungkinan air dapat masuk melalui sela-sela pintu bagian bawah. Kemungkinan bentuk dasar 3 digunakan karena alasan tersebut, dengan adanya kaki dapat mengurangi risiko banjir. Lemari besi akan sulit jika diletakkan di lantai atas bangunan yang disebabkan oleh kesulitan untuk membawanya ke atas dan bobotnya berisiko terhadap ketahanan lantai itu sendiri terutama jika ada bencana. Dari semua bentuk dasar lemari besi hanya bentuk dasar berkaki yang memiliki keunikan yaitu, terdapat bentuk dasar berkaki yang memiliki roda. Dapat diketahui bahwa penggunaan kaki sebagai antisipasi jika terjadi banjir. Pada lemari besi yang ber-roda memiliki ukuran kecil sehingga kemungkinan penggunaan pada lemari besi ini
Media penyimpanan…, Pranalendro Muliawan, FIB UI, 2013
lebih diperuntukkan dalam kegiatan yang bergerak seperti, pengiriman jarak dekat. Pegangan Pintu Pegangan pintu pada lemari besi yang menjadi koleksi Museum Bank Mandiri memiliki 15 jenis. Akan tetapi dalam satu lemari besi dapat memiliki 2 jenis pegangan pintu. Kebanyakan pegangan pintu berfungsi sebagai pembuka juga. Penamaan pegangan pintu berdasarkan pada bentuk yang dilihat dari muka lemari besi. Secara keseluruhan, pegangan pintu yang ada pada lemari besi koleksi Museum Bank Mandiri terbagi menjadi 3 kelompok besar yang berdasarkan pada bentuknya. Pada bentuk tertentu hanya mewakili satu merek, namun pada bentuk lain mewakili beberapa merek. Ke-3 kelompok pegangan itu antara lain: a. Pegangan pintu berbentuk lingkaran Pegangan pintu ini memiliki bentuk dasar lingkaran atau bulat. Bentuk lingkaran ini memiliki 2 variasi. Variasi pegangan lingkaran berdasarkan pada bentuk yang terpasang dengan lingkaran atau bulatan. Variasi pegangan lingkaran antara lain: lingkaran dan elips; lingkaran dan silinder. Bentuk lingkaran dan elips berbentuk bulatan pada sudut lengkung pegangan pintu yang tersambung pada pintu. Bentuk elips dari pegangan ini merupakan bagian untuk genggaman tangan, dapat dilihat pada gambar 3.5. Variasi lainnya adalah lingkaran dan silinder, variasi ini memiliki 4 macam bentuk yang berdasarkan pada jumlah ligkaran dan silindernya. Macam-macam dari bentuk lingkaran dan silinder antara lain: lingkaran dan silinder; lingkaran dan 3 silinder; 2 lingkaran dan silinder; 3 lingkaran dan 2 silinder. Lingkaran dan silinder pada dasarnya memiliki bentuk lingkaran yang tersambung pada pintu. Bentuk silinder dari pegangan ini terdapat pada ujung dari batang lingkaran dan menembus batang tersebut dapat dilihat pada gambar 3.6. Bentuk lingkaran dan 3 silinder memiliki bentuk lingkaran yang tersambung dengan pintu dan 3 silindernya bercabang pada lingkaran tersebut membentuk huruf Y, dapat dilihat pada gambar 3.7. Bentuk 2 lingkaran dan silinder adalah pegangan pintu dengan 2 lingkaran atau bulatan yang tersambung dengan sebuah silinder, dan di tengah silinder tersebut terdapat batang yang tersambung dengan pintu, dapat dilihat pada gambar 3.8. Bentuk 3 lingkaran dan 2 silinder berbentuk 3 lingkaran atau bulatan yang terhubung dengan 2 silinder secara berselingan, pada lingkaran yang kedua terdapat sambungan ke pintu, seperti pada gambar 3.9.
Gambar 3.5 lingkaran dan elips
Gambar 3.6 lingkaran dan silinder
Gambar 3.7 lingkaran dan 3 silinder
Gambar 3.8 2 lingkaran dan silinder
Gambar 3.9 3 lingkaran dan 2 silinder b. Pegangan pintu segi empat Pegangan pintu ini memiliki bentuk dasar segi empat dan terbagi atas empat variasi. Variasi tersebut didasarkan pada bentuk segi empat pegangan pintu yang dilihat dari muka lemari besi. Variasi tersebut yaitu, bujursangkar; persegi panjang; persegi panjang melengkung; persegi panjang berujung. Bentuk bujur sangkar memiliki bentuk yang berbeda dari pegangan pintu lainnya dan cara penggunaanya pun berbeda dengan pegangan pintu yang lainnya. Cara mengunakan pegangan pintu ini dengan mengangkat tuas pegangan pintu seperti cara membuka pintu mobil. Pegangan pintu ini memiliki bentuk dasar bujursangkar dengan tuas yang berbentuk segi empat yang lebih kecil dari bentuk dasarnya dan lubang kuncinya berada tepat disamping tuasnya, seperti dapat dilihat pada gambar 3.10. Pegangan selanjutnya adalah pegangan persegi panjang, pegangan ini berbentuk huruf L. Bentuk persegi panjang terdapat pada bagian tempat genggaman yang dilanjutkan dengan lengkungan 90 derjat ke pintu lemari besi, seperti pada gambar 3.11. Selanjutnya pegangan pintu persegi panjang melengkung
Media penyimpanan…, Pranalendro Muliawan, FIB UI, 2013
dengan mur diluar, pegangan pintu ini berbentuk persegi panjang pada bagian genggamannya dan mur di luar yang dimaksud adalah mur untuk menempelkan pegangan pada pintu. Penempatan mur berada di luar dari lengkungan seperti pada gambar 3.12. Selanjutnya pegangan pintu persegi panjang dengan mur di dalam. Pegangan pintu ini mirip dengan pegangan pintu sebelumnya, perbedaaanya hanya pada mur untuk menempelkan pegangan dengan pintu yang berada di dalam seperti pada gambar 3.13. Pegangan pintu selanjutnya adalah persegi panjang melengkung. Pegangan pintu ini berbentuk persegi panjang yang melengkung pada bagian genggamannya, di tengah persegi panjang tersebut terdapat bagian yang menyambungkan pada pintu, seperti pada gambar 3.14. Pegangan pintu selanjutnya adalah pegangan pintu persegi panjang dengan ujung menajam. Pegangan pintu ini berbentuk persegi panjang pada bagian genggaman dengan salah satu ujungnya yang menajam. Pegangan pintu ini tersambung pada pintu di bagian tengah genggaman, seperti pada gambar 3.15. Pegangan pintu selanjutnya adalah pegangan pintu persegi panjang dengan ujung tumpul. Pegangan pintu ini memiliki bentuk persegi panjang pada bagian genggaman jika dilihat dari muka lemari besi, pegangan pintu ini membentuk huruf L. Pada bagian genggaman akan semakin mengecil pada bagian ujungnya dan menumpul, seperti pada gambar 3.16. Pegangan pintu selanjutnya adalah pegangan pintu dengan ujung meruncing. Pegangan pintu ini berbentuk persegi panjang pada bagian genggamannya, bentuk dari ujung pegangan pintu ini meruncing meskipun pipih, seperti pada gambar 3.17.
3.10 bujursangkar
3.14 persegi panjang melengkung
3.15 persegi panjang dengan ujung menajam
3.16 persegi panjang dengan ujung tumpul
3.17 persegi panjang dengan ujung meruncing c. Pegangan pintu berbentuk huruf Y Pegangan pintu ini memiliki 3 batang sebagai pegangan yang menyatu satu sama lain di tengah. Kemudian ketiga pegangan ini tersambung dengan pintu dengan sebuah silinder, seperti pada gambar 3.18. Cara menggunakan pegangan pintu ini dengan diputar. Penggunaan pegangan ini tidak diketahui asal usulnya.
3.11 persegi panjang 3.18 huruf Y Semua jenis pegangan lemari koleksi Museum Bank Mandiri akan dijabarkan dalam tabel 3.2.
3.12 persegi panjang dengan mur di luar
3.13 persegi panjang dengan mur di dalam
No 1 1.1
Bentuk pegangan pintu Lingkaran Lingkaran dan elips
1.2 1.3
Lingkaran dan silinder Lingkaran dan 3 silinder
Media penyimpanan…, Pranalendro Muliawan, FIB UI, 2013
Jumlah 9 (ditambah 1 yang tergabung dalam campuran) 3 (2 tergabung dalam
campuran) 2 Lingkaran dan silinder 1 3 Lingkaran dan 2 silinder 1 Segi empat Bujursangkar 1 Persegi panjang 1 Persegi panjang melengkung (1 tergabung dalam dengan mur di luar campuran) 2.4 Persegi panjang melengkung (2 tergabung dalam dengan mur di dalam campuran) 2.5 Persegi panjang melengkung 1 2.6 Persegi panjang dengan 2 ujung menajam 2.7 Persegi panjang dengan 1 ujung tumpul 2.8 Persegi panjang dengan 1 ujung meruncing 3 Pegangan pintu dengan bentuk huruf Y 3.1 Pegangan pintu huruf Y 1 4 Pegangan pintu campuran (dua jenis pegangan atau lebih) 4.1 Lingkaran dan 3 silinder + 2 Persegi panjang melengkung dengan mur di dalam 4.2 Lingkaran dan elips + 1 Persegi panjang melengkung dengan mur di luar 5 Tidak ada pegangan 2 Tabel 3.2 jenis-jenis pegangan pintu lemari besi Museum Bank Mandiri 1.4 1.5 2 2.1 2.2 2.3
Dari tabel 3.2 dapat kita lihat bahwa terdapat 8 macam pegangan pintu dengan bentuk segi empat, terdapat 5 macam pegangan pintu dengan bentuk lingkaran, terdapat 2 macam pegangan pintu campuran, dan 1 macam pegangan pintu dengan bentuk huruf Y. Bahan pegangan pintu memiliki perbedaan terkait antara lain. dapat dilihat pada tabel 3.3. No Bahan pegangan pintu 1 Logam 2 Plastik 3 Tidak diketahui Jumlah Tabel 3.3 tabel bahan pegangan pintu
Jumlah 23 3 2 28
Penggunaan bahan logam pada pegangan pintu digunakan pada pegangan pintu lingkaran dan elips, lingkaran dan silinder, lingkaran dan 3 silinder, 2 lingkaran dan silinder, 3 lingkaran dan 2 silinder, persegi panjang melengkung dengan mur di luar, persegi panjang melengkung dengan mur di dalam, persegi panjang
dengan ujung tumpul, persegi panjang dengan ujung meruncing, dan pegangan pintu huruf Y. Pegangan pintu yang menggunakan bahan plastik antara lain pegangan pintu bujursangkar dan persegi panjang dengan ujung menajam. Kemudian pegangan pintu dengan bahan yang tidak diketahui adalah persegi panjang huruf L dan persegi panjang melengkung. Pegangan pintu dan bahan dapat dilihat pada tabel 3.4.
Pegangan pintu Lingkaran Segi empat Huruf Y 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 3.1 1 Logam 10 3 2 1 1 2 2 1 1 1 2 Plastik 1 2 3 Tidak diketahui 1 1
No
bahan
3.4 tabel pegangan pintu dan bahan Keterangan 1.1 lingkaran dan elips 1.2 lingkaran dan silinder 1.3 Lingkaran dan 3 silinder 1.4 2 Lingkaran dan silinder 1.5 3 Lingkaran dan 2 silinder 2.1 bujursangkar 2.2 Persegi panjang 2.3 Persegi panjang melengkung dengan mur di luar 2.4 Persegi panjang melengkung dengan mur di dalam 2.5 Persegi panjang melengkung 2.6 Persegi panjang dengan ujung menajam 2.7 Persegi panjang dengan ujung tumpul 2.8 Persegi panjang dengan ujung meruncing 3.1 Huruf Y
Terdapat perbedaan yang signifikan pada penggunaan bahan pada pegangan pintu. Pegangan pintu lemari besi yang diperkirakan lebih tua selalu menggunakan bahan logam yang padat dan tebal. Sedangkan pada lemari besi yang diperkirakan lebih muda menggunakan bahan yang tidak diketahui, plastik atau logam tipis. Hal ini kemungkinan penggunaan pegangan pada masa lampau masih termasuk kedalam pengamanan dan pada masa selanjutnya tidak termasuk kedalam pengamanan. Jumlah pintu Dalam jumlah pintu, lemari besi tidak banyak variasinya. Hanya ada lemari besi yang memiliki satu pintu dan lemari besi dengan 2 pintu. Pada tabel 3.5 akan dijabarkan jumlah pintu pada koleksi lemari besi Museum Bank Mandiri.
Media penyimpanan…, Pranalendro Muliawan, FIB UI, 2013
No 1 2
Jumlah Pintu Jumlah Satu pintu 20 Dua pintu 7 Jumlah 27 Tabel 3.5 jumlah pintu lemari besi koleksi Museum Bank Mandiri Terdapat dua variabel yaitu lemari besi berpintu satu dan lemari besi berpintu dua. Lemari besi berpintu satu sejumlah 20 lemari besi dan lemari besi berpintu dua sejumlah 7 lemari besi. Dilihat dari tabel 3.5 penggunaan lemari besi dengan 1 pintu lebih banyak digunakan. Hal ini dapat diperkirakan bahwa lemari besi dengan 1 pintu digunakan sebagai penyimpanan khusus yang tidak digunakan untuk nasabah karena penyimpanan untuk nasabah dapat dimasukkan ke dalam ruang besi. Selain itu ada kemungkinan lain lemari besi ini dimasukkan kedalam ruang besi sebagai keamanan ganda. Sedangkan pada lemari besi dengan 2 pintu kemungkinan digunakan oleh bank yang tidak memiliki ruang besi. Pada beberapa koleksi lemari besi Museum Bank Mandiri tidak dapat dibuka sehingga tidak diketahui bagaimana isi dari lemari tersebut. Selain itu ada Safe Deposit Box yang bagian luarnya berbentuk lemari besi. Hiasan Hiasan yang ada pada lemari besi hanya hiasan yang sederhana bahkan hampir tidak ada hiasan sama sekali. Hiasan yang umum pada lemari besi hanya berupa plat logo atau plat tulisan nama perusahaan yang memproduksi. Pada tabel 3.6 akan dijabarkan beberapa hiasan yang terdapat pada lemari besi koleksi Museum Bank Mandiri. No Hiasan Jumlah 1 Plat dengan logo 4 (5 tergabung dalam campuran) 2 Bingkai (6 tergabung dalam campuran) 3 Gambar 1 4 Penutup lubang 1 (5 tergabung dalam kunci campuran) 5 Plat dengan tulisan 4 (1 tergabung dalam campuran) 6 Tulisan 2 7 Tidak ada hiasan 6 8 Campuran 9 Tabel 3.6 hiasan-hiasan pada koleksi lemari besi Museum Bank Mandiri Campuran plat dengan logo dan penutup lubang kunci tardapat pada 2 buah lemari besi. Campuran bingkai dan plat dengan logo terdapat pada 3 buah lemari besi.
Campuran plat dengan logo, bingkai, dan penutup lubang kunci terdapat pada 1 buah lemari besi. Campuran bingkai dan penutup lubang kunci terdapat pada 2 buah lemari besi. Campuran plat dengan tulisan dan penutup kunci terdapat pada 1 buah lemari besi. Hiasan pada tabel 3.6 terdapat 8 variabel. Variabel dengan kwantitas terbanyak yaitu variabel campuran dan plat dengan logo, yaitu sebanyak 10 buah lemari besi, namun pada variabel plat dengan logo terdapat 10 dengan rincian 4 lemari besi ditambah 6 lemari besi yang tergabung dalam campuran. Varibel terbanyak selanjutnya adalah penutup lubang kunci sebanyak 1 lemari besi dan ditambah 6 lemari besi yang tergabung dalam campuran. Kemudian diikuti variabel yang tidak memiliki hiasan dan bingkai sebanyak 6 lemari besi, namun pada hiasan bingkai semuanya tergabung ke dalam campuran. Selanjutnya plat dengan tulisan terdapat 4 lemari besi dan ditambah 1 lemari besi yang tergabung dalam campuran. Varibel tulisan terdapat 2 lemari besi. Yang terakhir variabel gambar hanya ada 1 lemari besi. Dari tabel 3.6 terlihat penggunaan plat sangat dominan, terutama plat dengan logo. Logo yang ditampilkan merupakan lambang perusahaan. Plat dengan tulisan juga menjadi penting karena isi dari tulisanya berupa nama perusahaan dan alamat perusahaan tersebut. Namun ada juga yang lebih mementingkan fungsi dengan tidak memberikan hiasan. Bahan Bahan yang umum digunakan pada media ini adalah besi baja. Penggunaan besi baja karena keamanan yang menjadi aspek utamanya selain tahan api, tahan air, dan kelapukan. Namun pada perkembangannya penggunaan bahan lain juga dipergunakan seperti titanium dan alumunium yang tebal. No 1 2
Bahan Jumlah Besi baja 24 Campuran 3 Jumlah 27 Tabel 3.7 bahan pada koleksi lemari besi Museum Bank Mandiri Bahan campuran dari ini terdiri dari alumunium dan besi dengan dilapisi bubur kayu. Selain itu campuran lainnya terdiri dari besi baja yang dilapisi plastik. Campuran yang lainnya adalah campuran besi dengan seng. Dari tabel 3.7 dapat dilihat bahan yang digunakan didominasi besi sebanyak 26 lemari besi. Kemudian bahan campuran dan bahan yang tidak diketahui sebanyak 1 lemari besi. Penggunaan besi baja sangat dominan karena besi baja lebih tahan panas dan tidak mudah terbakar. Akan tetapi
Media penyimpanan…, Pranalendro Muliawan, FIB UI, 2013
penggunaan bahan campuran sebagai pelapis ditemukan pada lemari besi yang relatif baru. Bahan plastik, bubur kayu, dan seng merupakan bahan yang cukup mudah terbakar. Hal ini kemungkinan disebabkan bahan baku yang sulit didapat atau harganya lebih mahal. Ukuran Ukuran pada lemari besi yang digunakan sebagai patokan adalah volume. Volume setiap lemari besi dijumlahkan kemudian dicari yang terkecil hingga yang terbesar. Volume terkecil dari semua lemari besi sebesar 143.319 cm3 sedangkan volume terbesar 30.117.189 cm3. Kemudian dicari nilai tengah0 dari volume terkecil sampai ke volume yang terbesar. Selanjutnya menentukan variabel kecil dengan mencari titik tengah1, dari titik terkecil sampai titik tengah0, ditentukan 610.000 cm3 sebagai titik tengah1. Selanjutnya menentukan variabel besar dengan mencari titik tengah2, dari titik tengah0 sampai titik terbesar, ditentukan 2.000.001 cm3 sebagai titik tengah2. Variabel sedang ditentukan dengan nilai diantara titik tengah1 sampai titik tengah2. No 1 2 3
Ukuran Jumlah Kecil ≤ 610.000 cm3 10 Sedang 610.001 cm3 – 2.000.000 cm3 14 Besar ≥ 2.000.001 cm3 3 Jumlah 27 Tabel 3.8 ukuran lemari besi koleksi Musuem Bank Mandiri Dari tabel 3.8 dapat dilihat lemari besi dengan ukuran kecil sebanyak 10 lemari besi. Kemudian lemari besi dengan ukuran sedang sebanyak 14 lemari besi. Selanjutnya yang terakhir lemari besi denga ukuran besar sebanyak 3 lemari besi. Penggunaan lemari besi sedang lebih banyak digunakan mungkin lebih unggul dalam penyimpanan dibandingkan dengan ukuran kecil. Sedangkan lemari besi ukuran besar sangat mungkin berupa Safe Deposit Box dengan pintu. Penggunaan lemari besi ukuran sedang dan kecil dapat dimasukkan kedalam ruang besi sebagai pengamanan ganda. Merek Merek lemari besi yang menjadi koleksi Museum Bank Mandiri kebanyakan berasal dari satu perusahaan Belanda, yaitu Lips. Selain itu, terdapat pula merek yang berasal dari Inggris, Prancis, Denmark, Amerika, dan Jepang. Dari semua negara yang disebutkan, merek yang
berasal dari Inggris lebih bervariasi seperti Ratnersafe, Hobbs Hart & co, Fichet, Fireguard dan Milner. Namun dari semua lemari besi yang diketahui paling tua umurnya adalah merek Lips. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Merk lemari besi Jumlah Lips Dordrecht/Chubb 8 Data Safe Diebold 1 Fichet 3 Hobbs, Hart & CO 1 Lampertz 1 Fireguard 2 Ratnersafe 1 AC Caledonia 3 Milner 2 Waltz Safe & Lock CO 1 Takeuchi & CO 1 Kumahira 1 Reim 1 Tidak Diketahui 1 Jumlah 27 Tabel 3.9 merek lemari besi koleksi Museum Bank Mandiri Koleksi lemari besi dari Museum Bank Mandiri jika dilihat dari tabel 3.9 sangat didominasi merek Lips/Chubb dengan 8 lemari besi. Pada merek Fichet dan AC Caledonia terdapat 3 lemari besi. Selanjutnya merek Fireguard dan Milner terdapat 2 lemari besi. Merek yang lainnya hanya terdapat 1 lemari besi. Jika dilihat mereknya, penggunaan Lips/Chubb merupakan yang terbanyak digunakan, perusahaan ini berasal dari Belanda. Penggunaan merek Lips/Chubb juga digunakan dalam ruang besi dan Safe Deposit Box. Belanda menjadi negara penjajah tentu akan menggunakan produknya untuk memajukan negaranya sendiri. Akan tetapi jika dilihat dari negara yang memproduksi Inggris lebih mendominasi dalam jumlah perusahaan. Terdapat 5 perusahaan yang berasal dari inggris yaitu Fichet, Milner, Ratnersafe, Fireguard, dan Hobbs, Hart & CO. Jika kuantitas mereka digabung maka penggunaan lemari besi yang berasal dari inggris sebanyak 8 lemari besi. Bentuk-bentuk Safe Deposit Box Media penyimpanan ini adalah sebuah pelayanan loker pribadi untuk menyimpan harta benda yang disediakan oleh bank maupun perusahaan kredit dan selalu terkunci, izin masuk ke loker dibatasi hanya bagi penyewa (Woelfel, Vol 2, 1994:1018). Ada beberapa alasan sebuah bank memberikan pelayanan Safe Deposit Box, antara lain:
Media penyimpanan…, Pranalendro Muliawan, FIB UI, 2013
1.
2. 3.
Bank mendapatkan pendapatan berupa sewa loker yang setiap waktu (tergantung kebijakan bank tersebut) harus dibayar oleh nasabah Bank mendapatkan kepercayaan dari para nasabah Meningkatkan popularitas bank
adalah bagian dalamnya. Pada lemari besi bagian dalamnya berupa ruang kosong dan terkadang terdapat laci maupun ruang kecil, pada Safe Deposit Box berpintu bagian dalamnya berupa loker-loker. Bentuk dasar dari Safe Deposit Box berpintu berbentuk persegi, dapat dilihat pada foto 3.1.
Ada dua tipe Safe Deposit Box yang menjadi koleksi Museum Bank Mandiri, antara lain: 1. 2.
Safe Deposit Box loker Safe Deposit Box berpintu Gambar 3.19 Safe Deposit Box dengan sekat tipis
Perbedaan Safe Deposit Box dengan lemari besi (brandkast) adalah terletak pada loker dan kunci. Lemari besi merupakan media penyimpanan yang hanya berupa ruang kosong, sedangkan Safe Deposit Box merupakan media penyimpanan dengan loker-loker yang terpisah. Pada umumnya Safe Deposit Box tidak memiliki kunci kode kombinasi karena Safe Deposit Box menggunakan dua kunci yang digunakan bersamaan pada saat membuka lokernya. Kunci-kunci tersebut satu disimpan oleh nasabah yang menyewa dan yang lainnya di simpan oleh pihak bank.
Gambar 3.20 Safe Deposit Box dengan sekat tebal
Bentuk dasar Safe Deposit Box Safe Deposit Box loker adalah media penyimpanan berupa loker yang biasanya disimpan di dalam ruang besi (Vault) karena tidak terbuat dari bahan yang tebal seperti lemari besi, akan tetapi cukup kuat untuk menjaga benda yang disimpan. Diketahui juga semakin muda Safe Deposit Box maka bahan yang digunakan juga berbeda. Bentuk pada Safe Deposit Box loker lebih sederhana karena Safe Deposit Box loker disimpan di dalam Ruang besi. Pengamanan hanya terdapat pada pintu ruang besi. Terdapat 3 bentuk dasar pada Safe Deposit Box yaitu, Safe Deposit Box dengan sekat tipis, Safe Deposit Box dengan sekat tebal, dan Safe Deposit Box berpintu. Safe Deposit Box dengan sekat tipis adalah Safe Deposit Box yang memiliki sekat tipis antara loker-lokernya. Bentuk dari Safe Deposit Box ini persegi panjang. Tebal dari sekatnya sebesar 0,5 cm, dapat dilihat pada gambar 3.19. Safe Deposit Box dengan sekat tebal adalah Safe Deposit Box yang memiliki sekat tebal antara loker-lokernya, namun hanya pada bagian terluarnya saja. Bentuk Safe Deposit Box ini persegi panjang. Sekat yang berada di bagian terluar memiliki tebal sebesar 5 cm, dapat dilihat pada gambar 3.20. Safe Deposit Box berpintu adalah Safe Deposit Box dengan bentuk seperti lemari besi, namun perbedaannya
Foto 3.1 Safe Deposit Box berpintu Dari ketiga bentuk dasar Safe Deposit Box yang menjadi koleksi Museum Bank Mandiri akan dijabarkan pada tabel 3.10. No 1 2 3
Bentuk Jumlah Safe Deposit Box dengan sekat tipis 2 Safe Deposit Box dengan sekat tebal 1 Safe Deposit Box berpintu 2 Jumlah 5 Tabel 3.10 bentuk dasar Safe Deposit Box koleksi Museum Bank Mandiri Safe Deposit Box dengan sekat tipis merupakan bentuk Safe Deposit Box yang paling banyak digunakan, selain itu Safe Deposit Box bentuk ini memiliki kuantitas yang banyak sebagai koleksi Museum Bank Mandiri. Safe Deposit Box dengan sekat tipis teridiri dari merek Lips/Chubb dan Safe Deposit Box yang tidak bermerek. Safe Deposit Box dengan sekat tebal terdiri dari Safe Deposit Box dengan merek Lips/Chubb. Safe Deposit
Media penyimpanan…, Pranalendro Muliawan, FIB UI, 2013
Box berpintu terdiri dari merek Lips/Chubb dan De Haas Rotterdam. Safe Deposit Box merupakan media penyimpanan yang digunakan sebagai pelayanan umum, sehingga jumlah Safe Deposit Box dengan sekat tipis lebih banyak dibandingkan bentuk yang lain. Safe Deposit Box dengan sekat tebal dapat diperkirakan bagian kecil dari Safe Deposit Box yang digunakan sebagai pelayanan, namun tidak ditemukan Safe Deposit Box yang memiliki bentuk yang sama pada Museum Bank Mandiri. Sedangkan Safe Deposit Box berpintu adalah Safe Deposit Box berpintu yang kemungkinan digunakan oleh bank pada masa kolonial yang tidak memiliki ruang besi. Bahan Bahan yang digunakan pada Safe Deposit Box tidak sepenuhnya menggunakan besi. Pada Safe Deposit Box koleksi Museum Bank Mandiri terdapat yang berbahan marmer. No 1 2 3
Bahan Jumlah Besi 3 Alumunium 1 Campuran (besi dengan marmer) 1 Total 5 Tabel 3.11 bahan Safe Deposit Box koleksi Museum Bank Mandiri Dapat dilihat dari tabel 3.11 bahwa Safe Deposit Box yang menggunakan bahan besi terdapat 3 jenis, alumunium 1 jenis dan Safe Deposit Box dengan bahan campuran berupa besi dengan marmer terdapat 1 jenis. Dalam hal ini penggunaan besi masih dominan dan diketahui bahan campuran berasal dari tahun 1933. Sedangkan penggunaan alumunium diketahui Safe Deposit Box dari masa yang lebih muda. Besi yang digunakan pada Safe Deposit Box berbeda dengan yang digunakan pada lemari besi karena Safe Deposit Box ditempatkan pada ruang besi. Sedangkan Safe Deposit Box berpintu tidak dimasukan ke dalam ruang besi sehingga besi yang digunakan sama dengan besi lemari besi. Mungkin dengan alasan ini juga Safe Deposit Box pada masa yang lebih muda menggunakan alumunium. Merek Merek yang digunakan pada Safe Deposit Box loker tidak banyak diketahui karena penggunaannya yang tidak untuk pribadi. Sedangkan pada Safe Deposit Box lemari besi cukup banyak walaupun tidak untuk umum.
No 1 2 3
Merek lemari besi Lips Dordrecht/Chubb De Haas Rotterdam Tidak diketahui Total Tabel 3.12 merek Safe Deposit Box Bank Mandiri
Jumlah 3 1 1 5 koleksi Museum
Merek Safe Deposit Box yang yang menjadi koleksi Museum Bank Mandiri terdiri dari 3 Safe Deposit Box bermerek Lips/Chubb, 1 Safe Deposit Box ber merek De Haas Rotterdam, dan 1 Safe Deposit Box tidak diketahui. Dua merek tersebut berasal dari Belanda. Merek Lips/Chubb dan De Haas Rotterdam beroperasi pada kurun waktu akhir abad 19 sampai pertengahan abad 20. Pada kurun waktu tersebut Indonesia masih di bawah pemerintahan Hindia-Belanda sehingga penggunaan merek yang berasal dari Belanda sangat dominan. Akan tetapi salah satu Safe Deposit Box dengan merek Lips/Chubb bukan berasal dari masa pemerintahan Hindia-Belanda. Kesimpulan Bank pada masa kolonial meninggalkan berbagai tinggalan kolonial yang memiliki keunikan tersendiri. Pada masa kolonial di Indonesia lebih banyak didominasi penjajahan Belanda, sehingga artefak yang ditinggalkan kebanyakan berasal dari Belanda. Bank yang berkembang pada masa itu juga pada umumnya berasal dari perusahaan Belanda. Beberapa perusahaan tersebut ada yang tidak murni perusahaan berbasis perbankan, diantaranya ada yang berbasis perdagangan. Peran bank sebagai tempat menyimpan uang, surat-surat berharga dan aset-aset penting lainnya, jadi sangat diperlukan pada saat itu. Hal ini disebabkan adanya perlawananperlawanan di Batavia dan sekitarnya. Kebanyakan para petinggi dimasa itu berkebangsaan Eropa yang tinggal di luar daerah Batavia. Mereka merupakan tuan tanah, pejabat pemerintahan, pedagang yang sukses, pemilik perusahaan dan petinggi militer. Kekayaan mereka yang banyak dan tinggal di luar batas kota Batavia merupakan sasaran empuk bagi para perampok dan pencuri. Selain itu adanya tekanan dari perlawanan petani di tanah partikelir merupakan suatu keadaan yang sangat mendesak mereka. Para petinggi tersebut kesulitan untuk menyimpan harta benda dan uang mereka di rumah. Mereka sangat membutuhkan institusi yang dapat terpercaya untuk menyimpan harta dan benda berharga yang mereka miliki. Pada masa itu bank merupakan institusi yang memberikan pelayanan penyimpanan berupa Safe Deposit Box dan ruang besi. Selain itu, bank memiliki
Media penyimpanan…, Pranalendro Muliawan, FIB UI, 2013
konstruksi bangunan yang sangat kuat dan kokoh. Memiliki ketebalan tembok 100 cm ditambah dengan lapisan besi yang ditanam didalam temboknya. Ditambah dengan pengawasan berkala dan secara terus menerus menambah kualitas keamanan yang diberikan oleh bank kepada nasabah. Pada ruang besi biasanya dibuat sebuah gang yang mengelilingi ruang besi dan pada sudutsudutnya diberikan cermin untuk mengawasi sekitar ruang besi hanya melalui satu sisi saja. Alat yang digunakan dalam pelayanan tersebut adalah lemari besi dan loker Safe Deposit Box. Lemari besi yang banyak digunakan pada saat itu berasal dari Belanda dengan merek LIPS. Lemari besi tersebut kebanyakan berukuran sedang karena lebih efisien, mudah dipindahkan, tidak boros ruangan dan dapat menyimpan barang dengan cukup banyak. Lemari-lemari besi yang menjadi koleksi di Museum Bank Mandiri berasal dari berbagai kantor cabang Bank Expor Impor (Bank Exim), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo). Lemari besi yang digunakan kebanyakan masih menggunakan kunci. Walaupun ada beberapa lemari besi yang manggunakan kode sebagai kunci pengamannya. Namun penggunaan kode tersebut masih tetap menggunakan kunci biasa sebagai pengaman jika kunci kode rusak. Bagian dalam lemari besi memiliki ruang kecil yang memiliki kunci tersendiri. Ruangan tersebut biasanya hanya seperempat dari luas ruang lemari besi. Diperkirakan ruang tersebut untuk menyimpan benda berharga dengan kuantitas sedikit namun memiliki harga yang tinggi seperti surat berharga dan perhiasan. Sedangkan untuk menyimpan uang dapat disimpan pada ruang lemari besi karena dalam menyimpan uang harus dalam jumlah yang banyak. Keadaan dari lemari-lemari besi yang dipamerkan di Museum Bank Mandiri kebanyakan masih dalam keadaan yang baik. Hampir tidak ditemukan kerusakan yang berarti. Kerusakan yang banyak terjadi pada lemarilemari besi tersebut hanya berupa bercak-bercak karat yang muncul. Selain dari kerusakan tersebut hanya cat yang mengelupas, dan hanya ada satu lemari besi yang mengalami penyok bekas pembukaan paksa yaitu lemari besi merek FIREGUARD 4057 ATS dengan nomor inventarisasi 2.06.013.02293. Hiasan-hiasan pada lemarilemari besi tidak banyak. Kebanyakan hiasan yang ada hanya plat dan/atau tulisan atau gambar lambang perusahaan, hiasan berupa garis dan hiasan persegi. Hiasan garis dan hiasan persegi hanya terdapat pada lemari besi bermerek LIPS dengan nomor inventarisasi 2.06.013.02302 dan 2.06.013.02300. Dari semua lemari besi yang ada lemari besi yang terbesar adalah merek DATA SAFE DIEBOLD dengan nomor inventarisasi 2.06.013.02276, sedangkan lemari besi terkecil adalah merek WALTZ SAFE & LOCK CO dengan nomor
inventarisasi 2.06.013.02297. Sayangnya beberapa lemari besi tdak dapat dibuka untuk dilihat ataupun untuk sarana pameran. Safe Deposit Box merupakan sebuah pelayanan yang diberikan oleh bank kepada nasabah untuk menyimpan benda berharga. Selain itu, Safe Deposit Box juga menjadi pendapatan bagi bank dari penyewaan. Safe Deposit Box memiliki beberapa ukuran, yaitu ukuran kecil, sedang, besar, dan terbesar. Diperkirakan ukuran kecil memiliki biaya sewa yang rendah dan semakin besar harga sewa semakin mahal. Penggunaan loker kecil dapat diperkirakan untuk perhiasan karena tidak cukup jika dimasukkan kertas. Ukuran sedang dapat digunakan untuk menyimpan surat berharga karena ukurannya cukup untuk ukuran kertas. Ukuran besar dan terbesar dapat diperkirakan untuk menyimpan benda seperti piala atau guci, namun kemungkinan laiinya adalah disewakan kepada perusahaan yang memerlukan penyimpanan surat berharga yang banyak. Safe Deposit Box yang menjadi koleksi Museum Bank Mandiri terdiri dari kurang lebih dua ribu loker Safe Deposit Box kuno dan satu box Safe Deposit Box modern yang disimpan di ruang besi di lantai dasar. Kemudian satu blok Safe Deposit Box modern yang disimpan di luar ruang besi lantai dasar. Kebanyakan Safe Deposit Box tidak mengalami kerusakan dan hanya terdapat sedikit Safe Deposit Box kuno yang mengalami perubahan pada pintu loker, hal ini mungkin disebabkan kerusakan pada pintunya. Secara umum Safe Deposit Box masih dalam keadaan yang baik. Pada Safe Deposit Box lemari besi masih dalam keadaan yang baik dan tidak ditemukan kerusakan maupun karat. Namun loker Safe Deposit Box ini tidak semua dapat dibuka. Jika dapat dibuka dapat digunakan sebagai pameran. Daftar pustaka Blackburn, Susan. Hubungan Politik Dikalangan Perempuan dalam Sebuah Kota Multiras. 2007. Dalam Jakarta Batavia : Esai Sosio-Kultural. Peny. Grijns, Kees dan Nas, Peter J.M. - . Jakarta Sejarah 400 Tahun. Masup Jakarta. Jakarta. 2011. Calloway, Stephen (General Editor). The Elements of Style Revised Edition: A Practical Encyclopedia of Interior Architectural Detail From 1485 To The Present. Simon & Schuster. New York. 1996. Deetz, James. (1967). Invitation to Archaeology. The National History Press. Grijns, Kees dan J. M. Nas, Peter. Jakarta Batavia : Esai Sosio-Kultural. Banana. Jakarta. 2007. Hakim, Abdul. Jakarta Tempo Doeloe. Pustaka Antarkota. Jakarta. 1989.
Media penyimpanan…, Pranalendro Muliawan, FIB UI, 2013
Haris, Tawalinuddin. Kota dan Masyarakat Jakarta : Dari Kota Tradisional ke Kota Kolonial (Abad XVIXVIII). Wedatama Widya Sastra. Jakarta. 2007. J. Woelfel, Charles. Encyclopedia of Banking and Finance (Tenth Edition Vol. I). United State of America. 1994. - . Encyclopedia of Banking and Finance (Tenth Edition Vol. II). United State of America. 1994. Kempers, Bernard. Ancient Indonesian Art. C. P. J. Van der peet. Amsterdam. 1959. Mardiana, Intan. Museum Bank Mandiri (Menapak Sejarah Menyongsong Masa Depan). Bank Mandiri Press. Jakarta. 2006. O’connell, Mark and Airey, Raje. The Complete Encyclopedia of Signs and Symbols. Hermes House Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto, Nugroho. Sejarah Nasional Indonesia V Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda. Balai Pustaka. Jakarta. 2008. Setiawan, Kartum. Konstruksi Baru Tema Pameran Museum Bank Mandiri. Depok: FIB Arkeologi, 2010. Suryohadibroto S.H., Imam Prayogo dan Prakoso S.H., Djoko. Surat Berharga: Alat Pembayaran Dalam Masyarakat Modern. PT Bina Aksara. Jakarta. 1987. Taylor, Jean Gelman. Kehidupan Sosial di Batavia : Orang Eropa dan Eurasia di Hindia Timur. Masup Jakarta. Jakarta. 2009 Tim Penyusun Bank Negara Indonesia. Melangkah ke Masa Depan Dengan Kearifan Masa Lalu : Swadharma Bahkti Nagara. PT Bank Negara Indonesia (Persero). Jakarta. 1996.
Media penyimpanan…, Pranalendro Muliawan, FIB UI, 2013